ANALISIS USAHATANI KOPI DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO SKRIPSI. HOSANNA SRI ARTA Br KARO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS USAHATANI KOPI DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO SKRIPSI. HOSANNA SRI ARTA Br KARO"

Transkripsi

1 ANALISIS USAHATANI KOPI DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO SKRIPSI HOSANNA SRI ARTA Br KARO DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 ANALISIS USAHATANI KOPI DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH : HOSANNA SRI ARTA Br KARO /SEP-AGRIBISNIS Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Disetujui oleh : Komisi Pembimbing Ketua Anggota (Ir. Thomson Sebayang, MT) (Dr. Ir. Diana Chalil, M.Si) DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

3 RINGKASAN HOSANNA SRI ARTA BR KARO: Analisis Usahatani Kopi Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang MT, dan Ibu Dr. Ir. Diana Chalil M.Si. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitar sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Pengelolaan usahatani kopi merupakan suatu kemampuan petani sebagai pengelola atau sebagai manajer agar kegiatan yang dilakukan layak secara finansial karena menguntungkan bagi petani itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, dimana penentuan daerah sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, metode penarikan sampel dilakukan secara aksendental atau secara kebetulan. Metode analisis yang diganakan dalam penelitian ini adalah analisis Regresi Linier, analisis Finansial (NPV, IRR, Net B/C). Dari hasil penelitian diperoleh: 1. Produktifitas kopi di daerah penelitian tergolong tinggi. 2. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata secara serempak terhadap produksi kopi pada umur 2-4 tahun adalah pupuk organik, pupuk anorganik, dan curahan TK, sedangkan secara parsial hanya curahan TK yang berpengaruh nyata. Sementara pada umur 5-15 tahun baik secara serempak dan parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kopi. 3. Secara finansial usahatani kopi layak di usahakan karena nilai NPV > 0, IRR > i, nilai Net B/C > 1. Kata Kunci : Analisis, Usahatani, Kopi

4 RIWAYAT HIDUP HOSANNA SRI ARTA BR KARO, lahir di Kuala Simpang pada tanggal 21 September Anak keempat dari lima bersaudara dari keluarga Bapak U. Sinukaban dan Ibu P. Tarigan. Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah : 1. Tahun 2005 telah tamat dari Sekolah menengah Atas dan pada tahun 2005 juga diterima sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur PMDK. 2. Tahun 2009 mengikuti PKL di Desa Laksa, Kecamatan Pegagan Hilir Kabupaten Dairi mulai 15 Juni- 16 Juli 2009.

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-nya yang memberi kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini adalah Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku ketua komisi pembimbing, Ibu Dr. Ir. Diana Chalil M,Si selaku Anggota komisi yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini dan seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang turut berperan dalam studi penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda tercinta U. Sinukaban dan Ibunda P. Tarigan, kakak dan abang untuk dukungan semangat, materi dan doa yang diberi pada Penulis. Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Desember 2009 Penulis

6 DAFTAR ISI Hal ABSTRAK... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi vii viii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Identifikasi Masalah... 6 Tujuan Penelitian... 6 Kegunaan Penelitian... 7 TIJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tijauan Pustaka... 8 Landasan Teori Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Metode Penentuan Sampel... 22

7 Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi Batasan Operasional DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian Sosial Ekonomi Karakteristik Petani Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Produksi Kopi Di Daerah Penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi kopi Analisis Usahatani Kopi Analisis Finansial Usahatani Kopi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

8 DAFTAR GAMBAR No Hal 1. Grafik Luas Tanam/Areal Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Tahun Grafik Produksi Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Tahun Skema Kerangka Pemikiran... 19

9 DAFTAR TABEL No Judul Hal 1. Luas Tanam, Produksi dan Produktifitas Kopi Menurut Kecamatan Di Kabupaten Karo Tahun Luas Tanam, Produksi Dan Produktifitas Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun Keadaan Tata Guna Tanah Di Kecamatan Simpang Empat Komposisi Penduduk Simpang Empat Menurut Kelompok Umur Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kecamatan Simpang Empat Komposis Penduduk Menurut Mata Pencaharian Sarana Dan Prasarana Kecamatan Simpang Empat Karakteristik Petani Sampel Tabel Hasil Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Umur

10 10. Tabel Hasi Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Umur 5-15 Tahun Rata-Rata Penerimaan Petani Kopi Per Petani Dan Per Hektar Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kopi Per Hektar Rata-Rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Per Petani Dan Per Hektar Nilai rata-rata NPV, Net B/C Dan IRR... 44

11 DAFTAR LAMPIRAN No Judul 1. Karakteristik Petani Sampel 2. Sarana Produksi Per Petani Dan Per Hektar 3. Jumlah Peralatan Per Petani Dan Per Hektar. 4. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Kopi (HKP) Per Petani Per Hektar. 5. Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Kopi. 6. Biaya Sarana Produksi Per Petani Dan Per Hektar. 7. Biaya Curahan Tenaga Kerja

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari peranan sektor perkebunan kopi terhadap penyediaan lapangan kerja, penyedia devisa negara melalui ekspor. Dalam hal penyediaan lapangan kerja usahatani kopi dapat memberi kesempatan kerja yaitu sebagai pedagang pengumpul hingga eksportir, buruh perkebunan besar dan buruh industri pengolahan kopi. Indonesia pernah mengalami penurunan produksi kopi hal ini disebabkan karena umur kopi yang sudah cukup tua, dan pemeliharaan yang tidak intensif. Namun hal tersebut masih dapat di ditingkatkan dengan cara merehabilitasi tanaman kopi yang tidak produktif lagi dan meningkatkan pemeliharaan terhadap tanaman kopi tersebut. Dengan demikian peranan kopi tetap dapat dipertahankan dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional, mengingat kopi merupakan salah satu komoditi ekspor yang unggul (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991). Di Indonesia mula-mula tanaman kopi perkebunan banyak terdapat di Jawa Tengah, yakni daerah Semarang, Sala, Kedu dan di Jawa Timur terutama di daerah Basuki dan Malang. Di Sumatera terdapat di Lampung, Palembang, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Dengan berkembangnya daerah-daerah yang membudidayakan kopi, maka semakin berkembang pulalah areal perkebunan kopi di Indonesia (AAK, 1988).

13 Perkembangan areal kebun kopi terus berlanjut setelah Indonesia merdeka, dan perkembangan yang paling pesat terjadi pada periode Areal perkebunan kopi Indonesia mencapai sejuta hektar pada tahun 1988 dan pada tahun 2001 diperkirakan areal perkebunan kopi Indonesia seluas 1,13 juta hektar atau meningkat hampir 3 kali lipat areal kopi tahun Perkembangan kopi Indonesia di dominasi oleh perkebunan rakyat dengan total areal 1,06 juta ha atau 94,14%, sementara areal perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta masingmasing seluas 39,3 ribu ha (3,48%) dan 26,8 ribu ha (2,38%). Tidak hanya luas areal perkebunan kopi yang berpengaruh terhadap produksi kopi, jenis kopi yang di usahakan juga sangat berpengaruh terhadap besarnya produksi kopi yang dihasilkan. Indonesia juga membudidayakan jenis kopi yang berkualitas seperti kopi spesialti (Herman, 2008). Kopi spesialti adalah kopi Indonesia yang punya nama di pasar Internasional, kopi spesialti Indonesia yang sudah punya nama dipasar internasional seperti Java Coffee, Gayo Mountain Coffee, Mandheling Cofee, dan Toraja/Kalosi Coffee keseluruhan dari jenis kopi tersebut merupakan kopi arabika spesialti. Kopi spesialti asal Indonesia makin popular mulai akhir tahun 1980-an terutama dikalangan masyarakat Amerika Serikat dan Eropa Barat. Pada tahun 1997, Indonesia menjadi pemasok kopi spesialti terbesar ketiga setelah Kolombia dan Meksiko dengan pangsa 10% dari total impor kopi spesialti Amerika Serikat yang besarnya mencapai 75 ribu ton. Pasar kopi spesialti dunia diperkirakan meningkat dengan laju 4,5%/tahun (Herman, 2008).

14 Khusus di Sumatera Utara, jenis kopi arabika spesialti juga telah mulai berkembang, mengingat bahwa kopi arabika memiliki permintaan yang cukup tinggi di pasar dunia. Kopi arabika yang ditanam di Sumatera Utara (Sumut) dan Aceh bahkan dinilai memiliki kualitas lebih bagus dibanding kopi yang sama dari Brasil. Harga kopi jenis arabika di pasar internasional mencapai 3,2 dollar AS per kilogram, sementara kopi robusta hanya separuhnya, yakni 1,5 dollar AS. Beralihnya petani kopi Sumut menanam jenis arabika membuat ekspor kopi jenis ini meningkat tajam tahun 2006 dibanding tahun sebelumnya. Dari bulan Januari hingga November 2006 ekspor kopi jenis arabika dari Sumut mencapai 44,710 ton, sementara untuk periode yang sama pada tahun 2005 hanya mencapai 36,413 ton (Suyanto, 2008). Di Sumatera Utara terdapat beberapa kabupaten yang berusahatani kopi, salah satunya adalah Kabupaten Karo. Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Sumatera Utara. Hampir seluruh daerahnya (kecamatan dan desa) berusahatanikan kopi. Hal ini mengingat dari segi lingkungan (tanah, iklim, ketinggian tempat dan suhu) yang sangat mendukung pertumbuhan kopi. Tidak hanya itu petani kopi pun semakin meningkat jumlahnya, khususnya di daerah penelitian yaitu Kecamatan Simpang Empat. Di Kecamatan Simpang Empat, petani kopi mulai berkembang sejak tahun 1998, namun hanya sedikit yang membudidayakan kopi pada saat itu. Pada tahun 2000 petani kopi mulai berkembang pesat hingga sampai saat ini (PPL Kecamatan Simpang Empat, 2009). Berikut adalah grafik luas Tanaman dan produksi tanaman kopi di Kecamatan Simpang Empat:

15 Grafik 1.1 Luas Tanam/Areal Kopi di Kecamatan Simpang EmpatTahun Simpang Empat tahun Sumber : BPS, Kabupaten Karo Dalam Angka Tahun Grafik 1.2 Produksi kopi di Kecamatan Simpang Empat Tahun Simpang Empat Simpang Empat Sumber : BPS, Kabupaten Karo Dalam Angka Tahun

16 Peningkatan luas areal tanaman kopi di Kabupaten Karo pada tahun mengalami peningkatan luas tanam, yaitu mulai dari 726, 765 tetapi pada tahun terjadi penurunan luas lahan kopi, dalam kenyataan dilapangan luas areal tanaman kopi hingga saat ini semakin tinggi. (dilihat grafik 1.1). Tidak hanya luas areal kopi yang semakin meningkat, produksi kopi pun mengalami kenaikan dan penurun kopi. Atau dengan kata lain tingkat produksi kopi di Kecamatan Simpang Empat setiap tahunnya tidak stabil. (lihat pada grafik1.2). Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Simpang Empat merupakan salah satu penghasil kopi. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik luas lahan dan produksi tanaman kopi diatas. Meskipun tingkat produksi dan luas areal tanam kopi tidak stabil setiap tahunnya, tetapi tanaman kopi diharapkan dapat terus berkembang. Walaupun kopi merupakan salah satu komoditi yang sudah berkembang, namun dalam berusahatani kopi ada beberapa kendala yang dihadapi oleh petani dalam berusahatani kopi, yaitu pedagang merupakan penentu harga sedangkan petani tidak mempunyai posisi tawar yang memadai. Dengan kondisi demikian mungkin saja petani hanya mendapat keuntungan yang sedikit. Di Kecamatan Simpang Empat saat ini 70% petani yang berada di daerah terebut berusahatani kopi, sampai saat ini belum pernah diteliti mengenai usahatani kopi di Kecamatan Simpang Empat (PPL Kecamatan Simpang Empat, 2009).

17 tersebut. Dengan demikian peneliti merasa tertarik melakukan penelitian di daerah Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan utama dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat produksi kopi di daerah penelitian? 2. Faktor-faktor produksi apakah yang mempengaruhi produksi kopi di daerah penelitian? 3. Bagaimanakah tingkat kelayakan usahatani kopi di daerah penelitian? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat produksi kopi di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor produksi apakah yang mempengaruhi produksi kopi di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani kopi di daerah penelitian.

18 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan ini adalah: 1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan informasi bagi petani kopi dan investor yang berminat dalam pengembangan bisnis komoditas kopi. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

19 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman kopi dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar di beberapa tempat, antara lain DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, NTT dan Timor- Timur. Dari keseluruhan sentra produksi tersebut, produksi kopinya mencapai 88,37% dari total produksi Indonesia. Tanaman kopi yang dirawat dengan baik biasanya sudah mulai berproduksi pada umur 2,5-3 tahun, tergantung pada iklim dan jenisnya. Tanaman kopi robusta biasanya sudah dapat berproduksi pada umur 2,5 tahun, sedangkan kopi arabika pada umur 2,5-3 tahun. Umur ekonomis kopi dapat mencapai tahun, kopi arabika dapat berproduksi hingga 10 tahun, sedangkan kopi robusta dapat mencapai 15 tahun. Namun demikian tingkat produksi kopi sangat di pengaruhi oleh tingkat pemeliharaannya, seperti pemupukan, pemberantasan terhadap hama penyakit juga pada pemilihan bibit (Najiyati dan Danarti, 2004). Untuk mendapatkan hasil produksi kopi yang baik maka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi kopi tersebut. Faktor produksi tersebut adalah lahan, modal, tenaga kerja dan faktor lingkungan. Masingmasing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan

20 dengan baik. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses produksi seperti iklim, kondisi lingkungan, kondisi tanah (Daniel, 2002). Kopi dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan, tetapi untuk mencapai hasil optimal memerlukan persyaratan tertentu. Zona terbaik pertumbuhan kopi adalah 20º LU dan 20º LS. Oleh karena itu produsen kopi dunia adalah Negaranegara yang terletak pada wilayah tersebut. Indonesia yang terletak pada zona 5º lintang utara (LU) dan 10º lintang selatan (LS) secara potensial merupakan daerah kopi yang baik. Sebagian besar daerah kopi di Indonesia terletak antara 0º - 10º LS (Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan) dan sebagian kecil antara 0º - 5º LU (Aceh dan Sumatera Utara). Unsur iklim yang banyak berpengaruh terhadap usahatani kopi adalah elevasi (tinggi tempat), temperatur dan tipe curah hujan. Kopi arabika dapat ditanam pada elevasi m, dengan elevasi optimal , dan temperatur rata-rata tahunan 17º - 21º C. Batas elevasi terendah arabika ditentukan oleh ketahanannya terhadap penyakit karat daun. Elevasi tertinggi dibatasi oleh frost yang sering terjadi pada daerah dengan ketinggian di atas m. kopi robusta dapat ditanam pada elevasi m dengan elevasi optimal m, dan temperature tahunan 21º - 24º C. Oleh karena masih belum banyak arabika yang tahan terhadap karat daun, maka kebanyakan petani walaupun mempunyai daerah di atas 800 m lebih suka menanam robusta yang relative lebih rentan terhadap penyakit. Ketinggian tempat ini akan berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan besar biji, makin tinggi elevasi makin lambat pertumbuhan kopi dan makin besar biji yang dihasilkan.

21 Kondisi tanah, yang mencakup struktur, tekstur dan topografi tanah amat mempengaruhi kualitas pertumbuhan tanaman kopi. Tanaman kopi menurut persyaratan tanah yang disatu pihak cukup berpori sehingga memungkinkan air mengalir ke dalam tanah secara bebas, tetapi dilain pihak harus dapat menahan cukup air. Tanaman kopi tidak cocok untuk ditanam di tanah liat yang terlalu lekat karena menahan terlalu banyak air, sebaliknya tidak pula cocok untuk ditanam ditanah berpasir karena terlalu berpori. Tanaman kopi memerlukan distribusi curah hujan yang tepat. Kopi memerlukan masa agak kering selama ± 3 bulan yakni pada masa pembentukan primordial bunga, pemekaran bunga dan penyerbukan. Bagi kopi robusta masa kering sangat penting sebab diperlukan dalam masa penyerbukan silang. Kadar humus juga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kopi (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991). Wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 kilometer persegi atau Ha atau 2,97% dari luas provinsi Daerah tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 2 º50' LU ' LS. Iklim di Kabupaten Karo adalah Tropis Basah, dengan curah hujan mm/thn pada suhu udara 16º C - 27 C dengan kelembaban udara 82%. Meskipun faktor lingkungan yang di butuhkan tanaman kopi sedikit berbeda dengan keadaan di lokasi penelitian yaitu di Kabupaten Karo, namun kopi tetap dapat tumbuh dengan baik di daerah penelitian (BPS Kabupaten Karo, 2009). Dalam melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha atau seorang petani akan selalu berpikir bagaimana ia mengalokasikan input seefisien mungkin untuk

22 dapat memperoleh hasil yang maksimal. Cara pemikiran yang demikian adalah wajar, mengingat petani melakukan konsep bagaimana cara memaksimumkan keuntungan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh struktur biaya dalam menjalankan suatu usahatani (Daniel, 2002) Struktur biaya yang mempengaruhi suatu proses produksi dapat berupa biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Biaya lain-lainnya pada umumnya masuk biaya variabel karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksinya, misalnya pengeluaranpengeluaran untuk bibit, biaya persiapan dan pengolahan tanah. Total biaya diperoleh dari penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel, sehingga dapat diketahui berapa besar penerimaan dan pendapatan suatu usahatani yang dijalankan. Total penerimaan suatu usahatani kopi dapat diperoleh melalui hasil produksi kopi tersebut dikali dengan harga jual dari kopi. Pendapatan bersih merupakan selisih dari total penerimaan dan total biaya. Apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total biaya, atau di peroleh keuntungan maka usahatani kopi yang dijalankan tersebut dikatakan layak. Kelayakan tersebut dapat diukur dengan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C (Mubyarto, 1987). Sebagai salah satu hasil komoditi pertanian, kopi nampaknya masih akan mempunyai kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Sampai saat ini di Indonesia sektor pertanianlah yang masih mempunyai peluang besar dalam menyerap

23 tenaga kerja. Hubungan antara petani kopi dan kebun kopi sangat fluktuatif seiring dengan fluktuasi harga kopi di pasar, dan pada gilirannya hal ini akan berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja. Pada saat harga kopi tinggi petani rajin memelihara kebun dan tanaman kopinya, tentu saja petani memerlukan banyak tenaga kerja. Tetapi pada saat harga rendah petani hampir tidak berhubungan dengan kopinya. Dengan demikian tenaga yang diperlukan juga tidak banyak (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991). Landasan Teori Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995). Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1987). Perlunya analisis usaha tani memang bukan untuk kepentingan petani saja tetapi juga untuk para penyuluh pertanian seperti penyuluh pertanian lapangan (PPL),

24 penyuluh pertanian madya (PPM), dan penyuluh pertanian spesialis (PPS), para mahasiswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan analisis usahatani. Dalam melakukan analisis usahatani ini, seseorang dapat melakukannya menurut kepentingan untuk apa analisis usahatani yag dilakukannya (Soekartawi, 1995). Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama, tergantung pada jenis komoditi yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi juga ikut sebagai penentu pencapaian produksi. Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan dapat dipenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi. Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal dan tenaga kerja. Sebagian ahli berpendapat dan memasukkan faktor keempat, yaitu manajemen atau pengelolaan (skill) kedalam faktor produksi. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan. Bila hanya tersedia tanah, modal dan manajemen saja, tentu proses produksi atau usahatani tidak akan jalan karena tidak ada tenaga kerja (Daniel, 2002). Tenaga kerja usaha tani merupakan faktor yang penting, tenaga kerja usaha tani dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan upahan atau arisan tenaga kerja. Tenaga kerja manusia

25 terdiri atas: tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Perhitungan tenaga kerja dari ketiga jenis tersebut berbeda-beda. Perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan proses produksi adalah dengan menggunakan satuan HKP (Hermanto, 1993). Modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam pemasukan. Modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja. Kekurangan modal menyebabkan kurangnya pemasukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko atau rendahnya hasil yang diterima (Daniel, 2002). Harga merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah mengenai yang satu ini, tetapi sampai saat ini tetap saja harga masih merupakan masalah. Harga produk pertanian umumya adalah berfluktuasi. Oleh karena itu diperlukan stok yang cukup agar tidak terjadi pembelian bahan baku yng berulang-ulang pada harga yang tidak pasti (Soekartawi, 1994). Dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk input produksi. Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Biaya seringkali jadi masalah bagi petani, terutama dalam pengadaan input atau sarana produksi (Daniel., 2002).

26 Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya produksi. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan mengupayakan biaya poduksi yang rendah dengan mengatur biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efisien (Simajuntak, 2004). Dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usahatani dilakukan atau layak atau tidak layaknya suatu usahatani yang dijalankan dapat dilihat dari beberapa indeks, indeks-indeks tersebut disebut investment criteria atau kriteria investasi. Berikut ini adalah beberapa investment criteria yang paling sering digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usahatani : Net Present Value (NPV) Net present value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara Present value dari benefit dan Present value dari biaya. Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu kita harus tahu berapa PV kas bersihnya. PV kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flow perususahaan selama umur investasi tertentu. Rumusannya sebagai berikut : n Bt Ct NPV = t (1 i t= 0 + ) Bila NPV > 0, maka usaha tani tersebut layak Bila NPV < 0, maka usaha tani tidak layak

27 Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil. Kriteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah bila IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku saat usaha itu dilaksanakan. Rumusannya sebagai berikut : NPV1 IRR = i1 + ( i2 i1 ) NPV NPV 1 2 Bila IRR i maka usaha tani dikatakan layak Bila IRR i maka usaha tani dikatakan tidak layak Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Untuk menghitung indeks ini terlebih dahulu dihitung B C t ( 1+ i) t t untuk setiap tahun t. Lalu Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas Present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas Present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun di mana B C bersifat negative t t yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor. Rumusannya sebagai berikut : Net B/C = n t= 1 n t= 1 Bt Ct t (1 + i) Ct Bt t (1 + i) Bila B/C > 1 maka usaha tani tersebut dinyatakan layak

28 Bila B/C < 1 maka usaha tani tersebut dinyatakan tidak layak (Kadariah, 1999). Kerangka Pemikiran Pengelolaan usahatani kopi merupakan kemampuan petani bertindak sebagai pengelola atau sebagai manajer dari usaha taninya. Berusahatani merupakan suatu proses yang di dalamnya terdiri dari himpunan input produksi atau faktor produksi seperti lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi lainya yang mendukung kegiatan usaha tani sehingga menghasilkan output yang memuaskan. Dalam hal ini output merupakan hasil produksi yaitu kopi. Lahan sebagai salah satu input atau faktor produksi merupakan pabriknya hasilhasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi tersebut keluar. Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan. Kecuali bila usaha tani dijalankan dengan tertib dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya terdapat pada penerapan teknologi. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersamasama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Modal petani yang berupa barang diluar tanah adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak dan alat-alat pertanian lain.

29 Faktor produksi pada tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia harus dibedakan kedalam tenaga kerja dalam usaha tani kecil-kecilan dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan. Pembedaan ini penting karena apa yang dikenal sebagai tenaga kerja dalam usahatani tidaklah sama pengertiannya secara ekonomis dengan pengertian tenaga kerja dalam perusahaan-perusahaan dalam perkebunan. Sarana produksi adalah sarana yang dibutuhkan dalam proses produksi. Sarana produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan sarana produksi dan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi merupakan biaya produksi. Untuk memenuhi keseluruhan dari input produksi maka ada biaya yang dikeluarkan yang di sebut sebagai biaya produksi. Pendapatan bersih suatu usaha tani diperoleh dari selisih antara penerimaan dan total biaya produksi. Penerimaan diperoleh dari output atau total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual produksi tersebut. Dari pendapatan bersih tersebut dapat dianalisis kelayakan usaha tani. Usaha tani tersebut dikatakan layak apabila menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usaha tani yang di jalankan mengalami kerugian atau pendapatan bersih yang diperoleh lebih kecil dari total biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha tani tersebut. Secara sistematis kerangka pemikiran tersebut diatas di gambarkan sebagai berikut :

30 SKEMA 1 KERANGKA PEMIKIRAN ANALISIS USAHATANI KOPI USAHATANI KOPI INPUT Lahan Modal Tenaga kerja Saprodi PROSES OUTPUT Kopi BIAYA PENERIMAAN KELAYAKAN Keterangan : = = hubungan

31 Hipotesis Penelitian 1. Faktor produksi pada tahun 2-4 tahun secara serempak berpengaruh nyata namun secara parsial hanya curahan TK yang berpengaruh nyata sementara faktor produksi pupuk organik dan pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata. Sedangkan pada tahun 5-15 baik secara serempak dan parsial tidak berpengaruh nyata. 2. Usaha tani kopi didaerah penelitian adalah usaha yang layak secara finansial.

32 METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Alasan pemilihan daerah penelitian ini adalah berdasarkan data primer melalui informasi dari PPL di Kecamatan Simpang Empat bahwa 70% petani di kecamatan tersebut berusaha tani kopi.

33 Tabel 1 :Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Kopi Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2008 (Ha). Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Kecamatan Kopi Kopi Kopi Mandinding Lau baleng Tigabinanga Juhar Munthe Kutabuluh Payung Simp.Empat Kabanjahe Berastagi Tigapanah Merek , Barusjahe Dolat Rakyat Merdeka Tiganderket Namanteran Jumlah 5,369 7, Sumber : Dinas Pertanian Bidang Perkebunan Kab.Karo

34 Tabel 2 :Luas Tanam, Produksi dan Produktifitas kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kab. Karo Tahun 2008 Desa Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton) Produktifitas (Ton/Ha) 1 Torong Jeraya Perteguhen Pintu Besi Lingga Nangbelawan Sirumbia Berastepu Kuta Tengah Gamber Ndokumsiroga Lingga Julu Surbakti Tiga Pancur Beganding Gajah Bulan Baru Jumlah Sumber : Kantor Kecamatan Simpang Empat

35 Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani tanaman kopi, jenis kopi arabika. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel aksendetal yaitu siapa saja petani yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila petani yang di temui memiliki kriteria seperti : bertani kopi dan memenuhi kelompok umur kopi. Adapun jumlah populasi petani kopi di Kecamatan Simpang Empat adalah 365 KK dan di ambil sampel sebanyak 60 KK sampel ini di peroleh karena keterbatasan biaya dan waktu sehingga sampel yang ditemui dilapangan dan cocok sebagai sumber data yang di peroleh 60 KK. Dari data yang diperoleh di Kecamatan Simpang Empat terdapat 3 desa yang memiliki produksi yang paling tinggi, ketiga desa tersebut adalah desa Berastepu, Lingga, Lingga Julu. Namun setelah melakukan survey lapangan di desa Berastepu masih melalukan penanaman secara polikultur, tidak terfokus pada tanaman kopi saja. sedangkan tingkat umur kopi di desa tersebut masih muda sekitar 2-5 tahun. Oleh karena itu diadakan survey kembali keberbagai desa, dengan melihat umur kopi, dan apakah kopi tersebut diusahakan secara monokultur, hal tersebut di peroleh melalui informasi dari para petani kopi dan koordinator PPL Kecamatan Simpang Empat. Survei dilakukan pada 9 desa yaitu desa Ndokumsiroga, Surbakti, Perteguhen, Lingga, Lingga Julu, Beganding, Nangbelawan, Sukandebi, Gajah. Namun hanya 5 desa saja yang diperoleh sampel petani kopi yang berumur 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 dan 15 tahun yaitu desa Ndokumsiroga, Surbakti, Lingga, Lingga julu dan Perteguhen dan sampel pada umur 9, 11,12,13,14 tidak ada diperoleh di desa-desa yang lainnya.

36 Metode pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani kopi melalui survey maupun melalui kuisioner yang dibuat oleh peneliti. Sedangkan data sekunder di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, dan Badan Pusat statistik (BPS) Kabupaten Karo, Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, Kantor Kecamatan Simpang Empat dan Instansi yang terkait. Metode Analisis Data Untuk menguji hipotesis, digunakan metode dan teknik data yang sesuai dengan masing-masing hipotesis yang dibuat. Hipotesis 1, dianalisis dengan mengunakan fungsi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas merupakan salah satu bentuk khusus fungsi produksi yang dipakai secara luas dalam analisis ekonomi yang di analisis dengan menggunakan Regresi linier berganda yaitu Y= a+ b 1X 1 + b2 X 2 + b3 X 3 Dimana : Y = Produksi (Kg/Ha) X 1 = Pupuk Organik(Kg/Ha) X2 = Pupuk Anorganik (Kg/ Ha) X3 = Curahan tenaga kerja (HKP/Ha)

37 Hipotesis 2, dianalisis dengan dengan menggunakan analisis finansial yaitu IRR, Net B/C dan NPV sebagai berikut : Internal Rate of Return (IRR) NPV1 IRR = i1 + ( i2 i1 ) NPV NPV 1 2 Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil. Keterangan : NPV = Hasil perhitungan NPV positif mendekati nol NPV = Hasil perhitungan NPV negatif mendekati nol i 1, i 2 =Persentase tingkat suku bunga sebelum titik impas dan sesudah titik impas. Bila IRR i maka usaha tani dikatakan layak Bila IRR i maka usaha tani dikatakan tidak layak 1. Net B/C Net B/C = n t= 1 n t= 1 Bt Ct t (1 + i) Ct Bt t (1 + i) Keterangan :

38 Bt = Benefit usaha tani pada tahun t Ct = Biaya sehubungan dengan usaha tani pada tahun t n = Umur ekonomis t = Jangka Waktu (tahun ke) i = Tingkat suku bunga yang berlaku Bila B/C > 1 maka usaha tani tersebut dinyatakan layak Bila B/C < 1 maka usaha tani tersebut dinyatakan tidak layak 2. Net Present Value (NPV) n Bt Ct NPV = t (1 i t= 0 + ) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara Present value dari benefit dan Present value dari biaya. Keterangan : NPV = Nilai uang sekarang dalam waktu tertentu Bt-Ct = Pendapatan bersih pada tahun t i = Tingkat suku bunga yang berlaku t = Jangka waktu (tahun ke) Bila NPV > 0, maka usaha tani tersebut layak

39 Bila NPV < 0, maka usaha tani tidak layak

40 Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menganalisis penelitian ini, maka dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : 1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman kopi dalam lahannya. 2. Produksi tanaman kopi adalah semua hasil panen tanaman kopi yang dubudidayakan 3. Faktor produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan dalam melaksanakan proses produksi, pada usaha tani tanaman kopi terdiri dari lahan, modal, tenaga kerja, dan sarana produksi. 4. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi masig berlangsung yang dinyatakan dalam rupiah per tahun. 5. Komponen biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, dan biaya sarana produksi seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan dll. 6. Penerimaan usaha tani adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga oleh tanaman usaha tani kopi selama musim tanam masa produksi yang dihitung dalam rupiah. 7. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi.

41 Batasan Operasional Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah : 1. Daerah penelitian adalah Desa Lingga, Desa Lingga Julu, Desa Ndokumsiroga, Desa Surbakti, Desa Perteguhen Kecamatan Simpang Empat kabupaten karo. 2. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan usahatani kopi 3. Waktu penelitian adalah tahun 2009.

42 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah Kecamatan Simpang Empat adalah salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karo dengan ibukota kecamatan di desa Ndokum Siroga yang berjarak 7 km dari Kabanjahe sebagai ibukota kabupaten dan 84 Km dari Medan ibukota propinsi. Kecamatan Simpang Empat dengan luas ± 93,48 Km berada pada ketinggian rata-rata m diatas permukaan laut dengan temperature 16ºC-17ºC dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kabanjahe dan Berastagi - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Payung - Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Naman Teran dan Kecamatan Merdeka - Sebelah Selatan berbatasab dengan Kecamatan Kabanjahe Tata Guna Tanah Pola penggunaan tanah di Kecamatan Simpang Empat dapat dilihat pada table 3.

43 Tabel 3. Keadaan Tata Guna Tanah Di Kecamatan Simpang Empat No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) % 1 Bangunan dan Pekarangan 62 0,62 2 Kebun Kopi 725 7,21 3 Tanah Kering ,03 4 Tanah Sawah 15 0,15 Jumlah Sumber : Data Monografi Kec. Simp Empat Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari Ha luas Kecamatan Simpang Empat sebagian besar digunakan untuk kebun kopi seluas 725 Ha (7,21%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kecamatan Simpang Empat pada umumnya berkebun tananaman kopi yaitu kopi arabika yang di beberapa tempat di kenal sebagai istilah kopi ateng. Keadaan Daerah a. Komposisi Penduduk Menurut Umur Jumlah penduduk Kecamatan Simpang Empat adalah KK, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jumlah penduduk menurut kelompok umur adalah sebagai berikut :

44 Tabel 4. Komposisi penduduk Kecamatan Simpang Empat menurut kelompok umur No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) > Jumlah Sumber : Data Monografi Kec. Simp Empat, 2008 Dari tabel 4 diketahui bahwa penduduk Kecamatan Simpang Empat paling banyak pada umur/usia yaitu jiwa. b. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Sebagaian besar penduduk Kecamatan Simpang Empat memiliki tingkat pendidikan setara SD dapat dilihat pada tabel 5. Table 5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kecamatan Simpang Empat No Jenjang Pendidikan Jumlah (Jiwa) % 1. Tidak Sekolah 231 6,82 2. SD ,20 3. SLTP ,91 4. SLTA Jumlah % Sumber : Data Monografi Kec. Simp Empat, 2008

45 Dari tabel 5 bahwa jumlah penduduk yang berpendidikan tamat Sekolah Dasar adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 2413 jiwa hal ini dapat dilihat bahwa kesadaran penduduk untuk pendidikan masih rendah. Sosial Ekonomi Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Kecamatan Simpang Empat adalah dalam bidang pertanian. Hal ini dapat dilihat pada table 8. Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian No Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) % 1. Pertanian ,4 2 Industri 70 1,16 3 Pemerintahan 200 3,31 4 Lainnya 371 6,13 Jumlah % Sumber : Data Monografi Kec. Simp Empat, 2008 Dari table 6 dapat dilihat bahwa menurut mata pencaharian di Kecamatan Simpang Empat yang paling tinggi adalah lapangan pertanian sebesar 89,4 % sedangkan persentase yang paling terkecil adalah lapangan industri sebesar 1,16 %.

46 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kecamatan Simpang Empat saat ini dinilai cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana transportasi, pendidikan dan sosial. Keadaan sarana dan prasarana Kecamatan Simpang Empat dapat dilihat pada tabel 7. Table 7. Sarana dan Prasarana Kecamatan Simpang Empat No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) 1. Sarana Ibadah - Gereja - Masjid Sarana Pendidikan - TK - SD Negeri - SLTP - SMU Sarana Kesehatan - Puskesmas Pembantu - Puskesmas - BKIA Sarana Tranportasi - Jl. Aspal (Km) - Jl. Diperkeras (Km) 35

47 - Jl. Tanah (Km) - Jl. Setapak (Km) 22, Kantor Kepala Desa - Balai Desa - Kantor Polisi - Kantor Koperasi Sumber : Data Monografi Kec. Simp Empat, 2008 Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani yang menjadi sampel pada penelitian ini meliputi umur tanaman, umur petani sampel, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bertani, luas lahan, produksi, produktivitas. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel No Uraian Range Rataan 1 Umur Tanaman (Tahun) ,3 2 Umur Petani Sampel (Tahun) ,2 3 Tingkat Pendidikan (Tahun) ,2 4 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 1-5 1,5 5 Pengalaman Bertani (Tahun) ,1 6 Luas Lahan (Ha) 0,15-3 0,59 7 Produksi (Kg) ,5 8 Produktivitas (Kg/Ha) ,8 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1

48 Dari tabel 8. dapat dilihat bahwa rata-rata petani sampel di daerah penelitian memiliki umur tanaman 4,3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umur kopi di daerah penelitian tergolong masih muda. Rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian yaitu sekitar 53,2 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa para petani sampel masih berada pada usia produktif sehingga mampu mengerjakan usahatani dengan baik Rata-rata tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian yaitu sekitar 9,2 tahun atau setara SLTP. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan para petani kopi masih tergolong rendah. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi sistem pengelolaan usahatani kopi yang dilakukan para petani kopi. Rata-rata jumlah tanggungan petani sampel yaitu sekitar 1,5 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan para petani sampel tergolong rendah. Rata-rata pengalaman bertani kopi para petani sampel di daerah penelitian yaitu sekitar 28,1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani para petani sampel sudah cukup lama. Rata-rata luas lahan petani kopi di daerah penelitian adalah sekitar 0,59 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel termasuk petani yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk berusahatani kopi. Rata-rata produksi kopi petani sampel di derah penelitian sekitar 1088,5 Kg. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produksi di daerah penelitian tergolong tinggi.

49 Rata-rata produktivitas kopi petani sampel di daerah penelitian sekitar 1570,8 Kg/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa produktifitas di daerah penelitian tergolong tinggi.

50 HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Produksi Kopi di Daerah Penelitian Produksi kopi di daerah penelitian yakni di 5 desa di Kecamatan Simpang Empat rata-rata sebesar 1.088,56 Kg dengan rata-rata produktifitas sebesar 1.570,88 Kg/Ha atau sebesar 1,57 Ton/Ha sedangkan produksi kopi di seluruh wilayah Kecamatan Simpang Empat adalah sebesar 435 ton dengan rata-rata produktifitas sebesar 1,38 Ton/Ha. Bila produktifitas kopi daerah penelitian dibandingkan dengan produktifitas kopi tingkat kecamatan Simpang Empat, maka diketahui bahwa produktifitas kopi daerah penelitian 0.19 Ton/Ha lebih tinggi dibandingkan dengan produktifitas kopi tingkat kecamatan. Selanjutnya bila dibandingkan dengan produktifitas kopi di daerah kabupaten Dairi yakni sebesar 9,437 Ton/Ha, maka hal ini juga menunjukkan bahwa produktifitas kopi daerah penelitian 9 kali lebih kecil di bandingkan Kabupaten Dairi hal ini dapat dikatakan wajar mengingat bahwa Kabupaten Dairi merupakan sentra produksi kopi di Sumatera Utara. diterima. Dengan demikian produktifitas kopi daerah penelitian tergolong tinggi, dapat

51 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kopi Analisis dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi didaerah penelitian dalam hal ini adalah; Pupuk Organik Pupuk organik yang digunakan para petani kopi sebagian besar dihasilkan dari ternak mereka sendiri, dan ada sebagian petani yang membeli pupuk ini. Namun tidak semua petani sampel yang menggunakan pupuk organik, rata-rata penggunaan pupuk organik (pupuk kandang) adalah sebesar 524,72Kg./Ha Pupuk Anorganik Petani sampel di daerah penelitian lebih banyak menggunakan pupuk anorganik, karena didaerah penelitian mendapat subsidi pupuk dari pemerintah. Adapun rata-rata pupuk yang di gunakan adalah pupuk Urea dengan total penggunaan 99,36 Kg per Ha, pupuk TSP dengan total penggunaan 78,50Kg per hektar, pupuk NPK sebesar 64,25 Kg per hektar dan pupuk ZA sebesar 34,97 kg per hektar. Curahan Tenaga Kerja Di daerah penelitian curahan tenaga kerja pada umumnya adalah tenaga kerja dalam keluarga, karena pada dasarnya pemeliharaan tanaman kopi tidak sulit untuk dilakukan, dan tanaman kopi bukanlah tanaman yang rentan terhadap penyakit yang butuh perhatian khusus. Sehingga petani dapat mengerjakannya sendiri. Upah tenaga kerja dalam keluarga yang di gunakan diperhitungkan sama nilainya dengan upah

52 harian tenaga kerja luar keluarga yang berlaku di daerah penelitian yakni sebesar per hari. Biasanya penggunaan tenaga kerja luar keluarga digunakan dalam kapasitas yang besar pada saat penggolahan lahan. Pengaruh faktor-faktor produksi tersebut di atas terhadap produksi kopi di analisis dengan menggunakan analisis regresi linier dengan formula berikut ini: Y= a+ b 1X 1 + b2 X 2 + b3 X 3 Dimana : Y = Produksi X 1 = Pupuk Organik (Kg/Ha) X2 = Pupuk Anorganik (Kg/Ha) X3 = Curahan tenaga kerja (HKP/Ha) Analisis dilakukan terhadap 2(dua) tahapan umur tanaman kopi, yakni untuk tanaman kopi berumur 2-4 tahun dan tanaman kopi berumur 5 15 tahun. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pola produksi kopi mulai dari tahun 2-4 kopi mulai berproduksi dimana tingkat produksinya mulai tinggi dan pemeliharaannya juga berbeda dengan tahun 5-15, pada tahun 5-15 produksi semakin lama semakin lama semakin menurun. Tanaman kopi yang dirawat dengan baik sudah berproduksi pada umur 2,5-3 tahun. Tanaman kopi Robusta biasanya sudah berproduksi pada umur 2,5 tahun,

53 sedangkan kopi Arabika pada umur 2,5-3 tahun. Namun kenyataan dilapangan kopi yang diteliti adalah kopi arabika sudah berproduksi sejak berumur 2 tahun. Biasanya jumlah buah kopi yang bisa dipetik pada panen pertama hanya sedikit. Jumlah tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun dan mencapai puncaknya setelah berumur 5-15 tahun. Berikut ini ditampilkan tabel hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi kopi pada umur 2-4 tahun. Tabel 9. Tabel Hasil Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Umur 2-4 tahun. ANOVA d Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total Regression b Residual Total Regression c Residual Total

54 . Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) Pupuk Organik/Ha Pupuk Anorganik/Ha Curahan TK HKP/Ha (Constant) Pupuk Organik/Ha Curahan TK HKP/Ha (Constant) Curahan TK HKP/Ha sumber : Analisis Data Primer Lampiran 17

55 Hasil analisis dengan menggunakan metode backward pada tabel 9 di atas memperlihatkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari alpha (0,002 < 0,05), sehingga dengan demikian maka Ho ditolak, artinya bahwa ketiga variabel pupuk organik (X1), pupuk anorganik (X2), curahan TK (X3), secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi (Y). Namun secara parsial faktor-faktor tersebut ada yang berpengaruh nyata dan ada yang berpengaruh tidak nyata..variabel curahan TK berpengaruh nyata terhadap produksi karena tingkat signifikansinya (0,002) lebih kecil dari alpha (0,05). Sedangkan variabel yang berpengaruh tidak nyata terhadap produksi adalah pupuk organik dan pupuk anorganik karena tingkat signifikansi pupuk organik (0,493) dan pupuk anorganik (0,676) lebih besar dari alpha (0,05) Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tanaman kopi berumur 5-15 tahun berbeda dengan hasil analisis pada tanaman kopi berumur 2-4 tahun. Hasil pengujian untuk tanaman kopi berumur 5-15 tahun diperlihatkan pada tabel berikut ini.

ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PETANI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BENER MERIAH SKRIPSI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PETANI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BENER MERIAH SKRIPSI ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PETANI KOPI ARABIKA DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BENER MERIAH SKRIPSI OLEH: ISABELA K. BANGUN 060304002/AGRIBISNIS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari peranan sektor perkebunan kopi terhadap penyediaan lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa negara, salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa adalah komoditas kopi. Kopi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Desa Candi merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan produksi jagung terutama jagung pipilan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kopi (Copea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani,

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KARET RAKYAT DI KECAMATAN WAMPU, KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KARET RAKYAT DI KECAMATAN WAMPU, KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KARET RAKYAT DI KECAMATAN WAMPU, KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH : ULPAN AFFANDI 060304058 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beberapa faktor produksi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi meliputi: (1) luas

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Artinya sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH (Studi Kasus : Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara)

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH (Studi Kasus : Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara) ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH (Studi Kasus : Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara) SKRIPSI RONAL SINAGA 060304011 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15).

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan mata pencaharian pokok dan kunci pertumbuhan yang mantap untuk perekonomian secara keseluruhan bagi negara yang sedang berkembang. Pertanian

Lebih terperinci

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00 Benih menjadi pintu gerbang (entry point) utama suatu kehidupan, termasuk bagi kehidupan tanaman. Perannya menjadi lebih strategis bagi tanaman perkebunan yang berumur panjang dan sifat usahanya tahunan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keadaan lingkungan (agroklimat) yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keadaan lingkungan (agroklimat) yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Keberhasilan usahatani tanaman kacang kapri sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan (agroklimat) yang sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits),

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dari subsektor pertanian di Indonesia yang sedang semarak dikembangkan adalah subsektor hortikultura. Hortikultura merupakan salah satu subsektor penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : WHENDRO ASES SIAHAAN SEP / AGRIBISNIS

SKRIPSI OLEH : WHENDRO ASES SIAHAAN SEP / AGRIBISNIS ANALISIS USAHATANI KAKAO ( Studi Kasus : Desa Kuala Lau Bicik, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI OLEH : WHENDRO ASES SIAHAAN 020334018 SEP / AGRIBISNIS DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) DI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS USAHATANI BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) DI KABUPATEN DELI SERDANG ANALISIS USAHATANI BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI LYANA HAPNI 050304044 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 2 ANALISIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu tanaman keras perkebunan. Kopi adalah jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI CABAI MERAH (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI CABAI MERAH (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo) ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI CABAI MERAH (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo) SKRIPSI HANS PUTRA PANGGABEAN 120304043 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Dalam kurung waktu 150 tahun sejak dikembangkannya pertama kalinya, luas areal perkebunan karet

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lada Menurut Sarpian (Lilik Wuriyanto, 2012) tanaman lada merupakan salah satu tanaman perkebunan yang telah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

EVALUASI SKIM KREDIT TRADISIONAL DALAM PEMBIAYAAN USAHATANI JAGUNG

EVALUASI SKIM KREDIT TRADISIONAL DALAM PEMBIAYAAN USAHATANI JAGUNG EVALUASI SKIM KREDIT TRADISIONAL DALAM PEMBIAYAAN USAHATANI JAGUNG Kasus : Skim Kredit Tradisional di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo SKRIPSI OLEH : SUHERI SITEPU 040309031 SEP/PKP DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hortikultura atau tanaman sayuran adalah komoditi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Hortikultura atau tanaman sayuran adalah komoditi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura atau tanaman sayuran adalah komoditi pertanian yang memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran. Hal ini disebabkan sayuran dibutuhkan oleh hampir semua

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN SEMI ORGANIK PADA KOMODITI CABAI MERAH

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN SEMI ORGANIK PADA KOMODITI CABAI MERAH FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP PERTANIAN SEMI ORGANIK PADA KOMODITI CABAI MERAH (Kasus: Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo) SKRIPSI OLEH: MAHARANI JUITA SARI 060309031 SEP

Lebih terperinci

ALIH FUNGSI LAHAN TEBU MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II UNIT KEBUN TANDEM SKRIPSI

ALIH FUNGSI LAHAN TEBU MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II UNIT KEBUN TANDEM SKRIPSI ALIH FUNGSI LAHAN TEBU MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II UNIT KEBUN TANDEM SKRIPSI OLEH: RIZLIANI APRIANITA HSB 060304019 AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadan Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Pada tahun 2003 Desa Salilama dimekarkan menjadi tiga desa, dimana Salilama bagian selatan berdiri menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN 2004 Dwi Haryono Makalah Falsafah Sains (PPs-702) Sekolah Pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Nopember 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan 54 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional adalah mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Menurut penelitian Fery (2013) tentang analisis daya saing usahatani kopi Robusta di kabupaten Rejang Lebong dengan menggunakan metode Policy Analiysis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki banyak peran di Provinsi Bali, salah satunya adalah sebagai sektor pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT Yusuf 1 dan Rachmat Hendayana 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI SKRIPSI ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI SKRIPSI OLEH : ERNA KRISTINA SIAHAAN 040304064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 ANALISIS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur, merata material dan spiritual. Salah satu diantaranya bidang pembangunan yang

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG 5.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat 5.1.1. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si rahmaniah_nia44@yahoo.co.id Abstrak Pengembangan kopi di Kabupaten Polewali Mandar dari tahun ke

Lebih terperinci

S K R I P S I OLEH : MUSLAINY DALIMUNTHE SEP-AGRIBISNIS

S K R I P S I OLEH : MUSLAINY DALIMUNTHE SEP-AGRIBISNIS ANALISIS USAHATANI DAN USAHA PENGOLAHAN SUKUN (Artocarpus altilis P.) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Studi Kasus : Desa Bantan, Kecamatan Dolok Masihul dan Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Karo terletak pada jajaran Dataran Tinggi Bukit Barisan dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat 2 0 50 3 0 19 Lintang Utara dan 97 0 55-98

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMAKAIAN PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI SAWAH

ANALISIS EFISIENSI PEMAKAIAN PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI SAWAH ANALISIS EFISIENSI PEMAKAIAN PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI SAWAH (Oriza sativa L.) ( Studi Kasus : Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI OLEH: VERALINA BINTANG

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

Sartika Krisna Panggabean* ), Satia Negara Lubis** ) dan Thomson Sebayang** ) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unversitas

Sartika Krisna Panggabean* ), Satia Negara Lubis** ) dan Thomson Sebayang** ) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unversitas KEBIJAKAN PENETAPAN HARGA REFERENSI DAERAH (HRD) JAGUNG SUMATERA UTARA DAN DAMPAKNYA TERHADAP HARGA JUAL DAN PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN DAIRI (Studi Kasus: Desa Lau Mil Kecamatan Tigalingga Kabupaten

Lebih terperinci