BAB II GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK 2.1 Kondisi Geografi, Topografi, Hidrologi dan Geohidrologi Kondisi Geografis Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6 o o Lintang Selatan dan 106 o o Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara +50 sampai dengan +140 meter dari permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km 2. Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga Kabupaten dan satu Propinsi. Secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dan Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Kondisi Topografi Kondisi morfologi wilayah bagian Utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan di wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 2-15 %. Sebagian besar ketinggian Kota Depok berkisar antara mdpl yang berada di bagian tengah Kota Depok dengan sebaran seluruhnya di Kecamatan Beji, sebagian kecil di bagian Selatan Kecamatan Cinere, hampir seluruhnya di Kecamatan Cimanggis, sebagian di Kecamatan Bojongsari bagian Utara, dan sebaian besar di Kecamatan Pancoran Mas. Penyebaran ketinggian mdpl Kota Depok berada di Kecamatan Cinere dan sebagian kecil di Kecamatan Cimanggis. Sedangkan ketinggian mdpl berada di bagian Selatan Kota Depok, antara lain berada di Kecamatan Sawangan, Kecamatan

2 Gambar 2.1 Peta Kelerengan Kota Depok 13

3 Gambar 2.2 Peta Ketinggian Kota Depok 14

4 Cipayung, Kecamatan Cilodong, dan Kecamatan Tapos. Secara umum kemiringan lereng di Kota Depok hampir rata dengan rata-rata kemiringan 0-8 %, adapun kemiringan 8-15 % hanya terdapat di wilayah sektor sempadan sungai. Adapun penyebaran wilayah berdasarkan kemiringan yaitu : % terletak di hampir seluruh Kota Depok % terletak di hampir seluruh Kota Depok, % terletak di Kelurahan Leuwinangung, Tapos, Cimpaeun, Sukmajaya, Pasir Gunung Selatan, Tugu, Pondok Cina, Bakti Jaya, Kemirimuka, Mekar Jaya, Depok, Tirta Jaya, Ratu Jaya, Kalimulya, Pondok Jaya, Pangkalan Jati, Cinere, Limo dan Cinangka (pada umumnya terletak di sekitar sungai) Kemiringan lereng antara 0-8 % potensial untuk pengembangan perkotaan, sedangkan kemiringan lereng yang lebih besar dari 8-15 % potensial untuk dijadikan sebagai pertanian. Di samping itu, perbedaan kemiringan lereng juga bermanfaat untuk sistem drainase. Permasalahan yang muncul akibat topografi Kota Depok adalah karena adanya perbedaan kemiringan lereng yang cukup rendah (relative datar) menyebabkan terjadinya genangan atau banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kota Depok memiliki setidaknya 3 (tiga) sungai utama yang mengalir melewati Kota Depok dari Selatan ke Utara. ketiga sungai besar yang melewati wilayah Kota Depok ini berperan sebagai sungai induk bagi sungai-sungai kecil yang tercakup dalam Daerah Aliran Sungai masing-masing. Kota Depok menurut Arahan Sistem Air Baku dan Pengendali Banjir dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Kawasan Strategis Nasional Jabodetabekpunjur, termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Angke Pesanggrahan, DAS Cikeas Cileungsi dan DAS Ciliwung. Khususnya DAS Ciliwung, yang memiliki daerah cakupan aliran sungai yang paling besar bila dibandingkan dengan DAS lainnya, menurut dokumen akademis RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2025, memiliki rasio kebutuhan dan ketersediaan air sebesar 548,71% dengan kategori sangat kritis. Kategori DAS sangat kritis menunjukkan rasio kebutuhan dan ketersediaan air lebih besar dari 100%, sedangkan DAS kritis apabila rasio kebutuhan dan ketersediaan air berkisar dari 76% sampai 100%. Berikut ini profil sungaisungai utama Kota Depok yang menjadi cakupan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kota Depok, diantaranya : 15

5 1. Sungai Pesangrahan Sungai ini merupakan sumberdaya air terpenting untuk Sawangan, dan kondisi air berwarna cokelat bercampur lumpura dan kotoran. Sungai ini mempunyai fluktuasi yang tinggi antara musim hujan dan musim kemarau. Bahkan pada musim hujan sering menimbulkan banjir setempat. Berdasarkan data debit dari Balitbang PU, Pusat penelitian dan pengembangan Pengairan Bandung antara statistik pengukuran Sawangan debit minimum adalah Qmin = 350 l/detik (sumber: RTRW Kota Depok Tahun ). 2. Sungai Ciliwung Sungai Ciliwung digunakan sebagai sumber mata air baku bagi Kota Depok dan Jakarta. Pada perbatasan dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat pada musim kemarau mempunyai debit sebesar 9,06-13,40 m3/detik. 3. Sungai Cikeas Sungai ini merupakan batas wilayah antara Kota Depok dan Kabupaten Bogor, mengalir kearah Utara. Sungai Cikeas ini mempunyai perbedaan debit yang besar antara musim hujan dan musim kemarau Pola Aliran Sungai Wilayah Kota Depok dilalui oleh 3 sungai besar dan 24 sungai kecil yang mengalir dari arah Selatan menuju Utara (bermuara ke Laut Jawa/ wilayah administrasi Kabupaten Tangerang dan Provinsi DKI Jakarta). Pola aliran sungai di Kota Depok berpola tulang rusuk dengan 3 sungai utama sebagai tulang belakangnya.. Adapun nama-nama sungai yang mengalir melewati Kota Depok berikut dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) dijelaskan pada Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 1.1 Daftar Inventaris Sungai/Kali Di Kota Depok No DAS Nama Sungai/Kali Panjang Lokasi 1 - Kali Cibenda Kali Cantiga - - DAS Ciangke Kec. - Kali Angke Sawangan 3 Pesanggrahan 10 16

6 No DAS Nama Sungai/Kali Panjang Lokasi Kec. Kali Pancoran 4 Pasanggrahan 20,75 Mas Kec. 5 Kali Caringin 4,1 Sawangan Kec. Pancoran 6 Kali Krukut 12 Mas 7 Kali Grogol 35,2 Kec. Limo Kec. Pancoran Mas-Kec. 8 Kali Cliliwung 19,25 Sukmajaya Kec. 9 Kali Cikumpa 7,25 Sukmajaya Kec. 10 Kali Sugutamu 5,5 Sukmajaya Kec. 11 Kali Karanji 1,125 Sukmajaya Kec. DAS Ciliwung 12 Kali Cikaret 3,125 Sukmajaya Kec. 13 Kali Jantung Sukmajaya Kec. 14 Kali Laya 3,125 Sukmajaya Kec. Kali Ciliwung Sukmajaya - 15 Katulampa 14 Cimanggis Kec. 16 Kail Cipinang 10,25 Cimanggis Kec. 17 Kali Citatah 5,25 Cimanggis 18 Kali Cibogo 1,875 Kec. 17

7 No DAS Nama Sungai/Kali Panjang Lokasi Cimanggis 19 Kali Cakung 22,2 Kec. Cimanggis 20 Kali Angsana 5 Kec. Sawangan 21 Kali Cilangkap 7,5 Kec. Cimanggis 22 DAS Cikeas Kali Manggis 4,25 Kec. Cimanggis 23 Kali Sunter 6 Kec. Cimanggis 24 Kali Cikeas 12,5 Kec. Cimanggis Sumber : Data Jaringan Irigasi dan Jaringan pengendali Banjir Di Kota Depok, DPU Kota Depok tahun 1994 Arahan Sistem Air Baku dan Pengendali Banjir, Perpres No.58 Tahun 2008 Keterangan: Luas DAS masing-masing sungai adalah luas yang tercakup kedalam administrasi Kota Depok Sebaran Sumber Air Sumber daya air merupakan sumber air baku yang dipergunakan untuk melayani kebutuhan air bersih. Di Kota Depok dan sekitarnya tidak ditemukan mata air yang besar. Pada beberapa danau hulu cabang sungai, serta tebing-tebing sungai didapatkan mata air dengan debit kecil dan alirannya tidak kontinu. Untuk melayani air bersih Kota Depok, diambilkan dari mata air di Kabupaten Bogor yang merupakan hulu sungai besar yang mengalir ke Utara. Pemanfaatan mata air sudah dilakukan sejak zaman Belanda. Pada tahun 1922 dipasang jalur pipa sepanjang 60 km dari mata air Ciburial dengan debit 300 l/detik. Mata air ini untuk memasok Jakarta, tetapi air ini juga disadap untuk memasok Kota Depok, Cimanggis, Cibinong dan Ciomas (RTRW Kota Depok Tahun ). Selain mata air, sumber mata air untuk Kota Depok berasal dari sumber air permukaan. Kota Depok banyak memiliki sumber-sumber air yang potensial diantaranya sumber air permukaan (sungai, setu) dan sumur dalam. 18

8 Gambar 2.3 Peta Daerah Aliran Sungai Kota Depok 19

9 Gambar 2.4 Peta Hidrogeologi Kota Depok 20

10 Selain nama-nama sungai yang sudah disebutkan di atas. Berikut ini hasil pengukuran Debit pada beberapa sungai Utama Kota Depok. Tabel 2.2 Hasil Pengukuran Debit Sungai Kota Depok Nama Kali Rata-rata Lebar Q (debit) Kedalaman Sungai (Cm) (l/dtk) (Cm) Krukut Grogol Caringin Pasanggrahan Hulu Pasanggrahan Hilir Angsana Angke Sumber: Masterplan Sistem Jaringan Air Bersih Kota Depok, Tahun Daerah Resapan Air Daerah resapan air merupakan daerah yang dapat menampung limpasan air dan dapat menampung air untuk memenuhi kebutuhan air baku di musim kemarau dan sekaligus dapat mengendalikan banjir di musim hujan antara lain berupa waduk dan Setu. Kawasan resapan air memiliki kriteria: Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm Mempunyai kemampuan meluruskan air dengan kecepatan lebih dari 1 mm/hari Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tanah. Kelerengan kurang dari 15% Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam Kota Depok memiliki 25 Setu/danau yang tersebar di beberapa kecamatan di Kota Depok yang dapat di jadikan kawasan resapan air dimana daerah sekitar Setu/danau merupakan daerah perlindungan setempat (kawasan lindung) yang digunakan sebagai kawasan resapan air. Dalam Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang kawasan lindung disebutkan bahwa kawasan perlindungan setempat yang fungsinya kawasan sekitar danau atau 21

11 waduk, kriterianya meliputi daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk. Selain itu, Kota Depok memiliki Hutan Raya Pancoran Mas yang juga dapat dijadikan kawasan resapan air. Tahura ini memiliki luas mencapai 7,2 Ha. Akan tetapi lokasi hutan ini sangat dekat dengan permukiman padat sehingga rawan teradi keruskan. Kondisi seperti ini sangat tidak bagus untuk Ruang Terbuka Hijau yang fungsi utamanya sebagai ekologis. Selain memiliki Tahura, Kota Depok juga terdapat beberapa taman kota yang bisa menjadi daerah resapan air seperti misalnya taman kota yang terdapat Kawasan Pendidikan Universitas Indonesia yang dibangun di atas lahan seluas 390 Ha, dimana 70% atau Ha lahannya berfungsi sebagai dearah resapan air. Ada juga di Harjamukti Kecamatan Cimanggis, Taman Wiladatika biasa digunakan untuk kegiatan pramuka dan memiliki luas mencapai 19,764 Ha Kondisi Geohidrologi Kondisi hidrogeologi Kota Depok berdasarkan peta Peta hidrogeologi skala lembar Jakarta Batuan Dasar terdiri dari 3 jenis, yaitu : daerah beririgasi, luah sungai kurang dari 5 l/detik dan luah sungai antara 5-25 l/detik. Di Kota Depok terdapat luah sumur antara 5-25 l/dtk yang artinya akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, setempat melalui rekahan umumnya terdapat pada batuan sedimen kuartet; terdiri dari beberapa akuifer batu pasir, ketebalan berkisar antara 3-18 meter, keterusan m 2 /hari dengan kedalaman m di bawah tarah, kapasitas jenis 0,5 1,5 l/dtk, muka air tanah statis 3-21m dibawah muka air tanah. Luah sumur antara 5-25 l/det di Kota Depok hanya berada di Kecamatan Cinere. Selain itu, terdapat pula luah sumur kurang dari 5 l/det, yang berada di sebagian besar Kecamatan Kota Depok diantaranya berada di Kecamatan Bojongsari, sebagian besar di Kecamatan Cinere dan Limo, dan membentang dari Selatan ke Utara Kota Depok di Kecamatan Cilodong, Sukmajaya dan Cimanggis. Luah sumur kurang dari 5 l/det ini terdiri dari beberapa akuifer batuan sedimen kuarter berupa batu pasir dan breksi, batuan gamping koral dan battu gamping pasiran; ketebalan berkisar antara 3-20m, keterusan m 2 /hari dengan kedalaman sumur m, di bawah muka tanah kapasitas jenis 0, 1-0, 4 l/dtk/m, muka air tanah statis 2-45 m di bawah tanah. 22

12 Tinjauan air tanah di wilayah Kota Depok tidak terlepas dari daerah Jabotabek. Kondisi air tanah di daerah Jabotabek dipengaruhi kondisi geologi dan sifat batuan penyusunnya. Unit hidrogeologi yang erat kaitannya dengan sistem air tanah yang terdapat di wilayah ini adalah: - Batuan sedimen tersier dan vulkanikan - Endapan kipas vulkanik yang didasari oleh sedimen tersier - Endapan kipas vulkanik yang didasari oleh endapan laut dan endapan dataran banjir - Endapan paparan pantai Sistem air tanah di Jabotabek dibagi menjadi 3 (Tiga) kelompok akifer (Sumber: WJEMP Depok City 3-1). Hal ini didasarkan atas adanya lapisan lempung laut yang merupakan lapisan pemisah antar kelompok akifer. Kelompok akifer tersebut adalah: - Kelompok Akifer Tidak Tertekan (< 40m) Kelompok ini merupakan air tanah bebas, dibentuk oleh endapan kipas vulkanik di bagian Selatan. Pada sistem ini, pengisian air tanahnya berasal dari presipitasi air hujan dan air sungai. Kelompok akifer ini merupakan sumber air utama yang dimanfaatkan oleh masyarakat. - Kelompok Akifer Tertekan ( m) Kelompok ini terdiri dari endapan vulkanik menyatu dengan kelompok endapan paparan di bagian Utara. Pada sistem ini, pengisian air tanahnya berasal dari imbuhan (recharge) dari daerah Selatan. Pemanfaatan air tanah banyak dilakukan dengan cara pembuatan sumur bor. Terdapat 2 (dua) jenis air tanah di Kota Depok manurut WJEMP Depok City 3-1, yaitu: - Air Tanah Dangkal Di Kota Depok banyak ditemukan sumur gali untuk kebutuhan masyarakat. Pada umumnya kondisi sumur gali baik, tetapi air tawar di sebagian tempat kondisinya keruh dan berbau dengan kedalaman rata-rata 10 m. - Air Tanah Dalam Di Kota Depok banyak ditemukan sumber air tanah dalam. Saat ini tanah merupakan sumber penyediaan air yang utama di Kota Depok. Kota Depok sendiri dilewati oleh formasi genteng dan endapan vulkanik yang mempunyai potensi 3-4 l/detik/km2, serta alluvium dengan potensi air sebesar 5-7 l/detik/km2. 23

13 Dari peta proyeksi transverse mercator yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan Tahun 1986 (dikutip dari WJEMP Depok City) diindikasikan bahwa wilayah Depok berada pada lokasi antara Badak Kulon dan Pasar Minggu yang merupakan ujung dari kipas alluvium yang merupakan batas dari Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta dan Bogor dimana akuifer terdapat pada kedalaman < dari 5 m sepanjang 20 km dari Selatan ke Utara dimana Daerah Pengamatan yang dilakukan UI-BPPT. Dari hasil sample yang didapat menunjukan hasil yang beragam dan rata-rata adalah laju infiltrasi sebesar 19,7 l/det dan di lain tempat didapat 22,4 l/det. Hal dapat memberikan keyakinan bahwa bila dapat dilakukan pemotongan akuifer/penyingkapan dan membuat sarana pengisian kembali air tanah (recharge) maka sudah dapat diprediksi aliran air bawah tanah akan sangat optimum dengan biaya yang relative murah. 2.2 Administratif Secara administrasi merupakan kota yang otonom dengan luas wilayah 200,29 km 2, yang terbagi atas 11 kecamatan dan yang kemudian terbagi lagi menjadi 63 kelurahan. Jumlah kelurahan dalam satu kecamatan berkisar dari 4 sampai 7 kelurahan. Pemekaran Kecamatan di Kota Depok dari 6 (enam) menjadi 11 (sebelas) kecamatan merupakan implementasi dari Perda Kota Depok Nomor 08 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan di Kota Depok. Adapun selangkapnya nama kecamatan dan kelurahan hasil pemekaran berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 sebagai berikut : 1. Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan Kelurahan Tanah Baru. 2. Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkap Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang. 3. Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya. 4. Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan Kelurahan Cisalak. 24

14 5. Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya. 6. Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo, Kelurahan Meruyung, Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut. 25

15 Gambar 2.5 Peta Administrasi Kota Depok 26

16 7. Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Kerurahan Cinere, K Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru. 8. Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cisalak Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelu dan Kelurahan Curug. 9. Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos, Keluraha Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Ja Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun. 10. Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawa Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Ke Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih. 11. Kecamatan Bojongsari meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojo Bojongsari Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Duren Mekar, dan Kelurahan Duren Seribu. 2.3 Kependudukan Dengan luas wilayah 200,29 km², berdasarkan sensus penduduk tahun dihuni oleh jiwa, dengan sex ratio penduduk laki-laki terh sebesar 102. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar jiwa da baru mencapai jiwa. Menurut perhitungan BPS pula, laju pertu (LPP) Kota Depok dalam 10 tahun terakhir menempati posisi kedua s Bekasi dengan nilai rata-rata sebesar 4,27%, dengan laju pertumb kecamatan Limo sebesar 8,48% dan terendah di kecamatan Sukmajaya s PENDUDUK DEPOK (JUTA) 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 PENDUDUK Gambar 2.6. Jumlah Penduduk Kota Depok Tahun Sumber: Diolah dari Depok Dalam Angka dan Sensus P 27

17 Pertumbuhan penduduk yang demikian tinggi ini dipengaruhi oleh tingginya arus migrasi yang masuk ke Kota Depok, mengingat Kota Depok dinilai sebagai daerah yang sangat strategis dilihat dari seluruh fungsi kota, terutama jasa, perdagangan dan permukiman. Namun perubahan menyolok ini juga dapat disebabkan oleh perbedaan sumber data. Data menggunakan data Depok Dalam Angka yang merupakan hasil proyeksi penduduk berdasarkan Sensus Penduduk Tahun Sedangkan data 2010 menggunakan Data Sensus Penduduk 2010 yang mencatat jumlah penduduk faktual yang ada di lokasi tanpa melihat status administrasi kependudukannya. Dari sisi kepadatan penduduk, kecamatan terpadat pada tahun 2009 adalah Kecamatan Sukmajaya (13,8 ribu jiwa/km2) disusul Kecamatan Pancoran Mas (11,5 ribu jiwa/km2) dan Cimanggis (10,1 ribu jiwa/km2). Sedangkan kepadatan terendah adalah di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari sebesar rata-rata 4600 jiwa/km2 (Tabel 2.3). Tabel 2.3. Kepadatan Penduduk Kota Depok Tahun 2009 NO KECAMATAN JUMLAH KELURAHAN LUAS (km2) JUMLAH RT JUMLAH RW KEPADATAN RATA-RATA 1 PANCORAN MAS CIMANGGIS SAWANGAN LIMO SUKMAJAYA BEJI CIPAYUNG CILODONG CINERE TAPOS BOJONG SARI DEPOK Sumber: Diolah dari Perda Kota Depok No. 8 Tahun 2007 dan Data Kependudukan SIAK 2010 Profil penduduk Kota Depok dapat dilihat dari komposisi penduduknya, yakni berdasarkan jenis kelamin, usia, lapangan usaha dan pendidikan. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki dalam 5 tahun terakhir lebih banyak daripada perempuan. Rasio 28

18 penduduk laki-laki terhadap perempuan pada 2010 adalah 102. Sedang dari usianya, persentase penduduk angkatan kerja (usia antara tahun) masih cukup tinggi yakni sekitar 73% pada tahun Dari sisi lapangan usaha, komposisi penduduk yang bekerja di sektor pertanian cenderung tetap dalam 5 tahun terakhir (kurang dari 5%), di sektor industri juga cenderung stagnan dengan kisaran kurang dari 20%. Proporsi terbesar adalah di sektor perdagangan dan jasa dengan kisaran masing-masing sekitar 30% (Gambar 2.2) % 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% PERTANIAN INDUSTRI PERDAGANGAN JASA LAINNYA Gambar 2.7 Komposisi Penduduk Kota Depok Menurut Lapangan Usaha Sumber : Diolah dari data Depok Dalam Angka dan Inkesra Kota Depok 2010 Menurut tingkat pendidikannya, Depok termasuk daerah dengan tingkat pendidikan rata-rata cukup baik. Ini dapat dilihat dari proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas yang memiliki ijasah setara SMA menempati urutan terbesar yaitu sekitar 35%. Adapun yang terendah adalah penduduk yang tidak mempunyai ijazah sebanyak 12%, kendati sebagiannya masih duduk di kelas 5 dan 6 SD. Hal lain yang menggembirakan adalah terjadinya peningkatan lulusan setara Akademi atau lebih sebanyak hampir 3%, dari tahun 2006 yang baru mencapai 11,73 % menjadi 14,20 % di tahun

19 % 20% 40% 60% 80% 100% TDK BERIJAZAH SD SMP SMA AKADEMIS TDK BERIJAZAH SD SMP SMA AKADEMIS Gambar 2.8. Proporsi Penduduk 10 Tahun Ke atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki di Kota Depok Tahun Sumber : Diolah dari data Depok Dalam Angka Dari sisi agama, komposisi penduduk berdasarkan agama pada tahun 2009 didominasi oleh agama Islam (93%), sedangkan proporsi agama lainnya masing-masing Kristen 5%, Katholik 2% dan sisanya 1%. Secara umum kondisi kehidupan antara warga beragama di Kota Depok cukup kondusif. Secara historis di Kota Depok telah hidup secara berdampingan, khususnya antara penganut agama Islam dan Nasrani sejak masa pra kemerdekaan. Misalnya, para pejuang kemerdekaan di Kota Depok dengan komunitas Cornelis Chastelein yang telah hidup rukun selama ini. Kemudian bertambah dengan migrasi dan urbanisasi penduduk baru yang berbeda agama, suku, dan budaya; telah memperkaya kondisi sosial keagamaan di Kota Depok. 5% AGAMA Islam Kristen 93% Katholik Hindu Gambar 2.9. Proporsi Penduduk Menurut Agama Tahun 2009 Sumber : Diolah dari data Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

20 2.4 Pendidikan AMH DEPOK RLS DEPOK Gambar Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Sumber: Diolah dari Data Inkesra Kota Depok 2010 Pada tahun 2005 AMH Kota Depok sebesar 97,98 dan meningkat di tahun 2009 menjadi 98,92, kemudian untuk rata-rata lama sekolah meningkat dari tahun 2005 sebesar 10,64 menjadi 10,68 di tahun Kendati nilai AMH cukup tinggi, angka ini menunjukkan bahwa masih ada 1.08% penduduk atau hampir 19 ribu penduduk Kota Depok yang buta huruf. Dari sisi lama sekolah, rata-rata penduduk Depok mengenyam pendidikan selama 10,68 tahun atau setara dengan kelas 2 SMA. Tahun Ajaran 2010/2010 jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak di Kota Depok sebanyak 362 sekolah, jumlah murid TK , dan guru TK. Sekolah SD sebanyak 394 sekolah, dengan murid, dan orang guru. Sekolah SMP berjumlah 154 sekolah dengan jumlah siswa orang dan jumlah guru orang. Di tingkat SMA terdapat 48 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing orang dan orang. Selain itu terdapat 79 sekolah SMK, dengan jumlah murid orang dan jumlah guru orang. Hasil Survei Susenas 2010, penduduk Kota Depok yang berumur 10 tahun keatas yang memiliki ijazah tertinggi SLTA dan sederajat. 22,70%. Memiliki Ijazah tertinggi SLTA merupakan persentase terbesar dibanding jenjang pendidikan lainnya. Penduduk Kota Depok yang berumur 10 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis huruf latin 48,97 %, huruf lainnya 0,70 %, huruf latin dan huruf lainnya 48,16 %, dan yang buta huruf 2,17 %. 31

21 Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kota Depok tahun 2010 ada 133 sekolah dengan jumlah murid orang, dan guru orang. Sedangkan jumlah Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Depok 64 sekolah, dengan jumlah siswa orang, dan jumlah guru 502 orang. Serta jumlah sekolah Madrasah Aliyah (MA) ada 20 sekolah, dengan jumlah siswa siswa, dan 872 guru. 2.5 Kesehatan Angka Harapan Hidup (AHH) yang merupakan indeks kesehatan menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 AHH sebesar 73,03, tahun 2007 sebesar 73,06, tahun 2008 AHH sebesar 73,10, pada tahun 2009 AHH sebesar 73,10. Angka ini merupakan yang tertinggi di Jawa Barat yang pada tahun 2009 AHHnya mencapai 68. Angka ini juga berapa di atas rata-rata Nasional yang mencapai 67, AHH DEPOK AHH JABAR Gambar Nilai AHH Kota Depok dan Provinsi Jawa Barat Tahun Sumber: Diolah dari Data Inkesra Kota Depok 2010 Adapun Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup mengalami penurunan dari tahun ke tahun, pada tahun 2006 sebanyak 27,99 jiwa, tahun 2007 sebanyak 27,63 jiwa, tahun 2008 sebanyak 26,84 jiwa dan tahun 2009 sebanyak 26,57. Kondisi kesehatan di Kota Depok direpresentasikan dengan indeks kesehatan yang mempengaruhi IPM Kota Depok. Beberapa indikator penting yang mempengaruhi indeks kesehatan adalah Angka Harapan Hidup (AHH), dimana angka tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain AKB, AKI, AKABA dan AKK. Angka harapan hidup Kota Depok pada tahun 2008 adalah 73,06 tahun, dimana capaian ini dipengaruhi oleh Angka Kematian Bayi (AKB) atau jumlah kematian bayi dibawah usia satu 32

22 tahun pada setiap 1000 kelahiran hidup. Kematian neonatal pada tahun 2008 berjumlah 109. Kematian neonatal pada usia awal kehidupan merupakan salah satu indikator belum optimalnya manajemen kelangsungan program pelayanan kesehatan ibu dan anak. Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2008 yang terlaporkan sebanyak 17 kasus. Angka ini belum dapat dikatakan sebagai jumlah seluruh kematian ibu yang terjadi di Kota Depok, karena kemungkinan masih banyak kasus kematian ibu yang tidak tercatat atau tidak terlaporkan. Sebagai penyebab langsung kematian ibu yang utama adalah pendarahan (45%) dan lainnya adalah penyebab tidak langsung antara lain keterlambatan merujuk. Kematian ibu maternal dapat dicegah bila cepat dan tepat dalam pengambilan keputusan penanganannya. Hal lain yang dapat memperkecil resiko kematian ibu adalah dengan pelayanan berkala meliputi pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 Kota Depok mencapai 95,31%, sedangkan cakupan K4 mencapai 86,78%, sedangkan target standar pelayanan minimal kesehatan adalah 95%. Dengan demikian masih terdapat kesenjangan sebesar 3,22%, kesenjangan ini dapat diakibatkan oleh kemampuan dan pemahaman petugas pengelola KIA tentang manajemen kelangsungan program KIA yang belum optimal, Peran swasta yang cukup dominan belum mendukung pelaksanaan program, definisi operasional yang belum sama antara Rumah Sakit dan program kesehatan, petugas pencatatan dan pelaporan yang tidak mengetahui secara rinci diagnosis yang ditegakkan petugas medis, dan dari sisi masyarakat masih banyak ibu hamil yang pulang kampung menjelang proses persalinan. Angka Kematian Balita (AKABA) atau jumlah kematian anak umur 1-4 tahun pada tahun 2008 adalah sebanyak 25 anak. AKABA menggambarkan masalah kesehatan anak serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan masyarakat Kota Depok dapat dilihat dari persentase rumah yang memiliki sarana air bersih perpipaan 21,00 %, yang memiliki jamban 75,36%, yang memiliki SPAL 64,61% dan yang memiliki pembuangan sampah 61,89%. Adapun perilaku sehat masyarakat dilihat dari cakupan rumah tangga yang ber- PHBS sebanyak 127,987 KK (63,36%). 2.6 Sosial Masyarakat Kondisi sosial masyarakat kota depok menunjukan kondisi sosial masyarakat yang cukup beragam. Salah satu yang dapat mencerminkan kondisi sosial masyarakat Kota Depok 33

23 adalah [program keluarga berencana. Dimana penduduk yang mengikuti program keluarga berencana secara tidak langsung juga membantu meningkatkan kesejahteraan. Jumlah peserta KB di Kota Depok tahun 2010 mencapai orang, Pemakaian alat KB suntik dan pil KB paling banyak digunakan akseptor KB. Selain sisi positif tersebut, terdapat juga sisi negatif masyarakat kota depok yang tercermin dengan angka kriminalitas di Kota Depok. Sampai dengan bulan Desember 2010 ada 563 perkara tindak pidana umum dan 203 perkara narkotika yang masuk ke Pengadilan Negeri Depok. Banyaknya penyandang masalah sosial dan kesejahteraan perlu mendapat perhatian serius dari Pemerintah. Jumlah anak terlantar 31 orang, gelandangan dan pengemis 19 orang, penyandang cacat 200 orang, dan penyandang masalah lainnya perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah Kota Depok. Tercatat juga sampai dengan bulan Desember 2010 terdapat 655 kasus pencurian kendaraan bermotor dimana kasus ini menempati urutan tertinggi dari 11 kasus kriminalitas yang ada di wilayah hukum Polres Depok. Pencurian dengan pemberatan menempati rangking ke-2 setelah curanmor, yaitu 479 kasus. Selain Itu depok juga tak lepas dari banyaknya kawasan-kawasan kumuh, yang terdapat di 20 kelurahan dari 62 kelurahan atau sebesar hampir 30% dari total kelurahan di Kota Depok. Dari keduapuluh kelurahan tersebut terdapat 6 (enam) kelurahan yang telah ditangani pada TA , yakni (1) Kelurahan Bojongsari Kecamatan Sawangan; (2) Kelurahan Grogol Kecamatan Limo; (3) Kelurahan Kemiri Muka Kecamatan Beji; (4) Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Cimanggis; (5) Kelurahan Kalibaru Kecamatan Sukmajaya; (6) Kelurahan Bojong Pondok Terong kecamatan Pancoranmas. Berikut adalah data kawasan kumuh di Kota Depok. Kemirimuka - Beji Permukiman kumuh diwilayah ini Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji dengan tipologi kawasan kumuh di tepian sungai dan di sepanjang tepi rel kereta api. Dari data Potdes 2008 di wilayah ini terdapat 312 KK miskin dan 375 bangunan non permanen. Tipologi Kawasan Kumuh Permukiman Kumuh di tepian sungai dan di sepanjang tepi rel kereta api. 34

24 Kawasan Kumuh Catatan Permasalahan: RW Daerah dibawah Jalan Juanda Depok 2. Surat Tanah sudah 90% bersertifikat 3. Pekerjaan Warga adalah Buruh Dan Pegawai Swasta 4. Daerah yang dikunjungi RT 05 & RT 04 ( 144 KK ) 5. Akses Jalan Warga sebagian masih Tanah 6. Tempat Pembuangan Sampah Belum ada bahkan rata- 2 penduduk membuang langsung ke Kali Ciliwung 7. Rumah warga rata-2 permanen dan ada sebagian semi permanen 8. Saluran Drainase belum tertata dengan baik 9. MCK rata-rata warga langsung membuang ke kali ciliwung baik septitank maupun pembuangan airnya 10. Tidak dapat dilalui Kendaraan roda 4 Gandul - Limo Kawasan Permukiman kumuh diwilayah ini terdapat di wilayah Kelurahan Gandul, Kecamatan Limo dengan tipologi kawasan kumuh di tepian sungai/situ dan di tanah terlantar. Dari data Potdes 2008 di wilayah ini terdapat 80 KK miskin dan 80 bangunan non permanen. 35

25 Tipologi Kawasan Kumuh Permukiman kumuh di tepian sungai/situ dan di tanah terlantar Data Luas Wilayah Lokasi Wilayah Jumlah Penduduk : ± 2 Hektar : RW.03 RT.26 : 800 Jiwa / 180 KK Jl. Madrasah Catatan Permasalahan 1. Jalan Masuk menggunakan Jembatan Darurat 2. APBD belum diterima 3. TPS tidak ada ( dibuang disekitar lokasi rumah atau ke Sungai/kali grogol ) 4. Banyak terdapat rumah kontrakan 5. Saluran air minim / banyak yang tidak berfungsi 6. Dekat bantaran sungai/kali grogol 7. Jalan Semi permanen 8. Status Tanah masih girik 9. Matapencaharian Buruh dan Pedagang, Pemulung 10. Tanah warga setempat yang kosong disewakan kepada pemulung dan adapula yang dijadikan rumah kontrakan 11. Rumah kontrakan banyak dilokasi ini. Abadijaya - Sukmajaya Kawasan Permukiman kumuh diwilayah ini terdapat di wilayah Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya dengan tipologi kawasan kumuh di tepian sungai/situ dan di tanah terlantar. Dari data Potdes 2008 di wilayah ini terdapat 100 KK miskin dan 50 bangunan non permanen. 36

26 Tipologi Kawasan Kumuh Permukiman kumuh di tepian sungai/situ dan di tanah terlantar Dokumentasi Data Catatan Permasalahan LOKASI KAWASAN : RW. 29 RT.01 Jalan H.Minang 1. Daerah Rawan Banjir 2. Drainae Belum Tertata Baik (Sudah ada 4 X Perbaikan) 3. Status Tanah Bersertifikat 90 % ( Prona Tahun 1990 ) 4. Akses Jalan Warga Telah Mendapatkan Bantuan APBD (Tanggal 26 Mei-27 Juli 2010). 5. Bangunan Kebanyakan Rumah Kontrakan 6. Usaha Penduduk Lokal ( Menyewakan Kontrakan ) 7. Kebanyakkan Penduduk Pendatang (Pedagangan, Buruh). 8. Jumlah Penduduk 3000 jiwa. 9. RW terdiri dari lima (5) RT. 10. Belum Terkelola dengan baik pembuangan sampah warga. Limo - Limo Kawasan Permukiman kumuh diwilayah ini terdapat di wilayah Kelurahan Limo, Kecamatan Limo dengan tipologi kawasan kumuh di tepian sungai/situ dan di tanah terlantar. Dari data Potdes 2008 di wilayah ini terdapat 5 lokasi kawasan kumuh dengan 48 KK miskin dan 48 bangunan non permanen. 37

27 Tipologi Kawasan Kumuh Permukiman kumuh di tepian sungai/situ dan di tanah terlantar Dokumentasi Data Catatan Permasalahan Lokasi Survey : RW.05 RT. 2,3,4 Jl. H. Kado Luas Lahan : Tiap RT mempunyai luas ± 1 H.A Jumlah Penduduk : Jiwa 1. Masalah yang paling utama diwilayah ini adalah Drainase serta Jalan dilokasi pemukiman 2. Ada perbaikan jalan utama / di cor pada tahun 2010 ini, mengakibatkan tertutupnya saluran air /drainase yang ada sehingga menyebabkan banjir 3. Surat tanah dilokasi masih Girik 4. TPS sudah terkoordinir dengan baik (ada penggangkutannya ) tetapi masih ada saja warga yang 38

28 masih membuangnya di kali ( Kali Gede ) 5. Mata pencaharian penduduk asli dengan mendirikan rumah kontrakan 6. Sedangkan penduduk pendatang rata-rata merupakan Pedagang dan buruh lepas 7. Tanah milik H. Umar disewakan kepada para pemulung yang menyebabkan daerah tersebut kumuh 8. Masalah utama di daerah Depok ini belum adanya perda mengenai rumah kontrakan / masterplan pendirian rumah kontrakan sehingga menjadikan daerah tersebut tidak tertata dengan baik. 9. Lahan kosong yang dimiliki perorangan banyak disewakan menjadi lahan penampungan para pemulung 10. Sebagian warga membuang saluran air ke septitank 11. Akses jalan semi permanen. Pondok Jaya Pancoran Mas Kawasan Permukiman kumuh diwilayah ini terdapat di wilayah Kelurahan Pondokjaya, Kecamatan Pancoran Mas dengan tipologi kawasan kumuh di tepian sungai/situ dan di sepanjang tepi rel kereta api. Dari data Potdes 2008 di wilayah ini terdapat 1 lokasi kawasan kumuh dengan 40 KK miskin dan 55 bangunan non permanen. Tipologi Kawasan Kumuh Permukiman kumuh di tepian sungai/situ dan di sepanjang tepi rel kereta api Dokumentasi Data Lokasi Luas Areal : Gang Mesjid RW.03 RT.02 : ± 1 H.A 39

29 Catatan Permasalahan Jumlah Penduduk : 570 Jiwa 1. Status Tanah Letter C / Girik 2. Mayoritas Penduduk berdagang 3. Faktor ekonomi yang mempengaruhi adanya Perumahan Permata Depok 4. Infrastuktur Jalan masih di Flour sebagian tanah 5. Belum adanya Tempat Pembuangan Sampah, ratarata penduduk membuang sampah dipekarangan rumah / titik lapangan yang ditunjuk/ kebiasaan 6. Jarak antar rumah penduduk berjauhan, masih banyak terdapat tanah kosong. 7. Saluran drainase belum tertata dengan baik, masih konvensional (ditanam dalam tanah) rata-rata ada septitank. 8. Mayoritas rumah semi permanen. 9. Menggunakan air tanah / sumur. Cilangkap Tapos Kawasan Permukiman kumuh diwilayah ini terdapat di wilayah Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Tapos dengan tipologi kawasan kumuh di tepian sungai dan di tanah terlantar. Dari data Potdes 2008 di wilayah ini terdapat 1 lokasi kawasan kumuh dengan 5 KK miskin dan 5 bangunan non permanen. Tipologi Kawasan Kumuh Permukiman kumuh di tepian sungai dan di tanah terlantar Dokumentasi Data Catatan Lokasi Survey : RW.01 RT.03 Jalan Lingkungan Kalibaru 1. 40% lahan dijadikan usaha kontrakan 40

30 Permasalahan 2. Status pekerjaan warga (Dagang,Swasta,Buruh sebagian kecil Pegawai Negeri) 3. Perubahan jumlah penduduk setiap 2 bulan sekali 4. Surat-surat tanah sebagian besar masih girik 5. Akses warga ke jalan raya bogor menggunakan jembatan darurat 6. Kondisi infrastruktur jalan masih belum memadai (sebagian semen,tanah) 7. TPA belum ada, dibuang di pekarangan rumah/kali 8. Drainase belum tertata baik. Sukamadju Baru Kec. Cimanggis Kawasan Permukiman Kumuh diwilayah ini terdapat di wilayah Kelurahan Sukamadju Baru, Kecamatan Cimanggis dengan tipologi kawasan kumuh di tepian sungai dan di tanah terlantar. Dari data Potdes 2008 di wilayah ini terdapat 1 lokasi kawasan kumuh dengan 30 KK miskin dan 10 bangunan non permanen. Tipologi Kawasan Kumuh Permukiman kumuh di tepian sungai dan di tanah terlantar Dokumentasi Data Lokasi Survey : JL. Sukamaju Baru I 41

31 Catatan Permasalahan 1. Banyak terdapat pabrik-pabrik 2. Disini juga banyak menjamurnya usaha kontrakan 3. Drainase kurang baik terdapat di RW 2,3,4,7 4. daerah kumuh terdapat di RW 2 Dan RW 3 5. Tempat Pembuangan Sampah yang tidak terurus di RW Tidak Ada TPS 7. Saluran Drainase Belum tertata baik 8. Jalan utama sudah di beton tetapi untuk jalan lingkungan masih Semi permanen 9. Tidak tertata dengan baik permukiman warganya Pengasinan Kec. Sawangan Kawasan Permukiman Kumuh diwilayah ini terdapat di wilayah Kelurahan Pengaasinan, Kecamatan Sawangan dengan tipologi kawasan kumuh di tepian sungai dan di tanah terlantar. Dari data Potdes 2008 di wilayah ini terdapat 1 lokasi kawasan kumuh dengan 27 KK miskin dan 22 bangunan non permanen. Tipologi Kawasan Kumuh Permukiman kumuh di tepian sungai dan di tanah terlantar Dokumentasi Data Terdiri dari 13 RW dan 74 RT Lokasi Survey : Jl. Kampung Poncol 42

32 Catatan Permasalahan Di RW IV yang terdiri dari RT V ( 60 KK ) dan RT VI 1. Merupakan daerah paling tertinggal di Depok; 2. Belum pernah ada bantuan APBD; 3. Jalan lingkungan masih Tanah dan Kerikil; 4. Rumah warga rata-rata semi permanen belum ada saluran Drainasenya; 5. Belum Ada TPS, sampah dibuang disekitar rumah warga; 6. Kamar Mandi masih semi permanen; 7. Tidak ada usaha kontrakan yang terlihat; 8. Jarak antar rumah warga berjauhan; 2.7 Perekonomian Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu variabel penting dalam pembangunan daerah adalah pertumbuhan ekonomi, yang lazim diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara umum PDRB Kota Depok terus mengalami kenaikan dari Rp 7,5 Trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp 14,06 Trilyun pada tahun ,000, ,000, NILAI PDRB (JUTA RP.) 12,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, HARGA KONSTAN 7,541,66 9,005,10 10,599,1 12,542,4 14,063,9 HARGA BERLAKU 4,750,03 5,066,12 5,422,76 5,770,82 6,129,56 Gambar 2.12 Pertumbuhan PDRB Kota Depok Tahun Sumber: Diolah dari Buku PDRB Kota Depok 2010 Berdasarkan struktur ekonomi, potensi unggulan daerah Kota Depok adalah sektor tersier yang meliputi subsektor perdagangan, hotel dan restoran, dan subsektor jasa. Sektor ini memberikan kontribusi pada perekonomian daerah sebesar 48,44% pada tahun 2005 dan 43

33 meningkat pada tahun 2009 menjadi sebesar 52,77%. Fenomena dominannya sektor tersier dalam perekonomian Kota Depok menunjukkan pergeseran struktur ekonomi Kota Depok yang semakin mengarah pada kota perdagangan dan jasa SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER Gambar 2.13 Distribusi PDRB Kota Depok Menurut Sektor Tahun , HK 2000 Sumber: Diolah dari Buku PDRB Kota Depok 2010 Perkembangan tersebut merupakan kecenderungan yang lazim terjadi pada berbagai kota, namun bisa menimbulkan permasalahan jika tidak diantisipasi berbagai hal berikut ini, yaitu Pertama, kesiapan infrastruktur Kota Depok dalam mengantisipasi perkembangan sektor ini, karena dampaknya cukup besar, seperti terhadap konsentrasi penduduk, kelancaran lalu lintas, sampah, dan masih banyak lagi. Kedua adalah seberapa besar peran masyarakat Kota Depok dalam sektor ini, sehingga tidak memberikan keuntungan bagi masyarakat kelompok tertentu dan masyarakat dari luar kota Depok. Bila hal ini sampai terjadi, maka yang akan memperoleh manfaat dari kemajuan sektor tersier ini akan keluar dari Kota Depok. Ketiga, terwujudnya Kota Depok sebagai kota perdagangan dan jasa di kemudian hari, seharusnya juga dapat mengangkat dan berdampak positif bagi sektor lainnya, dan bukan sebaliknya. Berdasarkan hasil kajian Input-Output Sektor Perdagangan dan Jasa di Kota Depok (2010), sektor tersier yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah (pro growth) adalah : perdagangan eceran (kecuali mobil dan sepeda motor), warung makan, bar kedai, penjual makan minum keliling, angkutan jalan raya, jasa pemerintahan umum, jasa real estat, perdagangan mobil dan sepeda motor, penjual eceran bahan bakar kendaraan, jasa perorangan dan rumah tangga lainnya, perdagangan besar dalam negeri selain ekspor dan impor, dan jasa perbengkelan. Beberapa sektor ini juga sekaligus memberikan dampak income bagi masyarakat (pro poor) dan penyerapan tenaga kerja secara signifikan (pro job) 44

34 yaitu perdagangan eceran, jasa pemerintahan umum, angkutan jalan raya, warung makan, bar kedai, penjual makan minum keliling, dan penjualan eceran bahan bakar kendaraan. Sektor lain yang memberikan income kepada masyarakat cukup berarti adalah perdagangan mobil, sepeda motor, dan kesehatan swasta. Adapun yang memberikan dampak pada penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan besar dalam negeri dan sektor jasa boga catering. Adapun sektor primer (pertanian), selama kurun waktu 2005 hingga 2009 mengalami penurunan. Apabila pada tahun 2006 sektor ini masih memberikan peran 3,52%, maka di tahun 2009 sektor ini hanya memberikan kontribusi sebesar 2,84%. Semakin menurunnya peran sektor ini lebih disebabkan pada semakin menyempitnya lahan untuk pertanian, peternakan dan juga perikanan yang ada, sehingga mendorong menurunnya produktifitas sektor ini dan beralihnya pekerjaan masyarakat pada sektor lainnya, khususnya perdagangan dan jasa. Namun demikian, secara kualitatif beberapa produk pertanian Kota Depok memiliki keunggulan komparatif, yaitu belimbing yang telah dijadikan ikon kota, tanaman hias, ikan hias, ikan konsumsi dan benih ikan konsumsi. Sektor sekunder, khususnya dari sektor industri pengolahan masih cukup besar peranannya terhadap PDRB Kota Depok kendati proporsinya mengalami penurunan. Bila pada tahun 2005 kontribusinya mencapai 48,57 %, pada tahun 2009 kontribusinya menjadi 45,02 %. Masih tingginya peran sektor pengolahan ini perlu mendapat perhatian, terutama dikaitkan dengan semakin menurunnya peran sektor primer. Ini menunjukkan bahwa dominasi bahan baku industri berasal dari luar wilayah. Bila hal ini terjadi, maka ketergantungan pada daerah lain akan semakin meningkat, dan dari sisi biaya produksi, hal ini akan memicu kenaikan yang dapat berdampak pada daya saing hasil industri pengolahan dari Kota Depok Laju Pertumbuhan Ekonomi Kondisi ekonomi yang baik harus didukung dengan kestabilan dan pertumbuhan yang baik pula. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kota Depok mengalami pasang surut (fluktuatif) yang disebabkan oleh dampak eksternal. Pernah mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu pada tahun 2007 mencapai 7,04 %, tetapi mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 6,42 % dan menjadi 6,22 % pada tahun 2009 sebagai dampak dari krisis keuangan global. Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan membaik seiring dengan membaiknya kondisi finansial global meskipun tetap perlu diantisipasi adanya kemungkinan krisis baru. 45

35 LAJU PERTUMBUHAN PDRB HK / / / /2009 SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER LPE SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER LPE Gambar Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Depok Tahun HK 2000 Sumber: Diolah dari Buku PDRB Kota Depok 2010 Pertumbuhan ekonomi Kota Depok ke depan membutuhkan fondasi ekonomi yang lebih kuat lagi, sehingga pertumbuhan yang ada dapat stabil dan memiliki kecenderungan yang meningkat. Berdasarkan data terakhir, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi justru sektor sekunder (tumbuh sebesar 6,6 %), sedangkan sektor tersier tumbuh sebesar 5,95 % dan primer hanya 3,99%. Tingginya pertumbuhan sektor sekunder disebabkan oleh pertumbuhan yang tinggi pada subsektor bangunan/konstruksi. Sedangkan pada sektor tersier, pertumbuhan tertinggi ditemukan pada subsektor jasa-jasa PDRB perkapita daerah dan Gini Ratio PDRB perkapita sering digunakan sebagai indikator makro tingkat kemakmuran masyarakat. Semakin tinggi nilai PDRB per kapita daerah Kota Depok, maka semakin tinggi kemampuan dan kesejahteraan di Kota Depok. Pada tahun 2009, PDRB per kapita daerah Kota Depok mencapai Rp , mengalami peningkatan sebesar 41,1 % dalam kurun 5 tahun terakhir. PDRB per kapita tahun 2006 sebesar Rp ,73. PDRB per kapita berbeda dengan Pendapatan per kapita yang sampai saat ini belum dapat disediakan datanya oleh BPS Kota Depok. Data nasional menunjukkan bahwa pendapatan perkapita rata-rata masyarakat Indonesia sebesar US$ (dengan kurs 1 dollar US 46

36 sama dengan 9 juta, maka pendapatan per kapita rata-rata masyarakat Indonesia mencapai kira-kira Rp. 26 juta). Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah distribusi pendapatan, karena pendapatan perkapita lebih menggambarkan rata-rata pendapatan per orang, dan kurang menggambarkan distribusinya. Dengan kata lain, dapat saja nilai tersebut diperoleh dari sekelompok masyarakat dengan penghasilan sangat tinggi dan sekelompok besar lainnya dengan penghasilan yang sangat rendah. Untuk mengukur hal ini digunakan indeks gini rasio yang sering digunakan untuk menilai kesenjangan distribusi pendapatan. Berdasarkan perhitungan BPS Kota Depok (2010), angka Gini Ratio Kota Depok sebesar 0, Angka ini termasuk dalamkategori ketimpangan rendah (kurang dari 0,3) Inflasi Pada dasarnya inflasi di suatu daerah sebagai konsekuensi logis dari adanya transaksi atau kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Sebagai ilustrasi, kecenderungan naiknya hampir semua harga selama periode tertentu (inflasi), salah satunya didorong oleh meningkatnya permintaan atau kebutuhan masyarakat. Peningkatan ini tentunya sangat baik bagi tumbuhnya produksi masyarakat lainnya. Sebaliknya tidak adanya kecenderungan naiknya harga, dapat berarti lesunya kegiatan perekonomian, karena rendahnya permintaan masyarakat. Namun demikian, perlu juga diwaspadai bahwa inflasi yang terlalu tinggi, akan mendorong kegiatan perekonomian menjadi tidak terkendali, sehingga besaran kecenderungan kenaikan harga tersebut juga perlu dikendalikan. Menurut data BI, kendati inflasi Kota Depok cukup rendah pada tahun 2009 terutama pada Februari 2009 yang mencapai angka di bawah 1%, namun pada 2010 meningkat sejalan dengan peningkatan nilai inflasi nasional. Bahkan pada November 2010, nilai inflasi Depok menempati peringkat tertinggi di Provinsi Jawa Barat dengan nilai 7.16%. Pembentuk Inflasi Kota Depok relatif berbeda dengan kota lainnya di Jabar, yakni biaya transportasi, biaya tempat tinggal, dan harga makanan jadi menjadi penyumbang utama. Karakteristik inflasi ini relatif sama dengan Jakarta, karena Depok merupakan salah satu penyangga Jakarta. 47

37 Gambar Laju Pertumbuhan Inflasi Kota Depok Tahun Sumber: Bank Indonesia, Distribusi Prosentase Kegiatan Perekonomiaan Secara keseluruhan distribusi persentase untuk masing-masing sektor ekonomi/ lapangan usaha di Kota Depok, menunjukkan pada umumnya pendapatan daerahnya masih didominasi oleh beberapa sektor/lapangan usaha tertentu saja, yaitu: (1) sektor industri pengolahan (2) sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan (3) sektor jasa-jasa, sehingga ketiga sektor tersebut memiliki peranan yang penting dalam mendorong perekonomian kota Depok. Selanjutnya secara berturut-turut memberikan konteribusi kedua bagi perekonomian kota Depok yaitu: sektor bangunan/kontruksi dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Adapun sektor ekonomi/lapangan usaha lainnya memberikan kontribusi yang relatif masih sangat rendah yaitu: sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dan sektor listrik, gas dan air bersih berkisar 3% - 4%, serta sektor pertanian yang semakin menurun kontribusinya bagi perekonomian kota Depok. 2.8 Visi dan Misi Kota Visi Kota Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Kota Depok serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Kota Depok tahun yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Depok adalah : Terwujudnya Kota Depok yang Maju dan Sejahtera 48

38 Maju didefinisikan sebagai : Kota yang maju dalam memberikan pelayanan publik dan penyediaan infrastruktur, serta warganya berpendidikan tinggi dan berakhlak mulia. Sejahtera didefinisikan sebagai : Kota yang warganya merasa nyaman, aman, sentosa, dan makmur sesuai standar hidup layak Misi Kota Sebagai penjabaran visi Pemerintah Kota Depok diatas disusunlah misi pembangunan Kota Depok dalam rangka mewujudkan visi Terwujudnya Kota Depok yang Maju dan Sejahtera, dengan rincian sebagai berikut : 1. Mewujudkan pelayanan publik yang profesional, berbasis teknologi informasi; 2. Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal; 3. Mewujudkan Infrastruktur dan lingkungan yang nyaman; 4. Mewujudkan SDM unggul, kreatif dan religius. 2.9 Institusi dan Organisasi Pemda Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor tanggal 16 Mei 1994 Nomor 135/SK.DPRD/03/1994 tentang Persetujuan Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 7 Juli 1997 Nomor 135/Kep.Dewan 06/DPRD/1997 tentang Persetujuan Atas Pembentukan Kotamadya Dati II Depok dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat, maka pembentukan Kota Depok sebagai wilayah administratif baru di Propinsi Jawa Barat ditetapkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun Berdasarkan Undang-undang tersebut, dalam rangka pengembangan fungsi kotanya sesuai dengan potensinya dan guna memenuhi kebutuhan pada masa-masa mendatang, terutama untuk sarana dan prasarana fisik kota, serta untuk kesatuan perencanaan, pembinaan wilayah, dan penduduk yang berbatasan dengan wilayah Kota Administratif Depok, maka wilayah Kota Depok tidak hanya terdiri dari wilayah Kota Administratif Depok, tetapi juga meliputi sebagian wilayah Kabupaten Bogor lainnya, yaitu Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sawangan dan sebagian wilayah Kecamatan Bojonggede yang terdiri dari Desa Pondokterong, Desa Ratujaya, Desa Pondokjaya, Desa Cipayung dan Desa Cipayung Jaya. Sehingga wilayah Kota Depok terdiri dari 6 Kecamatan. Hal ini 49

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang Undang No. 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 40 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

KOTA DEPOK TH NO. 08 TENTANG PEMBENTU. Menimbang. Pemerintahan. di wilayah. dan. dengan. Mengingat. Lembaran. Negara. Nomor 3828); Negara

KOTA DEPOK TH NO. 08 TENTANG PEMBENTU. Menimbang. Pemerintahan. di wilayah. dan. dengan. Mengingat. Lembaran. Negara. Nomor 3828); Negara LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTU UKAN KECAMATAN DI KOTA DEPOK TH. 2007 Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE 5.1 Sejarah Kota Depok Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 06 TH. 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 06 TH. 2010 LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 06 TH. 2010 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kota Depok 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 19 06 28 Lintang Selatan dan 106 43 BT-106 55 Bujur Timur.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DEPOK JAWA BARAT KOTA DEPOK ADMINISTRASI Profil Wilayah Salah satu penyebab Kota ini berkembang pesat seperti sekarang adalah setelah adanya keputusan untuk memindahkan sebagian

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING 2.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 2.1.1 Keadaan Umum Kelurahan Tugu Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok berada pada koordinat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta 30 KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta Kota Jakarta sebagai ibukota negara merupakan kota yang dinamis. Setiap waktu fisik kota tampak berubah oleh kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kota seiring pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Sekilas tentang Kota Depok 4.1.1 Dinamika Sejarah Lokal Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu,

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, Kelurahan Petogogan dan Kelurahan Pela Mampang. Sungai Krukut merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Penggunaan Lahan 5.1.1. Penggunaan Lahan di DAS Seluruh DAS yang diamati menuju kota Jakarta menjadikan kota Jakarta sebagai hilir dari DAS. Tabel 9 berisi luas DAS yang menuju

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 43 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Umum Kelurahan Depok Berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Depok Nomor : 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Lurah bertanggung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok KEADAAN UMUM Gambaran Umum Kota Depok Kota Depok pada mulanya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor, mengingat perkembangannya yang relatif pesat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

Lebih terperinci

sedangkan untuk kategori usia tenaga kerja yang dimulai dari usia tahun

sedangkan untuk kategori usia tenaga kerja yang dimulai dari usia tahun V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Harapan Jaya merupakan salah satu dari enam kelurahan yang berada di dalam Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 19 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 19 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 19 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2011 2016 LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Geografi dan Lingkungan Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik Indonesia, dengan letak geografis berada pada 106 0 49 ' 35 '' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan Taman Hutan Raya Pancoran Mas secara administratif terletak di Kota Depok, Jawa Barat. Luas Tahura Pancoran Mas berdasarkan hasil pengukuran

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Objektif Kota Bekasi 5.1.1 Keadaan Geografis Kota Bekasi Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 LS dengan ketinggian 19 meter diatas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penggunaan metode kuantitatif dalam penelitian ini sesuai dengan penggunaan

Lebih terperinci

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI a. Potensi Unggulan Daerah Sebagian besar pusat bisnis, pusat perdagangan dan jasa, dan pusat industri di Priangan Timur berada di Kota Tasikmalaya. Wilayah

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH DEPOK

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH DEPOK BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH DEPOK 2.1 Geografi Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 60 19 00 60 28 00 Lintang Selatan dan 106043 00 106055 30 Bujur Timur. Bentang alam Depok dari Selatan

Lebih terperinci

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN BAB VI TUJUAN DAN SASARAN Penetapan tujuan dan sasaran organisasi di dasarkan pada faktor-faktor kunci keberhasilan yang dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan dan sasaran dirumuskan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 34 BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi hutan kota yang akan dibangun terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan, dengan luas 5400 m 2. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 33 IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci