Laporan Pelaksanaan Kegiatan Studi Banding Program Pengendalian AI di Vietnam Hanoi, 9-13 Maret 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Pelaksanaan Kegiatan Studi Banding Program Pengendalian AI di Vietnam Hanoi, 9-13 Maret 2010"

Transkripsi

1 Laporan Pelaksanaan Kegiatan Studi Banding Program Pengendalian AI di Vietnam Hanoi, 9-13 Maret 2010 Peserta StudI Banding Pengendalian AI di Vietnam Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian R.I

2 Daftar Isi : Laporan Pelaksanaan Kegiatan Studi Banding Program Pengendalian AI di Vietnam Hanoi, 9-13 Maret 2010 I. Pendahuluan II. III. IV. Maksud dan Tujuan Peserta Pelaksanaan Kegiatan V. Hasil Kegiatan A. Sambutan Director General of Department Animal Health Vietnam B. Sambutan Ketua Tim Indonesia C. Pengembangan Usaha Perunggasan D. Pelaksanaan Program Pengendalian AI E. Kunjungan ke Fasilitas Laboratorium National Center for Veterinary Diagnostic Laboratory (NCVDL) F. Kunjungan ke Pasar/Tempat Penampungan Unggas G. Kunjungan ke Tempat Pemotongan Unggas VI. Kesimpulan dan Rekomendasi VII. Ucapan Terima Kasih VIII. Penutup 2

3 I. Pendahuluan 1. Pada tahun 2003 penyakit Avian Influenza (AI) mulai mewabah di berbagai Negara Asia hingga hampir ke seluruh dunia. Di Indonesia wabah Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) pertama kali terjadi pada unggas pada tahun 2003 selanjutnya dalam waktu yang sangat cepat telah menyebar ke 31 dari 33 provinsi wilayah Indonesia, kecuali provinsi Maluku Utara dan Gorontalo belum dilaporkan terjadinya kasus AI.. 2. Kejadian penyakit HPAI di Indonesia baru pertama dilaporkan dan, belum banyak diketahui. secara pasti sifat virus dan cara pengendaliannya. Sehingga Indonesia dan pada setiap negara yang terserang wabah HPAI melakukan kajian sifat virus dan menerapkan strategi pencegahan, pengendalian maupun pemberantasan penyakit yang berbeda serta memberikan hasil yang bervariasi juga di setiap negara. 3. Di Indonesia, puncak kejadian kasus AI pada unggas yang disertai kepanikan masyarakat dan industri perunggasan dilaporkan pada tahun 2004, kemudian disusul dengan terbuktinya kasus AI pertama pada manusia dan meninggal pada tahun Kasus pada unggas dan manusia sudah relatif terkendali sejak tahun 2008 hingga saat ini. 4. Penerapan prinsip 9 Strategi Pengendalian AI dinilai cukup efektif dalam menekan kasus AI pada unggas dan manusia serta kerugian peternak unggas, namun demikian dalam perkembangannya dari tahun ke tahun masih memerlukan penyesuaian strategi pengendalian berdasarkan perkembangan situasi penyakit dan dinamika virus AI yang telah terjadi. 5. Berdasarkan berbagai penelitian, kajian dan evaluasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kasus AI tertinggi pada unggas dan manusia terjadi di wilayah Jawa Bagian Barat (Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta) yang merupakan bagian Wilayah Risiko Tinggi AI didasarkan pada kriteria tingginya populasi dan lalulintas unggas serta tingginya kasus AI pada unggas dan manusia. 6. Guna mencapai percepatan menekan kasus AI tersebut maka dalam Rencana Kerja Strategis Nasional (National Strategic Work Plan) Pengendalian AI tahap I ( ) dan tahap II ( ), di wilayah Jawa Bagian Barat tersebut diterapkan berbagai strategi pengendalian AI yang intensif dengan mengerahkan berbagai sumber daya nasional yang ada maupun bantuan luar negeri. Hal tersebut disadari mengingat keterbatasan sumberdaya, kapasitas SDM dan sarana 3

4 prasarana yang masih belum memadai di daerah tersebut apabila dibanding dengan tantangan beratnya permasalahan yang harus dihadapi, maka pemerintah pusat telah mengkoordinasikan beberapa bantuan luar negeri untuk mendukung sepenuhnya intensifikasi program pengendalian AI di Wilayah Jawa Bagian Barat tersebut. 7. Salah satu Negara Donor yang memberikan bantuan di wilayah tersebut adalah Pemerintah Negara Belanda melalui Proyek Indonesia Dutch Partnership (IDP) selama 5 tahun. Bentuk bantuan yang diberikan dalam program pengendalian AI pada umumnya diarahkan sebagai kajian, peningkatan ketrampilan SDM kesehatan hewan dan bantuan teknis laboratorium. 8. Dalam rangka peningkatan pengetahuan SDM Kesehatan Hewan dan penguatan komitmen para Pejabat Penentu Kebijakan dalam Dinas Provinsi yang membidangi sub sektor peternakan dan kesehatan hewan di wilayah tersebut, maka berdasarkan masukan dan identifikasi kebutuhan pemerintah daerah serta mendapat persetujuan dari IDP dan Direktorat Kesehatan Hewan selanjutnya ditetapkan kegiatan Studi Banding ke Hanoi, Vietnam, pada tanggal 9-13 Maret II. Maksud dan Tujuan 1. Meningkatkan pengetahuan dan komitmen para pejabat penentu kebijakan bidang kesehatan hewan khususnya dalam program pengendalian AI, baik di 3 provinsi Jawa Bagian Barat dan di tingkat Nasional 2. Mengetahui perbandingan situasi, permasalahan, tantangan, keberhasilan dalam program pengendalian AI di Negara Vietnam, sehingga dapat digunakan sebagai referensi dalam mengatasi permasalahan di wilayahnya masing-masing. 3. Saling berbagi pengalaman pengendalian AI antar kedua Negara Indonesia dan Vietnam dalam semangat kerjasama Negara ASEAN III. Peserta Provinsi Banten 1. Ir. Agus M Tauchid 2. Ir. Irwan Efendi Provinsi Jawa Barat 3. Drh. Sri Mudjiartiningsih 4. Drh. Arif Hidayat Provinsi DKI Jakarta 5. Drh. Sri Mulyono 6. Drh. Chaidir Taufik 4

5 Direktorat Kesehatan Hewan dan UPPAI Pusat 7. Drh. Nilma Lubis 8. Drh. Winny Windarto 9. Drh. Muhammad Azhar 10. Drh. Tatty Syafriati Indonesian Dutch Partnership (IDP) 11. Dr. Ivo Classen IV. Pelaksanaan Kegiatan Agenda dan lokasi kegiatan sebagai berikut : Hari I : Selasa, 9 Maret Keberangkatan Tim dari Jakarta ke Hanoi Vietnam, menginap di Flower Garden Hotel, 46 Nguyen Truong To Street, Ba Dinh District Hanoi. Hari II : Rabu, 10 Maret Kunjungan ke Departemen Kesehatan Hewan 1. Sambutan selamat datang dari Direktur Jenderal Kesehatan Hewan : Dr. Hoang Van Nam 2. Presentasi dari Dr. Van Dang Ky, Senior Epidemiologist dan Dr Nguyen Ngoc Tien tentang Situasi dan Strategi Pengendalian AI di Vietnam 3. Presentasi dari Dr. Tan Long To, Director of National Center for Veterinary Diagnostic Laboratory (NCVDL) 4. Diskusi umum 5. Kunjungan ke fasilitas laboratorium NCVDL (Gambar 1) Hari III : Kamis, 11 Maret Kunjungan ke Collector yard (Gambar 2a, 2b, 2c) 7. Kunjungan ke Tempat Pemotongan Unggas (Gambar 3a, 3b) 8. Presentasi oleh Direktur Department of Livestock Production: Nguyen Thanh Son PhD Hari IV : Jumat, 12 Maret Diskusi analisa hasil kegiatan pada dua hari sebelumnya. 10. Field Trip ke beberapa obyek wisata di Hanoi antara lain: Tran Quoc Pagoda, dekat West Lake, Danau terbesar di Hanoi; Ho Chi Minh Mausoleum; Quoc Tu Gnam, The first University in Vietnam dan Hang Gai Street / Dong Xuan Market. Hari V : Sabtu, 13 Maret Tim kembali dari No Bai Airport Hanoi ke Jakarta 5

6 V. Hasil Kegiatan A. Sambutan Director General of Department of Animal Health Vietnam, Dr. Hoang Van Nam 1. Dr. Hoang Van Nam memperkenalkan jajaran staf Department of Animal Health 2. Menyampaikan ucapan selamat datang kepada Tim Indonesia dan menerima dengan sangat ramah dan terbuka untuk senantiasa terus meningkatkan hubungan kerjasama antara pemerintah Negara Indonesia dan Viet Nam di masa yang akan datang 3. Secara ringkas disampaikan bahwa pengendalian penyakit AI pada unggas di Viet Nam telah memberikan hasil yang lebih baik dengan semakin menurunnya jumlah outbreak pada unggas dan kasusnya pada manusia, namun diakui tantangan yang harus dihadapi masih sangat berat untuk dapat memberantas AI di Negara tersebut 4. Diinformasikan pula bahwa Jajaran Kementerian Pertanian Viet Nam saat ini tengah sangat sibuk sehubungan dengan telah ditunjuknya sebagai Tuan Rumah dalam penyelenggaraan International Ministerial Conference of Avian and Pandemic Influenza yang akan diadakan di Hanoi, tanggal April B. Sambutan Ketua Tim Indonesia oleh Drh. M. Azhar 1. Memperkenalkan seluruh anggota tim peserta dan instansi provinsi tempat bertugas masing-masing 2. Menyampaikan maksud dan tujuan kunjungan tim ke Hanoi Vietnam yang pada dasarnya untuk memperoleh berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam kebijakan dan operasional pengendalian AI di Vietnam guna dapat memperkaya wawasan dalam meningkatkan pencapaian tujuan pengendalian AI di Indonesia 3. Menginformasikan gambaran singkat secara umum usaha industri perunggasan dan secara khusus perkembangan situasi AI terkini serta strategi pengendalian penyakitnya. 4. Ucapan terima kasih atas nama pemerintah Indonesia dan secara khusus Tim Studi Banding yang telah dapat diterima dengan baik dan akrab oleh jajaran Ministry of Agriculture and Rural Development Viet Nam, khususnya Department of Animal Health selama 3 hari tanggal Maret 2010 di Hanoi, Viet Nam. 6

7 C. Pengembangan usaha peternakan unggas (disampaikan oleh: Deputy Director General Livestock Production, Nguyen Thanh Son, PhD) Department of 1. Gambaran umum a. Negara Viet Nam yang beribukota di Hanoi, memiliki luas area 332,000 km2 menyusuri pantai berbatasan dengan beberapa negara yakni China Laos dan Kambodja, -Sebelah utara berbatasan dengan Republik Rakyat China (RRC) -Sebelah barat laut berbatasan dengan Laos -Sebelah barat daya berbatasan dengan Kamboja -Sebelah timur berbatasan dengan Laut China Selatan. b. Dalam struktur tingkatan pemerintahan, negara Vietnam di bagi dalam 64 provinces, 750 Districts dan villages Pemerintah Vietnam mengelompokkan 64 provinsi menjadi delapan wilayah regional yaitu (a) Regional: Barat Laut, (b) Regional Timur Laut, (c) Regional Delta Sungai Merah, (d) Regional Pantai Tengah Utara, (e) Regional Pantai Tengah Selatan, (f) Regional Dataran Tinggi Tengah, Tenggara, dan (g) Regional Delta Sungai Mekong. c. Berpenduduk sekitar 86 juta jiwa, 70 % warganya mayoritas sebagai petani. Produksi pertanian memberi kontribusi sebesar 30 % terhadap GDP nasional. Perkebunan dan peternakan merupakan sektor yang paling dominan. Peternakan sendiri memberi kontribusi sebesar 19,7 % terhadap sektor pertanian. 2. Populasi, produksi industri perunggasan a. Usaha peternakan unggas dan babi memberikan kontribusi yang dominan dari industri sektor peternakan di Vietnam. b. Populasi unggas di Vietnam sekitar 250 juta ekor ratarata meningkat sekitar 7-8 % per tahun. Sempat mengalami penurunan yang drastis sejak tahun 2003 saat awal terjadinya wabah AI di Vietnam. Namun setelah dilakukan program pengendalian AI secara intensif, maka sejak tahun 2007 hingga 2009 telah menunjukkan peningkatan populasi kembali hingga mencapai 12 % per tahun. Kurang lebih orang atau 70% penduduk Vietnam tinggal di pedesaan. Sebanyak 8 juta rumah tangga atau 90% dari rumah tangga di Vietnam memelihara unggas. Pada tahun 2006 populasi unggas diperkirakan berjumlah ekor dengan perincian populasi ayam sebanyak 73% atau ± 156,6 7

8 juta ekor dan populasi unggas air (terutama itik dan entok) sebanyak 27% atau ± 57,93 juta ekor. Hampir sama dengan kondisi di Indonesia, pemeliharaan ternak ayam, secara backyard, dikombinasikan dengan pemeliharaan itik, berada di daerah produksi padi. Ternak unggas mempunyai fungsi sosial dan merupakan salah satu sumber protein hewani dan pendapatan rumah tangga di pedesaan. Pemeliharaan secara backyard mencirikan adanya investasi atau biaya input yang rendah namun mampu menyerap tenaga kerja, siklus produksi pendek, mudah dipasarkan namun mempunyai risiko yang tinggi. Hasil sensus tahun 2006 memperlihatkan bahwa sektor perunggasan di Vietnam didominasi oleh peternakan rakyat sebagaimana terlihat pada Tabel 1 FAO menetapkan 4 kategori (4 sektor) pemeliharaan unggas di Vietnam yaitu Sektor I : pola industri, terintegrasi, intensif, skala besar, tingkat biosekuriti yang tinggi, produk komersial Sektor II : pola semi intensif, berorientasi pasar, tingkat biosekuriti sedang sampai tinggi Sektor III : tingkat biosekuriti rendah Sektor IV : skala rumah tangga (backyard) D. Pelaksanaan Program Pengendalian AI (disampaikan oleh Dr. Van Nam Ky, Senior Epidemiologist Department of Animal Health) 1. Organisasi Pelayanan Kesehatan Hewan Pelayanan kesehatan hewan dapat dilaksanakan dengan 1 jalur komando dari tingkat kementerian, provinsi, kabupaten dan desa secara tegas dengan memiliki otoritas veteriner yang jelas di setiap masingmasing tingkatan, yakni : a. Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (Ministry of Agriculture and Rural Development) Vietnam membawahi langsung beberapa Departemen, antara lain yang terkait bidang peternakan adalah Department of Livestock Production / DLP (dikepalai oleh seorang Director General atau setingkat Direktur Jenderal) dan Department of Animal Health / DAH (dikepalai oleh seorang Director General atau setingkat Direktur Jenderal sekaligus bertindak sebagai pemegang otoritas tertinggi di Vietnam) b. Dalam struktur DAH membawahi beberapa (8) Divisi berdasarkan fungsinya : (1) Administrasi dan kepegawaian (2) Epidemiologi (3) Kesehatan Ikan (4) Inspeksi dan Karantina Hewan (5) Manajemen Obat dan Vaksin Hewan (6) Perundangan dan Pengawasan (7) Perencanaan (termasuk Kerjasama Internasional dan Ilmiah) (8) Keuangan 8

9 c. Di tingkat Provinsi terdapat instansi vertikal yang menangani bidang kesehatan hewan yakni Sub-Department of Animal Health (Sub Departemen Kesehatan Hewan) d. Di tingkat District atau Kabupaten, bidang kesehatan hewan ditangani oleh District Veterinary Station (Stasion Kesehatan Hewan), sedangkan di tingkat Desa ada Communal Veterinary Team (Tim Masyarakat Veteriner) e. Di tingkat pusat, DAH membawahi beberapa Pusat (Center) yang memiliki tugas fungsi secara spesifik, yakni (1) Veterinary Drug and Vaccine Company. (2) Professional Centers (3) The National Center for Vet. Diagnostic (4) The National Center for Vet. Bio-products Inspection 1, 2 (5) The National Center for Hygiene Inspection 1, 2 Gambar Struktur Pelayanan Veteriner di Vietnam. 2. Epidemiologi Avian Influenza di Vietnam. Kasus AI di Vietnam terjadi pada unggas terlebih dahulu, baru kemudian terjadi pada manusia. Wabah AI dimulai dari wilayah selatan, kemudian menyebar cepat ke wilayah utara. Wabah AI pada unggas terjadi di dalam 5 gelombang sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Sejak pertengahan 2007 sifat kasus bersifat sporadic. Kasus AI pada manusia adalah sebagai berikut : a. Tahun 2004 : 29 orang (20 orang meninggal) b. Tahun 2005 : 61 orang (19 orang meninggal) c. Tahun 2006 : tidak ada kasus 9

10 d. Tahun 2007 : 8 orang (5 orang meninggal) e. Tahun 2008 : 5 orang (5 orang meninggal) f. Tahun 2009 : 4 orang (4 orang meninggal) Sebanyak 97% penderita mempunyai sejarah kontak dengan unggas. Tabel 1 Kasus Avian Influenza pada Unggas di Vietnam (Desember 2003 s.d. Pebruari 2010). No PARAMETER GELOMBANG / PERIODE I II III IV V Waktu Des 2003 Des 2004 Apr Okt Des 2006 s.d. Jan 2007 s.d. s.d. s.d. s.d. dan Maret 2007 s.d. saat ini Maret Maret Nop 2004 Des Jumlah kasus Jumlah Provinsi daerah Kab/kota tertular Komunal Jumlah TOTAL 45 juta culling Ayam unggas Itik (ekor) Entok Kurva Kasus Avian Influenza pada Unggas di Vietnam Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan 3. Operasionalisasi program pengendalian AI Pengendalian AI pada unggas di Vietnam dilaksanakan dengan kebijakan dan langkah sebagai berikut : 1. Komitmen yang kuat dari Pemerintah Vietnam : 2. Membentuk komite nasional yaitu National Steering Committee for Avian Influenza Prevention and Control (NSCAIPC) 3. Memanfaatkan sistem politik atau rantai komando yang mengakar dari Pusat sampai daerah 4. Respon cepat menyediakan anggaran dan SDM 5. Memanfaatkan pengalaman dalam mengendalikan SARS tahun

11 Deteksi Dini dan Respon 1. Memanfaatkan sumberdaya yang ada (telepon, faksimil, dll) 2. Vaksinasi AI pada unggas, (Tabel2) 3. Pemberian kompensasi yang selalu diperbaharui 4. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), sistem pelaporan secara on line 5. Kesiapan Menghadapi Pandemi. 6. Memanfaatkan bantuan luar negeri secara maksimal Negara Asia lainnya seperti Jepang, Korea Selatan dan Malaysia melaksanakan pengendalian AI tanpa vaksinasi AI pada unggas. Vietnam, Mesir, Bangladesh, Thailand dan Indonesia melaksanakan pengendalian AI dengan (salah satu diantaranya) vaksinasi AI pada unggas. Pada bulan September 2005 dimulai program vaksinasi AI pada unggas. Pada awalnya jenis vaksin AI yang digunakan adalah : - Strain H5N2 inaktif (Harbin) eks China, untuk vaksinasi pada ayam - Strain H5N1 inaktif eks China, untuk vaksinasi pada unggas air - Strain H5N2 inaktif (Intervet), untuk vaksinasi pada ayam - Strain H5N1 inaktif (Trovac Merial) untuk day old chick Vaksinasi pada unggas dilaksanakan sejak tahun 2005 dan difokuskan di 33 provinsi berisiko tinggi terutama di wilayah S. Merah dan delta S. Mekong. Sasaran vaksinasi adalah semua unggas di sektor IV (backyard) dan peternakan unggas (long lived poultry). Vaksinator AI adalah dokter hewan dan petugas kesehatan hewan di tingkat komunal dan tingkat DVS. Tidak ada kader vaksinator. Wabah AI selalu terjadi pada kelompok unggas yang tidak divaksinasi. Tidak ada laporan kasus AI yang terjadi pada unggas yang telah divaksinasi secara penuh. Ada pun faktor faktor yang memicu munculnya wabah : a. Faktor internal : - Tidak semua populasi dapat divaksinasi akibat lemahnya manajemen penetasan, itik remaja, pemeliharaan ayam secara backyard, pemeliharaan itik yang berpindah tempat - Lemahnya manajemen pemotongan unggas - Lemahnya pengawasan lalulintas unggas b. Faktor eksternal : Populasi unggas di Vietnam termasuk nomor dua terbesar di dunia tetapi terbangun dari pemeliharaan unggas secara backyard dan pemeliharaan itik yang berpindah tempat. - Virus bersirkulasi pada unggas domestik dan burung liar. - Hambatan biaya operasional untuk melaksanakan surveilans dan vaksinasi pada dokter hewan di tingkat komunal 11

12 .Tabel 2 Hasil Vaksinasi Avian Influenza pada Unggas di Vietnam. No TAHAP VAKSINASI JENIS VAKSINASI VAKSIN Target (dosis) Realisasi (ekor) Cakupan Vaksinasi ayam I (2005 ~ H5N ( ) 2006) - itik ( ) II (2007 ~ 2008) III (2009 ~ 2010) 81,37% H5N ,24% H5N1 (2007) ,23% H5N1 (2008) ,07% H5N2 21 provinsi dan (2008/OIE) 10 unit farm sector I I ,23% H5N1 II H5N Sedang berjalan Sistem surveilans dan pelaporan penyakit tidak dapat mendeteksi adanya infeksi dan penyakit. Hal ini disebabkan beberapa hal yaitu : a. Tidak semua peternak melaporkan kejadian penyakit. Beberapa peternak bahkan menjual ternak dari flock yangterinfeksi b. Pemilik unggas tidak berkomunikasi dengan dokter hewan dan petugas kesehatan c. Beberapa unggas yang terinfeksi, khususnya itik, tidak menunjukkan gejala klinis yang nyata. d. Belum optimalnya manajemen kesehatan hewan di pasar unggas dan tempat pemotongan unggas sehingga masih ada unggas terinfeksi yang dijual atau dipotong. e. Belum optimalnya kondisi lapangan dan laboratorium untuk melaksanakan surveilans dan penelusuran kasus termasuk gejala sub klinis Restrukturisasi Perunggasan di Vietnam. Mengacu pada definisi FAO, maka usaha peternakan unggas dikelompokkan pada 4 sektor berdasarkan tingkat penerapan biosekuritinya. Sektor-4 atau backyard masih mendominasi populasi unggas sekitar 45 %. Populasi Itik/ unggas air mendominasi sekitar 70 juta yang digembalakan secara bebas di sungai di beberapa provinsi yang tersambung sungai. namun sejak tahun telah dilaksanakan kebijakan program restrukturisasi perunggasan dengan merubah peternakan sektor 4 secara bertahap kearah sektor 3 dan skala industri. Kebijakan baru tahun yang diterapkan oleh Department of Livestock Production dalam Restrukturisasi Perunggasan guna mendukung Program Pengendalian AI di Vietnam: 1) Memberikan dukungan penuh pemanfaatan lahan untuk meningkatkan produksi peternakan, khususnya peternakan unggas komersial 12

13 2) Memberikan bantuan modal dan sarana khususnya untuk industri pembibitan perunggasan yang ramah lingkungan. 3) Memberikan keringanan/pengurangan pajak bagi usaha peternakan komersial 4) Pemerintah daerah provinsi melarang dan memberikan penalti terhadap pemeliharaan unggas backyard di sekitar pemukiman, khususnya di perkotaan. Disamping itu, mendukung pengembangan usaha peternakan dari yang skala kecil atau backyard ditingkatkan skala usahanya menjadi usaha peternakan secara komersial dengan populasi ekor per peternak. Untuk itu pemerintah provinsi memberikan subsidi sebesar juta Vietnam dong atau sekitar Rp juta,- per peternak. Tempat Pemotongan Unggas skala kecil ditingkatkan kapasitas dan penerapan higiene sanitasinya 5) Pengembangan pasar sehat sebanyak 6 buah pasar dengan dukungan dana pemerintah dan bantuan World Bank. Disamping 5 kebijakan utama pemerintah tersebut, beberapa upaya telah dilakukan dalam pengembangan usaha peternakan unggas antara lain : 1) Bagi Industri Perusahaan skala besar perunggasan seperti Charoen Pokphand dan Japfa Comfeed telah melakukan sistem kontrak kerjasama Kemitraan Inti Plasma denga para peternak 2) Koperasi peternak yang merupakan kumpulan usaha dari peternak juga dikembangkan dengan baik 3) Pakan ternak unggas selama ini sebagian besar vietnam masih mengimpor dari Thailand 4) Unggas umbaran di pemukiman di perkotaan berdasarkan peraturan tidak diperbolehkan dan telah dilakukan pengurangan populasi oleh masyarakat sendiri. 5) Itik yang digembalakan antar daerah kabupaten/ provinsi telah dilakukan registrasi terhadap jumlah populasi per peternak, itik yang dilakukan vaksinasi dan yang dilalulintaskan antar daerah harus melapor kepada daerah tujuan. E. Kunjungan ke Fasilitas Laboratorium NCVDL Peran Laboratorium dalam Surveilans AI (disampaikan oleh Dr. Tan Long To, Deputy Director of National Center for Veterinary Diagnostic Laboratory (NCVDL) - Kemampuan pengujian : Sapi dan kerbau : FMD/PMK dan Anthrax Babi : CSF, FMD, PRRS, Salmonella suis Unggas : HPAI, ND, DVE, FC - Teknik yang digunakan: Isolasi virus, kultur sel PCR konvensional dan real time ELISA untuk deteksi Antigen dan antibodi 13

14 Serologi HI test dan AGID Pathology : gross pathology dan histopathology - Internal Quality Control: Uji profiensi secara rutin Guide line biosafety level 3 Laboratory net working Menerapkan sistem informasi laboratorium Laboratorium NCVDL adalah laboratorium yang telah mendapat ISO Gambar 1: Di depan gedung Laboratorium Nasional Vietnam; 10 peserta tim study tour Indonesia dengan Dr. Tan Long To, Deputy Director of National Center for Veterinary Diagnostic Laboratory (NCVDL) Laboratorium yang dikunjungi adalah sebagai berikut : 1. Laboratorium Virologi 2. Laboratorium Bakteriologi 3. Laboratorium Pathologi 4. Laboratorium Parasit 5. Laboratorium PCR 6. Laboratorium PMK 7. Laboratorium Penyakit Ikan F. Kunjungan ke Pasar dan Tempat Penampungan Unggas Suatu areal khusus untuk percontohan pasar unggas, diawasi oleh petugas dari direktorat jenderal kesehatan hewan yaitu karantina hewan, petugas dari ditjen peternakan dan petugas keamanan. 14

15 Pasar unggas ini menampung dan menjual unggas hidup saja dan bercampur antara ayam, itik dan angsa yang berasal dari peternakan di distrik tersebut. Jenis ayam tertentu asal usul DOC impor Thailand (Charoen Pokphand) Gambar 2a: Penjelasan dari Dokter Hewan Pemeriksa pada Pasar dan Penampungan Unggas di Hanoi Gambar 2b: Petugas kepolisian di Pasar unggas 15

16 Gambar 2c : Pasar dan penampungan unggas 16

17 Suasana di Pasar Unggas Thung Thoi. Kendaraan truk yang dirancang khusus untuk mengangkut ternak unggas Motor pengangkut ternak unggas Prosedur : a. Kendaraan masuk ke dalam area pasar unggas b. Pemeriksaan dokumen unggas dari daerah asal c. Pemeriksaan klinis d. Unggas yang sehat diturunkan dari kendaraan pengangkut e. Unggas ditimbang oleh pemiliknya f. Unggas ditempatkan di dalam flock g. Cleaning & desinfection pada akhir kegiatan pasar 17

18 a. Kunjungan Poultry Slaughter Points (Tempat Pemotongan Unggas) - Pemerintah mendukung pengembangan RPU dengan sistem kredit - Penerapan higiene sanitasi Tempat pemotongan unggas yang dikunjungi letaknya cukup jauh dari pasar unggas, bangunan sederhana namun permanen dan merupakan milik swadaya masyarakat. Pemotongan dilaksanakan pagi hari dan saat dilakukan kunjungan kegiatan sedang istirahat. Gambar 3 a: Tempat pemotongan unggas Gambar 3b: Tempat pencabutan bulu dan pembersihan 18

19 VI. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Pelaksanaan Program pengendalian AI pada unggas di negara Vietnam sejak tahun 2003 hingga saat ini telah berjalan cukup efektif mampu menekan tingkat kejadian wabah dan meluasnya penyebaran AI. Namun demikian dengan struktur usaha perunggasan yang ada, Vietnam masih menghadapi tantangan yang cukup berat untuk dapat mencapai pemberantasan hingga pembebasan AI. 2. Beberapa upaya strategis utama yang diterapkan dalam program pengendalian AI di Vietnam adalah memahami dinamika virus AI di lapangan dan upaya memutus mata rantai penyebaran virus AI melalui berbagai strategi pengendalian dari farm hingga di tempat penampungan unggas/pasar unggas secara intensif. Hal tersebut didukung oleh kebijakan restrukturisasi perunggasan yang didukung semua pihak serta dikuatkan dengan legislasi dan penegakan hukumnya. Disamping itu faktor iklim politis yang dominan sangat mendukung penerapan program pengendalian dari tingkat pusat, provinsi, distrik hingga di lapangan. 3. Beberapa informasi pengetahuan dan peninjauan langsung ke lapangan tersebut yang diperoleh selama di Vietnam telah sangat bermanfaat bagi Tim Studi Banding Indonesia, guna lebih menginspirasi melakukan upaya terobosan baru dalam percepatan program pengendalian AI, dan sebagai bahan referensi dalam penyusunan program baik di tingkat pemerintah pusat maupun daerah. 4. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan studi banding tersebut akan ditindaklanjuti dengan langkah-langkah kongkrit kegiatan khususnya di daerah dengan melibatkan berbagai pihak terkait baik instansi pemerintah maupun para pelaku usaha di berbagai rantai perunggasan. VII. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada : 1. Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2. Dr. Arend J. Neil dan Dr. Ivo Classen, Indonesia Dutch Partnership (IDP) 3. Director General of Department of Animal Health, Ministry of Agriculture and Rural Development, Vietnam 4. Director General of Livestock Production, Ministry of Agriculture and Rural Development, Vietnam 5. Semua pihak di Indonesia maupun Vietnam yang telah turut membantu sehingga telah berhasilnya pelaksanaan kegiatan studi banding Tim Indonesia ke Vietnam. 19

20 VIII. Penutup Demikian laporan ini dibuat secara kolektif oleh Tim Studi Banding Indonesia ke Vietnam, untuk selanjutnya dipergunakan seperlunya dan sebagai laporan kepada Instansi peserta dan laporan kepada pihak IDP selaku Pemberi Dana. Jakarta, Maret Atas nama seluruh anggota Tim Studi Banding Program Pengendalian AI ke Vietnam Ketua Tim, Drh. Muhammad Azhar Koordinator UPPAI Pusat, Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian R.I. 20

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya Disampaikan pada Rapat Koordinasi Tingkat Menteri tentang Pengendalian Flu Burung Jakarta, 27 Desember 2012 1 Flu Burung (H5N1)

Lebih terperinci

PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG Latar Belakang DI JAWA BARAT oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Highly Pathogenic Avian influenza(hpai) adalah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena

Lebih terperinci

Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya

Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya Menteri Pertanian RI Rapat Koordinasi AI/Flu Burung Tingkat Menteri Di Kementerian Pertanian, 27 Desember 2012 Perkembangan Kasus

Lebih terperinci

Situasi AI dan Refocus Rencana Kerja Strategis Nasional Pengendalian AI pada Unggas Tahun 2009

Situasi AI dan Refocus Rencana Kerja Strategis Nasional Pengendalian AI pada Unggas Tahun 2009 Situasi AI dan Refocus Rencana Kerja Strategis Nasional Pengendalian AI pada Unggas Tahun 2009 Drh. Turni Rusli Syamsuddin MM Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan Dep. Pertanian Workshop

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 2009

KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 2009 KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 29 1 OUTLINE 1. PENDAHULUAN 2. DAMPAK WABAH AI 3. PERMASALAHAN 4. KEBIJAKAN UMUM 4.1. STRATEGI PENGENDALIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut : 25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 110/Kpts/PD.610/3/2006 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 110/Kpts/PD.610/3/2006 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 110/Kpts/PD.610/3/2006 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

MENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA

MENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA Konferensi Pers Tempat : Café Bebek Bali Senayan, 26 September 2005 MENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA I. ASPEK KEDOKTERAN HEWAN Menyikapi masalah flu burung (avian influenza) yang akhir-akhir ini

Lebih terperinci

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : MEDIA INDONESIA Edisi 27 Pebruari 2006) Flu burung, penyakit yang ditulari hewan ke manusia akis

Lebih terperinci

PIDATO PENGANTAR MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IV DPR-RI TANGGAL 1 FEBRUARI 2007

PIDATO PENGANTAR MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IV DPR-RI TANGGAL 1 FEBRUARI 2007 PIDATO PENGANTAR MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IV DPR-RI TANGGAL 1 FEBRUARI 2007 Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh Saudara Ketua dan Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI, yang terhormat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya kasus flu burung di dunia khususnya Indonesia beberapa tahun terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi masalah kesehatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA : WORKSHOP PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA RABIES DINAS PETERNAKAN KAB/KOTA SE PROVINSI ACEH - DI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK, DAN TERNAK POTONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii i PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama : Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar

Lebih terperinci

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas kesadaran itu, Departemen Pertanian (2011) mengarahkan pengembangan subsektor peternakan sebagai bagian

Lebih terperinci

INDONESIA NOMOR 229/Kpts/PK.230/4/2016 TENTANG PEMBUKAAN PEMASUKAN UNGGAS DARI NEGARA JERMAN KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDONESIA NOMOR 229/Kpts/PK.230/4/2016 TENTANG PEMBUKAAN PEMASUKAN UNGGAS DARI NEGARA JERMAN KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA - 773 - INDONESIA NOMOR 229/Kpts/PK.230/4/2016 TENTANG PEMBUKAAN PEMASUKAN UNGGAS DARI NEGARA JERMAN KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN: Bahasa Indonesia

LAPORAN PENELITIAN: Bahasa Indonesia LAPORAN PENELITIAN: SOSIO-ECONOMIC IMPACT ASSESMENT OF THE AVIAN INFLUENZA CRISIS ON POULTRY PRODUCTION SYSTEM IN INDONESIA, WITH PARTICULAR FOCUS INDEPENDENT SMALLHOLDERS Bahasa Indonesia Kerjasama PUSAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternakan. Kesehatan. Veteriner. Hewan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5356) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 53/Permentan/OT.140/7/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 53/Permentan/OT.140/7/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 53/Permentan/OT.140/7/2007 TENTANG PERUBAHAN LAMPIRAN I DAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI

Lebih terperinci

Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis

Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi daerah, walaupun saat ini kontribusinya terus menurun dalam pembentukan Produk Domestik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peternakan merupakan sektor andalan bagi perekonomian nasional Indonesia.

PENDAHULUAN. Peternakan merupakan sektor andalan bagi perekonomian nasional Indonesia. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan merupakan sektor andalan bagi perekonomian nasional Indonesia. Pada tahun 2007, sektor peternakan mampu memberikan kontribusi yang cukup baik bagi Produk Domestik

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU UTARA

GUBERNUR MALUKU UTARA PERATURAN GUBERNUR MALUKU UTARA NOMOR : 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LALU LINTAS, PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DI WILAYAH PROPINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS F. F. MUNIER Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jl. Raya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

Deteksi Virus Avian Influenza pada Lingkungan dan Unggas yang Datang di Tempat Penampungan Ayam (TPnA) di DKI Jakarta

Deteksi Virus Avian Influenza pada Lingkungan dan Unggas yang Datang di Tempat Penampungan Ayam (TPnA) di DKI Jakarta Laporan Akhir Deteksi Virus Avian Influenza pada Lingkungan dan Unggas yang Datang di Tempat Penampungan Ayam () di DKI Jakarta 2008 Kerjasama : Wageningen International Departemen Pertanian Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.130, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Penyakit Hewan. Peternakan. Pengendalian. Penanggulangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5543) PERATURAN

Lebih terperinci

RUMUSAN ROUNDTABLE DISCUSSION: ARAH PENELITIAN MENDUKUNG RENCANA BEBAS PENYAKIT AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS TAHUN Bogor, Kamis, 5 Desember 2013

RUMUSAN ROUNDTABLE DISCUSSION: ARAH PENELITIAN MENDUKUNG RENCANA BEBAS PENYAKIT AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS TAHUN Bogor, Kamis, 5 Desember 2013 RUMUSAN ROUNDTABLE DISCUSSION: ARAH PENELITIAN MENDUKUNG RENCANA BEBAS PENYAKIT AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS TAHUN 2020 Bogor, Kamis, 5 Desember 2013 I. Latar Belakang Kejadian wabah Avian Influenza pada

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2010 Kementerian Pertanian. Babi. Produknya. Pemasukan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2010 Kementerian Pertanian. Babi. Produknya. Pemasukan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2010 Kementerian Pertanian. Babi. Produknya. Pemasukan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/Permentan/OT.140/2.2010/ TENTANG PEMASUKAN HEWAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan di Indonesia. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan peternakan yang melaksanakan biosekuriti sangat ketat (high level

Lebih terperinci

Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Mei 2014

Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Mei 2014 Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Mei 2014 Laporan perkembangan kasus penyakit Avian Influenza (AI) pada unggas di Indonesia berdasarkan hasil Uji Cepat (Rapid Test) positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama : Sep-10 Okt-10 Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Edisi : 10/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian 1. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Struktur organisasi Firma RR adalah bentuk garis dan staff yang berhasil penulis susun dan berdasarkan

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka

Lebih terperinci

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan PangandaranBeach http://www.pangandaranbeach.com Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan Bebek Peking adalah bebek pedaging dengan pertumbuhan sangat cepat. Karena itu usaha budidaya ternak bebek peking

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN UNGGAS DAN PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY : Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung 16 KATA PENGANTAR Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA SKPD Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timnur untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis SKPD sesuai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. struktur organisasi dan pembagian tugas berdasarkan Keputusan Presiden R.I. No.

BAB III METODOLOGI. struktur organisasi dan pembagian tugas berdasarkan Keputusan Presiden R.I. No. BAB III METODOLOGI 3.1 Gambaran Umum Instansi 3.1.1 Sejarah Berdiri Kementerian Pertanian terdiri dari beberapa unit Eselon I dengan tujuan struktur organisasi dan pembagian tugas berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

EVALUASI KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER TAHUN 2017 & RENCANA KEGIATAN TAHUN 2018 RAKONTEKNAS II SURABAYA, 12 NOVEMBER 2017

EVALUASI KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER TAHUN 2017 & RENCANA KEGIATAN TAHUN 2018 RAKONTEKNAS II SURABAYA, 12 NOVEMBER 2017 EVALUASI KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER TAHUN 2017 & RENCANA KEGIATAN TAHUN 2018 RAKONTEKNAS II SURABAYA, 12 NOVEMBER 2017 Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2 No.1866, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Hewan. Penyakit. Pemberantasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN INVESTIGASI WABAH PENYAKIT HEWAN TAHUN Penyakit hewan masih menjadi permasalahan bagi industri peternakan di Indonesia

LAPORAN KEGIATAN INVESTIGASI WABAH PENYAKIT HEWAN TAHUN Penyakit hewan masih menjadi permasalahan bagi industri peternakan di Indonesia LAPORAN KEGIATAN INVESTIGASI WABAH PENYAKIT HEWAN TAHUN 2014 PENDAHULUAN Penyakit hewan masih menjadi permasalahan bagi industri peternakan di Indonesia dan berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERTANIAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK JANGKA WAKTU LAYANAN KARANTINA ( SERVICE LEVEL AGREEMENT )

STANDAR PELAYANAN PUBLIK JANGKA WAKTU LAYANAN KARANTINA ( SERVICE LEVEL AGREEMENT ) 1 STANDAR PELAYANAN PUBLIK JANGKA WAKTU LAYANAN KARANTINA ( SERVICE LEVEL AGREEMENT ) KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN KARANTINA PERTANIAN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN 2015 2 STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jakarta, 26 Januari 2017 Penyediaan pasokan air melalui irigasi dan waduk, pembangunan embung atau kantong air. Target 2017, sebesar 30 ribu embung Fokus

Lebih terperinci

Outlook Bisnis Peternakan Menyambut Tahun Politik dan Tahun Bebas AGP

Outlook Bisnis Peternakan Menyambut Tahun Politik dan Tahun Bebas AGP Outlook Bisnis Peternakan 2018 1 Menyambut Tahun Politik dan Tahun Bebas AGP 2 DAFTAR ISI 1. Dinamika 2017...1 2. Perunggasan...3 3. Ternak Sapi...7 4. Ternak Babi...11 5. Pakan...14 6. Obat Hewan...19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek yang cukup terbuka lebar. Hal ini karena telur

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek yang cukup terbuka lebar. Hal ini karena telur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengembangan usaha peternakan ayam petelur di Indonesia masih memiliki prospek yang cukup terbuka lebar. Hal ini karena telur merupakan salah satu produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung atau avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan itik (Soejoedono

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang-Undang

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS Oleh : 1. Drh. Muhlis Natsir NIP 080 130 558 2. Drh. Sri Utami NIP 080 130 559 BALAI

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 73/12/73/Th. II, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN TOTAL BIAYA PRODUKSI UNTUK USAHA SAPI POTONG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini, berbagai penyakit infeksi mengalami peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai belahan dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP IMPORTASI ZONA BASED DAN KELEMBAGAANNYA. Pada Forum D i s k u s i Publik ke-15

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP IMPORTASI ZONA BASED DAN KELEMBAGAANNYA. Pada Forum D i s k u s i Publik ke-15 IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP IMPORTASI ZONA BASED DAN KELEMBAGAANNYA D i s a m p a i k a n Oleh : D I R E K T U R J E N D E R AL P E R D AG AN G AN L U AR N E G E R I Pada Forum D i s

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung telah membuat masyarakat resah terutama di Indonesia. Jutaan unggas mati. Tidak hanya itu, yang lebih fatal penyakit ini telah mulai menular dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. 45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DI INDONESIA

KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DI INDONESIA KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DI INDONESIA Drg. Vensya Sitohang, M. Epid Direktur P2PTVZ, Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan Bincang-bincang tentang PP NO 3 Tahun 2017 Jakarta, 24 Februari 2017 ZOONOSIS

Lebih terperinci

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas

Lebih terperinci

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN SERTIFIKASI OBAT HEWAN TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Larangan. Hewan Babi. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Larangan. Hewan Babi. Pencabutan. No.209,2010 BERITA NEGARA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Larangan. Hewan Babi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR : 05/M-DAG/PER/2/2010 TENTANG PENCABUTAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 16/M-DAG/PER/5/2009

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus avian influenza tipe H5N1 yang dikenal dengan Flu Burung adalah suatu virus yang umumnya menyerang bangsa unggas yang dapat menyebabkan kematian pada manusia.

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Edi Basuno PSE-KP BOGOR PENDAHULUAN. Latar Belakang dan Pemasalahan

Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Edi Basuno PSE-KP BOGOR PENDAHULUAN. Latar Belakang dan Pemasalahan Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Edi Basuno PSE-KP BOGOR PENDAHULUAN Latar Belakang dan Pemasalahan Produksi unggas: bergizi dan harganya terjangkau Industri perunggasan: lapangan kerja dan sumber pendapatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN HEWAN DAN BAHAN ASAL HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PETERNAKAN DAN PENERTIBAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PETERNAKAN DAN PENERTIBAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PETERNAKAN DAN PENERTIBAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN I TA.

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN I TA. LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN I TA. 2014 Ringkasan Eksekutif Mengawali Tahun Aggaran 2014, Pusat Kerja

Lebih terperinci