BAB II SISTEM PENGEREMAN K ERETA API

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II SISTEM PENGEREMAN K ERETA API"

Transkripsi

1 BAB II SISTEM PENGEREMAN K ERETA API Pada pengoperasian kereta api, perihal pengereman merupakan salah satu faktor yang perlu dan penting, karena menyangkut keamanan kereta api itu sendiri maupun bagi kepentingan keamanan penumpang. Selain itu diperlukan untuk kenyamanan perjalanannya. Pelaksanaan pengereman memerlukan pengetahuan dasar perasaan dan pengalaman dari masinis kereta api, untuk mencegah atau memperkecil akibat buruk dari pengturan pengeremannya. Ketidak sempurnaan sistem pengereman kereta api dan pengaturannya menimbulkan kerusakan kereta atau gerbong, terutama pada bagian yang mengalami keausan. apabila keausan terjadi pada roda ( efek flat spot), maka lebih 6

2 lanjut akan mengurangi kenyamanan dan keamanan kereta. Untuk keperluan pengereman kereta api memerlukan syarat-syarat tertentu. II.1. Syarat-Syarat Pengereman Kereta Api Syarat-syarat pengereman kereta api terdiri dari: a. Kereta api harus dapat dihentikan pada jarak tertentu. masinis kereta harus mengatur kendali rem (tongkat rem) pada lokomotif, sehingga kereta dapat dihentikan pada tempat tertentu. Di PERUMKA, pengereman diperlukan apabila kereta dalam keadaan saat akan berhenti, atau dilakukan untuk memperlambat pada saat jalan yang kurang baik atau juga mempertahankan kecepatan pada lintasan yang menurun. b. Sistem rem dapat di kendalikan, artinya pengereman kereta api bisa di atur oleh masinis. c. Sistem rem kereta api harus dilengkapi dengan rem yang automatis, karena kereta api harus segera berhenti bila ada rangkaian yang terputus d. Keausan yang disebabkan oleh peristiwa pengereman harus ada pada batas-batas tertentu, ditinjau dari fungsinya, gaya pengereman yang terjadi, maupun dari segi ekonomis. Pada ruang lingkup perkeretaapian digunakan beberapa jenis sistem pengereman. Untuk membantu memahaminya akan dibagi menjadi beberapa bagian. Berikut ini akan dipaparkan pembagian menurut akibat keausan yang di timbulkan. 7

3 II.2. Pembagian Pengereman Menurut Akibat Keausan Yang Ditimbulkan II.2.1. Sistem Rem Yang Tidak Bebas Dari Aus Sistem pengereman ini maksudnya, akan terjadi keausan pada bagian kontak pengereman dari akibat peristiwa pengereman, misalnya pada kasut roda (bandasi), atau pada blok remnya. - Rem Udara Yang dimaksud dengan rem udara disini adalah rem udara tekan, dimana udara yang bertekanan lebih tinggi dari udara luar, diisikan kesaluran rem dan tangki udara reservoir. Udara bertekanan dihasilkan oleh kompresor pada lokomotif dan diatur penggunaanya oleh masinis dengan mengatur pembukaan. - Rem Vakum Pada rem vakum, udara pada reservoir dan saluran rem diusahakan mempunyai tekanan dibawah udara tekanan luar (tekanan vakum 0,6 atmosfir). udara luar dimasukan kesaluran rem saat peristiwa pengereman terjadi. - Rem Tangan Rem tangan dahulu banyak digunakan pada gerbong dan sekarang digunakan untuk keperluan rem darurat pada sistem pengereman udara vakum ataupun udara tekan. sistem ini menggunakan transmisi ulir lengan rem. Untuk ketiga jenis sistem pengerman diatas bagian-bagian yang aus adalah kasut rodanya dan blok remnya. Berikut ini adalah jenis rem dengan keausan lainya yaitu : Rem gesek magnetis, prinsip kerjanya adalah gesekan blok rem dengan rel atas dasar prinsip magnetis, keausan terjadi pada rel dan blok rem. 8

4 II.2.2. Rem Yang Bebas Dari Aus - Rem Elektrodinamis Pada sistem ini energi kinetik kereta diubah menjadi energi listrik, dimana motor traksi yang mula-mula bekerja di ubah menjadi generator, yang mengubahnya kebentuk panas pada kumparan tahanan. - Rem Elektomagnetis Prinsip rem ini adalah energi kinetik ketera diubah ke dalam magnet yang akan menghasilkan arus besar. - Rem Hidrodinamis Rem hidrodinamis mempunyai prinsip seperti dinamometer brake, dimana energi kinetik kereta diubah kebentuk pusaran fluida yang akhirnya berubah panas. Penggunaan sistem pengereman yang pernah dipakai pada kereta api di PERUMKA adalah sebagai berikut : - Rem tangan - Rem vakum (Vacum brake) - Rem Udara tekan (air brake) - Rem udara tekan listrik (pada kereta rel listrik) 9

5 Pada saat sekarang PERUMKA banyak menggunakan sistem rem udara tekan yang menggantikan sistem vakum sejak tahun Untuk kedua sistem rem diatas selalu ada sistem pengereman tangan yang digunakan dalam keadaan darurat. Sistem rem pada kereta api menggunakan sistem rem yang sangat penting dalam beroperasinya suatu rangkaian kereta api. Dalam pengoperasiannya, kereta dapat melaju dengan cepat. Supaya kereta dapat berhenti pada jarak tertentu, diperlukan suatu sistem rem yang handal dan terpadu pada setiap rangkaian kereta api. Untuk dapat menghentikan rangkaian kereta api dalam suatu jarak tertentu diperlukan kapasitas pengereman yang ditentukan oleh besarnya persentase pengereman dan kecepatan aliran udara dari pipa rem ke udara luar. Pada sistem pengereman yang menggunakan rem blok seperti rem udara ini, maka besarnya persentase itu tergantung pada besarnya tekanan rem blok pada roda (bandasi roda). Semakin besar gaya tekanan rem blok pada bandasi roda, maka semakin besar kapasitas dari pengereman tersebut. Ada berbagai macam sistem rem udara yang dipakai pada kereta dan gerbong di PERUMKA antara lain seperti disebutkan dibawah ini : 1. Westinghous ( pada lok-lok D.E/USA dan D>H/Prancis) 2. KNORR KE (pada lok-lok D.H Jerman dan Austria) 3. WABCO/Westinghous-perancis (pada gerbong-gerbong barang) 4. 4 Dako / Checo- Slovakia (Pada gerbong barang, hanya sedikit) 10

6 II.3. Sistem Rem Udara Pada dasarnya terdapat dua macam sistem rem udara, ialah sistem rem dengan metode langsung dan sistem rem dengan metoda tak langsung. II.3.1. Sistem Rem Dengan Metoda Langsung ( Direct Method) Sistem ini tidak bekerja secara otomatis, oleh karena hanya dipakai pada lokomotif saja dan tidak digunakan pada kereta-kereta penumpang atau gerbong-gerbong barang. Prinsip kerjanya: a. Pada kedudukan hendel rem lepas silinder rem dan pipa berhubungan langsung dengan udara luar dengan tekanan 1 atmosfer. b. Pada kedudukan hendel rem terikat, maka silinder rem dan pipa rem berhubungan langsung dengan tangki uadara (Reservoir) yang ada di lokomotif yang bertekanan 1 atmosfir. Bila metoda langsung ini digunakan pada kereta, dan rangkaian kereta mengalami putus dalam perjalanan maka alat rem tidak b bekerja secara otomatis (otomatis melakukan pengereman), karena terlepas hubungannya dengan tangki udara di lokomotif. 11

7 Gambar 2.1. Sistem Rem Dengan Metode Langsung Ref. PT. (persero) INKA "Peralatan Rem Udara" 12

8 II.3.2. Sistem Rem Dengan Metoda Tidak Langsung. Sistem ini bekerja secara otomatis dan di terapkan pada kereta penumpang ataupun gerbong barang. Ada 2 macam metoda tidak langsung yang dilaksanakan pada sistem rem udara tekan, ialah rem udara sistem dua kamar dan rem udara sistem satu kamar. II Rem Udara Sistem Dua Kamar Prinsip kerjanya: 1. Pada kedudukan handel rem di lepas, silinder rem dan pipa rem berhubungan dengan tangki udara (Reservoir) yang ada di lokomotif yang bertekanan 5 atmosfir. 2. Pada kedudukan handel rem terikat, silinder rem dan pipa rem berhubungan dengan udara luar yang tekanannya hanya 1 atmosfir. Oleh karena itu, udara tekan yang berada dalam silinder rem dan pipa rem mengalir keluar ke udara bebas. 3. Bersamaan dengan keluarnya udara tekan yang ada di dalam pipa rem, maka udara tekan dari tangki pembantu (Auxilliary Reservoir) yang terdapat pada kereta atau gerbong segera masuk kedalam silinder rem untuk mendorong torak rem agar mengikat. Jadi gaya rem yang menekan pada rem blok di peroleh dari udara yang ada di lokomotif. Jadi apabila terjadi rangkaian kereta atau gerbong putus dalam perjalanan, maka alat rem yang terdapat pada masing-masing kereta atau gerbong segera akan bekerja secara otomatis, karena mendapat suplai udara i tangki pembantu yang terdapat pada masing-masing kereta atau gerbong. 13

9 Gambar 2.2. Sistem Rem Udara Tekan Sistem Dua Kamar Ref. PT. (persero) INKA "Peralatan Rem Udara" 14

10 II Rem Udara Sistem Satu Kamar Prinsip kerjanya : 1. Seperti pada sistem dua kamar, untuk satu kamar ini pada kedudukan handel rem lepas pipa rem juga berhubungan dengan tangki udara ( Reservoir) yang ada di lokomotip (5 atm). Pada sistem, silinder rem tidak berhubungan dengan udara luar yang bertekanan 1 atmosfir. Disini kedudukan rem Lepas dibantu dengan adanya sistem pegas pembalik untuk menahan rem blok agar tidak menempel pada roda. 2. Pada kendali handel rem terikat, maka pipa rem berkaitan dengan udara kedalam tekanannya hanya 1 atmosfir, sehingga udara tekan yang berada dalam pipa rem itu mengalir keluar ke udara bebas. 3. Dengan adanya pipa rem itu, maka katup yang ada di dalam Distributor Valve akan terbuka, sehingga udara tekan yang tersimpan dalam tangki pembantu segara masuk kedalam silinder rem untuk menekan rem blok agar menghentikan roda. Jadi gaya rem diperoleh dari udara tekan yang berasal i tangki pembantu ( Auxilliary Recervoir) yang terdapat pada masing-masing kereta atau gerbong, bukan dari tangki yang ada di lokomotip. Berarti sistem ini pun bekerja secara otomatis seperti pada sistem satu kamar. jadi apabila rangkaian kereta atau gerbong itu putus dalam perjalanan maka rangkaian kereta atau gerbong otomatis melakukan pengereman. 15

11 Gambar 2.3. Sistem Rem Udara Tekan Sistem Satu Kamar Ref. PT. (persero) INKA "Peralatan Rem Udara" 16

12 II.4. Prinsip Kerja Rem Udara Udara yang berhubungan pada sistem pengereman bertekanan sekurangkurangnya 0,98 N/mm² pada unit traksi dan disana disimpan pada reservoar utama. Udara bertekanan yang berasal dari reservoar utama diatur sehingga mencapai tekanan kerja 0,49 N/mm² pada katup rem yang terdapat pada pihak pengemudi di unit traksi (lok),dan kemudian mengalir melalui pipa rem utama, selanjutnya melalui katup distributor kereta menuju reservoar pengumpan dan silinder rem. Mekanisme pengereman diawali dengan menurunkan tekanan didalam saluran udara sebesar 0,4 atmosfir, untuk menyentuhkan blok rem ke roda kereta dan kemudiamditurunkan tekenannya secara bertahap. Dengan adanya beda tekanan udara pada saluran udara, distributor akan bekerja dan udara akan mengalir dari tangki udara pembantu ke silinder rem. Torak silindar rem bergerak keluar menggerakan perangkat brake ringging. Tekanan silinder rem pada saat ini adalah 0,37 N/mm². Gerakan tekanan udara didalam silinder rem menghasilkan gaya dorong pada torak silinder rem. Gaya tekanan udara di dalam silinder rem menghasilkan gaya dorong pada torak silinder rem. Gaya dorong torak tersebut dipindahkan melalui sebuah ubungan batang rem yang diperkuat oleh tuas-tuas menuju kasut rem (sepatu rem), menimbulkan tekanan pengereman. Jika rangkaian terputus, maka seluruh rem akan bekerja secara automatis, karena saluran udaranya terisi udara luar dan tekanannya akan turun. Untuk pelepasan rem, saluran udara dinaikkan te menjadi 5 atmosfir lagi pada saat ini distributor akan menghubungkan tangki udara 17

13 pembantu dengan tabung udara utama serta silinder rem dengan udara luar, sehingga udara didalam silinder rem akan keluar dan rem akan terlepas. Gambar 2.4. Penempatan Peralatan Rem Keterangan: 1. Roda 7. Tuas tuas Rem 2. Selang Rem 8. Alat Pengatur (G-P) 3. Pipa Rem 9. Alat Pengatur Kedudukan 4. Distributor Valve 10. Slack Adaptor 5. Tangki Pembantu 11. Slack Adjuster 6. Silinder Rem 18

14 II.5. Hubungan Antara Handel Rem Dengan Tangki Utama Dan Distributor Valve Kontrol Serta Tangki Pembantu Dan Silinder Rem. Hubungan antara Handel Rem yang terdapat pada kabin masinis dengan Tangki Pembantu ( Auxilliary Recservoir) yang ada di lokomotip, dan juga antara Handel Rem dengan Distributor Valve, Tangi Pembantu ( Auxilliary Recservoir) dan Silinder Rem ( Brake Cilinder)yang ada pada rangkaian kereta atau gerbong melalui saluran pipa rem utama. II.5.1. Pada Kedudukan Rem Terikat (Brake Position) Pada posisi hendel rem ada dimula, maka rem terikat, k udara tekan yang ada didalam pipa abar terbuang bebas keluar, sehingga udara tekan yang tersimpan dalam tengki membantu masuk kedalam silinder rem. Apabila posisinya tetap dibiarkan terbuka, maka rem akan terus mengikar dengan kekuatan penuh (full brake position), karena pipa rem utama akan kosong sama sekali. Gambar 2.5. Kedudukan Rem Terikat 19

15 II.5.2. Pada Kedudukan Rem Menutup (Lap Position) Apabila posisi Handel Rem, setelah"mengikat" kemudian dikembalikan ke posisi "tengah", yaitu posisi "RemMenutup", maka pengereman akan terhenti pada tingkat kekuatan tertentu (tidak penuh), karena hubungan antara pipa akbar dengan udara luar maupun dengan tengki utama yang ada lokomotif itu tertutup, inilah yang disebut "lap" (lap psition). Dengan adanya posisi "lap"ini, maka dimungkinkan berangsur-angsur (pengereman dan pelepasan bertahap). Adanya kemungkinan untuk melakukan pengereman dan pelepasan bertahap ini, maka pengereman dapat diatur menurut kebutuhan. Jadi tidak harus selalu dengan kekuatan penuh. Gambar 2.6. Kedudukan Rem Menutup 20

16 II.5.3. Pada Kedudukan Rem Lepas ( Release position) Pada posisi Handel Rem berada di "belakang", maka terjadilah posisi "Rem Lepas ", karena hubungan antara pipa rem utama pada rangkaian kereta atau gerbong dengan tangki utama yang ada di lokomotif menjadi terbuka, sehingga supply udara dari tangki utama itu bisa masuk ke pipa rem dan tangki pembantu. Pada posisi "Rem Lepas" ( Release Position) ini, maka tangki pembantu ( Auxilliary Reservoir) yang ada di kereta atau gerbong itu selalu mendapatkan supply udara tekan dari tangki utama yang terus menerus diisi udara tekan dari sebuah kompresor atau blower. Dengan demikian, maka udara tekan yang disimpan didalam tangki pembantu itu tidak akan habis, apabila ada kebocoran sedikit-sedikit. Kebocoran ini pada suatu tingkat tertentu masih dapat di tolerir. II.6. Proses Kerja Distributor Valve Fungsi dari Distributor Valve adalah untuk mengatur la lintas udara dari dan menuju ke komponen-komponen alat rem. Ada tiga macam "posisi" darin distributor valve yaitu: - posisi pada waktu berlangsungnya "Proses Pengisian" ( Charging Process). - posisi pada waktu berlangsungnya "proses pengereman" ( Brake Operation). - posisi pada waktu berlangsungnya "Proses Pelepasan" ( Release Operation) 21

17 Sebelum pelaksanaan proses-proses yang disebutkan diatas, distributor valve dalam "keadaan Siap", keadaan ini dapat diperoleh dengan mengisi ruang dalam distributor valve yang selalu berhubungan dengan pipa utama ruang pengatur A (control chamber)dan reservoir udara R. Udara pengatur sebesar 0,49 N/mm² yang didapat dari udara tekan di pipa utama. Pada waktu itu silinder rem dan ruang Cv, kedua-duanya berhubungan dengan udara luar. II.6.1. Posisi Pengisian ( Charging Position) II Proses Pengisian Diagram pengereman seperti pada gambar lampiran. Udara tekan yang mengalir dari tangki utama melalui handel rem masinis masuk ke pipa rem utama L terus ke torak (1) melewati katup (33) dan choke"1a", diaphragma torak menutup lubang "2b". Ruang pengaturan A dan tangki pembantu R mendapatkan pengisian udara dari pipa rem utama L dengantekanan 0,49 N/mm². - Pengisian Ruang A Udara dari pipa remutama L mengalir ke ruang pengaturan A, terus membuka secara sensitif lubang (2) dan mengisi choke (2c). Apabila tekanan di dalam pipa utama L dan ruang pengaturan A itu seimbang, maka diaphragma torak pada lobang (2b) membuka. - Pengisian Ruang R Udara dari pipa rem utama L mengalir ke tangki udar pembantu R, melewati katup (27) yang di buka oleh tekanan dalam ruang A pada torak (25), melewati (3) serta katup (7) kemudian melewati pembatas tekanan (15)dan (20). 22

18 Katup R juga berada di katup relay "inlet"nya (32) tertutup. Katup (27) ) tertutup pada tekanan R sebesar = 0,46 N/mm², selanjutnya pengisian berlangsung melalui chuke (29). Katup tiga terbuka (Triple Presure Valve) dengan torak (1) dan (9) berada dalam posisi yang rendah dan menutup lubang pemasukan dari alat kontrol (10) lubang pembuangan (11) menjadi terbuka. Pada posisi dari katup (23), Cv di kelurkan melalui pembuangan (5) dari torak (9) standar choke (22) Silinder rem C dikeluarkan melalui "outlet" (31) dari katup relay, ruang U melalui choke (19) dan lubanmg buangan (11) dari alat kontrol (10). II Pengurangan Pengisian Yang Berlebihan Apabila tekanan didalam pipa rem utama L turun secara perlahan-lahan, maka udara dalam ruang pengatur A bisa terbuang keluar melalui lubang (2b) dan choke (2c) serta melalui lubang kepekaan (2). Kelebihan pengisian ruang Abisa dibuang melalui katup pembuangan atau katup lepas (Release Valve). II.6.2. Posisi Pengereman II Pengereman Penuh ( Full brake Aplication) Diagram pengereman seperti pada gambar lampiran. Hubungan dari L ke R terhalang oleh tertutupnya flap (3) pada alat pengisi R. Dalam "katup tiga tekanan" torak (1) mendesak perangkat torak (1) + (9) dan pegas (8) kearah atas. 23

19 Alat pengatur (10) menutup lubang (11) dan membuka lubang pengisian (12) yang menuju ke ruang U. Ruang U mengalirkan udara dario pipa rem utama L melalui choke (1a). Karena aksi penyempitan dari choke (1ª), maka perangkat torak (1) + (9) bergerak cepat ke posisi puncak, sambil menutup lubang pembuangan (5) dan membuka lubang pemasukan (6) dengan perantaraan pelat katup (7). Udara dari tangki pembantu R mengalir melalui alat pembatas tekanan minimum (15) dan alat pembatas tekanan maksimum (20) terus melalui standar choke (16) (bila pada posisi G) atau melalui standar choke (16) +(17) (pada posisi p), dimana katup (24) dalam keadaan terbuka, melalui lubang pemasukan (6) dambing choke (30a) terus ke tangki kontrol Cv. Tekanan di dalam Cv meningkat dan sekaligus menutup pengatur A (18) serta memperlambat untuk sementara pengatur U (14) melalui choke (14a). Apabila Cv mencapai 0,07 N/mm², alat pembatas tekanan minimum (15) akan menutup. Peningkatan selanjutnya dalam Cv muncul standar choke (16) (pada posisi G), sedangkan pada poisisi P (katup 24) dalam keadaan terbuka lewat standar (16) + (17) sehingga sampai alat pembatas tekanan maksimum (20) menutup pada saat tekanan Cv mencapai 0,37 N/m². Peningkatan tekanan dalam Cv dipindahkan dengan silindernya kedalam katup relay olah torak (30) pada C (tidak tergantung pada vulume) oleh arus udara dari tangki pembantu R melalui tabung pemasukan (32) setelah menutup katup lubang pembuangan (31). Setelah penurunan tekanan dalam pipa L, maka jarum dari choke switch (2ª) akan memperkecil lubang kepekaan (2). 24

20 II Pengereman Bertahap dan Penutupan Rem Apabila tekanan dalam pipa ram utama Lditurunkan secara berlahan, perangkat torak (1) + (9) bergabung kebawah dalam posisi menutup setelah sama dengan peningkatan dalam Cv, menutup lubang pemasukan (6) dari katup (7) dan tanpa pembuka lubang pembuangan (5). Hal yang sama terjadi dalam katup relay pada peningkatan tekanan di ruang Coleh torak (32) melalui masukan (32). II Pengisian Kembali Secara Otomatis Jika tekanan turun akibat kebocoran dalam C setelah dilakukan penutupan rem, maka katup relay akan mengisi kembali dari R masuk ke C melalui lubang pemasukan (32). Tekanan dalam C meningkat dan torak (30) bergerak lagi keposisi menutup. Bila tekanan dalam Cv turun, maka pelat katup (7) akan membuka dan membiarkan udara mengalir melalui alat pembatas tekanan maksimum (20) serta melewati standar choke (16) atau (16) + (17) berturut-turut selama ada keseimbangan di dalam perangkat torak (1) + (9). Jika terjadi penurunan tekanan di dalam R sampai dibawah tekanan yang ada dalam pipa rem utama L, karena adanya kebocoran yang lebih besar di C, maka tangki pembantu R itu akan terisi kembali melalui choke (29) dan flap (3) dari L. 25

21 II.6.3. Posisi Pelepasan II Pelepasan Total Diagram posisi pelepasan seperti pada gambar terlampir. Tekanan dalam pipia rem utama L ditingkatkan oleh handel rem masinis. Perangkat torak (1) + (9) bergerak kebawah dan membuka lubang pembuangan (5) dari torak (9). Cv mengeluarkan udara melalui standar choke (22) pada posisi P, dimana katup (23) dalam keadaan terbuka. Penerangan tekanan dalam Cv mengakibatkan penurunan tekanan yang sama dalam silinder rem C melalui lubang pembuangan (31) dan katup relay. Apabila peningkatan tekanan pipa rem utama L berlangsung lebih lamban dari pada penurunan tekanan dalam ruang Cv, maka alat tekanan maksimum (20) akan membuka lebih dahulu, kemudian diikuti oleh alat pembatas tekanan maksimum (15) membuka pada tekanan 0,078 N/mm² dan akhirnya oleh ruang pengatur (18), yaitu pada tekanan L kira-kira sebesar 0,47 N/mm², (secara kasar menjadi 0,029 N/mm²). Dalam kondisi ini ruang pengatur Abisa diperlambat dan disamakan dengan L dengan penyempitan lubang kepekaan (2) yaitu tekanan sebesar 0,47 N/mm² tercapai di L. Torak (1) + (9) kemudian bergerak ke posisi terbawah dan menutup lubang pemasukan (12) dari alat pengatur (10) serta membuka lubang pembuangan (11). Bila pengatur U membuka udara telah siap lagi untuk menerima udara lewat choke (19) secara bersamaan dengan operasi ini lubang kepekaan (2) yang normal itu di kembalikan ke posisinya dengan membuang choke switch (2ª) 26

22 lewat lubang pembuangan (11). Bila tekanan dalam pipa utama L secara kontinu meningkat sampai 5kg/cm² = 0,49 N/mm². Tangki pembantu R di isi oleh pengisi R sejak dimulainya proses pelepasan, seirama dengan turunnya tegangan di Cv. Karena turunnya tekanan Cv pada torak (26), maka katup (27) terbuka oleh tekanan A pada torak (25) yang lebih tinggi dari pada pegas (28). Udara akan mengalir dari pipa rem utama L melalui flap (3) ke tangki pembantu R sampai pegas (28) menutup katup (27). Pengisian tambahan terjadi pelan pelan lewat choke (29). II Pelepas Bertahap Apabila peningkatan tekanan pada pipa rem utama L itu berlangsung lamban dengan jumlah udara yang sedikit, maka operasi lepasan di mulai lagi seperti seperti sebelumya. II Pelepasan Cepat dan Pembebasan Oleh Kejutan Tekanan Bila tekanan dalam pipa rem L dinaikan menuju tekanan normalnya lebih cepat dari pada tekanan Cv dapat dikurangi melalui choke (21) atau (22) perangkat torak (1) = (9) bergerak ke ujung yang lebih bawah dan menggerakan control slevee (10) sebelum pengatur A (18) serta pengatur U (14) terbuka. Apabila tekanan dalam pipa rem utama L meningkat dengan langkah yang sedang diisi di atas tekanan kontrol, maka tekanan torak (1) = (9) brgerak ke arah posisinya yang terrendah dan diaphragma torak menutup lubang pengisian (2b). Udara dari L bisa mengalir sangat lambat kedalam ruang pengatur A, tetapi hanya lewat choke (2c). Ruang pengatur A dapat tercegah dari pengisian yang berlebihan (overloading )yang di sebabkan oleh operasi pelepasan. 27

23 II.6.4. Pemutaran Rem Untuk memutuskan rem (tidak berfungsi), yaitu bila kita menutup katup (33) dan membuka katup (34) dengan cara memutar roda eksentrik. R dikosongkan ke udara luar. Cv dikosongkan ke R melalui inlet port (6) yang terbuka, Cdikosongkan ke R melalui port (31). A controlier membuka, jadi membuka hubungan antara A dan L yang kemudian keduanya dikosongkan ke R melalui R changer (valve 27 dan sealing flap3). Jadilah seluruh ruang-ruang di kosongkan. II.7. Bagian-Bagian dari Peralatan Rem Udara Dari suatu sistem rem udara yang terdiri dari banyak peralatan atau alat bantu, ada beberapa alat bantu yang utama atau penting untuk bekerjanya suatu sistim rem kereta pada saat melakukan pengereman. II.7.1. Handle Rem Hanle rem terletek di lokomotif. Untuk mulainya pengereman di perlukan pengaturan Rem Terikat atau Rem Lepas. Gambar 2.7. Handle Rem 28

24 II.7.2. Tangki Utama Tangki utama berfungsi sebagai tempat menyimpan udara yang di hasilkan dari kompresor. Udara yang digunakan pada sistem pengerema bertekanan sekurang-kurangnya 0,98 N/mm² dan disimpan didalam tangki utama. Tekanan yang di perlukan untuk melakukan pengerema sekurang-kurangnya 0,49 N/mm². Untuk menghasilkan tekanan 0,49 N/mm² yang berasal dari tangki utama dengan mengatur katup rem yang terdapat di lokomotif oleh pihak penemudi / masinis. Tabung ini terletak di lokomotif, kapasitas penampunganya : 2600 liter permenit, dengan menggunakan tekanan 0,98 N/mm². II.7.3. Distributor Valve Distributor Valve ini berfungsi mengatur lalu lintas udara dari dan menuju ke komponen komponen, seperti pengisian dan pengosongan tangki pembantu, silinder rem, dan sebagainya. Ada 4 macam Distributor Valve tipe KNOOR KE yang dikenal, yaitu : KET, KE 0, KE 1, KE 2. KE adalah singkatan dari KNOOR TNHEIT, artinya bahwa satu unit yang konstruksinya sedemikian rupa sehingga tetap dan penambahahan komponen dapat dilakukan dengan menambahkan komponenkomponen lain pada unit itu sesuai dengan keperluan. Dari urutan keempat macam Distributor Valve KNORR tersebut, makin kebawah makin disempurnakan. Penyempurnaan dilakukan hanya dengan menambah komponen komponen tanpa merubah konstruksi. 29

25 Gambar 2.8. Distributor Valve II.7.4. Tangki Kontrol ( Control Reservoir) Tangki kontrol ini berisi udara tekan yang fungsinya hanya untuk mengontrol bekerjanya alat-alat membran, dan sebagainya. Tidak untuk mensuplai udara tekan. Tangki Kontrol ada yang menjadi satu dengan tingkap kontrol, dan ada yang di letakkan pada badan Distributor Valve. Ada pula yang terpisah dari Distributor Valve dan disambungkan dengan tangki kontrol itu oleh sebuah pipa. II.7.5. Tangki Udara Pembantu ( Auxilliary Rreservoir) Tangki udara yang berfungsi memberi suplai udara kepada silinder rem, tidak memiliki alat alat pengatur khusus. Dia hanyalah sekedar tabung yang dipakai untuk menyimpan udara tekan dengan tekanan 0,49 N/mm². Besarnya volume dari tangki udara tergantung dari besarnya silinder rem yang dipakai pada kereta tersebut dan biasanya ukurann dibuat sedemikian besarnya hingga apabila dilakukan suatu operasi pengereman penuh oleh silinder 30

26 rem dengan langkah torak yang normal, maka ada sisa udara didalam tangki yang tekanannya masih lebih tinggi dari pada silinder rem. oleh karena itu ada terdapat suatu jaminan, bahwa tangki udara tersebut masih bisa berikan suplai udara, apabila terjadi suatu kebocoran di dalam silinder rem. II.7.6. Silinder Rem ( brake Cylinder) Silinder rem dibuat dari bahan baja atau besi tuang. Di bansingkan dengan silinder rem dari besi tuang, maka silinder rem dari bahan baja sisa menghemat berat sampai 50%. Badan silinder berdinding tipis, memiliki kerangka berbentuk khusus agar pemasanganya mudah pada kerangka lantai dari badan kereta atau gerbong. kedudukan silinder pada kerangka disebut supaya bisa berputar, maksudnya agar pemasangannya lebih mudah dan menghindari kemungkinan terjadinya ketegangan ketegangan pada pemasangan pipa pipanya, untuk menjaga terjadinya penyambungan pipa pipa yang kurang tepat. Gambar 2.9. Silinde r Rem 31

27 Pegas dari batang torak sudah terpasang didalam Silinder Rem. Tuas pada batang torak supaya bisa dikombinasikan dengan pelaksanaan Rem Tangan tanpa menimbulkan gangguan pada toraknya. Pada operasi pelepasan rem, batang batang tuas ditarik kembaki oleh doronmgan pegas yang pada batang torak di dalam silinder. II.7.7. Alat Penyetel Setang ( Slanck Ajuster) Pada pelaksanaan operasi pengereman, maka akan terjadi keausan pada blok, roda, dan sebagainya yang terjadi pada bidang bidang yang bergesekan. Demikian juga dalam perjalanan waktu akan terjadi pembesaran speling atau kerenggangan antara pen pen dan baut baut dengan lubang setang atau tuas. Keausan keausan ini berlipat ganda dengan adanya faktor pemindahan dari batang batangnya dan akan mengakibatkan bertambah besarnya langkah torak silinder rem yang diperlukan, yang sebetulnya tidak dikehendaki. Maka diperlukan suatu alat penyetel setang, yang selama opeasi pengereman bisa mengatur sendiri secara otomatis apabi terjadi perubahan perubahan pada langkah torak silinder. Gambar Alat Penyetel Stang 32

28 II.7.8. Brake Rigging Brake rigging adalah susunan lengan lengan rem yang keluar silinder rem sampai blok rem. Brake Rigging mempunyai perbandingan panjang lengan, sehingga gaya keluar silinder rem akan diperbesar sampai blok remnya, maka akan didapat gaya tekan yang lebih besar. Gambar Brake Ringging II.7.9. Sepatu Rem Sepatu rem terbuat dari besi tuangm. Adapun syarat syarat yang harus dipenuhi oleh sepatu rem adalah: - koefisien gesek antara sepatu rem dan roda setinggi mungkin, akibatnya bahan sepatu rem harus selunak mungkin tetapi jangan cepat aus. - Umur sepatu rem harus lebih lama. - Penempatan Peralatan Rem Udara Gambar Sepatu Rem 33

29 II.8. Prinsip pengereman Pengereman relatif, apabila roda masih menggelinding dan tidak melincir. Agar roda masih tetap menggelinding, maka angka gaya tekan rem blok pada roda (Dmaks) harus lebih kecil bila dibandingkan angka berat beban roda yang di rem pada rel. II.9. Perhitungan Sistem Pengereman II.9.1. Gaya Tekan Pada Rem Blok (P) Adalah gaya yang bekerja setelah mendapatkan tekanan udara terhadap silinder rem. Besarnya gaya tekan dari udara mendapat perlawanan dari pegas silinder rem, sehingga gaya yang dihasilkan sebesar. P = A.Pc Kf (2.1) (3) Data: A = (m 2 ) Kf = gaya perlawanan (N) Pc = Tekanan silinder rem (N/m 2 ) II.9.2. Jarak Pengereman II Jarak Pengereman Teoritis (Sa) Pada kecepatan kereta api sebesar v, maka besarnya Energi Kinetik dari massa kereta api yang sedang bergerak adalah : E =.m. (2.2) (3) 34

30 Dimana: E = Energi kinetik (kg.m 2 /s 2 ) m = massa (kg) V = Kecepatan (m/s) Gambar Jarak Pengereman Teoritis V V= 0 Sa Apabila pengereman di lakukan sampai ketreta api berhenti total, maka besarnya energi kinetik yang harus di hapus adalah : E =.m.( - ).(2.3) (7) Pada Pengereman yang menggunakan rem blok maka besarnya gaya yang menghambat adalah : - Gaya gesekan antara roda dan tekanan rem blok : F =.P - Gaya perlawanan total dari seluruh rangkaian kereta api Wr pada kecepatan V sampai 0. Maka di dapat persamaan : P.Sa = m ( - )...(1) Gaya dikali jarak pengereman sama dengan perlawanan rem akibat energi kinetik dan bila koefisiens gesek roda dengan blok rem dan gaya tekan blok rem konstan maka. 35

31 Sa =...(2) Berat kosong kereta untuk 8 gerbong 1 lokomotif 8 Gerbong = 160 ton 1 lokomotif = 30 ton Total = 190 ton Untuk 1 gerbong 20 ton maka untuk 8 gerbong = 160 ton Kapasitas 8 Gerbong dengan kapasitas 1 Gerbong 50 orang dimana berat 1 orang = 60 kg. Untuk 1 Gerbong = kg. = 3000 kg = 3 ton Berat Penumpang Untuk 8 gerbong Berat Penumpang untuk 1 lokomotif = 24 ton = 2 x 60 kg = 120kg. Barat barang unyuk 1 Gerbong = 50 kg x 50 orang = 2500 = 2,5 ton Untuk 8 gerbong 8 x 2,5 ton = 20 ton Berat penumpang gerbong + barang penumpang lokomotip + berat barang 24 ton kg + 20 ton = 44,12 ton Berat keseluruhan 190 ton + 44,12 ton = 234,12 ton 36

32 K2 2 K2 2 K2 2 K2 2 K2 2 K2 2 K2 2 K2 2 Gambar Rangkaian Kereta II Tempo reaksi (t) dt =.(2.4) (7) Dimana: Panjang pipa rem untuk setiap kereta (L) =20 m Kecepatan transmisi udara di asumsikan Vu = 250 m/det (standar UIC) II Jarak Pengereman Akibat Tempo Reaksi ( Sr ) setiap kereta. Adalah jarak pengereman akibat adanya tempo reaksi yang berbeda pada Sr =.(2.5) (7). 37

BAB III. Tugas Akhir Analisa Sistem Pengereman Udara Pada Rangkaian Kereta Penumpang. III.1 Data-Data yang Dibutuhkan.

BAB III. Tugas Akhir Analisa Sistem Pengereman Udara Pada Rangkaian Kereta Penumpang. III.1 Data-Data yang Dibutuhkan. BAB III PERHITUNGAN III.1 Data-Data yang Dibutuhkan. Untuk dapat menghitung sistem pengereman pada gerbong kereta ini maka data yang di butuhkan adalah sebagai berikut : V = 40,60,80,100 km/jam (Kecepatan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PENGEREMAN LOKOMOTIF

BAB IV SISTEM PENGEREMAN LOKOMOTIF BAB IV SISTEM PENGEREMAN LOKOMOTIF 4.1 Penjelasan Tentang Sistem Pengereman Tipe pengereman lokomotif digunakan pada lokomotif diesel hidrolik dan kereta.serta gerbong. Pada system ini mempunyai beberapa

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PENGEREMAN UDARA PADA RANGKAIAN KERETA PENUMPANG

ANALISA SISTEM PENGEREMAN UDARA PADA RANGKAIAN KERETA PENUMPANG TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM PENGEREMAN UDARA PADA RANGKAIAN KERETA PENUMPANG Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah Badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang transportasi kereta api. Kereta Api Indonesia atau KAI merupakan

Lebih terperinci

APLIKASI PNEUMATIK HIDROLIKA : REM MOBIL

APLIKASI PNEUMATIK HIDROLIKA : REM MOBIL APLIKASI PNEUMATIK HIDROLIKA : REM MOBIL Silinder Master 1. Konstruksi Dan Nama Nama Bagian Bagian Silinder Master : 1 2 13 3 14 4 12 11 10 9 8 7 6 5 Bagian bagian 1. Silinder 2. Cairan rem 3. Lubang penambhan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN PERAWATAN REM 4.1 PENGERTIAN PERAWATAN Perawatan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mencegah kerusakan terhadap suatu obyek, sehingga diharapkan dapat berfungsi secara maksimal

Lebih terperinci

BAB III TINJAUN PUSTAKA

BAB III TINJAUN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUN PUSTAKA 3.1 Perawatan (Maintenance) Perawatan atau maintenance adalah aktivitas agar suatu komponen atau sistem yang rusak dikembalikan atau diperbaiki dalam suatu kondisi tertentu pada

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Rem udara adalah sistem rem yang pengoperasiannya menggunakan udara yang bertekanan dimana rem ini memanfaatkan energi udara bertekanan untuk menjalankan sistem

Lebih terperinci

Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik

Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik Pernahkah kalian memperhatikan orang yang mengganti ban mobil yang bocor dengan ban yang baru? Orang tersebut cukup menggunakan dongkrak hidrolik untuk mengangkat

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

Analisis gaya-gaya pengereman sistem udara tekan otomatis pada gerbong kereta api di stasiun besar Purwokerto

Analisis gaya-gaya pengereman sistem udara tekan otomatis pada gerbong kereta api di stasiun besar Purwokerto Analisis gaya-gaya pengereman sistem udara tekan otomatis pada gerbong kereta api di stasiun besar Purwokerto Oleh: Dedi Koswara K.2597018 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Pneumatik Bab B4 1. Bab 4 Katup katup

Pneumatik Bab B4 1. Bab 4 Katup katup Pneumatik Bab B4 1 Bab 4 Katup katup 4.1 Katup Satu Arah Katup satu arah adalah bagian yang menutup aliran ke satu arah dan melewatkannya ke arah yang berlawanan. Tekanan pada sisi aliran membebani bagian

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik pergerakan lokomotif Mahasiswa dapat menjelaskan keterkaitan gaya tarik lokomotif dengan kelandaian

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF 4.1 Pengetahuan Dasar Tentang Bahan Bakar Bahan bakar adalah suatu pesawat tenaga yang dapat mengubah energi panas menjadi tenaga mekanik dengan jalan pembakaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAAN 30 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAAN 4.1 ALUR PROSES Gambar 4.1 alur proses 31 4.2 SCHOWING Tugas pokok schowing adalah : Memeriksa rangkaian kereta Lepas gandeng kereta, gerbong dan lokomotif Melakukan

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

Komponen Sistem Pneumatik

Komponen Sistem Pneumatik Komponen Sistem Pneumatik Komponen Sistem Pneumatik System pneumatik terdiri dari beberapa tingkatan yang mencerminkan perangkat keras dan aliran sinyal. Beberapa tingkatan membentuk lintasan kontrol untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap

Lebih terperinci

BAB III SISTEM DAN KOMPONEN REM TROMOL BUS

BAB III SISTEM DAN KOMPONEN REM TROMOL BUS BAB III SISTEM DAN KOMPONEN REM TROMOL BUS 3.1 Pengertian Rem dan Fungsi Rem Rem merupakan bagian kendaraan yang sangat penting dalam mendukung aspek keamanan berkendaraan, maka rem harus : Dapat menghentikan

Lebih terperinci

siswa mampu menentukan hubungan tekanan, gaya yang bekerja dan luas permukaan. tanah liat, nampan, balok kayu, balok besi, balok alumunium.

siswa mampu menentukan hubungan tekanan, gaya yang bekerja dan luas permukaan. tanah liat, nampan, balok kayu, balok besi, balok alumunium. 6.5 Tekanan Apa kamu pernah mendengar orang terkena penyakit darah tinggi? Hal itu terjadi karena adanya penyempitan pada pembuluh darah. Kejadian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara besar tekanan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM REM BELAKANG PADA KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN A. Perbaikan Rem Yang Tidak Bekerja Maksimal

BAB III ANALISIS SISTEM REM BELAKANG PADA KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN A. Perbaikan Rem Yang Tidak Bekerja Maksimal 34 BAB III ANALISIS SISTEM REM BELAKANG PADA KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 A. Perbaikan Rem Yang Tidak Bekerja Maksimal Sebelum melakukan perbaikan diharuskan melakukan pemeriksaan terhadap komponen-komponen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Media Pembelajaran yang dibimbing oleh Bapak Drs. Ganti Depari, ST.M.Pd Disusun oleh

Lebih terperinci

Bab 3 Katup Kontrol Arah

Bab 3 Katup Kontrol Arah 1 Bab 3 Katup Kontrol Arah Katup kontrol arah adalah bagian yang mempengaruhi jalannya aliran udara. Biasanya ini meliputi satu atau keseluruhan dari uraian berikut Mem; perbolehkan udara m elewati dan

Lebih terperinci

1 Soal latihan UTS Ganjil IPA-Fisika kelas VIII Semester 1 A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1. Perhatikan beberapa pernyataan berikut: 1) Dapat merubah kecepatan benda 2) Dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Mengenal Motor Diesel Motor diesel merupakan salah satu tipe dari motor bakar, sedangkan tipe yang lainnya adalah motor bensin. Secara sederhana prinsip pembakaran pada motor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Dasar Hidrolik Hidrolika adalah ilmu yang menyangkut berbagai gerak dan keadaan keseimbangan zat cair. Pada penggunaan secara tekni szat cair dalam industri, hidrolika

Lebih terperinci

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com Gesekan Hoga Saragih Gaya Gesekan Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang bergesekan dan arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Beberapa cara memperkecil gaya gesekan dalam kehidupan

Lebih terperinci

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu:

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu: JPTM FPTK 2006 KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BUKU AJAR NO 2 Motor Bensin TANGGAL : KOMPETENSI Mendeskripsikan

Lebih terperinci

JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM

JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM Diskripsi Unit Kompetensi: Kompetensi ini meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap pada pekerjaan melepas, memeriksa dan menyetel komponen rem piringan

Lebih terperinci

SUSUNAN KOMPONEN SISTEM REM

SUSUNAN KOMPONEN SISTEM REM Brake System (REM) SUSUNAN KOMPONEN SISTEM REM SISTEM REM ( BRAKE SYSTEM) Fungsi Utama: 1. Mengurangi kecepatan dan menghentikan kendaraan 2. Memungkinkan parkir pada tempat yang menurun 3. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif

Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-911 Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif Eskaridho Gultom dan Yusuf Kaelani

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

Lembar Latihan. Lembar Jawaban.

Lembar Latihan. Lembar Jawaban. DAFTAR ISI Daftar Isi Pendahuluan.. Tujuan Umum Pembelajaran.. Petunjuk Penggunaan Modul.. Kegiatan Belajar 1 : Penggambaran Diagram Rangkaian.. 1.1 Diagram Alir Mata Rantai Kontrol. 1.2 Tata Letak Rangkaian.

Lebih terperinci

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa WhatsApp:

Treefy Education Pelatihan OSN Online Nasional Jl Mangga III, Sidoarjo, Jawa  WhatsApp: Treefy Education PEMBAHASAN LATIHAN 1 1.a) Bayangkan bola berada di puncak pipa. Ketika diberikan sedikit dorongan, bola akan bergerak dan menabrak tanah dengan kecepatan. Gerakan tersebut merupakan proses

Lebih terperinci

Sistem Rem. diklat sistem rem meliputi pengertian, prinsip rem, jenis-jenis rem, mekanismen. keselamatan dan menjamin pengendaraan yang aman.

Sistem Rem. diklat sistem rem meliputi pengertian, prinsip rem, jenis-jenis rem, mekanismen. keselamatan dan menjamin pengendaraan yang aman. Sistem Rem Sistem rem merupakan salah satu mata diklat yang dipelajari di sekolah menengah kejuruan (SMK) pada kelas XI. Berdasarkan kurikulum KTSP mata diklat sistem rem meliputi pengertian, prinsip rem,

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA 9.1. MESIN PENGGERAK UTAMA KAPAL PERIKANAN Mesin penggerak utama harus dalam kondisi yang prima apabila kapal perikanan akan memulai perjalanannya. Konstruksi

Lebih terperinci

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION MK. Transportasi Elektrik Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION Motor DC adalah andalan penggerak traksi listrik pada motor listrik dan motor

Lebih terperinci

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak????? DINAMIKA PARTIKEL GAYA Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain Macam-macam gaya : a. Gaya kontak gaya normal, gaya gesek, gaya tegang tali, gaya

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni

EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni ANALISA MEKANIK BRAKE SHOE TIPE T-360 DAN TIPE T-359 KK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Nana Supriyana 1), Alim Sya bani 2) 1,2) Teknik Mesin STT Wiworotomo Email: Nana.sttw@gmail.com, Email: Alim7pato@gmail.com

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

BAB FLUIDA A. 150 N.

BAB FLUIDA A. 150 N. 1 BAB FLUIDA I. SOAL PILIHAN GANDA Jika tidak diketahui dalam soal, gunakan g = 10 m/s 2, tekanan atmosfer p 0 = 1,0 x 105 Pa, dan massa jenis air = 1.000 kg/m 3. dinyatakan dalam meter). Jika tekanan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM REM TROMOL PADA TRAINER SISTEM REM MOBIL SUZUKI FUTURA TAHUN 2003

ANALISIS SISTEM REM TROMOL PADA TRAINER SISTEM REM MOBIL SUZUKI FUTURA TAHUN 2003 ANALISIS SISTEM REM TROMOL PADA TRAINER SISTEM REM MOBIL SUZUKI FUTURA TAHUN 2003 Ludy Andrianto DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No.09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000 ABSTRAK Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga

Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga Nana Supriyana 1, Alim Sya bani 2 1,2 Progam Studi Teknik Mesin STT Wiworotomo Email: Nana.sttw@gmail.com 1,Alim7pato@gmail.com

Lebih terperinci

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic A. PNEUMATIK 1. Prinsip Kerja Peralatan Pneumatik Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply

Lebih terperinci

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O 1 1. Empat buah partikel dihubungkan dengan batang kaku yang ringan dan massanya dapat diabaikan seperti pada gambar berikut: Jika jarak antar partikel sama yaitu 40 cm, hitunglah momen inersia sistem

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 44 TAHUN 2010 STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Dongkrak Dongkrak merupakan salah satu pesawat pengangkat yang digunakan untuk mengangkat beban ke posisi yang dikehendaki dengan gaya yang kecil. 2.1.1 Dongkrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kopling Kopling adalah satu bagian yang mutlak di perlukan pada kendaraan di mana penggerak utamanya di peroleh dari hasil pembakaran di dalam silinder mesin. Sumber :

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang digunakan untuk memudahkan aktivitas sehari-sehari. Maka dari itu banyak masyarakat atau konsumen yang

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

Kumpulan soal Pilihan Ganda Fisika Created by : Krizia, Ruri, Agatha IMPULS DAN MOMENTUM

Kumpulan soal Pilihan Ganda Fisika Created by : Krizia, Ruri, Agatha IMPULS DAN MOMENTUM IMPULS DAN MOMENTUM Petunjuk : Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!. Dua buah bola bermassa identik. Keduanya bergerak lurus dan saling mendekati. Bola A dengan kecepatan 3 m/s bergerak ke kanan. Bola

Lebih terperinci

Bab4 Katup kontrol direksional digerakkan listrik

Bab4 Katup kontrol direksional digerakkan listrik Elektropneumatik Bab 4 1/22 Bab4 Katup kontrol direksional digerakkan listrik 4.1 Fungsi Suatu sistem kontrol elektro pneumatik bekerja dengan dua bentuk energi: Energi listrik di dalam bagian kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS GERBONG a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Darwin Rio Budi Syaka, Furqon Bastian dan Ahmad Kholil Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrodinamika 2.1.1 Definisi Hidrodinamika Hidrodinamika merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan gerak liquid atau lebih dikhususkan pada gerak air. Skala

Lebih terperinci

BAB III METODA PERENCANAAN

BAB III METODA PERENCANAAN BAB III METODA PERENCANAAN 3. 1. Perencanaan Pompa Injeksi Bahan Bakar Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa perencanaan pompa injeksi bahan bakar bertujuan untuk menentukan parameter-parameter

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN 3.1 Metode Perancangan Metode yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode sistematis. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah : 1. Penjabaran

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA PADA REM CAKRAM (DISK BRAKE) UNTUK KENDARAAN RODA EMPAT. Dr. Ir. Yanuar, Msc., M.Eng, *) Dita Satyadarma, ST., MT *), Burhan Noerdin **)

ANALISIS GAYA PADA REM CAKRAM (DISK BRAKE) UNTUK KENDARAAN RODA EMPAT. Dr. Ir. Yanuar, Msc., M.Eng, *) Dita Satyadarma, ST., MT *), Burhan Noerdin **) ANALISIS GAYA PADA REM CAKRAM (DISK BRAKE) UNTUK KENDARAAN RODA EMPAT Dr. Ir. Yanuar, Msc., M.Eng, *) Dita Satyadarma, ST., MT *), Burhan Noerdin **) *) Dosen Teknik Mesin Universitas Gunadarma **) Alumni

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER Di susun oleh : Cahya Hurip B.W 11504244016 Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2012 Dasar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 LOKOMOTIF Lokomotif adalah bagian dari rangkaian kereta api di mana terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api. Biasanya lokomotif terletak paling depan dari rangkaian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Lokomotif adalah bagian dari rangkaian kereta api di mana terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api. Biasanya lokomotif terletak paling depan dari rangkaian

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada Perancangan alat deteksi dengan sistem pneumatik ini menggunakan dasar perancangan dari buku dasar perancangan teknik mesin, teori ini digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran level adalah yang berkaitan dengan keterpasangan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran level adalah yang berkaitan dengan keterpasangan terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Pengukuran Level Alat-alat Instrument yang digunakan untuk mengukur dan menunjukkan tinggi permukaan cairan dikenal dengan istilah Level. Pengukuran level adalah

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN SISTEM HIDROLIK Sistem hidrolik adalah sistem penerusan daya dengan menggunakan fluida cair. minyak mineral adalah jenis fluida yang sering dipakai. prinsip dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI 1. Saklar magnet (Kontaktor) Kontaktor adalah sejenis saklar atau kontak yang bekerja dengan bantuan daya magnet listrik dan mampu melayani arus beban

Lebih terperinci

Bagian tabung vortex dapat digambarkan sebagai berikut, Gambar 7.1 : Bagian tabung vortex

Bagian tabung vortex dapat digambarkan sebagai berikut, Gambar 7.1 : Bagian tabung vortex BAB 7 SISTEM REFRIGERASI TABUNG VORTEX 7.1 Pendahuluan Tabung vortex ditemukan oleh G.J. Rangque pada tahun 1931 yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Prof. Hilsch. Tabung vortex adalah salah satu

Lebih terperinci

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI NOMOR : P.20.INDO3.00201.0212 DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI HAL. Kata Pengantar Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Bagian 5 Bagian 6 Bagian

Lebih terperinci

LABORATORIUM SATUAN OPERASI

LABORATORIUM SATUAN OPERASI LABORATORIUM SATUAN OPERASI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013-2014 MODUL : Pompa Sentrifugal PEMBIMBING : Ir. Unung Leoanggraini, MT Praktikum : 10 Maret 2014 Penyerahan : 17 Maret 2014 (Laporan) Oleh :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING 7 PENDAHULUAN SISTEM PEMINDAH TENAGA (POWER TRAIN). Pemindah tenaga (Power Train) adalah sejumlah mekanisme

Lebih terperinci

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan BAB II TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan Pengertian kontrol atau pengaturan adalah proses atau upaya untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh sederhana dan akrab dengan aktivitas sehari-hari dari konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Darwin Rio Budi Syaka a *, Umeir Fata Amaly b dan Ahmad Kholil c Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pompa Pompa adalah peralatan mekanis untuk meningkatkan energi tekanan pada cairan yang di pompa. Pompa mengubah energi mekanis dari mesin penggerak pompa menjadi energi

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK.1. Perhitungan Silinder-silinder Hidraulik.1.1. Kecepatan Rata-rata Menurut Audel Pumps dan Compressor Hand Book by Frank D. Graha dan Tara Poreula, kecepatan piston dipilih

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci