BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan
|
|
- Devi Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung atau avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan itik (Soejoedono dan Handharyani, 2006). Semua jenis unggas dapat terkena flu burung namun tingkat kepekaannya berbeda-beda. Ayam sangat peka terhadap virus avian influenza dan akan menunjukkan gejala bila terinfeksi, sedangkan unggas air seperti itik bersifat reservoir yang tidak selalu menunjukkan gejala sakit walaupun di dalam tubuhnya terdapat virus avian influenza (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2010). Penyakit avian influenza menimbulkan kematian yang sangat tinggi (hampir 90%) pada unggas di beberapa peternakan (Depkominfo, 2006). Berdasarkan laporan Koordinator Unit Respon Cepat Penyakit Hewan Menular Strategis Dinas Pertanian DIY, pada periode 12 Mei hingga 16 Mei 2014 terjadi 131 kasus kematian unggas akibat positif virus H5N1. Kasus di Kota Yogyakarta sebanyak 6 ekor, Kabupaten Bantul sebanyak 25 ekor, dan Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 100 ekor (Adiwijaya, 2014). Penyakit ini menular dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular dari burung ke manusia. Penyakit ini dapat menular lewat udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret burung atau unggas yang menderita 1
2 2 influenza (Santoso et al., 2005). Sampai saat ini, belum terjadi penularan flu burung dari manusia ke manusia (Aditama, 2012 ; O Leary, 2013). Manusia yang terinfeksi avian influenza menunjukkan gejala seperti terkena flu biasa. Dalam perkembangannya kondisi tubuh menurun drastis dan jika tidak segera mendapatkan pertolongan, korban dapat meninggal dengan berbagai komplikasi. Komplikasi yang mengancam jiwa adalah gagal nafas dan gangguan fungsi tubuh lainnya (Judarwanto, 2009). Berdasarkan data yang diambil dari World Health Organization (WHO) sampai pada tanggal 24 Januari 2014, jumlah kasus flu burung pada manusia di dunia sebanyak 650 kasus dan 386 orang dinyatakan meninggal dunia dan Indonesia merupakan negara dengan kasus flu burung terbesar di dunia dengan 195 kasus dan 163 orang meninggal dunia (WHO, 2014). Kasus flu burung pada manusia di Yogyakarta pertama kali terjadi pada bulan Maret 2011, korban meninggal berasal dari kabupaten Gunung Kidul dan memiliki riwayat kontak dengan unggas peliharaan di rumah dan pasar tradisional (Kemenkes RI, 2011). Kasus kematian kedua terjadi pada bulan Juli 2012, korban meninggal berasal dari daerah Prambanan yang memiliki faktor risiko kontak dengan unggas di tempat kerja serta terdapat peternakan dan pemotongan ayam di sekitar rumah korban (Kemenkes RI, 2012). Kasus flu burung terbaru di Indonesia terjadi pada bulan April 2014 di Wonogiri, Jawa Tengah. Korban berusia 2 tahun dengan faktor risiko adanya kematian ayam di rumah dan lingkungan sekitar korban (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan ketiga kasus tersebut, adanya riwayat kontak dengan unggas terinfeksi merupakan faktor risiko penularan flu burung.
3 3 Pihak yang memiliki risiko tinggi tertular avian influenza adalah : dokter hewan, peternak, petugas kandang, laboran sampel unggas, orang yang bekerja di tempat pemotongan atau pengolahan unggas, pengolahan pupuk kandang, pencabutan bulu, pedagang unggas hidup, pedagang daging unggas, dan anakanak di bawah usia 12 tahun karena sistem kekebalan tubuh yang belum kuat (Dinas Pertanian DIY, 2006; Judarwanto, 2009). Sebagian besar infeksi flu burung pada manusia berhubungan dengan pemotongan dan persiapan ayam yang sakit dan mati sebelum dimasak (Abikusno, 2005). Pencegahan flu burung sebelumnya dipusatkan pada kegiatan pencegahan flu burung di peternakan unggas rumahan, sekarang telah bergeser ke pencegahan penularan pada kegiatan transportasi dan distribusi unggas secara komersial yang dianggap merupakan kegiatan utama untuk memutus transmisi virus flu burung. Delapan sasaran dalam kegiatan pencegahan flu burung yaitu : kelompok peternak unggas komersiil, peternak ayam kampung, peternak bebek dan itik, pedagang dan pengangkut, pemotong unggas, penjual unggas hidup dan potong, pengelola pasar, serta pelanggan dan konsumen (Komnas FBPI, 2009). Berdasarkan hasil lokakarya pasar unggas hidup yang diadakan oleh Komnas FBPI, USDA dan CIVAS tahun 2008 terdapat empat titik kritis dalam rantai distribusi unggas dan produknya yaitu peternakan, tempat penampungan unggas, tempat pemotongan unggas dan tempat penjualan unggas. Salah satu titik kritis yang perlu segera mendapat penanganan adalah pasar tradisional (Jaelani, 2009). Pasar Terban, merupakan pasar ayam terbesar di Yogyakarta yang berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk. Pedagang di pasar ini menjual unggas
4 4 hidup dan unggas potong. Sebagian besar unggas yang diperdagangkan adalah ayam. Di pasar ini juga terdapat 5 rumah potong unggas yang berlokasi di dalam area pasar. Pada tahun 2005, Dinas Pertanian dan Kehewanan Kota Yogyakarta menemukan 14 bangkai ayam positif flu burung dari pedagang dan tempat pemotongan ayam di Pasar Terban Gondokusuman (Kurniawan, 2005). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh keterangan bahwa unggas yang diperdagangkan di pasar ini berasal dari Kabupaten-Kabupaten di Provinsi Yogyakarta maupun dari luar Yogyakarta dan dijual juga ke daerah lain seperti Jakarta. Pembeli ayam hidup dan pelanggan rumah potong di pasar ini merupakan pemilik rumah makan besar di Yogyakarta. Pasar Terban memiliki peran dalam rantai distribusi unggas dan penyebaran penyakit flu burung dari unggas kepada manusia. Pihak pengelola pasar dalam wawancara studi pendahuluan menyatakan bahwa langkah pencegahan flu burung sejak tahun sudah mengalami penurunan. Kegiatan penyuluhan sudah jarang dilakukan, pelaku usaha hanya mengetahui informasi mengenai flu burung melalui media televisi. Kegiatan penyemprotan desinfekan dilaksanakan setiap hari Jumat oleh Dinas Pertanian dan Kehewanan. Dilakukan juga pemeriksaan ayam tiren oleh dokter hewan. Pengelola pasar menyarankan membuang ayam yang mati, tetapi ada juga pedagang yang menjadikannya sebagai pakan ikan lele. Limbah dan sampah akan dibersihkan setiap hari dan diangkut dengan truk menuju tempat pembuangan. Limbah cair akan ditampung pada bak khusus. Ayam-ayam hidup yang diperdagangkan akan dibawa pulang pada malam hari oleh pemiliknya.
5 5 Peneliti juga melakukan observasi lingkungan dan wawancara singkat terhadap para pedagang ayam hidup dan pekerja rumah potong. Salah seorang pedagang mengatakan bahwa ayam miliknya belum pernah sakit dan belum pernah diberikan vaksin. Pedagang tersebut mengatakan belum pernah diberikan penyuluhan oleh pihak terkait mengenai flu burung dan saat peneliti menanyakan beberapa pertanyaan terkait flu burung pedagang tersebut mengatakan tidak tahu. Peneliti juga mewawancarai pedagang lain yang sedang mengangkut ayam dari mobil ke area pasar. Pedagang tersebut menggunakan masker sebagai perlindungan. Pedagang tersebut mengatakan alasan penggunaan masker hanya untuk melindungi diri dari debu. Pedagang tersebut mengetahui bahwa flu burung disebabkan oleh virus tapi tidak mengetahui gejala penyakit yang ditimbulkan. Beberapa pedagang menjual kembali bulu-bulu ayam untuk shutlecock. Berdasarkan hasil observasi peneliti, kebersihan lingkungan pasar masih kurang, bulu-bulu dan kotoran unggas berserakan di area pasar. Sebagian besar pedagang tidak memakai masker dan sarung tangan. Kendaraan pengangkut dan pembeli ayam langsung masuk ke area pasar. Sementara di area potong unggas, petugas pemotongan tidak menggunakan sarung tangan dan masker. Lantai dan dinding terlihat penuh dengan darah ayam. Pemilik rumah potong mengatakan jika perkerjaan sudah selesai maka akan dibersihkan, sampah-sampah akan dibuang dan petugas pemotongan diwajibkan untuk mandi sebelum pulang. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merasa tertarik melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan flu burung di Pasar Terban Yogyakarta.
6 6 B. Rumusan Masalah Peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku pedagang unggas hidup dan pemotong unggas dalam pencegahan flu burung di Pasar Terban, Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pedagang unggas hidup dan pemotong unggas dalam upaya pencegahan flu burung di Pasar Terban, Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap perilaku pedagang unggas hidup dan pemotong unggas dalam pencegahan flu burung di Pasar Terban, Yogyakarta. b. Mengetahui pengaruh sikap terhadap perilaku pedagang unggas hidup dan pemotong unggas dalam pencegahan flu burung di Pasar Terban, Yogyakarta. c. Mengetahui pengaruh fasilitas terhadap perilaku pedagang unggas hidup dan pemotong unggas dalam pencegahan flu burung di Pasar Terban, Yogyakarta. d. Mengetahui pengaruh perilaku pengelola pasar terhadap perilaku pedagang unggas hidup dan pemotong unggas dalam pencegahan flu burung di Pasar Terban, Yogyakarta.
7 7 e. Mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku pencegahan flu burung pada pedagang unggas hidup dan pemotong unggas di Pasar Terban, Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan kajian mengenai perilaku pencegahan flu burung di lingkungan pasar yang diharapkan dapat menjadi sumber dan perbandingan untuk penelitian berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Memberikan gambaran mengenai perilaku pencegahan flu burung serta melatih kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian. b. Bagi Pasar Terban. Sebagai bahan masukan sejauh mana pedagang dan pemotong unggas di lingkungan pasar mengetahui tentang flu burung serta tindakan yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus flu burung. c. Bagi Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta Memberikan masukan tentang pemahaman masyarakat mengenai flu burung dan tindakan pencegahan yang dilakukan serta ketersediaan fasilitas yang mendukung sehingga dapat diwujudkan pasar sehat. d. Bagi perawat komunitas Memberi masukan tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan
8 8 flu burung di lingkungan pasar yang merupakan jalur distribusi serta dapat menjadi pertimbangan dalam melaksanakan promosi kesehatan e. Bagi institusi pendidikan Memberikan dasar untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. E. Keaslian Penelitian Menurut sepengetahuan peneliti, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pedagang unggas hidup dan pemotong unggas dalam upaya pencegahan flu burung di Pasar Terban, Yogyakarta belum pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya yang dapat menunjang penelitian ini antara lain: 1. Sihaloho, Emma S (2009) yang berjudul Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pekerja Rumah Potong Unggas dalam Pencegahan Penularan Penyakit Flu Burung di Kecamatan Berbah dan Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku pekerja rumah potong unggas dalam pencegahan flu burung, penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional menggunakan metode total sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan pekerja rumah potong unggas mengenai flu burung pada kategori sedang, sikap pekerja rumah potong unggas cukup baik, dan perilaku pekerja rumah potong unggas dalam pencegahan flu burung cukup baik. Ada hubungan positif antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku pekerja rumah potong unggas.
9 9 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah subjek penelitian dalam penelitian ini merupakan pedagang unggas hidup dan pemotong unggas di lingkungan pasar ayam, peneliti juga melakukan penelitian tentang ketersediaan fasilitas dan perilaku pengelola pasar dalam mencegah terjadinya kasus flu burung. 2. Kusrini, Dwi (2008) yang berjudul Hubungan antara Pengetahuan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan Flu Burung di Desa Kiping Kecamatan Sambungmacan Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional. Sampel ditentukan dengan teknik accidental sampling dan pengujian analisis data menggunakan uji Kendall Tau. Hasil dari penelitian tersebut yaitu pengetahuan keluarga tentang flu burung rata-rata cukup, perilaku keluarga dalam pencegahan flu burung rata-rata cukup, dan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang flu burung dengan perilaku keluarga dalam pencegahan flu burung di Desa Kiping Sambungmacan Sragen. Perbedaan penelitian Kusrini dengan penelitian ini adalah pada variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, perilaku pengelola pasar, dan perilaku. 3. Mou Sa (2007) yang berjudul Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Terhadap Flu Burung pada Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif, design cross sectional. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap serta sumber informasi tentang flu burung yang diperoleh oleh
10 10 mahasiswa FTP. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar mahasiswa FTP mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang tetapi mempunyai sikap yang baik terhadap flu burung. Acara berita merupakan sumber informasi yang paling sering dimanfaatkan oleh mahasiswa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah variabel penelitian dan subjek penelitian. Variabel peneliti adalah pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, perilaku pengelola pasar, dan perilaku. Subjek peneliti adalah pedagang unggas hidup dan pemotong unggas di lingkungan pasar ayam. 4. Maton, Tavorn, et al. (2007) yang berjudul Avian Influenza Protection Knowledge, Awareness, and Behaviors in A High-Risk Population in Suphan Buri Province, Thailand. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yang berlokasi di daerah Song Phi Nong, Provinsi Suphan Buri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai flu burung dalam kategori sedang, tetapi pengetahuan tentang tanda dan gejala flu burung masih kurang. Sikap dalam pencegahan flu burung sudah baik. Responden yang mendapatkan informasi dari media memiliki perilaku pencegahan flu burung yang lebih baik. Media massa memegang peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan flu burung, tetapi pendidikan kesehatan yang berkelanjutan lebih diperlukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pada variabel penelitian. Peneliti juga melakukan penelitian tentang
11 11 ketersediaan fasilitas dan perilaku pengelola pasar dalam mencegah terjadinya kasus flu burung. 5. Paudel, Mohan, et al. (2013) yang berjudul Social Determinants That Lead To Poor Knowledge About, and Inappropriate Precautionary Practices Towards, Avian Influenza Among Butchers in Kathmandu, Nepal. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan instrumen kuesioner wawancara terstruktur dan checklist untuk mengamati faktor sosial dan tindakan pencegahan pada 120 pemotong unggas berusia 15 tahun ke atas di Kathmandu. Sebanyak 61,3 % responden memiliki pengetahuan kurang, dan sisanya memiliki pengetahuan yang sedang mengenai flu burung. Sebanyak 55,4 % responden memiliki perilaku yang buruk dan sisanya memiliki perilaku yang sedang terhadap flu burung. Responden yang berusia kurang dari 25 tahun dan dengan tingkat pendidikan yang rendah, memiliki pengetahuan yang lebih buruk mengenai flu burung. Responden yang tidak tahu mengenai definisi dan faktor risiko mengenai flu burung memiliki perilaku yang lebih jelek. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti terdapat pada variabel dan subjek penelitian. Peneliti melakukan penelitian pada pedagang unggas hidup dan pemotong unggas pada segala tingkat usia, peneliti juga melakukan penelitian mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku pencegahan flu burung seperti sikap, ketersediaan fasilitas dan perilaku pengelola.
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.
Lebih terperinciLAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA
LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007
2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa penyakit flu burung merupakan salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus avian influenza tipe H5N1 yang dikenal dengan Flu Burung adalah suatu virus yang umumnya menyerang bangsa unggas yang dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil
30 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian ini disajikan dalam 3 bagian yang diharapkan dapat memenuhi tujuan dan hipotesis penelitian yaitu : (1) distribusi sampel penelitian untuk mengetahui jumlah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flu burung yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah avian flu atau avian influenza (AI) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN
69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya kasus flu burung di dunia khususnya Indonesia beberapa tahun terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi masalah kesehatan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN AVIAN INFLUENZA (AI)/ FLU BURUNG DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
Lebih terperinciHUBUNGAN DALAM. Skripsi Sarjana Keperawatan. Disusun Oleh: J FAKULTAS
HUBUNGAN ANTARAA PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT LEPRA DENGAN SIKAP PENDERITA LEPRA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT LEPRA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK Skripsi Disusun Untuk Melengkapi Sebagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang terabaikan / Neglected
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang terabaikan / Neglected Infectious Diseases (NIDs) yaitu penyakit infeksi yang endemis pada masyarakat miskin atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali sehari dan berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus avian influenza (AI) mulai muncul pertama kali di Italia 100 tahun yang lalu pada tahun 1878. Tercatat penyakit ini muncul di berbagai negara di dunia yaitu
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit kusta disebut juga penyakit lepra atau Morbus Hansen merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. (1) Kusta adalah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan tempat yang strategis dalam kehidupan anak, maka sekolah dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi yang dapat membantu dan berperan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii i PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN
Lebih terperinciMODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO
MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO DepKes RI 2007 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum : Dapat menjelaskan dasar dasar Flu Burung, pandemi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak
Lebih terperinciHUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG
Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan
Lebih terperinciStudi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009
1 P a g e Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009 I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Lengkap : Kelas:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber
Lebih terperinciPenyebaran Avian Flu Di Cikelet
6 Bab II Penyebaran Avian Flu Di Cikelet 2.1 Sejarah virus Avian Flu Avian Flu merupakan infeksi virus influenza A subtipe H5N1 yang umumnya menyerang unggas, burung, ayam dan babi, tetapi setelah menyerang
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG
BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN, PENGENDALIAN, DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa penyakit
Lebih terperinciPERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG Latar Belakang DI JAWA BARAT oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Highly Pathogenic Avian influenza(hpai) adalah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A (H5N1) yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUEIONER PENELIIAN A. Identitas Responden Nama : Alamat : Jenis Kelamin : laki-laki perempuan Umur : Pendidikan : D Diploma/arjana LP tidak tamat D LA tatus pernikahan: elum menikah Menikah Duda/Janda.
Lebih terperinciPRAKATA. Semoga pedoman ini dapat berperan secara signifikan dalam upaya menekan penyebaran virus avian influenza. Amin.
PRAKATA P uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan Pedoman Penataan Pasar Unggas, Rantai Distribusi Unggas dan Produk Unggas yang sudah diharapkan oleh kita semua. Pedoman ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan suatu keadaan yang terbebas dari kotoran, termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu menjadi polemik yang berkembang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit yang dialami siswa dimana merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di masyarakat adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Lebih terperinciINFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?
INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? Virus influenza A H7 adalah kelompok virus influenza yang biasanya beredar di antara burung. Virus influenza A (H7N9) adalah salah satu sub-kelompok di
Lebih terperinciGUBERNUR MALUKU UTARA
PERATURAN GUBERNUR MALUKU UTARA NOMOR : 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LALU LINTAS, PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DI WILAYAH PROPINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU
Lebih terperinciBudidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan
PangandaranBeach http://www.pangandaranbeach.com Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan Bebek Peking adalah bebek pedaging dengan pertumbuhan sangat cepat. Karena itu usaha budidaya ternak bebek peking
Lebih terperinciDeteksi Virus Avian Influenza pada Lingkungan dan Unggas yang Datang di Tempat Penampungan Ayam (TPnA) di DKI Jakarta
Laporan Akhir Deteksi Virus Avian Influenza pada Lingkungan dan Unggas yang Datang di Tempat Penampungan Ayam () di DKI Jakarta 2008 Kerjasama : Wageningen International Departemen Pertanian Republik Indonesia
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN UNGGAS DAN PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan pada hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah menunjukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling pentingdalam pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005).Mencuci tangan merupakan proses pembuangan
Lebih terperinciBAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans yang mempengaruhi baik manusia maupun hewan. Manusia terinfeksi melalui
Lebih terperinciWahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)
Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : MEDIA INDONESIA Edisi 27 Pebruari 2006) Flu burung, penyakit yang ditulari hewan ke manusia akis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam broiler (Sudaryani dan Santosa, 2003). Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Menurut laporan World Health Organitation
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung telah membuat masyarakat resah terutama di Indonesia. Jutaan unggas mati. Tidak hanya itu, yang lebih fatal penyakit ini telah mulai menular dari
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan masyarakat, dimana kualitas kondisi lingkungan yang buruk akan menimbulkan berbagai gangguan pada kesehatan
Lebih terperinciProduksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis
Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis Pasar merupakan tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Secara umum berdasarkan kelas mutu pelayanan terbagi menjadi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai meninggal, hal ini karena manusia memerlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI
KOTA DUMAI Hasil Rapat Bersama DPRD Tanggal 21 Juli 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 10 Tahun 2008 Seri : D Nomor 06 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK DAN
Lebih terperinciABSTRAK. Elisabet Risubekti Lestari, 2007.Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 Elisabet Risubekti Lestari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu untuk melangsungkan kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Upaya
Lebih terperinciFajarina Lathu INTISARI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkolosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO) dalam satu tahun kuman M.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut juga sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit
Lebih terperinciPertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)
Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006) Reproduced from FAQ "Frequently Asked Question" of Bird Flu in
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang ditandai dengan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis
Lebih terperinciPerkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya
Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya Menteri Pertanian RI Rapat Koordinasi AI/Flu Burung Tingkat Menteri Di Kementerian Pertanian, 27 Desember 2012 Perkembangan Kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization atau WHO (2006), mendefinisikan foodborne disease sebagai istilah umum untuk menggambarkan penyakit yang disebabkan oleh makanan dan minuman
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang yang optimal (golden periode)terutama untuk pertumbuhan jaringan otak,
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita atau anak dengan usia dibawah 5 tahun merupakan masa yang penting dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan (Muaris, 2006).Masa ini merupakan periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Leptospira sp dan termasuk penyakit zoonosis karena dapat menularkan ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira sp dan termasuk penyakit zoonosis karena dapat menularkan ke manusia. Penyakit Leptospirosis
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO, 2015) Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronik akibat kerusakan pankreas yang banyak menyerang penduduk di
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN
64 LAMPIRAN Arie Wahyudi 0410034 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 2007 IDENTIRTAS RESPONDEN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas kesadaran itu, Departemen Pertanian (2011) mengarahkan pengembangan subsektor peternakan sebagai bagian
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) poin ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat
Lebih terperinciTinjauan Mengenai Flu Burung
Bab 2 Tinjauan Mengenai Flu Burung 2.1 Wabah Wabah adalah istilah umum baik untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 6,9 juta jiwa, tercatat kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka kematian balita di seluruh negara pada tahun 2011 mencapai 6,9 juta jiwa, tercatat 1.900 kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita setiap jam dan 80% kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :
25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, untuk jenjang tingkat pertama (Menkes, 2004).
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, pemerintah menyelenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, perencana dan terarah untuk
Lebih terperinciFLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit
Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat tingginya permintaan kebutuhan daging ayam broiler. Permintaan pasar yang tinggi terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling sering mengenai bayi dan anak. Bayi yang masih sangat muda akan sangat mudah tertular, penularan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi menular penyebab kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus (HIV). Menurut survei
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia yang jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kesehatan Indonesia saat ini sedang berada dalam situasi transisi epidemiologi (epidemiological transition)yang harus menanggung beban berlebih (triple burden).
Lebih terperinciGUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM
GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR NANGGROE
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Broiler Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan untuk ditetaskan menjadi DOC (Suprijatna dkk., 2005). Ayam pembibit menghasilkan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005
ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 Oleh: TH.Tedy B.S.,S.K.M.,M.Kes. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang No.23
Lebih terperinci