Fair Trade USA. Standar Perikanan Tangkap. Versi 1.0. Desember 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Fair Trade USA. Standar Perikanan Tangkap. Versi 1.0. Desember 2014"

Transkripsi

1 Fair Trade USA Standar Perikanan Tangkap Versi 1.0 Desember Fair Trade USA. All rights reserved.

2 Daftar Isi Pengantar... 3 Sasaran dan Tujuan... 3 Struktur Standar... 4 Ruang Lingkup dan Keberlakuan... 4 Kriteria Pemenuhan dan Ketentuan tentang Kemajuan Pencapaian... 5 Dokumen-Dokumen Utama Terkait... 5 Terjemahan... 6 Umpan Balik Ketentuan Struktural (STR) Pemegang Sertifikat (CH) Asosiasi Nelayan (FA) Komite Perdagangan yang Adil (FTC) Pemberdayaan & Pengembangan Masyarakat (ECD) Pengembangan dan Pengelolaan Perencanaan Premium Perdagangan yang Adil (DM) Pembayaran & Permium Perdagangan yang Adil (FTP) Hak Asasi yang Mendasar (FHR) Non-Diskriminasi (ND) Kebebasan dari Kerja Paksa dan Perdagangan Manusia (FL) Perlindungan Anak-Anak & Orang Muda (PC) Kebebasan Berserikat (FR) Upah, Ketentuan Kerja & Akses ke Pelayanan (WWS) Ketentuan Kerja (CE) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OH) Pengelolaan Sumber Daya (RM) Dokumentasi Perikanan (FD) Pengumpulan Data (DC) Kesehatan Sediaan (SH) Perlindungan Keragamanhayati & Ekosistem (BEP) Tata Kelola (GOV) Pengelolaan Limbah (WM) Ketentuan Perdagangan (TR) Keterlacakan Produk (PT) Kontrak & Perjanjian (CA) Penangguhan Kontrak & Pencabutan Sertifikat (CS) Apendiks Apendiks A: Kebijakan Fair Trade USA untuk Menambahkan Anggota Baru Pemegang Sertifikat Standar Perikanan Tangkap di antara Audit Apendiks B: Pohon Keputusan untuk Asesmen Sediaan dengan Data Terbatas Apendiks C: Dampak Habitat Referensi Apendiks

3 Pengantar Sasaran dan Tujuan Standar Perikanan Tangkap mengenai Perdagangan yang Adil dikembangkan untuk memberikan peluang kepada para nelayan guna menunjukkan elemen-elemen utama pada Perdagangan yang Adil dalam praktekpraktek operasional mereka, sambil membantu mengkomersialkan produknya. Standar ini disusun sejalan dengan prinsip-prinsip utama dari Fair Trade USA sebagai tujuan kelembagaan mereka terutama yang meliputi aspek-aspek berikut: 1. Pemberdayaan: Standar ini mendukung para nelayan untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam melakukan perundingan secara efektif dengan pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap pembelian, pengolahan, dan pemasaran produk-produk mereka. Hal ini dilakukan melalui proses pengorganisasian Asosiasi Nelayan, pemilihan Komite Perdagangan yang Adil, penyusunan Rencana Premium Perdagangan yang Adil, dan pengambilan keputusan-keputusan tentang bagaimana menggunakan Premium Perdagangan yang Adil. 2. Pengembangan Ekonomi: Standar Perikanan Tangkap mengenai Perdagangan yang Adil bertujuan untuk meningkatkan penghasilan para nelayan dengan memastikan adanya hubungan dagang yang transparan dan stabil dengan para pembeli dan dengan mensyaratkan pembayaran Premium Perdagangan yang Adil untuk setiap penjualan produk yang bersertifikasi Perdagangan yang Adil. Standar ini juga menetapkan ketentuan-ketentuan tentang upah bagi para pekerja yang diperkerjakan oleh para nelayan terdaftar dan para pemegang sertifikat dalam upaya meningkatkan penghasilan mereka. Fungsi Bagian Pengelolaan Sumber Daya dari Standar ini juga bertujuan untuk menguatkan dan menstabilkan sediaan ikan sebagai sumber daya yang dapat memberikan penghidupan yang berkelanjutan dalam jangka panjang bagi masyarakat nelayan. 3. Tanggung Jawab Sosial: Standar ini melindungi hak-hak asasi mereka yang terlibat pada bidang perikanan. Bagi para nelayan dan pemberi kerja mereka, langkah-langkah dalam upaya meningkatkan status kesehatan dan keamanan juga ditetapkan untuk menghindari dampak ketidak-amanan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Para nelayan juga didorong untuk menggunakan Premium Perdagangan yang Adil agar mereka mempunyai akses yang lebih besar untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan dengan mutu yang lebih baik. 4. Perlindungan Lingkungan: Para nelayan yang mandiri harus dapat mengadopsi praktek-praktek cara penangkapan ikan yang lebih baik dengan mencermati pada perlindungan terhadap keragamanhayati. Kegiatan ini termasuk pengumpulan data dan pemantauan untuk dapat memberikan informasi yang lebih baik tentang kondisi sediaan ikan, serta mampu meredam dampakdampak yang terjadi selama penangkapan ikan, yang mana hal ini menjadi tantangan bagi usaha perikanan skala kecil, manakala terkait dengan ketersediaan dan pengelolaan data. Salah satu sasaran dalam Program Perikanan Tangkap adalah meningkatkan perikanan dari waktu ke waktu yang pada akhirnya akan meningkatkan kelestarian lingkungan secara keberlanjutan, yang sejalan dengan salah satu kriteria dalam persyaratan sertifikasi Marine Stewardship Council. Selain itu, para pemegang sertifikat dan Asosiasi Nelayan bekerja dengan badan-badan pemerintah dan para pemangku kepentingan lain untuk bersama-sama meningkatkan pengelolaan perikanan. 3

4 Struktur Standar Standar Perikanan Tangkap ini berisi ketentuan-ketentuan mengenai partisipasi para nelayan skala kecil dalam sertifikasi Perdagangan yang Adil sebagai anggota koperasi yang resmi atau melalui kemitraan mereka dengan pengimpor dan pengekspor, serta pengolah produk hasil laut, atau organisasi pendukung lembaga pemerhati lingkungan nirlaba yang berfungsi sebagai pemegang sertifikat. Dalam sejumlah kasus, pemegang sertifikat dapat memilih untuk bekerja dengan suatu mitra pelaksana dari pihak ketiga. Misalnya, pemegang sertifikat bisa saja sebagai pengolah yang bermitra dengan pihak nirlaba setempat, yang bekerja langsung dengan para nelayan dalam membantu melaksanakan program Perikanan Tangkap. Sebagai pemegang sertifikat, yang bersangkutan bertanggung jawa untuk memenuhi Standar, yaitu memastikan bahwa mitra pelaksana memenuhi kewajibannya dan melaksanakan tugas-tugas yang sudah disepakati. Untuk berpartisipasi dalam Perdagangan yang Adil, para nelayan yang belum menjadi anggota koperasi membentuk paling tidak Asosiasi Nelayan yang dijalankan secara demokratis. Asosiasi Nelayan mewakili pendapat para nelayan tentang segala hal yang mempengaruhi perikanan mereka, termasuk: Ketentuan Standar Perikanan Tangkap Segala undang-undang dan peraturan yang mengendalikan perikanan Kesejahteraan para nelayan secara umum dan tanggungan mereka Prasarana yang berkaitan dengan kegiatan perikanan Para nelayan juga harus memilih satu Komite Perdagangan yang Adil secara inklusif dan partisipatif. Komite ini bertanggung jawab untuk mengelola dan menggunakan Premium Perdagangan yang Adil atas nama para nelayan yang terdaftar (dan para pekerja di dalam ruang lingkup sertifikasi) dan melaksanakan mampu telusur serta membuat laporan tentang penggunaan Premium. Manakala Asosiasi Nelayan sudah dikelola secara demokratis oleh para nelayan skala kecil, dengan demikian kepemimpinannya dapat bertindak sebagai Komite Perdagangan yang Adil. Komite ini bertanggung jawab bekerja sama dengan pemegang sertifikat dan nelayan yang terdaftar untuk memastikan bahwa Standar Perdagangan yang Adil dilaksanakan secara efektif. Ruang Lingkup dan Keberlakuan Unit sertifikasi untuk Standar ini ditetapkan sebagai berikut: 1. Kelompok-kelompok nelayan skala kecil. Para nelayan yang masuk dalam Asosiasi Nelayan dan telah melakukan pengorganisasian serta memilih satu Komite Perdagangan yang Adil secara demokratis, dan membuat keputusan tentang penggunaan Premium Perdagangan yang Adil. 2. Pada prakteknya, kegiatan setiap nelayan pada waktu melakukan penangkapan spesies (stok) ikan yang sudah termaktub dalam daftar sertifikasi, termasuk kapal dan alat penangkapan yang digunakan, fishing ground, yaitu perairan tempat melakukan kegiatan penangkapan ikan (dengan habitat dan spesies terkait), serta kerangka kerja pengelolaan yang dibuat berdasarkan pijakan hukum (secara resmi). 3. Bagi sarana produksi/unit pengolahan yang pertama kali beroperasi, meskipun Asosiasi Nelayannya belum memiliki sertifikat tetapi hasil perikanannya diproses diwilayah yang secara geografis sama dengan tempat dimana hasil terrrsebut didaratkan (yaitu sebelum diekspor). 4. Para pekerja yang dipekerjakan oleh pemegang sertifikat dan/atau masing-masing nelayan yang sudah terdaftar, baik di atas kapal dan juga di daratan, begitu juga para pekerja di sarana produksi/unit pengolahan, termasuk yang dibagian sertifikasi. 4

5 Kriteria Pemenuhan dan Ketentuan tentang Kemajuan Pencapaian Selain dokumen Standar ini, kami telah menyusun kriteria pemenuhan yang tersedia di website Fair Trade USA. Standar Perikanan Tangkap mengenai Fair Trade USA menggunakan pendekatan perbaikan yang berkesinambungan terhadap pembangunan dengan membedakan antara kriteria untuk masuk (entry) dan kriteria untuk kemajuan. Kriteria untuk masuk (entry), atau ketentuan Tahun 0, dilakukan asesmen pada audit sertifikasi yang pertama kali dan terkait dengan ketentuan-ketentuan minimal mengenai pemberdayaan sosial, pembangunan ekonomi, dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Kriteria-kriteria ini dipenuhi sebelum sertifikasi awal. Kriteria mengenai kemajuan dipenuhi setelah audit tahun pertama, ketiga, atau keenam sesuai perincian dalam kriteria pemenuhan. Kriteria mengenai kemajuan merupakan pengembangan yang terus dilakukan untuk meningkatkan pemberdayaan sosial dan pembangunan ekonomi serta praktek-praktek unggulan dalam perlindungan lingkungan. Sejumlah kriteria pemenuhan mempunyai pernyataan mutu di awal kriteria yang memperjelas ruang lingkup dan kerangka waktu keberlakuannya. Misalnya, sejumlah ketentuan Tahun 0 tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya sampai pada waktu penjualan Perdagangan yang Adil pada waktu pertama kali dilakukan atau pada pertama kali juga Premium digunakan. Dalam kasus-kasus ini, ketentuan-ketentuan harus dipenuhi sesegera mungkin setelah diberlakukan, yang kemungkinan beberapa waktu antara audit pada Tahun 0 dan Tahun 1. Pada saat audit Tahun 0, auditor akan menentukan apakah perikanan siap untuk memenuhi ketentuan-ketentuan ini setelah diberlakukan. Auditor bisa meminta bukti awal untuk mendukung penentuan ini. Badan sertifikasi dapat melakukan audit lanjutan atau meminta dokumentasi pendukung sebelum audit penuh berikutnya untuk memastikan kriteria pemenuhan telah dipenuhi. Jika peraturan international, national atau setempat lebih ketat dari Standar ini, maka kepatuhan terhadap peraturan tersebut menjadi satu keharusan. Jika Standar ini lebih ketat dari peraturan minimal diatas, maka Standar ini yang harus diikuti. Dokumen-Dokumen Utama Terkait Selain dokumen ini dan kriteria pemenuhan (versi 1.0), maka direkomendasikan bahwa pemegang sertifikat memahami dokumen-dokumen tambahan berikut, yang tersedia di website Fair Trade USA: 1. Fair Trade USA Standards Glossary & Capture Fisheries Glossary: Dua dokumen daftar istilah ini mencakup definisi istilah-istilah yang digunakan dalam dokumen ini dan dalam dokumen Standar- Standar Perdagangan yang Adil ini dan Sertifikasi utama lainnya. 2. Productivity & Susceptibility Analysis Worksheet: Lembar Kerja Analisis Produktivitas dan Kerentanan dapat digunakan untuk perikanan yang memiliki keterbatasan data dalam menentukan kerentanan sediaan terhadap suatu tekanan karena penangkapan ikan. Informasi tambahan dapat ditemukan di dalam Standar Perikanan Tangkap dan kriteria pemenuhan. 3. Certification Manual: Manual ini memberikan informasi lebih banyak tentang proses sertifikasi, termasuk persyaratan program, deskripsi yang diberikan secara bertahap mengenai proses sertifikasi, biaya sertifikasi, dan prosedur untuk pengaduan, permohonan banding, dan adanya sengketa. 4. Price and Premium Database: Ini termasuk Premium Perdagangan yang Adil yang ditetapkan oleh Fair Trade USA. 5

6 Proses Sertifikasi Keputusan-keputusan dalam proses sertifikasi dibuat oleh pemberi sertifikat dari pihak ketiga yang disetujui oleh Fair Trade USA, berdasarkan pada pemenuhan terhadap kriteria yang ada di dalam Standar seperti yang ditentukan pada audit di tempat sarana produksi sendiri. Tidak dipenuhinya ketentuan-ketentuan dapat mengakibatkan adanya keputusan untuk menunda kontrak sertifikasi sampai dipenuhinya ketentuan atau ditolaknya pengajuan sertifikasi dalam program, yang tergantung pada tingkat keparahan dan sejauh mana ketidak-pemenuhan itu terjadi. Beberapa kriteria diidentifikasi sebagai ketentuan tingkat Major yang menyatakan nilai dan prinsip-prinsip Perdagangan yang Adil yang paling mendasar. Tidak dipenuhinya setiap ketentuan yang bersifat Major, dianggap sebagai ketidakpatuhan yang sangat parah. Sertifikasi Perdagangan yang Adil mensyaratkan penerapan mampu telusur pada rantai pasokan. Untuk dapat menggunakan logo dan hak atas pernyataan terdaftar sebagai Perdagangan yang Adil, semua usaha yang terlibat dalam produksi, pengolahan, proses, dan penanganan produk perlu disertifikasi oleh atau terdaftar di Fair Trade USA. Nelayan secara individual disyaratkan mempunyai catatan/log jalannya penangkapan ikan, dan tempat pendaratan ikan harus merekam rincian informasi tentang hasil tangkapan dan pembayaran. Akhirnya, diakui bahwa pada kenyataannya, kebanyakan perikanan merupakan sumber daya milik umum (meskipun kenyataannya, hak memanen mungkin dilakukan secara pribadi atau bersama-sama), yang dalam Pengelolaan Sumber Daya, pada audit tahunan dan elemen-elemen terkait, Rencana Tindakan Perbaikan dapat diakses oleh umum untuk diteliti dengan saksama oleh pihak-pihak yang berminat. Segala jenis laporan publik seperti itu harus dimodifikasi sedemikian rupa untuk melindungi identitas para pekerja perorangan atau para nelayan yang berpartisipasi dalam audit tersebut. Terjemahan Apabila terjadi pertentangan atau ketidak-sepakatan antara versi-versi bahasa yang berbeda pada dokumen ini, maka versi Bahasa Ingris yang berlaku. Umpan Balik Fair Trade USA terbuka untuk menerima komentar-komentar dan umpan balik tentang semua Standard di Sesuai rekomendasi ISEAL, Fair Trade USA akan melakukan tinjauan Standar Perikanan Tangkap secara teratur, paling tidak setiap lima tahun. 6

7 1.0 Ketentuan Struktural (STR) 1.1 Pemegang Sertifikat (CH) STR CH 1 Pemegang sertifikat bertanggung jawab untuk memastikan pemenuhan Standar Perikanan Tangkap, termasuk dokumentasi terkait. STR CH 2 Kapal yang digunakan oleh para nelayan yang terdaftar didaftar secara resmi dan mempunyai ijin. STR CH 3 Ada perencanaan dan sistem-sistem untuk memastikan pelaksanaan dan kesinambungan program Perdagangan yang Adil. STR CH 4 Pemegang sertifikat melakukan perundingan secara adil dengan Komite Perdagangan yang Adil, para nelayan yang terdaftar, dan Asosiasi Nelayan dan mendukung pemberdayaan mereka. STR CH 5 Ada sistem kendali internal yang berfungsi untuk memfasilitasi pemenuhan Standar Perikanan Tangkap dan Tindakan Perbaikan dalam program Perdagangan yang Adil. 1.2 Asosiasi Nelayan (FA) STR FA 1 Para nelayan diberdayakan melalui keanggotaan mereka dalam satu Asosiasi Nelayan. STR FA 2 Pertemuan-pertemuan Asosiasi Nelayan mengikuti aturan-aturan yang disepakati, dan komunikasi dan pengelolaan pertemuan-pertemuan tersebut dilakukan dengan efektif. STR FA 3 Asosiasi Nelayan diwakili oleh satu tim kepemimpinan. 1.3 Komite Perdagangan yang Adil (FTC) STR FTC 1 Nelayan membentuk satu Komite Perdagangan yang Adil atau lebih untuk memastikan pengambilan keputusan yang demokratis dan transparan tentang Perdagangan yang Adil. STR FTC 2 Pertemuan-pertemuan Komite Perdagangan yang Adil mengikuti aturan-aturan yang disepakati, dan komunikasi dan pengelolaan pertemuan-pertemuan tersebut dilakukan dengan efektif. STR FTC 3 Para nelayan yang terdaftar mengambil keputusan yang demokratis terkait Premium Perdagangan yang Adil. 7

8 2.0 Pemberdayaan & Pengembangan Masyarakat (ECD) 2.1 Pengembangan dan Pengelolaan Perencanaan Premium Perdagangan yang Adil (DM) ECD DM 1 Ada pengkajian tertulis yang berisi kebutuhan para nelayan, pekerja, masyarakat dan lingkungan. ECD DM 2 Ada Rencana Premium Perdagangan yang Adil yang berisi rincian tentang bagaimana Premium Perdagangan yang Adil akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan para nelayan yang terdaftar, pekerja, masyarakat, dan/atau lingkungan. ECD DM 3 Rencana Premium Perdagangan yang Adil disetujui dalam pertemuan Rapat Umum. ECD DM 4 Pemegang sertifikat mendukung pelaksana Rencana Premium Perdagangan yang Adil. 2.2 Pembayaran & Permium Perdagangan yang Adil (FTP) ECD FTP 1 Satu rekening bank telah dibuka untuk menyimpan Premium Perdagangan yang Adil. ECD FTP 2 Komite Perdagangan yang Adil menerima sejumlah Premium Perdagangan yang Adil dengan benar dan tepat pada waktunya. ECD FTP 3 Premium Perdagangan yang Adil digunakan sesuai dengan Rencana Premium Perdagangan yang Adil. ECD FTP 4 Komunikasi tentang penjualan Perdagangan yang Adil dan penggunaan Premium Perdagangan yang Adil bersifat menyeluruh dan konsisten. ECD FTP 5 Para nelayan yang terdaftar dilatih dan diberdayakan untuk memenuhi tugas-tugas mereka terkait penggunaan dan pengelolaan Premium Perdagangan yang Adil. ECD FTP 6 Satu sistem akuntansi secara akurat melacak pengeluaran dan anggaran Premium Perdagangan yang Adil. 8

9 3.0 Hak Asasi yang Mendasar (FHR) 3.1 Non-Diskriminasi (ND) FHR DAP 1 Tidak ada diskriminasi terhadap nelayan terdaftar, para peserta program baru yang potensial, atau pekerja. FHR DAP 2 Hukuman fisik, pemaksaan secara mental atau fisik, pelecehan secara verbal, perilaku, termasuk gerak tubuh, bahasa dan kontak fisik yang intimidatif, melecehkan atau mengeksploitasi atau segala bentuk pelecehan lain tidak akan didukung, digunakan, atau ditoleransi. 3.2 Kebebasan dari Kerja Paksa dan Perdagangan Manusia (FL) FHR FL 1 Perdagangan manusia dan kerja paksa, kerja ijon maupun wajib kerja tidak terjadi. FHR FL 2 Para pekerja direkrut melalui proses-proses yang adil dan transparan. 3.3 Perlindungan Anak-Anak & Orang Muda (PC) FHR PC 1 Anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun (atau di bawah usia kerja yang ditetapkan oleh undang-undang nasional, apabila lebih tinggi) tidak dipekerjakan di mana pun dalam operasi. Usia minimum untuk pekerjaan di atas kapal penangkapan ikan adalah 16 atau sesuai ketentuan oleh undang-undang, jika lebih tinggi. FHR PC 2 Jika anak-anak para nelayan yang terdaftar yang berusia di bawah 15 tahun (atau di bawah usia kerja yang ditetapkan oleh undang-undang nasional, apabila lebih tinggi) membantu sanak saudara mereka dengan bekerja sepulang sekolah dan/atau selama liburan, kerja tersebut tidak boleh mengganggu kesejahteraan anak. FHR PC 3 Pekerja di bawah usia 18 mempunyai ketentuan-ketentuan kerja yang diubah dengan mempertimbangkan usia serta kebutuhan-kebutuhan psikologis mereka. 3.4 Kebebasan Berserikat (FR) FHR FR 1 Kebebasan berserikat dihargai dan para pekerja dapat berserikat secara bebas. FHR FR 2 Perorangan tidak menerima perlakuan negatif karena berserikat. FHR FR 3 Pelatihan-pelatihan diberikan terkait kebebasan berserikat. 9

10 4.0 Upah, Ketentuan Kerja & Akses ke Pelayanan (WWS) 4.1 Ketentuan Kerja (CE) WWS CE 1 Para pekerja mempunyai ketentuan-ketentuan kerja yang jelas, dan semua ketentuan dihargai oleh pemberi kerja. WWS CE 2 Para pekerja mendapatkan gaji dan upah yang layak, dan semakin ditingkatkan untuk bisa memenuhi upah yang layak untuk hidup. WWS CE 3 Gaji dan upah diberikan langsung, tepat waktu dan dengan alat pembayaran yang sah. WWS CE 4 Apabila nelayan mendapatkan bayaran bagian dari nilai pasar yang berasal dari tangkapan yang didaratkan, sistem bagi tangkapan dan ketentuan kerja di atas kapal disepakati secara tertulis oleh semua pihak yang terlibat. WWS CE 5 Pemberi kerja mematuhi peraturan setempat terkait penyediaan jaminan sosial, pensiun, dan asuransi kesehatan dan disabilitas. Apabila pekerja permanen tidak mendapatkan tunjangan asuransi kesehatan, pemberi kerja memberikan tunjangan yang setara dalam bentuk asuransi kesehatan swasta atau pelayanan kesehatan yang sebanding. WWS CE 6 Jam kerja sejalan dengan peraturan setempat dan standar-standar internasional, dan para pekerja mendapatkan waktu istirahat yang cukup. WWS CE 7 Lembur bersifat sukarela dan tidak berlebihan. WWS CE 8 Penggunaan kontrak untuk waktu tertentu dan subkontraktor dibatasi dan dapat dibenarkan. 4.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OH) WWS OH 1 Risiko-risiko di tempat kerja diminimalkan dan para pemberi kerja melakukan semua langkah yang tepat untuk memastikan mereka dan pekerja mereka aman dari celaka. WWS OH 2 Setiap orang bisa mengakses air minum dan fasilitas kebersihan. WWS OH 3 Setiap orang mendapatkan pelatihan dan informasi yang mereka perlukan untuk menjaga keamanan diri mereka. WWS OH 4 Ada kebijakan dan prosedur untuk menggalakkan kesehatan dan keselamatan di tempat kerja. 10

11 5.0 Pengelolaan Sumber Daya (RM) 5.1 Dokumentasi Perikanan (FD) RM FD 1 Spesies primer, sekunder, tangkapan sampingan, dan spesies terancam punah, terancam, dan dilindungi dalam perikanan telah diidentifikasi. 1 RM FD 2 Sebuah Rencana Pengelolaan Perikanan telah disusun dan dilaksanakan. 5.2 Pengumpulan Data (DC) RM DC 1 Sudah ada sistem untuk mengumpulkan data perikanan yang diperlukan untuk memenuhi Standar ini. RM DC 2 Sudah ada sistem untuk mengendalikan kualitas data perikanan. 5.3 Kesehatan Sediaan (SH) RM SH 1 Ada perlindungan untuk spesies terancam punah, terancam, atau dilindungi (endangered, threatened, or protected/etp). RM SH 2 Jika terjadi penangkapan ikan yang berlebihan, sudah ada strategi untuk menghadapinya dan kemajuan yang jelas diupayakan untuk mengurangi penangkapan ikan yang berlebihan. RM SH 3 Sediaan ikan dikaji. 5.4 Perlindungan Keragamanhayati & Ekosistem (BEP) RM BEP 1 Alat-alat penangkapan ikan yang digunakan tidak merusak habitat laut. RM BEP 2 Ekosistem setempat dipantau. 1 Spesies primer: Segala spesies tangkapan yang diambil dan bukan merupakan hasil tangkapan sampingan yang diusulkan untuk menjadi satuan penilaian untuk sertifikasi. Spesies primer tidak boleh masuk klasifikasi sebagai spesies yang terancam punah, terancam, atau dilindungi. Spesies sekunder: Segala spesies tangkapan yang diambil dan bukan merupakan hasil tangkapan sampingan yang tidak diusulkan menjadi satuan penilaian untuk sertifikasi. Termasuk disini adalah semua spesies nonprimer yang diambil yang masuk klasifikasi sebagai spesies yang terancam punah, terancam, atau dilindungi. Spesies tangkapan sampingan: Spesies yang tidak sengaja tertangkap dalam pemanenan spesies sasaran (yaitu spesies primer dan sekunder) dan tidak diambil (dilepaskan kembali). Termasuk disini adalah mamalia, burung laut, dan reptil dan semua spesies yang dilepaskan kembali yang masuk klasifikasi spesies yang terancam punah, terancam, atau dilindungi. Spesies tangkapan sampingan tidak memenuhi syarat untuk sertifikasi Perdagangan yang Adil. 11

12 5.5 Tata Kelola (GOV) RM GOV 1 Penangkapan ikan ilegal dipantau dan dilaporkan. RM GOV 2 Asosiasi Nelayan secara aktif terlibat dalam pengelolaan perikanan. RM GOV 3 Ada prosedur untuk penyelesaian konflik di antara pemegang sertifikat, Asosiasi Nelayan, dan lembaga yang mempunyai tanggung jawab legal dalam pengelolaan perikanan dan pemanfaatan sumber dayanya. 5.6 Pengelolaan Limbah (WM) RM WM 1 Pembuangan limbah tidak mengancam kesehatan manusia atau lingkungan. 6.0 Ketentuan Perdagangan (TR) 6.1 Keterlacakan Produk (PT) TR PT 1 Ada sistem mampu telusur untuk memastikan hanya ikan yang ditangkap oleh nelayan yang terdaftar yang dijual sebagai produk Perdagangan yang Adil. TR PT 2 Ada dokumentasi untuk semua transaksi produk Perdagangan yang Adil. 6.2 Kontrak & Perjanjian (CA) TR CA 1 Ada perjanjian yang ditandatangani dengan masing-masing nelayan yang terdaftar yang menetapkan tanggung jawab pemegang sertifikat dan nelayan yang terdaftar untuk menjalankan tanggung jawab program Perdagangan yang Adil. TR CA 2 Ada perjanjian yang ditandatangani dengan masing-masing nelayan yang terdaftar yang menetapkan persyaratan-persyaratan umum perdagangan, termasuk segala kesepakatan bagi hasil tangkapan. TR CA 3 Satu rencana pembelian ikan yang berisi rangkuman perkiraan volume yang harus dibeli dalam 6 hingga 12 minggu berikutnya juga diserahkan kepada Komite Perdagangan yang Adil dan Asosiasi Nelayan. TR CA 4 Persyaratan tingkat bunga dan kredit atau dana talangan bersifat transparan. TR CA 5 Semua elemen kontrak dengan para pembeli Perdagangan yang Adil dipenuhi sesuai ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama dalam kontrak kecuali ada perubahan terhadap kontrak yang disepakati bersama antara pembeli dan penjual secara tertulis. 12

13 TR CA 6 Dalam waktu enam tahun sejak sertifikasi awal, Asosiasi Nelayan merundingkan kesepakatan tentang ketentuan-ketentuan dagang untuk jangka waktu satu masa panen atas nama semua nelayan yang terdaftar. 6.3 Penangguhan Kontrak & Pencabutan Sertifikat (CS) TR CS 1 Ketika satu pemegang sertifikat atau pembeli ditangguhkan: Dalam enam bulan, kontrak-kontrak yang telah ditandantangani dituntaskan dan kontrak-kontrak baru hanya ditandatangani dengan mitra-mitra dagang yang sudah ada (mereka yang sudah melakukan transaksi komersial dalam 12 bulan sebelumnya). TR CS 2 Sebuah organisasi berhenti menjual produk-produk Perdagangan yang Adil sejak tanggal dicabutnya, bahkan jika organisasi mempunyai kontrak-kontrak Perdagangan yang Adil yang sudah ditandangani dan belum dipenuhi. TR CS 3 Produk-produk yang Bersertifikat Perdagangan yang Adil tidak dijual kepada pembeli yang sudah dicabut sertifikatnya sejak tanggal pencabutan sertifikat pembeli. Dalam kasus seperti itu, kontrak-kontrak yang belum dikirimkan tidak boleh diklasifikasikan sebagai kontrak Perdagangan yang Adil. 13

14 Apendiks Apendiks A: Kebijakan Fair Trade USA untuk Menambahkan Anggota Baru Pemegang Sertifikat Standar Perikanan Tangkap di antara Audit Maksud Kebijakan Meskipun sebagian organisasi mengajukan permohonan untuk mendapatkan sertifikasi kepada Fair Trade USA dan SCS disatu saat dimana struktur dan komposisi keanggotaan mereka sudah mantab, dalam banyak kasus organisasi yang mengajukan sertifikasi adalah organisasi yang mempunyai struktur yang baru saja terbentuk dengan tujuan untuk meningkatkan keanggotaan dan penjualan. Kebijakan ini berisi garis besar tentang ketentuan-ketentuan untuk menambahkan keanggotaan di antara audit, dan mencoba menyeimbangkan antara risiko dengan penambahan anggota yang tidak menjadi bagian dari lingkup dan pilihan sampel audit dengan pengakuan bahwa kemampuan untuk menambahkan anggota baru dan sejalan dengan penjualan yang juga meningkat di antara audit dapat juga meningkatkan dampak pada produsen. Pemegang sertifikat bisa menambahkan nelayan-nelayan baru diantara audit tahunan, asalkan jumlah total nelayan baru yang ditambahkan tidak menimbulkan dampak negatif pada pengawasan mutu terhadap sediaan ikan mereka atau kesehatan dan keselamatan para nelayan yang terdaftar dan para pekerja yang terkait. Selain itu, para pemegang sertifikat juga perlu mematuhi semua ketentuan Kebijakan Fair Trade USA untuk Menambahkan Anggota Baru. Kebijakan tertuang di bawah ini. Agar anggota baru dapat ditambahkan untuk masuk dalam ruang lingkup sertifikasi sebelum audit berikutnya, persyaratan-persyaratan berikut harus dipenuhi: 1. Sebuah kebijakan tentang integrasi anggota baru diserahkan kepada auditor pada saat audit yang barubaru saja dilaksanakan atau pada waktu dilakukan tindak lanjut dengan badan sertifikasi. Kebijakan tentang integrasi anggota baru harus meliputi: a. Asesmen risiko terhadap anggota baru dan b. Bahan-bahan pelatihan untuk anggota-anggota baru yang meliputi ketentuan-ketentuan Standar, termasuk operasi dari Komite Perdagangan yang Adil. 2. Pada saat pendaftaran anggota baru, atau saat jeda waktu yang ditentukan oleh auditor, dan sebelum dilakukannya audit berikutnya, para pemegang sertifikat harus memberikan bukti kepada SCS bahwa kebijakan tentang integrasi anggota baru telah dilaksanakan terhadap semua anggota baru mereka pada saat registrasi. 3. Para pemegang sertifikat terus memperbaharui daftar anggota, dan SCS berhak untuk meminta daftar tersebut di antara audit tahunan. Daftar lengkap yang berisi semua anggota harus diperbaharui seluruhnya sebelum audit surveilan/pengamatan berikutnya. 4. Semua anggota baru dimasukkan dalam ruang lingkup sertifikat pada tataran yang sama dengan anggota yang sudah ada (yaitu jika kelompok ada di Tahun 3, mereka masuk tingkat pemenuhan Tahun Anggota-anggota baru hanya boleh ditambahkan ke Komite-Komite Perdagangan yang Adil yang ada atau kelompok-kelompok produsen dari cakupan geografis yang sudah ada. 6. Anggota-anggota baru mengirimkan produk Perdagangan yang Adil ke lokasi pengumpulan yang sudah ada. 14

15 Apendiks B: Pohon Keputusan untuk Asesmen Sediaan dengan Data Terbatas Pengantar Pohon keputusan untuk asesmen sediaan bisa digunakan untuk menentukan metodologi mana yang paling tepat untuk melakukan asesmen sediaan dengan data terbatas untuk perikanan anda. Pohon keputusan ini berisi tindak lanjut yang semestinya dan ketentuan-ketentuan yang didasarkan pada status sediaan, dan hanya boleh digunakan untuk spesies primer atau sekunder. Dokumen ini tidak boleh digunakan untuk sediaan dengan data yang memadai untuk melakukan asesmen sediaan secara formal. Dalam kasus seperti itu, asesmen sediaan formal harus dilakukan sesuai dengan yang dijabarkan oleh standar-standar FAO (FAO, 2003). Instruksi 1. Tentukan apakah anda sedang melakukan asesmen terhadap spesies primer atau sekunder. Spesies sekunder yang masuk klasifikasi spesies yang terancam punah, terancam atau dilindungi juga harus dilakukan asesmen dengan menggunakan pohon keputusan ini jika belum pernah dilakukan asesmen sediaan. 2. Gunakan pohon keputusan untuk menentukan metode asesmen yang tepat yang didasarkan pada ketersediaan data anda. 3. Untuk spesies primer dan sekunder, lakukan asesmen sediaan dengan data terbatas untuk menganalisis paling tidak tiga indikator kinerja (lihat Tabel 1). Jika memungkinkan, gunakan indikator kinerja dari berbagai jenis data untuk meningkatkan kekuatan asesmen dan mengurangi ketidakpastian. Idealnya, data yang tergantung pada perikanan (misalnya data tangkapan) dan data yang tidak tergantung pada perikanan (misalnya survei visual atau tangkapan) harus digunakan. Direkomendasikan untuk melakukan interpretasi yang seksama terhadap indikator-indikator kinerja yang dipilih melalui proses partisipatif dan didasarkan pada aliran data yang independen. 4. Gunakan Tabel 2 atau Tabel 3 untuk menentukan tindak lanjut yang tepat untuk spesies. Sediaan ikan harus dilakukan asesmen setiap tahun. Indikator-indikator kinerja yang sama yang ditunjukkan dalam Tabel 1 tidak perlu digunakan setiap tahun meskipun direkomendasikan adanya kesinambungan dari tahun ke tahun. Sejalan dengan dikumpulkannya data tambahan tentang perikanan, informasi harus dimasukkan ke dalam asesmen sediaan baru sehingga secara progresif meningkatkan kekuatan setiap asesmen. Lebih jauh lagi, indikator-indikator kinerja tidak perlu dilakukan asesmen dalam urutan tertentu. Sedapat mungkin, gunakan data yang diperoleh dari lokasi yang sama dengan perikanan daripada informasi dari kawasan lain atau data global. 15

16 Pohon Keputusan Penilaian Sediaan dengan Data Terbatas Apakah anda mempunyai data sensus secara visual untuk spesies ini? Ya Apakah anda mempunyai data sensus secara visual di dalam dan di luar zona inti? Tidak Tidak Ya Menghitung rasio kepadatan ikan dengan membagi kepadatan di dalam kawasan tangkap/ kepadatan bukan di kawasan tangkap. Gunakan Tabel 1 untuk menentukan apakah indikator kinerja menunjukkan trayektori positif atau negatif. Apakah anda mempunyai data tentang panjang spesies tangkapan? Tidak Ya Hitung indikator kinerja yang menggunakan data panjang spesies, seperti kematian karena penangkapan ikan (F), rasio potensi pemijahan (spawning potential ratio/spr), persentase ikan dewasa, ikan dengan panjang optimal, dan megaspawners dalam perikanan tangkap, dan/atau panjang rata-rata seiring dengna waktu. Gunakan Tabel 1 untuk menentukan apakah indikator kinerja menunjukkan trayektori positf atau negatif. Apakah ada catatan tentang tangkapan spesies ini? Ya Apakah ada data tentang upaya penangkapan ikan untuk spesies ini? Tidak Tidak Ya Hitung proksi kelimpahan tahunan dengan membagi tangkapan/upaya (tangkapan per unit upaya). Gunakan Tabel 1 untuk menentukan apakah indikator kinerja menunjukkan trayektori positf atau negatif. Mengumpulkan data tambahan tentang perikanan untuk dapat melakukan asesmen terbaik terhadap sediaan 16

17 Tabel 1: Trayektori Indikator Kinerja Asesmen Sediaan Indikator Kinerja Asesmen Sediaan 2 Trayektori Positif Trayektori Negatif Rasio Kepadatan di Kawasan Tangkap/ Bukan di Kawasan Tangkap 3 Mortalitas karena penangkapan Semua ikan > 0,8 Ikan dewasa > 0,6 Mortalitas karena penangkapan < Mortalitas secara alamiah Semua ikan < 0,8 Ikan dewasa < 0,6 Mortalitas karena penangkapan > Mortalitas secara alamiah 4 Rasio Potensi Pemijahan (SPR) SPR > 40% 5 SPR < 40% 5 Persentase Ikan Dewasa dalam Tangkapan 6 > 90% < 90% Persentase Ikan Tangkapan dengan Panjang Optimal 7 Persentase Megaspawners 8 dalam Perikanan Tangkap 8 Perubahan Panjang Rata-Rata 11 Perubahan Tangkapan-Per-Unit-Upaya (CPUE) 12 > 90% dalam panjang optimal +10% < 10% % 10 Panjang rata-rata tetap sama CPUE stabil atau meningkat seiring dengan waktu < 90% dalam panjang optimal +10% > 10% 9 < 20% 10 Panjang rata-rata berkurang CPUE turun seiring dengan waktu 2 Lihat rujukan pustaka utama untuk mendapatkan informasi tambahan tentang metode-metode yang disebutkan di bawah. 3 Mungkin tidak berlaku di lokasi-lokasi dimana zona inti tidak ditegakkan dengan baik. Babcock and MacCall, Mungkin bukan indikator kinerja yang tepat untuk predator tingkat tropis tinggi dengan angka kematian alamiah yang rendah. 5 Berlaku untuk ikan bersirip yang tumbuh lambat/lambat berproduksi. Silahkan merujuk ke pustaka yang dipublikasi untuk menentukan SPR yang tepat untuk invertebrata dan spesies-spesies lain yang tumbuh dengan cepat. 6 Froese, Panjang optimal adalah panjang dimana jumlah ikan di satu kelas pada tahun tertentu dimana tidak ada penangkapan ikan dikalikan dengan berat rata-rata secara individual mencapai maksimum (Froese, 2004). 8 Megaspawners adalah ikan berukuran lebih panjang dari panjang optimal ditambah 10% (Froese, 2004). 9 Berlaku jika tujuan kerangka kerja manajemen adalah nil penangkapan megaspawners. 10 Berlaku jika data tangkapan mencerminkan usia dan struktur ukuran sediaan. 11 Apabila sediaan perikanan dapat diprediksi, maka panjang ikan rata-rata dapat diperkirakan berdasarkan pengukuran yang dilakukan selama tiga sampai lima tahun terakhir. 12 Pastikan upaya penangkapan ikan digambarkan dengan jenis alat tangkap yang digunakan untuk menghindari terjadinya campur-aduk data dari berbagai alat tangkap ikan. 17

18 Indikator-indikator kinerja perikanan anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari yang ditunjukkan disini, terutama jika telah dilakukan kajian-kajian khusus tentang lokasi dan spesies yang menunjukkan adanya alternatif rujukan optimal. Lebih jauh lagi, sebagian indikator mungkin cocok untuk spesies tertentu. Misalnya, kajian-kajian yang menunjukkan bahwa SPR yang berbasis ukuran panjang merupakan indikator yang paling cocok untuk perikanan lobster, dan rasio kepadatan merupakan satu indikator untuk status sediaan yang bagus untuk spesies yang hidupnya lebih menetap seperti bivalvia. Hal ini penting untuk memilih indikator dan rujukan yang tepat untuk spesies hasil perikanan ditempat anda. Fair Trade USA memberikan peluang untuk memasukkan indikator-indikator yang tidak tercantum dalam Tabel 1 asalkan indikator-indikator tersebut telah melalui proses tinjauan yang mendalam (peer-review) dan ketepatan serta keakuratannya telah diujicobakan. Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang perlu dipertimbangkan ketika menganalisis indikator-indikator kinerja: 1. Apakah indikator-indikator dan trayektori-trayektori positif/negatif sesuai dengan pengetahuan perikanan setempat? 2. Apakah indikator-indikator yang didasarkan pada panjang ikan tidak saling bertentangan? 3. Apakah indikator-indikator yang didasarkan pada panjang ikan tidak bertentangan dengan indikatorindikator yang tidak didasarkan pada panjang ikan? 4. Apabila CPUE telah digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan status sediaan, apakah perikanan menunjukkan kondisi stabilitas yang berlebihan (hyperstability) (yaitu apakah ini merupakan perikanan berdasarkan agregasi)? 18

19 Tabel 2: Perlakuan Tindak Lanjut Spesies Primer Spesies Jumlah Indikator Kinerja yang Menunjukkan Trayektori yang Positif Primer 3 dari 3 2 dari 3 1 dari 3 Cara penangkapan ikan yang bertanggung jawab terus dilakukan untuk memastikan status sediaan yang tetap sehat dan stabil. Instruksi Rencana Pengelolaan Perikanan harus meliputi suatu strategi pengembangan kembali dengan sasaransasaran yang memungkinkan membaiknya kesehatan sediaan. Strategi pengembangan kembali harus ditinjau setahun sekali dan diperbaharui jika diperlukan untuk memastikan keefektifannya. Spesies tidak dapat mendapat Sertifikasi Perdagangan yang Adil (atau disertifikasi ulang) kecuali ada analisis tambahan tentang spesies tersebut yang menunjukkan sehat dan stabilnya sediaan. Untuk perikanan yang mempunyai data yang cukup untuk melacak lebih dari tiga indikator kinerja, paling tidak 60% (atau dua pertiga) dari indikator kinerja yang dianalisis harus menunjukkan satu trayektori positif. Jika hanya 30% (atau sepertiga) dari indikator yang dianalisis menunjukkan trayektori positif, perikanan tidak dapat disertifikasi kecuali ada analisis tambahan terhadap spesies yang menunjukkan sehat dan stabilnya sediaan. Tabel 3: Perlakuan Tindak Lanjut Spesies Sekunder Spesies Jumlah Indikator Kinerja yang Menunjukkan Trayektori yang Positif Sekunder 3 of 3 2 of 3 1 of 3 Cara penangkapan ikan yang bertanggung jawab terus dilakukan untuk memastikan status sediaan yang tetap sehat dan stabil. Instruksi Rencana Pengelolaan Perikanan harus meliputi satu strategi pengembangan kembali dengan sasaransasaran yang memungkinkan membaiknya kesehatan sediaan. Strategi pengembangan kembali harus ditinjau setahun sekali dan diperbaharui jika diperlukan untuk memastikan keefektifannya. Rencana Pengelolaan Perikanan harus meliputi satu strategi pengembangan kembali dengan sasaransasaran yang memungkinkan membaiknya kesehatan sediaan. Strategi pengembangan kembali harus ditinjau setahun sekali dan diperbaharui jika diperlukan untuk memastikan keefektifannya. 19

20 Apendiks C: Dampak Habitat Instruksi 1. Gunakan Tabel 1 untuk menilai dampak dari alat-alat penangkapan ikan terhadap substrat di dasar perairan. Jika alat penangkapan ikan tidak masuk dalam daftar, gunakan jenis alat penangkapan ikan yang bersentuhan mirip dengan habitat dasar perairan. Jika ditemui berbagai jenis habitat atau klasifikasi habitat yang tidak menentu, gunakan nilai yang berkaitan dengan jenis habitat yang paling sensitif yang ditemui dalam perikanan. 2. Gunakan Tabel 2 untuk menilai upaya-upaya mitigasi perikanan terhadap dampak-dampak habitat yang diakibatkan alat penangkapan ikan. Langkah 2 tidak perlu untuk alat penangkapan ikan yang tidak menyentuh dasar perairan. Diperlukan tingkat kepastian yang tinggi untuk menilai langkahlangkah mitigasi yang kuat atau menengah. Termasuk dalam contoh ini adalah peta habitat yang baik atau cakupan pengamat yang mendokumentasikan penegakan langkah-langkah pengelolaannya. 3. Tentukan nilai total dampak habitat anda dengan menjumlahkan nilai dari Tabel 2 dengan nilai dari Tabel 1. Tabel 1: Matriks Dampak (MBA, 2014a) Isu Konservasi Deskripsi Tidak ada Alat penangkapan yang tidak bersentuhan dengan habitat dasar perairan; Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Very High penangkapan spesies pelagis/perairan terbuka. Pancing vertical (setting line) yang bersentuhan dengan habitat dasar perairan atau penangkapan untuk spesies dengan habitat dasar (benthic)/demersal atau yang berhubungan dengan terumbu karang. Jaring dasar (bottom gillnet), alat perangkap (bubu dasar), rawai tetap/rawai dasar (bottom longline) kecuali ditempat batuan karang /batu yang tergerus aliran air. Jaring panjang/pukat tarik dasar (hanya di lumpur/pasir) Pukat ikan untuk perairan pertengahan (midwater trawl) yang sekali-kali bersentuhan dengan dasar perairan (25% setiap waktu) atau pukat kantong (purse seine/seine net), termasuk payang, dogol, pukat pantai, muroami, yang biasanya bersentuhan dengan dasar perairan. Alat pengeruk/penyedot (dredge) Scallop di perairan berlumpur dan pasir Jaring dasar (bottom gillnet), alat perangkap (bubu dasar), rawai tetap/rawai dasar (bottom longline) kecuali ditempat batuan karang /batu yang tergerus aliran air. Payang perairan dasar (kecuali di perairan berlumpur/pasir) Pukat tarik (trawl) (perairan berlumpur dan pasir, atau batuan kerikil yang dangkal) (termasuk pukat ikan untuk perairan pertengahan/midwater trawl - yang biasanya bersentuhan dengan dasar perairan Alat pengeruk/penyedot kerang secara hidrolik Alat pengeruk/penyedot Scallop di batuan kerikil, batuan dan batu besar yang tergerus aliran air Pukat Tarik di batuan atau batu besar, atau batuan kerikil bertenaga rendah (>60 m) Alat pengeruk/penyedot atau pukat tarik diperairan karang dilaut dalam, atau habitat biogenik (seperti jenis belut laut (eelgrass) dan maerl) Skor

21 Tabel 2: Matriks Mitigasi (MBA, 2014a) Jenis Deskripsi Mitigasi Paling tidak 50% dari habitat sampel terlindungi dari jenis alat tangkap yang digunakan dalam perikanan yang dilakukan asesmen (lihat Perlindungan lokasi (Spatial) di bawah). Atau Intensitas penangkapan ikan cukup rendah dan terbatas sehingga secara ilmiah bisa ditunjukkan bahwa paling tidak 50% dari sampel habitat dalam kondisi sudah terpulihkan kembali, yang didasarkan pada pengetahuan tentang ketangguhan habitat dan frekuensi dari dampak penangkapan ikan yang diakibatkan jenis alat tangkap yang digunakan dalam perikanan yang sedang dilakukan asesmen (lihat Perlindungan lokasi (Spasial) di bawah) Atau Mitigasi Kuat Alat tangkap dirancang khsus untuk mengurangi dampak terhadap habitat dasar laut dan ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa modifikasi yang dilakukan secara efektif dalam hal ini dan kebanyakan dilakukan di hampir semua kapal Atau Langkah-langkah lain dilakukan dan telah terbukti sangat efektif dalam mengurangi dampak yang diakibatkan alat penangkapan ikan. Langkahlangkah tersebut bisa berupa kombinasi dua atau lebih dari langkah tingkat menengah atau lebih yang dijelaskan di bawah ini, misalnya modifikasi alat Mitigasi Sedang Mitigasi Minimal Tidak ada Mitigasi yang Efektif tangkap + perlindungan spasial (ruang penangkapan). Langkah-langkah efektif yang sedang dilaksanakan adalah mengurangi upaya, intensitas, atau spasial/ruang penangkapan ikan, Atau Sebagian dari seluruh habitat penting terlindungi dari persentuhan dengan yang ada di dasar perairan dan meluasnya ruang penangkapan ikan perlu dicegah, serta habitat yang rentan terhadap dampak yang mempengaruhi habitat dasar laut sangat dilindungi. Atau Modifiksi alat tangkap atau langkah-langkah lain yang digunakan diharapkan akan efektif. Upaya atau intensitas penangkapan ikan dikendalikan secara efektif namun seharusnya tidak dikurangi secara aktif Atau Habitat-habitat yang rentan sangat dilindungi namun habitat-habitat lain tidak dilindungi secara ketat. Atau Modifikasi atau langkah-langkah yang diantisipasi akan efektif sedang dalam uji coba atau dikembangkan. Tidak ada kendali terhadap intensitas penangkapan ikan. Atau Tidak ada atau hanya ada sedikit upaya untuk membatasi cakupan spasial penangkapan ikan. Atau Tidak ada modifikasi yang diantisipasi efektif yang digunakan Atau Dilakukan modifikasi namun tidak efektif. Tidak Berlaku Tidak berlaku karena alat tangkap yang digunakan tidak berbahaya. +0 Skor +1 +0,5 +0,

22 Perlindungan Ruang Pengkapan (Spasial) (MBA, 2014b) Mengurangi dampak yang diakibatkan penangkapan ikan melalui pengelolaan ruang bisa menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk meredam dampak ekologis yang diakibatkan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap yang merusak habitat (Lindholm et al., 2001; Fujioka, 2006). Ada keterkaitan yang kompleks antara dampak dari alat tangkap, dan yang ditimbulkan dari ruang penangkapan ikan dan upaya penangkapan ikan (yaitu tentang frekuensi adanya dampak) (Fujioka 2006) sehingga hal ini tidak dapat dikuantifikasikan secara tepat dalam asesmen terhadap Seafood Watch. Meskipun demikian, dalam menentukan kriteria harus dipertimbangkan hubungan antara manfaat upaya-upaya perlindungan habitat yang lestari dengan menyesuaikan penilaian dari habitat. Ambang batas untuk menyesuaikan penilaian habitat karena adanya perlindungan habitat dari jenis alat tangkap yang digunakan dalam perikanan ( 50% dilindungi untuk masuk kualifikasi sebagai mitigasi yang kuat dan 20% dilindungi untuk masuk kualifikasi sebagai mitigasi sedang ) yang didasarkan pada rekomendasi-rekomendasi untuk pengelolaan ruang yang ada di pustaka ilmiah seperti ditunjukkan dalam Auster (2001). Auster merekomendasikan untuk diterapkannya prinsip tindakan pencegahan pada waktu tingkat ambang batas mencapai 50% dari kawasan pengelolaan habitat terkena dampak yang disebabkan dari penangkapan ikan, dengan minimal 20% dari kawasan di kumpulan dan dari ciri-ciri alam ang terlindungi dalam MPA, untuk meminimalkan dampak terhadap spesies yang rentan dan habitat yang sensitive. Tabel berikut ini memberikan contoh modifikasi alat tangkap yang diyakini cukup efektif dalam mengurangi dampak habitat menurut beberapa kajian ilmiah. Tabel ini akan terus direvisi seiring dengan tersedianya berbagai kajian ilmiah baru. Sumber-sumber utama tabel ini adalah He (2007) dan Valdemarsen dkk., (2007). Alat Penangkapan Ikan Pukat Otter Modifikasi Tali-temali pukat (trawl) untuk spesies jenis semi-pelagik (bukaan jaring pukat, dayung panjang (sweep) dan tali pengikat jangkar di dasar kapal (bridle), juga termasuk modifikasi bridle and sweep menjadi ukuran yang lebih pendek yang biasanya digunakan pada pukat udang, nephrop dan spesies lainnya, sehingga spesiet tersebut akan terganggu oleh adukan pasir dan tali pengikat jangkar (bridle), karena tidak mampu untuk berenang) Tali-temali pukat untuk spesies pelagic/pukat tanpa sweep (bukaan jaring pukat tetap menyentuh dengan dasar laut, alat tangkap sebagian besar tetap tidak menyentuh dasar, misalnya ikan whiting anggota genus Merlangus di New England, ikan sebelah (flatfish seperti glounder, turbot, halibut, sole) di Alaska, dan kakap merah (red snapper) di Australia) Alat tangkap dasar yang ringan (misalnya beberapa bobbin) Penggunaan alat penggiling/roller daripada rockhopper Modifikasi bukaan jaring pukat seperti aspek penting (footprint ukuran lebih kecil), camber (alat untuk efisiensi bahan bakar) atau soft door (misalnya alat tangkap yang membuka sendiri) 22

23 Referensi Apendiks Apendiks B Babcock, E.A. and MacCall, A.D. (2011). How useful is the ratio of fish density outside versus inside no-take marine reserves as a metric for fishery management control rules? Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 68: Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) (2003). Fish Stock Assessment Manual. FAO Fisheries Technical Paper, No Diunduh dari Froese, R. (2004). Keep it simple: three indicators to deal with overfishing. Fish and Fisheries, 5: Apendiks C Auster, P. (2001). Defining Thresholds for Precautionary Habitat Management Actions in a Fisheries Context. North American Journal of Fisheries Management, 21: 1-9 Fujioka, J.T. (2006). A model for evaluating fishing impacts on habitat and comparing fishing closure strategies. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 63: He, P. (2007). Technical measures to Reduce Seabed Impact of Mobile Fishing Gears. Bycatch Reduction in the World s Fisheries. Kennelly, S. (ed.), halaman Lindholm, J.B., Auster, P.J., Ruth, M., and Kaufman, L.S. (2001). Modeling the effects of fishing, and implications for the design of marine protected areas: juvenile fish responses to variations in seafloor habitat. Conservation Biology, 15: Monterey Bay Aquarium (MBA). (2014a). Seafood Watch Criteria for Fisheries, Criterion 4 Impacts on the Habitat and Ecosystem. Version March 31, Methodology.pdf Monterey Bay Aquarium (MBA). (2014b). Seafood Watch Criteria for Fisheries, Apendiks 7 Gear modification table for bottom tending gears. Version March 31, Methodology.pdf Valdemarsen, J.W., Jørgensen, T., and Engås, A. (2007). Options to mitigate bottom habitat impact of dragged gears. FAO Fisheries Technical Paper

Fair Trade USA. Standar Perikanan Tangkap. Versi 1.0. Desember 2014

Fair Trade USA. Standar Perikanan Tangkap. Versi 1.0. Desember 2014 Fair Trade USA Standar Perikanan Tangkap Versi 1.0 Desember 2014 www.fairtradeusa.org 2014 Fair Trade USA. All rights reserved. Daftar Isi Pengantar... 3 Sasaran dan Tujuan... 3 Struktur Standar... 4 Ruang

Lebih terperinci

Standar Perikanan Tangkap

Standar Perikanan Tangkap Standar Perikanan Tangkap Fair Trade USA Diterbitkan: 15 November 2017 Berlaku mulai: 15 Januari 2018 Dokumen ini bisa diakses tanpa dipungut biaya dalam format elektronik di situs web Fair Trade USA:

Lebih terperinci

Persyaratan-Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut Standar Perikanan Tangkap

Persyaratan-Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut Standar Perikanan Tangkap Persyaratan-Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Standar Perikanan Tangkap Fair Trade USA A. Pengantar Standar Perikanan Tangkap (CFS) Fair Trade USA mencakup berbagai kelompok nelayan dan fasilitasfasilitas

Lebih terperinci

Program Perikanan Tangkap

Program Perikanan Tangkap Program Perikanan Tangkap Apa itu Perdagangan yang Adil? Fair Trade USA Perdagangan yang Adil merupakan satu cara yang sederhana untuk memastikan setiap pembelian berarti. Ketika para konsumen membeli

Lebih terperinci

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS Versi 1.0.0 Versi 1.0.0 Fair Trade USA A. Pengantar Standar Produksi Pertanian (Agricultural Production Standard/APS) Fair Trade USA merupakan serangkaian

Lebih terperinci

Standar Kriteria Pemenuhan Tahun Utama Panduan Interpretasi

Standar Kriteria Pemenuhan Tahun Utama Panduan Interpretasi Fair Trade USA Kriteria Pemenuhan untuk Standar Perikanan Tangkap FTUSA_CFS_CC_.v_EN_294 Dalam halaman-halaman berikut ini, setiap standar diikuti oleh tabel yang berisi kriteria terkait yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April Pedoman Pemasok Olam Dokumen terakhir diperbarui April 2018 Pedoman Pemasok Olam April 2018 1 Daftar Isi Pendahuluan 3 Prinsip Pedoman Pemasok 4 Pernyataan Pemasok 6 Lampiran 1 7 Pendahuluan Olam berusaha

Lebih terperinci

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Perhatian: ini adalah terjemahan dari teks bahasa Inggris. Versi asli bahasa Inggrislah yang dianggap sebagai dokumen yang mengikat secara hukum. - April 2015

Lebih terperinci

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja Kriteria, Indikator dan KPI Karet Alam Berkesinambungan 1. Referensi Kriteria, Indikator dan KPI SNR mengikuti sejumlah

Lebih terperinci

Standar Produksi Pertanian

Standar Produksi Pertanian Fair Trade USA Diterbitkan: 1 Juli 2017 Berlaku mulai: 1 Mei 2017 PENGANTAR Dokumen ini bisa diakses tanpa dipungut biaya dalam format elektronik di website Fair Trade USA: www.fairtradeusa.org Semua hak

Lebih terperinci

Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab

Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) adalah salah satu kesepakatan dalam konferensi Committee

Lebih terperinci

Mengingat ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982,

Mengingat ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982, PERSETUJUAN PELAKSANAAN KETENTUAN-KETENTUAN KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG HUKUM LAUT TANGGAL 10 DESEMBER 1982 YANG BERKAITAN DENGAN KONSERVASI DAN PENGELOLAAN SEDIAAN IKAN YANG BERUAYA TERBATAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN No Aspek Indikator Indikator Ekonomi 1 Kinerja Ekonomi Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung, meliputi pendapatan,

Lebih terperinci

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PENGANTAR AptarGroup mengembangkan solusi sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan usaha yang wajar dan hukum ketenagakerjaan, dengan menghargai lingkungan dan sumber daya alamnya.

Lebih terperinci

Standar Seafood Watch untuk Penangkapan Ikan

Standar Seafood Watch untuk Penangkapan Ikan 1 Standar Seafood Watch untuk Penangkapan Ikan Daftar Isi Daftar Isi... 1 Pendahuluan... 2 Prinsip Panduan Seafood Watch... 3 Kriteria dan Metodologi Penilaian Seafood Watch untuk Penangkapan Ikan... 5

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

Standar Petani Kecil Independen Fair Trade USA Versi 1.1

Standar Petani Kecil Independen Fair Trade USA Versi 1.1 Standar Petani Kecil Independen Fair Trade USA Versi. Referensi Standar STR-CT STR-CT 2 STR Persyaratan Struktural (Structural Requirements ) CT Sertifikasi (Certification ) STR-CT. STR-CT.2 STR-CT. STR-CT

Lebih terperinci

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap Kabupaten Cilacap sebagai kabupaten terluas di Provinsi Jawa Tengah serta memiliki wilayah geografis berupa

Lebih terperinci

Pedoman Perilaku BSCI 1

Pedoman Perilaku BSCI 1 Pedoman Perilaku BSCI 1 Kehadiran Pedoman Perilaku BSCI versi 1/2014 bertujuan mendirikan nilai-nilai dan prinsipprinsip bahwa para Peserta BSCI berusaha untuk menerapkan dalam rantai pasokan mereka. Pedoman

Lebih terperinci

Standar Petani Kecil Independen Fair Trade USA Versi 1.1

Standar Petani Kecil Independen Fair Trade USA Versi 1.1 Standar Petani Kecil Independen Fair Trade USA Versi. Referensi Standar STR-CT STR-CT 2 STR Persyaratan Struktural (Structural Requirements ) CT Sertifikasi (Certification ) STR-CT. STR-CT.2 STR-CT. STR-CT

Lebih terperinci

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

Catatan Pengarahan FLEGT

Catatan Pengarahan FLEGT FLEGT PENEGAKAN HUKUM, TATA KELOLA DAN PERDAGANGAN SEKTOR KEHUTANAN Jaminan legalitas berbasis peserta pasar dan pemberian izin FLEGT Latar belakang Rencana Tindakan mengenai Penegakan Hukum, Tata Kelola

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Kode Etik Pemasok. Pendahuluan

Kode Etik Pemasok. Pendahuluan KODE ETIK PEMASOK Kode Etik Pemasok Pendahuluan Sebagai peritel busana internasional yang terkemuka dan berkembang, Primark berkomitmen untuk membeli produk berkualitas tinggi dari berbagai negara dengan

Lebih terperinci

DOKUMEN PANDUAN UTZ. PREMI UTZ (Versi 1.0, ) Premi wajib bagi produsen bersertifikasi UTZ. Premi dibayarkan oleh pembeli pertama.

DOKUMEN PANDUAN UTZ. PREMI UTZ (Versi 1.0, ) Premi wajib bagi produsen bersertifikasi UTZ. Premi dibayarkan oleh pembeli pertama. DOKUMEN PANDUAN UTZ PREMI UTZ (Versi 1.0, 1-8-2016) Panduan tentang premi, sebagaimana diwajibkan dalam Pedoman Perilaku Inti UTZ untuk sertifikasi kelompok dan multi-kelompok (versi 1.1) Dokumen panduan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 2 R-111 Rekomendasi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok 1. KEBEBASAN MEMILIH PEKERJAAN 1.1 Tidak ada tenaga kerja paksa atau wajib dalam bentuk apa pun, termasuk pekerjaan terikat, perdagangan manusia, atau tahanan dari penjara.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KODE PERILAKU 4C DISETUJUI OLEH DEWAN 4C PADA TANGGAL 9 DESEMBER 2014 VERSION 2.0

KODE PERILAKU 4C DISETUJUI OLEH DEWAN 4C PADA TANGGAL 9 DESEMBER 2014 VERSION 2.0 KODE PERILAKU 4C DISETUJUI OLEH DEWAN 4C PADA TANGGAL 9 DESEMBER 2014 VERSION 2.0 DAFTAR ISI KODE Pendahuluan Dimensi Ekonomi Prinsip Pertanian sebagai usaha (1.1-1.3) Prinsip Dukungan untuk petani (1.4-1.8)

Lebih terperinci

2 KERANGKA PEMIKIRAN

2 KERANGKA PEMIKIRAN 2 KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada Bab Pendahuluan, maka penelitian ini dimulai dengan memperhatikan potensi stok sumber

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths Kode Smiths Pengantar dari Philip Bowman, Kepala Eksekutif Sebagai sebuah perusahaan global, Smiths Group berinteraksi dengan pelanggan, pemegang saham, dan pemasok di seluruh dunia. Para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

Indorama Ventures Public Company Limited

Indorama Ventures Public Company Limited Indorama Ventures Public Company Limited Kode Etik untuk Pemasok (Sebagaimana yang di setujui pada Desember 2014) Revisi 1 (Sebagaimana yang di setujui pada Mei 2017) Catatan Dalam hal ketentuan apa pun

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

Introduction to. Setiap pembelian itu berarti

Introduction to. Setiap pembelian itu berarti Introduction to Setiap pembelian itu berarti Latar Belakang adanya Fair Trade? Di Amerika keperdulian mengenai asal dan proses dari barang-barang yang mereka beli meningkat. Rela membelanjakan uangnya

Lebih terperinci

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN Voluntary National Review (VNR) untuk Tujuan 14 menyajikan indikator mengenai rencana tata ruang laut nasional, manajemen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.1841, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM DAN SERTIFIKASI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang kompleks, unik dan indah serta mempunyai fungsi biologi, ekologi dan ekonomi. Dari fungsi-fungsi tersebut,

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Kode etik bisnis ini berlaku pada semua bisnis dan karyawan Smiths Group di seluruh dunia. Kepatuhan kepada Kode ini membantu menjaga dan meningkatkan

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan 1/5 Keberlanjutan merupakan inti dari strategi dan kegiatan operasional usaha Valmet. Valmet mendorong pelaksanaan pembangunan yang dan berupaya menangani masalah keberlanjutan di seluruh rantai nilainya

Lebih terperinci

Indorama Ventures Public Company Limited. Kode Etik Pemasok

Indorama Ventures Public Company Limited. Kode Etik Pemasok Indorama Ventures Public Company Limited Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok Indorama Ventures Public Company Limited dan anak perusahaan / afiliasi (secara kolektif disebut sebagai Perusahaan) berkomitmen

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu penting perikanan saat ini adalah keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya dan lingkungannya. Upaya pemanfaatan spesies target diarahkan untuk tetap menjaga

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan pusat dari segitiga terumbu karang (coral triangle), memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (megabiodiversity). Terumbu karang memiliki

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA 1. Penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik Lembaga Pembiayaan Ekspor

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU MITRA BISNIS MSD. Nilai dan Standar Kami untuk Mitra Bisnis Pedoman Perilaku Mitra Bisnis MSD [Edisi I]

PEDOMAN PERILAKU MITRA BISNIS MSD. Nilai dan Standar Kami untuk Mitra Bisnis Pedoman Perilaku Mitra Bisnis MSD [Edisi I] PEDOMAN PERILAKU MITRA BISNIS MSD Nilai dan Standar Kami untuk Mitra Bisnis Pedoman Perilaku Mitra Bisnis MSD [Edisi I] MSD berkomitmen untuk melakukan semua kegiatan bisnis secara berkelanjutan dan bertujuan

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU PEMASOK CATERPILLAR

PEDOMAN PERILAKU PEMASOK CATERPILLAR PEDOMAN PERILAKU PEMASOK CATERPILLAR HARAPAN PEMASOK Saat Caterpillar melaksanakan bisnis dalam kerangka kerja peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, kepatuhan terhadap hukum saja belum cukup bagi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kapal Penangkap. Pengangkut. Ikan. Pemantau. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2013

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 800-2004 Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional KATA PENGANTAR Pedoman ini diperuntukkan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penerapan Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

RAJUNGAN INDONESIA. Mei Mei Pembelajaran dari Inisiatif Lead Firm

RAJUNGAN INDONESIA. Mei Mei Pembelajaran dari Inisiatif Lead Firm RAJUNGAN INDONESIA Mei 2016 - Mei 2017 Ikhtisar Presentasi Latar Belakang Wilderness Markets Teori Perubahan Fokus and Tujuan, Mei 2016-2017 Pelajaran yang Dipelajari Latar Belakang Wilderness Markets

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Semak Daun merupakan salah satu pulau yang berada di Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Pulau ini memiliki daratan seluas 0,5 ha yang dikelilingi

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai Studi Kelayakan Hutan Rakyat Dalam Skema Perdagangan Karbon dilaksanakan di Hutan Rakyat Kampung Calobak Desa Tamansari, Kecamatan

Lebih terperinci

MENGHARGAI SESAMA DAN MASYARAKAT PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA

MENGHARGAI SESAMA DAN MASYARAKAT PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DAN MASYARAKAT 24 08 2010 PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DAFTAR ISI PENDAHULUAN 3 BAGAIMANA KAMI MENERAPKAN STANDAR KAMI 4 STANDAR HAK ASASI MANUSIA KAMI 4 SISTEM MANAJEMEN KAMI 6 3 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT FOR THE IMPLEMENTATION OF THE PROVISIONS OF THE UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA OF 10 DECEMBER 1982 RELATING

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Pertanyaan Umum (FAQ):

Pertanyaan Umum (FAQ): Pertanyaan Umum (FAQ): Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Kelompok Produksi TBS (Versi AKHIR, Maret 2016) Untuk diperhatikan: dokumen FAQ ini akan diperbaharui secara berkala setelah menerima

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SPR 0 Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 0 REVIU ATAS INFORMASI KEUANGAN INTERIM YANG DILAKSANAKAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:

Lebih terperinci

Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati *

Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati * Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 19 Januari 2016; disetujui: 26 Januari 2016 Indonesia merupakan negara yang kaya

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN BULUNGAN

MANAJEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN BULUNGAN MANAJEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN BULUNGAN Disusun oleh : Syam Hendarsyah, S.P. E-mail : syam.darsyah@yahoo.co.id Hp : 081346412689 I. LATAR BELAKANG Allah S.W.T telah memberikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PERSYARATAN DAN MEKANISME SERTIFIKASI HAK ASASI MANUSIA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kode Perilaku Pemasok... 3 Pendahuluan... 3 Hak Asasi Manusia dan Tenaga

Lebih terperinci

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013 Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat Kota, Negara Tanggal, 2013 Regulasi Kayu Uni Eropa (European Union Timber Regulation/EUTR) Regulasi Kayu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DI BIDANG PENANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia telah melakukan kegiatan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sejak jaman prasejarah. Sumberdaya perikanan terutama yang ada di laut merupakan

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2017 KEMEN-KP. Sertifikasi HAM Perikanan. Persyaratan dan Mekanisme. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2017 TENTANG

Lebih terperinci

Lampiran IV MARPOL 73/78 PERATURAN UNTUK PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH KOTORAN DARI KAPAL. Peraturan 1. Definisi

Lampiran IV MARPOL 73/78 PERATURAN UNTUK PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH KOTORAN DARI KAPAL. Peraturan 1. Definisi Lampiran IV MARPOL 73/78 PERATURAN UNTUK PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH KOTORAN DARI KAPAL Bab 1 Umum Peraturan 1 Definisi Untuk maksud Lampiran ini: 1 Kapal baru adalah kapai:.1 yang kontrak pembangunan dibuat,

Lebih terperinci

Proses Penyelesaian Perselisihan

Proses Penyelesaian Perselisihan Dokumen ID INDONESIA Proses Penyelesaian Perselisihan Latar Belakang ALS adalah skema yang bertujuan untuk mempromosikan penerapan pendekatan NKT secara lebih bermutu dan konsisten melalui a) penyediaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEDOMAN PERILAKU DAN ETIKA PERUSAHAAN. 2.1 Kejujuran, integritas, dan keadilan

KEBIJAKAN PEDOMAN PERILAKU DAN ETIKA PERUSAHAAN. 2.1 Kejujuran, integritas, dan keadilan Kebijakan Pedoman Perilaku dan Etika KEBIJAKAN PEDOMAN PERILAKU DAN ETIKA PERUSAHAAN Juni 2014 1. Pendahuluan Amcor mengakui tanggung jawabnya sebagai produsen global dalam bidang layanan dan materi pengemasan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan

Lebih terperinci