BAB IV SISTEM PENGEREMAN LOKOMOTIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV SISTEM PENGEREMAN LOKOMOTIF"

Transkripsi

1 BAB IV SISTEM PENGEREMAN LOKOMOTIF 4.1 Penjelasan Tentang Sistem Pengereman Tipe pengereman lokomotif digunakan pada lokomotif diesel hidrolik dan kereta.serta gerbong. Pada system ini mempunyai beberapa komponen utama yang sangat vital dalam proses terjadinya pengereman, yang selanjutnya akan dijelaskan masing masing fungsi dan prinsip kerja dari komponen tersebut yaitu : Fungsi Pengereman. Sistem pengereman pada kereta api mempunyai fungsi, yaitu a. Sebagai peralatan untuk mengurangi laju kecepatan kereta api selama perjalanan. b. Sebagai peralatan untuk menjaga/mempertahankan laju kereta api pada jalan yang menurun. c. Untuk menghentikan kereta api pada tempat yang ditentukan Tujuan Pengereman. Tujuan dari pengereman adalah : a. Untuk menjaga keselamatan, b. Untuk menjaga kenyamanan selama dalam perjalanan Jenis Pengereman. Ditinjau dari jenis pengereman menurut system kerjanya, pengereman pada kereta api terdiri atas : 1. Pengereman Manual. Pengereman manual atau yang lebih dikenal dengan istilah Rem Tangan, adalah suatu system pengereman, dimana sebagai tenaga untuk mengerjakan pengereman adalah menggunakan 23

2 tenaga manusia. Dengan adanya perkembangan teknologi, system ini secara berangsur akan dihilangkan, karena untuk kereta api kecepatan tinggi, system ini sudah tidak bisa dihandalkan. 2. Pengereman udara Hampa ( Vacum ). Pengereman dengan system udara hampa atau yang lebih dikenal dengan istilah Rem Pakem, adalah suatu system pengereman, dimana sebagai sumber tenaga untuk mengerjakan pengereman adalah tekanan udara atmosfer ( 1kg/cm2 ). Sama dengan system pengereman, dimana sebagai sumber tenaga untuk mengerjakan pengereman adalah tekanan udara atmosfer (1kg/cm2). Sama dengan system rem tangan, system ini juga sudah ditinggalkan sejak dekade 70 an, karena sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat kecepatan kereta api sekarang. 3. Pengereman udara tekan ( Air Brake ). Setelah kedua system pengereman tersebut diatas tidak digunakan, sebagai pengganti adalah system pengereman udara tekan atau yang lebih dikenal dengan istilah Air Brake, sebagai sumber tenaga untuk menggerakan system pengereman ini menggunakan udara yang dimampatkan sampai tekanan tinggi, dan tekanan udara ini yang digunakan untuk menggunakan untuk mendorong/menekan blok rem, sehingga daya rem nya akan kuat/besar, dan sampai sekarang system ini masih relevan untuk dipakai pada operasional kereta api. 4. Pengereman Elektrik. Sistem pengeraman ini hanya dipakai untuk mengerem lokomotif diesel elektrik, sumber tenaga untuk mengerjakan pengereman adalah dengan cara mengubah sirkuit listrik pada traksi motor, sehingga yang semula sebagai motor diubah menjadi generator. Dengan berubahnya fungsi ini maka motor yang sudah 24

3 jadi generator tersebut perlu tenaga untuk memutar, dan tenaga inilah yang diambilkan dari putaran roda. Sehingga karena sebagian tenaga untuk memutar generator, akhirnya putaran roda menjadi menurun, dan berakibat kecepatan juga menurun. 4.2 Kompresor. Kompresor adalah suatu komponen yang berfungsi untuk menghasilkan udara tekan, yang diperlukan untuk berbagai keperluan dalam system control di lokomotip termasuk system pengereman. Kompresor ini digerakan oleh tenaga Motor Diesel melalui perantaraan V belt, mempunyai 4 buah silinder dengan susunan V, yang terdiri atas 3 buah silinder tekanan rendah (STR) dan 1 buah silinder tekanan tinggi ( STT ) Dalam memproduksi udara tekan kompresor ini dilengkapi dengan peralatan bantu yaitu Governor dan Safety Valve. Governor berfungsi untuk menjaga agar tekanan udara yang dihasilkan oleh kompresor berada pada daerah tekanan yang diijinkan ( kg/cm2 ), dan safety Valve berfungsi untuk mengamankan bila tekanan udara yang dihasilkan kompresor terlalu tinggi ( >10,5 kg/cm2 ), safety valve ini akan bekerja dan membocorkan udara dibuang keluar, sehingga tekanan udara maksimum tetap terjaga pada tekanan 10.5 kg/cm2. Gambar 4.1 Kompressor. 25

4 4.3 Governor Kompresor. Peralatan ini berfungsi sebagai pengatur tekanan udara yang dihasilakan oleh compressor, agar besaran tekanan sesuai dengan standar yang ditentukan, sebelum masuk pada tangki induk ( Main reservoir ), tekanan tersebut diatur terlebih dahulu oleh governor yang besarnya berkisar antara 8,8-9,8 kg/cm2 atau psi. Adapun prinsip kerja dari governor ini adalah dengan cara pengaturan kekuatan pegas katup yang dapat disetel kekuatannya oleh sekrup pengatur, baik pada saat cut in maupun cut out. Gambar 4.2 Governor kompresor 4.4 Safety Valve ( Katup Pengaman ). Peralatan ini berfungsi sebagai katup pengaman tekanan udara yang dihasilkan oleh compressor. Apabila suatu saat terjadi kerusakan atau kegagalan kerja dari Governor Kompressor, sehingga tekanan naik terus sampai lebih dari 9,8 kg/cm2 maka untuk mengamankannya dilakukan oleh Safety Valve ini, yaitu bila tekanan telah mencapai 10,5 kg/cm2 atau 150 psi, maka udara akan dibocorkan secara otomatis, sehingga tekanan tidak melebihi dari 10,5 kg/cm2. Adapun prinsip kerja dari peralatan ini adalah sama seperti pada governor, yaitu dengan cara pengaturan kekuatan pegas katup melalui sekrup pengatur. 26

5 Gambar 4.3 Safety Valve. 4.5 Tangki Induk ( Main reservoir ). Tangki ini berfungsi sebagai penampung udara tekan yang dihasilkan oleh compressor yang selanjutnya untuk dialirkan keseluruh system udara pada kerta api, baik untuk udara pengereman maupun untuk udara control. Adapun besar tekanan udara yang masuk pada tangki ini adalah sesuai dengan tekanan udara yang diatur oleh Governor Kompresso.Tangki ini dilengkapi dengan katup pembuang air.( Drain Valve ), baik katup yang bekerja secara otomatis maupun secara manual. Sehingga dengan bekerjanya katup ini maka kualitas udara akan terjaga kekeringannya. Udara yang mempunyai kelembaban yang tinggi akan dapat mempercepat kerusakan komponen pada system udara atau dapat mengganggu bekarjanya system udara. 27

6 Gambar 4.4 Tangki Induk ( Main Reservoir ). 4.6 Tangki Pelayan/Bantu ( Auxiliary Reservoir ) Tangki ini berfungsi sebagai tangki persediaan udara tekan untuk system udara pengereman.pada lokomotif terdapat beberapa tangki pelayan yang kegunaannya berbeda antara satu dengan lainnya. Gambar 4.5 Tangki Pelayan/Bantu ( Auxiliary Reservoir ) 28

7 4.7 Pipa Udara Pengereman ( Break Pipe ). Pipa ini berfungsi sebagai media untuk penyaluran udara tekan dari komponen satu ke komponen lainnya pada system pengereman. Untuk menghubungkan pipa udara satu dengan pipa udara yang lain dilengkapi dengan peralatan selang udara tekan ( Hose ) yang berada pada masing masing ujung dari pipa tersebut. Gambar 4.6 Pipa udara pengereman 4.8 Katup Udara Tekan ( Isolating Cock ) Katup ini berfungsi sebagai pemutus dan penghubung udara antara pipa udara yang satu dengan pipa udara lainnya pada rangkaian kereta api ( Lokomotif dengan kereta/gerbong,kereta/gerbong dengan kereta/gerbong lainnya ). Katup ini terletak dipangkal selang udara.) Gambar 4.7 : Katup Udara Tekan ( Isolating Cock ). 29

8 4.9 Silinder Rem ( Brake Cylinder ) Peralatan ini berfungsi sebagai pengubah tekanan udara menjadi gerakan mekanik yang akhirnya bisa menekan roda untuk pengereman kereta api, silinder rem ini terdiri atas tabung,piston,pegas, dan batang piston. Gambar 4.8 Silinder Rem ( Brake Cylinder ) 4.10 Mekanik Pengereman Peralatan ini terdiri atas rangkaian tuas tuas yang didesain agar tekanan udara dari silinder rem bisa menekan dan menggerakan tuas tuas tersebut yang akan menghasilkan tekanan rem blok pada permukaan roda. Sehingga terjadi pengereman. Demikian juga saat pelepasan, dengan terbuangnya udara pada silinder rem, tuas tuas akan bergerak dan rem blok akan terlepas dari permukaan roda. Gambar 4.9 : Mekanik Pengereman. 30

9 4.11 Independent Brake Valve. Peralatan ini berfungsi untuk mengatur pengereman pada lokomotifnya sendiri. Sehingga apabila peralatan ini dikerjakan untuk pengereman, yang mengerem hanya lokomotifnya saja, dan rangkaian kereta api tidak ikut mengerem. Peralatan ini mempunyai beberapa komponen, yaitu : Gambar 4.10 Independent Brake Valve. 1. Handle. C. Brake cylinder 2. Shaft. HB. Main air reservior 3. Trust member. O. Atmosphere 4. Valve rod. 5. Valve rod. 6. Springs. 31

10 Untuk mengoprasikan system pengereman, independent brake ini mempunyai 3 ( tiga ) kedudukan yaitu adalah : a. Kedudukan Release. b. Kedudukan Lap. c. Kedudukan Application. a) Kedudukan Release. Kedudukan ini berfungsi untuk mengeluarkan udara dalam brake cylinder, Apabila kita ingin melepas rem. System kerjanya adalah :Apabila kita menggerakan handle ( Thrust member ( 3 ) pada posisi release,maka valve rod ( 5 ) akan membuka, sehingga udara dari brake cylinder ( C ) akan mengalir ke udara luar lewat lobang pembuangan ( O ), Sehingga udara keluar dan rem akan terlepas. b) Kedudukan Lap. Kedudukan ini dipergunakan apabila kita menghendaki pengereman dengan kekuatan tertentu, agar besarnya tekanan udara dalam brake cylinder tetap stabil, kita pertahankan dengan cara menggerakan handle ( Thrust member ( 3 ) pada posisi tengah, kedudukan ini mengakibatkan valve rod 4 dan 5 tertutup, sehingga udara dalam brake cylinder tidak bisa kemana mana. Karena kedua valve tertutup. c) Kedudukan Application. Apabila kita ingin mengadakan pengereman, maka gerakan handle ( Thrust Member ( 3 ), pada posisi application. Pada posisi ini valve rod 4 akan terbuka dan meyebabkan udara dari Main reservoir akan mengalir ke brake cylinder lewat HB Automatic Brake Valve. Peralatan ini berfungsi untuk mengatur pengereman pada seluruh rangkaian kereta api.. Apabila alat ini dikerjakan, maka seluruh rangkaian kereta api akan mengerem. 32

11 Peralatan ini mempunyai 5 kedudukan yaitu : a. Kedudukan pengisian ( Charging ) b. Kedudukan Jalan/Dinas ( Running ) c. Kedudukan Netral ( Neutral ) d. Kedudukan Pengereman ( Gradual Application ) e. Kedudukan Pengereman Darurat ( Rapid Acting ) a) Kedudukan Pengisian ( Charging ) Kedudukan ini berfungsi untuk mengisi udara pada system, sehingga udara tekan siap untuk dioperasikan sesuai kebutuhan. Bila kita menghendaki posisi ini maka gerakkan handle pada posisi charging, sehingga berakibat nok pada drum pengatur menekan torak pada Tandem Valve dan Filling Stroke Valve., sehingga kedua Valve ini menjadi terbuka. Pegas pada Preassure Regulator mengatur tekanan udara yang lewat menjadi 5 kg/cm2. Aliran udara sebagai berikut : Udara dari Main Reservoir melalui ruang sebelah kiri valve V3 menuju ruang pressure regulator nozzle 2 mengisi ruang sebelah kanan membrane K3- lewat nozzle 3 juga mengisi timing reservoir.karena ruang sebelah kanan membrane K3 terisi udara, mengakibatkan membrane K3 Terdorong dan membuka valve V3. Dengan demikian maka aliran udara dari main Reservoir lewat valve V3 masuk menuju Brake Pipe sehingga terisi udara. b) Kedudukan Jalan/Dinas ( Running ). Kedudukan ini berfungsi agar brake pipe selalu terisi udara selama jalan/dinas sehingga tidak terjadi pengereman pada rangkaian kereta api. Bila kita menghendaki posisi ini maka gerakan handle pada posisi running, dengan ini maka filling stroke valve menjadi tertutup, tetapi pengisian masih tetap berlangsung karena membrane K3 masih tertahan oleh udara timing reservoir. Berhubung diruang sebelah kanan K3 ada nozzle 4 mengakibatkan lama kelamaan udara di timing reservoir akan habis 33

12 dibuang ke udara luar. Dan bila ini terjadi maka, pengaturan tekanan udara dalam brake pipe sepenuhnya diatur oleh pressure regulator. c) Kedudukan Netral ( Neutral ). Apabila kita berjalan double traksi, dan lokomotif yang belakang tidak menghendaki melakukan pengereman ( Pengereman hanya dilakukan oleh lokomotif depan ), maka gerakan handle pada posisi netral, sehingga pada posisi ini semua valve tertutup, dan mengakibatkan hubungan antara saluran main reservoir dan brake pipe terputus. Dengan demikian maka lokomotif belakang hanya berfungsi sebagai saluran, tidak bisa melakukan pengereman rangkaian. d) Kedudukan Pengereman ( Service/Application ) Kedudukan ini berfungsi apabila kita ingin mengerjakan pengereman secara bertahap, yaitu gerakan handle secara bertahap pada posisi Service/Application, dengan adanya gerakan handle ini maka kekuatan pegas pengatur tekanan ini, maka udara yang berada di brake pipe juga menjadi turun sehingga terjadi pengereman. Pada posisi ini Tandem Valve terbuka dan Filling Stroke Valve dan Rapid Acting Valve tertutup. e) Kedudukan Pengereman Darurat ( Rapid Acting ). Bila kita menghadapi keadaan yang berbahaya dan mengharuskan pengereman secara tepat, gerakan handle pada posisi rapid acting, sehingga Rapid Acting Valve terbuka, Filling Stroke Valve dan Tandem Valve tertutup menyebabkan hubungan antara Brake pipe dan saluran Main reservoir terputar dengan terbukanya rapid acting valve ini udara yang berada dalam brake pipe lansung terbuang ke udara luar lewat valve ini, sehingga udara kosong dan mengalibatkan terjadi pengereman secara tepat. f) Asimilator. Apabila dalam perjalanan, setelah mengerjakan pengereman kemudian kita lepas handle kita gerakan ke posisi running, tetapi pelepasan rem agak lambat, dapat dibantu dengan menarik Assimilator, dengan menarik 34

13 peralatan ini pengisian udara di ruang sebelah kanan membrane K3, Timiing reservoir, akan lebih cepat dan pelepasan rem akan cepat juga. Gambar 4.11 : Kedudukan ( Charging ) Distributor Valve. Distributor Valve atau Control Valve adalah peralatan yang berfungsi untuk mengatur udara tekan yang masuk kedalam brake cylinder, saat automatic brake valve dikerjakan dan sesuai dengan posisi handle dari Automatic brake valve. Jadi secara prinsip peralatan ini adalah merespon gerakan dari automatic brake valve yang selanjutnya mengatur aliran udara pada system pengereman system kerja dari peralatan ini mempunyai beberapa langkah yaitu : a. Langkah Pengisian. Udara dari Automatic brake valve mengisi ruangan diatas torak 1, lobang 2b tertutup oleh membrane torak 1, lobang 2b tertutup oleh membrane torak 1. Ruang A, tangki R terisi udara lewat pipe. Proses pengisian ruang A adalah udara dari brake pipe lewat sensitivity port 2 dan Filling Chock 2c mengisi ruang A bila tekanan udara sudah seimbang, lobang 2b terbuka. 35

14 Proses pengisian tangki R adalah udara lewat tingkap 27 yang telah terbuka karena tekanan udara dari ruang A pada torak 25, selanjutnya lewat sealing lap 3 mengisi tangki R, juga mengisi ruang diatas tingkap 7 lewat preassure Limiting Elemen 15 dan 20. Apabila tekanan dalam ruang R sudah mencapai sekitar 4,7 kg/cm2, tingkap 27 menutup dan pengisian lewat chock 29. Torak pada Triple Preassure Valve posisi dibawah, sehingga menutup valve 12 dan sleeve 10, dan membuka valve 11. Udara dari silinder rem C dibuang lewat valve 5 dan chock 21. Apabila tingkap 23 pada posisi G pembuangan udara lewat chock 21 dan 22 bila tingkap 23 pada posisi P pembuangan lewat chock 19, valve 11. b. Langkah Pengereman Apabila diadakan pengeraman, akan terjadi penurunan tekanan pada brake pipe, hubungan antara brake pipe dan tangki R ditutup oleh seal 3. Pada Triple Valve, torak 1 menekan keatas bersama torak 9 melawan kekuatan pegas 8. Control sleeve 10 menutup outlet 11 dan membuka inlet 12, torak 1 dan 9 bergerak keatas membuka 6 dan menutup 5, lewat valve head 7. Udara dari R lewat pembatas tekanan min 15 dan pembatas maks 20 chock 16 dari tingkap 24 yang telah terbuka, melalui lobang 6 menuju silinder rem C. c. Langkah Pelepasan. Apabila Automatic brake pada posisi release, brake pipe tekanan nya akan naik, torak pada Triple Valve bergerak turun dan membuka lobang 5 pada torak 9. Udara dari silinder rem C dikosongkan lewat lobang 21 pada posisi G dan lobang 22 pada posisi P. d. Menobaktifkan Distributor Valve ( Tumbeng ). Apabila kita menghendaki Distributor Valve tidak dikerjakan, maka putar eksentrik 35 sehingga menutup katup 33 dan membuka katup 34, tangki R berhubungan langsung dengan udara luar 36

15 Gambar 4.12 Pengisian dan pelepasan Exhaust Valve ( MTA ). Tingkap ini berguna untuk melepas rem lokomotif agar tidak berhubungan dengan rem rangkaian. Bila tingkap dikerjakan ( normal ), udara dari Main reservoir masuk diruang G, mengakibatkan torak tertekan kebawah. Hal ini mengakibatkan C dan ruang D, yang mengakibatkan bila pengererman dikerjakan maka udara dari D ( Control valve 0 mengisi c ( silinder rem ) sehingga terjadi pengereman. Bila tingkap release valve dibuka, udara yang berada diruang G terbuang dan torak akan bergerak keatas, sehingga valve menutup hubungan antara ruang C dan D, sehingga udara dari control valve tidak bisa mengisi silinder rem, dan udara yang ada di silinder rem dibuang lewat lobang pembuangan yang ada di MTA ini. 37

16 a. Pressure Limiting Valve ( Hd B ). Peralatan ini digunakan untuk membatasi besaran tekanan udara yang akan masuk ke silinder rem. Udara masuk mengisi ruang A dan selanjutnya mengisi ruang C menuju KR1. Melalui lobang kecil udara juga mengisi ruang B bawah membrane. Udara dibawah membrane bila tekanan telah melebihi 3,2 kg/cm2 akan menekan keatas melawan pegas, yang sebelumnya kekuatan pegas diset dengan kekuatan 3,2 kg/cm2 sehingga mengakibatkan valve terbuka dan udara masuk keruang diatas membran melalui lobang kecil pada torak. bila tekanan udara diatas membrane telah mencapai 3,2 kg/cm2 maka membrane akan turun kembali dan valve menutup. b. Relay Valve KR1. Peralatan ini berfungsi sebagai pemutus dan penghubung udara dari suplay reservoir dengan silinder rem. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut : udara dari distributor valve masuk lewat CV menuju ruang bawah membrane, apabila handle rem digerakan pada posisi pengereman, maka mengakibatkan udara yang masuk membuka valve 7 dan menutup valve 9, sehingga silinder rem berhubungan dengan suplay reservoir. Dan udara masuk pada silinder rem dan mengakibatkan pengereman bila gagang digerakan pada posisi Lap, maka valve 7 dan 9 tertutup, sehingga R tidak berhubungan dengan C. bila gagang digerakan pada posisi realese, maka valve 7 tutup dan valve 9 buka sehingga udara yang ada pada silinder rem terbuang ke Exhaust. c. Valve Deadman EV 121. Peralatan ini berfungsi sebagai alat pengereman darurat, apabila masinis tidak mengerjakan pedal deadman, adapun prinsip kerjanya dari peralatan ini adalah sebagai berikut : bila masinis tidak 38

17 mengerjakan pedal deadman, maka beberapa saat kemudian akan terjadi arus listrik yang mengalir ke magnet valve pada peralatan ini, akibat dari adanya arus listrik pada magnet valve akan membuka pada brake pipe, sehingga udara yang ada pada brake pipe keluar lewat valve yang telah terbuka pada seluruh rangkaian kereta api yang menggunakan system pengereman udara tekan. d. Aliran Udara Posisi Pengisian Aliran udara pada saat handle dikedudukan charging adalah sebagai berikut : Udara yang bertekanan 10kg/cm2 yang dihasilkan oleh kompresor pada posisi ini dialirkan pada : 1. Kompressor - Main reservoir Independent Brake. 2. Kompressor Main reservoir EV121 Auto Brake -, Disini tekanan udara diturunkan menjadi 5kg/cm2, dan selanjutnya dialirkan kepada : b 1. Auto brake = equal res dan timing res, setelah tekanan di equal res mencapai 5kg/cm2, akan membuka valve, dan udara akan mengalir : b 2. Auto brake = Brake pipe Dist valve Aux res. 3. Kompressor Main res EV 121 COC MTA. 4. Kompressor Main res EV 121 COC Supply res KR1. 39

18 Gambar 4.13 Pressure Limiting Valve Aliran Udara Independent Brake Posisi Pengereman. Pada saat handle Independent brake digerakan ke posisi application Pengereman ), aliran udara sebagai berikut : a. Udara yang telah siap di independent brake dengan tekanan 10kg/cm2 mengalir ke double check valve ( DCV ) HdB ( Tekanan diturunkan dari 5 kg/cm2 menjadi 3.2 kg/cm2 ) KR1. KR1 mendapatkan aliran udara dari HdB dengan tekanan 3.2kg/cm2, valve terbuka, sehingga aliran udara sebagai berikut : b. Suply res KR1 Silinder rem, dengan terisinya silinder rem maka akan terjadi pengereman independent brake Aliran Udara Independent Brake Posisi Release. Pada saat Handle Independent Brake digerakan ke posisi realese, aliran udara sebagai berikut : 40

19 a. KR1 HdB DCV Independent Brake Exhaust Dengan mengalirnya udara dari KR1 ke exhaust yang ada di independent brake maka udara yang menekan valve di KR1 kosong sehingga valve tertutup kembali, dengan menutupnya valve ini maka hubungan udara dari supply res ke silinder rem terputus, dan udara dari silinder rem dibuang ke exhaust yang ada di KR1. b. Sil. Rem KR1 Exhaust Udara dari silinder rem terbuang lewat exhaust yang ada di KR1 makin lama semakin habis dan pengereman terlepas Aliran Udara Automatic Brake Posisi Pengereman ( Service ). Pada saat handle automatic brake digerakan pada posisi pengereman (service) maka aliran udara adalah sebagai berikut : a. Equal res & Timing res Auto brake Exhaust Dengan terhubungnya udara dari equalizing res ke exhaust yang ada di automatic brake maka tekanan akan menjadi turun, dengan turunnya tekanan udara di equalizing ini maka akan membuka valve yang menghubungkan brake pipe ( BP ) ke exhaust, sehingga aliran udara sebagai berikut : b. Distributor Valve ( CV ) BP Auto Brake Exhaust. Udara dari CV dibuang ke Exhaust yang ada di auto brake sehingga tekanan akan menurun dengan menurunnya tekanan udara di CV maka akan membuka valve yang menghubungkan Aux res ( AR ) dengan KR1 sehingga aliran udara sebagai berikut : c. AR CV MTA DCV HdB KR1. Di HdB tekanan udara diturunkan dari 5 kg/cm2 menjadi 3.2 kg/cm2, sehingga tekanan udara yang masuk ke KR1 besarnya 3.2 kg/cm2. 41

20 d. Supply reservoir - KR1 Silinder Rem, dengan terisinya silinder rem maka akan terjadi pengereman Aliran Udara Automatic Brake Posisi : Release. Bila Handle Automatic Brake digerakan pada posisi release, aliran udara sbb : a. Main res Automatic Brake Equal reservoir. Dengan terisinya equalizing reservoir oleh udara dari main reservoir maka tekanan udara akan naik lagi menjadi 5kg/cm2. Dengan naiknya tekanan udara ini maka membuka valve di automatic brake yang menghubungkan main res dan brake pipe, sehingga brake pipe terisi udara dan tekanan juga naik menjadi 5 kg/cm2. b. Main Reservoir Auto Brake BP CV AR. Udara di BP juga akan mengisi distributor valve ( CV ) yang mengakibatkan udara mengisi auxliliary res ( AR ), dan memutus hubungan AR dan KR1, serta udara di KR1 dibuang lewat exhaust yang ada di CV. c. KR1 HdB DCV CV EX. Dengan terbuangnya udara di KR1 lewat exhaust yang ada di CV, maka valve di KR1 tertutup sehingga udara dari Supp res, tidak bisa mengisi silinder rem, sedangkan udara di silinder rem buang lewat exhaust yang ada di KR1. d. Sil, Rem KR1 Exhaust. Dengan demikian maka udara di silinder rem terbuang dan pengereman manjadi terlepas. 42

21 Gambar 4.14 Auto Brake Pengereman Emergency Valve Kerja. Bila masinis mengerjakan emergency valve maka akan terjadi pengereman yang cepat karena udara di brake pipe dibuang langsung ke udara lewat valve emergency, jalannya aliran udara sebagai berikut : a. Distributor Valve ( CV ) BP CV BP Emergency Valve. Udara dari CV, dibuang ke emergency valve sehingga tekanan akan menurun, dengan menurunnya tekanan udara di CV, maka akan membuka valve yang menghubungkan Aux res ( AR ) dengan KR1 sehingga aliran udara sebagai berikut. 43

22 b. AR CV MTA DCV HdB KR1. Di HdB tekanan udara diturunkan dari 5 kg/cm2 menjadi 3.2 kg/cm2, sehingga tekanan udara yang masuk ke KR1 besarnya 3.2 kg/cm Aliran Udara Deadman Kerja. Apabila masinis tidak mengerjakan pedal deadman maka foot valve akan bekerja sehingga aliran udara sebagai berikut : Distributor Valve ( CV ) BP CV BP EV 121. Udara dari CV dibuang ke udara lewat emergency valve ( EV 121 ) sehingga tekanan akan menurun dengan menurunnya tekanan udara di CV maka akan membuka valve yang menghubungkan Aux res ( AR ) dengan KR1 sehingga aliran udara sebagai berikut : a. AR CV MTA DCV HdB KR1. Di HdB tekanan udara diturunkan dari 5 kg/cm2 menjadi 3.2 kg/cm2, sehingga tekanan udara yang masuk ke KR1 besarnya 3.2 kg/cm2. b. Supply res KR1 Silinder rem, dengan terisinya silinder rem maka akan terjadi pengereman Aliran Udara Release Valve Kerja. Bila masinis pada saat mengerem menggunakan automatic brake, tetapi menghendaki rem lokomotif tidak kerja, maka release valve harus dikerjakan sehingga jalannya aliran udara sebagai berikut a. MTA Release Valve Udara di MTA dibuang ke udara luar lewat release valve, sehingga udara di MTA kosong dan berakibat : - Hubungan udara dari CV ke KR1 tertutup. 44

23 - Udara dari sil rem dibuang lewat Exhaust. b. SIL Rem HdB DCV MTA Exhaust. Dengan demikian udara sil rem terbuang lewat exhaust sehingga tidak terjadi pengereman pada lokomotif. 45

LAPORAN KERJA PRAKTEK. Perawatan Sistem Pengereman Lokomotif. Di PT. KeretaApi Indonesia (PERSERO)

LAPORAN KERJA PRAKTEK. Perawatan Sistem Pengereman Lokomotif. Di PT. KeretaApi Indonesia (PERSERO) LAPORAN KERJA PRAKTEK Perawatan Sistem Pengereman Lokomotif Di PT. KeretaApi Indonesia (PERSERO) Laporan Kerja Praktek Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Pengambilan Tugas Akhir Pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Rem udara adalah sistem rem yang pengoperasiannya menggunakan udara yang bertekanan dimana rem ini memanfaatkan energi udara bertekanan untuk menjalankan sistem

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah Badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang transportasi kereta api. Kereta Api Indonesia atau KAI merupakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 LOKOMOTIF Lokomotif adalah bagian dari rangkaian kereta api di mana terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api. Biasanya lokomotif terletak paling depan dari rangkaian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Lokomotif adalah bagian dari rangkaian kereta api di mana terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api. Biasanya lokomotif terletak paling depan dari rangkaian

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

SUSUNAN KOMPONEN SISTEM REM

SUSUNAN KOMPONEN SISTEM REM Brake System (REM) SUSUNAN KOMPONEN SISTEM REM SISTEM REM ( BRAKE SYSTEM) Fungsi Utama: 1. Mengurangi kecepatan dan menghentikan kendaraan 2. Memungkinkan parkir pada tempat yang menurun 3. Sebagai alat

Lebih terperinci

MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS DAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Media Pembelajaran yang dibimbing oleh Bapak Drs. Ganti Depari, ST.M.Pd Disusun oleh

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle 44 BAB IV 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Alur Proses Pada Perawatan Handle start Pemeriksaan awal per-periodik Pengecheckan kebocoran Haandle Indeks Kerusakan Perbaikan Handle Test Ulang Kebocoran

Lebih terperinci

Rem parkir (parking brake) untuk memarkir kendaraan. Rem tambahan (auxiliary brake) untuk membantu rem kaki dan digunakan pada kendaraan besar.

Rem parkir (parking brake) untuk memarkir kendaraan. Rem tambahan (auxiliary brake) untuk membantu rem kaki dan digunakan pada kendaraan besar. SISTEM REM URAIAN Rem berfungsi untuk : Mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan. Memungkinkan parkir pada tempat yang menurun. Sebagai alat pengaman dan menjamin pengendaraan yang

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Mengenal Motor Diesel Motor diesel merupakan salah satu tipe dari motor bakar, sedangkan tipe yang lainnya adalah motor bensin. Secara sederhana prinsip pembakaran pada motor

Lebih terperinci

B. PERBANDINGAN TIAP MEDIA KERJA A. MENGENAL MACAM MEDIA KERJA

B. PERBANDINGAN TIAP MEDIA KERJA A. MENGENAL MACAM MEDIA KERJA A. MENGENAL MACAM MEDIA KERJA Dalam dunia industri media kerja merupakan salah satu komponen penggerak yang digunakan dalam menghasilkan produk selama proses produksi berlangsung. Adapun macam macam media

Lebih terperinci

8 gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (breaking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua obyek. Si

8 gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (breaking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua obyek. Si BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Rem Rem dirancang untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan aan atau memungkinkan parkir pada tempat yang menurun. Peralatan ini sangat penting

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENGEREMAN K ERETA API

BAB II SISTEM PENGEREMAN K ERETA API BAB II SISTEM PENGEREMAN K ERETA API Pada pengoperasian kereta api, perihal pengereman merupakan salah satu faktor yang perlu dan penting, karena menyangkut keamanan kereta api itu sendiri maupun bagi

Lebih terperinci

JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM

JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM Diskripsi Unit Kompetensi: Kompetensi ini meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap pada pekerjaan melepas, memeriksa dan menyetel komponen rem piringan

Lebih terperinci

Komponen Sistem Pneumatik

Komponen Sistem Pneumatik Komponen Sistem Pneumatik Komponen Sistem Pneumatik System pneumatik terdiri dari beberapa tingkatan yang mencerminkan perangkat keras dan aliran sinyal. Beberapa tingkatan membentuk lintasan kontrol untuk

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik pergerakan lokomotif Mahasiswa dapat menjelaskan keterkaitan gaya tarik lokomotif dengan kelandaian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN PERAWATAN REM 4.1 PENGERTIAN PERAWATAN Perawatan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mencegah kerusakan terhadap suatu obyek, sehingga diharapkan dapat berfungsi secara maksimal

Lebih terperinci

BAB III SISTEM DAN KOMPONEN REM TROMOL BUS

BAB III SISTEM DAN KOMPONEN REM TROMOL BUS BAB III SISTEM DAN KOMPONEN REM TROMOL BUS 3.1 Pengertian Rem dan Fungsi Rem Rem merupakan bagian kendaraan yang sangat penting dalam mendukung aspek keamanan berkendaraan, maka rem harus : Dapat menghentikan

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

APLIKASI PNEUMATIK HIDROLIKA : REM MOBIL

APLIKASI PNEUMATIK HIDROLIKA : REM MOBIL APLIKASI PNEUMATIK HIDROLIKA : REM MOBIL Silinder Master 1. Konstruksi Dan Nama Nama Bagian Bagian Silinder Master : 1 2 13 3 14 4 12 11 10 9 8 7 6 5 Bagian bagian 1. Silinder 2. Cairan rem 3. Lubang penambhan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES DAN PELAKSANAAN Mulai Studi Pustaka Tinjauan Lapangan Pengumpulan Data dan Bimbingan Penjelasan tentang pengoperasi an system Kesimpulan dan Saran Gambar

Lebih terperinci

Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik

Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik Pernahkah kalian memperhatikan orang yang mengganti ban mobil yang bocor dengan ban yang baru? Orang tersebut cukup menggunakan dongkrak hidrolik untuk mengangkat

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF 4.1 Pengetahuan Dasar Tentang Bahan Bakar Bahan bakar adalah suatu pesawat tenaga yang dapat mengubah energi panas menjadi tenaga mekanik dengan jalan pembakaran

Lebih terperinci

Oleh : Eko Prasetiawan FT Otomotif UNY. Standar Kompetensi : Komponen-Komponen ABSHydraulic Control Unit (HCU)

Oleh : Eko Prasetiawan FT Otomotif UNY. Standar Kompetensi : Komponen-Komponen ABSHydraulic Control Unit (HCU) Oleh : Eko Prasetiawan FT Otomotif UNY 13 Program Keahlian Mata Diklat : Sitem Manajemen Chasis : Sitem Manajemen Chasis Standar Kompetensi : Komponen-Komponen ABSHydraulic Control Unit (HCU) HCU berfungsi

Lebih terperinci

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA 9.1. MESIN PENGGERAK UTAMA KAPAL PERIKANAN Mesin penggerak utama harus dalam kondisi yang prima apabila kapal perikanan akan memulai perjalanannya. Konstruksi

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 2.1 Lingkup Kerja Praktek di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Lingkup kerja praktek di PT.Kereta Api Indonesia (Persero) perawatan secara berkala lokomotif di dipo Tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Alat Ukur Level Setiap alat ukur instrument yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level. Pengukuran

Lebih terperinci

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger Pengertian Turbocharger Turbocharger merupakan sebuah peralatan, untuk menambah jumlah udara yang masuk kedalam slinder dengan memanfaatkan energi gas buang. Turbocharger merupakan perlatan untuk mengubah

Lebih terperinci

Mesin Diesel. Mesin Diesel

Mesin Diesel. Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin diesel menggunakan bahan bakar diesel. Ia membangkitkan tenaga yang tinggi pada kecepatan rendah dan memiliki konstruksi yang solid. Efisiensi bahan bakarnya lebih baik

Lebih terperinci

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic A. PNEUMATIK 1. Prinsip Kerja Peralatan Pneumatik Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap

Lebih terperinci

Bab4 Katup kontrol direksional digerakkan listrik

Bab4 Katup kontrol direksional digerakkan listrik Elektropneumatik Bab 4 1/22 Bab4 Katup kontrol direksional digerakkan listrik 4.1 Fungsi Suatu sistem kontrol elektro pneumatik bekerja dengan dua bentuk energi: Energi listrik di dalam bagian kontrol

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motor Bakar Motor bakar torak merupakan salah satu mesin pembangkit tenaga yang mengubah energi panas (energi termal) menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran

Lebih terperinci

Gambar I. 1 Air Brake System Tipe KE-G-12

Gambar I. 1 Air Brake System Tipe KE-G-12 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT Pindad merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi alat pertahanan dan beberapa produk komersial. Kelompok usaha PT Pindad dibagi menjadi empat pokok

Lebih terperinci

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK BAB III MEMBUAT STANDAR OPERA SIONA L PR OSEDUR PADA UNIT WA TER TRUC K MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK 1.1 Bagian-Bagian Utama water truck. Pada bagian ini dijelaskan nama-nama

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester III OVERHAUL MESIN X 50 No.JST/OTO/OTO0/0& Revisi : 0 Tgl : 6 Februari 0 Hal dari I. Kompetensi : Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat :. Melepas dan memasang semua komponen mesin

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR 3.1 Mesin Perakit Radiator Mesin perakit radiator adalah mesin yang di gunakan untuk merakit radiator, yang terdiri dari tube, fin, end plate, dan side plate.

Lebih terperinci

Sistem Rem. diklat sistem rem meliputi pengertian, prinsip rem, jenis-jenis rem, mekanismen. keselamatan dan menjamin pengendaraan yang aman.

Sistem Rem. diklat sistem rem meliputi pengertian, prinsip rem, jenis-jenis rem, mekanismen. keselamatan dan menjamin pengendaraan yang aman. Sistem Rem Sistem rem merupakan salah satu mata diklat yang dipelajari di sekolah menengah kejuruan (SMK) pada kelas XI. Berdasarkan kurikulum KTSP mata diklat sistem rem meliputi pengertian, prinsip rem,

Lebih terperinci

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Darwin Rio Budi Syaka a *, Umeir Fata Amaly b dan Ahmad Kholil c Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAAN 30 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAAN 4.1 ALUR PROSES Gambar 4.1 alur proses 31 4.2 SCHOWING Tugas pokok schowing adalah : Memeriksa rangkaian kereta Lepas gandeng kereta, gerbong dan lokomotif Melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

Struktur dari Center Brake

Struktur dari Center Brake BAB I PENDAHULUAN Brake system dan ABS dipasang gunanya adalah untuk mencegah terjadinya cedera akibat kecelakaan karena kendaraan tidak bisa dihentikan pada saat melaju. Saat kendaraan bergerak, meskipun

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester III OVERHAUL MESIN X 50 No.JST/OTO/OTO0/9&0 Revisi: 0 Tgl: Agustus 06 Hal dari I. Kompetensi: Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat:. Melepas dan memasang semua komponen mesin dengan

Lebih terperinci

BAB I MOTOR DIESEL ( DIESEL ENGINE ) Motor diesel untuk perkapalan ( Marine Diesel Engine ) dikelompokan kepada :

BAB I MOTOR DIESEL ( DIESEL ENGINE ) Motor diesel untuk perkapalan ( Marine Diesel Engine ) dikelompokan kepada : BAB I MOTOR DIESEL ( DIESEL ENGINE ) Motor diesel untuk perkapalan ( Marine Diesel Engine ) dikelompokan kepada : a. Motor Diesel Putaran Rendah ( Low Speed Engine ) dimana putarannya dari 0 130 RPM, kebanyakan

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Darwin Rio Budi Syaka, Furqon Bastian dan Ahmad Kholil Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu:

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu: JPTM FPTK 2006 KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BUKU AJAR NO 2 Motor Bensin TANGGAL : KOMPETENSI Mendeskripsikan

Lebih terperinci

SMK MUHAMMADIYAH PAKEM JOBSHEET PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN PROGRAM KOMPETENSI JUDUL JAM. Perawatan&perbaikan KENDARAAN PMO

SMK MUHAMMADIYAH PAKEM JOBSHEET PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN PROGRAM KOMPETENSI JUDUL JAM. Perawatan&perbaikan KENDARAAN PMO A. TUJUAN Setelah melaksanakan praktikum, diharapkan siswa dapat: 1. Melepas dan memasang kembali pompa injeksi tipe in line. 2. Menjelaskan prinsip kerja pompa injeksi tipe in line 3. Menjelaskan fungsi

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR DASAR PESAWAT HIDROLIK

BAB 5 DASAR DASAR PESAWAT HIDROLIK BAB 5 DASAR DASAR PESAWAT HIDROLIK Kompetensi dasar : Menerapkan Dasar Hidrolik Indikator : 1. Mengidentifikasi komponen sistem hidrolik 2. Membaca diagram sistem hidrolik sesuai SOP A. Pengertian hidrolik.

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE Darwin R.B Syaka 1*, Ragil Sukarno 1, Mohammad Waritsu 1 1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) Kimia Industri (TIN 4206) PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II Size Reduction III Storage IV Reaktor V Crystallization VI Heat treatment

Lebih terperinci

4.2.2 Perencanaan Diameter Pipa Saluran Diameter pipa saluran dapat dicari persamaan kerugian tekanan :

4.2.2 Perencanaan Diameter Pipa Saluran Diameter pipa saluran dapat dicari persamaan kerugian tekanan : Sehingga: F =. D 2. P - 42175,6 = D 2 = D 2 = 995,64 D = D = 31,55 mm Dari perencanaan diatas didapat diameter minimal silinder pneumatik sebesar 31,55 mm. Maka untuk perencanaan ini dipilih silinder dengan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

BAB IV PERBAIKAN SISTEM REM MITSUBISHI L300

BAB IV PERBAIKAN SISTEM REM MITSUBISHI L300 BAB IV PERBAIKAN SISTEM REM MITSUBISHI L300 4.1. Pemeriksaan dan Uji Performa Komponen Setiap kendaraan yang akan dilakukan perbaikan tentunya memiliki beberapa masalah pada komponen yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota

KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota BAB III PEMBAHASAN 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota 3.1 Dasar Pengertian Governor Governor adalah suatu benda atau alat penggerak mekanik variable propeller pada pesawat untuk

Lebih terperinci

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) BAB VII 2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) Perbaikan bagian atas adalah yang meliputi bagian. atas dari motor Diesel, yaitu seluruh bagian pada kepala silinder (Cylinder head) atau seluruh

Lebih terperinci

a. Pressure Control Valve (Katup Pengontrol Tekanan) b. Directional Control Valve (Katup Control Arah) c. Flow control valve (katup pengontrol aliran)

a. Pressure Control Valve (Katup Pengontrol Tekanan) b. Directional Control Valve (Katup Control Arah) c. Flow control valve (katup pengontrol aliran) 2.1.14 Katup Sistem control pneumatik terdiri dari komponenkomponen sinyal dan bagian kerja. Komponen-komponen sinyal dan control mempergunakan rangkaian atau urut-urutan operasi dari bagian kerja, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

BAB I MOTOR PEMBAKARAN

BAB I MOTOR PEMBAKARAN BAB I MOTOR PEMBAKARAN I. Pendahuluan Motor pembakaran dan mesin uap, adalah termasuk dalam golongan pesawat pesawat panas, yang bertujuan untuk mengubah usaha panas menjadi usaha mekanis. Pada perubahan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN Portable MZ 07-25, WZ 10-25

BUKU PANDUAN Portable MZ 07-25, WZ 10-25 BUKU PANDUAN Portable MZ 07-5, WZ 10-5 AIR COMPRESSOR PT. SHARPRINDO DINAMIKA PRIMA AIR COMPRESSOR MANUFACTURER Layanan service : (01) 5903411 Website : www. shark.co.id Bersertifikasi ISO 9001 : 008 PERHATIAN...!

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING 7 PENDAHULUAN SISTEM PEMINDAH TENAGA (POWER TRAIN). Pemindah tenaga (Power Train) adalah sejumlah mekanisme

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB XI DIRECT MONOEVRING SYSTEM

BAB XI DIRECT MONOEVRING SYSTEM BAB XI DIRECT MONOEVRING SYSTEM 1. Pendahuluan Pada motor motor diesel 2 takt dengan slow speed engine, maka sistemolah gerak baling baling menggunakan sistem olah gerak langsung (direct monoevring system)

Lebih terperinci

2) Lepaskan baut pemasangan exhaust pipe (pipa knalpot) dan baut/mur pemasangan mufler (knalpot)

2) Lepaskan baut pemasangan exhaust pipe (pipa knalpot) dan baut/mur pemasangan mufler (knalpot) Jurusan : Pendidikan Teknik Otomotif Waktu : 2 x 50 Menit Teknologi Sepeda Motor Judul :Melepas, Memeriksa, & Memasang Piston Sepeda Motor Karisma A. Tujuan 1) Mahasiswa mampu melepas silinder dan torak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau peswat tenaga yang merupakan mesin kalor dengan menggunakan energi thermal dan potensial untuk melakukan kerja mekanik dengan

Lebih terperinci

MANUAL BOOK COMPRESSOR INSTALLATION, PREVENTIF MAINTENANCE AND TROUBLE-SHOOTING

MANUAL BOOK COMPRESSOR INSTALLATION, PREVENTIF MAINTENANCE AND TROUBLE-SHOOTING MANUAL BOOK COMPRESSOR INSTALLATION, PREVENTIF MAINTENANCE AND TROUBLE-SHOOTING A. INSTALLATION 1. Pemilihan Lokasi a. Lokasi Harus bersih dan kering dengan lantai yang kuat untuk menyangga beban kompresor

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM HIDROULIK PADA FORKLIFT

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM HIDROULIK PADA FORKLIFT 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM HIDROULIK PADA FORKLIFT Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

Sistim Pneumatik dan Hidrolik - Kuliah 1

Sistim Pneumatik dan Hidrolik - Kuliah 1 Sistim Pneumatik dan Hidrolik - Kuliah 1 Pengantar Kata pneumatik diturunkan dari kata bahasa Yunani Pnema yang berarti udara. Lebih jauh, pneumatik didefenisikan sebagai suatu ilmu mengenai sistim-sistim

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada Perancangan alat deteksi dengan sistem pneumatik ini menggunakan dasar perancangan dari buku dasar perancangan teknik mesin, teori ini digunakan sebagai

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN PERAWATAN SISTEM REM FULL AIR BRAKE

BAB IV PEMBAHASAN DAN PERAWATAN SISTEM REM FULL AIR BRAKE BAB IV PEMBAHASAN DAN PERAWATAN SISTEM REM FULL AIR BRAKE 4.1 DEFINISI PERAWATAN Perawatan adalah suatu konsepsi dari semua aktivitas yang diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas peralatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SIDE BUMPER ADAPTIF PADA TRUK MITSUBISHI COLT DIESEL 100 PS (4 RODA)

PERENCANAAN SIDE BUMPER ADAPTIF PADA TRUK MITSUBISHI COLT DIESEL 100 PS (4 RODA) PERENCANAAN SIDE BUMPER ADAPTIF PADA TRUK MITSUBISHI COLT DIESEL 100 PS (4 RODA) Vinsensius Litmantoro 1), Joni Dewanto 2) Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen Petra 1,2) Jl. Siwalankerto 121-131,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM REM BELAKANG PADA KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN A. Perbaikan Rem Yang Tidak Bekerja Maksimal

BAB III ANALISIS SISTEM REM BELAKANG PADA KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN A. Perbaikan Rem Yang Tidak Bekerja Maksimal 34 BAB III ANALISIS SISTEM REM BELAKANG PADA KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 A. Perbaikan Rem Yang Tidak Bekerja Maksimal Sebelum melakukan perbaikan diharuskan melakukan pemeriksaan terhadap komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM

TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM PENDAHULUAN Gambar 3.1 Jumlah bahan bakar yang terbakar pada sebuah engine berhubungan langsung dengan jumlah horsepower dan torque yang dihasilkan. Secara umum,

Lebih terperinci

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION MK. Transportasi Elektrik Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION Motor DC adalah andalan penggerak traksi listrik pada motor listrik dan motor

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA Suprihadi Agus Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Motor Bakar Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses pembakaran. Ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini mesin kalor dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH PROSES KERJA SISTEM HYDRAULIC PADA FORKLIFT TIPE DIESEL 115 PS DI PT. TRAKTOR NUSANTARA Nama : Rachmad Hidayat NPM : 29411104 Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Start Alat berat masuk ke Workshop Pengecekan sistem hidrolik secara keseluruhan komponen Maintenance Service kerusakan Ganti oli Ganti filter oli Ganti hose hidrolik

Lebih terperinci

ELEMEN MESIN II REM Disusun oleh : Swardi L. Sibarani PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 2015

ELEMEN MESIN II REM Disusun oleh : Swardi L. Sibarani PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 2015 ELEMEN MESIN II REM Disusun oleh : Swardi L. Sibarani 13320001 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 2015 Defenisi Rem REM merupakan salah satu elemen paling dalam kendaraan

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC 3.1 Pengertian Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang sangat berpengaruh dalam jalannya suatu mesin.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Scope Pemeliharaan P1 P8 Scope Pemeliharaan P1 & P2 (Pemeliharaan Harian) PLTD Titi Kuning meliputi: 1. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan

Lebih terperinci

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. ABSIC ENGINE Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. Pada pertengahan era 30-an, Volvo menggunakan engine yang serupa dengan engine Diesel. Yaitu engine

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTIK PERBAIKAN PRESSURE REGULATOR PADA KRD WIJAYA KUSUMA DI PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO)

LAPORAN KERJA PRAKTIK PERBAIKAN PRESSURE REGULATOR PADA KRD WIJAYA KUSUMA DI PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO) LAPORAN KERJA PRAKTIK PERBAIKAN PRESSURE REGULATOR PADA KRD WIJAYA KUSUMA DI PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO) ADE RAHMATTULLAH 41313010059 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCUBUANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik Pada Forklift Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB III TINJAUN PUSTAKA

BAB III TINJAUN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUN PUSTAKA 3.1 Perawatan (Maintenance) Perawatan atau maintenance adalah aktivitas agar suatu komponen atau sistem yang rusak dikembalikan atau diperbaiki dalam suatu kondisi tertentu pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Heavy Dump Truck (HD) merupakan produk Komatsu yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda dan salah satunya adalah Heavy Dump Truck Komatsu 465-7R, yang mempunyai arti:

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PENGEREMAN UDARA PADA RANGKAIAN KERETA PENUMPANG

ANALISA SISTEM PENGEREMAN UDARA PADA RANGKAIAN KERETA PENUMPANG TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM PENGEREMAN UDARA PADA RANGKAIAN KERETA PENUMPANG Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci