2.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi Kondisi Geografis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi Kondisi Geografis"

Transkripsi

1 2.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi Kondisi Geografis terletak sekitar 100 Km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak adalah ' ' Lintang Selatan dan ' ' Bujur Timur Kondisi Topografis Secara topografi wilayah terletak pada daerah perbukitan dengan ketinggian antara meter permukaan laut. Wilayah ini terbentang dari Utara ke Selatan, bagian Timur dan Selatan mempunyai topografi yang relative curam (kemiringan lebih dari 40 %) yang luasnya 28,52 % dari luas wilayah keseluruhan, sedangkan bagian Utara bergelombang dan relative datar. Kemiringan dan keterjalan bentang alam ini telah menjadi kendala atau faktor pembatas pengembangan wilayah. Bentang alam yang landai terletak hampir di tengah daerah, tetapi umumnya merupakan jalur-jalur sempit sehingga dirasa sulit untuk dikembangkan menjadi permukiman perkotaan. Posisinya memanjang sepanjang Sesar Sawahlunto, memisahkan perbukitan terjal yang terletak dikedua sisinya. Dataran yang relatif landai sehingga memungkinkan berkembangnya permukiman perkotaan hanya dijumpai di Talawi dan sendiri. Bab 2. Gambaran Umum Kota 9

2 Tabel 1. Kondisi Kelerengan Lahan di Sumber : BPN Bab 2. Gambaran Umum Kota 10

3 Gambar. 01 Peta Kelerengan Sumber : RTRW Bab 2. Gambaran Umum Kota 11

4 Kondisi Geohidrologis Daerah dan sekitarnya dilalui oleh 5 (lima) buah sungai atau batang utama. Sungai-sungai atau batang itu adalah : a) Batang Ombilin Sungai ini mengalir dari utara ke selatan dari Desa Talawi ke Desa Rantih Kecamatan Talawi. Sungai Ombilin merupakan sungai terbesar di daerah Sawahlunto sebagai sumber air baku bagi PDAM. Sungai ini berhulu di Danau Singkarak, Debit sungai ini di daerah Sikalang-Rantih lebih dari 10 m3/detik. b) Batang Malakutan Sungai ini mengalir dari barat yang berhulu di Desa Siberambang, Kecamatan X Koto, Kabupaten Solok ke timur melewati Desa Kolok Mudiak dan Desa Kolok Tuo di Kecamatan Barangin yang akhirnya bertemu dengan Batang Ombilin. c) Bantang Lunto Sungai ini berhulu di Desa Lumindai, Kecamatan Barangin dan mengalir dari arah barat menuju timur dan membelah, Kecamatan Lembah Segar & bermuara di Batang Ombilin. d) Batang Sumpahan Sungai ini berhulu di Kelurahan Sapan (Kelurahan Durian II) di Kecamatan Barangin kemudian bertemu dengan Batang Lunto dan akhirnya bermuara di Batang Ombilin e) Batang Lasi Sungai ini berhulu di IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok yang mengalir menyusuri jalan dari Solok ke Sijunjung di Kecamatan Silungkang, Kecamatan Silungkang dan keluar di perbatasan Sijunjung. Sungai ini kemudian bertemu juga dengan Batang Ombilin di Sungai Kuantan atau Indragiri. Keterdapatan air tanah di wilayah terbatas pada celahan batuan sedangkan lapisan - lapisan batupasir penyusun Formasi Sawah Tambang dan Formasi Sawahlunto kurang mengindikasikan sebagai lapisan pembawa air atau potensi air tanah kecil. Bab 2. Gambaran Umum Kota 12

5 Gambar. 02 Peta Geohidrologi Sumber : RTRW Bab 2. Gambaran Umum Kota 13

6 Kondisi Geologi Wilayah terletak di cekungan pra-tersier Ombilin yang berbentuk belah ketupat panjang dengan ujung bulat, selebar 22,50 Km dan Panjang 47,00 Km. Dalam cekungan ini diperkirakan 2,00 Km, diisi oleh lapisan yang muda yang disebut dengan Formasi Brani, Formasi Sangkarewang, Formasi Sawahlunto, Formasi Sawah Tambang dan Formasi Ombilin. Formasi Ombilin merupakan lapisan paling muda menurut kategori zaman tersier atau berumur sekitar 2 juta tahun. terletak di atas Formasi Sawahlunto, batuan yang terbentuk pada zaman yang diberi istilah kala (epoch) Eocen sekitar juta tahun yang lalu Kondisi Klimatologi Secara umum suhu rata-rata di Sumatera Barat tercatat antara C dengan perbedaan antara temperature siang dan malam antara 5-7 C dan hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi yang ada di berkisar antara C. Untuk gambaran keadaan curah hujan di, Peta Curah Hujan Indonesia memberikan gambaran bahwa berada di dalam isohyat (garis curah hujan) antara mm per tahun dengan rata-rata curah hujan per tahunnya sebesar 1.716,37 mm dengan rata-rata hari hujan 130 hari. Bab 2. Gambaran Umum Kota 14

7 Gambar. 03 Peta Solum Sumber : RTRW Bab 2. Gambaran Umum Kota 15

8 Gambar. 04 Peta Geologi Sumber : RTRW Bab 2. Gambaran Umum Kota 16

9 2.2. Kondisi Administratif Secara administrasi Kota sawahlunto terdiri dari 4 Kecamatan, 10 Kelurahan dan 27 desa, Sedangkan batasan wilayah dilihat dari letak administrasi berbatasan dengan : Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar, Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Solok, Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung, Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Solok, dikenal sebagai kota tambang yang mempunyai luas wilayah Ha atau Km 2. Dengan 4 Kecamatan, 10 Kelurahan dan 27 desa, memiliki luas wilayah seluas Ha atau Km 2, yang masing-masing wilayahnya memiliki komposisi luas dan kepadatan penduduk berbeda-beda. Tabel 2 berikut, menjelaskan secara rinci tentang luas wilayah, jumlah RT, RW, Dusun, di Kota Sawahluto perkecamatan dan perdesa/kelurahannya. Tabel 2 Jumlah RT, RW, Dusun, dan Luas Wilayah Desa serta Kecamatan No Kecamatan Desa/Kelurahan RT RW Dusun Luas Wilayah (KM 2 ) (1) Kecamatan Barangin ,55 01 Lumindai 5 20,10 02 Balai Batu Sandarana 3 12,95 03 Saringan ,81 04 Lubang Panjang 7 2 1,00 05 Durian I 6 2 1,17 06 Durian II 8 4 1,25 07 Talago Gunung 4 17,30 08 Santur 4 8,69 09 Kolok Mudiak 3 8, Kolok Nan Tuo 5 16,76 (2) Kecamatan Lembah Segar , Lunto Barat 4 5, Lunto Timur 4 4, Pasar Kubang 3 9, Kubang Tengah 5 20, Kubang Utara Sikabu 5 11, Pasar 6 3 0, Kubang Sirakuk Utara 8 2 0, Kubang Sirakuk Selatan 4 2 0, Aur Mulyo 6 3 0, Tanah Lapang 4 2 0, Air Dingin 4 2 0,14 Bab 2. Gambaran Umum Kota 17

10 No Kecamatan Desa/Kelurahan RT RW Dusun Luas Wilayah (KM 2 ) (3) Kecamatan Silungkang 21 32, Silungkang Oso 4 6, Taratak Bancah 3 8, Muarokalaban 6 8, Silungkang Tigo 5 5, Silungkang Duo 3 4,22 (4) Kecamatan Talawi 39 99, Sikalang 4 6, Rantih 2 6, Salak 3 6, Sijantang Koto 3 6, Talawi Hilir 4 10, Talawi Mudik 4 8, Bukik Gadang 3 7, Batu Tanjung 4 15, Kumbayau 4 8, Data Mansiang 2 6,29 11 Tumpuak Tangah 6 16,32 Jumlah ,45 Sumber : Sawahlunto Dalam Angka 2010 Berdasarkan tabel 2 diatas dijelaskan, bahwa Kecamatan Talawi merupakan kecamatan dengan wilayah terluas, yaitu 36,36% atau sebesar 99,39 KM 2, kemudian Kecamatan Barangin dengan persentase luas wilayah sebesar 32,38% atau sebesar 88,55 KM 2, adapun Kecamatan Lembah Segar merupakan Kecamatan terluas ketiga dengan prosentase 19,23% atau 52,58 KM 2, sedangkan Kecamatan Silungkang adalah kecamatan terkecil dengan prosentase 12,04%atau 32,93 KM 2. Berdasarkan tabel 2 diatas, juga dapat dijelaskan bahwa rata-rata luas wilayah perdesa/kelurahannya adalah 7,39 KM 2, dengan desa terluas adalah Kelurahan Kubu Tengah Kecamatan Lembah Segar dengan luas wilayah 20,15KM 2, sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil adalah Kelurahan Air Dingin Kecamatan Lembah Segar dengan luas wilayah 0,14KM 2. Dari aspek jarak tempuh desa/kelurahan ke Pusat Pemerintahan Ibu, tercatat 54,05% atau 20 dari 37 desa/kelurahan berada dalam katagori jauh (diatas ratarata jarak tempuh desa/kelurahan terhadap pusat pemerintah yaitu 9,91 KM). Kecamatan Talawi adalah kecamatan dengan 100% jumlah desa/kelurahannya memiliki jarak tempuh ke Pusat Pemerintahan Ibu diatas 9,91 KM, Kecamatan Silungkang dengan 80% jumlah desa/kelurahannya memiliki jarak tempuh ke Pusat Pemerintahan Ibu diatas 9,91 KM. Namun jauhnya jarak tempuh desa/kelurahan dari pusat pemerintahan tidak identik dengan jauhnya desa/kelurahan dari layanan publik, mengingat beberapa Bab 2. Gambaran Umum Kota 18

11 layanan publik di otorisasikan kepada kecamatan. Berdasarkan rata-rata jarak tempuh desa/kelurahan terhadap pusat pemerintahan di ibukota kecamatannya, yaitu 4,71 KM, tercatat ada 43,24% atau 16 dari 37 desa/kelurahan yang memiliki jarak tempuh ke pusat pemerintahan ibukota kecamatannya diatas 4,71 KM. Tabel 3. Jarak Desa/Kelurahanterhadap Pusat Pemerintahan Kecamatan, Kota, dan Provinsi No Desa/Kelurahan Kecamatan Balaikota Gubernur Kecamatan Talawi 1 Sikalang Rantih Salak Sijantang Koto Talawi Hilir Talawi Mudik Bukik Gadang Batu Tanjung Kumbayau Data Mansiang Tumpuak Tangah Kecamatan Silungkang 1 Silungkang Oso Taratak Bancah Muarokalaban Silungkang Tigo Silungkang Duo Kecamatan Lembah Segar 1 Lunto Barat Lunto Timur Pasar Kubang Kubang Tangah Kubang Utara Sikabu Pasar Kubang Sirakuk Utara Kubang Sirakuk Selatan Aur Mulyo Tanah Lapang Air Dingin Kecamatan Barangin 1 Lumindai Balai Batu Sandaran Saringan Lubang Panjang Durian I Durian II Talago Gunung Santur Kolok Mudik Kolok Nan Tuo Rata-Rata Sumber : Sawahlunto Dalam Angka 2010 Bab 2. Gambaran Umum Kota 19

12 Gambar. 05 Peta Administrasi Sumber : RTRW Bab 2. Gambaran Umum Kota 20

13 2.3. Kondisi Demografis Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Sensus penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sawahlunto tahun 2010, Jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah Jiwa atau Rumah Tangga. Jumlah ini meningkat sebesar jiwa atau meningkat sebesar 2,75% dari jumlah penduduk tahun 2009 ( jiwa). Peningkatan jumlah penduduk pada tahun , lebih besar daripada pertambahan penduduk pada tahun Pada tahun penduduk Kota Sawahlunto pada tahun 2009 adalah jiwa. Jumlah ini meningkat sebesar 378 jiwa atau meningkat sebesar 0,69% dari jumlah penduduk tahun 2008 ( jiwa). Namun secara umum, pada periode tahun ini, pertumbuhan penduduk di Kota Sawahlunto mencapai 1,72%. Dengan kontributor rata-rata laju pertumbuhan penduduk terbesar adalah Kecamatan Silungkang (3,33%), Kecamatan Barangin (2,13%), Kecamatan Talawi (1,24)%. Sedangkan laju rata-rata laju pertumbuhan terendah terdapat di Kecamatan Lembah Segar (0,54)%. Tabel 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin (Periode ) Tahun No Kecamatan LK PR Jumlah LK PR Jumlah LK PR Jumlah 1 Talawi 8,731 8,506 17,237 8,801 8,587 17,388 8,886 8,790 17,676 2 Barangin 7,942 8,216 16,158 8,020 8,284 16,304 8,304 8,548 16,852 3 Lembah Segar 5,839 6,195 12,034 5,851 6,193 12,044 5,884 6,280 12,164 4 Silungkang 4,533 4,951 9,484 4,569 4,986 9,555 5,053 5,067 10,120 Jumlah 27,045 27,868 54,913 27,241 28,050 55,291 28,127 28,685 56,812 Sumber : Kantor Catatan Sipil Adapun komposisi penduduk secara regional, sex ratio penduduk adalah sebesar 98 yang artinya jumlah penduduk laki-laki 2 persen lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 98 laki-laki. Sex ratio terbesar terdapat di Kecamatan Talawi yakni sebesar 101 dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Lembah Segar yakni sebesar 94, seperti tercantum pada tabel 5berikut: Bab 2. Gambaran Umum Kota 21

14 Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Rasionya (Periode ) Tahun No Kecamatan LK PR Sex Rasio LK PR Sex Rasio LK PR Sex/Rasio 1 Talawi 8,731 8, ,801 8, ,886 8, Barangin 7,942 8, ,020 8, ,304 8, Lembah Segar 5,839 6, ,851 6, ,884 6, Silungkang 4,533 4, ,569 4, ,053 5, Jumlah 27,045 27, ,241 28, ,127 28, Sumber : Badan Pusat Statistik 2010 Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, pada periode , mengalami dinamika agregat seperti yang ditampilkan pada gambar 6 berikut; Gambar 6. Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Produktivitasnya Sumber : Badan Pusat Statistik 2010 Berdasarkan data kependudukan BPS tahun , dapat dideskripsikan, bahwa pada periode tersebut, komposisi penduduk didominasi oleh penduduk usia produktif (15-54) Thn yaitu dengan rerata 57,19%, kemudian penduduk usia belum produktif (0-15) Thn yaitu dengan rerata 31,35%, dan penduduk umur tidak produktif (55 +) yaitu dengan rerata 12,70%. Bab 2. Gambaran Umum Kota 22

15 Berdasarkan aspek kesejahteraannya, masyarakat di Kota sawahlunto diklasifikasikan ke dalam beberapa tahap tingkatan kesejahteraann seperti yang dijelaskan dalam tabel 6 berikut. Tabel 6 Jumlah dan Prosentase KK Berdasarkan Tingkat Kesejahteraannya Tahun JUMLAH KK BERDASARKAN TINGKAT KESEJAHTERAANNYA Tahun Pra Sejahtera Sejahtera I Sejahtera 2 Sejahtera 3 Sejahtera ,428 4,715 5, ,055 5,537 4, ,324 5,138 5, ,946 5,051 6, PROSENTASE (%) KELUARGA BERDASARKAN TINGKAT KESEJAHTERAANNYA Tahun Pra Sejahtera Sejahtera I Sejahtera 2 Sejahtera 3 Sejahtera Sumber : Dalam Angka Berdasarkan tabel 6 tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa proporsi penduduk Kota Sawahlunto berdasarkan tingkat kesejahteraannya didominasi oleh masyarakat di tingkat Sejahtera 3, Sejahtera 2,dimana dua katagori ini secara umum menunjukkan proporsi yang terus meningkat setiap tahunnyasejak periode tahun Sejak tahun , secara agregat, masyarakat dengan katagori Sejahtera 3 dan 2terus mengalami peningkatan prosentase setiap tahunnya, yaitu (70, 21%, 72, 24%, 72, 64%, dan 73,62%). Hal ini berbeda dengan jumlah masyarakat yang berada dalam katagori Pra Sejahtera, Sejahtera 1, dan Sejahtera 3 +, yang selalu mengalami fluktuasi Kepadatan Penduduk Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, dapat dilihat distribusi penduduk Kota Sawahlunto, dimana Kecamatan Talawi merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu Jiwa (31,11%); kemudian diikuti oleh Kecamatan Barangin dengan jumlah penduduk Jiwa (29,66%); setelah itu,kecamatan Lembah Segar dengan jumlah penduduk Jiwa (21,41%); dan Kecamatan Silungkang dengan jumlah penduduk Jiwa (17,81%). Bab 2. Gambaran Umum Kota 23

16 Dengan luas wilayah sekitar 273,45KM 2, yang didiami oleh orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk adalah sebanyak 207,76Jiwa/KM 2. Kecamatan paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Silungkang dengan 307,32 Jiwa/KM 2, kemudian diikuti dengan Kecamatan Lembah Segar sebesar 231,34 jiwa/km 2, dan Kecamatan Barangin sebesar 190,31 Jiwa/KM 2. Sedangkan Kecamatan Talawi merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu 177,84 jiwa/km 2. Tabel 7 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010 No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Sumber :Sawahlunto Dalam Angka 2010 Persentase (%) Luas Wilayah (KM 2 ) Persentase (%) Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM 2 ) 1 Talawi 17, Barangin 16, Lembah Segar 12, Silungkang 10, Jumlah 56, Bab 2. Gambaran Umum Kota 24

17 Gambar 7. Peta Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010 Sumber : Sawahlunto Dalam Angka Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Dinamika pembangunan sudah tentu akan melahirkan dampak kepada beberapa hal seperti meningkatnya jumlah penduduk akibat adanya proses alamiah reproduksi maupun akibat terjadinya migrasi baik migrasi in maupun migrasi out. Berdasarkan simulasi data sekunder kependudukan yang ada dan memperhatikan dinamika sosial ekonomi penduduk baik secara nasional, regional, maupun lokal, berikut ini kami disajikan Tabel 8 yang menampilkan dinamika jumlah penduduk per kecamatan periode Bab 2. Gambaran Umum Kota 25

18 Tabel 8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatannya Tahun ( ) Tahun Kecamatan Kota Talawi Barangin Lembah Segar Silungkang Sawahlunto ,437 14,571 12,036 42, ,771 14,637 11,950 8,654 51, ,066 14,741 12,040 8,686 51, ,335 15,150 12,018 9,055 52, ,286 15,063 12,001 9,107 52, ,433 15,014 12,071 9,190 52, ,678 15,251 12,087 9,279 53, ,931 15,283 12,080 9,392 53, ,237 16,158 12,034 9,484 54, ,388 16,304 12,044 9,555 55, ,676 16,852 12,164 10,120 56,812 Sumber : Data di Olah dari Sawahlunto Dalam Angka 2008, 2009, 2010 Tabel 9 Prosentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatannya Tahun ( ) Tahun Kecamatan Kota Talawi Barangin Lembah Segar Silungkang Sawahlunto (0.18) (0.30) (0.57) (0.14) 0.57 (0.11) (0.33) (0.06) (0.38) Rerata Sumber : Data di Olah dari Sawahlunto Dalam Angka 2008, 2009, 2010 Laju pertumbuhan penduduk per tahun selama sepuluh tahun terakhir, yakni dari tahun sebesar 1,21 %. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Silungkang adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di yaitu sebesar 1,77%, sedangkan yang terendah di Kecamatan Lembah Segar yakni sebesar 0,20%. Kecamatan Barangin menempati urutan kedua dari jumlah penduduk di Kota Sawahlunto, dengan laju pertumbuhan penduduk adalah sebesar 1,60%. Kecamatan Talawi walaupun jumlah penduduknya adalah yang terbanyak, akan tetapi laju pertumbuhannya hanya sebesar 1,28%. Berdasarkan kondisi aktual yang ada,sekaligus mengamati dinamika sosial dan ekonomi yang terjadi di tingkat lokal, regional dan nasional, maka dengan mempertimbangkan Bab 2. Gambaran Umum Kota 26

19 beberapa faktor pendukung seperti penduduk(laju pertumbuhan penduduk, batita, balita), Komposisi Umur (Dependency Ratio), Fertilitas (TFR, GRR, NRR, CBR, Jumlah Kelahiran), Mortalitas (E0 Male, E0Female, IMR Laki-Laki, IMR Perempuan, IMR L+P, CDR, Jumlah Kematian /1000), Migrasi (Net Migrasi Rate), maka dapat diproyeksikan perkembangan pertumbuhan penduduk kota sawahlunto periode sebagai berikut : Tabel 10 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Periode Wilayah Indonesia 205,132, ,477, ,572, ,005, ,219,200 Laju Pertumbuhan (%) Prov. Sumatera Barat 4,248,500 4,402,100 4,535,300 4,693,400 4,785,400 Laju Pertumbuhan (%) ,668 56,812 59,738 63,262 65,350 Laju Pertumbuhan (%) Sumber : Data diolah Lembaga Kependudukan Dunia Pendidikan Kondisi Pendidikan Sejalan dengan amanat UUD 1945, Pemerintah telah menempatkan pendidikan sebagai salah satu agenda utama dalam pembangunan daerah.sarana dan prasarana Pendidikan menjadi sama pentingnya dengan sarana dan prasarana lainnya, karena merupakan wadah untuk mengembangkan kualitas SDM melalui proses belajar dan mengajar. a) Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Pembangunan sarana dan prasarana diwujudkan dengan peningkatan kualitas infrastruktur sekolah, penyediaan ruangan belajar dan ruangan laboratorium, pustaka sekolah, lapangan olah raga, dan penyediaan bahan bacaan belajar.untuk peningkatan jumlah tenaga pengajar, pemerintah menerima CPNS untuk tenaga pengaja setiap tahunnya.hal ini diupayakan untuk menyeimbangkan jumlah guru dan siswa di. Pada periode ini, keberadaan sarana dan prasarana pendidikan tidaklah mengalami perubahan jumlah yang signifikan. Sebab berdasarkan aspek sarananya,secara kuantitas, daya tampung sarana pendidikan yang ada, masih dalam katagori tidak intensif (sangat fleksible) kecuali sarana pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki daya tampung lebih padat daripada sarana pendidikan lainnya, sedangkan dari aspek prasarananya kapasitas yang ada, sudah sangat intensif. Bab 2. Gambaran Umum Kota 27

20 Berikut adalah tabel 10 yang menjelaskan kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang ada di periode Tabel 11. Sarana dan Prasarana Pendidikan Periode Tahun Sarana dan Prasarana Pendidikan Tingkat Dasar Sekolah Dasar/MI Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Gedung Kelas Guru Murid 6, , , Rasio Gedung Rasio Murid Sarana dan Prasarana Pendidikan Tingkat SLTP dan MTS Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Gedung Kelas Guru Murid 2, , ,725 - Rasio Gedung Rasio Murid Sarana dan Prasarana Pendidikan Tingkat SMU dan MA Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Gedung Kelas Guru Murid , Rasio Gedung Rasio Murid Sarana dan Prasarana Pendidikan Tingkat SMU Kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Gedung Kelas Guru Murid 1, , , Rasio Gedung Rasio Murid Sumber : Sawahlunto Dalam Angka Kebutuhan akan sarana pendidikan baik gedung sekolah maupun ruang kelas diberbagai jenjang pendidikannyaterus mengalami dinamika, dalam hal ini pihak pemerintah Kota Sawahlunto dan pihak swasta terus berkontribusi dalam mengadakan sarana pendidikan tersebut. Bab 2. Gambaran Umum Kota 28

21 Namun pada periode ini, jumlah gedung sekolah berikut ruang kelasnya, hanya bertambah pada jenjang pendidikan Taman Kanak-Kakan (TK) dan Sekolah Dasar (SD) saja, sedangkan pada jenjang pendidikan lainnya tidak mengalami perubahan. Hal yang berbeda justru terdapat pada jumlah tenaga pengajar atau guru, dimana pada periode ini tenaga pengajar mengalami kecenderungan meningkat diberbagai jenjang pendidikannya kecuali di jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan sekolah Menengah Umum (SMU). Berkurang atau bertambahnya sarana dan prasarana pendidikan tersebut, diduga disebabkan oleh bertambah dan berkurangnya jumlah peserta didik yang ada. Pada periode ini, peserta didikdisemua jenjang pendidikan cenderung mengalami penurunan jumlah yang sangat signifikan, kecuali jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).Namun dengan berkurangnya peserta didik yang ada, bertambahnya tenaga pengajar, serta bertambahnya ruang kelas, mengakibatkan rasio sarana dan prasarana yang lebih baik daripada tahun sebelumnya. b) Tingkat Kelulusan, APM dan APK Beberapa kebijakan tersebut, terbukti mampu memberikan peningkatan yang signifikan terhadap mutu dan kualitas pendidikan di. Tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) siswa SLTP di Kota Sawahunto untuk tahun 2010 mencapai 94,5 %. Untuk siswa SLTA sederajat, tingkat kelulusan mencapai 99 %. Selain tingkat kelulusan UN tersebut, peningkatan juga terjadi pada kelulusan siswa SLTA yang diterima di perguruan tinggi favorit.pada tahun 2009, lulusan SLTA di Sawahlunto yang diterima di perguruan tinggi negeri favorit sebanyak 176 orang.pada tahun 2010, terjadi peningkatan menjadi 189 orang. Membaiknya sarana dan prasarana sekolah tersebut, mampu meningkatkan kemauan dan motivasi bersekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya nilai APM dan APK di dibawah ini : Tabel 11 Kondisi Sarana dan Prasarana Pendidikan di Periode NO JENJANG PENDIDIKAN APK APM PAUD SD/MI SLTP/MTs SMA/SMK/MA Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bab 2. Gambaran Umum Kota 29

22 Dengan APM sekolah SLTP sederajat sebesar 71,89 %, mengindikasikan kesuksesan pemerintah dalam mencanangkan wajib belajar 9 Tahun yang diberlakukan secara nasional. Bahkan, apabila kita menilik pada nilai APM SLTA sederajat sebesar 60,27 %, diketahui bahwa rata-rata penduduk yang menamatkan SLTA sudah diatas 60 %. Untuk kedepannya, Pemerintah yang sudah mencanangkan Wajib Belajar 12 Tahun ini, berusaha mencapai APM diatas 90 %. c) Pendidikan Informal dan Olahraga Salah satu kegiatan Pemuda di adalah Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang mempunyai misi membuka kesempatan agar pemuda dapat membekali diri dengan belajar, mengamati dan menguasai hal-hal baru yang positif, sehingga generasi muda dapat berkompetisi di era informasi, teknologi dan perdagangan bebas. Dengan beragam kegiatan positif sekaligus dapat meningkatkan kemampuan intelektual sehingga dihasilkan generasi muda dengan kualitas baik yang mampu menciptakan hal-hal yang bersifat membangun dan mempunyai filter untuk membentengi diri mereka dari hal-hal negatif budaya luar yang merusak mental dan moral.pertukaran pelajar ini merupakan agenda tahunan dari Pemerintah.Tahun 2009, merupakan jumlah terbanyak siswa-siswi yang menjadi perwakilan pelajar untuk menggali informasidan study banding ke Negara tetangga, yaitu sebanyak 78 orang. Olahraga merupakan mata rantai pembinaan.olahraga yang sistematis, berjenjang dan berkesinambungan, disamping itu juga untuk membangun SDM yang sehat jasmani dan rohani serta berdaya saing tinggi, sportif, dinamis, kreatif dan inovatif.olahraga juga merupakan kegiatan yang dapat dijadikan sebagai ajang pemanduan bakat sekaligus ajang seleksi untuk menjaring atlet-atlet muda berbakat, potensial yang diharapkan dapat berkompetisi dan berprestasi serta dapat mengangkat harkat serta martabat Kota Sawahlunto di Tingkat Propinsi serta Nasional prestasi Cabang Olahraga di Kota Sawahlunto. Banyaknya prestasi olahraga pemuda, menampakkan keaktifan dan tingginya sportivitas pemuda.prestasi-prestasi tersebut dapat dilihat di lampiran. d) Pembinaan dan Pengembangan Budaya dan Agama Agama berperan sebagai pedoman bagi para pemeluknya dalam menjalankan kehidupan di dunia dan di akhirat.kehidupan di dunia adalah persiapan bagi kehidupan di akhirat.agar manusia dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan pedoman yang benar, pemahaman terhadap agama sebagai pedoman hidup adalah sebuah prasyarat.namun kehidupan keagamaan yang berkualitas tidak cukup hanya dengan pemahaman yang baik.sebuah pemahaman yang baik perlu dibuktikan di dalam kehidupan nyata dalam Bab 2. Gambaran Umum Kota 30

23 bentuk pengamalan ajaran agama.dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan manusia diperlukan pula meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama. Agama akan memberikan peran yang positif terhadap pembangunan ketika pemahaman dan pengamalan para pemeluk ajaran agama terus-menerus mengalami perbaikan kualitasnya. Meskipun agama Islam di merupakan agama mayoritas yaitu sekitar 99,4 % dari jumlah penduduk, tetapi secara interaksi kehidupan beragama tidak terjadi benturan dan konflik dalam masyarakat antara pemeluk agama mayoritas dengan pemeluk agama minoritas. Sosialisasi antar pemeluk agama merupakan sebuah wujud keberhasilan pemerintah daerah dalam meningkatkan kehidupan beragama selama ini. Kondisi ini perlu dipertahankan dalam strategi pengembangan agama ke depan. Tantangan kerukunan kehidupan beragama diindikasikan akan terus meningkat sehingga perlu strategi pembangunan yang dapat meredam terjadinya konflik tersebut. Salah satu Misi Kota Sawahlunto adalah Pengembangan Nilai-nilai dasar agama di tengah masyarakat, di samping kita terus meningkatkan pembangunan di bidang ekonomi, social budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi kita pun terus meningkatkan pembangunan di bidang agama yang bertujuan lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT salah satunya adalah melaksanakan Musabaqah Tilawatil Qur an. Disamping pembangunan agama dan adat budaya diarahkan pula untuk meningkatkan kerukunan hidup dengan meningkatkan rasa saling percaya dan harmonisasi antar kelompok masyarakat sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa dan harmonis Kesehatan Salah satu prioritas pembangunan juga dilakukan pada bidang kesehatan, beberapa program peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, sepertipeningkatan layanan kesehatan ibu, bayi, balita dan Keluarga Berencana serta perbaikan status gizi masyarakat merupakan prioritas yang menjadi fokus perhatian pembangunan kesehatan.kesehatan dan Gizi masyarakat merupakan bagian yang harus terus ditingkatkan baik melalui akses penduduk terhadap fasilitas layanan kesehatan, maupun promosi kesehatan yang dilaksanakan secara terus menerus agar masyarakat dapat berprilaku hidup sehat dan hidup dalam lingkungan yang sehat. Upaya untuk meningkatkan layanan kesehatan juga terus ditingkatkan dan dilanjuti baik oleh pemerintah daerah, maupun membuka keterlibatan sektor swasta seperti bertambahnya klinik. Bab 2. Gambaran Umum Kota 31

24 Sumber : Dinas Kesehatan Kota sawahlunto Tabel 12 Kondisi Sarana Kesehatan di Periode No Sarana Kesehatan dan Pengobatan RSU Negeri Kelas C Puskesmas Induk Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Posyandu Poliklinik Desa Pos Kesehatan Desa Pos KB Klinik KB Apotek Rumah Obat Dalam peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di desa dan kelurahan, Pemerintah Daerah menyediakan dua sampai tiga Posyandu di setiap Desa/Kelurahan.Peralatan dan fasilitas yang ada di posyandu juga terus ditingkatkan. Selain Posyandu, di beberapa desa, juga telah di bangun Polindes dan Poskesdes. Dengan adanya pos perpanjangan tangan rumah sakit untuk tingkat desa ini, diharapkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan medis di desa/kelurahan, dapat terlayani dengan cepat dan segera.untuk tingkat Kota sawahlunto, masyarakat juga mempunyai satu Rumah sakit Umum Daerah yang dapat diandalkan.pasien dan pengunjung Rumah Sakit Umum Daerah ini tidak hanya berasal dari dalam Kota Sawahlunto, juga didatangi oleh masyarakat daerah tetangga.jumlah klinik Praktek Dokter juga semakin bertambah jumlahnya di. Data terakhir tahun 2010 memperlihatkan jumlah Klinik Praktek Dokter di meningkat hampir tiga kali lipat jumlah klinik praktek Dokter dibanding tahun Dengan fasilitas-fasilitas tersebut, diharapkan taraf kesehatan masyarakat dapat meningkat. Peningkatan jumlah Posyandu, Puskesmas dan Klinik Praktek Dokter tentu tidak dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat secara otomatis tanpa didukung oleh peningkatan SDM pengelola baik secara kuantitas maupun kualitas.menyadari hal tersebut, Pemda selalu melakukan penambahan jumlah pegawai khususnya dibidang kesehatan ini. Bab 2. Gambaran Umum Kota 32

25 Tabel 13 Kondisi Prasarana Kesehatan di Periode No Prasarana Kesehatan & Pengobatan Dokter Umum Dokter Spesialis Dokter Gigi Magister Administrasi Rumah Sakit (S2) Magister Kesehatan Masyarakat (S2) Sarjana Kesehatan Masyarakat (S1) Ahli Gizi Ahli Rontgen Ahli Penyehatan Lingkungan Perawat Bidan Apoteker Asisten Apoteker Analis Laboratorium Perawat Gigi Dukun Anak Atem Aplikes Sumber : Dinas Kesehatan Pada tabel diatas, dapat diketahui tenaga kesehatan di bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2008, jumlah perawat di masih 175 orang, sedangkan pada tahun 2010, jumlah tersebut sudah bertambah menjadi 203 orang. Jumlah bidan dan dokterpun sudah meningkat dibanding tahun 2008.Dengan jumlah tenaga kesehatan yang selalu diupayakan sesuai dengan proporsi jumlah penduduk ini, diharapkan pelayanan kesehatan pada masyarakatdapat optimal. Untuk mengatasi mahalnya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh pasien, Pemerintah Kota saawhunto juga mengembangkan sistim Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).Sistem JPKM ini merupakan suatu konsep atau metode penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna (preventif, promatif, rehabilitative dan kreatif) dengan dasar azas usaha bersama serta kekeluargaan yang berkesinambungan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan secara pra upaya.masyrakat yang telah mempunyai JPKM berbentuk Askes sosial, Jamkesmas, Jamkesda, Tugu Mandiri, Jamsostek dan lain-lain dengan tujuan dapat meringankan beban pembiayaan pengobatan bagi masyarakat dan penduduk yang membutuhkan. Bab 2. Gambaran Umum Kota 33

26 Jumlah penduduk yang sadar akan pentingnya asuransi kesehatan juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2010 masyarakat yang sudah terjamin oleh JPKM ini telah mencapai 84,1 % dari total penduduk diluar Askes. Agar semua penduduk mempunyai JPKM, Pemerintah membentuk BAPEL Sawahlunto Sehat dengan tujuan, untuk menyediakan asuransi kesehatan bagi masyarakat yang belum mempunyai JPKM, dimana Pemerintah Kota Sawahlunto memberikan subsidi premi 50%, yang semestinya masyarakat umum membayar preminya sebesar Rp ,-/jiwa per bulan untuk meringankan beban masyarakat dan penduduk maka masyarakat hanya membayar sisanya saja Sosial Masyarakat dihuni oleh berbagai macam multi etnis, baik dari etnis cina, jawa, minang, dll, dimana proses migrasi in dan migrasi outnya lebih banyak disebabkan oleh produktivitas industri penggalian tambang Ombilin. Sehingga bila produktivitas tambangnya menurun, maka penduduk pada umumnya melakukan migrasi out.hal ini terjadi pada periode , dimana di perkirakan jumlah penduduk berkurang sebesar jiwa. Namun inovasi teknologi yang terus dilakukan untuk meningkatakan produktivitas tambang Ombilin berhasil menarik masyarakat untuk melakukan migrasi in kembali. Hal ini terjadi pada periode , dimana produksi batu bara Ombilin yang meningkat, mampu menarik sekitar jiwauntuk datang kembali ke. Tidak hanya migrasi in yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk Kota Sawahlunto, namun peningkatan jumlah luas wilayah dari 778 Ha menjadi Ha, juga menyebabkan jumlah Penduduk Kota ini menjadi lebih besar. Dari aspek agama, penduduk didominasi oleh masyarakat dengan latarbelakang agama islam. Pada tahun 2010 prosentase penduduk islam mencapai 99,46%, dengan laju pertumbuhan mencapai 2,23. Bab 2. Gambaran Umum Kota 34

27 Tabel 14 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Tahun Tahun Islam Katholik Protestan Hindu Budha , , , Sumber : Sawahlunto Dalam Angka Namun, peningkatan jumlah penduduk yang berlatarbelakang agama islam, tidak di ikuti dengan meningkatnya jumlah sarana ibadah yang ada. Bahkan pada tahun 2009 dan 2010, secara kuantitatif sarana ibadah yang ada (khususnya mushalla/langgar) cenderung mengalami pengurangan jumlah. Tabel 15 Jumlah Sarana Ibadah di Berdasarkan Agama Tahun Tahun Mesjid Sumber : Sawahlunto Dalam Angka Mushala/ Langgar Gereja /169 2 Lainnya Meskipun sarana ibadah umat islam dari aspek kuantitas tidak mengalami penambahan jumlah, namun jumlah kegiatan sosial umat islam ( Idul adha/kurban) mengalami peningkatan secara signifikan, seperti yang tertera pada tabel 16 berikut; Tabel 16 Jumlah Aktivitas Sosial ( idul adha/kurban) Umat Islam di Tahun Tahun Orang Berkurban Penerima Qurban ,981 29, ,969 31, ,263 28,589 Sumber : Sawahlunto Dalam Angka Bab 2. Gambaran Umum Kota 35

28 2.7. Kondisi Perekonomian Selain sebagai indikator untuk mengukur kinerja pembangunan terutama dibidang ekonomi yang telah berjalan, pertumbuhan ekonomi juga digunakan sebagai instrumen evaluasi yang berguna untuk penyusunan rencana pembangunan pada masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi dibangun dari kumpulan agregat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang ada. Artinya perkembangan nilai tambah masing-masing sektor atau sub sektor yang terjadi, akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada periode tersebut. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tercipta pada suatu daerah sangat bergantung pada kemampuan daerah tersebut dalam meningkatkan produksi sektoral dan kesinambungannya.oleh sebab itu untuk menghitung nilai tambah sektoral, tingkat harga yang dipakai adalah yang berlaku pada tahun dasar (2000) yang merupakan dasar tingkat harga nasional. Faktor produksi sangat menentukan peningkatan output sektoral, selain itu kebijakan yang berlaku pada tahun berjalan juga dapat berperan dalam menentukan peningkatan produksi tersebut. Tabel 17 Tabel Perkembangan Indikator Makroekonomi Tahun No Indikator Satuan Tahun Laju pertumbuhan Ekonomi % PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Rp Milyar , PDRB Atas Dasar Harga Konstan Rp Milyar PDRB Perkapita Rp Juta Pendapatan Regional Perkapita Rp Juta Jumlah Penduduk Jiwa 53,295 53,686 54,913 55,291 56,812 7 Tingkat Pengangguran Jiwa 1,256 1,744 1,962 2,180 1,156 8 Penduduk Miskin KK 2,290 2,290 1,904 1, Sumber : BPS, Secara umum, kinerja sistem ekonomi Pemerintah, menunjukan indikasi perkembangan yang meningkat secara signifikan dari setiap tahunnya. Pada periode , Indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan kecenderungan yang meningkat sebesar 55.48, Indikator PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menunjukkan kecenderungan yang meningkat sebesar 9,36, Indikator PDRB Atas Dasar Harga Konstan juga menunjukkan kecenderungan yang meningkat sebesar 2,24. Indikator ekonomi lainnya adalah PDRB Perkapita yang menunjukkan kecenderungan meningkat sebesar 7,68, Indikator Pendapatan Regional Perkapita juga menunjukkan Bab 2. Gambaran Umum Kota 36

29 indikasi meningkat sebesar 7,76. Kenaikan PDRB perkapita mengindikasikan besar ratarata nilai PDRB yang bisa dinikmati oleh setiap satuan penduduk di. Dampak meningkatnya persentase pertumbuhan ekonomi ini juga terlihat dari menurunnya angka kemiskinan di.pada tahun 2006, jumlah keluarga miskin di masih KK. Seiring meningkatnya pembangunan perekonomian di, pada tahun 2010 setelah dilakukan pendataan ulang Keluarga miskin oleh Bappeda, diketahui jumlah keluarga miskin di Kota Sawahlunto tinggal 837 KK. Apabila dibandingkan dengan jumlah keluarga di Kota Sawahlunto yaitu sebanyak KK, diperoleh angka kemiskinan di hanya 6.03 %. Rendahnya angka kemiskinan ini merupakan hasil kerja keras pemerintah Kota Sawahluntountuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Disisi lain, angka ini sejalan dengan hasil penghitungan BPS secara nasional yang menggunakan indikator kelayakan makanan masyarakat, dimana diperoleh angka kemiskinan di hanya 2,24 %. Ini merupakan angka kemiskinan terendah kedua untuk katagori pemerintah kabupaten/kota di Indonesia setelah Kota Denpasar. Kondisi diatas merupakan produk dari dinamika struktur ekonomi yang selama ini berlangsung, dimana seperti yang tercantum dalam tabel 18 dan 19, dijelaskan bahwa sektor tersier adalah sektor yang mendominasi dinamika ekonomi Kota sawahlunto, hal ini dibuktikan dengan prosentase distribuisi per sektornya terhadap PDRB (ADHB) yaitu 60,65% (2008), 62,89% (2009), dan 65,46% (2010). Pada sektor ini (tersier) terdapat beberapa subsektor seperti layanan publik (listrik, gas, dan air minum) dan jasa (konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, transportasi dan komunikasi, keuangan dan jasa lainnya). Peningkatan kontribusi sektor tersier, juga diikuti dengan meningkatnya kontribusi subsektor sekunder (industri pengolahan), hal ini dibuktikan, dimana industri ini memiliki prosentase kontribusi yang terus tumbuh dan meningkat terhadap PDRB (ADHB) yaitu, 10,62% (2008), 11,05% (2009), 11,35% (2010). Namun meningkatnya kontribusi sektor sekunder dan tersier terhadap PDRB (ADHB) tidak diikuti oleh kontribusi sektor primer,padahal sektor primer (pertanian/pertambangan/penggalian) merupakan sektor utama yang didasarkan pada kekuatan sumberdaya alam yang mampu menggerakkan sektor lainnya (sekunder dan tersier). Hal ini dibuktikan dengan kontribusi sektor primer yang menunjukan kontribusi terus menurun terhadap PDRB (ADHB) setiap tahunnya, yaitu 28,73% (2008), 26,05% (2009), 23,19% (2010). Bab 2. Gambaran Umum Kota 37

30 Penurunan kontribusi ini disebabkan oleh penurunan prosentase kontribusi sektor pertanian (subsektor tanaman pangan dan subsektor hortikultul) serta penurunan prosentase kontribusi sektor pertambangan dan Penggalian (non migas dan penggalian). Tabel 18 Nilai PDRB (ADHB) Tahun Per Sektor (dalam Rp ) LAPANGAN USAHA Sumber : BPS, * 1 Pertanian 78, , , a. Tanaman Pangan & Hortikultura 43, , , b. Perkebunan 4, , , c. Peternakan 29, , , d. Perikanan , , Pertambangan dan Penggalian 168, , , a. Non Migas 104, , , b. Penggalian 63, , , Industri Pengolahan 91, , , Industri Tanpa Migas 91, , , Listrik, Gas, dan Air Bersih 9, , , a. Listrik 7, , , b. Air Bersih 1, , , Bangunan 62, , , Perdagangan, Hotel, dan Restoran 97, , , a. Perdagangan Besar dan Eceran 88, , , b. H o t e l c. Restoran 8, , , Pengangkutan dan Komunikasi 91, , , a. Angkutan 84, , , Kereta Api Jalan Raya (Darat) 80, , , Jasa Penunjang Angkutan 3, , , b. Komunikasi 6, , , Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 45, , , a. Bank 14, , , b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank & Jasa Perusahaan 16, , , c. Sewa Bangunan 15, , , d. Jasa Perusahaan Jasa-Jasa dan Service 216, , , a. Pemerintahan Umum & Pertahanan 94, , , b. Swasta 121, , , Sosial Kemasyarakatan 33, , , Hiburan dan Rekreasi 4, , , Perorangan dan Rumahtangga 83, , , Jumlah 861, , ,121, Bab 2. Gambaran Umum Kota 38

31 Tabel 19 Distribusi PDRB (ADHB) Tahun per Sektornya (dalam %) LAPANGAN USAHA Sumber : BPS, * LPE 1 Pertanian a. Tanaman Pangan & Hortikultura (0.72) b. Perkebunan c. Peternakan d. Perikanan Pertambangan dan Penggalian (33.81) a. Non Migas (9.38) b. Penggalian (73.87) 3 Industri Pengolahan Industri Tanpa Migas Listrik, Gas, dan Air Bersih a. Listrik b. Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran a. Perdagangan Besar dan Eceran b. H o t e l c. Restoran Pengangkutan dan Komunikasi a. Angkutan Kereta Api Jalan Raya (Darat) Jasa Penunjang Angkutan (5.93) b. Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank & Jasa Perusahaan c. Sewa Bangunan d. Jasa Perusahaan (4.61) 9 Jasa-Jasa dan Service a. Pemerintahan Umum & Pertahanan b. Swasta Sosial Kemasyarakatan Hiburan dan Rekreasi Perorangan dan Rumahtangga Jumlah Bab 2. Gambaran Umum Kota 39

32 Gambar. 6 Distribusi PDRB (ADHB) Tahun per Sektornya (dalam %) Jasa - Jasa Pertambangan dan Penggalian Perdagangan, Hotel dan Restoran Industri Pengolahan Pengangkutan dan Komunikasi Pertanian Bangunan Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Listrik, Gas dan Air Bersih * Sumber : BPS, Dinamika ekonomi secara agregat yang menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahunnya, juga diikuti dengan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya laju penyerapan tenaga kerja angkatan kerja. Meskipun angka pengangguran angkatan kerja juga mengalami peningkatan, namun laju peningkatan angkatan kerja yang bekerja relatif lebih tinggi daripada laju pertumbuhan angkatan kerja yang menganggur. Berikut adalah tabel 20, yang menjelaskan distribusi angkatan kerja yang bekerja dan yang tidak bekerja di pada tahun Tabel 20 Distribusi Penduduk Produktif Berdasarkan Status Pekerjaannya di Tahun No Jenis Kegiatan Utama I. Angkatan Kerja Bekerja Penganggur II. Bukan Angkatan Kerja Jumlah Sumber : BPS, Bab 2. Gambaran Umum Kota 40

33 Penyerapan angkatan kerja yang menunjukkan kecenderungan meningkat, juga sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan subsektor dalam struktur ekonomi yang selama ini berlangsung. Dimana sektor tersier yang memiliki kontribusi terbesar terhadap struktur ekonomi lokal, juga diikuti dengan penyerapan angkatan kerja yang juga terus meningkat. Dan beberapa sektor yang mengalami kecenderungan menurun dalam kontribusinya terhadap PDRB (ADHB), juga mengalami penurunan dalam hal penyerapan tenaga kerja pada angkatan kerja. Tabel 21 berikut menjelaskan perihal penyerapan tenaga kerja pada angkatan kerja per sektor dan subsektornya di pada tahun Tabel 21 Distribusi Penduduk Umur diatas 15 Tahun yang Bekerja Berdasarkan Sektor dan Subsektornya di Tahun Sektor Per tumbuhan Sektor Primer (11.31) Sektor Sekunder (16.44) Sektor Tersier Jumlah Persentase Lapangan Usaha Pertumbuhan 1. Pertanian (12.14) 2. Pertambangan (9.20) 3. Industri (16.44) 4. Listrik, Gas dan Air Minum Konstruksi (32.24) 6. Perdagangan Angkutan dan Komunikasi Keuangan Jasa Jumlah Persentase Keterangan : 1. Sumber dari BPS (Sawahlunto Dalam Angka ) 2. Data tahun 2010 (disajikan dengan cara yang berbeda sehingga tidak dapat di komparasikan dengan data tahun sebelumnya) 2.8. Visi dan Misi Kota Visi Kota Untuk memenuhi Amanat Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka dalam rapat paripurna DPRD telah disampaikan visi, misi dan program dari kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih sebagai landasan dalam Bab 2. Gambaran Umum Kota 41

34 menjalankan pemerintahan di periode Adapun Visi, dari kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut dirumuskan sebagai berikut: Visi pembangunan periode ini, diharapkan dapat mewujudkan keinginan dan amanat masyarakat dengan tetap menselaraskan pada pencapaian tujuan nasional seperti diamanatkan dalam RPJM Propinsi, dan RPJM Nasional. Visi pembangunan tersebut harus dapat diukur untuk mengetahui tingkat keberhasilannya dalam rangka mewujudkan menjadi kota wisata dan ekonomi kerakyatan berkelanjutan untuk menuju kota yang berbudaya dan sejahtera.visi pembangunan tahun diatas memiliki 4 (empat ) konsep utama yaitu : Kota Wisata : a) Kota yang memiliki daya saing pariwisata dengan objek-objek wisata yang berkualitas; b) Pemanfaatan bangunan tua dan kawasan bersejarah sebagai living muzeum yang merupakan karakteristik wisata kota Sawahlunto; c) Terjalinnya jaringan kerjasama dalam pengembangan wisata dengan pihak lain; d) Menjadikan industri pariwisata untuk meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat; e) Terwujudnya sebagai destinasi wisata terkemuka di Indonesia; Ekonomi Kerakyatan yang Berkelanjutan : a) Berkembangnya ekonomi rakyat dan sektor riil; b) Terlaksananya intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi pemanfaatan lahan sehingga terwujudnya ketahanan pangan; c) Berkembangnya kegiatan pertanian terpadu yang berkelanjutan dengan konsep agribisnis dan agro industri; d) Berkembangnya aktifitas ekonomi masyarakat yang mendukung kegiatan pariwisata; Bab 2. Gambaran Umum Kota 42

35 Kota yang Berbudaya : a) Menjadikan keragaman etnis dan budaya sebagai potensi wisata; b) Melestarikan dan mengembangkan nilai budaya dan kearifan lokal; c) Menjadikan lembaga pendidikan sebagai pusat pengembangan dan pelestarian nilai-nilai agama, adat dan budaya; d) Meningkatnya pemahaman dan apresiasi budaya sesuai dengan keragaman kekayaan budaya lokal; e) Meningkatnya aktualisasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah; Kota yang Sejahtera : a) Terwujudnya masyarakat yang memiliki kekuatan ekonomi yang tangguh b) Terwujudnya masyarakat berpendidikan tinggi dan berkualitas. c) Tingginya derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan d) Terpenuhinya kebutuhan sarana prasarana dan utilitas kota e) Terciptanya suasana yang kondusif dalam kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, ketahanan dan keamanan Misi Kota Dalam rangka mewujudkan visi yaitu Terwujudnya Menjadi Kota Wisata dan Ekonomi Kerakyatan Berkelanjutan Untuk Menuju Kota Yang Berbudaya dan Sejahtera Pemerintah dan masyarakat menyusun misi untuk mencapainya dengan beberapa misi berikut : a) Memelihara dan Mengamalkan Nilai-Nilai Dasar Agama dan Adat Istiadat Serta Menciptakan Kondisi Yang Kondusif Ditengah-Tengah Masyarakat. Dengan mengupayakan penanaman nilai-nilai agama dan adat dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara yang kondusif melalui pendidikan formal, informal dan non formal dengan melibatkan semua komponen masyarakat dalam rangka mewujudkan menjadi kota wisata tambang yang berbudaya. b) Menumbuh Kembangkan Sektor Riil Dengan Menitik Beratkan Pada Ekonomi Kerakyatan Membangun dan mengembangkan berbagai kegiatan sektor riil yang meliputi pertambangan, pertanian, peternakan, perkebunan, industri kecil dan menengah serta kegiatan ekonomi yang mendukung pariwisata dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat dengan melakukan berbagai upaya penguatan kelembagaan permodalan, teknologi, Sumber Daya Manusia (SDM), serta sarana dan prasarana, sehingga tercipta efisiensi, efektifitas dan keunggulan bersaing guna meningkatkan produktifitas berbasis sistem informasi dan penciptaan lapangan kerja. Bab 2. Gambaran Umum Kota 43

36 c) Meningkatkan Kualitas Aparatur dan Masyarakat Dilakukan melalui pembinaan, peningkatan, kompetensi, penciptaan iklim kerja dan mekanisme yang memungkinkan, disiplin kerja yang tinggi dan berprestasi dalam rangka menciptakan aparatur yang profesional, sehingga dapat memberikan pelayanan prima yang efisien dan efektif kepada masyarakat. Selanjutnya meningkatkan kualitas masyarakat dilakukan melalui pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, dan peningkatan aksessibilitas masyarakat yang dilakukan secara terpadu dan bersinergi dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan sehingga terciptanya masyarakat yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan d) Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Sarana Prasarana Dasar Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana dasar melalui kegiatan pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi, kelistrikan, air bersih, penerangan jalan umum dan sanitasi lingkungan, sehingga menjadi kota yang menarik, aman, nyaman ditempati, dikunjungi dan sejahtera e) Mengembangkan Kepariwisataan Membangun dan mengembangkan berbagai objek wisata melalui pembangunan dan pengembangan berbagai objek wisata, meningkatkan promosi dan atraksi wisata, serta mendorong partisipasi masyarakat menjadi pelaku usaha pariwisata sehingga menjadi salah satu destinasi wisata terkemuka ditanah air yang menarik untuk dikunjungi. Terkait dengan urusan sanitasi, pemerintah berkomitmen mengelolanya dengan baik. komitmen ini tercantum dalam prioritas pembangunan dalam dokumen RPJMD, yaitu dalam misi Ke-III (Meningkatkan Kualitas Aparatur dan Masyarakat) dan Misi Ke-IV Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Sarana Prasarana Dasar. Secara rinci jenis kegiatan terkait urusan sanitasi terankum dalam tabel RPJMD. Bab 2. Gambaran Umum Kota 44

37 Tabel 22 Program Terkait Sanitasi dalam Dokumen RPJMD Sumber : Dokumen RPJMD Tahun Bab 2. Gambaran Umum Kota 45

38 2.9. Institusi dan Organisasi Pemerintah Daerah Sejalan dengan proses otonomi daerah, beberapa urusan dan kewenanganpun didelegasikan menjadi tugas pemerintah daerah. Berdasarkan Undang-Undang No 32 Tahun 2004, berikut adalah Tebel 23 yang memaparkan tentang urusan wajib pusat yang menjadi urusan wajib daerah. NO KEWENANGAN/TUGAS YANG DIOTONOMIKAN 1 Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan 2 Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pengawasan Tata Ruang 3 Penyelengaraan Ketertiban Umum 4 Penyelenggaran Pendidikan 5 Penyelenggaraan Layanan Dasar lainnya, 6 Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan 7 Pelayanan Pertanahan 8 Pelayanan Kependudukan dan Catatan Sipil 9 Pelayanan Administrasi Umum Pemerintahan 10 Pelayanan Administrasi Penanaman Modal 11 Penyediaan Sarana dan Prasarana Umum 12 Penanganan Bidang Kesehatan 13 Penanggulangan Masalah Sosial 14 Pengendalian Lingkungan Hidup 15 Fasilitasi Pengembangan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 16 Urusan wajib lainnya yang diamantkan oleh peraturan perundang-undangan Ket :Memiliki keterkaitan dengan bidang sanitasi Sumber : UU 32 Tahun 2004 Beradasarkan UU No 32 Tahun 2004, Bab 3 terkait dengan pembagian urusan pemerintahan, maka terdapat beberapa urusan wajib yang menjadi kewenangan daerah. Adapun urusan wajib di tingkat Kota yang terkait dengan sanitasi termasuk PHBS didalamnya, terdapat pada Bab 3 Pasal 14, yaitu, antara lain urusan perencanaan dan pengendalian pembanguan, perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang, penyelengaraan pendidikan, penyediaan sarana dan prsarana umum, penanganan bidang kesehatan, penanggulangan masalah sosial, serta pengendalian lingkungan hidup. Undang Undang inipun memberikan konsekuensi terhadap daerah akan hak dan kewajibannya. Bab yang menjelaskan perihal hak pemerintah daerah melalui Penyelenggaraan Pemerintahan yaitu Bab 4 (Bagian Ke 3) Pasal 21 yang merinci beberapa hal yang menjadi hak pemerintah daerah seperti mengatur dan mengurus ususan pemerintahnya, memilih pemimpin daerah, mengelola aparatur daerah, megelola Bab 2. Gambaran Umum Kota 46

39 kekayaan daerah, memungut pajak daerah dan retribusi daerah, mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumberdaya alam, mendapatakan sumber-sumber pendapatan lainnya yang sah, serta mendapatkan hak lainnya yang doatur dalam peraturan perundangundangan. Berikut adalah tabel 24, yang memaparkan Hak dan Kewajiban daerah. NO KEWAJIBAN DAERAH NO HAK DAERAH 1 Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan 1 Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 2 membentuk dan menerapkan peraturan perundangundangan 2 Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya sesuai dengan kewenangannya alam daya lainnya yang berada di daerah 3 Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah 3 Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundangundangan 4 kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundangundangan 4 Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah 5 mengelola administrasi kependudukan 5 Memungut pajak daerah dan retribusi daerah 6 mengembangkan sumber daya produktif di daerah 6 Mengelola kekayaan daerah 7 Mengembangkan kehidupan demokrasi 7 Memilih pimpinan daerah 8 mengembangkan sistem jaminan sosial 8 Mengelola aparatur daerah 9 Menyediakan fasilitas sosial & fasilitas umum yang layak 10 Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat 11 Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan 12 Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan 13 Melestarikan nilai sosial budaya 14 Mewujudkan keadilan dan pemerataan 15 Melestarikan lingkungan hidup Ket : Memiliki keterkaitan dengan bidang sanitasi Sumber : UU 32 Tahun 2004 Selain merinci hak pemerintah daerah, UU No 32 Tahun 2004 Bab 4 (Bagian Ke 3) Pasal 21 juga merinci beberapa hal yang menjadi kewajiban pemerintah daerah. Kewajiban pemerintah daerah tersebut antara lain : melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat; mengembangkan kehidupan demokrasi; mewujudkan keadilan dan pemerataan; meningkatkan pelayanan dasar pendidikan; menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan; menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak; mengembangkan sistem jaminan sosial; menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; mengembangkan sumber daya produktif di daerah; melestarikan lingkungan hidup; mengelola administrasi kependudukan; melestarikan nilai sosial budaya; membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya; dan kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Untuk menjalankan hak dan kewajibannya, Pemerintah menyusun regulasi yang bertujuan mensistemasi lembaga dan kelembagaan terkait hak dan kewajibannya, agar pembangunan berlangsung secara secara efektif dan efisien. Bab 2. Gambaran Umum Kota 47

40 Sejak periode 2008 sampai dengan 2010, struktur organisasi tata kerja (SOTK) Pemerintah terus mengalami penyesuain seiring dengan dinamisnya kebutuhan pembangunan. Berikut adalah Tabel 25 yang merinci dokumen Perda yang terkait dengan lembaga teknis daerah dan dinas daerah di lingkungan Pemerintah Kota Sawahlunto. Sumber : Bagian Hukum Pemerintah Berdasarkan regulasi diatas pemerintah mendelegasikan kewenangannya untuk mengelola haknya serta menunaikan kewajibannya melalui beberapa Lembaga Teknis Daerah, Dinas Daerah, Kecamatan dan Kelurahan. Berikut adalah Gambar 6 yang menggambarkan sebagian besar Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) di lingkungan Pemerintah. Bab 2. Gambaran Umum Kota 48

41 SOTK Pemerintah WALIKOTA SEKRETARIS DAERAH Dinas Daerah Lembaga Teknis Daerah Kecamatan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kelurahan Dinas Pekerjaan Umum Badan Lingkungan Hidup Dinas Kesehatan dan Sosial Dinas Pertanian dan Kehutanan Dinas Pertambangan Industri Perdagangan, Koperasi, Tenaga Kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kantor Pemberdayaan Masyarakat Perempuan & Keluarga Berencana Inspektorat Daerah Kantor Kepegawaian Daerah Kantor Perhubungan Kantor Kesatuan Bangsa RUSD Satuan Polisi Pamong Praja Sumber : 1. Perda No. 01 Thn Perda No. 02 Thn Perda No. 03 Thn Perda No. 04 Thn Perda No. 06 Thn Perda No. 07 Thn Perda No. 17 Thn Perda No. 19 Thn Perda No. 05 Thn 2011 Ket = Memiliki keterkaitan dengan bidang sanitasi Berdasarkan Gambar. 6 di atas dapat dideskripsikan beberapa perihal terkait tugas dan fungsi lembaga dan dinas daerah yang terkait dengan urusan sanitasi. 1) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.Dinas ini memiliki tugas melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang pendidikan, pemuda dan olahraga. Selain tugas, dinas inipun memiliki fungsi rinci sebagai berikut; a) perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan, pemuda dan olahraga, b) penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dan pelayanan umum di bidang pendidikan, pemuda dan olahraga Bab 2. Gambaran Umum Kota 49

42 c) pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pendidikan, pemuda dan olahraga, d) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Gambar. 7 Struktur Organisasi Tata KerjaDinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Struktur Dinas Daerah (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga) KEPALA Kelompok Jabatan Fungsional Sekretaris Sub Bagian Adm. Umum Sub Bagian Kepegawaian Sub Bagian Adm. Keuangan Bidang Pendidikan Dasar Bidang Pendidikan Menengah Bidang Pendidikan Luar Sekolah Bidang Pemuda Dan Olahraga Bidang Program Dan Pengembangan Pendidikan UPTD Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar Seksi Kurikulum Pendidikan Menengah Seksi Pendidikan Anak Usia Dini & Taman Bacaan Masyarakat Seksi Kepemudaan Seksi Data & Statistik Pendidikan Seksi Tenaga Dan Sarana Prasarana Pendidikan Dasar Seksi Tenaga Dan Sarana Prasarana Pendidikan Menengah Seksi Kesetaraan, Pendidikan Luar Sekolah Dan Masyarakat Seksi Ke olahragaan Seksi Program Dan Pelaporan Ket = Memiliki keterkaitan dengan bidang sanitasi 2) Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan Pemerintah Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas ini memiliki tugas melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang pekerjaan umum yang meliputi bina marga, pengairan, cipta karya dan tata ruang. Selain tugas, dinas inipun memiliki fungsi rinci sebagai berikut; a) perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum, b) penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum, c) pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pekerjaan umum, d) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bab 2. Gambaran Umum Kota 50

43 Gambar. 8 Struktur Organisasi Tata KerjaDinas Pekerjaan Umum Struktur Dinas Daerah (Pekerjaan Umum) KEPALA Kelompok Jabatan Fungsional Sekretaris Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Sub Bagian Program Dan Pelaporan Sub Bagian Adm. Keuangan Bidang Bina Teknis Bidang Bina Marga Dan Pengairan Bidang Tata Ruang Dan Tata Bangunan Bidang Cipta Karya Seksi Perencanaan Keciptakaryaan Seksi Bina Marga Seksi Penataan Ruang Seksi Perumahan Dan Permukiman Seksi Perencanaan Kebinamargaan Seksi Pengairan Seksi Penataan Pengawasan Bangunan Seksi Sarana Dan Prasarana Lingkungan Seksi Bina Jasa Konstruksi UPTD Ket = Memiliki keterkaitan dengan bidang sanitasi 3) Dinas Kesehatan dan Sosial Dinas Kesehatan dan Sosial merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan Pemerintah Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas ini memiliki tugas melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang Kesehatan dan Sosial. Selain tugas, dinas inipun memiliki fungsi rinci sebagai berikut; a) perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan dan sosial; b) penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dan pelayanan umum di bidang kesehatan dan sosial; c) pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kesehatan dan sosial; d) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bab 2. Gambaran Umum Kota 51

44 Gambar. 9 Struktur Organisasi Tata KerjaDinas Kesehatan dan Sosial Struktur Dinas Daerah (Dinas Kesehatan & Sosial) KEPALA Sekretaris Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Adm. Umum & Kepegawaian Sub Bagian Program & Pelaporan Sub Bagian Adm. Keuangan Bidang Kesehatan Keluarga Bidang Peningkatan Pelayanan Kesehatan Bidang Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Bidang Informasi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat Bidang Bina Sosial Seksi Kesehatan Ibu/Anak/ kesehatan Reproduksi Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat Dan Rujukan Seksi Pengendalian Penyakit Seksi Informasi Dan Promosi Kesehatan Seksi Pemberdaya an Organisasi Sosial Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat Seksi Pengawasan Teknologi Kesehatan Seksi Penyehatan Lingkungan Seksi Pemberdaya an Masyarakat Di Bidang Kesehatan Seksi Pelayanan Rehabilitasi Sosial Ket = Memiliki keterkaitan dengan bidang sanitasi 4) Badan Perencana Pembangunan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan ini memiliki tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan Daerah dibidang perencanaan pembangunan Daerah, penelitian dan pengembangan pembangunan Daerah serta Lingkungan Hidup. Selain tugas, lembaga inipun memiliki fungsi rinci sebagai berikut; a) perumusan kebijakan teknis dibidang perencanaan dan lingkungan hidup, b) pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan dan lingkungan hidup, c) pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan pembangunan daerah dan lingkungan hidup, d) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bab 2. Gambaran Umum Kota 52

45 Gambar. 10 Struktur Organisasi Tata KerjaBadan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Struktur Lembaga Teknis Daerah (Bappeda) KEPALA Sekretaris Kelompok Jabatan Fungsional Sub. Bagian Administrasi Umum Sub. Bagian Program dan Pelaporan Sub. Bagian Administrasi Keuangan Bidang Pembangunan Ekonomi Bidang Pembangunan Sosial Budaya Bidang Pembangunan Fisik dan Prasarana Bidang Pendataan danlitbang Sub Bidang Pertanian dan Pariwisata Sub Bidang Pendidikan, Sumberdaya Manusia, Adat, Budaya, Agama, Kesenian & Olahraga Sub Bidang Tata Ruang, Tata Bangunan, Perumahan, Permukiman, SDA & Lingkungan Hidup Sub Bidang Pendataan, Monitoring Dan Evaluasi Sub Bidang Petambangan, Industri, Perdagangan, Koperasi Dan Permodalan Sub Bidang Kesehatan, Sosial,tenaga Kerja, Dan Pemberdayaan Masyarakat Sub Bidang, Pengairan, Jalan, Jembatan,utilitas Kota Dan Perlengkapan Sub Bidang Penelitian Dan Pengembangan UPTB Ket = Memiliki keterkaitan dengan bidang sanitasi 5) Badan Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan ini memiliki tugasmembantu Walikota dalam melaksanakan tugasnya dibidang Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan. Selain tugas, lembaga inipun memiliki fungsi rinci terkait urusan sanitasi, sebagai berikut; a). Bidang Kebersihan Bidang ini memiliki tugas; membantu Kepala Badan Lingkungan Hidup dalam merumuskan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kebersihan kota. Selain tugas tersebut, Bidang Kebersihan ini, memiliki fungsi sebagai berikut; mengkoordinasikan & melaksanakan teknis operasional kebersihan, merencanakan pengadaan/perawatan sarana prasarana kebersihan dan teknis operasional kebersihan, Bab 2. Gambaran Umum Kota 53

46 menyelenggarakan pengawasan dan evaluasi program kebersihan; membagi tugas kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas sesuai ketentuan yang berlaku dengan memberi arahan sesuai bidang tugasnya, b). c). Sub Bidang Sarana dan Prasarana Kebersihan Sub bidang ini berada di bawah Bidang Kebersihan, dipimpin oleh Kepala Sub Bidang, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang, mempunyai tugas pokok perencanaan operasional dan evaluasi/pelaporan sarana dan prasarana kebersihan kota. Selain tugas tersebut, Sub Bidang Sarana dan Prasarana Kebersihan ini, memiliki fungsi sebagai berikut; merencanakan, pengadaaan kebutuhan sarana prasarana persampahan dan tinja, mengawasi dan perawatan sarana prasarana persampahan dan tinja, menyiapkan perencanaan dan pelaksanaan limbah pengolahan akhir sampah dan tinja, menyiapan produk hukum pengelolaan sampah dan tinja, membina budaya bersih terhadap masyarakat, evaluasi dan pelaporan sarana dan prasarana pengolahan sampah dan tinja, Sub Bidang Operasional Kebersihan Sub bidang ini berada di bawah Bidang Kebersihan, dipimpin oleh Kepala Sub Bidang, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang, mempunyai tugas pokok menyelenggarakan operasional kebersihan kota. Selain tugas tersebut, Sub Bidang Operasional Kebersihan ini, memiliki fungsi sebagai berikut; menyiapkan bahan juknis pelaksanaan operasional pengelolaan persampahan dan tinja, melaksanakan operasional Instalasi Pengelolaan Limbah Tinja dan Juknis pelaksanaanya, Bab 2. Gambaran Umum Kota 54

47 Gambar. 11 Struktur Organisasi Tata KerjaBadan Lingkungan Hidup (BLH) Struktur Lembaga Teknis Daerah (Badan Lingkungan Hidup) KEPALA Kelompok Jabatan Fungsional Sekretaris Sub. Bagian Administrasi Umum Sub. Bagian Program dan Pelaporan Sub. Bagian Administrasi Keuangan Bidang Lingkungan Hidup Bidang Kebersihan Bidang Pertamanan UPTD Sub Bidang Amdal Dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Sub Bidang Sarana Dan Prasarana Kebersihan Sub Bidang Penataan Taman Sub Bidang Pengawasan Dan Pemulihan Lingkungan Hidup Sub Bidang Operasional Kebersihan Sub Bidang Pelaksana Pertamanan Ket = Memiliki keterkaitan dengan bidang sanitasi 6) Kantor Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana Kantor Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan ini memiliki tugas membantu Walikota dalam penyelenggaraan urusan dibidang pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana. Selain tugas, lembaga inipun memiliki fungsi rinci terkait urusan sanitasi, sebagai berikut; a) Seksi Pemberdayaan Masyarakat Seksi ini memiliki tugas; membantu Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana dalam penyelenggaraan urusan dibidang pemberdayaan masyarakat, seperti; pembinaan ketahanan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat, penyuluhan dan pemanfaatan teknologi tepat guna, bina lembaga partisipasi masyarakat. Selain tugas tersebut, seksi pemberdayaan masyarakat ini, memiliki fungsi sebagai berikut; Bab 2. Gambaran Umum Kota 55

48 merumuskan kebijakan dan perencanaan dibidang pembinaan dan pengembangan masyarakat, menghimpun dan mengolah data program pembinaan dan pengembangan masyarakat, bimbingan teknis pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan masyarakat, menyusun pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan masyarakat, b) Seksi Pemberdayaa Perempuan Seksi ini memiliki tugas; membantu Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana dalam penyelenggaraan urusan dibidang pemberdayaan perempuan seperti;melakukan koordinasi pembinaan serta pengendalian dibidang pembangunan peranan perempuan yang meliputi kegiatan pemberdayaan organisasi wanita, peningkatan kesejahteraan keluarga, perlindungan hak perempuan dan anak, peningkatan peranserta wanita dalam pembangunan dan kesetaraan gender. Selain tugas tersebut, seksi pemberdayaan perempuan ini, memiliki fungsi sebagai berikut; menyusun bahan rumusan kebijakan dibidang pemberdayaan perempuan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak, mengumpulkan data, bahan, melakukan analisa dibidang pemberdayaan perempuan, melaksanakan program pemberdayaan organisasi wanita, peningkatan kesejahteraan keluarga dan perlindungan hak perempuan dan anak, mengkoordinasikan dalam pelaksanaan pelatihan dibidang pemberdayaan perempuan dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender diseluruh sektor pembangunan, mengkoordinasikan dan kerjasama dengan instansi pemerintah, swasta, LSM dan organisasi lainnya dalam rangka keterpaduan kegiatan dalam dan perlindungan hak perempuan, mengumpulkan bahan dan perumusan peraturan daerah dalam perlindungan hak perempuan, melaksanakan evaluasi kebijakan, perencanaan dan pemantauan pelaksanaan program serta kajian berbagai dampak pembangunan perlindungan hak perempuan Bab 2. Gambaran Umum Kota 56

49 Gambar. 12 Struktur Organisasi Tata Kerja Kantor Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana Struktur Lembaga Teknis Daerah (Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan & Keluarga Berencana) KEPALA Sekretaris Kelompok Jabatan Fungsional Sub. Bagian Administrasi Umum Sub. Bagian Program dan Pelaporan Sub. Bagian Administrasi Keuangan Seksi Pemberdayaan Masyarakat Seksi Pemberdayaan Perempuan Seksi Keluarga Berencana Ket = Memiliki keterkaitan dengan bidang sanitasi 7) Kecamatan Kecamatan merupakan Perangkat Daerah Pemerintah, dipimpin oleh Camat yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Kecamatan mempunyai tugas menjalankan sebagian kewenangan Pemerintahan Daerah yang dilimpahkan oleh Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi Daerah. Selain tugas tersebut, Camat memiliki fungsi sebagai berikut; mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat, mengkoordinasikan upaya, penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundangundangan, mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat Kecamatan, membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan / atau kelurahan, melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan /atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan, Bab 2. Gambaran Umum Kota 57

50 8) Kelurahan Kelurahan merupakan wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah, dipimpin oleh Lurah yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Camat. Kelurahan mempunyai tugas menjalankan sebagian urusan Pemerintah Daerah yang dilimpahkan oleh Camat dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan. Selain tugas tersebut, Lurah memiliki fungsi sebagai berikut; perumusan dan pengkoordinasian pelaksanaan kebijakan Pemerintahan Daerah di Kelurahan, mendorong partisipasi masyarakat, pengkoordinasian penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat ditingkat Kelurahan, pembinaan kerukunan, ketentraman dan ketertiban masyarakat ditingkat Kelurahan, pengelolaan urusan ketatausahaan Kelurahan. Gambar. 13 Struktur Organisasi Tata KerjaKecamatan dan Kelurahan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Kecamatan CAMAT Kelompok Jabatan Fungsional Sekretaris Sub Bagian Administrasi Umum & Pelaporan Sub Bagian Administrasi Keuangan Seksi Pemerintahan Seksi Ketentraman ketertiban Umum Seksi Pemberdayaan Masyarakat Seksi Perekonomian Pembangunan Seksi Pelayanan Umum Kelurahan / Desa Ket = Memiliki keterkaitan dengan bidang sanitasi Kondisi Tata Ruang Wilayah Tujuan penataan ruang wilayah merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Dengan demikian tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan; a) visi dan misi pembangunan wilayah kota; b) karakteristik wilayah kota; dan c) isu strategis dan kondisi objektif yang diinginkan, Bab 2. Gambaran Umum Kota 58

51 Berdasarkan hasil analisis, Core Bussiness adalah ; a) pengembangan Pariwisata berbasis budaya, tambang, dan rekreasi, b) pertambangan, c) perkebunan rakyat yang akan dikembangkan menjadi Agrobisnis, d) kegiatan Industri kecil dan kerajinan, Isue strategis: a) Masalah konservasi lingkungan menyangkut lahan bekas tambang, ketersedian air, daerah rawan longsor. Masalah lingkungan ini penting untuk menunjang daya dukung lingkungan dan keberlanjutan pembangunan, b) Masalah kebutuhan peningkatan Sumberdaya Manusia untuk pengembangan pariwisata dan penambangan, Berdasarkna pertimbangan tersebut di atas, Tujuan Penataan Ruang adalah : Mewujudkan kota wisata yang berbasis kegiatan kepariwisataan, pertambangan, pertanian dan industri kecil dengan didukung oleh sumber daya manusia, infrastruktur yang handal dan pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan Kebijakan Penataan Ruang, terdiri dari kebijakan pengembangan struktur dan pola ruang. Kebijakan Penataan Ruang a) Pengembangan struktur ruang yang efektif danefisien sebagai Kota Wisata yang berwawasan lingkungan b) Kebijakan pengembangan pola ruang wilayah kota secara seimbang dan serasi sesuai potensi dan daya dukung wilayah Kebijakan Strategi dan Program terkait Struktur Ruang Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota. Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi: a) sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota; b) sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota; dan c) sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun. Bab 2. Gambaran Umum Kota 59

52 Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: a) kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota; b) kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi; c) daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota; dan d) ketentuan peraturan perundang-undangan. Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria: a) memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan; b) jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kota bersangkutan; c) penentuan pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang kota serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem; d) sistem jaringan prasarana kota dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya Kebijakan Strategi dan Program terkait Struktur Ruang : A Rencana Sistem Pelayanan Perkotaan Dalam menentukan pusat-pusat pelayanan terdapat beberapa elemen atau kriteria penetapan yang perlu diperhatikan yaitu; dukungan fasilitas; lokasi dan aksessibilitas; keseimbangan wilayah; kedudukan wilayah. Sedangkan unsur-unsur utama yang dijadikan dasar penentuan pusat struktur pelayanan kawasan adalah: hirarki jaringan jalan, infrastruktur, dan kegiatan utama kawasan. Pusat pelayanan di wilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional, yang meliputi: A.1 Pusat Pelayanan Wilayah 1) Kota Lama sebagai living musium/ kawasan cagar budaya 2) PLTU di Sijantang Kecamatan Talawi, 3) pusat pendidikan tambang bawah tanah di Kelurahan Durian II (Kecamatan Barangin), 4) pusat pendidikan tinggi di Salak Kecamatan Talawi, 5) rumah sakit umum daerah Tipe B di Kecamatan Lembah Segar, 6) rencana pengembangan terminal regional Kelas B di kawasan Muaro Kalaban, 7) rencana pengembangan pasar induk/ terminal agribisnis di Muaro Bab 2. Gambaran Umum Kota 60

53 Kalaban; dan 2) rencana pengembangan wisata kandi di Kecamatan Barangin & Kecamatan Talawi. A.2 Pusat Pelayanan Kota A.2.1 A.2.2 Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kota Lama Rencana Pengembangan Pusat Pemerintahan Kota di Kolok Pusat pelayanan pemerintahan kota sekaligus sebagai pusat pelayanan kota direncanakan pada tahun 2020 akan dikembangkan di Kolok. Sub Pusat Kota disetiap ibu kota kecamatan dan Pusat Lingkungan di Pusat Kelurahan dan Desa. Sedangkan Pengembangan Sub-sub Pusat Kota diarahkan sebagai Pusat-Pusat Pertumbuhan ekonomi dan pusat-pusat pelayanan kecamatan. A.2.3 A.2.4 Sub Pusat Pelayanan Kota Sub Pusat Pelayanan Kota diarahkan di pusat Kecamatan Silungkang, Lembah Segar, Barangin, dan Talawi mempunyai fungsi sebagai pelayanan pendidikan, kesehatan, perkantoran, perdagangan, pasar, tempat ibadah skala kecamatan, pengembangan sub-terminal, pusat kegiatan dan pengembangan agrobisnis, wisata dan pelayanan penunjang lainnya yang mempunyai skala pelayanan tingkat kota dan tingkat kecamatan. Pusat Lingkungan Pusat lingkungan melayani skala lingkungan kota, pusat lingkungan akan dilayani oleh pusat-pusat pemerintahan kelurahanan dan desa yang ada di. Rencana pengembangan dilakukan dengan membagi menjadi 4 (empat) Sub pusat kota. Lebih jelasnya pembagian Sub pusat kota adalah sebagai berikut : Sub Pusat Kota -A terdiri dari Kecamatan Silungkang Sub Pusat Kota -B terdiri dari Kecamatan Lembah Segar Sub Pusat Kota -C terdiri dari Kecamatan Barangin Sub Pusat Kota -D terdiri dari Kecamatan Talawi Bab 2. Gambaran Umum Kota 61

54 Tabel 26 Kebijakan Strategi dan Progran Terkait Struktur Ruang PUSAT KOTA SUB PUSAT KOTA Lembah Segar KELURAHAN 1) Tanah Lapang 2) Pasar 3) Aur Mulyo 4) Air Dingin PUSAT LINGKUNGAN 1) Kel Pasar 2) kel Kubang Sirakuk Utara 3) Kel Kubang Sirakuk Selatan 4) Kel aurmulyo 5) Kel Tanah Lapang 6) Kel Air Dingin 7) Desa Lunto Barat 8) Desa Lunto Timur 9) Desa Pasar Kubang 10) Desa Kubang Tangah 11) Desa Kubang Utara Sikabu FUNGSI KEGIATAN UTAMA Heritage/cagar Budaya Wisata budaya Agrobisnis Kolok Barangin 1) Santur 2) Durian II 1) Kel Saringan 2) Kel Lubang Panjang 3) Kel Durian I 4) Kel Durian II 5) Desa Talago Gunung 6) Desa Lumindai 7) Desa Balai Batu Sandaran 8) Desa Santur 9) Desa Kolok Mudik 10) Desa Kolok Nan Tuo Pariwisata Pusat Pemerintahan Agrobisnis Talawi Talawi Mudik 1) Desa Sikalang 2) Desa Rantih 3) Desa Salak 4) Desa Sijantang Koto 5) Desa Talawi Hilir 6) Desa Talawi Mudik 7) Desa Bukik Gadang 8) Desa Batu Tanjung 9) Desa Kumbayau 10) Desa Data Mansiang 11) Desa Tumpuk Tangah Silungkang Muara Kalaban 1) Desa Muara Kalaban 2) Desa Silungkang Oso 3) Desa Silungkang Duo 4) Desa Silungkang Tigo 5) Desa Taratak Bancah Sumber : RTRW Energi/pembangkit listrik Pertambangan Pendidikan Tinggi Terminal regional dan terminal agribisnis Perdagangan dan jasa Agrowisata Industri kecil dan kerajinan Bab 2. Gambaran Umum Kota 62

55 Tabel 27 Kebutuhan fasilitas Pelayanan di Setiap Pusat Pelayanan hingga Tahun 2030 Sumber : RTRW B Rencana Sistem Jaringan B.01 Rencana Sistem Jaringan Transportasi B.02 Rencana Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan B.03 Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi B.04 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air B.05 Rencana Sistem Penyediaan Air Minum Sistem penyediaan air minum meliputi jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan, ditetapkan di empat Kecamatan, yaitu Kecamatan Silungkang, Kecamatan Talawi, Kecamatan Barangin dan Kecamatan Lembah Segar. Jaringan perpipaan meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan dengan kapasitas produksi di Kota Sawahlunto diharapkan sebesar 120 liter/orang/hari. Jaringan bukan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air diatur lebih lanjut oleh Dinas teknis terkait. Kebutuhan air minum dilayani oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Sistem penyediaan air bersih dipadukan dengan sistem jaringan sumber daya air, untuk menjamin ketersediaan air baku. Perlindungan air baku dilakukan melalui Bab 2. Gambaran Umum Kota 63

56 keterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan Prasarana dan Sarana Sanitasi. Daerah pelayanan PDAM belum mencakup keseluruhan kawasan kota, disebabkan keterbatasan kapasitas produksi yang dimiliki. yang terdiri atas 4 Kecamatan dengan penduduk jiwa yang tersebar pada 10 Kelurahan dan 27 Desa belum seluruhnya dijangkau oleh jaringan pipa. Dari keseluruhan luas kawasan sebesar Ha, luas kawasan penduduk yang ada pada daerah pelayanan adalah Ha sedangkan yang telah mendapatkan pelayanan air bersih PDAM Kota Sawahlunto adalah seluas Ha atau sebesar lebih kurang 36,96 %. Pelayanan air minum penduduk dilakukan oleh PDAM dilayani oleh 3 (tiga) unit pelayanan yaitu : Unit Talawi Unit Sawahlunto Kayu Gadang dan Lunto Unit Lumindai. Unit Sawahlunto terdiri dari 2 sub unit yang terkoneksi melayani area pelayanan yang sama. Unit Talawi dan unit Lumindai melayani area pelayanan tersendiri. PDAM Kota PDAM Sawahlunto terbagi dalam 3 (tiga) area pelayanan. Jumlah dan jenis pelanggan masing-masing unit adalah : Unit Talawi, terdiri dari SR ; 59 sambungan sosial dan 59 sambungan industri. Unit Kayu Gadang, melayani SR ; 99 sambungan sosial dan 139 sambungan industri. Sub Unit Lumindai, melayani 164 SR ; 12 sambungan sosial. Tingkat pelayanan air di masih tergolong rendah, bahkan dengan kapasitas yang tersedia sekarang, PDAM hanya mampu melayani sekitar 35 % penduduk. Lingkup pelayanan air PDAM belum mampu menjangkau sebagian penduduk, sehingga banyak penduduk yang menggunakan air sumur dan air sungai. Prediksi kebutuhan sistem penyediaan air minum Kota Sawahlunto dapat dilihat pada tabel 27berikut. Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum untuk Kota Sawahlunto adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan masterplan sistem PAM 2. Pengembangan dan optimalisasi air bersih kota Bab 2. Gambaran Umum Kota 64

57 3. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap air minum (Perpipaan, Non Perpipaan, PDAM, Non PDAM) 4. Peningkatan target pelayanan dari PDAM 5. Meningkatkan jaringan pelayanan 6. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan 7. Peningkatan unit air baku di Silungkang 8. Peningkatan unit produksi di Silungkang 9. Pengembangan unit transmisi dan distribusi di Silungkang 10. Perbaikan sistem distribusi untuk menekan tingkat kebocoran 11. Pengembangan sistem non-pipa di kawasan yang belum terlayani oleh sistem pipa 12. Peningkatan sarana air minum perdesaan 13. Peningkatan peran serta swasta dalam penyediaan air minum 14. Menjaga kualitas dan kuantitas sumber air baku yang sudah ada ; 15. Mencari sumber air baku pada daerah yang sulit dijangkau oleh sistem jaringan distribusi yang ada 16. Menetapkan pengelolaan setiap sumber daya air 17. Perlindungan kawasan tangkapan air 18. Perencanaan dan pemanfaatan air yang terkoordinir 19. Mencegah berdirinya bangunan di bantaran sungai 20. Menjaga sumber air dari pencemaran dan melakukan pemantauan kualitas air sungai secara berkala 21. Pengaturan pengambilan air bawah tanah 22. Perizinan bagi pengambilan air tanah dalam volume besar untuk industri 23. Pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap sumbersumber dan daerah sekitarnya Untuk meningkatkan produktivitas sistem yang potensial, maka perlu direncanakan peningkatan kapasitas penyediaan air baku untuk beberapa Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada dan penambahan beberapa IPA, dengan berbagai metoda yang sesuai dengan potensi dan kondisi setempat antara lain adalah : Pembuatan IPA Muaro Kalaban dan pemanfaatan IPA Batu Tanjung. Peningkatan kapasitas pelayanan Peningkatan kapasitas IPA Talawi Mengoptimalkan pengelolaan air bersih oleh PDAM terutama mengurangi angka kebocoran air bersih, penataan dan pengembangan jaringan distribusi pada daerah-daerah yang ekonomis untuk dilayani. Bab 2. Gambaran Umum Kota 65

58 Mengingat kondisi topografi kota dan penyebaran perkembangan aktivitas yang tidak merata maka arahan penanganan dilakukan sebagai berikut : Penelitian kualitas dan kuantitas air tanah dangkal Menetapkan dan mengawasi kualitas sumber daya air agar sesuai baku mutu air untuk masing-masing penggunnaannya Mengoptimalkan pengelolaan air bersih oleh PDAM terutama mengurangi angka kebocoran air bersih, penataan dan pengembangan jaringan distribusi pada daerah-daerah yang ekonomis untuk dilayani. Bab 2. Gambaran Umum Kota 66

59 Tabel 27 Prediksi Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum ASPEK Dasar Perhitungan Faktor Pemakaian Air SATUAN TAHUN Hari Maksimum Jam Puncak Jumlah penduduk yang dilayani tiap jiwa/samb sambungan Sambungan rumah HU/KU/MCK jiwa/samb Perhitungan Kebutuhan Air Jumlah penduduk jiwa 56,121 60,448 74,356 91, , ,141 Tingkat Pelayanan Sambungan rumah % HU/KU/MCK % Total % Perbandingan Pelayanan SR/HU Sambungan rumah % HU/KU/MCK % Jumlah penduduk yang dilayani Sambungan rumah jiwa 33,851 45,357 60,092 78,504 98,669 HU/KU/MCK jiwa 6,045 9,666 14,568 21,008 29,472 Total jiwa 29,183 39,896 55,023 74,660 99, ,141 Pemakaian Air Domestik Sambungan rumah l/jiwa/hari HU/KU/MCK l/jiwa/hari Rata-rata l/jiwa/hari Kebutuhan air domestik l/det Kebutuhan Air Non Domestik Persen dari kebut. Domestik % Debit l/det Kebutuhan air non dan domestik Kebocoran tingakat kebocoran % debit kebocoran & operasi l/det Kebutuhan rata-rata l/det Perhitungan Jumlah Sambungan Jumlah Sambungan Sambungan rumah unit 5,642 7,560 10,015 13,084 16,445 HU/KU/MCK unit Total unit 5,702 7,656 10,161 13,294 16,739 Sumber : RTRW Bab 2. Gambaran Umum Kota 67

60 B.06 Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah Dengan kepadatan penduduk yang tidak tergolong tinggi, diharapkan masing-masing rumah tangga sudah dapat memiliki sistem pembuangan limbah manusia setempat secara pribadi, asalkan keadaan daya resap tanah/muka air tanahnya memadai. Sistem air limbah yang dikelola oleh masyarakat terbatas pada Jamban rumah tangga dengan cara ditampung dalam tangki septik dan cubluk (leaching pit), sedangkan buangan air limbah lain disalurkan ke saluran drainase jalan atau ke lahan kosong di sekitar permukiman. Sistem pengelolaan air limbah meliputi sistem pembuangan air limbah setempat dan/atau terpusat. (1). Sistem pengelolaan air limbah setempat dilakukan secara individual (septic tank) melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat. (2). Sistem pengelolaan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat untuk rencana kawasan pusat pemerintahan di Kolok, kawasan pariwisata Kandih, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perumahan dan kawasan permukiman padat. Program/ Rencana sistem pengembangan pengelolan air limbah domestik kota adalah sebagai berikut: (1). Penyusunan masterplan rencana pengembangan pengelolaan sanitasi dan air limbah (2). Penyusunan kajian teknis rencana pengembagan sanitasi Kota Sawahlunto (3). Perencanaan teknis sarana dan prasarana sanitasi (4). Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah dan sanitasi Membangun sistem prasarana sanitasi terpadu pada kawasan permukiman padat dan kawasan komersial. Mewajibkan setiap bangunan yang dihuni oleh penduduk atau digunakan untuk aktivitas tertentu yang dilengkapi dengan sanitasi dan pengelolaan air limbah yang sesuai ketentuan. Pemantapan sistem setempat (on-site) untuk permukiman yang sudah memiliki sanitasi on-site. Jenis sarana yang digunakan adalah tangki septik serta dilakukan pengurasan secara rutin. Pengelolaan air bekas yang masih digunakan adalah sistem individu dan sebagian menggunakan saluran drainase. Untuk permukiman pada masyarakat berpenghasilan rendah Bab 2. Gambaran Umum Kota 68

61 serta belum memiliki sanitasi yang memadai, pengelolaan air limbah dilakukan dengan pembangunan prasarana komunal seperti MCK. Sedangkan untuk permukiman yang kondisi lingkungannya tidak mendukung untuk sistem on-site, pengelolaan dilakukan dengan pembangunan tangki septik. (5). Pembangunan IPLT dan pengembangan operasionalnya di TPA Kayu Gadang (6). Pembangunan septic tank komunal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi dan daerah kumuh (7). Peningkatan kapasitas pengangkutan limbah oleh truk tinja (8). Perencanaan dan pengembangan sistem sanitasi berbasis masyarakat (9). Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sanitasi (10). Monitoring pencemaran air dari sistem pembuangan on site (11). Peningkatan perawatan sarana dan prasarana sanitasi kota (SPAL, MCK, Truk Tinja, IPLT Mengatasi keterbatasan prasarana yang tersedia dalam pengelolaan limbah adalah dengan membuat percontohan pembangunan prasarana air limbah seperti jamban keluarga untuk fasilitas individual dan pembangunan MCK umum untuk fasilitas komunal, pembangunan tangki septic komunal untuk daerah padat dan kumuh. Dengan adanya percontohan ini akan merangsang dan mendorong masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana air limbah yang memenuhi syarat. Sistem sarana dan prasarana yang diusulkan adalah : Membangun sistem prasarana sanitasi terpadu pada kawasan permukiman padat dan kawasan komersial. Mewajibkan setiap bangunan yang dihuni oleh penduduk atau digunakan untuk aktivitas tertentu yang dilengkapi dengan sanitasi dan pengelolaan air limbah yang sesuai ketentuan. Pemantapan sistem setempat (on-site) untuk permukiman yang sudah memiliki sanitasi on-site. Jenis sarana yang digunakan adalah jamban yang dilengkapi tangki septik serta dilakukan pengurasan secara rutin. Pengelolaan air bekas yang masih digunakan adalah sistem individu dan sebagian menggunakan saluran drainase. Untuk permukiman pada masyarakat berpenghasilan rendah serta belum memiliki sanitasi yang memadai, pengelolaan air limbah dilakukan dengan pembangunan prasarana komunal seperti MCK. Sedangkan untuk permukiman yang kondisi Bab 2. Gambaran Umum Kota 69

62 lingkungannya tidak mendukung untuk sistem on-site, pengelolaan dilakukan dengan pembangunan tangki septik. Beberapa program yang perlu segera dilakukan adalah menyusun masterplan dan perencanaan teknis serta pembebasan lahan untuk sarana dan prasarana sanitasi. Selain itu pembuatan konstruksi IPLT (Intstalasi Pengolahan Limbah Terpadu) dan mobil penguras tangki septik. Sistem pengelolaan air limbah kegiatan tambang dilakukan dengan sistem pengolahan air limbah setempat. Sistem air limbah kawasan tambang dilakukan secara tersendiri oleh pihak pengelola tambang itu sendiri dan diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bab 2. Gambaran Umum Kota 70

63 Gambar. 15 Peta Air Limbah Sumber : RTRW Bab 2. Gambaran Umum Kota 71

64 Tabel 28 Prediksi Perencanaan Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah Dan Sanitasi Sarana Air Limbah Jumlah Pemukiman/Rumah 10,708 10,983 12,090 14,871 18,210 22,114 25,628 Jamban Sarana Air Bersih SPAL Sumber : RUTR B.07 Rencana Sistem Persampahan Pengelolaan sistem persampahan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Tingkat pelayanan persampahan eksisting saat ini baru mencapai 30%. Di targetkan terjadi peningkatan 5% setiap 5 tahun sekali sehingga pada tahun 2030 tingkat pelayanan bisa mencapai 50%. Permasalahan yang di hadapi dalam melakukan pelayanan sistem persampahan adalah kondisi topografi yang menyebabkan aksesibilitas pengangkutan menjadi terbatas. Hal ini bisa di atasi dengan melakukan sistem pemberdayaan masyarakat dalam mengurangi timbulan sampah serta mengaktifkan tempat pengolahan sampah terpadu. Dengan demikian, tingkat ketergantungan masyarakat kepada pemerintah untuk penanganan sampah menjadi lebih kecil. Rencana pengembangan sistem persampahan untuk kota Sawahlunto adalah sebagai berikut : (1) Sistem persampahan terdiri dari Tempat Penampungan Sementara, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu dan Tempat Pemrosesan Akhir. (2) Tempat Penampungan Sementara (TPS) berupa tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu, dengan lokasi pada setiap unit lingkungan permukiman dan pusat-pusat kegiatan di Wilayah. Ditetapkan di setiap desa/kelurahan. (3) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berupa tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah, Bab 2. Gambaran Umum Kota 72

65 ditetapkan di setiap pusat lingkungan/ kelurahan/desa atau Kawasan seluas m². (4) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) berupa tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan, ditetapkan di Kayu Gadang Kecamatan Barangin (5) Metoda pengolahan sampah di TPA dengan menggunakan metode controlled landfill pada tahap 5 tahun pertama dan dilanjutkan dengan metoda sanitary landfill. Program untuk peningkatan pelayanan sampah adalah : Memperluas cakupan pelayanan dan peningkatan tingkat pelayanan Peningkatan pengelolaan persampahan oleh masyarakat mulai dari tahap pengumpulan sampah dari sumber sampai lokasi pemindahan atau TPSS yang ada. Penyuluhan dan penyebarluasan sistem pengelolaan persampahan serta penggunaan bio organik kepada masyarakat dan petugas kebersihan. Pengadaan armada pengangkutan sampah menuju TPA dan mengatur rute pelayanan dan pembebanan Pembenahan sarana dan prasarana persampahan di TPA. Perencanaan pengembangan sistem pengelolaan persampahan Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana sistem pengelolaan persampahan Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan 3R (Reuse, reduce dan recycle) mulai dari tahap pewadahan, pengumpulan dan pengolahan. Penentuan dan pengembangan target reduksi sampah Kota Sosialisasi dan penggiatan program pemilahan sampah di masyarakat Pemenuhan sarana dan prasarana pengolahan dan pemanfaatan sampah Pengembangan tempat penampungan sampah terpadu (TPST) terutama untuk daerah daerah yang tidak terjangkau oleh sistem pengangkutan Pengadaan kontainer sampah di tingkat pusat permukiman Pengadaan dump truck, arm roll truck di tingkat kecamatan Pembenahan sarana dan prasarana persampahan di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah) Pengaktifan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah terpadu Bab 2. Gambaran Umum Kota 73

66 Peningkatan metoda pengelolaan sampah di TPA dari controlled landfill menjadi sanitary landfill Peningkatan masyarakat dan peran swasta dalam pengelolaan persampahan Mengingat bahaya yang dapat timbul dengan sistem persampahan yang tidak teratur, maka sudah saatnya dibuat suatu badan khusus yang mengelola persampahan secara keseluruhan baik oleh swasta atau pihak pemerintah. Sistem pengelolaan sampah yang baik untuk diterapkan dalam sebuah kota adalah sistem pengelolaan perkotaan dimana pengelolaan untuk seluruh kota dilakukan dalam suatu sistem, yang meliputi diantaranya sistem pengumpulan, sistem pengangkutan dan sistem pembuangan/pengolahan. Bab 2. Gambaran Umum Kota 74

67 Tabel 29 Prediksi Penambahan Timbulan Sampah URAIAN SATUAN TALAWI Jumlah Penduduk Jiwa Tingkat Pelayanan persen Volume Timbulan l/o/h Sampah Domestik m3/h Sampah Non Domestik m3/h S u b T o t a l m3/h Sub Total Sampah Terlayani m3/h BARANGIN Jumlah Penduduk jiwa Tingkat Pelayanan persen Volume Timbulan l/o/h Sampah Domestik m3/h Sampah Non Domestik m3/h S u b T o t a l m3/h Sub Total Sampah Terlayani m3/h LEMBAH SEGAR Jumlah Penduduk jiwa Tingkat Pelayanan persen Volume Timbulan l/o/h Sampah Domestik m3/h Sampah Non Domestik m3/h S u b T o t a l m3/h Sub Total Sampah Terlayani m3/h SILUNGKANG Jumlah Penduduk jiwa Tingkat Pelayanan persen Volume Timbulan l/o/h Sampah Domestik m3/h Sampah Non Domestik m3/h S u b T o t a l m3/h Sub Total Sampah Terlayani m3/h T o t a l m3/h T o t a l Sampah yang dilayani m3/h Presentase pelayanan Total % Presentase pelayanan Total % Sumber : RUTR Bab 2. Gambaran Umum Kota 75

68 Gambar. 16 Peta Pelayanan Persampahan Sumber : RTRW Bab 2. Gambaran Umum Kota 76

69 B.08 Rencana Sistem Drainase Media yang digunakan untuk menyalurkan limpahan air hujan adalah saluran drainase. Saluran ini sangat berguna untuk menghindari adanya genangan-genangan air di permukaan tanah/jalan yang dapat mengakibatkan kondisi yang tidak diharapkan. Pelayanan sistem drainase di dapat dibedakan atas drainase alamiah dan drainase buatan di sepanjang tepi jalan yang merupakan saluran sekunder dan tersier. Drainase yang ada menggunakan sungai/parit yang dapat dikatakan sebagai saluran primer (sungai Ombilin, Selo dan Malakutan) dan merupakan penampungan dari saluran sekunder. Dengan keadaan topografi Kota yang bergelombang dan berbukit, proses aliran air hujan cenderung cepat. Jika kondisi ini dibiarkan maka dikhawatirkan akan menimbulkan banjir yang menggenangi kawasan pusat kota yang cukup ramai dan merupakan pusat aktivitas perekonomian dan jasa. Rencana pengembangan sistem drainase kota Sawahlunto meliputi (1). Perencanaan penataan dan pengintegrasian saluran drainase sesuai dengan perencanaan peruntukan lahan (2). Perencanaan saluran drainase yang terintegrasi antara pemanfaatan saluran yang ada dengan yang di rencanakan (3). Pembangunan saluran drainase / gorong gorong terutama di prioritaskan di kawasan sikalang, kawasan karang anyar dan kawasan talawi (4). Pembangunan saluran drainase primer dan sekunder terutama di kawasan perumahan yang belum memiliki saluran drainase (5). Penurunan dan pengentasan daerah genangan terutama daerah Sijantang, Sikalang, Karang Anyar, Pasar Remaja, Kampung Teleng dan sebahagian wilayah Silungkang yang berada disepanjang Daerah Aliran Sungai Batang Lasi (6). Pemeliharaan, rehabilitasi dan perbaikan saluran drainase primer, sekunder dan gorong gorong terutama di kawasan kampong teleng (7). Penyesuaian saluran drainase alami dengan debit dan konstruksi yang memadai (8). Pemeliharaan saluran drainase baik saluran primer, sekunder maupun tersier terutama di sekitar kawasan pusat kota dan sub pusat kota sehingga proses pelimpasan pembuangan air hujan tidak menimbulkan genangan. (9). Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan saluran drainase terutama kebersihan (10). Meningkatkan kedisiplinan dalam membuang sampah dengan tidak Bab 2. Gambaran Umum Kota 77

70 membuang sampah sembarangan apalagi ke saluran drainase yang pada akhirnya akan menghambat pergerakan aliran air di saluransaluran drainase (11). Normalisasi sungai-sungai terutama Batang Lasi, Batang Ombilin, Batang Lunto serta anak-anak sungainya secara lateral untuk mencegah erosi (12). Membangun embung/waduk penahan laju air (13). Peningkatan kegiatan operasional dan pemeliharaan Pengembangan sistem jaringan drainase kota diarahkan pada hal-hal sebagai berikut : (1). Menata kembali sistrem drainase yang ada dengan membuat master plan drainase sesuai perencanaan peruntukan lahan. (2). Membangun embung/waduk penahan laju air (3). Memelihara kebersihan saluran drainase yang telah ada. (4). Penambahan ruas saluran terutama di kawasan perumahan yang belum memiliki saluran drainase. (5). Rehabilitasi saluran yang telah rusak dan pelebaran saluran yang tidak memadai (6). Peningkatan kegiatan operasional dan pemeliharaan Beberapa arahan pengelolaan saluran drainase sebagai berikut: (1). Pemeliharaan saluran drainase baik saluran primer, sekunder maupun tersier terutama di sekitar kawasan pusat kota dan sub pusat kota sehingga proses pelimpasan pembuangan air hujan tidak menimbulkan genangan. (2). Meningkatkan kedisiplinan dalam membuang sampah dengan tidak membuang sampah sembarangan apalagi ke saluran drainase yang pada akhirnya akan menghambat pergerakan aliran air di saluransaluran drainase. B.09 Rencana Sistem Jalur Evakuasi Bencana B.10 Rencana Jalur Pejalan Kaki Bab 2. Gambaran Umum Kota 78

71 Gambar. 14 Peta Struktur Ruang Sumber : RTRW Bab 2. Gambaran Umum Kota 79

72 Tabel 30 Kebijakan, Strategi, dan Rencana Struktur Ruang dalam RTRW Terkait Bidang Sanitasi KEBIJAKAN STRATEGI RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR RUANG YANG EFEKTIF DAN EFISIEN SEBAGAI KOTA WISATA YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN 1. Pengembangan pusat-pusat pelayanan regional untuk menunjang sebagai Kota wisata dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 1. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan wisata berskala regional 2. Mengembangkan prasarana Rumahsakit dan Terminal yang sesuai dengan kriteria PKW. 3. Mengembangkan Pasar regional 4. Mengembangkan terminal agribisnis. 5. Meningkatkan akses jalan keluar-masuk ke Kabupaten sekitar. 6. Peningkatan Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap 1. Pengembangan pariwisata Kandih di Kecamatan Barangin 2. Pengembangan terminal regional kelas B di Kawasan Muaro Kalaban 3. Pengembangan Prasarana Rumah Sakit Klas B 4. Pengembangan pasar induk 5. Pengembangan terminal agribisnis 6. Pengembangan PLTU di Kec Talawi 2. Pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan sebagai satu kesatuan sistem secara terpadu, berhirarki, dan saling berhubungan untuk mendukung fungsi-fungsi kegiatan kota 3. Pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah, yang meliputi : sistem jaringan transportasi, jaringan energi, jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air. 1. Menetapkan Pusat Kota untuk masa mendatang di Kolok 2. Menetapkan Pusat Lingkungan di setiap pusat kelurahan dan pusat desa 3. Mengembangkan Sub-sub pusat Kota sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat-pusat pelayanan Kecamatan. 1. Penetapan pusat kota di Kolok 2. Menetapkan Sub Pusat Kota di setiap ibukota kecamatan Kecamatan Silungkang, Barangin, Talawi dan LB Segar 3. Menetapkan pusat lingkungan di setiap kelurahan Bab 2. Gambaran Umum Kota 80

73 KEBIJAKAN STRATEGI RENCANA a) Pengembangan sistem jaringan sumber daya air bagi penyediaan air bersih perkotaan melalui pengembangan potensi sumber-sumber daya air dan pelestarian sumber daya air permukaan dan air tanah yang ada 1. Mengembangkan lahan bekas tambang sebagai waduk-waduk buatan yang berfungsi sebagai sumber air baku. 2. Melestarikan sumber-sumber mata air di hulu 3. Melestarikan dan mengamankan kualitas dan kuantitas debit sungai-sungai sebagai sumber air permukaan 4. Mengembangkkan pelayanan penyediaan air bersih perkotaan melalui peningkatan kapasitas instalasi pengolahan, perluasan jaringan distribusi, dan peningkatan kualitas pelayanan ke arah sistem produksi air bersih siap minum, dan efisiensi sistem penyediaan/ sistem pelayanan air minum 1. Meningkatkan jaringan pelayanan 2. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan 3. Peningkatan unit air baku di Silungkang 4. Peningkatan unit produksi di Silungkang 5. Pengembangan unit transmisi dan distribusi di Silungkang 6. Perbaikan sistem distribusi untuk menekan tingkat kebocoran 7. Pengembangan sistem non-pipa di kawasan yang belum terlayani oleh sistem pipa 8. Peningkatan sarana air minum perdesaan 9. Peningkatan peran serta swasta dalam penyediaan air minum 10. Menjaga kualitas dan kuantitas sumber air baku yang sudah ada ; 11. Mencari sumber air baku pada daerah yang sulit dijangkau oleh sistem jaringan distribusi yang ada 12. Menetapkan pengelolaan setiap sumber daya air 13. Perlindungan kawasan tangkapan air 14. Perencanaan dan pemanfaatan air yang terkoordinir 15. Menjaga sumber air dari pencemaran dan melakukan pemantauan kualitas air sungai secara berkala 16. Pengaturan pengambilan air bawah tanah 17. Perizinan bagi pengambilan air tanah dalam volume besar untuk industry 18. Pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap sumber-sumber dan daerah sekitarnya Bab 2. Gambaran Umum Kota 81

74 KEBIJAKAN STRATEGI RENCANA b) Pengembangan sistem jaringan drainase kota, secara terpadu untuk seluruh wilayah kota dalam rangka penanggulangan erosi dan banjir serta peningkatan penyehatan lingkungan permukiman kota. Membangun dan memelihara saluran drainase baik saluran primer, sekunder maupun tersier terutama di sekitar kawasan pusat kota dan sub pusat kota 1. Perencanaan penataan dan pengintegrasian saluran drainase sesuai dengan perencanaan peruntukan lahan 2. Perencanaan saluran drainase yang terintegrasi antara pemanfaatan saluran yang ada dengan yang di rencanakan 3. Pembangunan saluran drainase / gorong gorong terutama di prioritaskan di kawasan singkalang, kawasan karang anyar dan kawasan talawi 4. Pembangunan saluran drainase primer dan sekunder terutama di kawasan perumahan yang belum memiliki saluran drainase 5. Penurunan dan pengentasan daerah genangan terutama daerah Sijantang, Sikalang, Karang Anyar, Pasar Remaja, Kampung Teleng dan sebahagian wilayah Silungkang yang berada disepanjang Daerah Aliran Sungai Batang Lasi 6. Pemeliharaan, rehabilitasi dan perbaikan saluran drainase primer, sekunder dan gorong gorong terutama di kawasan kampong teleng 7. Penyesuaian saluran drainase alami dengan debit dan konstruksi yang memadai 8. Normalisasi sungai-sungai terutama Batang Lasi, Batang Ombilin, Batang Lunto serta anak-anak sungainya secara lateral untuk mencegah erosi 9. Membangun embung/waduk penahan laju air Bab 2. Gambaran Umum Kota 82

75 KEBIJAKAN STRATEGI RENCANA c) Pengembangan sistem jaringan pengolahan limbah rumah tangga dalam rangka peningkatan penyehatan lingkungan permukiman kota. 1. Melayani pengolahan limbah rumah tangga di Kawasan dengan tingkat kepadatan rendah dan sedang dengan onsite system dan kawasan kepadatan tinggi dengan offsite system atau minimal dengan onsite system komunal. 1. Penyusunan masterplan rencana pengembangan pengelolaan sanitasi dan air limbah 2. Penyusunan kajian teknis rencana pengembagan sanitasi 3. Perencanaan teknis sarana dan prasarana sanitasi Kota Sawahlunto 4. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah dan sanitasi 5. Pembangunan IPLT dan pengembangan operasionalnya di TPA Kayu Gadang 6. Pembangunan septic tank komunal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi dan daerah kumuh 7. Peningkatan kapasitas pengangkutan limbah oleh truk tinja 8. Perencanaan dan pengembangan sistem sanitasi berbasis masyarakat 9. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sanitasi 10. Monitoring pencemaran air dari sistem pembuangan on site 11. Peningkatan perawatan sarana dan prasarana sanitasi kota (SPAL, MCK, Truk Tinja, IPLT) Bab 2. Gambaran Umum Kota 83

76 KEBIJAKAN STRATEGI RENCANA d) Pengembangan sistem persampahan secara terpadu untuk seluruh wilayah kota dalam rangka peningkatan penyehatan lingkungan permukiman kota 1. Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke tempat pembuangan sampah Akhir (TPA) dengan cara pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang berwawasan lingkungan sehingga dapat menciptakan nilai tambah dari sampah yang ditimbulkan. 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah. 3. Mengefektifkan pemanfaatan TPA Kolok nan Tuo/Kayu Gadang. 4. Mengoperasikan TPA menggunakan sistem controlled landfill dan selanjutnya digunakan metoda Sanitary landfill. 1. Memperluas cakupan pelayanan dan peningkatan tingkat pelayanan 2. Peningkatan pengelolaan persampahan oleh masyarakat mulai dari tahap pengumpulan sampah dari sumber sampai lokasi pemindahan atau TPSS yang ada. 3. Penyuluhan dan penyebarluasan sistem pengelolaan persampahan serta penggunaan bio organik kepada masyarakat dan petugas kebersihan. 4. Pengadaan armada pengangkutan sampah menuju TPA dan mengatur rute pelayanan dan pembebanan 5. Pembenahan sarana dan prasarana persampahan di TPA. 6. Perencanaan pengembangan sistem pengelolaan persampahan 7. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana sistem pengelolaan persampahan 8. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan 3R (Reuse, reduce dan recycle) mulai dari tahap pewadahan, pengumpulan dan pengolahan. 9. Penentuan dan pengembangan target reduksi sampah Kota 10. Sosialisasi dan penggiatan program pemilahan sampah di masyarakat 11. Pemenuhan sarana dan prasarana pengolahan dan pemanfaatan sampah 12. Pengembangan tempat penampungan sampah terpadu (TPST) terutama untuk daerah daerah yang tidak terjangkau oleh sistem pengangkutan 13. Pengadaan kontainer sampah di tingkat pusat permukiman 14. Pengadaan dump truck, arm roll truck di tingkat kecamatan 15. Pembenahan sarana dan prasarana persampahan di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah) 16. Pengaktifan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah terpadu 17. Peningkatan metoda pengelolaan sampah di TPA dari controlled landfill menjadi sanitary landfill 18. Peningkatan masyarakat dan peran swasta dalam pengelolaan persampahan Bab 2. Gambaran Umum Kota 84

77 KEBIJAKAN STRATEGI RENCANA 19. Persiapan menentukan alternative lokasi cadangan untuk TPA. Lokasi yang diarahkan sebagai TPA adalah daerah desa Pasar Kubang, Kolok dan Kecamatan Lembah Segar (Dusun Lontiak Malaweh, Pasar Kubang atau lokasi lain yang memungkinkan Bab 2. Gambaran Umum Kota 85

78 2.9.2 Kebijakan Strategi dan Program terkait Pola Ruang Rencana pola ruang pada dasarnya merupakan penetapan lokasi serta besaran ruang untuk mewadahi berbagai jenis kegiatan fungsional perkotaan. Pola ruang wilayah Kota Sawahlunto terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya, dimana rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria: a). merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN dan RTRW Provinsi beserta rencana rincinya, b). memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan; c). memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah kota; d). memperhatikan kepentingan pertahanan dan keamanan dalam wilayah kota; e). menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30 % dari luas wilayah kota; f). menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal; g). menyediakan ruang terbuka non hijau untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat kota; dan h). jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kota bersangkutan; Berdasarkan pendekatan dengan memperhatikan kriteria perumusan pola ruang diatas, maka tersusun detail pola ruang dengan dua (2) kawasan utama yaitu kawasan lindungdan kawasan budidaya. A. Kawasan Lindung A.01 Kawasan Hutan Lindung A.02 Kawasan Perlindungan Setempat A.03 Kawasan Ruang Terbuka Hijau A.04 Kawasan Perlindungan Cagar Budaya A.05 Kawasan Perlindungan Rawan Bencana B. Kawasan Budidaya B.01 Kawasan Perumahan B.02 Kawasan Perdagangan dan Jasa B.03 Kawasan Perkantoran B.04 Kawasan Industri Kecil B.05 Kawasan Pariwisata B.06 Kawasan Terbuka Non Hijau (RTNH) B.07 Kawasan Ruang Evakuasi Bencana B.08 Kawasan Peruntukkan Ruang Bagi Kegiatan Sektor Informal B.09 Kawasan Hutan Produksi Konversi dan Hutan Produksi B.010 Kawasan Pertanian dan Peternakan B.011 Kawasan pertambangan B.012 Kawasan Pelayan Umum Bab 2. Gambaran Umum Kota 86

79 Gambar. 17 Peta Pola Ruang Sumber : RTRW Bab 2. Gambaran Umum Kota 87

80 Tabel 31 Deskripsi Pola Ruang Berdasarkan Luas Wilayahnya Sumber : RUTR Bab 2. Gambaran Umum Kota 88

Kota Sawahlunto. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SAWAHLUNTO Jl Bagindo Aziz Chan Telp (0754) Sawahlunto

Kota Sawahlunto. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SAWAHLUNTO Jl Bagindo Aziz Chan Telp (0754) Sawahlunto Kota Sawahlunto BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SAWAHLUNTO Jl Bagindo Aziz Chan Telp (0754) 61049 Sawahlunto Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1990 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO, KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG DAN KABUPATEN DAERAH

Lebih terperinci

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 44 TAHUN 1990 (44/1990) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1990 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 44 TAHUN 1990 (44/1990) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1990 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi PP 44/1990, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO, KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SOLOK Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

LOKASI TPS DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT DI KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2015

LOKASI TPS DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT DI KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2015 LOKASI TPS DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT DI KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2015 NO KEC / DESA/ KEL TPS LOKASI TPS KET 1 Silungkang 24 Silungkang Oso 1 Posyandu Lubuak Kubang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SAWAHLUNTO

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SAWAHLUNTO 1 Silungkang Silungkang Oso 1 PAUD Marhama Lubuk Kubang 2 PAUD Arrazak Kebun Jeruk 3 SDN 13 Sungai Cacang Silungkang Duo 1 Samping Kantor Desa Silungkang Duo 2 SDN 08 Rumbio 3 SDN 12 Talang Tuluih 4 Rumah

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran umum Kabupaten Madiun a. Kondisi Geografis Kabupaten Madiun adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukota dari Kabupaten Madiun adalah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH BAB II DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Kondisi Geografis 2.1.1 Kota Magelang a. Letak Wilayah Berdasarkan letak astronomis, Kota Magelang terletak pada posisi 110 0 12 30 110 0 12 52 Bujur Timur dan 7 0 26 28 7

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1423 Katalog BPS : 1101001.2102.070 Ukuran Buku : 17,6

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim 27 BAB IV KONDISI UMUM A. Letak Geografis, Iklim Kabupaten Bungo terletak di bagian Barat Provinsi Jambidengan luas wilayah sekitar 7.160 km 2. Wilayah ini secara geografis terletak pada posisi 101º 27

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

BAB II ASPEK STRATEGIS

BAB II ASPEK STRATEGIS BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB II KONDISI UMUM DAERAH 2.1. Geografi dan Demografi Wilayah 2.1.1.Geografis Kota Solok Secara geografis Kota Solok berada pada posisi 0 0 44 28 LS sampai 0 0 49 12 LS dan 100 0 32 42 BT sampai 100 0

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

Katalog : pareparekota.bps.go.id

Katalog : pareparekota.bps.go.id Katalog : 1101002.7372011 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 ISSN : Katalog BPS : 1101002.7372011 Ukuran Buku : 21 cm x 14,8 cm Jumlah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BALARAJA 2015 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang Katalog BPS : 1101002.3603.130 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BALARAJA TAHUN 2015 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT A Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Pertumbuhan Ekonomi % 6,02 6,23 6,07 6,45 6,33 6,63 5,89** 2 PDRB Per Kapita (Harga Berlaku) Rp. Juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci