BAB II TINJAUAN PUSTAKA. percobaannya akan dapat deterapkan pada proses belajar-mengajar untuk manusia.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. percobaannya akan dapat deterapkan pada proses belajar-mengajar untuk manusia."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Pada mulanya teori-teori belajar dikembangkan oleh para psikologi dan dicobakan tidak langsung kepada manusia disekolah, melainkan menggunakan percobaan yang dilakukan pada hewan. Mereka beranggapan bahwa hasil percobaannya akan dapat deterapkan pada proses belajar-mengajar untuk manusia. Menurut Sardiman (2011: 20) belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain dan sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya. Menurut Slameto (2010: 2) pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya menurut Uno (2008:59) perubahan tingkah laku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Kesengajaan itu sendiri tercermin dari adanya faktor faktor berikut : a. Kesiapan (Readdines), yaitu kapasitas baik fisik maupun mental melakukan sesuatu. b. Motivasi, yaitu Dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu. c. Tujuan yang ingin dicapai. Ketiga faktor di atas akan mendorong seseorang untuk melakukan proses belajar.

2 Sementara itu definisi belajar menurut aliran kognitivisme adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu berbentuk pada perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Menurut Good dan Brophy (dalam Uno. 2008: 15) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri (belajar). Perubahan perilaku tersebut tampak dalam penguasaan siswa pada pola-pola tanggapan (respons) baru terhadap lingkungannya yang berupa keterampilan (skill), kebiasaan (habit), sikap atau pendirian (attitude), kemampuan (ability), pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), emosi (emosional), apresiasi (appreciation), jasmani dan etika atau budi pekerti serta hubungan sosial. Sehubungan dengan itu, menurut Suparno (dalam Sardiman. 2011: 38) ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar yang dijelaskan sebagai berikut: a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. b. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus. c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan,tetapi perkembangan itu sendiri.

3 d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Dari uraian di atas diperoleh suatu pengertian bahwa belajar adalah sebuah proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi sebagai akibat dari usaha atau pengalaman belajar yang dialaminya. Maksud dari perubahan tingakah laku yang tersebut misalnya dari sesuatu yang tidak diketahui menjadi diketahui, perubahan dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan pemahaman dan lain-lain. Belajar juga diharapkan dapat membuat perilaku seseorang menjadi lebih baik. Berikut ini penjelasan dari perubahan yang terjadi akibat proses belajar. 1. Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah afektif, kognitif, dan psikomotor, tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja. 2. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat. 3. Perubahan tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi pada umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tapi terutama hanya dalampotensi sesorang untuk berperilaku Setelah mempelajari beberapa pendapat para ahli sebagaimana yang dikemukakan di atas jelas bahwa yang dikatakan belajar adalah keseluruhan

4 proses perubahan yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan secara sadar dalam jangka waktu yang lama. 2.2 Pengertian Matematika Matematika, (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian. Berdasarkan etimologi perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Di sisi lain matematika dipadang sebagai ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya dan terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Matematika menawarkan diri sebagai alat dalam menyusun perencanaan, evaluasi data percobaan, dan mengurangi kerja serta biaya dengan jalan penemuan jawaban masalah. Menurut Tiro (2010: 18) bahwa salah satu ciri matematika yaitu adanya unsur atau pernyataan tertentu tentang konsep yang tidak terdefenisi dan diambil sebagai aksioma. Beberapa aturan,hukum,pengolahan, atau operasi pada bilangan real dapat diambil sebagai aksioma. Konsep-konsep baru seperti fungsi, integral, limit, kemalaran (continuity) dan turunan kemudian didefinisikan dalam bentuk-bentuk bilangan real. Sifat-sifat dari konsep-konsep ini kemudian diturunkan menjadi teorema yang diperoleh dari aksioma tadi. Jadi, begitu

5 sederhananya matematika dengan bermodalkan seperangkat modal dasar melalui penalaran dapat menghasilkan informasi atau teori yang demikian banyaknya dan pada akhirnya menjadi suatu alat yang ampuh dalam kehidupan manusia. Lebih lanjut Tiro (2010:19) juga mengemukakan bahwa matematika adalah suatu sistem aksiomatis yang memiliki ciri sebagai berikut: 1. Ada unsur primitif (undefined terms) sebagai komponen utama; 2. Seperangkat aksioma (unproven statements) juga sebagai suatu komponen; 3. Semua definisi atau teorema dibuat dengan menggunakan unsur primitif, aksioma, definisi atau teorema yang sudah ada sebelumnya; 4. Nilai benar dan salah ditentukan atau diukur oleh hukum-hukum yang sudah ada. Dari gambaran diatas, semakin terasa bahwa matematika memainkan peranan dalam memberikan kemampuan kepada manusia untuk menguasai dunia fisik, dan memberikan pengaruh dalam hampir setiap segi dari kebudayaan manusia. Matematika yang diajarkan dijenjang persekolahan yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Menurut Anonim (2008:7) sering juga dikatakan bahwa matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK. Konsep matematika yang dipilih adalah matematika yang dapat menata nalar, membentuk kepribadian,

6 menanamkan nilai, memecahkan masalah dan melakukan tugas tertentu pada suatu aspek. Soedjadi (2000 :11) mengungkap definisi tentang matematika yaitu: a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik; b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan kalkulasi; c. Matematika adalah pengetahuan tentang pembenaran logik dan berhubungan dengan bilangan; d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk; e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur struktur yang logika; f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan aturan yang ketat. Dengan berbagai uraian di atas menunjukkan pada kita bahwa pengertian matematika begitu luas dan kompleks. Dengan demikian untuk memahami dan menangkap pengertian matematika sepertinya kita membenarkan ucapan Cournt dan Robin (dalam Suherman, 2003 : 18) bahwa untuk mengetahui matematika itu seseorang harus mempelajari sendiri ilmu matematika itu. 2.3 Pengertian Belajar Matematika Matematika yang dipelajari di sekolah adalah matematika yang materinya dipilih sedemikian rupa agar mudah dialih fungsikan kegunaannya dalam kehidupan siswa yang mempelajarinya. Menurut Uno (2008 : 15) belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilku setelah mempelajari suatu objek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidup. Sedangkan menurut Soedjadi (2000

7 : 24) pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Menurut Gagne (dalam Uno 2008 : 12) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kodisi internal dan hasil belajar. Berdasarkan pendapat para ahli diatas tentang pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh setiap individu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan. 2.4 Pengertian Kesulitan Belajar Matematika Menurut Abdurrahman (2012: 1) kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris learning disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability atrinya ketidakmampuan; shingga terjemahan yang sebenarnya adalah ketidakmampuan belajar. Istilah kesulitan belajar digunakan karena dirasakan lebih optimistik. Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung. Menurut Syah (dalam Candraningrum, 2010: 21) siswa tidak pernah lepas dari kesulitan yang dialami selama belajar. Secara umum, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam yakni:

8 a. Faktor Intern Siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dalam diri siswa sendiri. Seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa, labilnya emosi dan sikap, dan terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar. b. Faktor Ekstern Siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa. Biasanya berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan perkampungan/masyarakat dan lingkungan sekolah. Hal tersebut juga seperti yang diungkapkan oleh Cooney, Davis, dan Henderson (dalam Candraningrum, 2010: 22-27) yang mengelompokkan sumber kesulitan itu menjadi lima faktor yaitu : 1. Faktor Fisiologis Kesulitan belajar siswa dapat ditimbulkan oleh faktor fisiologis. Diantaranya adalah karena gangguan penglihatan dan pendengaran. Suatu kenyataan yang terjadi adalah siswa yang mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran akan banyak mengalami kesulitan apabila dibandingkan dengan siswa yang normal pada umumnya. Siswa akan mengalami kesulitan untuk melihat tulisan di papan tulis atau pada saat guru sedang menjelaskan tentang konsepnya. Hal yang serupa juga terjadi pada siswa yang mempunyai gangguan neurologis (sistem syaraf). Sistem koordinasi sistem syaraf yang terganggu merupakan kendala dalam siswa belajar. Apabila terdapat siswa yang mempunyai gangguan fisiologis, yang dapat dilakukan guru hanyalah memberikan kesempatan kepada siswa yang mengalami gangguan tersebut untuk duduk lebih dekat dengan meja guru. Selain itu,

9 hambatan tersebut hendaknya di atasi melalui kerjasama yang baik dengan pihak yang memiliki kompetensi (seperti psikolog, atau dari bimbingan dan konseling) bahkan terdapat sekolah khusus seperti sekolah luar biasa sehingga dapat menanganinya dengan baik. 2. Faktor Sosial Hubungan orang tua dengan anak, dan tingkat kepedulian orang tua tentang masalah belajarnya di sekolah, merupakan faktor yang dapat memberikan kemudahan, atau sebaliknya menjadi faktor kendala bahkan penambah kesulitan belajar siswa. Termasuk dapat memberikan kemudahan antara lain : kasih sayang, pengertian, dan perhatian atau kepedulian (misalnya menyertai anaknya belajar, dan tersedianya tempat belajar yang kondusif). Di samping itu ekonomi juga merupakan faktor baik positif maupun negatif. Siswa yang mengalami masalah sosial di rumahnya biasanya dari kalangan keluarga yang kurang menaruh perhatian pada perkembangan anaknya. Hal ini mungkin akibat dari kepedulian yang rendah terhadap belajar anak/siswa, permasalahan tersebut dapat terjadi baik dari kalangan yang ekonominya sudah mapan maupun ekonominya masih lemah. Keluarga yang mempunyai kemudahan dalam memberikan alat permainan dan bacaan edukatif kepada anaknya yang masih belajar di tingkat pendidikan dasar, memberikan kesempatan lebih baik untuk anak-anaknya untuk berkembang dan mengatasi kesulitan mereka di kelas. Faktor sosial di dalam dan di luar kelas dalam lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap kelancaran atau kesulitan belajar siswa. Interaksi antar siswa yang kurang dibiasakan dalam kegiatan di kelas dapat menyebabkan

10 masalah sosial. Secara umum siswa yang terlalu tertutup atau terlalu terbuka mungkin adalah siswa yang mengalami masalah di rumah atau tekanan dari teman atau mungkin orang tuanya. Jadi lingkungan belajar di sekolah juga merupakan salah satu faktor sosial kesulitan belajar siswa. Masalahnya perlu dikaji dan penyelesaiannya mungkin memerlukan bantuan wali kelas, guru bimbingan atau pihak luar yang lebih memahami masalah siswa tersebut. 3. Faktor Emosional Siswa yang sering gagal dalam matematika lebih mudah berpikir tidak rasional, takut, cemas, benci pada matematika. Jika demikian maka hambatan itu dapat melekat pada diri anak / siswa. Masalah siswa yang termasuk dalam faktor emosional dapat disebabkan oleh : 1) Obat-obatan tertentu, seperti obat penenang, ekstasi dan obat lain yang sejenis 2) Kurang tidur 3) Diet yang tidak tepat 4) Hubungan yang renggang dengan teman terdekat 5) Masalah tekanan dari situasi keluarganya di rumah Siswa yang mengkonsumsi obat-obatan akan menunjukkan perangai yang tidak rasional, depresi bahkan kesehatan akan menurun. Akibatnya siswa akan kurang menaruh perhatian terhadap pelajaran, atau mudah mengalami depresi mental, emosional, kurang ada minat membaca buku maupun menyelesaikan pekerjaan rumah. Penanganan kesulitan belajar yang disebabkan oleh hal-hal di

11 atas sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi, baik psikologis, medis maupun agamis. 4. Faktor Intelektual Siswa yang mengalami kesulitan belajar disebabkan oleh faktor intelektual, umumnya kurang menguasai konsep, fakta, operasi dan prinsip atau algoritma, walaupun telah berusaha mempelajarinya. Siswa yang mengalami kesulitan menabstraksi, menggeneralisasi, berpikir deduktif, dan mengingat konsep-konsep atau prinsip-prinsip biasanya selalu merasa bahwa matematika itu sulit. Siswa yang demikian juga mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah terapan atau soal cerita. Ada juga siswa yang kesulitannya terbatas dalam materi tertentu, tetapi merasa mudah dalam materi lain. Adapun yang menjadi indikator kesulitan belajar matematika dalam penelitian ini pada faktor intelektual siswa mencakup 4 aspek yakni: a. Kesulitan belajar fakta Menurut Soedjadi (2000 : 37) Fakta merupakan perjanjian atau pemufakatan yang dibuat dalam matematika, misalnya lambang, nama, istilah, serta perjanjian. Kaitannya dengan kesulitan belajar matematika siswa, maka siswa sering mengalami kesulitan disebabkan dari adanya lambang-lambang atau simbol, huruf dan kata. Contohnya pada materi himpunan adalah siswa kurang tahu bagaimana cara penulisan tanda kurung kurawal, simbol bilangn asli seperti apa dan lain sebagainya.

12 b. Kesulitan belajar konsep Menurut Soedjadi (2000 : 37) Konsep merupakan pengertian abstrak yang memungkinkan seseorang menggolong-golongkan objek atau peristiwa. Hubungannya dengan kesulitan belajar matematika, maka siswa sering mengalami kesulitan untuk menangkap konsep dengan benar. Contohnya pada materi himpunan yaitu siswa belum bisa membedakan mana yang termasuk himpunan dan mana yang bukan himpunan. c. Kesulitan belajar operasi Menurut Soedjadi (2000 : 38) Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika yang lain. Operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus karena operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui. Contohnya dalam materi himpunan adalah siswa tidak tahu bagaimana cara menyatakan himpunan dalam bentuk kata-kata, notasi himpunan dan mendaftarkan anggotanya. d. Kesulitan belajar prinsip Menurut Soedjadi (2000 : 38) Prinsip yaitu pernyataan yang menyatakan berlakunya suatu hubungan antara beberapa konsep. Pernyataan itu dapat menyatakan sifat-sifat suatu konsep, atau hukum-hukum atau teorema atau dalil yang berlaku dalam konsep itu. Berkaitan dengan kesulitan belajar yang dialami siswa dalam belajar matematika, maka sering siswa tidak memahami asal usul suatu prinsip, ia tahu rumusnya dan bagaimana menggunakannya, tetapi tidak tahu mengapa digunakan. Contohnya pada materi himpunan yaitu misalnya siswa tahu pengertian himpunan dan menyatakan himpunan akan tetapi ketika masuk pada

13 materi himpunan semesta dan himpunan bagian siswa sudah tidak memahami lagi konsep yang sebelumnya. 5. Faktor Pedagogis Di antara penyebab kesulitan belajar siswa yang sering dijumpai adalah faktor kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran dan menerapkan metodologi. Misalnya guru masih kurang memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa, guru langsung masuk ke materi baru. Ketika terbentur kesulitan siswa dalam pemahaman, guru mengulang pengetahuan dasar yang diperlukan. Kemudian melanjutkan lagi materi baru yang pembelajarannya terpenggal. Jika ini berlangsung dan bahkan tidak hanya sekali dalam suatu tatap muka, maka akan muncul kesulitan umum yaitu kebingungan karena tidak terstrukturnya bahan ajar yang mendukung tercapainya suatu kompetensi. Di antara lima faktor kesulitan belajar yang diungkapkan oleh Cooney, Davis, dan Henderson, yang dikaji oleh peneliti adalah kesulitan belajar yang dialami siswa berkaitan dengan faktor intelektual, Hal tersebut dilihat dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 15 kota Gorontalo sehingga kesulitan yang dimaksud adalah kesulitan siswa berkaitan dengan kesulitan belajar konsep, kesulitan belajar fakta, kesulitan belajar operasi dan kesulitan belajar prinsip dalam mempelajari materi himpunan. Contohnya dalam materi himpunan yaitu C adalah himpunan bilangan cacah yang kurang dari 10, bagaimana menyatakan himpunan A dengan cara kata-kata, notasi himpunan dan mendaftarkan anggotanya maka penyelesaiannya adalah C adalah himpunan bilangan cacah kurang dari 10, maka menyatakan dengan kata-kata yaitu C = {

14 bilangan cacah kurang dari 10}, menyatakan dengan notasi pembentuk himpunan yaitu C = { x < 10, x bilangan cacah} dan menyatakan dengan mendaftar anggota-anggotanya yaitu C = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}. 2.5 Tinjauan Materi Himpunan Himpunan Pengertian Himpunan Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 164) Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas, sehingga dengan tepat dapat diketahui objek yang termasuk himpunan dan yang tidak termasuk dalam himpunan tersebut. Berikut adalah beberapa contoh yang termasuk himpunan dan bukan himpunan: a. Kumpulan hewan berkaki dua. b. Kumpulan warna lampu lalu lintas. c. Kumpulan lukisan indah. d. Kumpulan wanita cantik di Indonesia. Kumpulan hewan berkaki dua antara lain ayam, itik, dan burung. Kumpulan hewan berkaki dua adalah suatu himpunan, karena setiap disebut hewan berkaki dua, maka hewan tersebut pasti termasuk dalam kumpulan tersebut. Kumpulan warna lampu lalu lintas adalah merah, kuning, dan hijau. Kumpulan warna lampu lalu lintas adalah suatu himpunan, karena dengan jelas dapat ditentukan anggotanya. Sedangkan kumpulan lukisan indah tidak dapat disebut himpunan, karena lukisan indah menurut seseorang belum tentu indah menurut orang lain.

15 Dengan kata lain, kumpulan lukisan indah tidak dapat didefinisikan dengan jelas. Demikian halnya dengan kumpulan wanita cantik di Indonesia. Wanita cantik menurut seseorang belum tentu cantik menurut orang lain. Jadi, kumpulan wanita cantik bukan termasuk himpunan Notasi dan Anggota Himpunan Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 165) Suatu himpunan biasanya diberi nama atau dilambangkan dengan huruf besar (kapital) A, B, C,..., Z. Adapun benda atau objek yang termasuk dalam himpunan tersebut ditulis dengan menggunakan pasangan kurung kurawal {...}. Contoh: Nyatakan himpunan berikut dengan menggunakan tanda kurung kurawal. a) A adalah himpunan bilangan cacah kurang dari 6. b) P adalah himpunan huruf-huruf vokal. c) Q adalah himpunan tiga binatang buas. Penyelesaian: a) A adalah himpunan bilangan cacah kurang dari 6. Anggota himpunan bilangan cacah kurang dari 6 adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5. Jadi, A = {0, 1, 2, 3, 4, 5}. b) P adalah himpunan huruf-huruf vokal. Anggota himpunan huruf-huruf vokal adalah a, e, i, o, dan u, sehingga ditulis P = {a, e, i, o, u}. c) Q adalah himpunan tiga binatang buas. Anggota himpunan binatang buas antara lain harimau, singa, dan serigala. Jadi, Q = {harimau, singa, serigala}.

16 Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 165) Setiap benda atau objek yang berada dalam suatu himpunan disebut anggota atau elemen dari himpunan itu dan dinotasikan dengan. Adapun benda atau objek yang tidak termasuk dalam suatu himpunan dikatakan bukan anggota himpunan dan dinotasikan dengan. Berdasarkan contoh di atas, A adalah himpunan bilangan cacah kurang dari 6, sehingga A = {0, 1, 2, 3, 4, 5}. Bilangan 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 adalah anggota atau elemen dari himpunan A, ditulis 0 A, 1 A, 2 A, 3 A, 4 A, dan 5 A. Karena 6, 7, dan 8 bukan anggota A, maka ditulis 6 A, 7 A, dan 8 A. Banyak anggota suatu himpunan dinyatakan dengan n. Jika A = {0, 1, 2, 3, 4, 5} maka n(a) = banyak anggota himpunan sehingga n(a) = 6. Banyaknya anggota himpunan A dinyatakan dengan n(a) Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 166) Dalam matematika, beberapa huruf besar digunakan sebagai lambang himpunan bilangan tertentu, di antaranya sebagai berikut: Huruf A : lambang himpunan bilangan asli. A = {1, 2, 3, 4,... } Huruf B : lambang himpunan bilangan bulat. B = {..., 3, 2, 1, 0, 1, 2, 3,...} Huruf C : lambang himpunan bilangan cacah. C = {0, 1, 2, 3,... } Huruf L : lambang himpunan bilangan ganjil. Huruf N : lambang himpunan bilangan genap. Huruf P : lambang himpunan bilangan prima.

17 Huruf Q : lambang himpunan bilangan rasional. Q = a b, a B dan b A dimana a anggota himpunan bilangan bulat dan b anggota himpunan bilangan asli Menyatakan Suatu Himpunan Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 167) Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan tiga cara sebagai berikut. a. Dengan kata-kata. Dengan cara menyebutkan semua syarat/sifat keanggotaannya. Contoh: P adalah himpunan bilangan prima antara 10 dan 40, ditulis P = {bilangan prima antara 10 dan 40}. b. Dengan notasi pembentuk himpunan. Sama seperti menyatakan himpunan dengan kata-kata, pada cara ini disebutkan semua syarat/sifat keanggotannya. Namun, anggota himpunan dinyatakan dengan suatu peubah. Peubah yang biasa digunakan adalah x atau y. Contoh: P : {bilangan prima antara 10 dan 40}. Dengan notasi pembentuk himpunan, ditulis P = {10 < x < 40, x bilangan prima}. c. Dengan mendaftar anggota-anggotanya. Dengan cara menyebutkan anggota-anggotanya, menuliskannya dengan menggunakan kurung kurawal, dan anggota-anggotanya dipisahkan dengan tanda koma. Contoh: P = {11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37}

18 2.5.3 Himpunan Kosong Dan Himpunan Semesta Himpunan Kosong dan Himpunan Nol Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 169) Jika P adalah himpunan persegi yang mempunyai tiga buah sisi maka anggota P tidak ada atau kosong. Himpunan P disebut himpunan kosong (tidak mempunyai anggota), karena jumlah sisi persegi adalah empat. Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota, dan dinotasikan dengan { } atau φ. Jika R = {x x < 1, x C} maka R = {0} atau n(r) = 1. Himpunan R disebut himpunan nol. Anggota himpunan R adalah 0. Jadi, himpunan R bukan merupakan himpunan kosong. Himpunan nol adalah himpunan yang hanya mempunyai 1 anggota, yaitu nol (0) Himpunan Semesta Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 170) Jika P = {pisang, jeruk, apel, anggur} maka semesta pembicaraan dari himpunan P adalah himpunan S = {buahbuahan}. Dengan kata lain, S adalah himpunan semesta dari P. Himpunan S memuat semua anggota himpunan P. Himpunan semesta atau semesta pembicaraan adalah himpunan yang memuat semua anggota atau objek himpunan yang dibicarakan. Himpunan semesta (semesta pembicaraan) biasanya dilambangkan dengan S.

19 2.5.4 Himpunan Bagian Pengertian Himpunan Bagian Menurut Nuharini dan Wahyuni (2008 : 172) berikut adaalah beberapa contoh tentang himpunan bagian. Contoh: A = {1, 2, 3} B = {4, 5, 6} C = {1, 2, 3, 4, 6} Berdasarkan ketiga himpunan di atas, tampak bahwa setiap anggota himpunan A, yaitu 1, 2, 3 juga menjadi anggota himpunan C. Dalam hal ini dikatakan bahwa himpunan A merupakanhimpunan bagian dari C, ditulis A C. Himpunan A merupakan himpunan bagian B, jika setiap anggota A juga Sekarang menjadi anggota perhatikan B dan himpunan dinotasikan B dan A himpunan B. C. B = {4, 5, 6} C = {1, 2, 3, 4, 5} Tampak bahwa tidak setiap anggota B menjadi anggota C, karena 6 C. Dikatakan bahwa B bukan merupakan himpunan bagian dari C, ditulis B C. ( B C dibaca: B bukan himpunan bagian dari C). Himpunan A bukan merupakan himpunan bagian B, jika terdapat anggota A yang bukan anggota B, dan dinotasikan A B.

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA PADA MATERI HIMPUNAN

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA PADA MATERI HIMPUNAN ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA PADA MATERI HIMPUNAN Sadam Eksan, Franky A. Oroh, Nancy Katili ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan belajar

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK LOGIKA PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH 3 KLATEN UTARA

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK LOGIKA PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH 3 KLATEN UTARA ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK LOGIKA PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH 3 KLATEN UTARA Luthfiana Mirati 1) Prodi pendidikan matematika, STKIP Bina Bangsa Meulaboh email: Abstrak Matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar Ilmu pengetahuan sangat penting bagi kehidupan seseorang dengan ilmu pengetahuan seseorang akan berpikir lebih maju dari sebelumnya. Oleh karena itu, setiap

Lebih terperinci

Sumber: Dok. Penerbit

Sumber: Dok. Penerbit 6 HIMPUNAN eringkah kalian berbelanja di swalayan atau di warung dekat rumahmu? Cobalah kalian memerhatikan barang-barang yang dijual. Barang-barang yang dijual biasanya dihimpun sesuai jenisnya. Penghimpunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Matematika Menurut Hamalik (2008:36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih

Lebih terperinci

A. Pengertian dan Notasi Himpunan 1. Pengertian Himpunan Istilah kelompok, kumpulan, kelas, maupun gugus dalam matematika dikenal sebagai istilah

A. Pengertian dan Notasi Himpunan 1. Pengertian Himpunan Istilah kelompok, kumpulan, kelas, maupun gugus dalam matematika dikenal sebagai istilah A. Pengertian dan Notasi Himpunan 1. Pengertian Himpunan Istilah kelompok, kumpulan, kelas, maupun gugus dalam matematika dikenal sebagai istilah himpunan. Konsep tentang himpunan pertama kali dikemukakan

Lebih terperinci

HIMPUNAN. A. Pendahuluan

HIMPUNAN. A. Pendahuluan HIMPUNAN A. Pendahuluan Konsep himpunan pertama kali dicetuskan oleh George Cantor (185-1918), ahli mtk berkebangsaan Jerman Semula konsep tersebut kurang populer di kalangan matematisi, kurang diperhatikan,

Lebih terperinci

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. ILMU DAN MATEMATIKA ILMU Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. John Warfield; Ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB II KAJIAN TEORI A. BAB II KAJIAN TEORI A. Simbol-simbol Matematika 1. Definisi Matematika Matematika merupakan salah satu ilmu pasti yang wajib dipelajari oleh siswa. Matematika berasal dari bahasa Yunani: mathêmatiká yang

Lebih terperinci

HIMPUNAN. A. Pendahuluan

HIMPUNAN. A. Pendahuluan HIMPUNAN A. Pendahuluan Konsep himpunan pertama kali dicetuskan oleh George Cantor (185-1918), ahli mtk berkebangsaan Jerman Semula konsep tersebut kurang populer di kalangan matematisi, kurang diperhatikan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kesulitan Belajar Matematika Pengertian kesulitan dalam kamus umum Bahasa Indonesia menurut Poerwadarminta (2007) adalah suatu keadaan yang sulit. Sedangkan pengertian belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.

Lebih terperinci

H I M P U N A N. A. Pendahuluan

H I M P U N A N. A. Pendahuluan H I M P U N A N A. Pendahuluan Konsep himpunan pertama kali dicetuskan oleh George Cantor (1845-1918), ahli mtk berkebangsaan Jerman. Semula konsep tersebut kurang populer di kalangan matematisi, kurang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Matematika Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang pasti, karena para ahli masing-masing memiliki pandangan yang berbeda. Ada yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Konsep terbaru filsafat abad 20 didasarkan atas dasar fungsi berfikir, merasa, cipta talent dan kreativitas. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Untuk

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL Skripsi yang berjudul Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) Oleh Indrianty Desei NIM 411 411 095 1

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. soal pada materi himpunan. Hal itu dapat dilihat dari kesalahan kesalahan yang

BAB V PEMBAHASAN. soal pada materi himpunan. Hal itu dapat dilihat dari kesalahan kesalahan yang BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil tes diagnostik yang peneliti lakukan pada tanggal 20 Januari 2016 dan tanggal 27 Januari 2016 banyak siswa kelas VII B MTs Aswaja Tunggangri yang mengalami kesulitan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Hasil Belajar Matematika Sudjana. (2007: 22), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah menemukan pengalaman belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari proses belajar, karena dengan belajar pengetahuan seseorang akan terus bertambah. Menurut Syah (2002:89),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kesalahan Menyelesaikan Soal 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1996: 865) kesalahan adalah penyimpangan terhadap sesuatu yang benar.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matematika di Sekolah Dasar Matematika merupakan satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF A. Pendekatan Induktif-Deduktif Menurut Suriasumantri (2001: 48), Induktif merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DIKELAS VII SMP NEGERI 2 LIMBOTO JURNAL OLEH

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DIKELAS VII SMP NEGERI 2 LIMBOTO JURNAL OLEH ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DIKELAS VII SMP NEGERI 2 LIMBOTO JURNAL OLEH SARTIKA HATI NIM. 411 411 035 DOSEN PEMBIMBING: Dr. Abdul

Lebih terperinci

Matematika Diskrit 1

Matematika Diskrit 1 Dr. Ahmad Sabri Universitas Gunadarma Pendahuluan Apakah Matematika Diskrit itu? Matematika diskrit adalah kajian terhadap objek/struktur matematis, di mana objek-objek tersebut diasosiasikan sebagai nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak terlepas dari peranan matematika. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR TEORI DIENES

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR TEORI DIENES PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASAR TEORI DIENES A. Pendahuluan Perkembangan psikologi kognitif sebagai suatu cabang psikologi yang memfokuskan studi-studinya pada aktivitas mental atau pikiran manusia telah

Lebih terperinci

modern. Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan

modern. Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan A. Pendahuluan Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keaktifan Peserta didik 2.1.1 Pengertian Keaktifan Peserta Didik Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, keaktifan berasal dari kata aktif, mendapat imbuhan ke- dan akhiran -an menjadi

Lebih terperinci

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh DELI MA RUF NIM : 151 409 192 (Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Modul ke: Logika Matematika. Himpunan. Fakultas FASILKOM. Bagus Priambodo. Program Studi SISTEM INFORMASI.

Modul ke: Logika Matematika. Himpunan. Fakultas FASILKOM. Bagus Priambodo. Program Studi SISTEM INFORMASI. Modul ke: 1 Logika Matematika Himpunan Fakultas FASILKOM Bagus Priambodo Program Studi SISTEM INFORMASI http://www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Berbagai macam bentuk himpunan Diagram Venn Operasi

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP DASAR ALJABAR MELALUI PERMASALAHAN KONTEKSTUAL

PENGENALAN KONSEP DASAR ALJABAR MELALUI PERMASALAHAN KONTEKSTUAL PENGENALAN KONSEP DASAR ALJABAR MELALUI PERMASALAHAN KONTEKSTUAL Rini Warti Abstraksi Salah satu standar kompetensi lulusan adalah memahami bentuk aljabar, menggunakan bentuk aljabar dalam pemecahan masalah.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

HIMPUNAN (Pengertian, Penyajian, Himpunan Universal, dan Himpunan Kosong) EvanRamdan

HIMPUNAN (Pengertian, Penyajian, Himpunan Universal, dan Himpunan Kosong) EvanRamdan HIMPUNAN (Pengertian, Penyajian, Himpunan Universal, dan Himpunan Kosong) Pengertian Himpunan Himpunan adalah kumpulan dari benda atau objek yang berbeda dan didefiniskan secara jelas Objek di dalam himpunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Pembelajaran Matematika. 1. Pengertian belajar. Menurut Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar dan Menengah, Dirjen Dikdasmen, Depdikbud, Jakarta (1997-1998)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan, BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Belajar Matematika Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang

Lebih terperinci

Himpunan dan Sistem Bilangan Real

Himpunan dan Sistem Bilangan Real Modul 1 Himpunan dan Sistem Bilangan Real Drs. Sardjono, S.U. PENDAHULUAN M odul himpunan ini berisi pembahasan tentang himpunan dan himpunan bagian, operasi-operasi dasar himpunan dan sistem bilangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Diskusi Kelompok Metode diskusi kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan

Lebih terperinci

HAKIKAT PENDIDIKAN MATEMATIKA. Oleh: Nur Rahmah Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo

HAKIKAT PENDIDIKAN MATEMATIKA. Oleh: Nur Rahmah Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo HAKIKAT PENDIDIKAN MATEMATIKA Oleh: Nur Rahmah Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo Abstrak: Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di Sekolah. Baik Sekolah dasar,

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS. Pendahuluan: 1. Kontrak Perkuliahan 2. Himpunan. Sitti Rakhman, SP., MM. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MATEMATIKA BISNIS. Pendahuluan: 1. Kontrak Perkuliahan 2. Himpunan. Sitti Rakhman, SP., MM. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: MATEMATIKA BISNIS Pendahuluan: 1. Kontrak Perkuliahan 2. Himpunan Fakultas FEB Sitti Rakhman, SP., MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id KONTRAK PERKULIAHAN SAP Rincian Besarnya Bobot

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Matematika Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan, simbul

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu: Dra. MM. Endang Susetyawati, M.Pd Disusun Oleh: Nikmahtun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Matematika SD Matematika merupakan salah satu matapelajaran wajib di SD yang diberikan dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Derajat pemahaman ditentukan

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Derajat pemahaman ditentukan BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pemahaman Matematis Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Derajat pemahaman ditentukan oleh banyak

Lebih terperinci

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA KELAS XI.IPA MAN 1 KOTA BENGKULU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA KELAS XI.IPA MAN 1 KOTA BENGKULU PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA KELAS XI.IPA MAN 1 KOTA BENGKULU Elsa Susanti Guru Matematika MAN 1 Kota Bengkulu elsasusanti070377@gmail.com

Lebih terperinci

Kata kata Motivasi. Malas belajar hanya akan membuat suatu pelajaran semakin sulit dipelajari.

Kata kata Motivasi. Malas belajar hanya akan membuat suatu pelajaran semakin sulit dipelajari. M e n g e n a l H i m p u n a n 1 Kata kata Motivasi Malas belajar hanya akan membuat suatu pelajaran semakin sulit dipelajari. Tidak ada mata pelajaran yang sulit, kecuali kemalasan akan mempelajari mata

Lebih terperinci

Materi 1: Teori Himpunan

Materi 1: Teori Himpunan Materi 1: Teori Himpunan I Nyoman Kusuma Wardana STMIK STIKOM Bali Himpunan (set) kumpulan objek-objek yang berbeda. Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota. Terdapat beberapa cara

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI PERSAMAAN GARIS LURUS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI PERSAMAAN GARIS LURUS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI PERSAMAAN GARIS LURUS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA Sumarsih SMP Negeri 1 Masaran/Program Magister Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rosdakarya, 2009) Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar. (Bandung: PT Remaja

BAB II KAJIAN TEORI. Rosdakarya, 2009) Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar. (Bandung: PT Remaja BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Anda, tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah belajar. Kata ini, secara efektif sudah anda kenali sejak anda bersekolah di kelompok

Lebih terperinci

BAB III HIMPUNAN. 2) Mahasiswa dapat menyebutkan relasi antara dua himpunan. 3) Mahasiswa dapat menentukan hasil operasi dari dua himpunan

BAB III HIMPUNAN. 2) Mahasiswa dapat menyebutkan relasi antara dua himpunan. 3) Mahasiswa dapat menentukan hasil operasi dari dua himpunan BAB III HIMPUNAN Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian himpunan, relasi antara himpunan, operasi himpunan, aljabar himpunan, pergandaan himpunan, serta himpunan kuasa. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Masalah Masalah sebenarnya sudah menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Masalah tidak dapat dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI 1. Oleh : Muhammad Imron H

MATEMATIKA EKONOMI 1. Oleh : Muhammad Imron H MATEMATIKA EKONOMI 1 Oleh : Muhammad Imron H UNIVERSITAS GUNADARMA 015 Universitas Gunadarma Halaman BAB I HIMPUNAN A. Pengertian Himpunan Himpunan adalah kumpulan dari objek tertentu (dinamakan unsur,

Lebih terperinci

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media dalam Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti Istilah media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti perantara

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan perubahan perilaku individu dalam merespon suatu kondisi dan peristiwa yang terjadi di lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang

Lebih terperinci

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA Wahyudi Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan. Penalaran matematika menjadi pedoman atau tuntunan sah atau tidaknya

Lebih terperinci

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan kemajuan zaman, bidang pendidikan terus diperbaiki dengan berbagai inovasi didalamnya. Hal ini dilakukan supaya negara dapat mencetak Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Proses Belajar - Mengajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR PERMAINAN DIENES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

TEORI BELAJAR PERMAINAN DIENES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TEORI BELAJAR PERMAINAN DIENES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Sri Purwanti Nasution Universitas Nahdlatul Ulama Lampung sripurwanti@yahoo.co.id ABSTRACT Perkembangan kognitif setiap individu yang berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual. 1) Hakikat Belajar. Syah (2009) berpendapat belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Morgan, dkk (dalam Walgito, 2004: 167) memberikan definisi mengenai

BAB II KAJIAN TEORI. Morgan, dkk (dalam Walgito, 2004: 167) memberikan definisi mengenai 1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar Matematika Morgan, dkk (dalam Walgito, 2004: 167) memberikan definisi mengenai belajar yaitu: Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MATEMATIKA

KARAKTERISTIK MATEMATIKA KARAKTERISTIK MATEMATIKA Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu : Nurkholis, S.Pd.I., M.Pd. Disusun Oleh: Kelompok 1 TMT II E 1. Lailatul Mufidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini berpengaruh disegala dimensi kehidupan, termasuk bidang pendidikan lebih khusus lagi dalam pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Peran pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Teori Himpunan Drs. Sukirman, M.Pd. M PENDAHULUAN odul ini memuat pembahasan teori himpunan dan himpunan bilangan bulat. Teori himpunan memuat notasi himpunan, relasi dan operasi dua himpunan atau

Lebih terperinci

Teori himpunan. 2. Simbol baku: dengan menggunakan simbol tertentu yang telah disepakati. Contoh:

Teori himpunan. 2. Simbol baku: dengan menggunakan simbol tertentu yang telah disepakati. Contoh: Teori himpunan Teori Himpunan adalah teori mengenai kumpulan objek-objek abstrak. Teori himpunan biasanya dipelajari sebagai salah satu bentuk: Teori himpunan naif, dan Teori himpunan aksiomatik, yang

Lebih terperinci

Analisis Kesulitan Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Matematika Dasar

Analisis Kesulitan Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Matematika Dasar Analisis Kesulitan Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Matematika Dasar Iik Nurhikmayati Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Majalengka Email: ik.nurhikmayati@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

Matematika dan Pendidikan Matematika

Matematika dan Pendidikan Matematika Modul 1 Matematika dan Pendidikan Matematika Dra. Susanah, M.Pd. B PENDAHULUAN erbicara tentang hakikat matematika berarti berbicara tentang apa sebenarnya matematika itu, baik itu ditinjau dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis riil merupakan salah satu cabang ilmu matematika yang membahas mengenai himpunan bilangan riil dan fungsi-fungsi dalam bilangan riil. Analisis riil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MATERI HIMPUNAN. 1. Pengertian Metode Pembelajaran Problem Solving

BAB II PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MATERI HIMPUNAN. 1. Pengertian Metode Pembelajaran Problem Solving BAB II PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MATERI HIMPUNAN A. Metode Pembelajaran Problem Solving 1. Pengertian Metode Pembelajaran Problem Solving Metode pembelajaran problem solving atau

Lebih terperinci

BAB III HIMPUNAN. 2) Mahasiswa dapat menyebutkan relasi antara dua himpunan. 3) Mahasiswa dapat menentukan hasil operasi dari dua himpunan

BAB III HIMPUNAN. 2) Mahasiswa dapat menyebutkan relasi antara dua himpunan. 3) Mahasiswa dapat menentukan hasil operasi dari dua himpunan BAB III HIMPUNAN Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian himpunan, relasi antara himpunan, operasi himpunan, aljabar himpunan, pergandaan himpunan, serta himpunan kuasa. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA CIREBON

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA CIREBON PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Himpunan. 1.2 Macam-macam Himpunan. 1.3 Relasi Antar Himpunan. 1.4 Diagram Himpunan. 1.5 Operasi pada Himpunan. 1.

1.1 Pengertian Himpunan. 1.2 Macam-macam Himpunan. 1.3 Relasi Antar Himpunan. 1.4 Diagram Himpunan. 1.5 Operasi pada Himpunan. 1. I. HIMPUNAN 1.1 Pengertian Himpunan 1.2 Macam-macam Himpunan 1.3 Relasi Antar Himpunan 1.4 Diagram Himpunan 1.5 Operasi pada Himpunan 1.6 Aljabar Himpunan Pengertian Himpunan 1. Apa yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

DESKRIPSI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT

DESKRIPSI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT Pedagogy Volume 3 Nomor 1 ISSN 2502-3802 DESKRIPSI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT Muhammad Ilyas 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata topologi berasal dari bahasa yunani yaitu topos yang artinya tempat

BAB I PENDAHULUAN. Kata topologi berasal dari bahasa yunani yaitu topos yang artinya tempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kata topologi berasal dari bahasa yunani yaitu topos yang artinya tempat dan logos yang artinya ilmu merupakan cabang matematika yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS II PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS II PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS II PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN Sutrisno Prodi Pendidikan Matematika, FPMIPATI Universitas PGRI Semarang trysna_eins@yahoo.co.id Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD

Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD ULASAN:TUGAS MAKALAH SEHARUSNYA: Nurbudiyan, I. (2013).Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor Pada Mata Pelajaran IPS Kelas III SD Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Berpikir Purwanto (2011: 43) menyatakan bahwa berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5. Teori Himpunan

PERTEMUAN 5. Teori Himpunan PERTEMUAN 5 Teori Himpunan Teori Himpunan Definisi 7: Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang terdfinisi dengan jelas Penyajian Himpunan 1. Enumerasi Enumerasi artinya menuliskan semua elemen (anggota)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu disiplin ilmu, Matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan struktur yang terorganisasi, sebab ilmu ini berkembang dari unsur yang tidak

Lebih terperinci

INF-104 Matematika Diskrit

INF-104 Matematika Diskrit Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah February 13, 2012 Apakah Matematika Diskrit Itu? Matematika diskrit: cabang matematika yang mengkaji objek-objek diskrit. Apa yang dimaksud dengan kata diskrit (discrete)?

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Menurut (Dimyati, 1999: 250-251 dalam Indra, 2009) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan

BAB II KAJIAN TEORI. serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Matematika Sekolah Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis yang unsurunsurnya logika

Lebih terperinci

PENALARAN DALAM MATEMATIKA

PENALARAN DALAM MATEMATIKA PENALARAN DALAM MATEMATIKA A. PENDAHULUAN Siswa belajar dimulai dari mengamati contoh-contoh atau fenomena Dari informasi-informasi yang diperoleh secara khusus siswa mencoba melakukan generalisasi secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

Lebih terperinci