Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 8 Bab II Tnjauan Pustaka Pada bab n akan membahas mengena pengertan kesenjangan dgtal, konsep kesenjangan dgtal, perkembangan TIK d Indonesa, kesenjangan dgtal d Indonesa, ndkator-ndkator pengukuran SIBIS, faktor-faktor yang mempengaruh pengurangan kesenjangan dgtal, serta membahas teknk analss data. II.1. Pengertan Kesenjangan Dgtal (Dgtal Dvde) Kata dgtal dalam kesenjangan dgtal (dgtal dvde) berart sesuatu yang berkatan dengan jar atau dselesakan dengan jar (10). Berdasarkan sejarahnya, dgtal dgunakan untuk nomor Arab dar 1 hngga 9 dan smbol 0, atau salah satu bagan yang mengkombnaskan bentuk nomor dalam sebuah sstem selan sstem desmal. Dgtal juga adalah menggunakan perhtungan dengan metode numerk atau dskrt. Pada televs dan komputer modern, dgtal lebh bak darpada analog. Dgtal lebh efsen dan mengkut sebuah standar dan kecepatan yang lebh besar dalam transms data, gambar, dan teks, yang dkonvers dalam nol dan satu (encodng), dtransmskan sebaga paket melalu nternet, yang kemudan dterjemahkan ulang sebaga teks, gambar dan data pada penerma akhr (decodng). Pada duna pertelevsan, dgtal adalah berkualtas lebh tngg dan lebh efsen darpada analog. Sedangkan stlah kesenjangan dgtal secara sederhana djelaskan sebaga ketdaksamaan dalam hal akses pada komputer dan nternet antara kelompok yang ddasarkan pada satu atau lebh dentfkas sosal dan kultural. Sebaga contoh kesenjangan dgtal adalah perbedaan akses pada komputer dan nternet antara kelompok wanta dan pra, usa tua dan muda (8).

2 9 Berdasarkan OECD tahun 2001 (13), kesenjangan dgtal ddefnskan sebaga berkut "...the gap between ndvduals, households, busnesses and geographc areas at dfferent soco-economc levels wth regard both to ther opportuntes to access nformaton and communcaton technologes (ITs) and to ther use of the Internet for a wde varety of actvtes". Berdasarkan pengertan tersebut dapat dsmpulkan bahwa kesenjangan terjad antara tngkat ndvdu, rumah tangga, bsns, dan area geograf yang tngkat sosal ekonomnya berbeda, berdasarkan kesempatan mereka untuk mengakses teknolog nformas dan komunkas. Kesenjangan dgtal membahas mengena kesenjangan antara ndvdu yang memlk akses dan yang mampu menggunakan teknolog komunkas dan komputer secara efektf dengan ndvdu yang tdak mampu serta tdak memlk akses. Mengurang kesenjangan dgtal berart membahas mengena pengaksesan nternet dan sumber dayanya, penggunaan teknolog telekomunkas dan komputer untuk bekerja, berkomunkas, mencar nformas, membuat dan membentuk pengetahuan yang berfungs efektf, dan pada akhrnya mencptakan sebuah komuntas yang lebh bak dan menngkatkan kualtas kehdupan masyarakat. II.2. Konsep Kesenjangan Dgtal Menurut Chen dan Wellman (27), konsep kesenjangan dgtal adalah kesenjangan dar faktor pengaksesan dan penggunaan nternet, yang dbedakan oleh status sosal ekonom, jens kelamn, tngkat hdup, etnk, dan lokas geograf. Sedangkan Brdges.org (3) menla kesenjangan dgtal dar jumlah pengguna atau komputer, akses nfrastruktur, kemampuan penggunaan, pelathan, s yang relevan, sektor teknolog nformas (seberapa besar ntegras sektor TIK pada ndustr yang ada), kemsknan, dan batas demograf (geograf, ras, usa, agama, jens kelamn, dan kecacatan). Dan berdasarkan Kemly Camacho (4), konsep kesenjangan dgtal fokus pada hal sebaga berkut:

3 10 (1) Fokus pada nfrastruktur adalah berdasarkan perbedaan antara ndvdu yang memlk nfrastruktur TIK serta koneks nternet dengan ndvdu yang tdak memlk nfrastruktur TIK serta koneks nternet. (2) Fokus pada upaya pencapaan kecakapan TIK adalah antara ndvdu yang berusaha mencapa kecakapan TIK yang dbutuhkan dengan ndvdu yang tdak memlk upaya mencapa kecakapan TIK yang dbutuhkan. (3) Fokus pada pemanfaatan sumber daya. Hal n berdasarkan pada keterbatasan ndvdu untuk menggunakan sumber daya yang terseda d web (melalu nternet). Konsep kesenjangan dgtal tdak hanya mengena ketdakmampuan untuk mengakses nformas, pengetahuan, tetap juga dapat menemukan pembelajaran bagamana mengambl manfaat dar kesempatan baru tersebut, sepert pengembangan pekerjaan, nformas kesehatan, mencar pekerjaan, dan sebaganya. Berdasarkan berbaga konsep yang telah djelaskan d atas, maka peneltan n akan menelt pengurangan kesenjangan dgtal dar ss: (1) Ketersedaan akses TIK; Dalam hal n fokus pada kesapan nternet, yatu ndvdu yang sudah dapat on-lne dengan ndvdu yang belum dapat onlne, jumlah pengguna komputer, dan kepemlkan akses TIK. (2) Pemanfaatan TIK; Setelah terseda akses TIK, akan dtelt apakah pengguna dapat memanfaatkan TIK tersebut dengan optmal. (3) Upaya pencapaan kecakapan TIK; Dalam peneltan n akan dtelt apakah pengguna berusaha untuk melakukan penngkatan terhadap kecakapan TIK yang dmlknya untuk mendukung pekerjaan sekarang dan masa datang. (4) Tngkat kecakapan TIK; apakah ndvdu sudah percaya dr menggunakan TIK atau ndvdu belum percaya dr menggunakan TIK.

4 11 II.3. Kesenjangan Dgtal d Indonesa Indkator kemampuan Indonesa dalam memanfaatkan TIK dalam pembangunan ekonom d antaranya dapat dlhat dalam E-Readness yang dkeluarkan The Economst Intellgence Unt untuk tahun Indonesa hanya berada d perngkat 67 dengan nla Sementara untuk pemanfaatan layanan elektronk pemerntah (e-government), Indonesa berada pada perngkat 106 dar 189 negara yang dsurve oleh PBB dalam pengembangan e-government. Poss n merosot dar poss sebelumnya pada perngkat 96 (25). Sedangkan menurut data Asosas Penyelenggara Jasa Internet Indonesa (APJII), jumlah penetras komputer baru mencapa 6 juta, jumlah n sangat kecl bla dbandngkan populas penduduk Indonesa yang hampr 250 juta jwa (6). Menurut perkraan hngga akhr tahun 2007, jumlah pengguna nternet d Indonesa baru mencapa 25 juta, sementara pelanggan nternet 2 juta (1), dan sedangkan pelanggan perumahan baru mencapa 4% (17). Sementara konds perkembangan SMU, menurut data Depdknas menunjukkan bahwa sebanyak 90% SMU dan 95% SMK telah memlk komputer. Namun demkan, kurang dar 25% SMU dan 10% SMK yang telah terhubungkan dengan Internet (11). Selan tu, data dar Depkomnfo (12), memaparkan bahwa penduduk Indonesa dmana 80%nya berada d pedesaan, tetap teledenstas akses jarngan telekomunkas (penetras per 100 penduduk) baru sektar 0,2%, yang berart mash sangat rendah. Sementara tu, Teledenstas akses jarngan telekomunkas perkotaan memlk kecukupan teledenstas yatu sebesar 11%, d mana wlayah metropols memlk teledenstas sebesar 25%. Sesua data yang dkeluarkan Badan Pusat Statstk (BPS) dan Departemen Dalam Neger (Depdagr) yang kemudan dgunakan oleh Dtjen Pos dan Telekomunkas, dperkrakan mash

5 12 terdapat desa dar total desa d seluruh Indonesa, mash belum memlk fasltas telekomunkas (16). Data dar PT. Telkom pada majalah Bsns Indonesa, penetras telekomunkas saat n adalah akses telepon tetap mencapa 8,7 juta pelanggan (14). Menurut data Asosas Telekomunkas Seluler Indonesa (ATSI), jumlah pengguna seluler saat n mencapa angka 50 juta, sektar 2%-nya merupakan pengguna GPRS (General Packet Rado Servce) yang aktf atau maksmal sektar 1 juta pengguna (28). Konds sepert nlah yang membuat Indonesa dasumskan mash terjad kesenjangan dgtal yang sangat tngg. II.4. Perkembangan TIK d Indonesa Duna TIK d Indonesa kn telah memasuk babak baru kembal, sejak November 2006, Dewan Teknolog Informas dan Komunkas Nasonal (DTIKN) berdr. Dewan n merupakan kelompok kerja yang dbentuk untuk mendorong pengunaan teknolog nformas dan komunkas Indonesa. DTIKN harus dapat melakukan akseleras dalam akses TIK yang akan drasakan oleh seluruh masyarakat dalam rangka membentuk masyarakat nformas. DTIKN merupakan satu upaya memperbak strateg bangsa dalam mengembangkan TIK dengan merombak struktur lembaga penggerak yang ada sebelumnya yakn Tm Koordnas Telematka Indonesa (TKTI), yang sempat mengalam pergantan struktur lembaga sebanyak empat kal (terakhr tahun 2003). Hasl knerja TKTI n dnla bahwa TKTI gagal mengemban tugasnya karena Indonesa belum mampu mendayagunakan potens teknolog TIK secara bak, termasuk kesenjangan dgtal yang kan melebar (24). Berdasarkan kepada Keppres No. 20/2006 bertanggal 11 November 2006 (9), tugas utama DTIKN adalah merumuskan kebjakan umum dan arahan strategs pembangunan nasonal melalu pendayagunaan TIK, salah satunya adalah

6 13 menyapkan cetak bru dan roadmap TIK Indonesa guna menentukan arah perkembangan langkah-langkah yang harus dtempuh guna mewujudkan masyarakat Indonesa berbass pengetahuan pada Adapun program pemerntah Indonesa sebaga cetak bru dan roadmap TIK Indonesa yang akan dlaksanakan oleh DTIKN adalah 19 program flagshp, yakn merupakan program fokus nasonal yang memlk dampak besar pada pemerntah, masyarakat, dan nternasonal (24), yatu sebaga berkut : (1) Palapa Rng Project (2) Implementas Dgtal TV Terestral (3) Implementas 3G (4) Pengembangan Broadband Wreless Access (BWA) (5) Program PC Murah (6) e-procurement dan e-servces (7) Natonal Sngle Wndow (8) Nomor Induk Nasonal (NIN) (9) e-anggaran (10) Penyedaan Software Legal bag Pemerntah (11) e-educaton (12) e-learnng (13) Pengembangan Software Penddkan (14) Standardsas Kompetens Profes SDM TIK (15) Kampanye Penggunaan Internet untuk Penddkan (16) Pembangunan dan Pengembangan Technopark (17) Venture Captal untuk Industr TIK (18) UU ITE, dan (19) UU Konvergens TIK Berdasarkan cetak bru dan roadmap TIK Indonesa tersebut d atas, maka terdapat banyak program-program yang sangat mendukung perkembangan penddkan d Indonesa yatu d antaranya program PC murah, e-educaton, e-

7 14 Learnng, pengembangan software penddkan, standardsas kompetens profes SDM TIK, kampanye penggunaan nternet untuk penddkan. Dar salah satu program cetak bru perkembangan TIK Indonesa tersebut adalah standardsas kompetens profes SDM TIK. Hal n menunjukkan bahwa kompetens TIK pada SDM sangat dbutuhkan saat n. II.5. Instrumen SIBIS SIBIS (Statstcal Indcators Bencmarkng the Informaton Socety) adalah sebuah proyek koms Eropa (European Commsson), yang berusaha untuk menganalss dan membandngkan ndkator-ndkator kesenjangan dgtal yang berbeda. Proyek SIBIS berjalan dar Januar 2001 hngga September 2003 (20). Tujuan keseluruhan SIBIS adalah mengembangkan ndkator-ndkator untuk memontor perkembangan menuju masyarakat nformas. Berlandaskan pada tujuan n, SIBIS fokus pada akses dan pemanfaatan dasar sepert kesapan nternet, kesenjangan dgtal dan keamanan nformas. SIBIS juga melbatkan faktor yang menentukan dapat akses dan pemanfaatan TIK sepert kemungknan hambatan, lteras dgtal, pembelajaran dan pelathan, serta perbandngan antara aplkas-aplkas on-lne sepert e-commerce, e-work, e-scence, e-government, dan e-health. Instrumen SIBIS mengkombnaskan 3 (tga) tngkat dasar dalam pengembangan masyarakat nformas, yatu kesapan, ntenstas, dan dampaknya. Indkator-ndkator SIBIS telah duj dan dlaksanakan surve perbandngan pada 15 anggota negara bagan, yatu d Amerka Serkat, Swss dan EU Accesson Countres (sepert New Accesson States NAS), Bulgara, Czech Republc, Estona, Hungara, Lthuana, Latva, Polanda, Rumana, Slovena dan Slovaka. Surve n mengumpulkan dan mempresentaskan data untuk tujuan perbandngan antara anggota negara bagan Eropa, untuk pertama kalnya, antara Eropa dan Amerka Serkat dengan ndkator yang sama perss pada saat yang sama (18).

8 15 Instrumen yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah mengacu kepada nstrumen SIBIS General Populaton Survey (SIBIS GPS) yatu nstrumen untuk mensurve lngkup ndvdu (warga negara). Mengngat bahwa ndkator n dkembangkan khusus untuk mengukur perbedaan yang terjad d antara negara masyarakat Un Eropa, tentunya ndkator dan juga model pengukurannya perlu dsesuakan dengan konds d Indonesa. Untuk melakukannya perlu dlakukan surve dan analss tentang stuas dan konds perkembangan TIK d Indonesa. Berdasarkan hasl analss konds kesenjangan dgtal d Indonesa (dalam sub bab II.3) ddapatkan bahwa kesenjangan dgtal d Indonesa mash sangat tngg. Dan berdasarkan analss perkembangan TIK d Indonesa (dalam sub bab II.4) menyebutkan bahwa perkembangan teknolog nformas dan komunkas d Indonesa baru pada tahap awal, belum tahap perwujudan (program-program cetak bru TIK drencanakan mplementas tahun 2025). Pada tahap perkembangan TIK Indonesa saat n yatu mash berada pada tahap awal dan kesenjangan dgtal mash sangat tngg, maka tga hal dasar yang dkombnaskan dalam nstrumen SIBIS yatu mengena kesapan, ntenstas, dan dampaknya adalah tga hal yang sesua dan dapat dterapkan dalam peneltan perkembangan TIK Indonesa saat n. Berdasarkan analss tersebut, maka dtelt seluruh aspek-aspek dalam nstrumen SIBIS GPS, dan ddapatkan terdapat aspek-aspek yang dapat dterapkan d Indonesa. Aspek-aspek dalam nstrumen SIBIS GPS yang danalss sesua dengan konds perkembangan TIK d Indonesa saat n dan sesua dengan konsep kesenjangan dgtal (sepert yang telah djelaskan pada sub bab II.2) adalah sebaga berkut (20) : (1) Kesapan nternet (2) Kesenjangan dgtal (3) Pemanfaatan TIK (4) Upaya pencapaan kecakapan TIK (5) Tngkat kecakapan TIK

9 16 Adapun aspek-aspek SIBIS GPS yang tdak sesua dengan konds perkembangan TIK dan belum dapat dtelt d Indonesa dsebabkan belum dlaksanakan d Indonesa (baru terwujud tahun 2025) adalah sebaga berkut: (1) Keamanan aktvtas on-lne (2) Tndakan pada penghalang akses (3) E-commerce (4) E-work (5) E-scence (6) E-government (7) E-health II.6. Aspek Kesenjangan Dgtal Dasar pemkran untuk mempertmbangkan kesenjangan dgtal berasal dar asums mplst bahwa ketadaan akses nformas d duna, padahal akses tersebut terus menngkat menjad pentng untuk mempersempt kesenjangan dgtal. Dasar pemkran n sebaga dasar kesenjangan dgtal, yang fokus pada yang beresko lebh tngg terhadap pengeluaran dan kerugan pada dgtal karena perbedaan akses dan penggunaan TIK. Dar konsep n, kesenjangan dgtal SIBIS fokus pada aspek utama akses nternet dan dkonsepkan menjad yang on-lne atau tdak. Hambatan mengakses dbedakan pada tngkat ndvdu karena lebh dapat dseldk untuk beberapa hal dasar su struktural (yatu akses dan penggunaan). Bak akses maupun penggunaan nternet, sepert halnya TIK, keduanya adalah tdak mungkn dlepaskan dar kemampuan dan kecakapan yang dmlk oleh ndvdu. Akses dapat dtadakan bla terdapat kekurangan kemampuan akses teknolog, khususnya pada nternet. Oleh sebab tu, kedua su n kemampuan akses dan dukungan kecakapan adalah sebaga sebuah bagan ntegral dalam kesenjangan dgtal. Sebaga tambahan, penghambat akses dapat juga dkatkan dengan kurangnya kesadaran, ketadaan kepercayaan, dan gagal untuk menyedakan s nformas yang cukup.

10 17 Kesenjangan dgtal fokus pada area yang kesapannya sudah lebh tngg dengan yang mengalam kerugan dgtal karena perbedaan akses dan penggunaan TIK. Dalam SIBIS, ndkator kesenjangan dgtal yang dbahas adalah fokus pada akses dan penggunaan nternet yatu kesenjangan dgtal antara yang dapat on-lne dan tdak. Berkut n adalah ndkator-ndkator yang akan dtelt dalam aspek kesenjangan dgtal : (1) Kesenjangan dgtal dar pengguna komputer; Indkator n dapat dgunakan untuk memastkan tngkat penggunaan komputer. Pertanyaan ndkator adalah Apakah Anda sudah menggunakan komputer personal atau lannya, untuk bekerja atau untuk keperluan prbad, dalam 4 mnggu terakhr n?, dengan plhan jawaban : ya dan tdak. (2) Kesenjangan dgtal dar pengguna nternet; Indkator n dgunakan untuk memastkan tngkat penggunaan nternet. Pertanyaan ndkator adalah Apakah Anda sudah menggunakan nternet mnmal satu kal dalam 4 (empat) mnggu terakhr n, d rumah, sekolah, tempat bekerja, atau d tempat lannya? untuk peneltan penggunaan secara reguler, dan pertanyaan Apakah Anda sudah menggunakan nternet dalam 12 bulan n mnmal satu kal? untuk peneltan kesempatan penggunaan, dengan plhan jawaban : ya dan tdak. (3) Kesenjangan dgtal dar pengguna akses nternet dar rumah; Indkator n dapat dgunakan untuk memastkan tngkat pengaksesan nternet dar rumah. Pertanyaan ndkator adalah Apakah Anda memlk akses nternet d rumah?, dengan plhan jawaban : ya dan tdak. II.7. Aspek Kesapan Internet (Internet Readness) Berdasarkan konsep yang sudah dbahas sebelumnya, aspek ketersedaan nfrastruktur menjad salah satu penyebab kesenjangan dgtal, yang dbedakan antara ndvdu yang dapat akses nternet dengan ndvdu ndvdu yang tdak dapat akses nternet. Oleh sebab tu, peneltan n akan mengambl aspek kesapan nternet dengan memperhatkan kepada su yang lebh kompleks darpada sekadar akses nfrastruktur yatu e-readness warga negara. Defns

11 18 kesapan warga negara dfokuskan pada su kepedulan terhadap penggunaan, akses, s dan kemampuan ndvdu. Dalam hal aspek kesapan nternet, SIBIS mengelompokkan dalam 2 (dua) sub doman yatu ketersedaan akses TIK dan nfrastruktur TIK. II.7.1. Ketersedaan Akses TIK Dalam sub doman ketersedaan akses TIK dbahas 2 (dua) aspek, yatu : (1) Aspek pertama yatu penggunaan peralatan yang lebh baru untuk akses nternet, sepert telepon genggam, TV dgtal, game console, dmana peralatan baru n lambat laun akan terseda dmana saja. Hal n berart akses terhadap pelayanan melalu alat lannya akan menngkatkan fasltas dan berpengaruh pada kesenjangan dgtal. Melalu ndkator n, peneltan dapat mengukur perluasannya pada personal komputer, HP, telepon yang dmlk, dnstalas, dan dgunakan. (2) Aspek kedua, peneltan pengguna nternet, yang memlk akses nternet lebh dar satu lokas, msal d rumah, d kantor, d tempat umum. II.7.2. Infrastruktur TIK Dalam sub doman nfrastruktur, SIBIS membahas mengena perkembangan, perluasan teknolog pta lebar(broadband) untuk mengukur persangan pasar pta lebar bak d pasaran penduduk maupun bsns. D Eropa, pta lebar adalah salah satu pengembangan teknolog yang palng pentng, sehngga bersang untuk mengukur sapa yang memlk akses dan dgunakan untuk apa. Indkator d SIBIS dkembangkan untuk mereflekskan banyaknya metode akses pta lebar, baya langganan dan luasnya ketersedaan nfrastruktur pta lebar antar negara yang berbeda. Yang termasuk dalam teknolog pta lebar adalah satelt, modem kabel, xdsl, leased lne, fbre, dan

12 19 multplex (T1/T3). D Indonesa, sub doman nfrastruktur TIK n tdak dbahas dalam peneltan n, karena konds Indonesa yang belum memungknkan karena mash mnmnya pengguna nternet perumahan sepert yang telah djelaskan pada bagan perkembangan TIK d Indonesa sebelumnya. II.8. Aspek Pemanfaatan TIK Aspek pemanfaatan TIK menjad fokus dalam pengurangan kesenjangan dgtal. Yang dtelt d sn adalah lebh dar hanya sekadar dapat on-lne dan yang tdak on-lne, tetap mula kepada pemanfaatan akses. Setelah akses terseda, kemudan bagamana memanfaatkan akses tersebut. Dengan tersedanya akses nternet dapat membuat perubahan dalam kehdupan sehar-har, yatu beralh pada jarngan nternet, msal komunkas tradsonal antar warga negara dalam sebuah masyarakat beralh pada komunkas on-lne. Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan TIK akan menyebabkan kerugan, setdaknya akan menyebabkan pola kehdupan sosal ekonom yang sudah ada. Tap SIBIS menunjukkan bahwa dengan tersedanya akses on-lne maka aktvtas on-lne dapat mengurang masalah sosal ekonom ndvdu, msal karena dapat mengakses berbaga nformas bermanfaat sesua kebutuhan ndvdu tersebut d nternet walau menurut jarak dan baya sangat sult terjangkau dkarenakan jarak sangat jauh dan baya mahal. Sebaga contoh nformas bermanfaat tersebut adalah e-learnng, nformas mengena kesehatan (e-health), nformas mendapatkan lteras, dan sebaganya. II.9. Aspek Upaya Pencapaan Kecakapan TIK Teknolog baru sepert TIK (perangkat keras) dan aplkas-aplkas (perangkat lunak) yang dcptakan akan melahrkan kebutuhan kecakapan baru untuk mengembangkan, mengoperaskan, dan memelhara perangkat keras dan

13 20 perangkat lunak serta untuk pemanfaatan yang terbak sesua kemampuan teknolog tersebut. Sebaga konsekuensnya adalah kemampuan dan pembelajaran kecakapan TIK harus dapat dsedakan dan dperoleh. Saat n, dalam era teknolog dan nformas, setap masyarakat harus dapat melaksanakan sstem pembelajaran dan pelathan yang mampu untuk menyedakan dan mendukung kecakapan dasar TIK n, bak dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang. Fokus usaha pencapaan kecakapan TIK n adalah pada aktvtas pembelajaran seumur hdup yang membantu pembelajar tngkat dewasa untuk mengngatkan atau menngkatkan kecakapan yang terkat dengan pekerjaan mereka atau untuk menyapkan karr baru pada wlayah yang berbeda. Usaha n dbatas pada aktvtas pembelajaran/pelathan yang terkat dengan TIK atau pembelajaran/pelathan yang menggunakan TIK (on-lne) sebaga alat untuk memperoleh kecakapan, msal melalu e-learnng, dan sebaganya. II.10. Aspek Tngkat Kecakapan TIK Dengan perkembangan TIK yang cepat, dbutuhkan tngkat kecakapan TIK yang selalu dapat mengkut perkembangannya, mnmal untuk memenuh kebutuhan pekerjaannya atau kebutuhan hdup sehar-harnya. Dengan tngkat kecakapan TIK yang rendah, maka ndvdu tdak dapat mengakses TIK dan memanfaatkan ketersedaan TIK dengan optmal sesua yang dharapkan. Hal n berart bla ndvdu memlk tngkat kecakapan TIK yang rendah, maka kesenjangan dgtal mash lebar terjad. Tetap sebalknya, bla ndvdu sudah memlk tngkat kecakapan TIK yang tngg, maka dapat mengurang kesenjangan dgtal.

14 21 Pada aspek tngkat kecakapan TIK n lebh menekankan pada seberapa percaya dr tngkat kemampuan/kecakapan TIK dalam hal memanfaatkan ketersedaan akses TIK, apakah untuk mencar nformas d nternet, menggunakan surat elektronk (e-mal), chattng, membuat halaman web, download atau nstalas perangkat lunak, dan sebaganya. II.11. Analss Data II Pengujan Valdtas dan Relabltas Instrumen Instrumen peneltan harus memenuh persyaratan valdtas dan relabltas. Tujuan pengukuran valdtas nstrumen adalah untuk membuktkan bahwa nstrumen peneltan adalah vald sehngga dapat dgunakan untuk mengukur apa yang seharusnya dukur. Instrumen peneltan yang relabel menunjukkan bahwa nstrumen tersebut bersfat ajeg, yatu nstrumen dapat dgunakan untuk mengukur obyek yang sama beberapa kal maka hasl yang ddapatkan adalah sama atau data yang ddapatkan sama. Untuk pengujan valdtas dgunakan korelas Pearson (r). Nomor pertanyaan berperan sebaga varabel bebas, sedangkan skor total pertanyaan berperan sebaga varabel tdak bebas. Selanjutnya skor setap nomor dkorelaskan dengan skor total. Jka skor korelas tap nomor adalah berada d atas t tabel maka tem pernyataan/pertanyaan dapat dnyatakan vald. Untuk pengujan relabltas nstrumen dlakukan dengan metode belah dua dar Sperman Brown, yatu nomor pertanyaan yang vald dbelah (dbag) menjad dua, tanpa melhat ganjl dan genap. Selanjutnya skor kelompok I (belahan pertama) dkorelaskan dengan skor kelompok II (belahan kedua). Hasl pengujan akan relabel (handal) bla korelas yang dperoleh bermakna (20).

15 22 Berkut dberkan rumus-rumusnya : r = 2r b (II.1) 1+r b Dmana : r = relabltas nstrumen = korelas product moment antara belahan pertama dan kedua r b II Pembuktan Hpotess atau Model dengan Korelas Ganda dan Regres Ganda Analss korelas ganda berfungs untuk mencar besarnya pengaruh atau hubungan antara dua varabel bebas () atau lebh secara smultan (bersamasama) dengan varabel terkat (Y). Sedangkan analss regres ganda adalah suatu alat analss peramalan nla pengaruh dua varabel bebas atau lebh terhadap varabel terkat. Analss regres ganda dgunakan untuk meramalkan nla varabel terkat (Y) apabla varabel bebas mnmal dua atau lebh (22). Desan peneltan dan rumus korelas ganda sebaga berkut : 1Y + b2 2Y + b3 3Y + Y b b4 4Y RY (II.2) = 2 Dmana : R Y1234 = Korelas antara varabel 1, 2, 3, 4 secara bersama-sama dengan varabel Y r yx1 = Korelas product moment antara 1 dengan Y r yx2 = Korelas product moment antara 2 dengan Y r yx3 = Korelas product moment antara 3 dengan Y r yx4 = Korelas product moment antara 4 dengan Y r x1x2 = Korelas product moment antara 1 dengan 2 r x2x3 = Korelas product moment antara 2 dengan 3 r x3x4 = Korelas product moment antara 3 dengan 4

16 23 Rumus korelas product moment adalah sebaga berkut : r xy = ( xy x 2 y 2 ) (II.3) Persamaan regres ganda untuk empat varabel bebas adalah : Y = a + b b b b 4 4 (II.4) Dmana : Y = Subyek dalam varabel terkat yang dpredks. a = Harga Y bla =0 (harga konstan), dmana : a = ( Y )( n 2 ) ( 2 ( )( ) 2 Y ) (II.5) b = Angka arah atau koefsen regres, yang menunjukkan penngkatan ataupun penurunan varabel terkat yang ddasarkan pada varabel bebas. Bla b ( + ) maka nak, dan bla ( - ) maka terjad penurunan, dmana : b = r s s y x (II.6) dmana : r = koefsen korelas product moment antara varabel dengan varabel Y s x = smpangan baku varabel Y s y = smpangan baku varabel atau dapat menggunakan rumus : b = n n Y ( 2 ( )( ) 2 Y ) (II.7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemodelan Persamaan Struktural Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equaton Modelng (SEM) merupakan analss multvarat yang dapat menganalss hubungan varabel secara

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

V ANALISIS VARIABEL MODERASI DAN MEDIASI

V ANALISIS VARIABEL MODERASI DAN MEDIASI Solmun Program Stud Statstka FMIPA UB 31 V ANALISIS VARIABEL MODERASI DAN MEDIASI A. Pengertan Varabel Moderas Varabel Moderas adalah varabel yang bersfat memperkuat atau memperlemah pengaruh varabel penjelas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai 3 BAB III METODELOGIPENELITIAN 3. Lokas dan Waktu Peneltan 3.. Lokas Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger Bonepanta pada kelas X pada semester genap tahun ajaran 0/03. 3.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada sswa kelas XI d SMA Neger Gorontalo, Kota Gorontalo waktu peneltan dlaksanakan d mula pada bulan Oktober 03 sampa bulan Desember

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode adalah suatu cara yang dtempuh untuk mencapa suatu tujuan. Sepert yang dpaparkan oleh Surakhmad (985:3) yatu Metode merupakan cara utama yang dpergunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode 34 BAB III METODE PENELITIAN A Metode yang Dgunakan Metode peneltan merupakan suatu pendekatan yang dgunakan untuk mencar jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dbahas Metode peneltan juga dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan atau bisa disebut dengan kata field research yakni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan atau bisa disebut dengan kata field research yakni dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang dlakukan secara langsung d lapangan atau bsa dsebut dengan kata feld research yakn dengan melakukan peneltan dan pengamblan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam melaksanakan penelitian ini dibutuhkan suatu metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam melaksanakan penelitian ini dibutuhkan suatu metode penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Dalam melaksanakan peneltan n dbutuhkan suatu metode peneltan untuk mengumpulkan data atau nformas tentang masalah pokok yang akan dtelt, sehngga dapat

Lebih terperinci

Menggugat Kinerja Profesor

Menggugat Kinerja Profesor Haran Kompas, 11 November 2015 Menggugat Knerja Profesor Jumlah profesor d negara kta terlalu sedkt. Itu pun sebagan dnla kurang berkualtas dan tdak produktf. Hal n terkuak dalam Semnar Nasonal Keprofesoran

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci