BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies atau penyakit kudis adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis dan produknya. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 12 hari. Bentuk betina yang sudah dibuahi dapat hidup selama satu bulan (Aisah, 2010). Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diprakarsai oleh Von Hebra, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh Benomo pada tahun 1687, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukalerawan selama perang dunia II. Nama lain penyakit ini antara lain: The itch, budukan, gudikan, gatal agogo, seven year itch, Norwegian itch, penyakit ampera (Aisah, 2010; Harahap, 2000). Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6%- 27% dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi penyakit skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering (Muzakir, 2007). Menurut Departemen Kesehatan RI (1987) prevalensi skabies di puskesmas di seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6 % -12,95 % dan menduduki urutan ke tiga dari dua belas penyakit kulit tersering. Prevalensi skabies di pondok pesantren kondisinya bervariasi. Ma rufi et al. (2004)

2 2 mendapatkan prevalensi 64,20 % pada siswa pondok pesantren Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur. Pada penelitian Kuspriyanto ( 2002) di pondok pesantren di Jakarta, ditemukan prevalensi yang lebih tinggi yaitu 66,7 %. Menurut Kuspriyanto (2014) Santri yang baru tinggal < 1 tahun mempunyai rasio terkena skabies 1/0,302 atau 3,5 kali lebih besar daripada santri yang sudah lebih lama (>1 tahun). Hunian yang padat dapat menjadi salah satu faktor kelembaban ruangan yang kurang memadai. Menurut Azwar (1995) jumlah penghuni rumah atau ruangan yang melebihi kapasitas akan meningkatkan suhu ruangan yang akan meningkatkan kelembaban akibat adanya uap air dari pernapasan maupun penguapan cairan tubuh dari kulit. Menurut DEPKES (2005) persyaratan kesehatan kamar/ruang pemondokan adalah seluas 8m 2 dan tidak lebih dari 2 orang tidur dalam satu kamar tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun. Menurut Sungkar (1995), prevalensi skabies mencapai 78,7% pada pesantren yang padat penghuninya, dan lebih tinggi pada kelompok higiene kurang baik. Pondok pesantren An Nawawi merupakan salah satu pondok pesantren terbesar di Kabupaten Purworejo. Jumlah santri pada pondok pesantren tersebut mencapai 1650 orang yang terdiri dari 899 santri putra dan 751 santri putri. Pondok pesantren tersebut mempunyai 2 unit asrama putri, masing-masing terdiri atas 2 lantai dan satu unit asrama putra yang terdiri atas 3 lantai. Para santri tinggal di asrama secara berkelompok berdasarkan daerah asal masing-masing, sehingga dalam satu kamar dihuni oleh santri dari kelompok usia sekolah maupun perguruan tinggi. Masing-masing kamar yang berukuran ± 9 m2 dihuni oleh santri. Kenyataan tersebut menjadi latar belakang dilakukannya observasi awal

3 3 penyakit skabies ke pondok pesantren An Nawawi, Berjan Purworejo, Jawa Tengah pada 14 Februari 2014 lalu oleh Tim Pengabdian Masyarakat FK UGM dari Bagian Parasitologi FK UGM, dan Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Sardjito, FK UGM. Berdasarkan observasi awal yang sudah dilakukan, kasus skabies banyak diderita oleh para santri di pondok pesantren An Nawawi yang berada di Desa Berjan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah. Dari 113 orang santri putra yang diperiksa ditemukan 96 orang (84,96%) santri yang didiagnosis menderita skabies berdasarkan manifestasi klinisnya dan yang positif ditemukan S.scabiei var.hominissebanyak 23 orang (23,95%) santri. Santri putra yang positif ditemukan S.scabiei var.hominisberasal dari 15 kamar, yaitu kamar-kamar dengan kode sebagai berikut : A11 (2 santri), A12 (1 santri), A5 (1 santri), A6 (1 santri), A8 (1 santri), B10 (1 santri), B3 (1 santri), B4 (1 santri), B5 (2 santri), B6 (2 santri), B7 (3 santri), B8 (2 santri), B9 (2 santri), C4 (1 santri), C5 (1 santri). Pemeriksaan pada 48 orang santri putri ditemukan 19 orang (39,6%) santri yang didiagnosis menderita penyakit skabies berdasarkan manifestasi klinis dan 9 orang (47,37%) yang positif ditemukan S.scabiei var.hominis, persentase diambil dari 19 orang santri yang menderita secara klinis. Santri putri yang positif S.scabiei var.hominis berasal dari 6 kamar, yaitu kamarkamar dengan kode sebagai berikut : A1 (1 santri), A2 (2 santri), A7 (1 santri), A8 (1 santri), B4 (3 santri), B5 (1 santri). Jadi total ada 21 kamar santri putra/i yang lingkungannya positif S. scabiei. Selain penyuluhan, pemeriksaan klinis dan mikroskopis skabies pada sampel swab kulit, kegiatan pengabdian dilanjutkan

4 4 dengan penyedotan debu di kamar-kamar penderita, dan pemberian sabun cuci, sabun mandi, serta shampoo pada seluruh penghuni pesantren serta pemberian insektisida rumah tangga pada setiap kamar. Tindakan ini bertujuan agar selanjutnya para santri bersedia membersihkan dan menjaga kebersihan lingkungan kamar dan pondok serta akan terus menjaga sanitasi dan higiene pribadinya masing-masing untuk mencegah dan menurunkan kasus penyakit skabies di pesantren An Nawawi (Umniyati et al., 2014). Selanjutnya tim Pengabdian Masyarakat FK UGM bekerjasama dengan PUSKESMAS GEBANG pada 14 November 2014 untuk mengatasi masalah penyakit skabies di Pondok Pesantren An Nawawi melalui pemeriksaan klinis dan mikroskopis skabies, dan pengobatan skabies menggunakan salep 2-4 pada santri yang hadir untuk memeriksakan diri. Kandungan Salep 2-4 adalah asam salisilat 2 %, Sulfur presipitatum 4 % dan vaseline. Obat ini efektif pada stadium nimfa dan dewasa, tidak efektif untuk stadium telur dan aman diberikan pada semua usia. Obat ini digunakan pada seluruh tubuh, dari leher sampai dengan ujung kaki, kecuali jaringan mukosa, selama 3 hari, sehingga setiap selesai wudlu, bagian tangan dan kaki yang terbasuh harus diolesi ulang dengan salep tersebut. Menurut Kong (2009), terapi skabies sering gagal. Alasan kegagalan terapi dapat disebabkan oleh penggunaan obat topikal yang tidak digunakan pada seluruh badan, tidak mengaplikasikan kembali obat topikal setelah mencuci tangan, dan tidak diberikannya terapi profilaksis seluruh anggota keluarga yang kontak dengan penderita.

5 5 Pengobatan juga harus disertai pengelolaan barang-barang yang terkontaminasi skabies dengan baik, sehingga dapat menekan kemungkinan reinfestasi akibat kontak dari barang-barang tersebut karena tungau S. scabiei tetap hidup selama 2-3 hari pada pakaian atau tempat tidur dan masih dapat menginfestasi manusia (Odom et al., 2000). Pakaian, seprei, selimut, dan sarung bantal harus dicuci dan dikeringkan dengan air panas (60 0 C) (Guning et al., 2012). Sehubungan dengan hal tersebut pengobatan massal dengan salep 2-4 dilakukan pada penghuni kamar-kamar yang pada pemeriksaan sebelumnya ada 2 penderita skabies yang posifif tungau S. scabiei yaitu kamar B6, B7, dan B8 putra. Agar pengobatan masal ini dilakukan dengan baik, maka 2 penghuni paling senior di setiap kamar diberi edukasi khusus mengenai pemakaian obat yang benar, dan upaya-upaya pencegahan agar tidak terjadi reinfestasi lagi antara lain pemberian tikar pada masing-masing kamar sebagai alas tidur pengganti ketika alas tidur mereka disimpan selama 3 hari, pemberian sabun cuci, sabun mandi, dan shampo agar mereka termotivasi untuk membersihkan diri, pakaian dan lingkungannya. Selain itu para senior tersebut diberi edukasi pengenalan tanda-tanda klinis skabies dan cara pengambilan sampel swab kulit untuk skabies. Mereka diberi tugas untuk mencatat predileksi skabies dan mengambil sampel swab kulit semua penghuni kamar, untuk diperiksa di Laboratorium Parasitologi FK UGM. Tindakan ini merupakan penatalaksanaan terpadu awal dalam mengatasi skabies di Pondok Pesantren An Nawawi.

6 6 Sehubungan dengan hal tersebut penatalaksanaan terpadu ini perlu dievaluasi hasilnya, dan diharapkan dapat menjadi acuan dalam upaya penanggulangan skabies di lingkungan Pondok Pesantren. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah riwayat penyakit, riwayat pengobatan dan hasil pengobatan skabies di pondok pesantren An Nawawi? 2. Apakah efikasi penatalaksanaan skabies secara terpadu dalam menurunkan kasus skabies di pondok pesantren putra An Nawawi lebih baik daripada penatalaksanaan yang hanya mengandalkan terapi dengan salep yang mengandung bahan aktif sulfur dan asam salisilat saja.? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan dalam bentuk artikel dan jurnal, tentang penyakit skabies melalui pencarian dengan ebscohost, PubMed, Nejm, gooegle, wikipedia menggunakan kata kunci scabies/scabies, treatment of scabies, scabies therapy, prevalensi scabies, penelitian tentang skabies sudah dilakukan antara lain oleh :

7 7 1. Paasch U & Haustein UF ( 2001) dengan judul Treatment of endemic scabies with Allethrin, permethrin and ivermectin, evaluation of a treatment strategy mengatakan bahwa skabies masih merupakan masalah kesehatan bagi semua usia di negara-negara di Eropa Barat, sehingga mereka membuat strategi eradikasi terhadap skabies menggunakan allethrin, permethrin dan ivermectin. Penelitian ini dilakukan di negaranegara di Eropa Barat, termasuk Jerman. 2. Goldust et al. ( 2013 ) dengan judul Treatment of scabies: the topical ivermectin vs.permethrin 2,5% cream mengatakan bahwa pemilihan terapi skabies sampai saat ini masih merupakan hal yang kontroversial. Mereka membandingkan efikasi obat topikal antara ivermectin topikal dengan permethrin 2,5% topikal, dengan desain penelitian Randomized Controlled trial. 3. Goldust et al. (2013) dengan judul Comparison of permethrin 2,5% cream vs Tenutex emulsion for the treatment of scabies. Kali ini mereka membandingkan efikasi obat topikal anti skabies antara permethrine 2,5% cream dengan Emulsi Tenutex dengan desain penelitian Randomized Controlled Trial ( RCT ). 4. Monsel G & Chosidow O ( 2012 ) dengan judul Management of scabies. Penelitian ini membahas tentang penanggulangan scabies secara keseluruhan.

8 8 5. Ratnasari & Sungkar (2014) dengan judul Prevalensi Skabies dan Faktorfaktor yang berhubungan di Pesantren X, Jakarta Timur.Penelitian ini merupakan studi berdesain Cross sectional. 6. Sungkar et al. (2014) dengan judul Effectiveness of permethrin standart and modified methods in scabies treatment.penelitian ini menggunakan desain Randomized Controlled Trial. 7. Buzcek et al. (1998), Epidemiological Study of Scabies in different Environmental Condition in Central Poland. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan analisis epidemiologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian skabies dapat ditekan dengan meningkatkan kondisi sosioekonomi, higiene dengan meningkatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan. 8. Penelitian Al-Audhah et al. (2012), Scabies Risk factor on student of Islamic boarding school (study at Darul Hijrah Islamic Boarding school), Cindai Alus Village, Martapura Subdistrict, Banjarmasin District South Kalimantan. Penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan Case control study. Pada penelitian ini dikatakan ada hubungan antara kebersihan diri, kontak dengan penderita, kepadatan hunian dan pengobatan dengan kejadian penyakit skabies. 9. Penelitian Sasmita (2012), Hubungan personal higiene dengan kejadian skabies di pondok pesantren di kota Surakarta. Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pada

9 9 penelitian ini didapatkan ada hubungan yang signifikan antara higiene perorangan dengan kejadian skabies. Beberapa penelitian tentang cara menanggulangi penyakit skabies dan efikasi obat anti skabies di atas berbeda dengan penelitian mengenai Pengaruh Penatalaksanaan terpadu terhadap penurunan kasus skabies yang dilakukan di Pondok Pesantren An Nawawi, Berjan purworejo. Penelitian ini belum pernah dilakukan, sehingga keasliannya dapat dipertanggung jawabkan. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini mencari metode penatalaksanaan yang baik untuk menanggulangi permasalahan skabies di lingkungan pondok pesantren. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kejadian skabies, pruritus, predileksi, riwayat penyakit, riwayat pengobatan dan hasil pengobatan skabies di pondok pesantren An Nawawi. b. Membandingkan efikasi penatalaksanaan skabies secara terpadu dalam menurunkan kasus skabies di pondok pesantren putra An Nawawi dengan penatalaksanaan yang hanya mengandalkan terapi dengan salep yang mengandung bahan aktif sulfur dan asam salisilat saja.

10 10 E. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti lain Dapat melengkapi penelitian lainnya mengenai skabies, yang meneliti faktor risiko, diagnostik, terapi maupun faktor prognosis. 2. Bagi Instansi Terkait Dapat menjadi ilmu tambahan yang bernilai bagi para santri, serta menjadi bahan masukan yang sangat berharga bagi pengelola pondok pesantren, dalam pengambilan kebijakan dan penanggulangan skabies di pondok pesantren An Nawawi. 3. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan untuk menganalisis masalah kesehatan khususnya penyakit skabies.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara non klasikal.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: 1. Jumlah santri Pondok Pesantren An Nawawi yang terdiagnosis menderita penyakit skabies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis (Habif et al., 2011). Penyakit ini menular dari manusia ke manusia melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan yang besar dihampir semua negara

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Skabies disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT SKABIES TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENDERITA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pesantren merupakan induk dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman dan hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 The Relation of Personal Hygiene with The Incidence of Scabies at Al Falah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies merupakan salah satu penyakit infeksi yang penting khususnya pada populasi dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah di negara berkembang. Skabies tidak mengancam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia (Heukelbach et al. 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit kulit yang masih sering di jumpai di Indonesia dan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Sudirman, 2006). Skabies adalah penyakit kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia perlu menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. PHBS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua golongan umur. Penyakit kulit

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Skabies atau yang biasa disebut kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah kulit. 1,2

Lebih terperinci

6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan...

6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan... 6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan... 7. Lembar Kuesioner Pengumpulan Data Pengaruh Sanitasi Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial, vital dan sebagai cermin kesehatan pada kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NAILIN NI MAH 201210201120

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017 FAKTOR RISIKO HYGIENE PERORANGAN SANTRI TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KULIT SKABIES DI PESANTREN AL- BAQIYATUSHSHALIHAT TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2017 Parman 1, Hamdani, Irwandi Rachman, Angga Pratama Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan disebutkan, pengertian kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

GAMBARAN KONDISI SANITASI LINGKUNGANDAN PERILAKU SANTRI TERKAIT PENYAKIT SKABIES (STUDI DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM BANYUWANGI)

GAMBARAN KONDISI SANITASI LINGKUNGANDAN PERILAKU SANTRI TERKAIT PENYAKIT SKABIES (STUDI DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM BANYUWANGI) GAMBARAN KONDISI SANITASI LINGKUNGANDAN PERILAKU SANTRI TERKAIT PENYAKIT SKABIES (STUDI DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM BANYUWANGI) Yusli Harini*, Retno Hestiningsih**, Matius Sakundarno*** *) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang hygiene adalah dasar tentang kebersihan dan akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sensitisasi ektoparasit yaitu Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sensitisasi ektoparasit yaitu Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi ektoparasit yaitu Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies dalam bahasa Indonesia sering

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan

Lebih terperinci

Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK

Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK Hubungan Karakteristik, Faktor Lingkungan dan Perilaku dengan Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Darul Amanah Desa Kabunan Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk (Beth, 1998)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk (Beth, 1998) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gambaran Umum Skabies 1.1 Definisi Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk (Beth, 1998) adalah penyakit kulit yang menular disebabkan oleh Sarcoptes scabiei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words: scabies, environment, behavior ABSTRAK

ABSTRACT. Key words: scabies, environment, behavior ABSTRAK 1 HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-FURQON KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Rochis Julia * Sri Tjahyani Budi Utami

Lebih terperinci

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan merupakan segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit (Timmreck,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan,

Lebih terperinci

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU SEHAT SANTRI TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR.

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU SEHAT SANTRI TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR. PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU SEHAT SANTRI TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR Kuspriyanto*) Abstrak : Skabies dikenal sebagai penyakit gudiken yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik di rumah tangga,

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES Mujib Hannan, Program Studi Ilmu Keperawatan UNIJA Sumenep, e-mail;mujib@wiraraja.ac.id Syaifurrahman Hidayat, Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

PENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER

PENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER PENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER SKRIPSI Oleh Petrina Theda Philothra NIM 102010101087 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN 2014 Eko ¹,Marta²* 1,2 STIKes Prima Prodi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan scabies

BAB I PENDAHULUAN prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan scabies BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit scabies dikenal juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo. Scabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi (Handoko, 2008). Scabies

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG PENYAKIT SCABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES Ida Nuryani Ani Rosita Nindy Yunitasari 05Idanur95@gmail.com ABSTRAK Scabies merupakan penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN QOMARUDDIN KABUPATEN GRESIK

FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN QOMARUDDIN KABUPATEN GRESIK FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN QOMARUDDIN KABUPATEN GRESIK (The Environmental Sanitation Factors Which is Related To The Scabies in Qor an Schools Qomaruddin

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA Rifki Muslih 1) Kiki Korneliani dan Siti Novianti 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan

Lebih terperinci

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR PEKANBARU

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR PEKANBARU HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR PEKANBARU Desmawati 1, Ari Pristiana Dewi 2, Oswati Hasanah 3 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah Pediculus capitis. Terdapat 3 spesies kutu yang sering menginfestasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SCABIES PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA JAMBI TAHUN 2013 1,Erna 2,Sakinah 3* Marta 1.2.3.STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai ke masalah sosial, ekonomi, budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku untuk membersihkan diri sangatlah penting dalam upaya mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan kurangnya

Lebih terperinci

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN X,

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN X, HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN GEJALA PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUL MUKLISIN KOTA KENDARI 2017 Ahwath Riyadhy Ridwan 1 Sahrudin 2 Karma Ibrahim

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN Dwi Setyowati, Wahyuni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI Christy Elaine a dan Saleha Sungkar b a Program Studi: Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK CORRELATION BETWEEN PERSONAL HYGIENE PRACTICE AND INCIDENCE OF SCABIES IN TRADIONAL ISLAMIC BOARDING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diperkirakan lebih dari 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan diperkirakan lebih dari 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan Sarcoptes scabiei varietas hominis (S. scabiei). 1-3 Penyakit ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani,

Lebih terperinci

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan 58 BAB 1 : PEMBAHASAN 1.1 Keterbatasan Peneliti Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, seperti metodologi, penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

Lebih terperinci

MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN NURUL JADID SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN SKABIES (KUDIS)

MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN NURUL JADID SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN SKABIES (KUDIS) MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN NURUL JADID SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN SKABIES (KUDIS) Selfi Triana Putri 1, Dian Karasvita Latarigu 2, Rika Rahim 3, Saulatun Nisa 4, Wahyu Nur Indah

Lebih terperinci

Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala

Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala Budiman 1 *, Hamidah 2, Muhammad

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi GAMBARAN HIGIENE PRIBADI DAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN ASSALAAM TUMINTING KOTA MANADO TAHUN 2015 Armin A. Lasaib*,Woodford B.S Joseph*, Rahayu H. Akili* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Vol. 3 No. 3 (2017) Journal of Agromedicine and Medical Sciences

Vol. 3 No. 3 (2017) Journal of Agromedicine and Medical Sciences Perbandingan Efektivitas Sabun Sulfur 10% dengan Salep 2-4 sebagai Pengobatan Tunggal dan Kombinasi pada Penyakit Skabies Comparison of the Effectiveness of 10% Sulfur Soap and 2-4 Ointment as Single Treatment

Lebih terperinci

PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT

PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT Departemen Pendidikan Kesehatan & Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. xii. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga xii. Tesis WA RINA

DAFTAR ISI. xii. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga xii. Tesis WA RINA xii DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. i SAMPUL DALAM ii HALAMAN PERSYARATAN GELAR... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN PERSETUJUAN.. v PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS vi KATA PENGANTAR... vii SUMMARY...

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA SKRIPSI Untukmemenuhisebagianpersyaratan Mencapaiderajatsarjana S-1 Oleh :

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN MLANGI NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN MLANGI NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA Hilma. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Mlangi Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN MLANGI NOGOTIRTO

Lebih terperinci

PROFIL SKABIES DIPOLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

PROFIL SKABIES DIPOLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 PROFIL SKABIES DIPOLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 1 I Made Erik Sastra Gunawan 2 Renate T. Kandou 2 Herry E.J. Pandaleke 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. II. TINJAUAN PUSTAKA A. SKABIES A.1. Pengertian Skabies Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun guna mencapai derajat Sarjana. Disusun oleh : Nama : Ratna Kartika Sari NIM :

SKRIPSI. Disusun guna mencapai derajat Sarjana. Disusun oleh : Nama : Ratna Kartika Sari NIM : HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN TANBIGHUL GHOFILIN MANTRIANOM BAWANG BANJARNEGARA JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian case control, yaitu penelitian dengan cara membandingkan

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian case control, yaitu penelitian dengan cara membandingkan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian case control, yaitu penelitian dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA CIPAYUNG DEPOK FEBRUARI TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA CIPAYUNG DEPOK FEBRUARI TAHUN 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA CIPAYUNG DEPOK FEBRUARI TAHUN 2016 Hasna Ibadurrahmi* Silvia Veronica** Nunuk Nugrohowati*

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

REFERENSI SKRIPSI. Oleh : YUDHA PRAWIRA MANDALA WIJAYA No.BP

REFERENSI SKRIPSI. Oleh : YUDHA PRAWIRA MANDALA WIJAYA No.BP REFERENSI SKRIPSI FAKTOR-FAKTORR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MAKMUR TUNGKAR KABUPATEN 50 KOTA TAHUN 2011 Skripsi Diajukan ke Program Studi Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

Angka Kejadian dan Karakteristik Pasien Skabies di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Jl. Hariangbangga No.20 Bandung 40116

Angka Kejadian dan Karakteristik Pasien Skabies di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Jl. Hariangbangga No.20 Bandung 40116 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Angka Kejadian dan Karakteristik Pasien Skabies di Rumah Sakit Al-Islam Bandung 1 Fauziah, 2 Tony S. Djajakusumah, 3 Yuli Susanti 1,2,3 Pendidikan Dokter, Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN SKABIES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN SKABIES [ ARTIKEL REVIEW ] HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN SKABIES Pratiwi Aminah 1), Hendra Tarigan Sibero 2), Maya Ganda Ratna 3) 1) Medical Faculty Student University Of Lampung, 2) Medical Faculty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat (Kemenkes, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat (Kemenkes, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis saja tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronik, kambuhan, dan sangat gatal yang umumnya berkembang saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronik, kambuhan, dan sangat gatal yang umumnya berkembang saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronik, kambuhan, dan sangat gatal yang umumnya berkembang saat masa awal kanak-kanak dimana distribusi lesi ini sesuai dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SKABIES DENGAN KUALITAS TIDUR DI PONDOK PESANTREN MIFTAKHURROSYIDIN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA SKABIES DENGAN KUALITAS TIDUR DI PONDOK PESANTREN MIFTAKHURROSYIDIN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA SKABIES DENGAN KUALITAS TIDUR DI PONDOK PESANTREN MIFTAKHURROSYIDIN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RUTI ANNISA KUSUMASTUTI G0012198 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DALAM UPAYA MENCEGAH PENYAKIT KULIT PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA Ade Mira Guna*, Gustop Amatiria** *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 15 LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 15 LAMONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 5 LAMONGAN Lilis Maghfuroh, S.Kep., Ns., M.Kes.*, Fenty Dwi Anggraini**

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa derajat penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bekas lesi infeksi sekunder skabies yang sering terjadi dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah bekas lesi infeksi sekunder skabies yang sering terjadi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekas lesi bisa mengganggu bagi banyak orang karena menurunkan rasa percaya diri. Sebuah bekas lesi dapat menghabiskan waktu lama untuk memudarkannya atau bahkan bisa

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN, SANITASI LINGKUNGAN DANRIWAYAT KONTAK DENGAN KEJADIAN SKABIES

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN, SANITASI LINGKUNGAN DANRIWAYAT KONTAK DENGAN KEJADIAN SKABIES HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN, SANITASI LINGKUNGAN DANRIWAYAT KONTAK DENGAN KEJADIAN SKABIES ABSTRAK Mu linatu Sa adatin 1, Toto Suyoto Ismail 1 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, dengan Luas wilayah 17,9 KM². Kelurahan Buol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk dapat menjadi media penularan penyakit. Terjadinya penyakit berbasis lingkungan disebabkan karena adanya interaksi antara manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Skabies 1. Definisi Skabies (gudik) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya (Ronny, 2007). 2. Morfologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan diri merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Hidayat, 2007). Manfaat dalam menjaga

Lebih terperinci

PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES

PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pelayanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN DIRI DAN LAMA TINGGAL DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PON-PES AL- HAMDULILLAH REMBANG

HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN DIRI DAN LAMA TINGGAL DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PON-PES AL- HAMDULILLAH REMBANG HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN DIRI DAN LAMA TINGGAL DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PON-PES AL- HAMDULILLAH REMBANG NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HYGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN SCABIES DI PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL MUTTAQIN MIJEN SEMARANG TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA HYGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN SCABIES DI PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL MUTTAQIN MIJEN SEMARANG TAHUN 2013 HUBUNGAN ANTARA HYGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN SCABIES DI PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL MUTTAQIN MIJEN SEMARANG TAHUN 2013 Anisa Fatmasari*), Supriyono Asfawi**), Eko Hartini**) *) Alumni Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan S. scabiei varietas hominis. 1-3 Istilah skabies berasal dari bahasa Latin yang berarti

Lebih terperinci