PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO"

Transkripsi

1 Katalog BPS: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Jln. Negara Medan Tebing Tinggi Kompleks Instansi Vertikal Sei Rampah Telp. : (0621) ; Fax : (0621) ; bps1218@bps.go.id Homepage : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SERDANG BEDAGAI BPS-Statistics of Serdang Bedagai Regency

2 Kabupaten Serdang Bedagai Katalog BPS : Nomor Publikasi : Ukuran Buku : 21,5 Cm x 28 Cm Jumlah Halaman : xii + 62 Naskah Penanggung Jawab : Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik : Ir. Hj. Ida Suswati, M.Si Penulis : - Emilza Rahmadhani, S.Si, ME - Dwi Asih Septi Wahyuni, S.ST Pengolah Data : - Dwi Asih Septi Wahyuni, S.ST Gambar Kulit : Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai Jl. Negara Medan Tebing Tinggi Kompleks Instansi Vertikal Sei Rampah Telp. (0621) Fax. (0621) bps_1218@bps.go.id. Sumber dana : APBD Kabupaten Serdang Bedagai T.A Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

3 BUPATI SERDANG BEDAGAI KATA SAMBUTAN Program pembangunan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan jangka panjang maupun jangka pendek, sangat membutuhkan data statistik yang terpercaya dan akurat sebagai alat untuk dapat merumuskan masalah yang tepat dalam pencapaian sasaran pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk itu, kami menyambut gembira penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Tahun yang menggambarkan tentang laju pertumbuhan ekonomi dan perannya pada tiap-tiap sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. PDRB ini merupakan salah satu alat ukur/indikator yang dipakai sebagai dasar untuk perencanaan dan bahan evaluasi hasil pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun publikasi PDRB, yaitu Badan Pusat Statistik Kabupaten Sedang Bedagai dengan Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai yang telah berhasil mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk menerbitkan publikasi ini. Demikian juga kepada pihak Instansi Pemerintah maupun pihak Swasta yang telah turut serta membantu dalam penyediaan informasi yang dibutuhkan dalam melengkapi publikasi ini, kami ucapkan banyak terima kasih. Semoga publikasi Pendapatan Regional Tahun Kabupaten Serdang Bedagai ini dapat bermanfaat bagi pemakai data baik pemerintah, swasta dan masyarakat umum terutama dalam kegiatan pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai. Sei Rampah, September 2012 BUPATI SERDANG BEDAGAI H.T. ERRY NURADI PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun i

4 KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai telah menyelesaikan publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Publikasi ini merupakan gambaran Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai selama periode , baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, disajikan dalam bentuk penjelasan tentang konsep dan definisi serta penjelasan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha. Kami menyadari dalam penghitungan ini masih ditemui kelemahan-kelemahan, terutama oleh keterbatasan data sehingga angka-angka yang disajikan khususnya tahun 2011 masih bersifat sementara dan akan disempurnakan pada penerbitan selanjutnya. Oleh karena itu, saran dan kerjasama yang baik dari semua pihak khususnya Dinas/Instansi yang terkait sebagai sumber data sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bupati Serdang Bedagai yang telah memberikan bantuan dana guna terselenggaranya penerbitan publikasi ini. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya publikasi ini, diucapkan terima kasih. Sei Rampah, September 2012 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Kepala, BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Kepala, IR. M. TAUFIK BATUBARA, M.Si NIP Ir. Hj. IDA SUSWATI, M.Si NIP PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun ii

5 DAFTAR ISI Halaman KATA SAMBUTAN BUPATI SERDANG BEDAGAI... KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA SERDANG BEDAGAI DAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK SERDANG BEDAGAI... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR TABEL (Lampiran)... ABSTRAKSI... i ii iii v vi vii ix BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pergeseran Tahun Dasar Pemilihan Tahun Dasar Konsep dan Definisi Metode Penghitungan Klasifikasi Lapangan Usaha Survei Khusus Sektoral (SKS) Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Kegunaan Statistik Pendapatan Regional BAB II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun iii

6 2.4. Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa BAB III. TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Gambaran Umum Perkembangan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Laju Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai Pendapatan Perkapita LAMPIRAN TABEL-TABEL PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun iv

7 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun (Juta Rupiah) Tabel 3.2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Tahun (persen) Tabel 3.3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (persen) Tabel 3.4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (persen) Tabel 3.5. Peranan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai menurut Kelompok Sektor Tahun (persen) Tabel 3.6. PDRB dan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun v

8 DAFTAR GRAFIK Halaman Gambar 3.1. PDRB ADHB dan ADHK Kabupaten Serdang Bedagai Tahun (Milyar Rupiah) Gambar 3.2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Persen) Gambar 3.3. Peranan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 (Persen) Gambar 3.4. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita Serdang Bedagai Tahun (Ribu Rupiah) PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun vi

9 DAFTAR TABEL (Lampiran) Halaman Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Jutaan Rupiah) Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Jutaan Rupiah) Tabel 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (persen) Tabel 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (persen) Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (persen) Tabel 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (persen) PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun vii

10 Tabel 7. Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut lapangan Usaha Tahun Tabel 8 Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Tabel 9. Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Tabel 10. Perkembangan Beberapa Agregat PDRB, Jumlah Penduduk dan PDRB Perkapita Kabupaten Serdang Bedagai Tahun PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun viii

11 ABSTRAKSI Tujuan pembangunan di daerah secara umum adalah untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Aspek-aspek pembangunan disini meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya. Diantara aspek-aspek tersebut pembangunan ekonomi merupakan aspek yang paling esensial dalam menunjang pembangunan daerah. Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka telah terjadi perubahan sistim penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia yang sebelumnya menganut sistim sentralistik menjadi sistim desentralistik. Tentu saja, keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah sekarang ini dan dimasa yang akan datang sangat ditentukan oleh pemerintah daerah itu sendiri. Peran pemerintah daerah menjadi faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Sejalan dengan hal tersebut kebutuhan akan berbagai macam data statistik baik untuk skala nasional maupun regional juga meningkat. Salah satu data yang dapat digunakan sebagai indikator untuk perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan regional adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB ini dapat menunjukkan tingkat perkembangan perekonomian daerah secara makro, agregatif dan sektoral. Pembentukan angka PDRB ini secara intuisi dipengaruhi oleh banyak faktor terutama faktor ekonomi seperti produktivitas dan efisiensi. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa PDRB yang cukup meningkat dalam segi ekonomi merupakan cerminan dari tingkat pendapatan masyarakat yang lebih baik di daerah tersebut, sedangkan dalam bidang non ekonomi peningkatan tersebut, mengindikasikan adanya perbaikan tingkat kesehatan, pendidikan, perumahan, lingkungan hidup dan aspek lainnya dalam masyarakat. I. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari keberhasilan program pembangunan yang telah dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun ix

12 tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi dan juga menggambarkan tingkat perubahan struktur ekonomi yang terjadi pada suatu periode. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2008 mencapai 6,12 persen. Laju pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di tahun 2009 yaitu sebesar 5,92 persen. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 6,14 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya sedangkan pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai mengalami sdikit perlambatan dengan tumbuh sebesar 5,98 persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan sebagai penyumbang PDRB pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 4,21 persen, sedangkan sektor industri pengolahan yang merupakan sektor penyumbang kedua PDRB mengalami pertumbuhan sebesar 5,39 persen. II. Peranan Sektoral Sampai saat ini perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai masih didominasi tiga sektor, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor pertanian sebagai kontributor terbesar peranannya sedikit demi sedikit menurun dari tahun ke tahun dimana sektor ini menyumbang sebesar 40,73 persen pada tahun 2008, tahun 2009 turun menjadi sebesar 40,23 persen, pada tahun 2010 turun kembali menjadi sebesar 39,72 persen dan di tahun 2011 sebesar 38,85 persen. Sektor industri pengolahan sebagai sektor penyumbang terbesar kedua mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke tahun 2009, dari 19,31 persen menjadi 19,43 persen dan pada tahun 2010 sebesar 19,62 persen, sedangkan pada tahun 2011 menyumbangkan sebesar 19,89 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai penyumbang terbesar ketiga juga mengalami peningkatan kontribusi di tahun Bila pada tahun 2008 sumbangannya sebesar 15,21 persen, pada tahun 2009 naik menjadi 15,34 persen, tahun 2010 sedikit mengalami penurunan menjadi 15,15 persen dan pada tahun 2011 naik kembali menjadi 15,19 persen. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun x

13 Sementara untuk sektor-sektor lainnya selama periode tidak terjadi perubahan yang berarti. Sektor jasa-jasa kontribusinya berada pada kisaran 9,06 9,22 persen, sektor bangunan berkisar antara 9,63 10,97 persen, sektor keuangan berkisar antara 3,30 3,38 persen, sektor angkutan dan komunikasi berkisar antara 0,84 0,90 persen, sektor pertambangan dan penggalian berkisar antara 1,00 1,01 persen, sedangkan sektor listrik, gas dan air minum sebagai sektor yang kontribusinya paling kecil berkisar antara 0,71 0,74 persen. III. Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita merupakan gambaran besarnya pendapatan rata-rata yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi yang terjadi di suatu daerah. Semakin banyak kegiatan ekonomi di suatu daerah akan menimbulkan peningkatan proses produksi yang pada gilirannya akan menghasilkan pendapatan. PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Oleh sebab itu besar maupun kecilnya PDRB perkapita belum mencerminkan kemakmuran masyarakat secara keseluruhan, karena pendapatan yang terjadi tersebut belum pasti dinikmati oleh penduduk daerah yang bersangkutan. IV. Peranan Serdang Bedagai Terhadap Perekonomian Sumatera Utara Potensi ekonomi suatu daerah/wilayah diantaranya dapat dilihat dari peranan masingmasing daerah/wilayah terhadap pembentukan PDRB secara keseluruhan dan pertumbuhan sektor-sektornya. Sektor pertanian sebagai sektor yang terbukti cukup tangguh menghadapi gejolak perekonomian, masih memegang peranan penting dalam perekonomian Serdang Bedagai. Dengan dominasi perkebunan dan tanaman bahan makanan (padi-palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan) serta peternakan, Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang rutin mensuplai kebutuhan bahan-bahan hasil pertanian ke kota Medan. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun xi

14 Sementara sektor perdagangan sebagai sektor sekunder sangat dipengaruhi oleh sektor-sektor primer (meliputi sektor pertanian, penggalian dan industri pengolahan). Perkembangan pada sektor-sektor tersebut akan tercermin juga pada peningkatan kegiatan sektor perdagangan. Secara total Serdang Bedagai menyumbang sebesar 3,47 persen terhadap PDRB Sumatera Utara. Kontribusi PDRB Serdang Bedagai secara sektoral terhadap Sumatera Utara didominasi oleh sektor pertanian dengan sumbangan sekitar 6 persen karena sektor ini merupakan sektor unggulan di Kabupaten Serdang Bedagai. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun xii

15 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Pergeseran Tahun Dasar 3. Pemilihan Tahun Dasar 4. Konsep dan Definisi 5. Metode Penghitungan 6. Klasifikasi Lapangan Usaha 7. Survei Khusus sektoral (SKS) 8. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 9. Kegunaan Statistik Pendapatan Regional

16 RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa

17 TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 1. Gambaran Umum 2. Perkembangan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi 4. Struktur Ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai 5. Pendapatan Perkapita

18

19 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan serangkaian upaya dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperbesar kesempatan kerja, meningkatkan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi dan mengusahakan pergeseran ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Data statistik mempunyai peranan penting dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Seiring pelaksanaan otonomi daerah dimana pembangunan di segala bidang yang semakin pesat dan meluas ke daerah-daerah, data statistik nasional dan regional terasa semakin diperlukan. Untuk itu dibutuhkan data statistik sebagai bahan penting dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB)/Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB/PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB/PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB/PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serdang Bedagai tahun ini disusun untuk memberikan informasi/gambaran tentang keberhasilan pembangunan ekonomi pada suatu periode tertentu. Besarnya nilai tambah bruto yang terbentuk menurut sektor ekonomi, secara tidak langsung dapat juga digunakan untuk mengukur efisiensi kegiatan ekonomi. Peranan masing-masing sektor ekonomi dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto Serdang Bedagai, merupakan informasi lain yang sangat PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

20 Pendahuluan bermanfaat dalam perencanaan sektoral. Berdasarkan informasi tersebut sasaran program pembangunan dapat lebih terarah ditetapkan. Informasi lain yang sangat penting adalah besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi baik sektoral maupun keseluruhan, sehingga program evaluas i kebijakan dapat diambil guna meluruskan arah program pembangunan daerah yang telah dibuat Pergeseran Tahun Dasar Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan mengalami pergeseran dari tahun 1993 menjadi tahun Perubahan tahun dasar ini antara lain disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: a. Secara nasional telah terjadi perubahan struktur ekonomi yang relatif cepat sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan tahun dasar 1993 menjadi makin tidak realistis. b. Struktur ekonomi tahun 1993 belum tersentuh dampak deregulasi dan dibirokratisasi. Secara nasional sejak tahun 1991 sektor industri peranannya sudah melampaui sektor pertanian dan menjadi primadona perekomian Indonesia. c. Perkembangan ekonomi dunia dalam kurun waktu yang diwarnai oleh globalisasi tentunya akan berpengaruh kepada perekonomian domestik, masih dalam periode tersebut, pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter yang berdampak pada perubahan struktur perekonomian Indonesia. Akibatnya struktur ekonomi Indonesia tahun 1993 telah berbeda dengan tahun Pemilihan Tahun Dasar Pada dasarnya penetapan tahun 2000 sebagai tahun dasar secara teknis dapat djelaskan sebagai berikut: a. Berdasarkan rekomendasi PBB sebagaimana tertuang dalam buku panduan yang baru Sistem Neraca Nasional dinyatakan bahwa estimasi PDB atau PDRB atas PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

21 Pendahuluan dasar harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun referensi yang berakhiran 0 dan 5. Hal ini juga merupakan komitmen pimpinan BPS negara ASEAN tahun 2000, agar besaran angka-angka PDB/PDRB dapat saling diperbandingkan antar negara dan antar waktu guna keperluan analisis kerja perekonomian dunia. b. Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi, cakupan terus mengalami penyempurnaan, dalam jangka waktu tujuh tahun juga telah terjadi perubahan sruktur/bentuk komoditas serta kombinasi harga yang sangat signifikan. Perbaikan cakupan terutama sektor industri pengolahan (elektronok/ teknologi infomatika) serta di sektor jasa-jasa. Disisi lain juga terjadi perubahan dalam komposisi harga antara sektor primer, sekunder, dan tersier. c. BPS telah merampungkan penyusunan Tabel Input-Output Indonesia 2000, termasuk Sumatera Utara untuk tingkat provinsi. Tabel I-O tersebut telah mengalami uji konsistensi pada tingkat sektoralnya dengan mempertimbangkan kelayakan struktur permintaan maupun penawaran. Oleh karena itu struktur ekonomi Indonesia yang digambarkan melalui Tabel I-O dapat dijadikan sebagai kerangka dasar (benchmarking) dalam penyempurnaan penghitungan PDB/PDRB, sekaligus dipakai sebagai tahun dasar dalam penyusunan series baru penghitungan PDB/PDRB, baik sektoral maupun penggunaan. d. Ketersediaan data dasar (raw data) baik harga maupun volume (quantum) tahun 2000 secara rinci pada masing-masing sektor ekonomi relatif lebih lengkap dan berkelanjutan dibandingkan kondisi pada tahun Hal itu kemungkinan disebabkan oleh berbagai Departemen/Kementrian maupun Instansi Pemerintah lainnya juga ikut membangun statistik keperluan perencanaan sektoralnya masing-masing. Dengan dukungan data yang lebih lengkap, terinci dan konsisten diharapkan estimasi PDB/PDRB dengan tahun dasar 2000 dapat disusun lebih akurat dan konsisten. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

22 Pendahuluan 1.4. Konsep dan Definisi Dalam menghitung pendapatan regional, hanya dipakai konsep Domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu wilayah/region (dalam hal ini kabupaten maupun kota di propinsi) dihitung dan dimasukkan ke produk wilayah tersebut tanpa memperhatikan kepemilikan faktor-faktor produksi tersebut. Dengan demikian PDRB secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa kepada faktor-faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB menunjukkan gambaran Product Originated. Disamping itu seyogianya telah dihitung juga Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor produksi, yaitu sebesar PDRB dikurangi penyusutan dan pajak tidak langsung netto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi). Namun karena data penyusutan dan pajak tidak langsung netto belum tersedia, penghitungannya belum dapat dilakukan. Sampai saat ini BPS Kabupaten Serdang Bedagai belum dapat menyajikan pendapatan yang benar-benar diterima penduduk, karena masih sulitnya memperoleh data yang menggambarkan arus keluar masuk pendapatan yang mengalir antar kabupaten dan kota ataupun antar propinsi. Dalam pengertian ini pendapatan yang dihasilkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk dari kabupaten atau kota lainnya, seharusnya dikeluarkan dan merupakan bagian dari pendapatan kabupaten atau kota tempat tinggal pemilik tersebut. Sebaliknya pendapatan yang timbul di kabupaten dan kota lain yang pemiliknya berasal dari Serdang Bedagai seharusnya dimasukkan sebagai pendapatan, sehingga dapat diperoleh produk yang benar-benar dimiliki oleh penduduk Serdang Bedagai Metode Penghitungan Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu: PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

23 Pendahuluan Metode Langsung Penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah yang sama sekali terpisah dari data nasional, sehingga hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan Pendekatan Produksi PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB diperoleh dari Nilai Produksi Bruto (NPB/Output) dikurangi seluruh biaya antara (biaya yang benar-benar habis dipakai dalam proses produksi yang dikeluarkan untuk meningkatkan output tersebut). NTB ini masih termasuk biaya penyusutan dan pajak tidak langsung netto yang merupakan bagian dari peran pemerintah dalam menentukan harga Pendekatan Pendapatan PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini didalamnya termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung netto. Berbeda dengan pendekatan produksi, maka kita perlu mengumpulkan data dari pendapatan faktor-faktor produksi yang dimiliki. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

24 Pendahuluan Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto, didalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi. Seharusnya ketiga cara pendekatan akan memberikan angka yang sama, tetapi karena sumber data yang ada belum mempunyai sistem pembukuan yang baik dan tertib maka ketiga pendekatan sering menghasilkan penghitungan yang tidak sama Metode tidak langsung/alokasi Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah propinsi ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat kabupaten/kota. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung cenderung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah. Untuk sektor ekonomi yang menpunyai manajemen terpusat seperti listrik, telkom, bank dan PJKA terpaksa menggunakan metoda alokasi Klasifikasi Lapangan Usaha Seperti diketahui angka nominal PDRB adalah penjumlahan/agregasi dari seluruh NTB kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan usaha dibagi PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

25 Pendahuluan menjadi sembilan sektor. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk Domestik Bruto (PDRB) ditingkat nasional. Pembagian ini sesuai dengan System of National Accounts (SNA). Hal ini juga memudahkan para analis untuk membandingkan PDRB antar kabupaten dan kota dengan PDRB propinsi. menjadi : Dengan demikian, dalam penyajian buku ini kegiatan ekonomi/lapangan usaha dirinci 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 9. Jasa-Jasa 1.7. Survei Khusus Sektoral (SKS) Diantara ketiga metode penghitungan PDRB, metode pendekatan produksi yang paling sering digunakan. Kedua pendekatan lainnya diterapkan untuk beberapa sektor tertentu. Dalam penghitungan PDRB melalui pendekatan produksi, NTB merupakan hasil pengurangan NPB/Output dengan Biaya Antara. Data mengenai biaya antara, pada umumnya diperoleh dari SKS yang dilaksanakan untuk sektor-sektor tertentu secara berkala (biasanya setiap tahun). Dari hasil pengolahan SKS didapatkan struktur biaya, yaitu: rasio biaya antara dan nilai tambah terhadap output masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor yang disurvei. Informasi lain yang dapat diperoleh adalah indikator produksi, harga dan indikator indikator lainnya. Estimasi NTB dapat diperoleh dengan mempergunakan rasio yang dihitung dari struktur biaya. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

26 Pendahuluan Pengambilan sampel dalam SKS dilakukan dengan cara purposive. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa survei ini hanya untuk menghasilkan rasio struktur biaya saja, tidak untuk mengestimasi nilai keseluruhan dari masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang disurvei, karena populasinya tidak diketahui Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Hasil penghitungan PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB/Output dengan biaya antara masing-masing dinilai atas dasar harga berlaku adalah menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi yang dihasilkan dan tingkat perubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor. Mengingat sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor, maka penilaian NPB/Output dilakukan sebagai berikut : 1. Untuk sektor-sektor primer yang produksinya bisa diperoleh secara langsung dari alam seperti pertanian, pertambangan dan penggalian, pertama kali dicari kuantum produksi dengan satuan standar yang biasa digunakan. Setelah itu ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan. Satuan dan kualitas yang dipergunakan tidak selalu sama antara satu kabupaten dan kota di propinsi dengan kabupaten dan kota di propinsi lainnya. Selain itu diperlukan juga data harga per unit/satuan dari barang yang dihasilkan. Harga yang dipergunakan adalah harga produsen, yaitu harga yang diterima oleh produsen atau harga yang terjadi pada transaksi pertama antara produsen dengan konsumen atau pedagang/penjual. NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara kuantum produksi dengan harga masing-masing komoditi pada tahun yang PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

27 Pendahuluan bersangkutan. Selain menghitung nilai produksi utama, dihitung pula nilai produksi ikutan yang dihasilkan dengan anggapan mempunyai nilai ekonomi. Produksi ikutan yang dimaksudkan adalah produksi ikutan yang benar-benar dihasilkan sehubungan dengan produksi utamanya. Sebagai contoh misalnya pabrik minyak goreng dari kelapa maka produksi ikutannya adalah ampas, batok kelapa dan sabut kelapa. 2. Untuk sektor-sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri, listrik, gas dan air minum, dan sektor banguan, penghitungannya sama dengan sektor primer. Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masingmasing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. NPB/output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara kuantum produksi dengan harga masing-masing komoditi pada tahun yang bersangkutan. Selain itu dihitung juga produksi jas a yang digunakan sebagai pelengkap dan tergabung menjadi satu kesatuan usaha dengan produksi utamanya. 3. Untuk sektor-sektor yang secara umum produksinya berupa jasa seperti sektor perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, sewa rumah dan jasa perusahaan serta pemerintah dan jasa-jasa (perorangan, sosial/ kemasyarakatan dan sosial), untuk penghitungan kuantum produksinya dilakukan dengan mencari indikator produksi yang sesuai dengan masing - masing kegiatan, subsektor, dan sektor. Pemilihan indikator produksi didasarkan pada karakteristik jasa yang dihasilkan serta disesuaikan dengan data penunjang lainnya yang tersedia. Selain itu diperlukan juga indikator harga dari masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antar indikator harga masing-masing komoditi/jasa pada tahun yang bersangkutan Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

28 Pendahuluan Penghitungan atas dasar harga konstan, pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu.ntb atas dasar harga konstan ini, hanya menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu kabupaten dan kota di propinsi/daerah dari tahun ketahun tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga. Pada dasarnya dikenal empat cara penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: Revaluasi Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Selanjutnya nilai tambah atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat banyak disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan ratio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar Ekstrapolasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

29 Pendahuluan ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan subsektor, dan sektor yang dihitung. Ekstrapolasi juga dapat dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan sebagainya, tergantung mana yang lebih cocok. Indeks harga diatas dapat pula dipakai sebagai inflator, dalam keadaan dimana nilai tambah atas harga berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda ini yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan adalah IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Dalam kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga konstan deflasi berganda belum banyak dipakai. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

30 Pendahuluan 1.9. Kegunaan Statistik Pendapatan Regional Dari data PDRB, dapat juga diturunkan beberapa indikator ekonomi penting lainnya, seperti : 1. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar, yaitu PDRB dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama setahun. 2. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi, yaitu produk domestik regional netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung netto. Pajak tidak langsung netto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya, produk regional netto atas dasar biaya faktor produksi tersebut sebagai Pendapatn Regional. 3. Angka-angka per kapita, yaitu ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan diatas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Manfaat yang diperoleh dari data ini antara lain adalah: 1. PDRB harga berlaku nominalnya menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah regional. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. 2. Pendapatan regional harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu wilayah. 3. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. 4. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor- PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

31 Pendahuluan sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah. 5. PDRB dan Pendapatan Regional Perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB dan Pendapatan Regional per kepala atau per satu orang penduduk. 6. PDRB dan Pendapatan Regional Perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

32 BAB II RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara perhitungan nilai tambah baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya. Ada berbagai macam cara penghitungan yang dilakukan untuk setiap komoditi maupun sub sektor adalah sebagai berikut: 2.1. Pertanian Sektor ini meliputi kegiatan pengusahaan dan pemanfaatan benda-benda biolo gis (hidup) yang diperoleh dari alam dengan tujuan konsumsi. Sektor pertanian meliputi rasio Tanaman Bahan Makanan, Tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan Tanaman Bahan Makanan Rasio ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau, tanaman pangan lainnya. Hasil produk ikutan yang mempunyai nilai ekonomis, seperti jerami, daun, pelepah, batang, kelobot dan sebagainya juga dimasukkan dalam penggolongan ini. Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai dan Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh BPS Kabupaten Serdang Bedagai maupun BPS Propinsi Sumut, seperti harga untuk komoditi palawija, sayur-sayuran, buah-buahan dan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

33 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan tanaman hias pada tingkat harga pasar pedesaan (HP1), harga untuk komoditi padi pada tingkat harga loko gudang petani (HP2), dan harga komoditi-komoditi tertentu lainnya yang dikumpulkan secara berkala. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing - masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku pada setiap tahun. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output hasil survei pertanian yang dilakukan oleh BPS. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi yaitu mengalikan produksi pada masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangkan dengan jumlah biaya antara yang dihitung berdasarkan rasio pada tahun Tanaman Perkebunan Komoditi yang dicakup di sini adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan besar baik swasta maupun pemerintah yang menghasilkan komoditi-komoditi, seperti karet, kopi, teh, kina, coklat, minyak sawit, tebu, rami, serat manila, kemiri, pinang, minyak sereh, gambir, biji jarak, kumis kucing dan sebagainya. Tidak termasuk hasil/produksi pengolahan sederhana, yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan perkebunannya seperti: karet remah, gula merah, minyak kelapa rakyat, tembakau olahan, teh olahan, kopra dan minyak sawit yang sebelum penggeseran tahun dasar masih termasuk di sub sektor perkebunan. Kegiatan pengolahan sederhana tersebut sejak tahun 2000 dimasukkan pada produk sektor industri. Hasil ikutan yang mempunyai nilai ekonomis dari produk-produk di atas, seperti: batang pohon, sabut kelapa, tempurung kelapa daun, akar dan sebagainya tetap dimasukkan sebagai hasil/produksi. Data produksi diperoleh dari BPS Kabupaten Serdang Bedagai dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai, sedangkan data harga untuk masing-masing PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

34 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan komoditi beragam seperti harga ekspor (FOB) harga perdagangan besar (HPB), harga eceran (HK), atau harga produsen (HP), baik yang dikumpulkan secara berkala oleh BPS Propinsi maupun oleh Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara. NTB atas dasar harga berlaku masing-masing komoditi diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu NPB/output merupakan perkalian antara produksi dan harga masing - masing jenis komoditi setiap tahun, sedangkan struktur biaya antara diperoleh dari hasil pengolahan Survei Khusus Input Output (SKPR) di setiap Propinsi. NTB atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan mengurangkan NPB/output dengan jumlah biaya antara yang dihitung dengan menggunakan rasio tahun Peternakan dan hasil-hasilnya Rasio ini mencakup kegiatan pemeliharaan ternak besar, ternak kecil dan unggas yang bersifat komersil dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dipotong dan diambil hasilhasilnya, seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba, ayam, itik, burung, ulat sutra dan sebagainya. Produksi yang dicakup meliputi ternak lahir, pertambahan berat badan, hasil pemotongan seperti daging, jeroan, kulit, tulang, dan hasil-hasil ternak lainnya (susu, telur, kokon, madu, kotoran ternak dan lain-lain). Karena data mengenai jumlah ternak lahir dan pertambahan berat tidak tersedia secara lengkap di tiap daerah, maka untuk memperkirakan produksi ternak berbeda dengan memperkirakan produksi pada kegiatan lainnya. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong, ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor baik antar daerah maupun luar negeri). Data komponen produksi ternak diperoleh dari Dinas Perternakan Daerah, dan survei-survei yang dilakukan oleh BPS Kabupaten serta instansi lainnya. Sedangkan data harga berupa harga produsen (HP) yang dikumpulkan secara berkala oleh BPS Kabupaten dan Dinas Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

35 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan Penghitungan NTB dilakukan melalui pendekatan produksi, sama seperti yang dilakukan pada sub sektor sebelumnya, baik untuk perkiraan atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun Kehutanan Rasio ini mencakup kegiatan yang dilakukan di areal hutan oleh perorangan atau badan usaha, yang mencakup usaha penanaman, pemeliharaan, penebangan hutan serta pengambilan getah-getahan dan akar-akaran. Produksi yang dihasilkan meliputi kayu gelondongan, kayu belahan/potongan (kayu pertukangan), kayu bakar, bambu, rotan, damar dan sebagainya. Hasil pengolahan sederhana yang pada umumnya dilakukan di areal hutan seperti pembuatan arang, penyaringan getah dan sebagainya dimasukkan pula dalam sub sektor ini. Disamping itu dicakup pula kegiatan perburuan/penangkapan dan pembiakan binatang liar/margasatwa dengan tujuan komersil seperti perburuan binatang-binatang liar, penangkapan penyu, buaya, ular, penangkaran burung dan sebagainya. Produksi yang dihasilkan berupa binatang hidup/mati, binatang lahir (anak), daging maupun sarang, (khusus burung), kulit, tanduk, telur, dan lain-lain. Tidak termasuk di sini kegiatan-kegiatan dengan tujuan penelitian, olah raga, kebun binatang, dan hobi (kegemaran). Data produksi diperoleh dari Dinas Kehutanan dan BPS Kabupaten Serdang Bedagai, sedangkan untuk data harga masing-masing komoditi dipergunakan beberapa macam harga yang dikumpulkan oleh BPS Propinsi dan dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara. Penghitungan NTB dilakukan melalui pendekatan produksi, sama seperti yang dilakukan pada sub sektor sebelumnya, baik untuk perkiraan atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

36 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan Perikanan Sub sektor ini mencakup kegiatan penangkapan, pengambilan dan pemeliharaan/pembiakan segala jenis binatang dan tumbuhan air, baik yang hidup di air tawar maupun yang hidup di air asin, seperti ikan, udang, kepiting, ubur-ubur, mutiara, rumput laut, bunga karang, dan sebagainya. Juga dimasukkan kegiatan pengolahan sederhana binatang air dan hasil-hasil lainnya seperti pengeringan dan penggaraman ikan. Menurut tempat penangkapannya, sub-sektor perikanan dibagi menjadi perikanan laut dan perikanan darat yang terdiri dari perikanan air tawar (kolam, sawah, danau, dan sungai) dan perikanan air payau/tambak. Termasuk juga usaha pelayanan kegiatan perikanan yang umumnya menjadi satu kesatuan usaha dengan kegiatan penangkapan/pemeliharaan ikan, seperti sortasi, gradasi, persiapan lelang ikan, perbaikan dan pemeliharaan tambak/empang, serta pembasmian hama di tambak/empang. Data produksi diperoleh dari Dinas perikanan dan kelautan Kabupaten Serdang Bedagai. Sedangkan data harga disamping dari dinas yang sama, juga dikumpulkan secara berkala oleh BPS Kabupaten Serdang Bedagai maupun oleh BPS Propinsi Sumatera Utara seperti HP2 dan harga lelang. Penghitungan NTB dilakukan melalui pendekatan produksi pertanian yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak, yang umumnya menjadi satu kesatuan usaha dan sulit dipisahkan dari kegiatan utama di masing-masing sub sektor pertanian, dimasukkan pada kegiatan utamanya. Beberapa kegiatan tersebut adalah pengolahan tanah, pemupukan, penyebaran bibit/benih, penyemaian dan penanaman, penyem-protan/pembasmian hama, pemanenan, pemetikan dan pemangkasan, pembilasan/sortasi dan gradasi hasil, pertanian, pelayanan kesehatan hewan dan jasa pertanian lainnya. Penghitungan nilai tambah kegiatan ini berbeda antar daerah/propinsi sesuai kondisinya dan data yang tersedia. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

37 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan 2.2. Pertambangan dan Penggalian Sektor ini mencakup kegiatan pertambangan, penggalian, pengeboran, penyaringan, pencucian, pemilihan dan pengambilan/pemanfaatan segala macam benda non biologis, seperti barang tambang, barang mineral dan barang galian yang tersedia di alam baik yang berupa benda padat, benda cair, maupun benda gas. Produksi yang dihasilkan meliputi : (a) Pertambangan batu bara, minyak bumi, gas bumi dan biji logam, seperti biji besi, timah, bauksit, aluminium, tembaga, nikel, mangan, emas, perak, dan logam lainnya serta aspal alam, (b) Penggalian batu, tanah liat, keramik, kaolin, pasir, kerikil, dan sebagainya, (c) Pembuatan garam (penggaraman), dengan produksinya berupa garam kasar. Data produksi barang tambang diperoleh dari Departemen Pertambangan dan Energi yang bersumber dari buku tahunan Pertambangan Indonesia. Produksi barang galian datanya diperoleh dari Buku Tahunan Pertambangan maupun survei-survei lainnya (SKPR). Produksi garam diperoleh dari Buku Tahunan Pertambangan maupun survei-survei lainnya yang digunakan sebagai pelengkap. Bagi beberapa komoditi yang datanya tidak tersedia/sulit diperoleh seperti batu kali, pasir, tanah liat, dilakukan perkiraan melalui pendekatan penggunaan, yaitu menghitung pemakaian (input) di sektor lain, seperti input sektor konstruksi dan industri. Data harga diperoleh dari Departemen Pertambangan dan Energi, maupun BPS yang dikumpulkan dari laporan keuangan perusahaan dan publikasi Statistik Ekspor. Bagi komoditi-komoditi yang data harganya tidak tersedia dengan lengkap, dilakukan pengumpulan data melalui survei khusus lainnya secara berkala. Penghitungan NTB atas dasar harga berlaku masing-masing komoditi diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu NPB/output dikurangi total biaya antara. NPB/output merupakan perkalian antara produksi dan harga masing-masing komoditi setiap tahun, sedangkan struktur biaya antara diperoleh dari tabel input-output (I-O) BPS Sumatera Utara PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

38 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan dan hasil pengolahan SKPR. Bagi komoditi yang NPB/outputnya dihitung melalui pendekatan pemakaian di sektor lain, seperti batu kali, pasir, tanah liat dan sebagainya, NPB/ outputnya dianggap sama dengan nilai inputnya di sektor lain tersebut (industri dan konstruksi) setelah dinilai dengan harga produsen. NTB adalah NPB/output dikurangi total biaya antara. NTB atas dasar harga konstan 2000 untuk kegiatan pertambangan dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan produksi tahun yang bersangkutan dengan harga tahun 2000 kemudian dikurangi dengan jumlah biaya antara. Sedangkan untuk penggalian dan penggaraman digunakan cara ekstrapolasi yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks indikator produksi yang digunakan, seperti jumlah tenaga kerja dan jumlah satuan usaha Industri Pengolahan Sektor ini mencakup kegiatan untuk mengubah atau mengolah suatu barang organik dan anorganik menjadi barang baru yang mempunyai nilai yang lebih tinggi, sedang pengolahannya dapat dilakukan dengan tangan atau mesin. Kegiatan sektor industri amat beragam dilihat dari komoditi yang dihasilkan dengan cara pengolahannya, sehingga pengelompokan kegiatan industri antar propinsi yang telah dilakukan oleh BPS didasarkan pada proses pembuatan dan banyaknya tenaga kerja yang terlibat. Di sini dibedakan empat kelompok industri yang meliputi industri besar, sedang, kecil, dan, industri rumah tangga. Industri besar adalah perusahaan yang menggunakan tenaga kerja lebih atau sama dengan 100 orang, industri sedang antara 20 sampai dengan 99 orang, industri kecil antara 5 sampai dengan 19 orang, dan industri kerajinan rumah tangga lebih kecil atau sama dengan empat orang. Pengelompokan lain dari kegiatan industri dibuat berdasarkan jenis komoditi utama yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan. Di sini secara garis besarnya kegiatan industri dikelompokkan menjadi : 1. Industri makanan, minuman, dan tembakau. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

39 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan 2. Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. 3. Industri barang dari kayu termasuk alat-alat rumah tangga. 4. Industri kertas dan barang cetakan. 5. Industri pupuk, kimia dan barang-barang dari karet. 6. Industri semen dan barang galian bukan logam. 7. Industri logam dasar besi & baja 8. Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya. 9. Industri pengolahan lainnya. Rincian yang lebih jelas mengenai komoditi yang dicakup di dalam masing-masing kelompok kegiatan industri dapat dilihat pada buku Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Data produksi, harga dan NPB/output industri besar/sedang diperoleh dari hasil sensus yang dilakukan BPS setiap tahun. Data untuk industri kecil diperkirakan dari hasil survei industri kecil, sedangkan untuk industri kerajinan rumah tangga didasarkan pada hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), dan dilengkapi pula dengan survei-survei lainnya yang dilaksanakan BPS Propinsi. NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang dihitung melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengurangi NPB/output dengan jumlah biaya antara. Sedangkan untuk industri kecil dan kerajinan rumah tangga, perkiraan NTB-nya didasarkan pada hasil sensus/survei yang sudah ada, yakni dihitung dulu perkiraan NTB tahun 2000, kemudian dikalikan dengan indeks harga implisit sub sektor industri besar dan sedang. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 untuk industri besar dan sedang dihitung dengan cara deflasi, yaitu membagi dan memperkirakan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHPB barang-barang industri. Sedangkan untuk industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga dihitung dengan cara ekstrapolasi, yaitu dengan mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks indikator produksi seperti jumlah tenaga kerja atau jumlah satuan usaha sebagai ekstrapolatornya. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

40 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan 2.4. Listrik, Gas dan Air Minum Listrik Sub sektor ini mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik dengan menggunakan tenaga air, diesel, uap dan gas, yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan non PLN seperti oleh pemerintah Daerah, Swasta atau Koperasi. Data produksi, harga dan struktur input diperoleh dari hasil survei yang dilakukan secara berkala oleh BPS. Dengan demikian satu wilayah kerja PLN bisa mencakup lebih dari satu propinsi. Oleh sebab itu untuk menghitung NTB setiap propinsi dilakukan alokasi data sesuai dengan penggolongan kegiatan yang timbul di setiap Kabupaten/Kota. Berbeda dengan pendataan untuk PLN, survei perusahaan non PLN setiap tahun tidak selalu dilakukan dalam Kabupaten/Kota yang sama. Disini untuk beberapa propinsi pencacahan dilaksanakan secara sampel sesuai dengan anggaran/dana yang tersedia. Dengan demikian untuk penghitungan NTB-nya perlu dilakukan survei pelengkap lainnya (SKPR) bagi propinsi yang tidak terkena cakupan penelitian. NTB atas dasar harga berlaku dihitung melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengurangi NTB/output dengan jumlah biaya antara. NTB/output merupakan perkalian antara KWH listrik yang dibangkitkan dengan rata-rata tarip ditambah dengan pendapatan yang diterima dari usaha lainnya. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi yaitu dengan mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks produksi yang dihasilkan, seperti jumlah kwh listrik yang dibangkitkan/dijual Air minum Sub sektor ini mencakup kegiatan penampungan, penjernihan dan pendis-tribusian air bersih kepada rumah tangga, industri, rumah sakit, dan penggunaan komersil lainnya. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

41 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan Termasuk juga penyediaan air bersih kepada rumah tangga, industri, rumah sakit, dan penggunaan komersil lainnya. Termasuk juga kegiatan penyediaan air bersih dengan menggunakan kincir air, atau alat lainnya, yang diusahakan oleh Perusahaan Air Minum (PAM) milik Pemerintah Daerah dan Non PAM milik swasta/perorangan. Data produksi, harga dan struktur input diperoleh dari hasil survei yang dilaksanakan secara berkala oleh BPS dan survei-survei pelengkap lainnya (SKPR). NTB atas dasar harga berlaku dihitung melalui pendekatan produksi yaitu NPB/output dikurangi dengan jumlah biaya antara. NPB/output merupakan perkalian antara kuantum air yang dihasilkan dengan rata-rata harganya ditambah dengan pendekatan yang telah diterima dari usaha lainnya. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 umumnya digunakan untuk sektor ini adalah revaluasi dan ekstrapolasi dengan menggunakan data produksi/indikator produksi yang tersedia Bangunan Sektor ini mencakup kegiatan pembuatan dan perbaikan bangunan (konstruksi), baik yang dilakukan oleh kontraktor umum, yaitu unit usaha yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri. Yang digolongkan sebagai kegiatan konstruksi adalah pembuatan, pem-bangunan, pemasangan, dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis konstruksi, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, jalan, jembatan, pelabuhan (laut, udara, sungai), terminal dan sejenisnya. Berbeda dengan sektor lain, pada sektor bangunan banyak ditemui kesulitan untuk melakukan perkiraan/estimasi NTB, karena terbatasnya data yang tersedia. Sebagai data pembanding digunakan realisasi pengeluaran fisik pemerintah yang bersumber dari APBN dan APBD, dengan dibantu data dari survei khusus pendapatan regional (SKPR). PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

42 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan Karena data produksi tidak tersedia lengkap, penghitungan langsung dilakukan terhadap Nilai Produksi Bruto/Output. Dibeberapa propinsi penghitungan bahkan dilakukan melalui pendekatan pendapatan (perhitungan langsung terhadap balas jasa produksi). NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara deflasi dengan menggunakan IHPB bahan bangunan/konstruksi sebagai deflatornya, atau dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks tenaga kerja disektor bangunan sebagai ekstrapolatornya Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan Sub sektor ini mencakup seluruh kegiatan pengumpulan dan pendistribusian barang baru maupun lama, bekas/afkiran, oleh produsen atau importir kepada konsumen, tanpa mengubah bentuk dan sifat barang-barang tersebut. Kegiatan pendistribusian/penyaluran dapat melalui pedagang besar (pedagang yang umumnya melayani pedagang eceran atau konsumen lain yang bukan konsumen rumah tangga). Barang-barang yang diperdagangkan meliputi produksi sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan sektor industri yang berasal dari produksi dari dalam daerah, daerah lain maupun dari luar negeri/impor. Barang yang diperdagangkan ini disebut sebagai supply (Penyediaan). Data supply bersumber dari hasil penghitungan NPB/output sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan industri, sedangkan impor bersumber dari publikasi Statistik Ekspor/Impor yang diterbitkan secara berkala oleh BPS Propinsi. Pada umumnya penghitungan NTB sub sektor perdagangan dilakukan melalui penghitungan nilai margin barang-barang yang diperdagangkan. Margin perdagangan adalah selisih antara nilai jual dengan nilai beli, yang merupakan NPB/Output sub sektor perdagangan. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

43 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari NPB/Output dikurangi jumlah biaya antara. Sedangkan NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara yang sama, seperti pada perhitungan harga berlaku dengan cara menggunakan rasio-rasio yang bersumber dari hasil pengolahan tabel I-O BPS Sumatera Utara tahun Hotel Sub sektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah malam kamar dengan tarif per malam kamar. Data mengenai jumlah malam kamar dan taripnya diperoleh dari hasil survei yang dilakukan BPS Propinsi, sedangkan rasio nilai tambah didasarkan pada tabel input-output BPS Sumatra Utara tahun Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan tahun 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya Restoran Sub sektor ini mencakup semua rumah makan dan restoran serta warung/kedai dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja yang bekerja sebagai indikator produksi dengan rata-rata output pertenaga kerja. Data mengenai indikator produksi dan rata-rata output diperoleh dari SKPR dan publikasi yang diterbitkan BPS Propinsi. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan tahun 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya Angkutan dan Komunikasi Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang baik melalui darat, laut, sungai dan danau serta udara, termasuk jasa penunjang angkutan dan jasa penunjang komunikasi. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

44 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan Angkutan Darat Angkutan Kereta Api Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Tahunan Perusahaan Kereta Api (PERUMKA). Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang Km-Penumpang dan ton-km barang yang diangkut Angkutan Jalan Raya Sub sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor maupun tidak bermotor, seperti bis, truk, bemo, taksi, dokar, becak dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang wajib uji yang diperoleh dari Laporan Tahunan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ) yang dikumpulkan oleh bidang Distribusi BPS Provinsi dan BPS Kabupaten, serta rata-rata output dan rasio biaya antara menurut jenis kenderaan yang diperoleh dari hasil survei-survei yang dilakukan oleh BPS Provinsi. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks kuantum masing-masing jenis angkutan jalan raya. Selain itu digunakan pula cara deflasi yaitu membagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK komponen pengangkutan Angkutan Laut, Sungai, dan Danau Angkutan Laut PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

45 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan Jenis kegiatan ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kenderaan/kapal Laut milik perusahaan nasional, baik yang beroperasi di dalam negeri, dari/ke luar negeri maupun di luar negeri. Penggolongan jenis kegiatan angkutan laut disesuaikan dengan batasan trayek, jarak yang ditempuh dan kapasitas angkut dirinci menurut pelayaran samudera, nusantara, lokal, rakyat dan khusus. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sama seperti penghitungan pada sub sektor sebelumnya. NPB/Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah barang dan penumpang yang diangkut dari masing-masing pelabuhan muat, dirinci menurut jenis kegiatan pelayaran yang bersumber dari laporan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I. Untuk indikator harga digunakan rata-rata output per-unit indikator produksi, yang diolah darilaporan keuangan perusahan-perusahan pelayaran. Sedangkan struktur biaya diperoleh dari rasio dalam tabel Input-Output Sumatera Utara tahun NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks indikator produksi yang sesuai. Selain itu digunakan pula cara deflasi yang menbagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK komponen pengangkutan yaitu membagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK komponen pengangkutan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jenis kegiatan ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kenderaan/kapal sungai, baik ber-motor maupun tidak bermotor yang eroperasi di sungai, danau, dan penyeberangan di selat. Jenis kenderaan meliputi ferry, motor boat, motor tempel, sampan, dan sejenisnya. NPB/output atas dasar harga merupakan perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah armada yang beroperasi PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

46 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan dirinci menurut jenisnya, bersumber dari Dinas Lalu Lintas Angkutan sungai, Danau dan Penyeberangan (DLLASDP). Untuk indikator harga digunakan rata-rata output per armada yang diolah dari hasil SKPR, demikian juga untuk struktur biaya antara diperoleh dari sumber yang sama. NTB atas harga berlaku diperoleh dengan mengurangi NPB/output dengan jumlah biaya antara. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks indikator produksi yang digunakan. Selain itu digunakan cara deflasi yaitu membagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK komponen pengangkutan Jasa Penunjang Angkutan Sub sektor ini mencakup kegiatan pelayanan, pemberian jasa dan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, atau yang berdiri sendiri (bukan merupakan satu kesatuan usaha dengan kegiatan pengangkutannya). Kegiatan ini antara lain mencakup jasa keagenan, pergudangan, terminal dan parkir, serta bongkar muat. Jasa keagenan adalah usaha yang berfungsi sebagai penghubung antara perusahaan angkutan dengan pihak pemakai jasa angkutan barang dan penumpang, termasuk juga pelayanan terhadap kenderaan angkutan beserta operatornya. Pergudangan, baik gudang terbuka maupun tertutup yang disewakan untuk umum, adalah usaha untuk menyimpan barang sebelum dikirim ke tempat tujuan / atau setelah sampai di tempat tujuan tetapi sementara masih menunggu penyelesaian administrasi oleh pemiliknya. Terminal dan parkir adalah usaha pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas kenderaan/armada yang membongkar atau mengisi muatan barang dan atau penumpang. Di pelabuhan laut mencakup fasilitas berlabuh, tempat, pandu, dan fasilitas pengisian bahan bakar pesawat dan sebagainya. Bongkar muat adalah usaha pemberian pelayanan bongkar muat angkutan barang melalui laut dan darat. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

47 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan sama seperti penghitungan pada rasio sebelumnya. NPB/output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan indikator produksi dengan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah barang atau penumpang yang dilayani, yang diperoleh dari pengolahan survei yang sama, demikian juga untuk rasio struktur biayanya. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi, yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks indikator produksi yang digunakan. Selain itu digunakan pula cara deflasi yaitu membagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK komponen pengangkutan Komunikasi Sub sektor ini meliputi pelayanan jasa pos & giro dan telekomunikasi yang diusahakan oleh Perusahaan Umum Pos dan Giro dan PT Telekomunikasi (PT TELKOM) Pos dan Giro Pos dan giro mencakup kegiatan jasa pengiriman surat, wesel dan paket pos. Termasuk kegiatan jasa pelayanan pada pihak ketiga seperti jasa giro, penjualan kertas bermaterai dagang. Kegiatan hanya mencakup yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro saja, sedangkan kegiatan sejenis seperti pengiriman surat, wesel dan paket yang tidak dilakukan oleh perusahaan tersebut di atas digolongkan ke dalam sub sektor jasa penunjang angkutan (keagenan dan ekspedisi). NTB atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi sama seperti penghitungan pada sub sektor sebelumnya. NPB/output atas dasar harga berlaku diperoleh dari laporan keuangan perusahaan di setiap daerah pos (Dapos) yang diperoleh melalui SKPR. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks produksi gabungan tertimbang dari pelayanan pos, wesel, paket dan giro. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

48 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan Telekomunikasi Telekomunikasi mencakup kegiatan jasa pengiriman berita melalui telepon, telegram dan teleks, baik di dalam negeri maupun ke/dari luar negeri. Kegiatan ini hanya mencakup yang diusahakan oleh PT Telkom saja, sedangkan kegiatan sejenis seperti telepon dan teleks yang tidak dilakukan perusahaan tersebut di atas tetap digolongkan ke dalam kegiatan yang menyelenggarakannya (Kantor pemerintah, hotel, rumah sakit dan sebagainya). NTB atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sama seperti perhitungan pada sub sektor sebelumnya. NPB/output atas dasar harga berlaku diperoleh dari laporan keuangan perusahaan di setiap wilayah telekomunikasi yang diperoleh melalui SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi, yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks produksi gabungan tertimbang dari kuantum telepon, telegram dan teleks Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Keuangan Sektor ini mencakup kegiatan pelayanan jasa bank, assuransi, koperasi, dan jasa keuangan lainnya. Jasa bank meliputi usaha jasa perbankan yang dilakukan oleh bank sentral yaitu bank yaitu Bank Indonesia (BI), terdiri dari bank-bank pemerintah dan bank-bank komersial. Usahanya meliputi simpan pinjam, mengeluarkan kertas berharga, membeli dan menjual surat-surat berharga, memberi jaminan bank, menyewakan tempat penyimpanan barang-barang berharga, mengedarkan uang, menerima dan membayar rekening koran, pemindahan cadangan dan jasa perbankan lainnya. Kegiatan asuransi meliputi usaha segala jenis perasuransian seperti asuransi jiwa, asuansi sosial, asuransi kecelakaan, jasa penunjang peransuransian (reasuransi), PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

49 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan konsultasi/agen perasuransian dan dana pensiun. Sedangkan kegiatan jasa keuangan lainnya meliputi koperasi simpan pinjam, usaha bank pasar, bank desa, lumbung desa, perdagangan valuta asing, pasar modal, bursa valuta asing dan sebagainya. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sama seperti penghitungan pada sub sektor sebelumnya. NPB/output dan struktur biaya antara atas dasar harga berlaku untuk kegiatan bank diperoleh dari laporan keuangan tahunan BI Medan, sedangkan kegiatan asuransi dan jasa keuangan lainnya diperoleh melalui SKPR. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara deflasi, yaitu dengan membagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK kelompok umum, atau ekstrapolasi dengan menggunakan ekstrapolator; jumlah nasabah, penabung, pemegang polis dan kredit yang disalurkan Persewaan Sektor ini mencakup kegiatan sewa menyewa atas penggunaan sebagian atau seluruh rumah atau bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal (kantor atau toko), tanpa memperhatikan status kepemilikannya, artinya dapat merupakan milik sendiri, milik swasta. Untuk rumah yang ditempati pemiliknya sendiri (tidak berdasarkan sewa dari pihak lain), perkiraan output sewa rumah dilakukan dengan cara imputasi, yaitu memperkirakan output berdasarkan penggunaannya di kegiatan lain, meskipun pada kenyataannya tidak terjadi transaksi sewa menyewa. Sehingga output sewa rumah merupakan penjumlahan antar output dari usaha persewaan bangunan dan imputasi sewa rumah. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sama seperti penghitungan pada sub sektor sebelumnya. NPB/output atas dasar harga berlaku dihitung melalui pendekatan pengeluaran yaitu mengalikan jumlah penduduk/rumah tangga pada pertengahan tahun dengan rata-rata pengeluaran sewa rumah per kapita/rumah tangga. Data penduduk/rumah tangga diperoleh dari proyeksi penduduk Sumatera Utara. Sedangkan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

50 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan rata-rata pengeluaran sewa rumah per kapita/rumah tangga dari data SUSENAS dan harga konsumen untuk persewaan (HK-4). NTB atas dasar harga konstan dengan cara deflasi yaitu membagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK kelompok perumahan atau dengan ekstrapolasi yaitu dengan mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks jumlah penduduk sebagai ekstrapolatornya Jasa Perusahaan Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa yang umumnya lebih banyak melayani kebutuhan perusahaan dan bersifat komersial. Jenis kegiatan yang dicakup meliputi notaris, lembaga bantuan hukum, pembukuan dan akuntansi, pengolahan data, periklanan, konsultan teknik, penyewaan mesin dan peralatan, penterjemah, perancang dan sebagainya. NTB atas dasar berlaku dihitung melalui pendekatan produksi, sama seperti penghitungan pada sub sektor sebelumnya. NPB/output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan rata-rata output per tenaga kerja yang datanya bersumber dari hasil pengolahan SKPR, demikian juga rasio struktur biaya diperoleh dari sumber yang sama. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan menggunakan indeks jumlah tenaga kerja sebagai ekstrapolatornya Jasa-Jasa Pemerintahan Sub sektor ini mencakup kegiatan tentang penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang berupa jasa pelayanan umum kepada masyarakat yang produksinya tidak PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

51 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan dapat diukur secara kuantitatif dan tidak dapat dinilai secara ekonomi. Kegiatan tersebut antara lain pengatur kebijaksanaan sosial, politik dan ekonomi, peningkatan kecerdasan dan kesehatan masyarakat. Lembaga Pemerintahan yang dicakup adalah : 1. Pemerintahan Pusat: Departemen, Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Non Departemen, Lembaga Pemerintah lainnya baik yang berada di pusat maupun unit-unit vertikal di daerah. 2. Pemerintahan Daerah: Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten serta Pemerintah Desa. Dalam hal ini, tidak termasuk lembaga pemerintah yang berbentuk perusahaan (Badan Usaha Milik Negara/BUMN) seperti Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum), PT (Persero) dan Perusahaan Negara (PN), karena kegiatan-kegiatan tersebut sudah dicakup di dalam sektor-sektor ekonomi yang sesuai dengan penggolongan kegiatannya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung melalui pendekatan pendapatan yaitu dengan menjumlahkan pengeluaran pemerintah untuk belanja pegawai, baik yang berasal dari belanja rutin maupun pem-bangunan ditambah dengan perkiraan nilai penyusutan. Belanja pegawai meliputi upah dan gaji yang berupa uang maupun barang, iuran jaminan sosial, iuran pensiun, asuransi jiwa, dan asuransi kecelakaan. Karena kegiatan ini tidak bertujuan untuk mencari untung (komersial) maka pada struktur biaya sub sektor pemerintahan tidak memiliki surplus usaha, karena itu upah dan gaji merupakan bagian terbesar dari nilai tambah. Data belanja pegawai bersumber dari Kantor Perbendaharaan Negara (KPN) dan Kanwil Dit. Jen Anggaran Sumatera Utara, ditambah dengan data statistik keuangan pemerintah Daerah yang dikumpulkan BPS setiap tahun melalui daftar isian K-1 (untuk Pemerintah Propinsi), dan K-2 (untuk Pemerintah Kabupaten), dan K-3 (untuk Pemerintah Desa). Nilai penyusutan dihitung dengan menggunakan rasio terhadap pengeluaran upah dan gaji dari tabel Input-output Sumatera Utara Tahun PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

52 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi yaitu dengan cara membagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK kelompok umum, atau dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks jumlah pegawai negeri sipil yang ditimbang dengan besarnya upah dan gaji menurut golongan kepangkatan sebagai ekstrapolatornya Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Sub sektor ini mencakup kegiatan penyelenggaraan jasa sosial dan kemasyarakatan yang diusahakan pihak swasta seperti: pendidikan, lembaga kesejahteraan sosial, perhimpunan dan organisasi usaha profesi dan buruh, lembaga penelitian, dan lainnya. Kegiatan-kegiatan yang dicakup meliputi usaha : a. Jasa Pendidikan: terdiri dari penyelenggaraan pendidikan swasta seperti taman kanakkanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan atas, dan perguruan tinggi, serta penyelenggaraan pendidikan non formal swasta seperti penyelenggaraan kursus mengetik, tata buku, bahasa, mengemudi dan sebagainya. b. Jasa Kesehatan: terdiri dari pelayanan kesehatan manusia seperti rumah sakit, poliklinik, balai pengobatan umum, klinik bersalin, praktek dokter, sanatorium, laboratorium, dan sebagainya, serta pelayanan kesehatan hewan seperti pemeliharaan dan pengobatan khusus untuk hewan peliharaan/rumah dan praktek dokter hewan. c. Lembaga Kesejahteraan Sosial: seperti Palang Merah, rumah yatim piatu/panti asuhan, penyantunan orang-orang cacat dan lainnya. d. Perhimpunan dan organisasi usaha profesi dan buruh: Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan sebagainya. e. Lembaga Penelitian: meliputi berbagai kegiatan lembaga swasta untuk mengadakan penelitian guna meningkatkan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru untuk keperluan praktis. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

53 Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan f. Lainnya: organisasi keagamaan, jasa bantuan hukum dan peradilan, organisasi pemuda, kepanduan/pramuka dan sebagainya. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi sama seperti penghitungan sub sektor sebelumnya. NPB/output pada umumnya merupakan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga. Penggunaan indikator produksi maupun indikator harga disesuaikan dengan masing-masing jenis kegiatan dan bersumber dari hasil registrasi yang dilakukan oleh dinas/kanwil di setiap daerah maupun survei-survei pelengkap lainnya yang dilaksanakan oleh BPS Propinsi (SKPR). NTB atas dasar konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi, yang membagi perkiraan NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK yang disesuaikan dengan masing-masing kegiatannya, atau dengan cara ekstrapolasi, mempergunakan indeks jumlah unit usaha atau jumlah tenaga kerja sebagai ekstrapolatornya Jasa Hiburan dan Kebudayaan Sub sektor ini mencakup kegiatan penyelenggaraan hiburan dan rekreasi untuk masyarakat baik secara langsung maupun melalui suatu media tertentu yang diusahakan oleh pihak swasta, seperti: pembuatan film, pemancar radio, pagelaran seni, juru kamera, seniman, penulis scenario, pengarang/penggubah lagu, perpustakaan dan tempat-tempat rekreasi. NTB atas dasar berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sama seperti penghitungan pada sub sektor sebelumnya. NPB/output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga. Penggunaan indikator produksi maupun indikator harga disesuaikan dengan masing-masing jenis kegiatan dan bersumber dari hasil survei yang dilaksanakan oleh BPS Propinsi secara berkala (SKPR). NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi yaitu membagi NTB atas dasar harga berlaku dengan IHK yang disesuaikan dengan masing-masing kegiatannya atau dengan cara ekstrapolasi mempergunakan indeks jumlah unit usaha, indeks jumlah PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

54 penonton atau indeks jumlah tenaga kerja sebagai indikator produksi. Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa yang pada umumnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau perorangan yang meliputi reparasi/perbaikan segala macam alat-alat (termasuk kenderaan /bengkel); jasa binatu dan pencelupan, jasa rumahtangga seperti juru masak, tukang cuci, tukang kebun, pengurus rumahtangga, pengasuh bayi, sekretaris pribadi, guru privat dan sejenisnya, dan jasa perorangan lainnya seperti pemangkas rambut, salon kecantikan, foto studio dan sebagainya. NTB atas dasar berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi sama seperti penghitungan pada sub sektor sebelumnya. NPB/output atas dasar berlaku merupakan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga. Penggunaan indikator produksi disesuaikan dengan masing-masing jenis kegiatan dan bersumber dari hasil kegiatan survei yang dilakukan oleh BPS Propinsi (SKPR). NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi yaitu mengalikan perkiraan NTB tahun 2000 dengan indeks jumlah tenaga kerja sebagai ekstrapolatornya. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

55 Tinjauan Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai merupakan kabupaten yang dimekarkan dari kabupaten Deli Serdang berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Propinsi Sumatera Utara. Tujuan pembangunan di daerah secara umum adalah untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Aspek-aspek pembangunan disini meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya. Diantara aspek-aspek tersebut pembangunan ekonomi merupakan aspek yang paling esensial dalam menunjang pembangunan daerah. Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka telah terjadi perubahan sistim penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia yang sebelumnya menganut sistim sentralistik menjadi sistim desentralistik. Tentu saja, keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah sekarang ini dan dimasa yang akan datang sangat ditentukan oleh pemerintah daerah itu sendiri. Peran pemerintah daerah merupakan faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Upaya dan perhatian peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat secara berimbang tampak dari diwujudkan dan dicanangkannya program pemerataan pembangunan kesejahteraan sosial secara merata. Sejalan dengan hal tersebut kebutuhan akan berbagai macam data statistik baik untuk skala nasional maupun regional juga meningkat. Salah satu data yang dapat digunakan sebagai indikator untuk perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan regional adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB ini dapat menunjukkan tingkat perkembangan perekonomian daerah secara makro, agregatif dan sektoral. Pembentukan angka PDRB ini secara intuisi dipengaruhi oleh banyak faktor terutama faktor ekonomi PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

56 Tinjauan Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai seperti produktivitas dan efisiensi. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa PDRB yang cukup meningkat dalam segi ekonomi merupakan cerminan dari tingkat pendapatan masyarakat yang lebih baik di daerah tersebut, sedangkan dalam bidang non ekonomi peningkatan tersebut, mengindikasikan adanya perbaikan tingkat kesehatan, pendidikan, perumahan, lingkungan hidup dan aspek lainnya dalam masyarakat. Sebagai salah satu indikator makro di Kabupaten Serdang Bedagai dilakukan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Serdang Bedagai dalam bentuk PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Dengan disajikannya data PDRB menurut sektor secara berkala, dapat dilihat posisi serta kondisi perekonomian suatu daerah dari waktu ke waktu Perkembangan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan dimaksudkan agar dapat ditelaah perkembangan PDRB sebelum dan sesudah pengaruh perubahan harga. Dengan PDRB atas dasar harga konstan dapat dilihat keterbandingan antar waktu yang sesungguhnya. Perkembangan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1. Perkembangan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun (Juta rupiah) Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan (1) (2) (3) , , , , *) , , **) , ,27 Ket : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

57 (Milyar Rupiah) Tinjauan Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai Dari tabel 3.1. diatas dapat dilihat bahwa PDRB atas dasar harga belaku dari tahun 2008 ke tahun 2011 terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ini merupakan rangkuman dari berbagai sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat perubahan ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai atas dasar harga berlaku tahun 2008 sebesar Rp ,72 juta, meningkat 13,62 persen pada tahun 2009 menjadi Rp ,48 juta, selanjutnya meningkat 14,22 persen menjadi Rp ,00 juta pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi Rp ,00 juta atau meningkat 12,46 persen. Gambar 3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Serdang Bedagai Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Harga Konstan Tahun (Milyar Rupiah) 12,000 10, , ,000 8, ,000 7, ,000 4, , , , ,000 2, Atas Dasar Harga Konstan 2000 Atas Dasar Harga Berlaku Pada periode yang sama PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, tahun 2008 sebesar Rp ,19 juta meningkat 5,92 persen tahun 2009 menjadi sebesar Rp ,13 juta, tahun 2010 menngkat kembali sebesar Rp ,05 juta atau 6,14 persen dan di tahun 2011 meningkat 5,98 persen atau sebesar Rp ,27 juta. Secara umum kinerja perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai terus meningkat dari tahun ke PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

58 Tinjauan Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai tahun. Sebagai daerah yang masih memiliki banyak potensi untuk digali, Pemerintah Kabupaten Sedang Bedagai harus terus mencari sumber-sumber nilai tambah baru bagi perkembangan perekonomiannya Laju Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari keberhasilan program pembangunan yang telah dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari seluruh sektor ekonomi dan juga menggambarkan tingkat perubahan struktur ekonomi yang terjadi pada suatu periode. Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun, disajikan melalui PDRB atas dasar konstan secara berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila pertumbuhannya negatif menunjukkan terjadinya penurunan. Tabel 3.2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (persen) Lapangan Usaha *) 2011 **) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 4,67 4,89 5,30 4,21 2. Penggalian 7,58 7,41 7,33 7,17 3. Industri Pengolahan 5,44 4,85 5,33 5,39 4. Listrik, Gas dan Air Minum 9,11 8,75 8,84 8,91 5. Bangunan 8,84 8,41 8,78 8,76 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,30 6,06 5,51 5,74 7. Angkutan dan Komunikasi 9,11 7,15 6,11 5,97 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 8,78 8,78 8,53 8,17 9. Jasa-Jasa 9,72 8,42 8,70 11,14 Ket.: Produk Domestik Regional Bruto 6,12 5,92 6,14 5,98 *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

59 (Persen) Tinjauan Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai Pada periode , pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai mengalami peningkatan dari tahun ke tahun terlihat dari pertumbuhannya yang selalu bernilai positif. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi sebesar 6,12 persen, pada tahun 2009 pertumbuhannya sebesar 5,92 persen, tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 6,14 persen dan pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,98 persen. Gambar 3.2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai dan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Persen) Tahun Sergai Sumut Bila dicermati lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi secara positif terjadi di seluruh sektor ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai. Pada tahun 2011, seluruh sektor perekonomian tumbuh positif meski besarannya ada yang mengalami percepatan atau perlambatan. Secara total, tahun ini pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai mengalami sedikit perlambatan, hal ini disebabkan sektor unggulan yakni pertanian mengalami sedikit perlambatan baik di sub sektor tanaman bahan makanan maupun sub PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

60 Tinjauan Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai sektor perkebunan yang selama ini banyak memberikan kontribusi terhadap total PDRB Kabupaten Serdang Bedagai. Proyek pembangunan bendungan Sungai Ular menyebabkan pengairan di sekitar Sungai Ular mengalami gangguan, sehingga para petani disarankan untuk sementara beralih dari padi ke palawija bahkan ada sebagian petani yang memilih untuk tidak tanam. Sedangkan di sub sektor perkebunan, tahun ini sebagian perkebunan menjalani proses replanting sehingga belum berproduksi dan ada pengalihan komoditi dari coklat ke kelapa sawit. Hal ini menyebabkan sumbangan sub sektor perkebunan mengalami penurunan karena masih harus menunggu beberapa tahun lagi untuk berproduksi Struktur Ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu wilayah. Struktur ekonomi ini menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah, sekaligus menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masingmasing sektor ekonomi. Pergeseran struktur ini sering dipakai sebagai indikator untuk menunjukkan adanya suatu proses pembangunan. Untuk mengetahui gambaran tentang struktur perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dari persentase PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan yang dirinci menurut lapangan usaha. Dari tahun 2008 hingga tahun 2011 terlihat bahwa struktur perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai masih di dominasi oleh sektor pertanian, sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran serta bangunan. Pertanian sebagai sektor unggulan masih tetap memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Serdang Bedagai yaitu sebesar 38,85 persen. Faktor yang menyebabkan tingginya andil sektor ini yaitu berasal dari sub sektor tanaman perkebunan yaitu sebesar 15,02 persen dan tanaman bahan makanan sebesar 13,84 persen. Sedangkan sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan memberikan kontribusi sebesar 9,99 persen. 45 PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

61 Tinjauan Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai Tabel 3.3. Distribusi PDRB Kabupaten Serdang Bedagai menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (persen) Lapangan Usaha *) 2011 **) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 40,73 40,23 39,72 38,85 2. Penggalian 1,00 1,01 1,00 1,01 3. Industri Pengolahan 19,31 19,43 19,62 19,89 4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,74 0,72 0,71 0,71 5. Bangunan 9,63 9,94 10,58 10,97 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,21 15,34 15,15 15,19 7. Angkutan dan Komunikasi 0,89 0,90 0,86 0,84 8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 3,38 3,35 3,30 3,33 9. Jasa-Jasa 9,11 9,07 9,06 9,22 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 Ket.: *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara Peranan sektor industri pengolahan dari tahun 2007 hingga 2011 mengalami peningkatan. Sektor ini masih merupakan penyumbang terbesar kedua yang memberikan kontribusi sebesar 19,31 persen pada tahun 2007, terus meningkat hingga tahun 2011 kontribusinya menjadi 19,89 persen. Selanjutnya, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,19 persen, sektor bangunan sebesar 10,97 persen, sektor jasa-jasa sebesar 9,22 persen, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan sebesar 3,33 persen, sektor penggalian sebesar 1,01 persen, sektor angkutan dan komunikasi sebesar 0,84 persen, dan sektor listrik, gas dan air minum sebesar 0,71 persen. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

62 Tinjauan Perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai Gambar 3.3. Peranan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Serdang Bedagai Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 (Persen) Penggalian 1.01 Pertanian Industri Pengolahan Jasa-Jasa 9.22 Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 3.33 Angkutan dan Komunikasi 0.84 Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,15 Bangunan Listrik, Gas dan Air Minum 0.71 Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000, peranan sektor pertanian pada tahun 2011 adalah sebesar 39,34 persen, disusul sektor industri pengolahan 18,58 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 15,93 persen, sektor bangunan 10,05 persen, sektor jasa-jasa 9,72, persen, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 3,53 persen, sektor penggalian 1,45 persen, sektor angkutan dan komunikasi 0,74 persen dan sektor listrik, gas dan air minum sebesar 0,66 persen. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631)

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) Katalog BPS : 930203.1204 Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) 371082 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Pusat Statistik Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2008 ISSN : - No Publikasi : 71060.0802 Katalog BPS : 1403.7106 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm : vi + 40

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9213.3207 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2012 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN CIAMIS MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang BAB III TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN BERAU 3.1. Tinjauan Umum Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan pada dasarnya merupakan perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Peramalan juga dapat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2015 i SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA Puji syukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 ht tp :// tre ng ga le kk ab.b ps.g o. id Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Statistics

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Perdebatan panjang tentang ekonomi global dan tentang krisis yang melanda

BAB1 PENDAHULUAN. Perdebatan panjang tentang ekonomi global dan tentang krisis yang melanda BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Umum Perdebatan panjang tentang ekonomi global dan tentang krisis yang melanda Eropa dan bagaimana dampaknya terhadap wilayah Asia dan khusunya wilayah Indonesia terutama terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. Analisis regresi memberikan keleluasaan untuk menyusun model hubungan atau pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan satu dari beragam indikator ekonomi yang digunakan dalam mengukur kinerja perekonomian. Indikator tersebut memberikan gambaran

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II.1. SEKTOR PERTANIAN

II.1. SEKTOR PERTANIAN PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 II. URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup, definisi, cara panghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 Ukuran Buku Jumlah Halaman Diterbitkan Oleh Dicetak Oleh : 21 cm x 29,7 cm : x + 97 halaman : Badan Perencanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 BAB 1 PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya ditujukan agar tercipta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Pertanian Menurut Mosher dalam Mubyarto (1989) mendefinisikan pertanian sebagai sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014 ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2009-2013 KERJASAMA BADAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN KATALOG BPS 9205.1171 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002-2007 ISBN : 979.466.016.7 NOMOR PUBLIKASI : 9205.1171 NASKAH GAMBAR DITERBITKAN OLEH : BPS KOTA BANDA ACEH : BPS KOTA BANDA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sejumlah peneltian terdahulu diambil untuk memperkuat penelitian ini dan sekaligus sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a, KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KABUPATEN BENGKULU TENGAH Katalog BPS : 9302008.1709 4 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH PDRB SEKTORAL KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012 Nomor Publikasi: 1709.1002

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar Melalui publikasi ini, pembaca akan diantarkan pada ulasan mengenai : Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha tahun 2010 2011 dan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 1/8/124/Th. XIII, 25 Agustus 214 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 213 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 213 sebesar 6,85 persen mengalami

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT No. 22/09/1216/Th. IX, 22 September 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,86 persen dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam era otonomi daerah, kebutuhan akan data sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan terutama pembangunan di tingkat kabupaten/kota semakin meningkat. Kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SINJAI 2012*

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SINJAI 2012* PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SINJAI 2012* No Publikasi / Publiction Number : 73075.1301 Katalog BPS / BPS Catalogue : 930208.7307 Naskah / Manuscrip : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus Katalog BPS : 9205.3319 Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KUDUS TAHUN 2011 GDRP of Kudus 2011 No. Publikasi : 33195.0901

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER PDRB KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Rata rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Paser kembali menembus angka dua digit sejak tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011 No. Katalog / Catalog Number : 9302005.33.24 No. Publikasi / Publication Number : 33245.11.01

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO 1. PERKEMBANGAN KABUPATEN BUNGO merupakan penghitungan atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Data

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BOGOR Assalamu alaikum Wr Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

Lebih terperinci

PERTANIAN.

PERTANIAN. PERTANIAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN Menyediakan kebutuhan pangan penduduk Menyerap tenaga kerja Pemasok bahan baku industri Sumber penghasil devisa SUBSEKTOR PERTANIAN Subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci