CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN"

Transkripsi

1 CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN 2013 Asumsi ekonomi makro yang dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan berbagai besaran RAPBN tahun 2013 adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi 6,8 %, laju inflasi 4,9 %, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 5 %, nilai tukar rupiah Rp per dollar AS, harga minyak 100 dollar AS per barel, lifting minyak 900 ribu barel per hari Mulai RAPBN tahun 2013, Pemerintah juga akan menggunakan lifting gas sebagai salah satu basis perhitungan penerimaan negara yang berasal dari sumber daya alam selain minyak mentah. Lifting gas pada tahun 2013 diasumsikan berada pada kisaran 1,36 juta barel setara minyak per hari. Tabel 1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro, Indikator Ekonomi Real. Real. Real. Real. Real. APBNP Outlook RAPBN Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,3 6,0 4,6 6,2 6,5 6,5 6,3-6,5 6,8 Inflasi (%) 6,6 11,1 2,8 7,0 3,8 6,8 4,8 4,9 Nilai Tukar (Rp/US$) Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 8,0 9,3 7,5 6,6 4,8 5,0 3,9 5,0 Harga Minyak ICP (US$/barel) 72,3 97,0 61,6 79,4 111,5 105,0 110,0 100,0 Lifiting Minyak (ribu barel/hari) 904,0 871,0 944,0 953,9 898,5 930,0 900,0 900,0 Lifting Gas (mboepd) ,0 Sumber : Kemenkeu 1

2 Pemerintah terus menjalankan empat pilar strategi pembangunan yang inklusif, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Keempat pilar strategi itu adalah: pembangunan yang pro-pertumbuhan (pro-growth), pro-lapangan pekerjaan (pro-job), pro-pengurangan kemiskinan (pro-poor), serta pro-pengelolaan dan atau ramah lingkungan (pro-environment). Berikut akan disajikan perkembangan komponen asumsi makro untuk Pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga surat perbendaharaan Negara (SPN) dan nilai tukar rupiah. 2

3 PERTUMBUHAN EKONOMI Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2012 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 mengalami pertumbuhan 6,4 % (y-on-y). Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi (%), % APBN APBN - P Realisasi Sumber : Kemenkeu, angka realisasi tahun 2012 adalah angka sementara Besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2012 mencapai Rp2.050,1 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama sebesar Rp650,6 triliun. Tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi (q-to-q) pada triwulan II-2012 adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (5,2%); Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (4,6%); dan Sektor Konstruksi (4,4%). Sementara untuk pertumbuhan (yon-y) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh (10,1%) ; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (8,9%); dan Sektor Konstruksi (7,3%). Struktur PDB triwulan II-2012 didominasi oleh Sektor Industri Pengolahan (23,5%), Sektor Pertanian (14,8%), dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (13,8%). Struktur PDB dari sisi Pengeluaran di triwulan II-2012 masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Rumah Tangga (53,5 %). Selain itu, didukung oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Komponen Pengeluaran 3

4 Konsumsi Pemerintah yang memberikan kontribusi masing-masing sebesar 32,9 % dan 9,0 %. Sedangkan peranan Ekspor dan Impor masing-masing sebesar 24,3 % dan 26,6 %. Gambar 2. PDB berdasarkan komponen penggunaan (%), 2012 Konsumsi Rumah Tangga Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Ekspor Impor Konsumsi Pemerintah Pertumbuhan PDB pada triwulan II-2012 dibandingkan dengan triwulan I-2012 (q- Tangga yang to-q) sebesar 2,8 % ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah meningkat sebesar 1,4 %; sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah meningkat 27,2 %; Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,3 %; Ekspor Barang dan Jasa 1,3 %; serta Impor Barang dan Jasa 9,2 %. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-2012 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 57,5 %, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,6 %, Pulau Kalimantan 9,5 %, Pulau Sulawesi 4,8 %, dan sisanya 4,6 % di pulaupulau lainnya. Gambar 3. Kontribusi Pulau Utama terhadap PDB, 2012 Q2 9.5% 4.8% 2.2% Sumber : BPS 2.4% Jawa Q Q1 23.6% Sumatera % Sumber : BPS Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan 4

5 Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi besaran APBN. Pada sisi pendapatan negara, pertumbuhan ekonomi antara lain mempengaruhi penerimaan pajak, terutama PPh dan PPN. Sedangkan pada sisi belanja negara, antara lain mempengaruhi besaran nilai subsidi energi dan dana perimbangan dalam transfer ke daerah sebagai akibat perubahan penerimaan pajak. Berdasarkan Nota Keuangan dan APBN tahun 2010, apabila pencapaian pertumbuhan ekonomi lebih rendah 1% dari angka yang diasumsikan, maka defisit RAPBN-P 2010 diperkirakan akan berada pada kisaran Rp4,1 triliun sampai dengan Rp4,5 triliun. Gambar 4. Sensitivitas Pertumbuhan Ekonomi terhadap Besaran APBN Pertumbuhan Ekonomi (%) A. Pendapatan Negara dan Hibah 1. Penerimaan Dalam Negeri a. Penerimaan Perpajakan b. PNBP B. Belanja Negara 1. Belanja Pemerintah Pusat a. Pembayaran Bunga Utang b. Subsidi Energi 2. Transfer ke Daerah C. Surplus/Defisit Anggaran D. Pembiayaan 1. Pembiayaan Dalam Negeri 2. Pembiayaan Luar Negeri (Netto) E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan Sumber : Kemenkeu 5

6 INFLASI Laju inflasi year on year (Juli 2012 terhadap Juli 2011) sebesar 4,56 %. Gambar 5. Perkembangan Tingkat Inflasi (%), Realisasi APBN APBN-P Sumber : BPS, Kemenkeu ; angka realisasi tahun 2012 adalah angka sementara Perkembangan harga berbagai komoditas pada Juli 2012 secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 66 kota pada Juli 2012 terjadi inflasi 0,70 %, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 132,23 pada Juni 2012 menjadi 133,16 pada Juli Laju inflasi tahun kalender (Januari Juli) 2012 sebesar 2,50 % dan laju inflasi year on year (Juli 2012 terhadap Juli 2011) sebesar 4,56 %. Pada Juli 2012 terjadi inflasi sebesar 0,70 % dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 133,16. Dari 66 kota IHK, pada bulan ini seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang 3,17 % dengan IHK 148,20 dan terendah terjadi di Sibolga 0,11 % dengan IHK 140,63. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks seluruh kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 1,68 %; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,89 %; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,16 %; kelompok sandang 0,18 %; kelompok kesehatan 0,42 %; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,56 % dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,31 % (BPS, 2012). 6

7 Selama enam bulan pertama tahun 2012, laju inflasi kumulatif mencapai 1,79 % (year to date/ytd) atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi kumulatif pada periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 1,06 %. Sementara itu, jika dilihat dari inflasi tahunan, selama enam bulan pertama tahun 2012 tercatat inflasi sebesar 4,56 % (yoy), atau lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,54 % (yoy). Gambar 6. Sumber : Kemenkeu Sementara itu, komponen inflasi inti, mengalami inflasi sebesar 1,73 % (ytd) dengan inflasi tahunan (yoy) sebesar 4,15 %. Pada periode yang sama tahun 2011, laju inflasi kumulatif komponen inflasi inti mencapai 1,91 % dengan inflasi tahunan sebesar 4,63 %. Masih relatif tingginya komponen inflasi inti disebabkan oleh meningkatnya ekspektasi inflasi terkait kebijakan pemerintah di bidang energi (potensi kenaikan harga BBM), dampak kekhawatiran terhadap krisis ekonomi yang melanda kawasan Eropa, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah (Kemenkeu, 2012). Dari komponen harga yang dikendalikan Pemerintah (administered price), laju inflasi kumulatif sampai dengan Juni 2012 tercatat sebesar 1,60 % (ytd), dengan inflasi tahunan sebesar 2,90 % (yoy). Sementara itu, pada periode yang sama tahun 2011, komponen administered price mengalami inflasi sebesar 1,48 % (ytd), dengan inflasi tahunan sebesar 5,61 % (yoy). Relatif stabilnya inflasi kelompok ini disebabkan oleh relatif minimnya perubahan kebijakan pemerintah di bidang harga. 7

8 Gambar 7. Sumber : BPS, Kemenkeu Pada semester II tahun 2012, pergerakan harga secara umum diperkirakan berada pada kondisi yang relatif terkendali. Potensi tekanan inflasi tahun 2012 dari sumber dalam negeri diperkirakan melemah karena rencana kebijakan pemerintah meningkatkan harga BBM bersubsidi relatif sulit untuk dilaksanakan. Selain itu, harga bahan pangan dan energi di pasar internasional yang menunjukkan kecenderungan menurun juga mendorong relatif terkendalinya laju inflasi selama semester I tahun Namun, potensi tekanan inflasi dikhawatirkan akan meningkat pada semester II tahun 2012 seiring dengan faktor musiman seperti tahun ajaran baru dan pelaksanaan hari besar keagamaan. Persoalan klasik seperti kurangnya ketersedian infrastruktur jalan dan distribusi juga menjadi kerikil yang menghambat langkah-langkah pengendalian harga (Kemenkeu, 2012). Inflasi, sebagai salah satu indikator ekonomi, digunakan sebagai basis APBN. Kenaikan atau penurunan laju inflasi mempengaruhi besaran APBN, baik pada sisi pendapatan maupun belanja negara sebagai berikut: 1. Pada sisi pendapatan negara, inflasi antara lain akan mempengaruhi penerimaan pajak terutama PPh dan PPN. 2. Pada sisi belanja negara, inflasi antara lain mempengaruhi besaran nilai belanja pemerintah pusat dan dana perimbangan dalam anggaran transfer ke daerah sebagai akibat perubahan pada penerimaan pajak. 3. Perubahan pada pendapatan dan belanja negara akan merubah surplus/defisit anggaran, yang pada akhirnya akan menyebabkan perubahan pada kekurangan/kelebihan pembiayaan. 8

9 4. Apabila angka inflasi lebih tinggi 0,1 persen dari angka yang diasumsikan, maka penurunan defisit APBN diperkirakan akan berada pada kisaran 0,36 persen dari PDB. Gambar 8. Sensitivitas Inflasi terhadap Besaran APBN A. Pendapatan Negara dan Hibah Tingkat Inflasi (%, yoy) 1. Penerimaan Dalam Negeri a. Penerimaan Perpajakan b. PNBP B. Belanja Negara 1. Belanja Pemerintah Pusat a. Pembayaran bunga utang b. Subsidi BBM 2. Transfer ke Daerah C. Surplus/defisit anggaran (A-B) D. Pembiayaan 1. Pembiayaan Dalam Negeri 2. Pembiayaan LN (netto) E. Kekurangan/kelebihan pembiayaan Sumber : Kemenkeu 9

10 NILAI TUKAR Nilai tukar rupiah dipatok di level Rp9.300/US$ dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Angka asumsi ini lebih lemah dibandingkan asumsi nilai tukar rupiah pada APBN-P 2012 sebesar Rp Sentimen negatif yang bersumber dari ketidakpastian perkembangan ekonomi dunia, telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Hingga Juli 2012, rata-rata nilai tukar rupiah tercatat mencapai Rp9.241/US$, atau melemah sekitar 6,04%, dibandingkan posisi rata-rata pada periode yang sama 2011 sebesar Rp 8.715/US$. Kondisi serupa juga dialami oleh negara-negara lain Gambar 9. Perkembangan Tingkat Inflasi (%), Realisasi 9,705 9,164 9,140 9,691 10,408 9,087 8,779 9,241 APBN 8,600 9,900 9,300 9,100 9,400 10,000 9,250 8,800 9,300 APBN-P 9,800 9,300 9,050 9,100 10,500 9,200 8,700 9,000 Sumber : Kemenkeu, angka realisasi tahun 2012 adalah angka sementara Ketika memasuki tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang cukup kuat terkait dengan faktor eksternal. Meningkatnya risiko di kawasan Eropa terkait dengan berlanjutnya ketidakpastian penanganan krisis utang, fiskal dan perbankan, serta indikasi pelemahan ekonomi Cina, India, dan Brazil mendorong perlambatan aliran dana nonresiden ke instrumen keuangan domestik. Tekanan terhadap rupiah mendorong pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang diikuti dengan peningkatan volatilitas. Selama periode Januari Juni 2012, nilai tukar rupiah berada pada kisaran rata-rata sebesar Rp9.203,07 per dolar AS atau terdepresiasi sekitar 5,2 % apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai rata-rata sebesar Rp8.747,00 per dolar AS (Kemenkeu, 2012). 10

11 Gambar 10. Pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh nilai ekspor Indonesia yang melemah, sementara impor barang modal mengalir deras. Hal ini mengakibatkan ketersediaan valuta asing langka di dalam negeri. Pertumbuhan volume perdagangan dunia pada 2012 direvisi ke bawah dari perkiraan sebelumnya 4 % menjadi 3,8 %. Tahun 2013 mendatang, diperkirakan masih akan dibayang-bayangi ketidakpastian. Pertumbuhan volume perdagangan dunia direvisi ke bawah dari perkiraan sebelumnya 5,6 % menjadi hanya 5,1%. Perkembangan perekonomian global sepanjang tahun 2012 masih akan dipengaruhi dampak dari proses pemulihan ekonomi di negara-negara kawasan Eropa, serta pelemahan pertumbuhan ekonomi Cina, India, dan Brazil (Kemenkeu 2012). Kenaikan atau penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolas AS memiliki terhadap besaran, yaitu sebagai berikut: 1. Pada sisi pendapatan negara, depresiasi nilai tukar rupiah antara lain akan mempengaruhi penerimaan minyak dan gas bumi (migas) dalam denominasi dolar Amerika Serikat serta PPh migas dan PPN. 2. Pada sisi belanja negara, antara lain mempengaruhi: (1) belanja dalam mata uang asing; (2) pembayaran bunga utang luar negeri; (3) subsidi BBM dan listrik; dan (4) belanja ke daerah dalam bentuk dana bagi hasil migas. 3. Sedangkan pada sisi pembiayaan, berdampak pada: (1) pinjaman luar negeri baik pinjaman program maupun pinjaman proyek; (2) pembayaran cicilan pokok utang luar negeri; dan (3) privatisasi dan penjualan aset program restrukturisasi perbankan yang dilakukan dalam mata uang asing. 11

12 Gambar 11. Sensitivitas Nilai Tukar Rupiah terhadap besaran APBN A. Pendapatan Negara dan Hibah 1. Penerimaan Dalam Negeri a. Penerimaan Perpajakan Nilai tukar Rupiah (Rp/US$1)) b. PNBP B. Belanja Negara 1. Belanja Pemerintah Pusat a. Pembayaran bunga utang b. Subsidi BBM 2. Transfer ke Daerah C. Surplus/defisit anggaran (A-B) D. Pembiayaan 1. Pembiayaan Dalam Negeri 2. Pembiayaan LN (netto) E. Kekurangan/kelebihan pembiayaan Sumber : Kemenkeu 12

13 SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tenor 3 bulan merupakan suku bunga instrumen obligasi pemerintah yang diterbitkan sebagai acuan dasar dalam menetapkan tingkat bunga obligasi pemerintah jenis bunga mengambang (variable rate bond). Kondisi fundamental ekonomi domestik yang cukup baik ditandai dengan peningkatan peringkat utang Indonesia ke dalam investment grade, serta masih tingginya aliran modal masuk ke dalam negeri, mendorong suku bunga SPN 3 bulan berada di level yang cukup rendah (Kemenkeu, 2012). Gambar 11. Selama tahun 2011, Pemerintah telah melakukan pelelangan SPN 3 bulan sebanyak tiga belas kali dengan tingkat suku bunga yang bervariasi. Secara ratarata, selama tahun tersebut, yield SPN 3 bulan mencapai 4,84 %. Pada pelelangan pertama di bulan Maret 2011, yield SPN mencapai 5,19 % dan kemudian bergerak relatif stabil hingga kemudian mencapai 5,44 % pada pelelangan di bulan Juni Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya faktor ketidakpastian di pasar global seiring eskalasi isu krisis utang Yunani 1. Di bulan-bulan berikutnya suku bunga SPN 3 bulan kembali menurun hingga kemudian mencapai titik terendah sebesar 3,75 % di bulan Agustus Pergerakan tersebut juga dipengaruhi oleh membaiknya optimisme pasar seiring munculnya titik penyelesaian krisis utang Yunani melalui paket penghematan anggaran serta bantuan paket penyelamatan Uni Eropa dari IMF. 1 Nota Keuangan RAPBN-P

14 Yield kembali meningkat hingga mencapai tingkat tertinggi sebesar 5,47 % di bulan Oktober. Peningkatan kali ini terkait dampak kebijakan Operation Twist di AS yang mendorong peralihan likuiditas dari emerging market ke instrumen US treasury yang bertenor panjang. Pada periode selanjutnya, yield menurun hingga mencapai 4,47 % pada pelelangan bulan November Peningkatan dana European Financial Stability Facility (EFSF) dari 440 miliar Euro menjadi 1,0 trilun Euro mampu memberikan dampak sentimen positif bagi kondisi pasar global dan di Indonesia. Prospek pasar SPN 3 bulan di dalam negeri terlihat cukup baik. Besarnya kepercayaan pada instrumen ini tercermin pada oversubscribed penawaran yang terjadi pada setiap pelelangan. Tingkat kepercayaan tersebut tidak lepas dari kondisi fundamental domestik dan pengelolaan fiskal yang baik. Peningkatan peringkat utang Indonesia di tahun 2011 oleh lembaga credit rating dunia, seperti Moody s, S&P, dan Fitch merupakan satu bentuk kepercayaan masyarakat internasional terhadap kondisi ekonomi dalam negeri. Di samping itu, kepercayaan akan tingkat kesehatan dan sustainabilitas fiskal turut mendorong minat investor terhadap SPN 3 bulan yang diterbitkan Pemerintah. Selama tahun 2011, total jumlah penawaran oleh masyarakat dalam lelang SPN 3 bulan mencapai Rp 48,7 triliun dan jumlah penawaran yang dimenangkan jauh lebih kecil, yaitu sebesar Rp 12,5 triliun. Minat investor yang cukup besar tersebut memberikan keuntungan tersendiri berupa ketersediaan satu sumber pembiayaan defisit yang relatif murah. Memasuki tahun 2012, minat investor terhadap SPN 3 bulan tetap tinggi Hasil lelang SPN 3 bulan pada bulan Februari 2012, menghasilkan tingkat suku bunga sebesar 1,69 %, yang merupakan suku bunga terendah selama SPN 3 bulan diterbitkan. Dalam perkembangannya, tingkat suku bunga SPN 3 bulan secara perlahan bergerak meningkat mencapai sebesar 3,31 % pada lelang 17 April Peningkatan suku bunga itu sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap kondisi Eropa dan perkembangan perekonomian AS yang mulai menunjukkan pemulihan. Faktor-faktor tersebut mendorong para investor untuk mengalihkan dananya (flight to quality) ke instrumen investasi yang dianggap lebih aman (safe haven), terutama instrumen obligasi jangka panjang Pemerintah AS dan obligasi Pemerintah Jerman. 14

15 Sampai dengan semester I tahun 2012, Pemerintah telah melakukan pelelangan selama 8 kali dengan tingkat suku bunga SPN 3 bulan yang dihasilkan mencapai rata-rata 2,9 %, relatif lebih rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga ratarata SPN 3 bulan periode yang sama tahun 2011 sebesar 5,1 %. Suku bunga SPN 3 bulan di paruh kedua tahun 2012 diperkirakan masih akan mengalami tekanan terutama karena melambatnya aliran modal yang masuk ke dalam negeri. Namun, terjaganya tingkat inflasi dan optimisme prospek perekonomian Indonesia yang semakin membaik diharapkan tingkat suku bunga SPN 3 bulan berada pada level 3,9 % atau di bawah target di dalam APBN-P di kisaran 5,0 %. 15

16 KETENAGAKERJAAN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 120,4 juta orang, bertambah sekitar 3,0 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011 sebesar 117,4 juta orang atau bertambah sebesar 1,0 juta orang dibanding Februari Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 112,8 juta orang, bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2011 sebesar 109,7 juta orang atau bertambah 1,5 juta orang dibanding keadaan Februari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32 %, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2011 sebesar 6,56 % dan TPT Februari 2011 sebesar 6,80 %. Tabel 2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, Jenis Kegiatan Utama (juta orang) Februari Agustus Februari Agustus Februari Angkatan Kerja ,53 119,4 117,37 120,41 Bekerja 107,41 108,21 111,28 109,67 112,8 Penganggur 8,59 8,32 8,12 7,7 7,61 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 67,83 67,72 69,96 68,34 69,66 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7,41 7,14 6,8 6,56 6,32 Pekerja tidak penuh 32,8 33,27 34,19 34,59 35,55 Setengah penganggur 15,27 15,26 15,73 13,52 14,87 Paruh waktu 17,53 18,01 18,46 21,06 20,68 Sumber : BPS Meskipun angka penduduk bekerja relatif tinggi (112,28 juta jiwa) namun pengambil kebijakan perlu mewaspadai besarnya angka penduduk yang bekerja tidak penuh (35,55 juta), setengah penganggur (14,87 juta jiwa) dan paruh waktu (20,68 juta jiwa). Tingginya jumlah pekerja dengan karakteristik pekerjaan tersebut menandakan adanya fenomena pengangguran terselubung. Selama setahun terakhir (Februari 2011 Februari 2012), jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan, terutama di Sektor Perdagangan sekitar 780 ribu 16

17 orang (3,36 %) serta Sektor Keuangan sebesar 720 ribu orang (34,95 %). Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian 1,3 juta orang (3,01 %) dan Sektor Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi sebesar 380 ribu orang (6,81 %). Tabel 3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Lapangan Kegiatan Utama Pekerjaan Utama, (juta orang) Februari Agustus Februari Agustus Februari Pertanian 42,83 41,49 42,48 39,33 41,2 Industri 13,05 13,82 13,7 14,54 14,21 Konstruksi 4,84 5,59 5,59 6,34 6,1 Perdagangan 22,21 22,49 23,24 23,4 24,02 Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 5,82 5,62 5,58 5,08 5,2 Keuangan 1,64 1,74 2,06 2,63 2,78 Jasa Kemasyarakatan 15,62 15,96 17,02 16,65 17,37 Lainnya 1,4 1,5 1,61 1,7 1,92 Jumlah 107,41 108,21 111,28 109,67 112,8 Sumber : BPS Struktur ketenagakerjaan didominasi oleh tingginya jumlah pekerja di sektor pertanian, perdagangan dan Industri. Tingkat kesejahteraan pekerja memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan sektoralnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor pertanian dan industri untuk memperbaiki kualitas hidup pekerja. Pada Februari 2012, pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap mendominasi yaitu sebesar 55,5 juta orang (49,21 %), sedangkan pekerja dengan pendidikan diploma sekitar 3,1 juta orang (2,77 %) dan pekerja dengan pendidikan universitas hanya sebesar 7,2 juta orang (6,43 %). 17

18 Tabel 4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, (juta orang) Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Februari Agustus Februari Agustus Februari SD ke Bawah 55,31 54,51 55,12 54,18 55,51 Sekolah Menengah Pertama 20,3 20,63 21,22 20,7 20,29 Sekolah Menengah Atas 15,63 15,92 16,35 17,11 17,2 Sekolah Menengah Kejuruan 8,34 8,88 9,73 8,86 9,43 Diploma I/II/III 2,89 3,02 3,32 3,17 3,12 Universitas 4,94 5,25 5,54 5,65 7,25 Jumlah 107,41 108,21 111,28 109,67 112,8 Sumber : BPS Jumlah pengangguran pada Februari 2012 mencapai 7,6 juta orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana TPT Februari 2012 sebesar 6,32 % turun dari TPT Agustus 2011 sebesar 6,56 % dan TPT Februari 2011 sebesar 6,80 %. Pada Februari 2012, TPT untuk pendidikan menengah masih tetap menempati posisi tertinggi, yaitu TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 10,34 % dan TPT Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 9,51 %. Jika dibandingkan keadaan Agustus 2011, TPT pada hampir semua tingkat pendidikan cenderung turun, kecuali TPT untuk tingkat pendidikan SD kebawah naik 0,13 % poin dan TPT untuk tingkat pendidikan Diploma I/II/III naik 0,34 % poin. Tabel 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, (%) Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Februari Agustus Februari Agustus Februari SD ke Bawah 3,71 3,81 3,37 3,56 3,69 Sekolah Menengah Pertama 7,55 7,45 7,83 8,37 7,8 Sekolah Menengah Atas 11,9 11,9 12,17 10,66 10,34 Sekolah Menengah Kejuruan 13,81 11, ,43 9,51 Diploma I/II/III 15,71 12,78 11,59 7,16 7,5 Universitas 14,24 11,92 9,95 8,02 6,95 Jumlah 7,41 7,14 6,8 6,56 6,32 Sumber : BPS 18

19 Meskipun angka pengangguran di Indonesia mengalami penurunan, namun para pengambil kebijakan perlu memahami karakter dan komponen yang membentuk angka pengangguran. Tingginya tingkat pengangguran pada kelompok masyarakat berpendidikan menengah dan tinggi menandakan adanya diskoneksitas antara kurikulum yang diajarkan di sekolah dengan kebutuhan di pasar kerja. Penyusun : Donny Alverino 19

20 DAFTAR PUSTAKA Bisnis Indonesia, NOTA KEUANGAN: 2013, Nilai tukar rupiah diasumsikan Rp9.300/US$ dot-300-slash-us$ Bisnis Indonesia, RAPBN 2013: Asumsi pertumbuhan ekonomi 6,8% Kompas.com, Ini Asumsi Makro RAPBN 2013, N.2013 BPS, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2012, Berita Resmi Statistik No. 54/08/Th. XV, 6 Agustus 2012, Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi, Berita Resmi Statistik No. 47/08/Th. XV, 1 Agustus 2012, Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2012, Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XV, 7 Mei 2012, Kementerian Keuangan, Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Semester Pertama Tahun Anggaran 2012, 20

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 Jakarta, 10 Juni 2014 Kunjungan FEB UNILA Outline 1. Peran dan Fungsi APBN 2. Proses Penyusunan APBN 3. APBN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017 LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017 Table Daftar of Isi: Contents Perkembangan Ekonomi Ekonomi Global Global World Economic Outlook (WEO) April 2017; World Economic Outlook (WEO) April 2017;

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 110, 2005 APBN. Pendapatan. Pajak. Bantuan. Hibah. Belanja Negara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 TUMBUH 5,81 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Realisasi Tahun 2017... 1.1.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2017... 1.1.2 Realisasi

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 28 April 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. April 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari)

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2009 MENCAPAI 4,5 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Mei 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Mei 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 13/02/Th. XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2011 MENCAPAI 6,5 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001 Kondisi ekonomi makro bulan Juni 2001 tidak mengalami perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kepercayaan masyarakat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 No. 63/08/Th. XVII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 TUMBUH 5,12 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Grafik... iv BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017 LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017 Table Daftar of Isi: Contents Ekonomi Global Perkembangan Ekonomi Global Global Competitiveness Report 2017-2018; World Bank: Indonesia Economic Quarterly;

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1 Umum... 1.2 Pokok-pokok Perubahan Asumsi

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Maret 2017 Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Maret 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1 5,01 4,0 3,61 5,3 5,2 13.300 13.348

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2010 MENCAPAI 6,1 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 meningkat sebesar

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar... Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar... BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro... 1.3 Perubahan Kebijakan APBN... 1.4 Pokok-Pokok

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/02/Th. XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2013 MENCAPAI 5,78 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/2/Th.XIX, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV- TUMBUH 5,4 PERSEN TERTINGGI SELAMA TAHUN EKONOMI INDONESIA TAHUN TUMBUH 4,79 PERSEN

Lebih terperinci

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012 ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012 A. Nilai Tukar Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah dalam tahun 2010 mencapai Rp9.087/US$, menguat dari asumsinya dalam APBN-P sebesar rata-rata

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 Pada bulan April 2002 pemerintah berhasil menjadwal ulang cicilan pokok dan bunga utang luar negeri pemerintah dalam Paris Club

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pilar penting dalam suatu perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pilar penting dalam suatu perekonomian di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan pilar penting dalam suatu perekonomian di Indonesia dan juga merupakan tempat bagi perusahaan dalam membiayai kegiatan perusahaan. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2010 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman BAB I PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR DAN POKOK- POKOK KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 2010 Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan sebesar 6,1%. Inflasi berada pada kisaran 6,1-6,5% Perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik, kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi cukup

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci