BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG"

Transkripsi

1 BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dibahas mengenai kondisi penataan fisik pasar tradisional di Kota Bandung berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada pasar sampel. Sebelumnya akan diiberikan gambaran umum Kota Bandung dan pasar tradisional di Kota Bandung secara umum, serta gambaran pasar-pasar tradisional di Kota Bandung yang menjadi objek studi. 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Kota Bandung merupakan kota yang memiliki kedudukan dan peran yang strategis dalam konteks nasional. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 1997 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Selain itu dalam RTRWN tersebut, Kota Bandung dan sebagian wilayah Kabupaten Bandung ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Cekungan Bandung dan Sekitarnya dengan sektor unggulan industri, petanian tanaman pangan, pariwisata, dan perkebunan. Menurut data Sensus Penduduk Tahun 2006 (BPS Kota Bandung, 2006), jumlah penduduk Kota Bandung adalah jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1,13% dan rata-rata kepadatan penduduk ,09 iwa/km2. Penduduk Kota Bandung saat ini masih tersebar tidak merata, dimana kecamatan dengan kepadatan terendah adalah Kecamatan Rancasari dengan jumlah 5.353,08 jiwa/ Km2, sedangkan yang terpadat adalah Kecamatan Bojongloa Kaler dengan jumlah ,73 jiwa/ Km2. Dilihat dari komposisinya, berdasarkan jumlah penduduk Kota Bandung menurut usia, dapat dilihat bahwa penduduk terbanyak berusia antara tahun yaitu sebesar jiwa. Kelompok ini merupakan kelompok usia produktif. Komposisi penduduk Kota Bandung berbentuk piramida atau berstruktur usia muda (sebagian besar berusia antara tahun), yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan pangan dikarenakan tingginya kebutuhan 35

2 akan gizi bagi pertumbuhan fisiknya, kebutuhan akan pendidikan, dan kebutuhan akan fasilitas-fasilitas lain yang mendukung kegiatan penduduk pada usia produktif ini. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikannya, jumlah penduduk terbesar adalah tingkat pendidikan tamat SD sebesar jiwa, dan lulus SMU sebesar jiwa. Dari komposisi tersebut menunjukkan kualitas sumber daya manusia di Kota Bandung masih cukup rendah. Kota Bandung merupakan salah satu Kota di Propinsi Jawa Barat yang cukup potensial. Pada tahun 1997, PDRB Kota Bandung diperkirakan mencakup 8,99% dari seluruh PDRB Jawa Barat (RTRW Kota Bandung ). Hal tersebut menunjukkan Kota Bandung mempunyai peranan cukup penting dalam peningkatan perekonomian Jawa Barat secara keseluruhan. Berdasarkan PDRB Kota Bandung tahun 2006, sektor ekonomi yang mempunyai peranan paling besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu sebesar 37,87%, dan didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor perdagangan, hotel dan restoran tahun 2006 memiliki laju pertumbuhan PDRB yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. Hal ini dikarenakan makin banyaknya perkembangan pusat perdagangan modern, dan pada tahun 2006 tercatat ada 301 unit pasar modern yang berada di Kota Bandung. Dari 301 unit pasar modern tersebut, sebanyak 102 unit merupakan minimarket, dimana konsep penjualannya berusaha sedekat mungkin dengan konsumennya. 3.2 Pasar Tradisional di Kota Bandung Pasar tradisional di Kota Bandung telah bermunculan sejak awal abad ke-19, seperti yang diungkapkan oleh Sulistyowati (Sulistyowati, 1999), sebelum tahun 1906 pasarpasar mulai muncul di tempat-tempat strategis seperti persimpangan jalan, dan status keberadaannya belum resmi. Pasar-pasar tersebut berlokasi di daerah atau mendekati perumahan penduduk, karena sifatnya yang ditujukan untuk melayani kebutuhan sehari-hari. Kondisi fisik pasar tersebut masih sangat darurat dan waktu kegiatannya masih bersifat temporer. Keberadaannya pun belum diatur dan tidak ada pengontrolan perkembangannya, terutama sebelum tahun

3 Keberadaan pasar tradisional terus berkembang dan beberapa pasar mulai menampakkan kekhususan dalam jenis produk yang dijual, seperti pada Pasar Banceuy dan Cikapundung yang berkembang menjadi pasar elektronik, Pasar Jatayu menjadi pasar besi, dan Pasar Wastukencana yang khusus menjual bunga. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Perwira dan Imansyah, sejak tahun 1991 tidak ada lagi pembangunan pasar tradisional di wilayah Kota Bandung, karena jumlah pasar traditional yang ada dianggap sudah mencukupi kebutuhan penduduk(perwira dan Imansyah dalam Sulistyowati, 1999). Lokasi persebaran unit pasar tradisional di Kota Bandung telah cukup tersebar merata, dalam suatu kawasan hanya dilayani oleh satu pasar tradisional. Hal ini dikarenakan skala pelayanan pasar tradisional yang cukup luas, dan dalam rangka mengefektifkan pelayanannya. Rata-rata cakupan pelayanan dari 1 unit pasar tradisional adalah 1,56 km dari lokasi pasar (Sulistyowati, 1999). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Perwira dan Imansyah (Perwira dan Imansyah dalam Sulistyowati, 1999), pola persebaran pasar tradisional di Kota Bandung berada di lokasi-lokasi dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi. HIngga tahun 2007, telah terdapat 37 unit pasar tradisional di Kota Bandung yang dikelola oleh pemerintah. Sedangkan pasar tradisional yang dikelola oleh swasta hanya 15 unit. Khusus untuk Pasar Andir, pemerintah melibatkan pihak swasta dalam pengelolaan pasar tersebut. Kelebihan dari kerjasama pemerintah dan swasta dalam pengelolaan pasar ini nampak dari penataan bangunan dan kios dagang yang lebih rapi dan tertata dengan baik, serta kebersihan yang lebih terjaga, sehingga memberikan kenyamanan berbelanja. Akan tetapi harga sewa/beli kios dagang di pasar tersebut menjadi jauh lebih mahal daripada sebelumnya. Bentuk kerjasama pemerintah dan swasta dalam pengelolaan pasar akan semakin terlihat jika rencana pembentukan PD Pasar akan benar-benar dilaksanakan pada tahun 2008 nanti. Penyusunan konsep penataan pasar dan pengelolaannya akan menjadi tanggung jawab masing-masing PD Pasar. Pemerintah berharap dengan 37

4 pembentukan PD Pasar tersebut akan dapat meningkatkan kondisi pasar tradisional yang semakin memprihatinkan. 3.3 Kondisi Pasar Tradisional Sampel Berikut ini merupakan gambaran mengenai kondisi pasar tradisional yang menjadi objek studi, meliputi karakteristik fisik dan karakteristik pelayanannya. Pasar tradisional yang menjadi objek studi yaitu Pasar Kiaracondong, Pasar Ujungberung, Pasar Anyar, Pasar Cihaurgeulis, Pasar Karapitan, Pasar Cihapit, Pasar Gang Saleh, Pasar Gempol dan Pasar Puyuh Pasar Ujungberung Pasar Ujungberung merupakan pasar Kelas I yang berlokasi di Jl. Raya Ujungberung Kelurahan Pasirwangi Kecamatan Ujungberung. Pasar ini menjual berbagai macam barang keperluan sehari-hari seperti sayur-sayuran, buah-buahan, daging, ikan, makanan ringan, sampai pakaian jadi. Pasar ini berdiri sejak tahun 1927 dan terakhir direnovasi pada tahun 1986, dimana saat itu terjadi kebakaran yang mengakibatkan kerusakan bangunan pasar yang cukup besar. Pasar ini memiliki luas areal m 2 dengan luas bangunan m 2. Sebagian bangunan memiliki lantai ke-2 yang diisi oleh kios-kios penjual alat tulis dan kantor pasar. Letak pasar ini tepat bersebelahan dengan terminal angkutan umum. Namun terminal tersebut tidak lagi difungsikan karena areanya digunakan untuk berjualan. Perlengkapan yang digunakan untuk berjualan di terminal hanya berupa meja kayu sederhana. Di ruas jalan sekitar pasar juga dipadati oleh PKL. Banyak pedagang yang menggelar dagangannya di trotoar, kira-kira sampai jarak 50m dari lokasi pasar. Pasar Ujungberung terletak di kawasan permukiman penduduk. Pasar ini dilalui oleh beberapa jalur angkutan umum mengingat lokasinya yang berada di jalan arteri primer. Pasar ini merupakan satu-satunya pasar tradisional yang berada di kecamatan Ujungberung. Pasar tradisional lain yang paling dekat dengan lokasi 38

5 pasar ini adalah Pasar Induk Gedebage yang merupakan pasar swasta dan terletak di Kecamatan Rancasari. Sedangkan pasar modern yang berada di sekitar lokasi pasar adalah supermarket Griya yang terletak kurang dari 1 km dari lokasi pasar dan juga menjual berbagai barang keperluan sehari-hari. Kondisi penataan fisik pasar Ujungberung secara terperinci dapat dilihat pada lampiran D 1.1. Gambar 3.1 Kondisi Pasar Ujungberung Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2007 Menurut kepala pasar Ujungberung, ada rencana untuk merelokasikan pasar ini kurang lebih 200 m dari lokasinya semula, pada tahun Namun rencana tersebut belum disepakati dengan para pedagang yang menginginkan tempat berjualan mereka tetap di tempat semula Pasar Anyar Pasar Anyar berlokasi di Jl. Astanaanyar Kelurahan Nyengseret Kecamatan Astanaanyar. Pasar ini didirikan pada tahun 1975 dan terakhir direnovasi pada tahun Pasar ini merupakan pasar kelas I yang memiliki luas areal m 2 dan luas bangunan m 2. Bangunan utama pasar yang pasar cukup besar dan terdiri dari 2 lantai. Akan tetapi kios-kios di lantai 2 tidak banyak diisi oleh pedagang, sebagian besar pedagang lebih memilih berdagang di lantai dasar. Sehingga luas sisa areal 39

6 pasar diluar bangunan pasarpun dihabiskan menjadi tempat berdagang dengan kondisi yang cukup berdesakan. Menurut pedagang yang berjualan di tempat tersebut, pembeli jarang yang mau berbelanja di lantai atas karena sudah menemukan barang yang mereka butuhkan di lantai dasar. Gambar 3.2 Gang Antar Kios di Pasar Anyar Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2007 Barang yang dijual di pasar ini cukup lengkap, dari bahan pokok sehari-hari seperti sayuran, beras, daging, barang kelontong, sampai pakaian anak-anak dan dewasa. Di beberapa segmen pasar, sudah ada pengelompokkan barang dagangan yang sejenis, namun di segmen lainnya pengelompokkan barang dagangan masih tidak tertata. Meskipun jalan di area depan pasar ini merupakan jalan satu arah, namun fungsinya sebagai jalan kolektor primer menyebabkan jalan ini cukup padat oleh kendaraan dan menyebabkan kemacetan pada jam-jam tertentu, terutama di pagi hari. Kondisi penataan fisik pasar ini secara lengkap dapat dilihat pada lampiran D

7 3.3.3 Pasar Kiaracondong Pasar kelas I ini terletak di Jl. Kiaracondong, Kelurahan Kebon Jayanti Kecamatan Kiaracondong. Pertama kali didirikan pada tahun 1959 dan sampai saat ini hanya pernah mengalami renovasi 1 kali pada tahun Pasar ini menjual barang dagangan berupa bahan-bahan pokok sehari-hari, khususnya bahan pangan, seperti buah-buahan, sayuran, beras, makanan ringan, dll. Luas areal pasar Kiaracondong ini sebesar m 2 dengan luas bangunan Sama seperti Pasar Ujungberung dan Pasar Anyar yang memiliki bangunan 2 lantai, hanya beberapa pedagang saja yang membuka kiosnya di lantai atas. Ruas jalan Kiaracondong di depan pasar ini cukup padat, selain karena fungsinya sebagai jalan kolektor primer, juga karena dekat dengan perumahan penduduk dan terdapat stasiun pemberhentian kereta di dekat pasar. Meskipun sudah dibangun jalan layang untuk menghindari penumpukan kendaraan yang melewati rel kereta dan depan pasar, namun jalan ini masih dipadati kendaraan, terutama angkutan kota. Gambar 3.3 Kios Dagang di Pasar Kiaracondong Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2007 Kondisi bangunan pasar yang sudah tua dan tidak terawat membuat pasar ini terlihat kumuh dan tidak menarik. Jalan di dalam bangunan maupun diluar pasar masih 41

8 berupa tanah yang belum dikeraskan, sehingga banyak lubang dan kubangan air yang menyulitkan pembeli untuk berjalan di area pasar tersebut. Sementara di dalam bangunan pasar, gang antar kios juga sempit dan becek. Kondisi masingmasing komponen secara terperinci dapat dilihat pada lampiran D 1.1. Parkir kendaraan di dalam area pasar hanya tersedia untuk motor, dan hanya bisa menampung sekitar 20 motor saja. Sedangkan pengguna pasar yang membawa mobil pribadi harus parkir di pinggir jalan di seberang pasar. Penggunaan sebagian badan jalan sebagai lahan parkir menyebabkan jalur jalan tersebut hanya cukup untuk dilalui 1 lajur kendaraan, begitu pula jalur jalan di depan pasar yang juga digunakan oleh PKL dan tempat ngetem becak. Akibatnya pada jam-jam puncak, jalan ini sering mengalami kemacetan Pasar Cihaurgeulis Pasar Cihaurgeulis atau biasa disebut Pasar Suci ini merupakan salah satu pasar kelas II di Kota Bandung. Pasar ini terletak di Jl. Surapati Kelurahan Sukaluyu Kecamatan Cibeunying Kaler. Sejak pertama kali didirikan, pasar ini baru sekali mengalami renovasi pada tahun Luas seluruh areal pasar ini m 2 dengan bangunan seluas m 2. Bangunan pasar ini memiliki 2 lantai, dan lantai ke-2 digunakan untuk bursa buku. Yaitu kumpulan kios dagang yang menjual buku, baik buku baru maupun buku bekas yang dijual kembali. Pasar ini memiliki banyak PKL yang menyebabkan pasar tumpah sampai ke badan jalan di depan area pasar. Namun untuk menghindari kemacetan akibat pasar tumpah tersebut, para PKL yang berjualan hanya bisa bertahan sampai jam 6-7 pagi atau harus berhadapan dengan pihak penertib lalu-lintas. Sebagai upaya menghindari pasar tumpah dan menampung PKL, bangunan pasar diperluas dan memakai trotoar depan pasar sebagai tempat kios dagang. Kemudian dibuatkan atap berupa kain terpal dan dibatasi oleh pagar besi sehingga pasar lebih rapi dan tidak mengganggu lalu lintas jalan di depannya. 42

9 Pasar Cihaurgeulis ini berada di dekat daerah perkantoran, perguruan tinggi dan perumahan penduduk. Sehingga sering dijumpai pegawai kantor ataupun mahasiswa yang berbelanja ke pasar ini. Walaupun kondisi fisik pasar tidak menarik, namun barang dagangan yang dijual di pasar ini cukup lengkap, dari bahan pangan, buku, pakaian, sampai aksesoris. Pesaing pasar ini yang menjual barang dagangan sejenis, yaitu supermarket Borma dan Griya yang terletak kurang dari 1 km dari lokasi pasar. Gambar 3.4 Gang antar Kios di Pasar Cihaurgeulis Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2007 Pasar ini dilengkapi dengan fasilitas toilet dan mushola yang berkondisi baik. Sama seperti pasar-pasar lainnya, pengelolaan fasilitas toilet di pasar ini juga dilakukan oleh pihak swasta yang kemudian membayarkan retribusinya ke pengelola pasar. Fasilitas parkir juga tersedia di dalam area pasar, namun kondisi jalannya yang rusak dan letaknya yang disatukan dengan tempat pembuangan sampah membuat para pengguna pasar enggan parkir di dalam pasar. Tempat pembuangan sampah yang tersedia juga sering tidak mencukupi sehingga menutupi lahan parkir. Kondisi penataan fisik komponen pasar ini dapat dilihat pada lampiran D

10 3.3.5 Pasar Karapitan Pasar Karapitan berada di Jl. Karapitan Kelurahan Ancol Kecamatan Regol. Pasar ini seringkali disebut sebagai Pasar Ancol oleh warga di sekitarnya karena letaknya yang juga berada di Jl. Ancol. Pasar ini didirikan pada tahun 1949 dan sampai saat ini hanya sekali direnovasi pada tahun Pasar ini mempunyai luas area pasar m 2 dengan luas bangunan m 2. Bangunan pasar ini hanya terdiri dari 1 lantai dan memiliki kondisi bangunan yang sudah tua dan tidak terawat. Pasar kelas II ini menjual berbagai macam barang kebutuhan sehari-hari yang sebagian besar merupakan barang berjenis makanan. Barang yang dijual pada pasar ini berupa sayuran, buah-buahan, ayam-ikan-daging, beras, dan bahan-bahan makanan lainnya. Pasar Karapitan merupakan pasar yang hanya berjualan sampai siang hari. Namun sebagian kecil kios masih membuka dagangannya sampai sore hari. Gambar 3.5 Gang Antar Kios di Pasar Karapitan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2007 Secara umum kondisi fisik pasar Karapitan ini cukup memprihatinkan. Selain kondisi bangunan yang tua dan kumuh, letak tempat pembuangan sampah juga disatukan dengan bangunan pasar dan menyebabkan bau yang tidak sedap di dalam bangunan pasar. Fasilitas parkir untuk pengunjung juga sangat minim, berupa on- 44

11 street parking di bagian Jl. Ancol dan hanya dapat menampung sekitar 5 unit mobil. Sementara lebar jalan sebelum digunakan sebagai tempat parkir pun sudah cukup sempit untuk dilalui 2 jalur kendaraan. Kondisi komponen penataan fisik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D Pasar Cihapit Pasar Cihapit pertama kali didirikan pada tahun 1940 di Jl. Cihapit, Kelurahan Cihapit Kecamatan Bandung Wetan. Pasar ini memiliki luas areal pasar m 2 dan luas bangunan 702 m 2. Bangunan pasar ini hanya terdiri dari 1 lantai dan letaknya masuk ke dalam gang, sehingga jika dilihat dari jalan depan pasar bangunan pasar tidak akan terlihat. Pasar ini pernah mengalami renovasi pada tahun Namun karena kondisi pasar yang sudah memburuk dan perlu dilakukan perluasan, baru-baru ini dilakukan renovasi di pasar tersebut. Akan tetapi karena terbatasnya dana, kegiatan renovasi untuk sementara dihentikan. Gambar 3.6 Jalan Utama Pasar Cihapit Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2007 Pasar Cihapit menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari, seperti sayuran, ayam-ikan-daging, lauk-pauk, dan bahan-bahan makanan. Guna lahan yang 45

12 menonjol di sekitar area pasar adalah pertokoan, namun umumnya menjual barang dagangan yang berbeda dengan pasar Cihapit. Pesaing dari pasar ini adalah supermarket M&M yang terletak sekitar 200 m dari lokasi pasar. Meskipun jalan masuk ke pasar ini cukup sempit, namun penataan kios di dalamnya sudah tertata rapi terutama pada bagian-bagian kios yang baru mengalami perluasan. Kondisi fisik sebagian kios sudah cukup baik, memiliki atap bangunan yang tinggi dan terbuat dari asbes, dan lantai bangunan pun telah mengalami pengerasan (lihat lampiran D 1.2). Namun masih ada bagian pasar yang memiliki kios-kios yang sudah rusak, dan bagian atapnya hanya ditutupi dengan kain terpal. Kondisi ini terlihat di bagian depan pasar sampai daerah tengah pasar Pasar Gang Saleh Pasar Gang Saleh merupakan pasar kelas III yang terletak di Jl. Kesatriaan, Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo. Pasar ini mempunyai luas areal sebesar m 2 dengan luas bangunan 586 m 2. Bangunan pasar terdiri dari satu lantai, dan terdapat 3 akses menuju perumahan di bagian belakang bangunan pasar. Kondisi bangunan di bagian depan pasar cukup baik dan terawat, terlihat dari kondisi cat dan kayu bangunan yang masih cukup baik. Namun bagian pasar di bagian belakang kondisinya sudah banyak kerusakan dan tidak layak pakai. Pasar ini tidak hanya menjual barang-barang keperluan sehari-hari seperti sayuran, beras, buah, dan bahan makanan lain, namun juga menjual pakaian. Lokasi pasar ini berada di dekat kawasan perkantoran dan sekolah. Untuk mencapai pasar ini, pengunjung yang menggunakan kendaraan umum harus berjalan sekitar 100 m untuk sampai ke lokasi, karena di depan pasar ini tidak dilalui oleh kendaraan umum. 46

13 Gambar 3.7 Jalan Utama Pasar Gang Saleh Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2007 Pasar ini memiliki banyak akses yang menghubungkan bangunan pasar dengan daerah permukiman penduduk di belakangnya. Sehingga pengunjungnya kebanyakan berasal dari daerah di belakang pasar tersebut. Kondisi bangunan bagian depan pasar cukup padat oleh barang dagangan. Karena jarak antar kios yang hanya berjarak 4 m tersebut digunakan lagi untuk meja dagang seperti yang terlihat pada gambar di atas. Hal ini cukup mengganggu karena pengunjung akan kesulitan untuk mencapai kios yang bagian depannya tertutup meja dagang. Kondisi penataan fisik pasar Gang Saleh selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel D Pasar Gempol Pasar Gempol berlokasi di kawasan perumahan di Jl. Gempol, kelurahan Citarum, Kecamatan Bandung Wetan. Sekilas bangunan yang memiliki luas tanah 672 m 2 dan luas bangunan 384 m 2 ini tidak nampak seperti sebuah pasar pada umumnya. Selain karena tidak adanya papan identitas pasar, bangunan yang terdiri dari 2 lantai ini hanya memiliki sedikit kios dagang yang masih beroperasi. Sisa sebagian 47

14 bangunan di lantai dasar dan seluruh bagian bangunan di lantai 2 dijadikan rumah penduduk yang umumnya juga merupakan pemilik kios dagang disana. Gambar 3.8 Jalan Utama dan Gang Antar Kios di Pasar Gempol Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2007 Kios dagang yang beroperasi di sekeliling bangunan pasar sebagian besar menjual lauk pauk, sedangkan di bagian dalam atau di sepanjang lorong gang, umumnya menjual sayur-sayuran dan ayam-ikan-daging. Di bagian depan bangunan pasar, terdapat sebuah minimarket yang menyatu dengan bangunan pasar. Keberadaan minimarket ini tidak menjadikan sebagai pesaing bagi para pedagang kios-kios pasar. Karena jenis barang dagangan yang dijual berbeda, berupa barang-barang kebutuhan sehari-hari yang sifatnya kering, minimarket ini dapat menarik pengunjung untuk berbelanja disana. Kondisi pasar ini tidak terlalu baik karena dari kondisi dinding dan atap bangunannya terlihat banyak retakan dan terdapat bagian-bagian yang lepas. Kios-kios dagang di dalamnya cukup baik, dan beberapa diantaranya menggunakan tembok berubin dan dalam kondisi yang baik. Lebar gang antar kios di pasar ini sebenarnya cukup lebar (2 m), namun selain sering digunakan untuk menaruh barang, di gang ini juga terdapat tangga yang mengurangi lebar jalan efektif. Kondisi komponen penataan pasar berdasarkan hasil observasi dapat dilihat pada lampiran D 1.3. Kondisi pasar 48

15 Gempol yang secara umum kurang menarik dapat dijadikan faktor utama penyebab pengunjung pasar yang datang ke pasar ini hanya sedikit setiap harinya Pasar Puyuh Sesuai dengan namanya, Pasar ini terletak di jalan lingkungan permukiman yang bernama Jl. Puyuh. Pasar ini terletak di Kelurahan Sadang Serang, Kecamatan Coblong. Pasar ini disahkan menjadi pasar yang dikelola oleh pemerintah pada tahun 1950 dan dibawahi oleh Kepala Pasar yang sama dengan Pasar Cihaurgeulis. Meskipun tidak berada di kelurahan ataupun kecamatan yang sama, jarak kedua pasar tersebut hanya sekitar 1 km saja. Luas areal keseluruhan dari pasar ini sebesar 541 m 2 dan memiliki luas bangunan 309 m 2. Gambar 3.9 Jalan Utama dan Gang Antar Kios di Pasar Puyuh Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2007 Dari kondisi bangunannya, pasar ini tidak terlihat sebagai pasar yang dibangun oleh pemerintah. Bentuk pasar berupa gang permukiman pada umumnya, namun di kirikanan gang dijadikan warung atau kios-kios dagang yang menjual kebutuhan seharihari. Kios-kios dagang tersebut juga tidak sepenuhnya untuk berjualan, sebagian besar kios yang berbentuk seperti warung itu juga digunakan sebagai tempat tinggal 49

16 penduduk dan umumnya terdiri dari 2 lantai. Seperti yang ditemukan pada Pasar Gempol, lantai dasar bangunan digunakan sebagai tempat berdagang, sedangkan lantai atas digunakan sebagai tempat tinggal. Dari gambar di atas dapat terlihat jalan utama sekaligus gang antar kios di Pasar Puyuh. Sebagai suatu jalan lingkungan, pasar ini sering dilalui oleh kendaraan kecil, seperti motor atau mobil sedan milik penduduk sekitar. Lebar jalan yang cukup sempit (4 m), lalu lintas kendaraan dan seringkali sebagian jalan digunakan PKL untuk berjualan di pagi hari menjadi alasan utama ketidaknyamanan berbelanja di pasar ini. Selain itu, pedagang kios-kios juga sering meletakkan barang dan keranjang sampahnya di bagian pinggiran jalan. Kondisi penataan fisik pasar selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D Penilaian Kondisi Pasar Berdasarkan Observasi Untuk dapat membandingkan kondisi pasar berdasarkan hasil observasi dengan kondisi pasar berdasarkan persepsi pengguna pasar(dalam hal ini pengunjung), maka hasil observasi yang telah diperoleh perlu dikonversikan dalam bentuk nilai. Penilaian ini didasarkan pada indikator-indikator di tiap kriteria komponen. Tolok ukur penilaian dari indikator-indikator tersebut dapat dilihat pada lampiran D 1.3. Nilai seluruh komponen dari setiap kriteria di satu pasar dijumlahkan dan dirataratakan berdasarkan jumlah indikatornya untuk mendapatkan nilai rata-rata dari tiap kriteria pasar tersebut. Nilai tertinggi dari setiap penilaian rata-rata kriteria pasar tersebut adalah 3, dengan nilai terendah 1. Perhitungan nilai rata-rata kondisi pasar dapat diperoleh dari jumlah penilaian keseluruhan indikator dibagi jumlah keseluruhan indikator. Nilai rata-rata dari tiap kriteria, pasar dan kelas pasar dapat dibagi ke dalam 3 rentang nilai sebagai berikut: Baik (B) = 2,34 3 Cukup (C) = 1,67 2,33 Kurang (K) = 1 1,66 Penilaian kondisi penataan fisik pasar-pasar kelas I berdasarkan kriteria penataannya dapat dilihat pada tabel III.1. 50

17 No. Kriteria Tabel III.1 Penilaian Kondisi Pasar Kelas I berdasarkan Observasi Jml indikator Ujungberung Kiaracondong Anyar Nilai Nilai Nilai Pasar Kelas I Nilai 1 Aksesibilitas Keamanan Keselamatan Kesehatan Kenyamanan Estetika Kecukupan Total Sumber: lampiran D 1.4 Dari tabel di atas, dapat terlihat kondisi umum ketiga unit pasar kelas I tersebut memiliki kondisi yang cukup baik. Ketiga pasar mempunyai nilai terendah pada kriteria estetika, karena kondisi bangunan ketiga pasar ini sudah tua dan belum pernah direnovasi lagi setidaknya dalam 15 tahun terakhir. Bahkan, Pasar Kiaracondong belum pernah direnovasi sejak 27 tahun yang lalu. Kriteria lain yang cukup rendah adalah dari faktor kenyamanannya, Pasar Ujungberung memiliki peringkat paling akhir dan termasuk dalam rentang nilai kurang. Rendahnya kenyamanan dalam pasar ini diakibatkan oleh banyaknya fasilitas pendukung kenyamanan suatu pasar yang tidak tersedia disana, fasilitas tersebut antara lain perlengkapan sholat di mushola, garis pembatas di ruang parkir, dan papan penunjuk informasi. Kondisi pasar yang dinilai baik dari pasar kelas I tersebut adalah faktor keamanannya, namun tidak demikian pada Pasar Kiaracondong. Pasar Kiaracondong yang memiliki lebar gang antar kios cukup sempit dan fasilitas penerangan yang seadanya dapat memancing terjadinya kriminalitas, terutama saat kondisi pasar padat akan pengunjung. Namun pada pasar ini, faktor aksesibilitas pasar lebih baik jika dibandingkan kedua pasar lainnya. Selain kemudahan untuk 51

18 mencapai kios atau bangunan pasar, aksesibilitas pengunjung untuk dapat menemukan fasilitas penunjang pasar pun cukup baik. Penilaian kondisi pasar-pasar kelas II terhadap kriteria yang sama dapat dilihat pada tabel di bawah ini: No. Tabel III.2 Penilaian Kondisi Pasar Kelas II berdasarkan Observasi Kriteria Jumlah indikator Cihaurgeulis Karapitan Cihapit Rataratrata Rata Nilai Nilai Nilai Pasar Kelas II Nilai 1 Aksesibilitas Keamanan Keselamatan Kesehatan Kenyamanan Estetika Kecukupan Total Sumber: lampiran D 1.4 Penilaian keseluruhan kriteria kondisi pasar pada pasar kelas ini memiliki rata-rata keseluruhan yang paling rendah di antara 3 kelas pasar. Faktor yang dinilai rendah dari ketiga unit pasar ini adalah estetika. Seperti halnya pasar kelas I, pasar-pasar kelas II ini belum mengalami renovasi lagi sejak 20 tahun terakhir. Bentuk bangunan lama dan kondisi fisik yang kurang terawat seperti cat bangunan yang mengelupas, atap rusak dan berlubang, jalan masuk yang becek dan dipenuhi PKL menjadikan pasar-pasar tersebut tidak menyenangkan untuk dipandang. Selain faktor estetika, tingkat kenyamanan di Pasar Cihaurgeulis dan Pasar Karapitan juga kurang, salah satunya dikarenakan penempatan lokasi pembuangan sampah yang terlalu dekat dengan bangunan pasar. Bau tidak sedap dan tumpukan sampah yang mengganggu pemandangan ditambah dengan kondisi jalan yang becek menjadikan kedua pasar ini tidak nyaman untuk dijadikan tempat berbelanja. 52

19 Bahkan di Pasar Cihaurgeulis, hal pertama yang akan terlihat jika melalui jalan utama pasar ini adalah bak penampungan sampah. Berbeda dengan kedua pasar lainnya, penilaian Pasar Cihapit terhadap penataan fisik memiliki nilai rendah terhadap faktor aksesibilitas dan kecukupan fasilitasnya. Terdapat 2 jalan utama untuk masuk ke pasar ini, namun hanya 1 jalan saja yang biasa dilewati oleh pengunjung, karena letak jalan yang lain cukup jauh. Jalan utama yang sering digunakan pengunjung ini hanya berupa gang lingkungan pada umumnya dengan lebar 1,5 m dengan kiri-kanan gang dibatasi tembok bangunan. Yang membedakannya dengan gang lingkungan lain yaitu identitas pasar yang dipasang di depan gang dan lebih dari setengah lebar gang tersebut digunakan sebagai tempat berjualan. Akibatnya, untuk masuk ke pasar ini, pengunjung harus berdesakan terlebih dahulu di gang masuk pasar. Pasar Karapitan merupakan pasar yang memiliki kondisi fisik paling rendah diantara 3 unit pasar kelas ini. Dari 7 kriteria penilaian, 4 kriteria diantaranya mempunyai nilai kurang baik. Kriteria tersebut antara lain keamanan, kesehatan, kenyamanan dan estetika. Kondisi pasar ini memerlukan perbaikan gedung, penyediaan kios, prasarana, dan tempat pembuangan sampah, karena komponen-komponen tersebut sudah tidak layak lagi untuk dipergunakan. Pasar kelas III secara umum memiliki kondisi penataan fisik yang paling baik dibandingkan dengan pasar kelas I dan kelas II (lihat Tabel III.4). Kriteria yang memiliki nilai paling tinggi pada pasar kelas ini adalah kesehatannya. Ketiga unit pasar sampel pada kelas ini memiliki kondisi pasar yang bersih dan tidak banyak sampah yang berceceran. Letaknya yang sangat dekat atau bahkan menyatu dengan rumah penduduk menyebabkan pedagang maupun pengunjung pasar lebih peduli dalam menjaga kebersihan lingkungannya. Tingginya faktor kesehatan pada pasar-pasar kelas ini juga dapat disebabkan karena besar bangunan pasar tidak luas, sehingga dapat dengan mudah dibersihkan oleh pedagang atau petugas kebersihan. 53

20 Kriteria penataan yang dinilai paling rendah dari pasar kelas III ini adalah faktor kenyamanan. Hal tersebut dikarenakan minimnya fasilitas pendukung yang disediakan di ketiga pasar ini, seperti mushola, toilet dan tempat parkir. Meskipun pasar kelas ini tidak besar, namun dengan penyediaan fasilitas yang mencukupi, dapat menjadikan daya tarik tersendiri untuk menarik konsumennya. No. Tabel III.3 Penilaian Kondisi Pasar Kelas III berdasarkan Observasi Kriteria Jumlah indikator Gang Saleh Gempol Puyuh Rata Nilai Nilai rata Nilai Pasar Kelas III Nilai 1 Aksesibilitas Keamanan Keselamatan Kesehatan Kenyamanan Estetika Kecukupan Total Sumber: lampiran D 1.4 Pasar Gang Saleh memiliki penilaian kondisi umum penataan yang paling tinggi dibandingkan 2 pasar kelas II lain yang dijadikan sampel, dan termasuk dalam kategori baik. Sebagian besar kriteria yang dinilai pada pasar ini mempunyai nilai dengan kategori baik. Kategori tersebut antara lain keamanan, keselamatan, kesehatan dan estetika. Fasilitas yang tersedia di pasar ini termasuk lengkap, seperti fasilitas parkir, toilet, mushola dan penerangan. Kondisi pasar juga masih baik dan terawat. Meskipun kondisi Pasar Gempol dan Pasar Puyuh tidak sebaik Pasar Gang Saleh, namun kondisi keduanya sudah cukup baik, terutama pada faktor kesehatan, aksesibilitas dan estetika. 54

21 Secara keseluruhan kondisi ketiga kelas pasar tergolong cukup baik. Meskipun pasar kelas III memiliki nilai paling tinggi diantara ketiga kelas pasar, namun perbedaan nilai keseluruhan kriteria pada ketiganya hanya sedikit. Dari 9 pasar yang diteliti hanya 1 unit pasar yang memiliki nilai baik, yaitu Pasar Gang Saleh. Pasar yang memiliki nilai kurang baik pun hanya 1 unit, yaitu Pasar Karapitan. Dari ketiga kelas pasar tersebut juga ditemukan ciri yang mirip satu sama lain, yaitu kurang baiknya estetika pasar. No. Tabel III.4 Penilaian Kondisi Pasar Keseluruhan berdasarkan Observasi Kriteria Jumlah indikator Pasar Kelas I Nilai Pasar Total Nilai Pasar Kelas II Nilai Pasar Kelas III Nilai 1 Aksesibilitas Keamanan Keselamatan Kesehatan Kenyamanan Estetika Kecukupan Total Sumber: lampiran D 1.4 Kemudian jika dilihat dari penilaian per komponen penataannya, komponen yang dinilai paling rendah adalah papan informasi (lihat Lampiran D Tabel 2.2), dimana hampir di semua pasar sampel tidak ditemukan adanya papan informasi atau penunjuk arah ke fasilitas pasar seperti toilet dan mushola. Sementara nilai komponen tertinggi secara keseluruhan berada pada penyediaan fasilitas air bersih. Baik di pasar kelas I, II dan III sumber air bersih sebagian besar diperoleh dari air ledeng dan pompa. Hasil observasi kondisi fisik pasar tradisional pada 9 unit pasar sampel menunjukkan bahwa secara keseluruhan pasar telah memiliki kondisi penataan fisik yang cukup baik. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari penilaian kondisi fisik di masing- 55

22 masing kelas pasar, begitu pula pada setiap unit pasar sampelnya. Kriteria penataan yang secara umum masih dinilai kurang adalah kenyamanan dan estetika pasar, sedangkan komponen yang dinilai kurang dari ketiga kelas pasar adalah papan informasi. 56

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai kriteria dan indikator kinerja yang diperlukan untuk dapat mendeskripsikan kondisi

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan studi berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Temuan studi tersebut disusun menjadi sebuah arahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perdagangan eceran merupakan salah satu unsur penting dalam proses kegiatan distribusi barang. Bentuk dari perdagangan eceran dapat berupa pasar, supermarket, mini market, toko/kios,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bennet, Corwin Space for People, Human Factors in Design. Prentice Hall, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Bennet, Corwin Space for People, Human Factors in Design. Prentice Hall, New York. DAFTAR PUSTAKA BUKU Bennet, Corwin. 1977. Space for People, Human Factors in Design. Prentice Hall, New York. Bromley, Rosemary DF et. al. 1993. Retail Change: Contemporary Issues. UCL Press Limited. London.

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 31 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Dalam konteks nasional, Kota Bandung mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Pasar Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenaikan harga kebutuhan pokok menjadi problema bagi para pedagang, di satu sisi mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih karena adanya kenaikan harga, tapi di

Lebih terperinci

BAB V KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR

BAB V KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR 58 BAB V KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR 5.1 Kondisi Bangunan Fisik Pasar Tradisional di Kota Bogor Berdasarkan pada hasil penelitian dilapangan, kondisi bangunan fisik pasar tradisional yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat Indonesia selain sebagai muara dari produk-produk rakyat, pasar juga berfungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG 63 BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi dari penyediaan tempat pemakaman umum di Kota Bandung. Evaluasi meliputi evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG Sebelum menganalisis lebih jauh, terlebih dahulu akan dibahas karakteristik Kota Bandung dan secara khusus wilayah Bandung Timur meliputi kondisi karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar tradisional di Indonesia masih merupakan wadah utama masyarakat dalam membeli suatu kebutuhan, karena dalam pasar inilah sesungguhnya perputaran ekonomi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Pasar Umum Sukawati. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Pasar Umum Sukawati. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang maupun jasa atas dasar pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 Pengertian pasar tradisional menurut peraturan Menteri perdagangan RI, (2008): Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOPERASI PASAR TRADISIONAL. A. Peran Strategis Pasar Tradisional Terhadap Perekonomian

BAB IV IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOPERASI PASAR TRADISIONAL. A. Peran Strategis Pasar Tradisional Terhadap Perekonomian BAB IV IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOPERASI PASAR TRADISIONAL A. Peran Strategis Pasar Tradisional Terhadap Perekonomian 1. Aset Penting Pasar Tradisional Pasar Tradisional sebagai lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan pembangunan di Indonesia membawa banyak kemajuan disegala sektor kehidupan, baik itu bidang sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian, teknologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi. Seperti yang dituangkan dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1999), pembangunan nasional merupakan usaha

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi. Seperti yang dituangkan dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1999), pembangunan nasional merupakan usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah usaha yang terus menerus untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, baik secara materiil maupun spiritual yang lebih tinggi. Seperti

Lebih terperinci

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini membahas gambaran umum wilayah studi kawasan pusat perbelanjaan Paris Van Java yang mencakup karakteristik pusat perbelanjaan Paris Van Java, karakteristik ruas

Lebih terperinci

PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT

PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT UNTUK KEGIATAN : REHABILITASI PASAR KANDANGAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam pasar terjadi suatu aktivitas interaksi sosial dan transaksi jual beli antar penjual dan pembeli. Pasar mempunyai fungsi yang sangat penting bagi setiap orang

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN

BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN 2.1 Pengertian Umum Tentang Pasar 1 Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar

Lebih terperinci

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh: HAPSARI NUGRAHESTI L2D 098 433 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kotakota di Indonesia termasuk kota Bandung. Penanganan dan pengendalian permasalahan persampahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di daerah kota-kota besar di Indonesia contohnya kota Medan. Hal seperti ini sering terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar tradisional merupakan tempat (lokasi) bertemunya penjual dan pembeli yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola tawar-menawar

Lebih terperinci

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar merupakan tempat berkumpulnya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar dibedakan menjadi dua, yaitu pasar modern dan pasar tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Terkait Objek Perancangan Setiap manusia sangat membutuhkan kebutuhan sandang dan pangan dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB II KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DESA SIDEMEN KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM

BAB II KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DESA SIDEMEN KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BAB II KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DESA SIDEMEN KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM Pada bab ini akan membahas tentang kondisi eksisting dari Pasar Tradisional Desa Sidemen serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu kota selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, aktivitas dan yang kebutuhan kelengkapan kota lainnya. Sejalan dengan waktu suatu kota dibangun dari

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar BAB III DESKRIPSI PROYEK 3.1. Gambaran Umum Nama Proyek Astana Anyar Sifat Proyek Pemilik Lokasi Luas Lahan : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival : Fiktif : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung : Jl.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Letak Pasar Tradisional Ngaliyan Pasar Ngaliyan secara administratif terletak di kecamatan Ngaliyan yang berada di bagian barat kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

2014 DAMPAK KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL TERHADAP LINGKUNGAN KERATON KANOMAN KECAMATAN LEMAHWUNGKUK KOTA CIREBON

2014 DAMPAK KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL TERHADAP LINGKUNGAN KERATON KANOMAN KECAMATAN LEMAHWUNGKUK KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan dalam suatu wilayah mempunyai tujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Pembangunan tidak hanya berfokus pada sumber daya manusia dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Ruas jalan Cicendo memiliki lebar jalan 12 meter dan tanpa median, ditambah lagi jalan ini berstatus jalan arteri primer yang memiliki minimal kecepatan 60 km/jam yang

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Pengertian Sirkulasi Sirkulasi menurut Kim W Todd mempunyai pengertian gerakan dari orangorang atau benda-benda yang diperlukan oleh orang-orang melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR oleh : T A N T A W I L2D 300 379 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota berkembang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semarang sebagai ibukota propinsi di Jawa Tengah mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, maka terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung berada pada ketinggian sekitar 791 meter di atas permukaan laut (dpl). Morfologi tanahnya terbagi dalam dua hamparan, di sebelah utara relatif berbukit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM II.1. Gambaran Umum Proyek Judul proyek : Pasar Rumput Lokasi tapak : Jl. Raya Sultan Agung No.4 Kel. Pasar Manggis Kec.Setiabudi Jakarta Selatan Luas tapak : ± 3,1 Ha,terkena rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Kota Payakumbuh yang strategis menjadikannya sebagai salah satu kota yang memainkan peran penting di Propinsi Sumatera Barat. Kota Payakumbuh merupakan gerbang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR O l e h : R.B. HELLYANTO L 2D 399 247 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan yang memenuhi persyaratan kelayakan. Lalu lintas memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan yang memenuhi persyaratan kelayakan. Lalu lintas memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lalu lintas terjadi atas beberapa komponen yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Arti Judul

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Arti Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Arti Judul Redesain adalah sebuah proses perencanaan dan perancangan untuk melakukan suatu perubahan pada struktur dan fungsi suatu benda, bangunan, maupun sistem untuk manfaat yang

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG DEMOGRAFI KOTA BANDUNG Kondisi dan perkembangan demografi berperan penting dalam perencanaan pembangunan. Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Komposisi, dan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Padatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan menambah semakin banyaknya tingkat transportasi yang ada. Transportasi merupakan sektor pendukung dalam setiap aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Pasar Sejak jaman dulu, pasar tradisional mempunyai peranan penting dalam penggerakan ekonomi rakyat. Pasar tradisional selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar; PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN AREA PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir dan Pedestrian Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Lalu Lintas Jalan R.A Kartini Jalan R.A Kartini adalah jalan satu arah di wilayah Bandar Lampung yang berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta dahulu dikenal dengan nama Batavia yang merupakan salah satu kota kolonial di Indonesia, selanjutnya berkembang menjadi kota Metropolitan seperti saat ini.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBINAAN PASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat di wilayah perkotaan berdampak pada bertambahnya fungsi-fungsi yang harus diemban oleh kota tersebut. Hal ini terjadi seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di Pulau Jawa. Aktivitas ekonomi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan 46 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan

Lebih terperinci

Pasar Umum Gubug Di Kabupaten Grobogan Dengan Pengolahan Tata Ruang Luar Dan Dalam Melalui Pendekatan Ideologi Fungsionalisme Utilitarian

Pasar Umum Gubug Di Kabupaten Grobogan Dengan Pengolahan Tata Ruang Luar Dan Dalam Melalui Pendekatan Ideologi Fungsionalisme Utilitarian BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Latar Belakang Pengadaan proyek Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA Perumahan menengah : meliputi kompleks perumahan atau dan sederhana permukiman Perumahan pasang surut : meliputi perumahan yang berada di daerah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya kota dan tingginya populasi penduduk berdampak meningkatnya aktivitas perkotaan yang menimbulkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar datang ke Yogyakarta untuk sekedar berwisata maupun menetap untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. luar datang ke Yogyakarta untuk sekedar berwisata maupun menetap untuk melanjutkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota yang dikenal sebagai kota budaya dan kota pelajar karena banyak terdapat tempat wisata maupun sekolah atau perguruan tinggi. Banyak

Lebih terperinci

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) (STUDI KASUS PADA FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI JL. SOEKARNO HATTA BANDUNG) Edy Supriady Koswara 1, Roestaman, 2 Eko Walujodjati

Lebih terperinci

GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG

GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai temuan-temuan studi yang didapat dari penelitian kali ini yang akan menjurus kepada suatu kesimpulan dari penelitian ini. Selain dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya. kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya. kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kegiatan manusia di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota pada umumnya disertai dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini pada akhirnya akan menyebabkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUMKOTA YOGYAKARTA. Yogyakarta merupakan ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan

IV. GAMBARAN UMUMKOTA YOGYAKARTA. Yogyakarta merupakan ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan A. Demografi IV. GAMBARAN UMUMKOTA YOGYAKARTA Yogyakarta merupakan ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekaligus sebagi pusat pendidikan, pemerintahan dan perekonomian. Menurut Direktoral Jendral

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa perkembangan perekonomian telah memacu timbulnya keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan perekonomian daerah yang sedang bertumbuh dan memberikan akses kepadadaerah-daerah yang mempunyai

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung Kota Bandarlampung adalah Ibukota Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 197,22 km 2 atau 19.772 hektar. Secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Kebutuhan orang untuk melakukan perjalanan dengan cepat dan efisien tentu saja memerlukan transportasi yang dimaksud salah satunya adalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I- BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya peningkatan pola kehidupan dan aktivitas manusia, kebutuhan akan sarana dan prasarana yang lebih baik semakin besar pula. Tuntutan-tuntutan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL, DAN PENATAAN PASAR MODERN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pengertian umum yang berhubungan dengan parkir, cara dan jenis parkir, pengaturan parkir, metode-metode parkir, kebijakan parkir, serta standar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM 6 6.1 Rencana Penyediaan Ruang Terbuka Tipologi Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung berdasarkan kepemilikannya terbagi

Lebih terperinci

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003 PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan

Lebih terperinci