PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DALAM PENGUASAAN TIK DI LINGKUNGAN PEGAWAI PEMERINTAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DALAM PENGUASAAN TIK DI LINGKUNGAN PEGAWAI PEMERINTAH"

Transkripsi

1 PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DALAM PENGUASAAN TIK DI LINGKUNGAN PEGAWAI PEMERINTAH Alivia Yulfitri Magister Sistem Informasi - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung alivia_y@yahoo.com Abstraksi Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang pesat saat ini menuntut terbentuknya pemerintah agar mampu membuka transaksi pelayanan publik melalui media internet, sehingga mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif dimana masyarakat menuntut pelayanan publik yang baik yang memenuhi kepentingan masyarakat luas di seluruh wilayah negara, dapat diandalkan dan terpercaya, serta mudah dijangkau secara interaktif. Pelayanan ini sangat bergantung pada kemampuan sumber daya manusia pemerintah itu sendiri. Dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu menguasai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi demi terselenggaranya pelayanan publik tersebut. Tetapi saat ini, di pemerintah terjadi kelangkaan sumber daya manusia yang handal dalam penguasaan teknologi informasi. Sehingga kekurangan SDM ini menjadi salah satu penghambat pelaksanaan pelayanan publik TIK. Selain itu, SDM yang ada saat ini di pemerintah pun dalam kondisi dan kemampuan yang sangat bervariasi berkenaan dengan kemampuan TIK. Salah satunya adalah di antara para SDM tersebut, ada yang sudah biasa menggunakan komputer, tetapi ada pula yang belum biasa, ada yang sudah pernah mengakses internet dan ada pula yang belum, serta hal lainnya yang mungkin akan menghambat pelayanan publik dan penguasaan TIK. Sehingga terjadi kesenjangan digital (digital divides) di pegawai pemerintah dalam penguasaan teknologi informasi. Laporan ini berisi hasil penelitian mengenai pengukuran kesenjangan digital di pegawai pemerintah dengan menggunakan model DIDIX dan indikator SIBIS, yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi pegawai pemerintah di Indonesia. Kata Kunci : kesenjangan digital, model DIDIX, SIBIS 1 PENDAHULUAN Saat ini, pemerintah sedang berusaha mewujudkan transaksi pelayanan publik melalui media internet. Oleh sebab itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu menguasai TIK demi terselenggaranya pelayanan publik tersebut. Tetapi di pemerintah, terjadi kelangkaan sumber daya manusia yang handal dalam penguasaan TIK. Kemampuan TIK para SDM tersebut bervariasi, ada yang sudah biasa menggunakan komputer, tetapi ada pula yang belum biasa, ada yang sudah pernah mengakses internet dan ada pula yang belum, serta hal lainnya yang mungkin akan menghambat pelayanan publik dan penguasaan TIK. Sehingga terjadi kesenjangan digital (digital divides) di pegawai pemerintah dalam penguasaan TIK. Hal ini menjadi salah satu penghambat pelaksanaan pelayanan publik TIK. Makalah ini berisi hasil penelitian mengenai kesenjangan digital di pegawai pemerintah dengan menggunakan model DIDIX dan indikator SIBIS, yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi pegawai pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah mengukur kesenjangan digital pada pegawai pemerintah, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesenjangan digital, serta menganalisis efektivitas penyelenggaraan pelayanan publik TIK sesuai dengan ketersediaan sumber daya manusia yang ada. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan strategi dan kebijakan pelayanan publik TIK di pemerintah, dapat melakukan evaluasi terhadap kinerja para pegawai pemerintah saat ini, serta dapat merencanakan kegiatan lebih lanjut untuk meningkatkan kemampuan penguasaan TIK pegawai pemerintah. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kesenjangan Digital Menurut OECD tahun 2001 (1), kesenjangan penguasaan teknologi informasi (digital divides) didefinisikan sebagai berikut "...the gap between individuals, households, businesses and geographic areas at different socio-economic levels with regard both to their opportunities to access information and communication technologies (ITs) and to their use of the Internet for a wide variety of activities".

2 Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesenjangan bukan hanya terjadi di tingkat bisnis dan geografi saja, tetapi juga mencakup kesenjangan di tingkat individu. Perbedaan target sasaran pengukuran tentunya memerlukan alat ukur yang sesuai dengan keperluannya. 2.2 Indikator Kesenjangan Digital Faktor-faktor yang digunakan untuk mengukur kesenjangan antar negara dalam masyarakat Uni Eropa yang dilakukan oleh Tobias Hüsing, mengacu pada sekumpulan indikator yang disebut sebagai SIBIS (Statistical Indicators Benchmarking the Information Society) (4). SIBIS merupakan hasil kegiatan Komisi Eropa (European Commision) yang digunakan untuk menganalisa dan membandingkan berbagai macam indikator yang berbeda untuk mengukur kesenjangan digital. Mengingat bahwa indikator ini dikembangkan khusus untuk mengukur perbedaan yang terjadi di antara negara masyarakat Uni Eropa, tentunya indikator dan juga model pengukurannya perlu disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Indikator yang digunakan adalah penggunaan komputer, penggunaan HP, penggunaan internet, dan kesempatan untuk belajar. Indikator yang tidak digunakan adalah e-commerce, information security, e-work, egovernment, dan ehealth, karena belum dilaksanakan oleh pemerintah di Indonesia 2.3 Pengukuran Kesenjangan Digital Tobias Hüsing (2) mengusulkan sebuah metoda pengukuran yang disebut dengan Digital Divide Index (DIDIX) dan dipergunakan untuk mengukur kesenjangan digital. DIDIX adalah sebuah usaha untuk membuat index kesenjangan digital yang lebih terintegrasi (Husing et al., 2004; SIBIS, 2003). DIDIX (Digital Divide Index) didasarkan pada indikator yang dianggap paling relevan yang mencakup dasar kesenjangan digital pada masyarakat informasi seperti EU. Dasar pemikirannya adalah menekankan penggunaan teknologi. DIDIX fokus pada empat kelompok beresiko yaitu wanita, orang berusia 50 dan lebih, orang berpendidikan tingkat rendah, dan orang berpenghasilan rendah. DIDIX melihat kesenjangan digital hanya dari sisi akses dan pengguna. Bobot dalam kalkulasi integrasi index DIDIX diberikan pada masing-masing komponen TIK yang membentuk index (yaitu :pengguna komputer 0,5; pengguna internet 0,3; dan pengguna internet di rumah 0,2), seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Komposisi indeks DIDIX Indikator Definisi Bobot Persentase Data berdasarkan pada 50% pengguna pertanyaan survei SIBIS GPS komputer Pernahkah Anda menggunakan sebuah komputer Persentase pengguna internet Persentase pengguna internet di rumah personal, atau komputer lainnya, untuk bekerja atau kepentingan pribadi, dalam 4 minggu terakhir ini? Data berdasarkan pada pertanyaan survei SIBIS GPS : Pernahkah Anda menggunakan internet, sedikitnya dalam 4 minggu terakhir ini, di rumah atau di tempat kerja atau ditempat lainnya? Data berdasarkan pada pertanyaan survei SIBIS GPS : Apakah Anda memiliki akses internet di rumah Anda? 30% 20% Nilai dasar DIDIX adalah perbandingan antara indikator gabungan TIK dalam kelompok yang beresiko dengan nilai total populasi. Jika rata-rata penguasaan TIK sebuah kelompok beresiko sama dengan rata-rata populasi, maka nilai dasar DIDIX menjadi 100 [10]. Dengan menggunakan pengukuran dan indikator kesenjangan digital di atas, akan dilakukan pengukuran kesenjangan digital di pengawai pemerintah untuk melihat kesenjangan digital yang terjadi di pegawai pemerintah dalam hal penguasaan teknologi informasi. 3 METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan adalah survei dan pengumpulan data menggunakan kuesioner serta wawancara. Penelitian akan menspesifikasikan apa yang akan diukur sedikitnya dalam tiga tahap, yaitu: 1. Satuan penelitian perlu didefinisikan yaitu yang akan diteliti adalah individual. 2. Penelitian akan fokus pada segmen yang beresiko (variabel independen). Adapun segmen yang beresiko adalah: 1. Dimensi gender : wanita. 2. Dimensi usia : pegawai usia 50 tahun ke atas. 3. Dimensi pendidikan : pendidikan yang rendah (untuk lingkungan pegawai pemerintah, pendidikan terendah yang disurvei adalah SMA). 4. Dimensi pendapatan : quartile terendah adalah rentang pendapatan Rp. 0,00 - Rp , Dimensi lokasi : kabupaten Bandung. 3. Indikator, yaitu operasionalisasi dari kesenjangan digital. Indikator yang digunakan di antaranya adalah penggunaan komputer, penggunaan internet, dan pengaksesan internet di rumah. Secara sekilas kerangka metode seperti yang digambarkan pada gambar 1.

3 Gambar 1 Kerangka Metode Pegawai pemerintah menjadi sampel penelitian. Penelitian dilakukan di tiga lokasi, pada tiga dinas yang berbeda tingkat pemerintahannya, yaitu Dinas Perikanan Propinsi Bandung untuk tingkat propinsi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotamadya Bandung untuk tingkat kotamadya, serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotamadya Kabupaten Bandung (Soreang) untuk tingkat kabupaten. Total responden sebanyak 90 orang, dengan karakteristik sebagai berikut : sudah memiliki kemampuan TIK. Sedangkan D3 lebih baik dari SMA, dan SMA paling rendah di dari keseluruhan. 4. Berdasarkan Gender : Pegawai laki-laki lebih baik kemampuan TIK daripada perempuan. 5.Berdasarkan Pendapatan a. Pegawai yang berpendapatan di atas 5 juta (1 orang) sudah menggunakan komputer dan internet, di kantor dan dirumah. b. Pegawai yang berpendapatan 3-5 juta (1 orang) : belum menggunakan internet. c. Pegawai yang berpendapatan 0-2 juta : 85% belum menggunakan internet. Padahal pada kelompok ini, banyak staf yang dominan melakukan pelayanan publik. Maka hal ini dapat dipertimbangkan. 4.1 Analisis Kesenjangan Digital menggunakan metode DIDIX Gambar 3 menunjukkan hasil analisis DIDIX dikelompokkan berdasarkan lokasi. Pengukuran DIDIX di propinsi, kota, dan kabupaten Pendapatan (0-700rb) 1.1% 5.3% Pendidikan (sma) 1.1% 2.2% 5.0% Usia (>50th) 2.4% kab kota prop Gambar 2 Karakteristik Responden Metoda pengukuran yang digunakan adalah Digital Divide Index/DIDIX (oleh Tobias Hüsing). Faktorfaktor (indikator) yang digunakan mengacu pada SIBIS (Statistical Indicators Benchmarking the Information Society). Analisis data akan menggunakan statistik sederhana seperti tabel-tabel dan grafik sehingga mudah untuk dibaca dan mengambil keputusan. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil survei, akan dianalisis yang memiliki kemampuan TIK dilihat dalam 4 kelompok, yaitu kelompok : pengguna komputer, pengguna internet, pengguna internet di rumah, dan pengguna internet di kantor. Setiap kelompok tersebut dikelompokkan lagi berdasarkan : lokasi, pendidikan, gender, jabatan, pendapatan, dan usia. Hasil analisis kemampuan TIK pegawai pemerintah adalah sebagai berikut : Tabel 2 Hasil analisis kemampuan TIK Hasil Analisis 1. Berdasarkan Lokasi : Diurutkan dari yang tinggi ke rendah maka kemampuan TIK pegawai pemerintah sebagai berikut: propinsi > kotamadya > kabupaten (paling rendah) 2.Berdasarkan Pendidikan : Kemampuan TIK pegawai pemerintah S2 dan S1 sebagian besar Gender (p) DIDIX 3.1% 4.7% 7.9% 4.0% 6.4% 15.5% 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% Gambar 3 Grafik Pengukuran dasar dan keseluruhan DIDIX untuk tingkat propinsi, kotamadya, dan kabupaten Bandung Dari gambar 3, dapat dilihat bahwa yang memiliki nilai DIDIX paling rendah adalah kelompok usia, di kabupaten dan kotamadya (sebesar 0,6% saja). Hal ini berarti kelompok resiko usia di kabupaten dan kotamadya memiliki kesenjangan digital yang paling tinggi (parah) dibandingkan dengan populasi yang ada. Nilai index paling tinggi terdapat di kelompok gender tingkat propinsi, tetapi itu pun masih rendah, hanya sebesar 7,9. Hal ini berarti tingkat propinsi yang memiliki kesenjangan digital paling baik (7,9% di gender) masih memiliki kesenjangan digital yang tinggi(parah) yaitu 92%. Apalagi di tingkat kotamadya (4,7%) dan kabupaten (3,1%) yang memiliki nilai index kesenjangan digital lebih rendah dari propinsi. Nilai DIDIX secara keseluruhan, paling rendah di tingkat kabupaten hanya sebesar 4%, ini berarti dari sekumpulan kelompok beresiko hanya 4% yang sudah memiliki kemampuan TIK dasar, dan memiliki kesenjangan digital dengan populasi yang ada sebesar 96%. Sedangkan di tingkat kotamadya sebesar 6,4 % dan memiliki kesenjangan digital dengan populasi yang ada masih di atas 90% (yaitu 93,6%). Di tingkat

4 propinsi sebesar 15,5% dan memiliki kesenjangan digital dengan populasi tingkat propinsi sebesar 84,5%. Pada seluruh keempat kelompok beresiko tersebut yang memiliki kesenjangan digital paling tinggi adalah di tingkat kabupaten, kemudian tingkat kotamadya, dan kesenjangan digital yang paling rendah (paling baik) adalah tingkat propinsi. Dari analisis di atas, maka faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan digital dapat diurutkan sebagai berikut (dari yang menyebabkan kesenjangan digital paling parah) : lokasi, usia, pendapatan, pendidikan, dan gender. Untuk mendukung efektivitas terselenggaranya pelayanan publik TIK melalui internet, dilakukan analisis tambahan seperti yang tertera dalam tabel 3 di bawah ini. Hasil Analisis 1. Yang bekerja administrasi dan layanan publik a. Dari hasil survei, nilai DIDIX antara pegawai pemerintah yang pekerjaannya administrasi dan layanan publik dengan populasi yang ada sebesar 15% saja. Ini berarti terjadi kesenjangan digital antara kemampuan TIK pegawai pemerintah administrasi dan layanan publik dengan populasi yang ada sebesar 85%. b. Pegawai pemerintah administrasi dan layanan publik yang sudah menggunakan internet dan baru sebanyak 11% nya. Hal ini berarti bahwa hampir 90%nya belum menggunakan internet dan . Dan yang belum menggunakan komputer sebesar setengahnya dari populasi (50%). 2. Pendapat pegawai pemerintah mengenai internet Mencapai 70% berpendapat bahwa internet memerlukan kemampuan komputer tingkat tinggi, sulit mendapatkan aksesnya, terlalu banyak memerlukan waktu, internet kurang berguna atau informasi kurang menarik. 3. Pegawai pemerintah yang menggunakan Yang sudah menggunakan adalah sebanyak 12 orang, berarti baru 13%, dan sebanyak 87% nya masih belum menggunakan Pegawai pemerintah yang menggunakan HP a. 93% sudah memiliki HP. b. 97,6% sudah menggunakan HP untuk sms. c. Hampir 90% belum terbiasa untuk transaksi lewat HP. d. 90% lebih belum berinternet pakai HP. 5. Kemampuan internet pegawai pemerintah 85% tidak percaya diri untuk berinternet. 6. Bekerja secara mobilisasi (mobile) a. 80% belum biasa melakukan pekerjaan di perjalanan atau di luar kantor. b. 99% belum melakukan koneksi online selama perjalanan / di luar kantor. 5 KESIMPULAN Dari hasil analisis data pada bagian sebelumnya dapat dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kesenjangan digital di propinsi adalah paling baik (nilai DIDIXnya paling tinggi sebesar 15,5%), kemudian kotamadya 6,3%, dan kabupaten 4%. Tetapi walau propinsi paling baik, tapi kesenjangan digital yang terjadi antara kelompok beresiko dengan populasi yang ada, masih tinggi yaitu sebesar 84,5%. Apalagi kesenjangan digital di kabupaten (nilai DIDIX paling rendah), memiliki kesenjangan digital sebesar 96%. 2. Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan digital adalah (diurutkan dari yang menyebabkan kesenjangan digital paling parah ke yang makin baik), adalah usia (di atas 50 tahun), pendapatan (0-700 ribu), pendidikan SMA, dan gender (wanita). 3. Belum terjadi efektivitas penyelenggaraan pelayanan publik TIK melalui internet, karena pegawai pemerintah yang bertugas administrasi dan pelayanan publik sebagai salah satu kunci keberhasilan dari terwujudnya pelayanan publik pada masyarakat berupa transaksi melalui internet, ternyata masih setengahnya belum menggunakan komputer dan 89%nya belum internet serta Sosialisasi internet dan program pelayanan publik belum berhasil, karena di atas 70% responden berpendapat setuju bahwa internet harus memiliki kemampuan komputer yang tinggi, tidak ada sesuatu yang berguna/informasi kurang menarik. 6 DAFTAR PUSTAKA [1]. Barzilai, Karine-Nahon. Gaps and Bits : Conceptualizing Measurements For Digital Divide. The Information Society, October [2]. Detikcom diakses pada tanggal 24 Juli 2007, dengan alamat site : n/2007/bulan/07/tgl/24/time/180312/idnews/ /idkanal/328 [3]. Kementerian Komunikasi dan Informasi. September Kebijakan dan strategi pengembangan e-government. Indonesia. [4]. Organisation for Economic Co-Operation and Development, OECD Understanding the digital divide. OECD Publication, Paris. [5]. SIBIS. November SIBIS : New eeurope Indicator Handbook. European Commission, Information Society Technologies. [6]. SIBIS SIBIS: Pocket Book 2002/03, Measuring the Information Society in the EU, the EU Accession Countries, Switzerland and the US. [7]. SIBIS project and European Communities, Germany Tobias Hüsing & Hannes Selhofer. ECIS The digital divide index a measure

5 of social inequalities in the adoption of ICT. Gdańsk, Poland. [8]. Survey & Questionnaire Design, diakses tanggal 20 Oktober 2007 [9]. Tobias Hüsing & Hannes Selhofer. Didix: A Digital Divide Index For Measuring Inequality In It Diffusion. IT &Society, Volume 1, Issue 7, Spring/Summer 2004, Pp [10]. Vehovar, Vasja; Sicherl, Pavle; Hüsing, Tobias; Dolnicar, Vesna. Methodological Challenges of Digital Divide Measurements. The Information Society, 22: , 2006.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang e-government untuk mengukur kesenjangan digital telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian kesenjangan digital di lingkungan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. teknologi informasi (Dewan, 2005). Kadiman berpendapat bahwa kesenjangan

LANDASAN TEORI. teknologi informasi (Dewan, 2005). Kadiman berpendapat bahwa kesenjangan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 3.1.1. Kesenjangan Digital Pengertian Kesenjangan Digital Istilah kesenjangan digital yang dikemukakan oleh Dewan dkk (2005) sebagai ketidakmampuan individu dalam merasakan manfaat

Lebih terperinci

Menuju Less Cash Society Finansial Inclusion & Digital Divide

Menuju Less Cash Society Finansial Inclusion & Digital Divide Menuju Less Cash Society Finansial Inclusion & Digital Divide Seminar Perkembangan Sistem Informasi Perbankan Di Indonesia Budi Hermana Universitas Gunadarma 24 Februari 2014 Digital + Finansial bi.go.id

Lebih terperinci

PETA PERSAINGAN JASA KEUANGAN VS FINTECH DI ERA DIGITAL. Finansial Inclusion & Financial Technology. Widya T Harjono

PETA PERSAINGAN JASA KEUANGAN VS FINTECH DI ERA DIGITAL. Finansial Inclusion & Financial Technology. Widya T Harjono PETA PERSAINGAN JASA KEUANGAN VS FINTECH DI ERA DIGITAL Finansial Inclusion & Financial Technology Widya T Harjono director@invest.co.id Pelatihan Digital Banking dan Financial Technology 18 November 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TIK disebut sebagai kesenjangan digital (Smith, 2015). Pada awalnya,

BAB I PENDAHULUAN. TIK disebut sebagai kesenjangan digital (Smith, 2015). Pada awalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenjangan antara masyarakat yang telah dan belum mendayagunakan TIK disebut sebagai kesenjangan digital (Smith, 2015). Pada awalnya, kesenjangan digital didefinisikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dijelaskan kesimpulan dan saran hasil penelitian, analisis dan pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dijelaskan kesimpulan dan saran hasil penelitian, analisis dan pembahasan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini dijelaskan kesimpulan dan saran hasil penelitian, analisis dan pembahasan. 5.1 Kesimpulan Bardasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang e-government untuk mengukur kesenjangan digital telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Chalita Srinuan (2012) melakukan penelitian

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Metode Sibis Dan Metode Econometric Dalam Pengukuran Kesenjangan Digital Di Sumba Barat Daya

Analisis Perbandingan Metode Sibis Dan Metode Econometric Dalam Pengukuran Kesenjangan Digital Di Sumba Barat Daya 10 JURNAL SISTEM DAN INFORMATIKA Analisis Perbandingan Metode Sibis Dan Metode Econometric Dalam Pengukuran Kesenjangan Digital Di Sumba Barat Daya Gergorius Kopong Pati, A. Djoko Budiyanto Magister Teknik

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan Pada bab ini akan membahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, kegunaan hasil, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

Pengukuran Kesenjangan Digital di Institusi Pemerintah Daerah (Studi Kasus: Pemerintah Kota Semarang)

Pengukuran Kesenjangan Digital di Institusi Pemerintah Daerah (Studi Kasus: Pemerintah Kota Semarang) Pengukuran Digital di Institusi Pemerintah Daerah (Studi Kasus: Pemerintah Kota Semarang) Ike Pertiwi Windasari, Kridanto Surendro Abstract - The rapid growth of information and communication technology

Lebih terperinci

Pemodelan dan Desain Instrumen Penelitian

Pemodelan dan Desain Instrumen Penelitian 24 Bab III Pemodelan dan Desain Instrumen Penelitian Kerangka berpikir dalam penelitian ini berawal dari pemahaman mengenai kesenjangan digital yang meliputi kesenjangan antara individu (warga negara)

Lebih terperinci

PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL MASYARAKAT DI KOTA PEKALONGAN

PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL MASYARAKAT DI KOTA PEKALONGAN PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL MASYARAKAT DI KOTA PEKALONGAN Dyah Listianing Tyas 1, A.Djoko Budiyanto 2, Alb.Joko Santoso 3 Program StudiMagister teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL MASYARAKAT DI KOTA PEKALONGAN

PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL MASYARAKAT DI KOTA PEKALONGAN TESIS PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL MASYARAKAT DI KOTA PEKALONGAN DYAH LISTIANING TYAS No. Mhs.: 145302202/PS/MTF PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESENJANGAN DIGITAL (Studi Kasus: Kantor Camat pada Pemerintah XYZ)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESENJANGAN DIGITAL (Studi Kasus: Kantor Camat pada Pemerintah XYZ) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESENJANGAN DIGITAL (Studi Kasus: Kantor Camat pada Pemerintah XYZ) Lalu Yudhi Prihadi 1), Ahmad Ashari 2), Sujoko Sumaryono 3) 1,)2,)3) Magister Teknik Elektro,

Lebih terperinci

16. Satriya, Eddy. (2004). USO telekomunikasi (seri tulisan ICT),

16. Satriya, Eddy. (2004). USO telekomunikasi (seri tulisan ICT), 66 DAFTAR PUSTAKA 1. APJII. (2007), Statistik APJII, Updated Desember 2007, http://www.apjii.or.id/dokumentasi/statistik.php?lang=ind, akses 2 Mei 2008. 2. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, United

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja karena potensi generiknya sebagai productivity tool dalam penciptaan nilai

BAB I PENDAHULUAN. saja karena potensi generiknya sebagai productivity tool dalam penciptaan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenjangan digital telah menjadi topik penting karena melibatkan banyak dokumentasi yang akurat yaitu masyarakat yang memiliki komputer dan juga internet sebagai

Lebih terperinci

PEMODELAN PENGUKURAN UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN DIGITAL DI INDONESIA STUDI KASUS : SMU NEGERI KOTAMADYA BANDUNG TESIS

PEMODELAN PENGUKURAN UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN DIGITAL DI INDONESIA STUDI KASUS : SMU NEGERI KOTAMADYA BANDUNG TESIS PEMODELAN PENGUKURAN UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN DIGITAL DI INDONESIA STUDI KASUS : SMU NEGERI KOTAMADYA BANDUNG TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia pendidikan sangat dirasakan kebermanfaatannya. Sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. dunia pendidikan sangat dirasakan kebermanfaatannya. Sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menyentuh di segala aspek kehidupan manusia. Mulai dari dunia bisnis sampai dunia pendidikan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam bidang ICT (Information and Communication Technology) telah membawa dampak yang cukup signifikan pada kehidupan manusia. Terjadi perubahan

Lebih terperinci

Analisis E-Government pada Kabupaten/Kota di Indonesia

Analisis E-Government pada Kabupaten/Kota di Indonesia Analisis E-Government pada Kabupaten/Kota di Indonesia (disadur dari skripsi : Rachmat Tauffan Mulus, Jurusan Teknik Informatika Universitas Gunadarma, 2009) Pengertian E-Government The World bank Group

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Yudi Herdiana, S.T, M.T. Dekan Fakultas Teknologi Informasi UNIBBA Pembekalan KKN UNIBBA, Senin 14 Agustus 2017 PENDAHULUAN Kemajuan

Lebih terperinci

Pengaruh Kekuatan Media Sosial dalam Pengembangan Kesenjangan Digital

Pengaruh Kekuatan Media Sosial dalam Pengembangan Kesenjangan Digital Scientific Journal of Informatics Vol. 2, No. 2, November 2015 p-issn 2407-7658 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sji e-issn 2460-0040 Pengaruh Kekuatan Media Sosial dalam Pengembangan Kesenjangan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA Safar Dwi Kurniawan a,wing Wahyu Winarno b,henderi c a Mahasiswa Magister Teknik Informatika Program Pascasarjana STMIK Amikom Yogyakarta dan

Lebih terperinci

KESENJANGAN DIGITAL di KALANGAN GURU SMP

KESENJANGAN DIGITAL di KALANGAN GURU SMP KESENJANGAN DIGITAL di KALANGAN GURU SMP (Studi Deskriptif Mengenai Kesenjangan Aksesibilitas dan Kapabilitas Teknologi Informasi di Kalangan Guru SMP Kecamatan Krian) Oleh : Muhammad Zulham (071016074)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan semakin banyaknya pengguna internet yang ada di indonesia. Sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dengan semakin banyaknya pengguna internet yang ada di indonesia. Sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi informasi dan komputer yang sangat pesat akhir akhir ini, mendapat sambutan positif di masyarakat. Hal ini dapat diketahui dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Pemanfaatan teknologi informasi sudah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik, setelah lulus,

Lebih terperinci

Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Salah satu tahapan dalam menyusun Rencana Induk Pengembangan E-

Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Salah satu tahapan dalam menyusun Rencana Induk Pengembangan E- BAB V TARGET DAN STRATEGI PENGEMBANGAN E-Government Salah satu tahapan dalam menyusun Rencana Induk Pengembangan E- Government) adalah kegiatan survei atas kondisi existing di seluruh unit kerja yang dilanjutkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Negara dapat dikatakan maju apabila memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Pembangunan sumberdaya manusia sangat penting dan strategis guna menghadapi era persaingan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan jaringan informasi berbasis teknologi. pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan jaringan informasi berbasis teknologi. pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan jaringan informasi berbasis teknologi internet di lingkungan pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting untuk

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Tokopedia Menggunakan Metode ServQual

Analisis Kualitas Tokopedia Menggunakan Metode ServQual Seminar Hasil Penelitian Sistem Informasi dan Teknik Informatika ke-2 (SHaP-SITI2016) Palembang, 11 Maret 2016 Analisis Kualitas Tokopedia Menggunakan Metode ServQual Wahyu Putri Haryati 1, Leon Andretti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kantor Imigrasi Kelas II Karawang adalah salah satu Unit Pelaksana Teknik (UPT) pada Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jawa Barat yang berada di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan internet di Indonesia saat ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan internet di Indonesia saat ini memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan internet di Indonesia saat ini memiliki banyak fungsi dan manfaat dalam bisnis maupun konsumen. Keberadaan internet menjadi media

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI LUWU TIMUR KEADAAN MARET TAHUN 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI LUWU TIMUR KEADAAN MARET TAHUN 2015 No : 01/10/7325/Th. I, 11 Oktober 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI LUWU TIMUR KEADAAN MARET TAHUN 2015 RINGKASAN Pengukuran kemiskinan oleh BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs

Lebih terperinci

Teknologi Informasi untuk

Teknologi Informasi untuk Seminar Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Industri UII, Yogyakarta, 2 Agustus 2016 Teknologi Informasi untuk pengembangan UMKM Dr. R. Teduh Dirgahayu Pusat Studi Sistem Informasi Enterprise Universitas

Lebih terperinci

Perempuan; Ita Yuliati Alita Group

Perempuan; Ita Yuliati Alita Group Perempuan; Menjadi penggerak ekonomi dunia? Ita Yuliati Alita Group Meutia Hatta : Perempuan bukanlah merupakan beban atau hambatan dalam pembangunan, melainkan salah satu potensi, aset di dalam pembangunan.

Lebih terperinci

menjalankan usaha nya lebih dominan memiliki toko offline sehingga mereka menganggap kurang perlunya kemampuan dalam menggunakan TIK.

menjalankan usaha nya lebih dominan memiliki toko offline sehingga mereka menganggap kurang perlunya kemampuan dalam menggunakan TIK. menjalankan usaha nya lebih dominan memiliki toko offline sehingga mereka menganggap kurang perlunya kemampuan dalam menggunakan TIK. BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian

Lebih terperinci

KESIAPAN E-GOVERNMENT XYZ

KESIAPAN E-GOVERNMENT XYZ KESIAPAN E-GOVERNMENT XYZ Lucky E. Santoso dan Anton T. Argono http://www.lesantoso.com/ Abstrak Tujuan penelitian ini adalah menentukan seberapa siap instansi-instansi XYZ (bukan nama sebenarnya) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama internet dan mobile technology sudah sangat pesat pada saat ini. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat baru, disebut masyarakat informasi (information society) (Wiryanto,

I. PENDAHULUAN. masyarakat baru, disebut masyarakat informasi (information society) (Wiryanto, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mikro elektronika telah menciptakan era informasi yang menjadi pilar masyarakat baru, disebut masyarakat informasi (information society) (Wiryanto, 2004: 25).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan teknologi yang makin meluas di

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan teknologi yang makin meluas di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem informasi di dunia saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan teknologi yang makin meluas di

Lebih terperinci

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data, langkah selanjutnya adalah menganalisa hasil yang diperoleh yang berupa nilai kepuasan mahasiswa. Pada Tugas Akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi, teknologi informasi memberikan pengaruh yang sangat besar pada kehidupan manusia hampir di setiap bidang kehidupan. Contohnya adalah pada bidang

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR Oleh ARI AGUNG NUGROHO H24066002 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

IV. PENGUMPULAN DAN PRESENTASI DATA. Pengumpulan data pada penelitian ini terhitung dilakukan selama 20 hari,

IV. PENGUMPULAN DAN PRESENTASI DATA. Pengumpulan data pada penelitian ini terhitung dilakukan selama 20 hari, 34 IV. PENGUMPULAN DAN PRESENTASI DATA 4.1 Pengumpulan Data Survei Pengumpulan data pada penelitian ini terhitung dilakukan selama 20 hari, yaitu pada jangka waktu dari tanggal 12 September sampai 9 Oktober

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak akhir abad 20 dan awal abad 21, teknologi web telah mengalami kemajuan yang sangat cepat. Menurut Xiaohua Li (2014) konsep Web 2.0 telah menguasai dunia online.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem distribusi dalam suatu perusahaan mempunyai peranan penting untuk menyalurkan barang atau jasa yang dihasilkan kepada konsumen. Panjang pendeknya jalur distribusi

Lebih terperinci

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENINGKAT. I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan IV

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENINGKAT. I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan IV Suplemen 5 INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENINGKAT I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan IV - 2008 Tingkat Keyakinan Konsumen Palembang selama triwulan IV - 2008 secara umum sedikit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang model adopsi internet oleh guru SMA Negeri. Karena itu, tipe penelitian ini termasuk pada penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, penggunaan internet sudah menjamur di masyarakat. Internet

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, penggunaan internet sudah menjamur di masyarakat. Internet 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, penggunaan internet sudah menjamur di masyarakat. Internet sudah menjadi kebutuhan sekunder bahkan sampai primer. Hal ini diikuti dari sistem yang awalnya

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL SURVEI PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TAHUN 2015

LAPORAN HASIL SURVEI PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TAHUN 2015 LAPORAN HASIL SURVEI PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TAHUN 2015 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Kebijakan dan Strategi e-government Dalam Mendukung e-nawacita

Kebijakan dan Strategi e-government Dalam Mendukung e-nawacita DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN DAN TATA LAKSANA TAHUN 2015 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Kebijakan dan Strategi e-government Dalam Mendukung e-nawacita PERUBAHAN POLA KERJA

Lebih terperinci

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/11/33.08/Th.I, 08 November 2016 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2015 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 2015 MENCAPAI 13,07 PERSEN Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

Kata kunci: Online shop, Instagram, perilaku konsumtif.

Kata kunci: Online shop, Instagram, perilaku konsumtif. ABSTRAK Instagram merupakan sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap instansi, organisasi, perusahaan maupun lembaga pendidikan sekolah, dapat dipastikan mempunyai suatu unit khusus yang bertugas dalam bidang administrasi. Dengan

Lebih terperinci

i. Mengetahui awareness masyarakat terhadap layanan ULPK BPOM; ii. Mengetahui sumber informasi Contact Center HALO BPOM ;

i. Mengetahui awareness masyarakat terhadap layanan ULPK BPOM; ii. Mengetahui sumber informasi Contact Center HALO BPOM ; 1. Penyelenggaraan Evaluasi Kepuasan Konsumen Penyelenggaraan Evaluasi Kepuasan Konsumen tahun 2015 diselenggarakan oleh PT. Sigma Research Indonesia dengan waktu pelaksanaan Agustus - Oktober 2015. Adapun

Lebih terperinci

Komputer Dan Pemerintahan. Universitas Gunadarma Sistem Informasi 2013/2014

Komputer Dan Pemerintahan. Universitas Gunadarma Sistem Informasi 2013/2014 Komputer Dan Pemerintahan Universitas Gunadarma Sistem Informasi 2013/2014 TUJUAN: Memberi kemudahan dan kesederhanaan prosedur, sehingga penerapannya memerlukan perubahan struktur organisasi pemerintahan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT SEMESTER I TAHUN 2017

LAPORAN HASIL PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT SEMESTER I TAHUN 2017 LAPORAN HASIL PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT SEMESTER I TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD

ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD TESIS ICT STRATEGIC INITIATIVES BERBASIS PENGUKURAN KINERJA TI MENGGUNAKAN METODE IT SCORECARD Prof. Ir.Gamantyo Hendrantoro,M.Eng.,Ph.D Naning Wessiani, ST.,MM IKE HARUM DIANTI [2210 206 717] Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut Jeffrey L. Whitten, pada bukunya yang berjudul Systems Analysis and Design Methods (Whitten, 2001), secara umum sistem dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN & SARAN

BAB 5 SIMPULAN & SARAN 109 BAB 5 SIMPULAN & SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang

Lebih terperinci

Penyebab Kesenjangan Digital : - Kekurangan isi / materi (content). - Kurangnya pemanfaatan akan internet itu sendiri.

Penyebab Kesenjangan Digital : - Kekurangan isi / materi (content). - Kurangnya pemanfaatan akan internet itu sendiri. A. Pengertian Digital divide mempunyai arti sebagai kesenjangan (gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok masyarakat) dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 25 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Pada penelitian ini, untuk menjabarkan atau menjelaskan sifat-sifat pada suatu keadaan yang merupakan tujuan dari penelitian ini, maka digunakan riset deskriptif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini tidak terlepas dari kesadaran akan pentingnya informasi dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini tidak terlepas dari kesadaran akan pentingnya informasi dalam kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal tahun 2000, teknologi informasi telah berkembang sangat pesat. Hal ini tidak terlepas dari kesadaran akan pentingnya informasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

PENETRASI & PERILAKU PENGGUNA INTERNET INDONESIA 2017

PENETRASI & PERILAKU PENGGUNA INTERNET INDONESIA 2017 INFOGRAFIS PENETRASI & PERILAKU PENGGUNA INTERNET INDONESIA 2017 SURVEY your text here DAFTAR ISI METODE DAN PARAMETER SURVEY SEBARAN RESPONDEN SURVEY A. PENETRASI PENGGUNA INTERNET INDONESIA PENETRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin populer. Hal ini terbukti dengan terdapatnya jurusan ini pada universitasuniversitas

BAB I PENDAHULUAN. semakin populer. Hal ini terbukti dengan terdapatnya jurusan ini pada universitasuniversitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini jurusan Desain Komunikasi Visual atau yang lebih sering disingkat DKV semakin populer. Hal ini terbukti dengan terdapatnya jurusan ini pada universitasuniversitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan mulai digemari dan dimanfaatkan sebagai media promosi bisnis (ecommerce).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan mulai digemari dan dimanfaatkan sebagai media promosi bisnis (ecommerce). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi telah menciptakan banyak terobosanterobosan baru disegala bidang. Teknologi komputer berbasis internet berbasis jaringan mulai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA HASIL. Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase.

BAB 4 ANALISA HASIL. Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase. BAB 4 ANALISA HASIL 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek penelitian pada penelitian ini adalah karyawan PT Binayasa Putra Batara. Sampel terdiri dari pria ataupun wanita, berpendidikan minimal SMA,

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 No. 04 / 01 /13/Th. XIX / 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada adalah 349.529 jiwa. Dibanding (379.609 jiwa) turun

Lebih terperinci

Penataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-government

Penataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-government KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-government DEPUTI BIDANG TATALAKSANA 2012 Reformasi Birokrasi merupakan transformasi segenap

Lebih terperinci

TINGKAT PENERIMAAN MAHASISWA TERHADAP PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN. Abstrak

TINGKAT PENERIMAAN MAHASISWA TERHADAP PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN. Abstrak TINGKAT PENERIMAAN MAHASISWA TERHADAP PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Almed Hamzah Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Dilakukan di PT. X, di Jalan Banda, Bandung. Obyek penelitian

BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Dilakukan di PT. X, di Jalan Banda, Bandung. Obyek penelitian BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian Dilakukan di PT. X, di Jalan Banda, Bandung. Obyek penelitian dilakukan pada Direktorat Teknologi dan Keuangan, khususnya pada Area

Lebih terperinci

commerce di Indonesia sebesar US$ 230 juta, dan diperkirakan akan meningkat

commerce di Indonesia sebesar US$ 230 juta, dan diperkirakan akan meningkat Position Paper Kajian Perlindungan Konsumen E-Commerce Di Indonesia A. Latar Belakang. Kegaitan transaksi melalui media internet atau e-commerce, semakin hari semakin pesat. Wartaekonomi.com memberitakan

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN E-GOVERNMENT PADA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE PEGI

EVALUASI PENERAPAN E-GOVERNMENT PADA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE PEGI EVALUASI PENERAPAN E-GOVERNMENT PADA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE PEGI Fitri Wahyuni 1, Angraini 2 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016 No. 40/07/72/Th. XIX, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016 RINGKASAN Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2012 2016 cenderung mengalami

Lebih terperinci

Bogor Agricultural University (IPB) Sosialisasi Lomba Web Unit Kerja 2017

Bogor Agricultural University (IPB) Sosialisasi Lomba Web Unit Kerja 2017 Bogor Agricultural University (IPB) Sosialisasi Lomba Web Unit Kerja 2017 Senin, 16 Oktober 2017 (08.00-16.00) IPB International Convention Center (IICC), Ballroom 1 Latar Belakang Penilaian situs web

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Hasil Peneltian Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa kejadian BBLR pada kelompok vegetarian di 17 kota di Indonesia tahun 2009 adalah rendah, dengan persentase

Lebih terperinci

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 S U N G A I L I A T 2016 0 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu instansi pemerintah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH 1 1 Program RB Grand Design RB Road Map RB 6 Program Makro 8 Area Perubahan 9 Program Percepatan RB 9 Program Mikro K/L & Pemda 2 Keterkaitan Program Makro Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi dan manusia merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan dapat dikatakan manusia membutuhkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Pada

Lebih terperinci

Menilai penerapan e-government di Kementerian / Lembaga Negara Republik Indonesia menggunakan Framework PeGI

Menilai penerapan e-government di Kementerian / Lembaga Negara Republik Indonesia menggunakan Framework PeGI No. 003/32.02/BDT/2017 Menilai penerapan e-government di Kementerian / Lembaga Negara Republik Indonesia menggunakan Framework PeGI Irwan munandar Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Irwan@esdm.go.id

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING (E-LEARNING READINESS) STUDI KASUS : UPN VETERAN JAKARTA

ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING (E-LEARNING READINESS) STUDI KASUS : UPN VETERAN JAKARTA ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING (E-LEARNING READINESS) STUDI KASUS : UPN VETERAN JAKARTA Henki Bayu Seta 1), Theresia Wati 2), Nurhafifah Matondang 3) 1), 2) Teknik Informatika

Lebih terperinci

Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan

Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan 38 Bab IV Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan Analisis dilakukan untuk membuktikan hubungan antar variabel bebas dan terikat serta antar variabel bebas. Mekanisme pembuktian hipotesis mengikuti kaidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar yang dideklarasikan dalam WSIS untuk mewujudkan masyarakat informasi antara lain diperlukannya peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar yang dideklarasikan dalam WSIS untuk mewujudkan masyarakat informasi antara lain diperlukannya peran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat internasional mengusung isu mengenai adanya kesenjangan informasi (informasi gap) dan kesenjangan dijital (digital divide) di dalam sebuah forum yang disebut

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT INFORMASI PUBLIK PUSAT HUBUNGAN MASYARAKAT 2014 ANALISA PROSEDUR PELAYANAN INFORMASI Dari survei yang telah dilakukan oleh Tim Pelayanan Informasi Publik Kementerian

Lebih terperinci

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional pada Materi Konsep Dasar Fisika Inti dan Struktur Inti Mata Kuliah Fisika Atom dan Inti Wulan Sari 1), Jufrida ), dan Haerul Pathoni 3) 1)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Profil Responden Kuesioner Sistem Internal Controls pada Direktorat Pembinaan SMK dilakukan di

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Profil Responden Kuesioner Sistem Internal Controls pada Direktorat Pembinaan SMK dilakukan di BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Kuesioner Sistem Internal Controls pada Direktorat Pembinaan SMK dilakukan di kantor Direktorat Pembinaan SMK di Komplek Depdiknas, Gedung E Lantai 12-13, Jl. Jenderal

Lebih terperinci

KUESIONER ANALISA KEPUASAN PEMAKAI SISTEM INFORMASI PERKREDITAN (STDUI KASUS : KOPERASI PERUMAHAN WANABAKTI NUSANTARA)

KUESIONER ANALISA KEPUASAN PEMAKAI SISTEM INFORMASI PERKREDITAN (STDUI KASUS : KOPERASI PERUMAHAN WANABAKTI NUSANTARA) L1 KUESIONER ANALISA KEPUASAN PEMAKAI SISTEM INFORMASI PERKREDITAN (STDUI KASUS : KOPERASI PERUMAHAN WANABAKTI NUSANTARA) Pengantar : Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data yang akan menjadi bagian

Lebih terperinci

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 55/09/32/Th. XVII, 15 September 2015 Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dilihat dari era modern sekarang ini media sosial bukan hanya sekedar media komunikasi namun sudah menjadi bagian dari gaya hidup manusia khususnya golongan

Lebih terperinci

SURVEI PELAYANAN PUBLIK RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

SURVEI PELAYANAN PUBLIK RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1 SURVEI PELAYANAN PUBLIK RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan RSUP Dr. Sardjito dalam menjalankan peranannya sebagai Rumah Sakit Tipe A Pendidikan sangat

Lebih terperinci

PUBLIC SECTOR DAY: CONVERGENCE COMMUNICATION UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMERINTAHAN

PUBLIC SECTOR DAY: CONVERGENCE COMMUNICATION UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMERINTAHAN PUBLIC SECTOR DAY: CONVERGENCE COMMUNICATION UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMERINTAHAN Sistematika Pembahasan e-gov e-service Persyaratan e-service Convergence Connected Praktek

Lebih terperinci

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/06/33.08/Th.II, 15 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 2016 SEBESAR 12,67 PERSEN Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI SITUS JUAL- BELI ONLINE DANI HAMDANI EA08

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI SITUS JUAL- BELI ONLINE DANI HAMDANI EA08 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI SITUS JUAL- BELI ONLINE DANI HAMDANI 16209229 4EA08 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pengguna internet yang semakin banyak serta penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan secara bertahap seiring perkembangan teknologi dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan secara bertahap seiring perkembangan teknologi dan sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Internet yang semula menjadi ranah informasi yang bisa didapat dengan cepat, mulai berubah menjadi ajang berdagang dengan cara modern. Dinamika ini tentunya membawa

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2015 No. 54/09/72/Th. XVIII, 15 September 2015 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2015 RINGKASAN Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2011 2015 terus

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESUKSESAN DAN KEGAGALAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI DI PERUSAHAAN. Dosen: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESUKSESAN DAN KEGAGALAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI DI PERUSAHAAN. Dosen: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESUKSESAN DAN KEGAGALAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI DI PERUSAHAAN Dosen: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc Disusun oleh: Lisha Luthfiana Fajri P056131402.45 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Data Penggunan Internet

Data Penggunan Internet BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk memenuhi kebutuhan akan informasi, salah satu media yang dapat membantu untuk mendapatkan informasi adalah internet. Internet dapat membantu masyarakat

Lebih terperinci

SURVEI MATRIKS ARUS KOMODITAS TAHUN 2013

SURVEI MATRIKS ARUS KOMODITAS TAHUN 2013 RAHASIA SMAK2013D REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI MATRIKS ARUS KOMODITAS TAHUN 2013 Tujuan Survei Dasar Hukum Kerahasiaan Kewajiban : Mendapat gambaran tentang transaksi ekspor-impor antar

Lebih terperinci