INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK"

Transkripsi

1 No 2/Tahun III/Juni 2014 INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK Membangun Optimisme Ekonomi pada Kepemimpinan Baru Nasional Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

2 Kata Pengantar Tidak terasa Indonesia saat ini tengah berada pada perhelatan demokrasi berkala untuk memilih kepemimpinan baru nasional. Begitu banyak tantangan perekonomian yang akan dihadapi pemimpin baru Indonesia, terutama dengan fakta terbaru realisasi perlambatan perekonomian Indonesia pada Kuartal I-2014 yang lalu sehingga pada edisi ini Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) mengangkat tema: Membangun Optimisme Ekonomi Pada Kepemimpinan Baru Nasional. IERO adalah buletin ilmiah kuartalan yang membahas gambaran umum terkini perekonomian Indonesia disertai dengan prospeknya di masa mendatang. Buletin ini diterbitkan oleh Macroeconomic Dashboard yang merupakan fasilitas laboratorium ekonomi makro yang dikembangkan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sejak tahun Dalam melihat prospek perekonomian Indonesia, buletin ini menggunakan Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi para akademisi bidang ekonomi dan juga secara khusus mengembangkan Gadjah Mada Leading Economic Indicator (GAMA LEI) sebagai instrumen proyeksi perekonomian yang dikembangkan secara orisinil oleh tim Macroeconomic Dashboard dan terus mengalami penyempurnaan pada setiap edisinya. Pada edisi kali ini, Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi memprediksikan pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar pada Kuartal II-2014 akan bergerak membaik dibandingkan realisasi pada Kuartal I Sementara GAMA LEI memprediksikan sinyal terjadinya kecenderungan penurunan siklus perekonomian Produk Domestik Bruto Indonesia, walaupun tetap adanya indikasi pertumbuhan berdasarkan pergerakan dan pola ekonomi Indonesia baik secara year-on-year maupun quarter-to-quarter. Kita berharap bersama semoga momentum pesta demokrasi Indonesia tahun ini dapat memberikan harapan dan optimisme yang membangun arah perekonomian Indonesia menjadi lebih kuat serta berkelanjutan. Selamat membaca Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc Head of Researcher Macroeconomic Dashboard

3 Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL 1. Penurunan kinerja ekspor neto yang terus terjadi berakibat pada melambatnya pertumbuhan ekonomi dan membengkaknya belanja negara terutama belanja subsidi energi Naiknya defisit APBN dalam RAPBNP yang dibiayai penerbitan SBN diharapkan mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi Kinerja neraca perdagangan yang memburuk tidak diikuti perbaikan signifikan pada neraca transaksi berjalan Peningkatan cadangan devisa masih belum berkualitas Capaian positif dalam pasar tenaga kerja masih belum optimal.. 22 B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN 1. Tingkat harga dalam negeri masih terjaga Pasar keuangan masih relatif bullish Tidak ada perubahan berarti pada kebijakan moneter C. GAMA LEI DAN KONSENSUS PROYEKSI EKONOMI 1. GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI) Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi D. ASEAN: Tantangan Tekanan Ekonomi Global dan Instabilitas Nasional Menuju AEC E. ISU TERKINI D. ECONOMIC OUTLOOK Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada iii

4 Daftar Istilah AEC ASEAN Economic Community APBN Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara ASEAN Association of South East Asian Nations BBM Bahan Bakar Minyak BPS Badan Pusat Statistik bps basis poin DPR Dewan Perwakilan Rakyat GAMA LEI Gadjah Mada Leading Economic Indicator GDP Growth Domestic Product IDR Rupiah IHK Indeks Harga Konsumen IHSG Indeks Harga Saham Gabungan JPY Japanese Yen LHS Sisi vertikal kiri LKPP Laporan Keuangan Pemerintah Pusat LPG Liquified Petroleum Gas LPS Lembaga Penjamin Simpanan Migas Minyak dan Gas NSC Philippines's National Statistics Coordination PBI Peraturan Bank Indonesia PDB Produk Domestik Bruto PMA Penanaman Modal Asing RAPBNP Rencana Angaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan RHS Sumbu vertikal kanan SBSN Surat Berharga Syariah Negara SD Sekolah Dasar SUN Surat Utang Negara The Fed The Federal Reserve (Bank Sentral Amerika) USD Dolar Amerika UU Undang-Undang y-o-y year on year y-t-d year to date iv Indonesian Economic Review and Outlook

5 RINGKASAN EKSEKUTIF Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2014 memburuk yang terutama dipengaruhi oleh kinerja ekspor neto yang melemah. Meski demikian, tingkat pengangguran mengalami perbaikan seiring dengan bertambahnya jumlah pekerja informal serta perkerja paruh waktu. Selain itu, kontribusi tenaga kerja di sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja pun mengalami sedikit peningkatan pada Februari Tingkat harga secara umum pada kuartal II relatif terkendali yang pada kuartal sebelumnya cukup memberi tekanan pada perekonomian Indonesia. Kestabilan harga secara umum didukung masa panen yang berlangsung selama Maret Mei Dari sisi perdagangan internasional, perekonomian Indonesia secara umum memperlihatkan perkembangan yang tidak menggembirakan. Berakhirnya periode panjang surplus neraca perdagangan nonmigas pada bulan April 2014 menyebabkan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit. Sementara itu neraca pembayaran kuartal I-2014, masih menunjukkan surplus meskipun dengan tingkat yang lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya karena dipicu oleh menurunnya surplus neraca transaksi modal dan finansial. Dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN 2014, pemerintah saat ini tengah mengajukan RAPBNP Dalam pembahasan terakhir di Badan Anggaran DPR, Pemerintah dan DPR menyepakati defisit anggaran menjadi IDR 241,49 triliun atau setara dengan 2,4% dari PDB. Peningkatan defisit ini akibat lonjakan belanja negara dan turunnya target penerimaan negara. Lonjakan ini disebabkan oleh pembengkakan subsidi energi yang terjadi akibat revisi terhadap asumsi kurs rupiah yang melemah dan penurunan lifting minyak. Sementara itu, target penerimaan pemerintah dikurangi karena pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan akan melambat. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 1

6 Pada Maret 2014 utang luar negeri Indonesia meningkat karena didorong oleh kenaikan utang swasta maupun publik. Hal ini sedikit mencemaskan karena dapat membebani perekonomian dalam negeri jika depresiasi nilai rupiah terus terjadi. Posisi utang luar negeri Indonesia yang berada pada posisi mengkhawatirkan terlihat pada peningkatan rasio pembayaran utang (debt service ratio) yang mengalami peningkatan tajam pada kuartal IV-2013, tercatat sebesar 52,7%. Sementara itu, cadangan devisa mengalami peningkatan cukup signifikan pada Mei 2014, tetapi kurang berkualitas. Penerbitan surat berharga negara (SBN) masih berperan besar dalam peningkatan tersebut. Kenaikan devisa ini tidak sejalan dengan nilai tukar yang masih lemah. Pelemahan rupiah terkait sentimen negatif pasar menyusul defisit neraca perdagangan yang di luar ekspektasi disertai ketidakpastian politik berkaitan dengan pemilihan presiden baru. Selain itu, isu eksternal berkaitan dengan tapering off dan kenaikan Fed Fund Rate pun turut memberi andil dalam pelemahan ini. Sementara itu, otoritas moneter tetap mempertahankan suku bunga acuan sebagai langkah pengetatan moneter. Seiring dengan hal ini, perbankan menaikkan suku bunga, baik deposito maupun kredit, sehingga mengalami perlambatan likuiditas. Oleh karena itu, LPS juga menaikkan tingkat suku bunga penjaminan seiring kenaikan tingkat suku bunga deposito secara umum. Setelah memperhatikan berbagai dinamika perekonomian Indonesia GAMA Leading Economic Indicator memprediksikan adanya kecenderungan penurunan siklus perekonomian (PDB) Indonesia. Model GAMA LEI pada kuartal I-2014 menunjukan perubahan arah pergerakan perekonomian yang menurun. Meskipun siklus PDB cenderung menurun, masih terdapat indikasi kenaikan pada pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2014, terutama jika dilihat dari pergerakan dan pola perekonomian baik year-on-year maupun quarter-to-quarter. Beranjak pada kondisi kawasan yang semakin dekat dengan ASEAN Economic Community (AEC) 2015, perekonomian ASEAN justru mendapatkan tekanan baik dari sisi internal maupun eksternal kawasan. 2 Indonesian Economic Review and Outlook

7 Ringkasan Eksekutif Instabilitas perekonomian internal kawasan berdampak pada buruknya capaian pertumbuhan ekonomi negara-negara utama di kawasan sebagaimana perlambatan ekonomi yang dicatatkan Indonesia pada kuartal I-2014 hingga kontraksi ekonomi sebesar -2,10% yang dicatatkan Thailand pada kuartal I Kondisi ini juga diperburuk dengan kecenderungan masih tingginya tingkat inflasi kawasan. Bulan Mei 2014, kawasan ASEAN secara rerata masih mencatatkan nilai inflasi hingga 3,89% (y-o-y). Pada sisi eksternal, tekanan perkonomian muncul dari kebijakan tapering off Amerika Serikat, pertumbuhan Uni Eropa yang belum stabil hingga pendinginan perekonomian Tiongkok sehingga secara umum defisit neraca perdagangan masih terjadi yang diikuti dengan kecenderungan pelemahan nilai tukar mata uang. Terakhir, IERO kali ini mengangkat isu optimisme ekonomi terhadap kepemimpinan baru nasional. Sumber daya manusia dianggap patut dijadikan fokus utama pembangunan ke depan. Melalui tulisannya, M. Edhie Purnawan, Ph.D mengajukan idenya dengan mulai mengembangkan tiga jenis kekuatan: kejujuran, inovasi/imajinasi, dan network. Dengan upaya menghadirkan manusia-manusia Indonesia yang berkualitas, kita dapat optimistis memandang masa depan Indonesia. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 3

8 A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL 1. Penurunan kinerja ekspor neto yang terus terjadi berakibat p a d a m e l a m b a t nya p e r t u m b u h a n e k o n o m i d a n membengkaknya belanja negara terutama belanja subsidi energi Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2014 mengalami perlambatan yang cukup tajam. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2014 sebesar 5,21% (y-o-y), melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2013 yaitu 5,72% (y-o-y). Angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2014 tersebut juga jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 6,03% (y-o-y). Gambar 1: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, (y-o-y, dalam %) Pertumbuhan ekonomi yang melambat pada kuartal I-2014 terutama disebabkan kinerja sektor pertambangan yang mengalami kontraksi Catatan: Sektor Primer: Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri: Sektor Industri Pengolahan; Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ; Sektor Konstruksi Sektor Jasa: Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan; Sektor Jasa-jasa Sumber: BPS dan CEIC (2014) 4 Indonesian Economic Review and Outlook

9 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Pengeluaran, Tahun (y-o-y, dalam %) Kinerja ekspor neto dan konsumsi pemerintah memburuk Sumber: BPS dan CEIC (2014) Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2014 khususnya disebabkan penurunan signifikan pada kinerja ekspor neto. Kontraksi ekspor neto yang signifikan berpengaruh pada perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I Kontraksi ekspor pada kuartal I-2014 mencapai -0,78% (y-o-y), angka tersebut cukup signifikan mempengaruhi kinerja ekspor neto yang negatif meskipun impor juga mengalami kontraksi mencapai -0,66% (y-o-y). Penurunan ekspor neto ini terutama akibat penurunan ekspor pertambangan seperti batu bara dan konsentrat mineral yang tercermin dari kinerja sektor pertambangan yang mengalami kontraksi mencapai -0,38% (y-o-y). Hal ini merupakan dampak dari pemberlakuan UU No. 4 tahun 2009 mengenai pelarangan ekspor mineral mentah yang resmi diberlakukan mulai 12 Januari Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini juga tidak lepas dari perkembangan ekonomi dunia yang masih belum pasti, terutama perlambatan ekonomi Tiongkok dari 7,7% (y-o-y) pada kuartal IV menjadi 7,4% (y-o-y) pada kuartal I-2014, yang pada akhirnya mempengaruhi lemahnya kinerja ekspor di Indonesia. Konsumsi pemerintah yang melambat juga turut mempengaruhi lambatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada kuartal I-2014 hanya tercatat sebesar 3,58% (y-o-y), menurun cukup Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 5

10 Gambar 3: Neraca Perdagangan Indonesia, April 2012-April 2014 (USD miliar) Kinerja neraca perdagangan Indonesia memburuk Sumber: BPS dan CEIC (2014) tajam dari pertumbuhan kuartal IV-2013 yang mencapai 6,45% (y-o-y). Selanjutnya, konsumsi rumah tangga relatif tidak berubah pada kuartal I yang tumbuh sebesar 5,41% (y-o-y) (pada kuartal IV-2013 tumbuh 5,44% (y-o-y)). Di tengah melambatnya laju pertumbuhan ekspor neto, konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2014, hal sebaliknya ditunjukkan oleh laju pertumbuhan investasi yang mampu tumbuh 5,13% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan kuartal IV-2013 yang hanya mencapai 4,37% (y-o-y). Secara month-to-month, neraca perdagangan Indonesia berubah dari surplus USD 0,67 miliar di Maret 2014 menjadi defisit USD 1,96 miliar pada April Penurunan tersebut disebabkan oleh kombinasi jatuhnya ekspor sebesar USD 0,9 miliar dan kenaikan impor sebesar USD 1,73 miliar dari bulan sebelumnya. Nilai ekspor total menurun dikarenakan baik ekspor migas maupun nonmigas mengalami kontraksi. Sementara nilai impor total berekspansi terutama karena didorong oleh kenaikan impor pada komoditas nonmigas. Adapun secara akumulatif dari bulan Januari sampai dengan April 2014 neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebanyak USD 0,89 miliar. Namun demikian, defisit saat ini lebih kecil dibandingkan defisit pada bulan Januari-April 2013 yang mencapai USD 1,94 miliar. 6 Indonesian Economic Review and Outlook

11 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Gambar 4: Neraca Perdagangan Migas Indonesia, April 2012 April 2014 (USD miliar) Defisit neraca perdagangan migas Indonesia berkurang tipis Sumber: BPS dan CEIC (2014) Bila dilihat secara keseluruhan dari Januari sampai April 2014, kinerja neraca perdagangan migas masih mengalami defisit. Defisit neraca perdagangan migas pada Januari-April 2014 adalah sebesar USD 4,2 miliar atau lebih kecil sebesar USD 0,3 miliar dari bulan Januari-April Penurunan defisit ini merupakan akumulasi impor Januari-April 2014 yang lebih kecil sebesar USD 0,4 miliar. Meski masih defisit, namun terdapat sedikit perbaikan pada neraca perdagangan migas. Defisit neraca perdagangan migas tercatat sebesar USD 1,06 miliar pada April Jumlah tersebut lebih kecil sebesar USD 0,29 miliar dibanding defisit pada bulan Maret Secara persentase defisit turun sebanyak 21,6%. Perbaikan ini ditopang oleh penurunan nilai impor migas sebesar USD 0,3 miliar. Secara month-to-month, penurunan impor migas pada April 2014 disebabkan oleh menurunnya impor minyak mentah dan hasil minyak Indonesia. Impor minyak mentah turun sebesar 24,78% dari USD 1,42 miliar menjadi USD 1,07 miliar. Sedangkan impor hasil minyak hanya turun sekitar 0,5% dari sebelumnya sebesar USD 2,36 miliar. Namun demikian penurunan impor kedua komoditas tersebut tidak diikuti oleh impor gas yang justru naik sebesar 29,63%. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 7

12 Gambar 5: Neraca Perdagangan Non-Migas Indonesia, April 2012-April 2014 (USD miliar) Neraca perdagangan nonmigas Indonesia kembali defisit Sumber: BPS dan CEIC (2014) Setelah sempat mengalami periode panjang surplus dari bulan Juli 2013, neraca perdagangan nonmigas Indonesia kembali defisit di bulan April Penurunan kinerja ini berbanding terbalik dengan kondisi pada kuartal I-2014 yang menunjukkan tren positif pada kinerja neraca perdagangan nonmigas. Sejak Januari hingga April 2014, neraca perdagangan memiliki surplus mencapai USD 4,2 miliar, tetapi pada bulan Juni berbalik menjadi defisit sebesar USD 0,9 miliar. Namun apabila melihat pada perubahan month-to-month, nilai surplus perdagangan nonmigas turun sebanyak 144,58 %. Hal ini karena ekspor nonmigas pada bulan April yang turun sebesar USD 0,89 miliar, sedangkan impor nonmigas naik sebesar USD 2,03 miliar dibandingkan pada bulan Maret. Kontraksi pada ekspor nonmigas dipicu oleh penurunan pada ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati. Ekspor komoditas ini turun secara month-to-month sebesar 45,02% di bulan April 2014, kemudian berturut-turut diikuti oleh perhiasan/permata (23,15%), kendaraan dan bagiannya (23,15%), bahan bakar mineral (9,78%) serta mesin/ peralatan listrik (3,75%). Adapun berdasarkan negara tujuan ekspor, maka yang mengalami penurunan adalah ekspor Indonesia ke India (23,93%), Tiongkok (16,47%), Thailand (17,70%), dan Malaysia (10,15%). Ekspansi impor nonmigas secara keseluruhan terutama didorong oleh komoditas mesin dan 8 Indonesian Economic Review and Outlook

13 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal peralatan mekanik serta komoditas mesin dan peralatan listrik. Keduanya masing-masing secara berurutan mengalami peningkatan impor sebesar USD 0,36 miliar dan USD 0,27 miliar. Adapun dari sisi ekspor, komoditas yang paling besar kenaikannya adalah alas kaki yaitu sebesar 29,49%. Kembali ke struktur PDB, perlambatan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan terjadi pada sektor primer. Pada kuartal I-2014, sektor primer (yang terdiri dari Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan dan Sektor Pertambangan dan Penggalian) mencatat pertumbuhan sebesar 1,97% (y-o-y), melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada kuartal IV-2013 yang mencapai 3,86% (y-o-y). Kondisi ini terutama dipengaruhi oleh sektor pertambangan yang mengalami kontraksi sebesar -0,38% (y-o-y). Sementara itu, perlambatan juga terjadi pada sektor industri dan sektor jasa yang masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 5,46% (y-o-y) dan 6,39% (y-o-y), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal IV Selanjutnya, berdasarkan data yang dilansir BPS, sektor yang mencatat pertumbuhan tertinggi secara yearon-year pada kuartal I-2014 secara berurutan adalah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (10,23%), Sektor Konstruksi (6,54%), dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (6,52%). Perkembangan berbagai indikator makroekonomi Indonesia menjauh dari asumsi APBN Hal ini yang menjadi alasan utama pengajuan RAPBNP 2014 oleh pemerintah untuk mengamankan pelaksanaan APBN Ambang batas defisit 3% dari PDB yang ditetapkan oleh undang- Tabel 1: Perbandingan Asumsi Makro RAPBNP 2014 Asumsi pertumbuhan ekonomi dikoreksi menjadi hanya 5,5% dalam RAPBNP 2014 Catatan: * Per 11 Juni 2014, DPR telah menyetujui seluruh perubahan asumsi makro kecuali asumsi nilai tukar yang disetujui IDR/USD ; pembahasan RAPBNP masih terus berlanjut hingga tulisan ini dimuat Sumber: Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBNP 2014 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 9

14 undang bisa terlampaui jika tidak dilakukan penyesuaian pada anggaran negara. Pendapatan negara berpotensi untuk turun signifikan karena pertumbuhan ekonomi dan lifting migas diperkirakan akan lebih rendah dari target, sementara belanja negara membengkak karena peningkatan beban subsidi energi dan pelemahan nilai rupiah. Perlu dicatat bahwa asumsi makro APBN hanyalah panduan bagi penentuan anggaran negara dan bukan target yang harus dicapai oleh penyelenggara negara. Postur APBN akan semakin tidak 'sehat' dengan komposisi belanja pemerintah pusat yang semakin terbebani subsidi. Subsidi yang diajukan diperkirakan akan mencapai IDR 444,9 triliun atau lebih besar 33,3% dari alokasi dalam APBN Jumlah tersebut jika dikombinasikan dengan belanja pegawai melebihi separuh dari total belanja pemerintah pusat (55,9%). Akibatnya, alokasi untuk belanja modal rencananya turun sebesar IDR 32,9 triliun. Sekitar 88% belanja subsidi yang diajukan dialokasikan untuk subsidi energi. Jumlah ini merupakan akumulasi dari peningkatan subsidi untuk BBM & LPG dan listrik. Alokasi subsidi BBM & LPG 3 kg yang diajukan meningkat menjadi IDR 284,99 triliun atau 35,2% dari yang dialokasikan pada APBN Sementara itu, subsidi listrik meningkat menjadi IDR Tabel 2: Ringkasan Belanja Pemerintah Pusat (IDR triliun) Alokasi subsidi yang diajukan membengkak 33,3%; belanja modal menurun 17,9 % Catatan: * unaudited ** pembahasan RAPBNP masih terus berlanjut hingga tulisan ini dimuat Sumber: Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBNP Indonesian Economic Review and Outlook

15 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal 107,15 triliun. Lonjakan ini utamanya terjadi karena revisi asumsi kurs rupiah terhadap dolar AS dan lifting minyak. Dalam RAPBNP 2014, kurs melemah dari IDR/USD menjadi IDR/USD dan lifting minyak turun dari 870 ribu menjadi hanya 818 ribu barel per hari. Sementara itu, alokasi untuk subsidi non-energi meningkat IDR 1,1 triliun. Peningkatan ini merupakan efek bersih dari peningkatan alokasi untuk subsidi pajak sebesar IDR 1,8 triliun dan penurunan subsidi pangan IDR 0,7 triliun. Tabel 3: Komposisi Belanja Subsidi (IDR triliun) Alokasi subsidi energi yang diajukan dalam RAPBNP 2014 mencapai 88,15% dari total subsidi Catatan: * unaudited ** pembahasan RAPBNP masih terus berlanjut hingga tulisan ini dimuat Sumber: Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBNP Naiknya defisit APBN dalam RAPBNP yang dibiayai penerbitan SBN diharapkan mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi Pada pembahasan 13 Juni 2014, DPR menyetujui defisit sebesar 2,4% dari PDB atau IDR 241,49 triliun. Jumlah ini meningkat IDR 66,1 triliun dari defisit yang ditetapkan dalam APBN Hal ini tentu saja tidak sejalan Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 11

16 Tabel 4: Ringkasan RAPBNP 2014, APBN 2014 dan Realisasi 2013 (IDR triliun) Dalam pembahasan per 13 Juni 2014, DPR menyepakati defisit anggaran naik menjadi 2,4% terhadap PDB Catatan: * unaudited ** per 13 Juni 2014; pembahasan RAPBNP masih terus berlanjut hingga tulisan ini dimuat Sumber: Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBNP 2014 dengan keinginan awal pemerintah untuk mengurangi defisit APBN pada tahun ini. Sebagai perbandingan realisasi defisit tahun lalu sebesar 2,2% dari PDB atau IDR 202,8 triliun. Pendapatan dan belanja negara telah disepakati masing-masing sebesar IDR 1.635,4 triliun dan IDR 1.876,8 triliun dalam pembahasan sementara yang masih berlangsung di DPR. Target pendapatan negara mengalami penurunan 1,9% dari alokasi pada APBN 2014 atau IDR 31,8 triliun. Penurunan ini akibat perkiraan pendapatan dalam negeri yang turun cukup signifikan baik dari pajak maupun non-pajak. Sementara itu, alokasi belanja negara meningkat 12,7% atau IDR 211 triliun. Hingga tulisan ini dimuat, belum ada publikasi resmi mengenai detail penerimaan dan belanja negara. Namun demikian, dalam pengajuan RAPBNP 2014, peningkatan ini utamanya bersumber dari peningkatan belanja pemerintah pusat yaitu untuk subsidi energi. Peningkatan ini sebenarnya sudah terkurangi dengan pengajuan penghematan di kementerian dan lembaga sebesar IDR 98,5 triliun serta dana perimbangan yang menurun seiring dengan penurunan pendapatan negara sebesar IDR 8,9 triliun. Sementara itu, proporsi penyerapan APBN per kuartal I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan pada APBN 2013 kuartal I. Di kuartal I-2013, belanja sudah terealisasi 16,2% dari total belanja APBN 2013, sedangkan pada Maret tahun ini baru mencapai 15,6% dari total belanja negara dalam APBN Meski demikian, secara nominal realisasi belanja di 2014 lebih 12 Indonesian Economic Review and Outlook

17 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Tabel 5: Realisasi Belanja Negara dan Penerimaan & Hibah 2013:Q1 dan Maret 2014:Q1 Proporsi realisasi belanja APBN 2014:Q1 menurun; pencapaian penerimaan APBN 2014:Q1 meningkat Catatan: * Nilai yang telah disepakati di DPR dalam pembahasan sementara; pembahasan RAPBNP masih terus berlanjut hingga tulisan ini dimuat Sumber: Kementerian Keuangan, I-account (diolah) tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Di lain sisi, pencapaian realisasi penerimaan APBN per kuartal-i 2014 sudah lebih tinggi dibandingkan pada APBN 2013 kuartal I. Per kuartal I- 2014, tercatat penerimaan sudah mencapai 17,3% dari total target penerimaan negara dalam APBN Angka ini lebih tinggi dari 16,6% dari APBN 2013 yang merupakan pencapaian di Maret tahun lalu. Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan dalam optimalisasi penerimaan negara di tahun ini. Meski demikian, pemerintah tetap melakukan revisi dengan target penerimaan yang lebih rendah dalam RAPBNP Utang luar negeri Indonesia naik menjadi USD 276,49 miliar pada bulan Maret Angka tersebut tumbuh 9,2% (y-o-y) dibandingkan dengan posisi bulan yang sama tahun Dengan perkembangan ini, pertumbuhan utang luar negeri pada Maret 2014 tercatat sedikit meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhan Febuari 2014 yang tercatat tumbuh sebesar 8% (y-o-y). Jumlah utang luar negeri yang nilainya terus bertambah akan semakin membebani perekonomian dalam negeri apabila depresiasi nilai rupiah terus terjadi. Posisi utang luar negeri pada Maret 2014 terdiri dari utang luar negeri sektor publik sebesar USD 130,51 miliar dan sektor swasta sebesar USD 145,98 miliar. Dari jumlah itu, porsi utang luar negeri sektor publik dan swasta terhadap total utang luar negeri pada Maret 2014 masing-masing mencapai 47,2% dan 52,8%. Besarnya utang luar negeri sektor swasta patut mendapat sorotan karena pada bulan Maret 2014 tumbuh sebesar 13,1% (y- o-y), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 13

18 Gambar 6: Utang Luar Negeri Indonesia, September Maret 2014 (USD Miliar) Utang luar negeri Indonesia mengalami peningkatan Sumber: Direktorat Jenderal Anggaran dan CEIC (2014, diolah) tumbuh sebesar 12,8% (y-o-y). Sementara itu, utang luar negeri sektor publik di bulan Maret 2014 tumbuh sebesar 5,1% (y-o-y), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3,2% (y-o-y). Pemerintah perlu mencermati dan mengambil langkah strategis untuk mencegah terjadinya pembengkakan utang luar negeri. Posisi utang luar negeri Indonesia yang berada pada posisi mengkhawatirkan terlihat pada peningkatan rasio pembayaran utang ( debt service ratio) yang mengalami peningkatan tajam pada kuartal IV-2013, tercatat sebesar 52,7%. Angka ini menunjukkan bahwa manajemen utang pemerintah harus menjadi perhatian besar, jika tidak maka sebagian hasil devisa Indonesia hanya akan digunakan untuk membayar utang dan bukan untuk membiayai programprogram yang produktif. Utang luar negeri yang terus meningkat juga disebabkan oleh BI rate yang mencapai 7,5%. Hal ini membuat swasta lebih memilih untuk mencari likuiditas dari luar negeri yang memiliki suku bunga pinjaman yang lebih kompetitif dari domestik. Peningkatan BI rate menunjukkan kontraksi atau perlambatan yang saat ini sedang terjadi di Indonesia. Daya tarik Indonesia di mata investor asing masih belum hilang. Tidak hanya pasar saham, pasar obligasi pun tak lepas dari sasaran pemodal asing. 14 Indonesian Economic Review and Outlook

19 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Gambar 7: Kepemilikan Asing Atas Surat Berharga di Indonesia Oktober April 2014 (IDR Triliun) Kepemilikan asing atas surat berharga meningkat Sumber: Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan CEIC (2014) Kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah pada April 2014 mencapai IDR 377 triliun atau mencerminkan 41% dari total obligasi yang beredar. Jika dibandingkan dengan April tahun lalu, kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah pada April 2014 meningkat 23.7% dari IDR 304,72 triliun. Sementara itu, kepemilikan asing atas ekuitas pada Maret 2014 mencapai IDR , 52 triliun. Jika dibandingkan dengan Maret 2013, kepemilikan asing atas ekuitas pada Maret 2014 turun 7,1% dari IDR ,25 triliun. Selanjutnya, kepemilikan asing atas SBI pada April 2014 tercatat sebesar IDR 9,9 triliun, meningkat sebesar IDR 8, 26 trilun dibandingkan dengan posisinya pada April Keberadaan modal asing pada perekonomian suatu negara seringkali menimbulkan pro-kontra. Pada saat ekonomi sedang mengalami perlambatan, modal baik asing maupun domestik diperlukan untuk suatu aksi ekspansi yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, masuknya modal asing juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan sektor domesti k karena kehadiran modal asing seringkali dianggap bisa mengancam keberadaan industri lokal. Selain itu, muncul kekhawatiran jika suatu saat investor asing tiba-tiba menarik dana dan memindahkannya ke luar negeri, terutama terhadap instrumen yang berjangka waktu pendek. Akibatnya, likuiditas berkurang, sehingga investasi berkurang dan Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 15

20 perekonomian melambat. Oleh karena itu, kini pemerintah Indonesia terus melakukan penguatan pasar domestik, peningkatan pendalaman pasar keuangan agar likuid itas meningkat, perluas an basis investor, dan diversifikasi instrumen agar lebih bervariasi. Penerbitan SBN merupakan satu cara yang paling dipilih oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dalam negeri. Total SBN outstanding April 2014 sebesar IDR 1.495, 74 triliun meningkat sebesar IDR 327,83 triliun (y-o-y) (lihat Gambar 12). Pada April 2014, obligasi bunga tetap sebesar IDR 828,32 triliun naik sebesar IDR 173,47 triliun (y-o-y). Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) April 2014 sebesar IDR 98,90 triliun naik sebesar IDR 23,04 triliun (y-o-y). Tren yang selalu positif ini menunjukkan bahwa SBSN semakin diminati oleh masyarakat dan pasar obligasi syariah semakin berkembang di Indonesia. SBSN juga digunakan oleh pemerintah untuk menarik dana untuk menutup defiist APBN Selain itu, kehadiran SBSN ini diharapkan mampu menarik minat investor asing etrutama dari kawasan Timur Tengah untuk berinvestasi di Indonesia. Obligasi denominasi Valuta Asing April 2014 mengalami penurunan sebesar IDR 2, 95 triliun menjadi IDR 405, 96 triliun dari Maret 2014, meningkat sebesar IDR 112,53 triliun (y-o-y). Surat Perbendaharaan Negara turun tipis sebesar IDR 500 miliar dari Maret 2014 menjadi IDR 39, 8 triliun dan meningkat sebesar IDR 18, 78 triliun (y-o-y). Gambar 8: Kepemilikan Asing atas Surat Berharga, Oktober 2011 Februari 2014 (IDR triliun) Kepemilikan asing atas surat berharga Indonesia meningkat Sumber: DJPU Kementerian Keuangan dan CEIC (2014) 16 Indonesian Economic Review and Outlook

21 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Manajemen pengelolaan keuangan negara yang lebih baik mutlak dibutuhkan pada pemerintahan baru nanti. Tantangan yang cukup besar akan dihadapi oleh pemerintahan selanjutnya. Namun, rasanya cukup adil untuk optimistis, mengingat isu ini hampir menjadi bahan program ekonomi semua partai maupun calon presiden peserta pemilu. Terlebih lagi alokasi anggaran untuk penyelenggaraan pemilu yang notabene untuk mencari para wakil rakyat baik di eksekutif maupun legislatif ini semakin besar tumbuh 9,5% secara riil¹. Dana Pemilu 2014 dianggarkan IDR 20,5 triliun, sedangkan pada Pemilu 2009 sebesar IDR 15,1 triliun (DJA-Kemenkeu, 2014). Semoga alokasi anggaran untuk pemilu ini berbanding lurus dengan kualitas orangorang pilihannya. 3. Kinerja neraca perdagangan yang memburuk tidak diikuti perbaikan signifikan pada neraca transaksi berjalan Dibandingkan dengan kuartal I-2013, defisit neraca transaksi berjalan saat ini masih sedikit lebih baik. Pada kuartal I-2014, neraca transaksi berjalan tercatat defisit sebesar USD 4,19 miliar. Sedangkan di kuartal I- 2013, nilai defisit lebih besar yaitu mencapai USD 6,01 miliar. Demikian pula secara quarter-to-quarter, kinerja neraca transaksi berjalan Indonesia juga mengalami sedikit perbaikan. Nilai defisit turun tipis sekitar USD 0,12 miliar dari sebelumnya sebesar USD 4,31 miliar. Perbaikan kinerja tersebut terutama disebabkan oleh berkontraksinya defisit neraca pendapatan dan perdagangan jasa. Nilai defisit neraca pendapatan dan perdagangan jasa pada kuartal I berkurang. Pada kuartal IV-2013, kedua neraca secara berurutan memiliki defisit sebesar USD 6,98 miliar dan USD 3,11 miliar. Kemudian pada kuartal berikutnya, defisit masing-masing neraca turun menjadi USD 6,49 miliar dan USD 2,21 miliar. Penurunan nilai defisit neraca pendapatan disebabkan oleh pembayaran bunga pinjaman luar negeri pemerintah dan swasta yang lebih rendah serta menurunnya keuntungan perusahaan PMA ¹ Secara nominal tumbuh 35,8%, sedangkan laju inflasi dari 2009 hingga Mei 2014 sebesar 26,3%, sehingga pertumbuhan riil sebesar 9,5% Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 17

22 Gambar 9: Neraca Transaksi Berjalan Indonesia 2011:Q1-2014:Q1 (USD miliar) Defisit neraca transaksi berjalan mengalami perbaikan tipis Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) yang dimiliki oleh investor asing. Adapun penurunan nilai defisit neraca perdagangan jasa ditopang oleh defisit sektor transportasi yang turun sebesar USD 0,23 miliar dan ekspansi surplus sebesar USD 0,4 miliar pada sektor perjalanan. Surplus neraca perdagangan barang dan neraca transfer berjalan mengalami penurunan di kuartal I Dibanding kuartal sebelumnya, nilai surplus masing-masing neraca secara berurutan turun sebesar 25,52% dan 4,96% menjadi USD 3,55 miliar dan USD 0,97 miliar. Surplus neraca perdagangan barang mengalami penurunan karena ekspor non migas pada kuartal ini turun sebesar USD 3,06 miliar. Selain itu penurunan surplus juga dikarenakan defisit perdagangan minyak Indonesia yang meningkat. Sedangkan surplus neraca transfer berjalan turun tipis yang disebabkan oleh penurunan penerimaan pemerintah dan pengiriman uang dari tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Surplus neraca transaksi modal dan finansial menurun di kuartal I Surplus neraca transaksi modal dan finansial turun dari USD 8, 85 miliar di kuartal IV-2013 menjadi USD 7, 83 miliar di kuartal I Pen urunan surplus ini dikarenakan transaksi investasi lainnya yang mengalami defisit. Setelah sempat surplus sebesar USD 6,52 miliar pada kuartal IV-2013, nilai investasi lainnya berbalik menjadi defisit USD 4,14 18 Indonesian Economic Review and Outlook

23 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Gambar 10: Neraca Transaksi Modal dan Finansial, 2011:Q1-2014:Q1 (USD miliar) Surplus transaksi modal dan finansial menurun miliar. Kondisi ini disebabkan karena baik dari sisi aset maupun kewajiban, nilai transaksi investasi lainnya tercatat defisit. Pada sisi aset besar defisit mencapai USD 3,36 miliar dan di sisi kewajiban defisit transaksi berjalan adalah sebesar USD 0,77 miliar. Meskipun demikian, kinerja transaksi modal dan finansial saat ini jauh lebih baik bila dilihat secara year-on-year. Pada kuartal I-2013, neraca transaksi modal dan finansial mengalami defisit sebesar USD 0,55 miliar. Terjadi ekspansi yang besar pada transaksi investasi langsung dan portofolio di kuartal I Kenaikan terbesar secara absolut terjadi pada surplus transaksi investasi portofolio, dari USD 1,79 miliar di kuartal IV-2013 menjadi USD 8,97 miliar pada kuartal I Perbaikan kinerja transaksi Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) investasi portofolio disebabkan adanya peningkatan arus modal asing yang masuk ke Indonesia dalam bentuk pembelian berbagai macam instrumen surat berharga domestik yang diterbitkan oleh sektor publik maupun swasta. Sejalan dengan hal tersebut, arus modal asing dalam bentuk PMA juga meningkat menjadi USD 4,53 miliar sehingga mendorong surplus transaksi investasi langsung naik dari USD 0,53 miliar menjadi USD 2,99 miliar. Tren perbaikan kinerja neraca pembayaran terhenti pada kuartal I Hal ini ditunjukkan oleh surplus neraca pembayaran yang lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada kuartal IV-2013, neraca pembayaran surplus sebesar USD 4, 41 miliar. Namun kini turun menjadi hanya setengahnya yaitu sebesar USD 2,07 miliar pada kuartal I Sehingga secara persentase terdapat penurunan surplus sekitar 53,17% quarter-to-quarter. Pe nurunan surplus neraca pembayaran ini dipicu oleh penurunan surplus neraca transaksi modal dan finansial yang tidak mampu diimbangi oleh perbaikan kinerja neraca transaksi berjalan. Namun apabila dibandingkan dengan kuartal I-201 3, neraca pembayaran memperlihatkan kondisi yang lebih baik. Pada kuartal I neraca pembayaran mengalami defisit sebesar USD 6, 61 miliar. Kemudian pada tahun 2014 kuartal yang sama, kondisi neraca pembayaran berubah menjadi surplus. Sehingga secara year-on-year, neraca pembayaran naik sebesar USD 8, 68 miliar. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 19

24 Gambar 11: Neraca Pembayaran 2010:Q1-2013:Q4 (USD miliar) Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) 4. Peningkatan cadangan devisa masih belum berkualitas Cadangan devisa pada Mei 2014 mencapai USD 107,048 miliar, meningkat USD 1,485 miliar dibandingkan April Angka tersebut dapat membiayai 6,2 bulan impor sehingga memenuhi standar kecukupan internasional (tiga bulan impor). Kemudian, pada April mencapai USD 105,56 miliar, meningkat USD 2,97 miliar dibandingkan Maret Peningkatan devisa ini beriringan dengan kenaikan nilai ekspor migas Indonesia pada April Mei 2014 dan arus masuk modal asing ke Indonesia selama Mei Bank Indonesia melalui PBI No. 14/25/PBI/2012 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri telah mensyaratkan penempatan dana hasil ekspor pada bank devisa di Indonesia yang cukup efektif dalam upaya peningkatan cadangan devisa. Sedangkan pada Maret 2014, cadangan devisa turun 0,145% dibandingkan bulan sebelumnya, atau senilai USD 149 juta. Penurunan ini disebabkan oleh pembayaran obligasi pemerintah yang jatuh tempo senilai USD 2 miliar. Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia memperkirakan pada kuartal ke dua 2014 ini akan terjadi tekanan pada jumlah cadangan devisa. Secara musiman, kuartal II biasanya merupakan periode di mana banyak terjadi jatuh tempo pembayaran bunga, dividen, dan royalti. 20 Indonesian Economic Review and Outlook

25 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Gambar 12: Cadangan Devisa Indonesia (miliar USD) dan Perkembangan Nilai Tukar (IDR/USD), Mei 2011 Mei 2014 Level cadangan devisa terus menanjak mencapai USD 107,048 miliar; rupiah masih lemah Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) Di sisi lain, kenaikan cadangan devisa juga turut disumbangkan oleh penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sejak Januari Pada kuartal I 2014, SBN dengan denominasi asing meningkat USD 3,05 miliar. Penambahan nilai SBN tersebut membuat komposisi Surat Utang Negara (SUN) denominasi USD berjumlah USD 30,19 miliar, denominasi JPY 155 miliar, dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) USD 4,15 miliar. Pada kuartal IV 2013, nilai SUN dengan denominasi USD mencapai USD 27,14 miliar, SUN denominasi JPY 155 miliar, dan SBSN USD 4,15 miliar. Secara keseluruhan, investasi portofolio asing, dalam bentuk saham maupun SUN, tercatat meningkat drastis USD 8,51 miliar pada kuartal I 2014, dibandingkan kuartal IV 2013 yang tercatat sebesar USD 1,63 miliar. Peningkatan cadangan devisa tidak diikuti penguatan nilai kurs rupiah. Nilai kurs pada akhir Mei 2014 (IDR per USD) tercatat melemah 0,69% dibandingkan April 2014 (IDR per USD). Sedangkan nilai kurs pada April 2014 juga melemah dibanding bulan sebelumnya. Rupiah tertekan dikarenakan adanya sentimen negatif pasar menyusul neraca perdagangan yang di luar ekspektasi kembali mengalami defisit (neraca perdagangan April 2014 defisit USD 1,96 miliar) dan pola musiman pembayaran utang luar negeri pada kuartal II. Di samping itu, kebijakan The Fed tentang keberlanjutan pengurangan quantitative easing pada tahun ini Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 21

26 Tabel 6: Posisi Surat Berharga Negara Denominasi Asing dan Utang Bilateral, Tahun (semua dinyatakan dalam USD miliar kecuali yang disebutkan lain) Peningkatan SBN denominasi USD meningkat USD 3,05 miliar pada kuartal I 2014; utang bilateral meningkat USD 4,45 miliar pada April 2014 Catatan: * = JPY miliar Sumber: DJPU dan CEIC (diolah, 2014) kembali memengaruhi perilaku pasar. Tren pelemahan rupiah mungkin akan berlanjut setelah The Fed kembali merencanakan menaikkan tingkat suku bunga acuan ( Fed Fund rate) pada tahun 2015 mendatang. Secara khusus, dinamika tahun politik Indonesia yang akan melangsungkan pemilihan presiden turut mengoreksi nilai rupiah pada Mei Tahun politik merupakan saat-saat penuh ketidakpastian dikarenakan investor mencari aman dengan strategi wait and see. 5. Capaian positif dalam pasar tenaga kerja masih belum optimal Tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2014 mencatat angka terendah selama tiga tahun terakhir yaitu sebesar 5,7%. Berdasarkan data yang dilansir BPS, jumlah orang yang menganggur pada Februari 2014 adalah 7,15 juta orang, menurun dibandingkan pada September 2013 di mana jumlah orang yang menganggur mencapai 7,41 juta orang. Hal ini sejalan dengan kenaikan jumlah tenaga kerja pada sektor informal dan tenaga kerja paruh waktu. Menurut data BPS, pekerja informal bertambah sebanyak 420 ribu orang dalam setahun terakhir (Februari 2013 Februari 2014), dengan persentase pertumbuhan sebesar 0,60% ( y-o-y). Selain itu, BPS juga mencatat pekerja paruh waktu meningkat tajam dari 22,93 juta orang pada Februari 2013 menjadi 26,40 juta orang pada Februari Meskipun tingkat pengangguran membaik, BPS mencatat penyerapan tenaga 22 Indonesian Economic Review and Outlook

27 Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Gambar 13: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka di Indonesia, Februari 2011 Februari 2014 (dalam %) Tingkat pengangguran terbuka membaik Sumber: BPS dan CEIC (2014) kerja pada Februari 2014 lebih banyak didominasi oleh tenaga kerja yang berpendidikan SD ke bawah yaitu sebanyak 46,80% dan hanya 7,49% tenaga kerja yang berpendidikan universitas. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja pada Februari 2014 meningkat yaitu mencapai angka 69,17% jika dibandingkan pada Agustus 2013 yang mencapai 66,77%. Dilihat dari struktur lapangan pekerjaan hingga Februari 2014, kontribusi tenaga kerja di sektor Pertanian sedikit meningkat. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, kontribusi penduduk yang bekerja pada sektor pertanian mengalami penurunan. Menurut data BPS, penduduk yang bekerja pada sektor Pertanian menurun dari 41,11 juta orang pada Februari 2013 menjadi hanya 40,83 juta orang pada Februari Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja di sektor Perdagangan dan Jasa kemasyarakatan terus meningkat. Hal ini menunjukkan peralihan struktur ketenagakerjaan di Indonesia dari sektor Pertanian ke sektor lainnya, terutama sektor Perdagangan, Jasa dan Industri. Meskipun demikian, sektor Pertanian masih mendominasi sebagai penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Indonesia dengan kontribusi sebesar 34,55%. Setelah sektor Pertanian, sektor yang turut berkontribusi besar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia hingga Februari 2014 secara berurutan adalah sektor Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 23

28 Tabel 7: Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Tahun (%) Sektor Pertanian masih menjadi penyumbang terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia, meski dengan tren yang menurun Sumber: BPS dan CEIC (2014) Perdagangan dengan kontribusi sebesar 21,84%, sektor Jasa Kemasyarakatan dengan kontribusi sebesar 15,64% dan sektor Industri dengan kontribusi sebesar 13,02%. 24 Indonesian Economic Review and Outlook

29 B. SITUASI MONETER DAN PASAR KEUANGAN 1. Tingkat harga dalam negeri masih terjaga Memasuki musim panen bahan pangan, inflasi Maret 2014 dapat ditekan. Inflasi Maret 2014 tercatat sebesar 7,32% ( y-o-y) lebih rendah dari bulan sebelumnya. Menurut dekomposisinya, pada Maret 2014 ( y-o-y) inflasi inti tercatat 5,35%, inflasi harga bergejolak tercatat 5,55, dan inflasi harga diatur pemerintah 16,84%. Secara month-to-month, inflasi Maret 2014 tercatat sebesar 0,08%. Kemudian pada April 2014, inflasi masih mengalami penurunan dan tercatat sebesar 7,25% ( y-o-y) karena masih tertekan harga komoditas yang panen. Secara year-on-year, inflasi inti tercatat 5,46%, inflasi harga bergejolak sebesar 5,24%, dan inflasi harga diatur pemerintah sebesar 17%. Sedangkan secara month-to-month, April 2014 mengalami deflasi 0,02%. Tingkat inflasi kembali naik pada Mei 2014, meski komoditas bahan pangan masih mengalami musim panen. Inflasi pada Mei 2014 tercatat sebesar 7,32% ( y-o-y), lebih tinggi dibandingkan Mei 2013 yang sebesar 5,47% ( y-o-y). Sedangkan, secara month-to-month, inflasi Mei 2014 sebesar Gambar 14: Tingkat Inflasi, Tahun Mei 2011 Mei 2014 (y-o-y, dalam %) Inflasi Mei2014 mencapai 7,32% (y-o-y) Sumber: BPS dan CEIC (2014) Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 25

30 0,16%. Jika dilihat dari dekomposisinya, secara year-on-year, inflasi inti tercatat 5,63%, inflasi harga bergejolak sebesar 6,17%, dan inflasi harga yang diatur pemerintah sebesar 16,23%. Secara month-to-month, April 2014 tercatat deflasi sebesar 0,02% (m-tm), dikarenakan turunnya harga kelompok pengeluaran bahan makanan. Kelompok bahan makanan deflasi sebesar 1,09% (m-t-m). Bahan makanan yang turun harga ada 6 item subkelompok, salah satunya subkelompok bumbu-bumbuan (7,4%). Share inflasi kelompok bahan makanan -0,22% terhadap inflasi umum April Harga-harga yang turun antara lain cabai merah, beras, bayam, kangkung dan bawang merah. Kemudian, inflasi April 2014 didominasi kelompok pengeluaran Kesehatan dengan nilai 0,6% (m-t-m). Komposisi inflasi pada Mei 2014 (month-tomonth) didominasi oleh kelompok pengeluaran kesehatan yang tercatat Tabel 8: Tingkat Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran, Tahun (2012=100, m-t-m, dalam %) Bahan makanan deflasi, inflasi bulan Mei ,16% (m-t-m) Catatan: (1) Makanan; (2) Makanan Olahan, Minuman, Tembakau; (3) Perumahan, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar; (4) Sandang; (5) Kesehatan; (6) Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga; (7) Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber: BPS dan CEIC (2014) 26 Indonesian Economic Review and Outlook

31 Situasi Moneter dan Pasar Keuangan sebesar 0,41%, disusul inflasi kelompok pengeluaran untuk Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (0,35%), dan Perumahan Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (0,23%). Sedangkan, kelompok pengeluaran Bahan Makanan masih mengalami deflasi seperti pada bulan sebelumnya. yang disebabakan oleh penurunan harga cabai rawit, cabai merah, dan beras yang masih dalam masa panen. Secara umum, kota-kota di Indonesia mengalami inflasi pada Mei Dari 82 kota, 67 kota mengalami inflasi dengan kota yang tercatat mengalami inflasi tertinggi adalah Pematang Siantar (1,09% m-t-m). Jumlah tersebut jauh meningkat dibandingkan dengan April 2014 yang hanya sebanyak 43 kota dan Maret 2014 yang sebanyak 45 kota. Sedangkan, lima belas kota lainnya mengalami deflasi pada Mei 2014 dengan Pangkal Pinang tercatat sebagai yang terbesar (1,27% m-t-m). Pada April 2014, kota yang mengalami inflasi tertinggi adalah Pangkal Pinang dengan nilai 1,57% ( m-t-m) dan yang tercatat terendah adalah Jayapura dengan nilai -1,79% ( m-t-m). Sedangkan, pada Maret 2014, kota dengan inflasi tertinggi adalah Merauke yang tercatat 1,15% ( m-t-m) dan terendah Tual yang tercatat 2,43% ( m-t-m). 2. Pasar keuangan masih relatif bullish Sementara itu, pasar saham Indonesia (IHSG) terus mengalami penguatan pada Mei Pada penutupan akhir Mei 2014, IHSG tercatat ada pada level atau menguat 1,11% dibandingkan bulan sebelumnya. Bahkan, pada pertengahan Mei 2014, IHSG sempat menembus angka Angka indeks akan menjadi level psikologis yang baru bagi IHSG karena investor akan menjadikannya sebagai benchmark level harga baru yang akan memengaruhi perilaku pasar. Sedangkan pada penutupan April 2014, IHSG mencatat angka atau menguat 1,51% dibandingkan bulan sebelumnya. Aktifnya IHSG pada level hijau menandakan investor sudah percaya dengan keadaan dan prospek ekonomi Indonesia di tengah tahun politik. Hal itu menandakan fundamental ekonomi Indonesia mulai kembali membaik. Pada kuartal I 2014 tercatat investor asing melakukan net buy sebesar IDR 24,62 triliun, lebih tinggi dibandingkan kuartal IV 2013 yang tercatat IDR 11,11 triliun. Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 27

32 Gambar 15: Pergerakan IHSG dan Indeks Imbal Hasil SUN Tenor 10 Tahun, Mei 2011 Mei 2014 ( %) IHSG terus tumbuh positif; yield SUN di level 8,21% pada akhir Mei2014 Sumber: IDX, CEIC, dan Bloomberg (2014) Pada pasar obligasi, pergerakan yield SUN di penutup Mei 2014 melemah 12 bps pada level 8,21%. Namun, seperti bulan-bulan sebelumnya, pergerakan imbal hasil fluktuatif mengikuti inflasi. Setelah cenderung menurun sejak Januari 2014, tingkat imbal hasil SUN Mei 2014 naik dikarenakan inflasi Mei 2014 lebih tinggi dibandigkan April Pada bulan-bulan sebelumnya, inflasi cenderung melambat sehingga tingkat imbal hasil SUN turun. Nilai imbal hasil SUN pada akhir April 2014 tercatat sebesar 8,09%. Sedangkan pada akhir Maret 2014 tercatat sebesar 8,21%. 3. Tidak ada perubahan berarti pada kebijakan moneter Suku bunga penjaminan LPS naik 25 basis poin (bps) menjadi 7,75% pada Mei Kenaikan ini sebagai upaya untuk dapat menjamin simpanan nasabah perbankan Indonesia saat ini. Tren kenaikan suku bunga perbankan masih terus berlanjut. Likuiditas perbankan pada aset domestik masih menunjukkan pengetatan. Hal ini beriringan dengan kebijakan moneter ketat BI yang tetap mempertahankan BI rate pada tingkat 7,5%. Kebijakan LPS ini berlaku hingga September Sedangkan suku bunga penjaminan LPS pada bulan Maret April tidak mengalami kenaikan, tetap pada level 7,5%. 28 Indonesian Economic Review and Outlook

33 Situasi Moneter dan Pasar Keuangan Gambar 16: Perkembangan Tingkat Suku Bunga Penjaminan LPS dan Deposito, * (%) Tingkat suku bunga penjaminan naik 25 bps, deposito berjangka 1 bulan masih melebihi BI Rate dan suku bunga LPS Catatan: * = April 2014 (deposito berjangka) dan Mei 2014 (suku bunga penjaminan) Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2014) Suku bunga deposito berjangka tetap tinggi, melebihi tingkat suku bunga penjaminan. Suku bunga deposito berjangka satu bulan tercatat 8,1% pada April Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan mengalami likuiditas ketat yang dipengaruhi oleh pertumbuhan likuiditas dalam arti luas (M2) yang juga melambat. Perlambatan M2 disebabkan oleh realisasi belanja pemerintah yang masih rendah dan pertumbuhan kredit yang menurun. Realisasi belanja pemerintah memiliki kecenderungan pola belanja sedikit pada awal tahun dan kemudian dikebut pada periode akhir tahun. Hingga kuartal I 2014, konsumsi pemerintah tercatat hanya tumbuh sebesar 3,6% ( y-o-y), lebih rendah dibandingkan pada kuartal IV 2013 yang tumbuh 6,4% ( y-o-y). Suku bunga kredit meningkat sejak Januari 2014: suku bunga kredit pada Februari 2014 rata-rata 12,51%, Maret 2014 rata-rata sebesar 12,53%, sedangkan pada April 2014 tercatat rata-rata sebesar 12,56%. Kebijakan moneter ketat pada Mei 2014 tetap dipertahankan dengan target pengendalian inflasi dan perbaikan neraca pembayaran. Hal tersebut ditandai dengan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 12 Juni 2014 yang menyatakan BI rate tetap pada level 7,5%. Keputusan Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 29

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK No 3/Tahun III/September 2014 INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK Harapan di Tengah Tantangan dan Peluang Pemerintah Mendatang Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK No 1/Tahun Iv/Maret 2015 INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK Menghadapi Headwind 2015 Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Kata Pengantar Selamat datang di IERO

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK No 4/Tahun III/Desember 2014 INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK Indonesia Menghadapi AEC 2015 AN ECONOMIC 2015 ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 15 Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. September 2014-1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% yoy pada kuartal ketiga 2016, lebih tinggi dari 2015 sebesar 4,74% yoyatau lebih rendah dari 2016 sebesar 5,18% yoy. PDB kuartal

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global 2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK No 3/Tahun II/September 2013 INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK Kemacetan di Yogyakarta Harga sembako melambung tinggi Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK No 2/Tahun II/Juni 2013 INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK Potret kemiskinan di Indonesia Antrian pembelian BBM Kemacetan di Yogyakarta Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK No 1/Tahun II/Maret 2013 INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK Pembangunan infrastuktur Pemanasan percaturan politik Indonesia Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Tabel 1 Neraca Pembayaran Indonesia: Ringkasan

Tabel 1 Neraca Pembayaran Indonesia: Ringkasan Tabel 1 Neraca Pembayaran Indonesia: Ringkasan I. Transaksi Berjalan I. Transaksi Berjalan A. Barang 1) A. Barang 1) - Ekspor - Ekspor 1. Nonmigas 1. Barang Dagangan Umum a. Ekspor - Ekspor b. Impor 2.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK No 1/Tahun I/Desember 2012 INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Kata Pengantar prediksi GAMA Leading Economic Indicator (GAMA

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN 2013 Asumsi ekonomi makro yang dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan berbagai besaran RAPBN tahun 2013 adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi 6,8 %, laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara masih menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi perekonomian negara dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE 2014-2015 A. Analisis Fundamental Nilai Tukar Rupiah 1. Faktor Ekonomi Faktor Ekonomi yaitu hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN 2016 Vol. 2 INDONESIA PASCA BREXIT Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pendahuluan T ahun 2016 disambut dengan penuh optimisme dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Selamat membaca. Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc Head of Researcher Macroeconomic Dashboard

Kata Pengantar. Selamat membaca. Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc Head of Researcher Macroeconomic Dashboard No 1/Tahun III/Maret 2014 INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK Menggapai Harapan dan Perubahan dari Wakil Rakyat Baru Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Kata

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kompleknya keterkaitan dan hubungan antarnegara didalam kancah internasional menyebabkan pemerintah juga ikut serta dalam hal meregulasi dan mengatur

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017 LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017 Table Daftar of Isi: Contents Perkembangan Ekonomi Ekonomi Global Global World Economic Outlook (WEO) April 2017; World Economic Outlook (WEO) April 2017;

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2 LPEM FEB UI LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2 Highlight ŸPertumbuhan PDB 2016Q2 sekitar 5.0% (yoy) dan PDB 2016 diprediksi akan tumbuh pada kisaran 5.0-5.3% (yoy) ŸPertumbuhan didominasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia investasi semakin marak. Banyaknya masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi menambah semakin berkembangnya

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Grafik... iv BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam triwulan II/2001 proses pemulihan ekonomi masih diliputi oleh ketidakpastian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 Pada bulan April 2002 pemerintah berhasil menjadwal ulang cicilan pokok dan bunga utang luar negeri pemerintah dalam Paris Club

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA April 2015 Tim Riset SPMD Overview The Fed siap menaikan suku bunga acuan kapan saja yang berpotensi menarik dana tiba-tiba (sudden reversal) dari emerging market termasuk

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi

Lebih terperinci

S e p t e m b e r

S e p t e m b e r September 2014 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci