PROFIL PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010"

Transkripsi

1 PROFIL PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010 BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN MASYARAKAT PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2 informasi kepada pihak terkait maupun para pengambil keputusan. Kritik dan saran untuk perbaikan buku ini dimasa datang sangat kami harapkan. KATA PENGANTAR Wassalamu alaikum Wr.Wb. Assalamu alaikum Wr.Wb. Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan dan penulisan Profil Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi DIY Tahun 2010 dapat disajikan sebagai sarana inventarisasi terhadap upaya yang telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat maupun organisasi lain dalam Forum Penanganan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak (PK2PA). Hasil dari inventarisasi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak terkait dalam menyusun rencana pencegahan maupun penanganan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak. Yogyakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Provinsi DIY Dra. Siti Munawaroh, Apt, M. Kes NIP Terwujudnya Profil Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi DIY ini berkat kerjasama Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Provinsi DIY dengan Institusi Pemerintah dan Lembaga Sosial Masyarakat di Kabupaten/Kota yang tergabung dalam Forum PK2PA. Untuk itu kami sampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya profil ini. Diharapkan buku Profil Perlindungan Perempuan dan Anak ini dapat bermanfaat sebagai referensi dan sekaligus i ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI. iii DAFTAR TABEL. v DAFTAR GAMBAR... x BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Maksud dan Tujuan Ruang lingkup Kerangka Pemikiran. 12 BAB II. KONDISI WILAYAH PROVINSI DIY 2.1. Geografis Kependudukan Laju Pertumbuhan Penduduk Persebaran dan Kepadatan Struktur Penduduk.. 25 BAB III. KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI PROV. DIY 3.1. Kondisi Umum Indeks Pembangunan Gender Indeks Pemberdayaan Gender Kondisi Pendidikan Anak Kondisi Kesehatan 54 BAB IV. PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI PROVINSI DIY Penanganan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di Provinsi DIY Jumlah Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Jenis Kekerasan Wilayah Terjadinya Kasus Status Korban Usia, Pendidikan, dan Pekerjaan Wilayah Kejadian Penanganan Kekerasan Terhadap Anak Kekerasan terhadap anak berdasarkan Jenis Kelamin dan pendidikan Anak Berhadapan dengan Hukum Pelaku Tindak Kekerasan Pelaku Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Pelaku Berdasarkan Pendidikan Pelaku berdasarkan Status Perkawinan dan hubungan dengan korban Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Pembentukan Forum Penanganan Korban Kekerasan Perempuan dan anak (FPK2PA) Provinsi DIY Sosialisasi untuk Mencegah Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Produk Hukum dalam rangka Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan dan anak Upaya Pemberdayaan Perempuan Korban KDRT. 104 BAB V. PENUTUP 106 DAFTAR PUSTAKA. 108 iii iv

4 DAFTAR TABEL Tabel.1.1 Proyeksi penganggur tahun Provinsi DIY 6 Tabel.1.2 Jumlah Penganggur menurut kategori jenis kelamin di Provinsi.DIY 8 Tabel.1.3 Sebaran penduduk miskin di Provinsi DIY Tahun Tabel.2.1 Jumlah Penduduk menurut struktur umur dan jenis kelamin (1000), Tahun 2005 sd Tabel.2.2 Persebaran penduduk menurut kabupaten/kota tahun 2005 sampai Tabel.2.3 Kepadatan Penduduk untuk kabupaten kota di Provinsi DIY 24 Tabel.2.4 Jumlah penduduk pada tahun 2008 sesuai Jenis Kelamin 26 Tabel.3.1 Pencari kerja menurut Jenis Kelamin di Prov. DIY 27 Tabel.3.2 Pegawai Negeri Sipil di DIY menurut tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin 28 Tabel.3.3 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi DIY 31 Tabel.3.4 Indeks Pembangunan Gender untuk Provinsi DIY, Tabel.3.5 Angka Harapan Hidup Prov.DIY Tabel 3.6 Angka Melek Huruf Prov. DIY Tabel 3.7 Rata-rata lama sekolah penduduk di Provinsi DIY Tabel.3.8 Upah pekerja Perempuan non pertanian Prov.DIY Tahun Tabel.3.9 Perempuan dalam parlemen di Prov.DIY.. 39 Tabel.3.10 Prosentase Perempuan Sebagai Pekerja Profesional Provinsi DIY ( ) Tabel.3.11 Perempuan dalam angkatan kerja di Prov.DIY Tabel.3.12 Upah Pekerja Perempuan non-pertanian Tahun Tabel.3.13 Jumlah penduduk usia sekolah di Provinsi DIY Tahun Tabel.3.14 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia SD, SMP dan SMA Tabel.3.15 Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan Tabel.3.16 APK menurut Jenis Kelamin di Provinsi DIY Tabel.3.17 Angka Partisipasi Murni menurut jenjang pendidikan Tabel.3.18 APM Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi DIY Tabel.3.19 Angka Putus Sekolah menurut jenjang pendidikan Tahun Tabel.3.20 Jumlah kematian Bayi dan Balita di Provinsi DIY Tabel.3.21 Imunisasi Campak pada bayi di Provinsi DIY Tabel.3.22 Jumlah Kematian ibu di provinsi DIY 58 Tabel 4.1 Tindak Kekerasan terhadap perempuan dan anak yang ditangani FPK2PA Provinsi DIY.. 66 v vi

5 Tabel 4.2 Jumlah Korban Yang Telah Ditangani Oleh Forum PK2PA Provinsi DIY Tahun 2009 Berdasarkan Jenis Kekerasan 69 Tabel. 4.3 Jenis Kasus Kekerasan Yang ditangani dii P2TPA RDU Tabel 4.4 Jumlah Korban yang telah Ditangani oleh Forum PK2PA Prov. DIY Januari sd Desember 2009 Berdasarkan Locus/Tempat Terjadinya Kekerasan Tabel 4.5 Jumlah Korban Kekerasan yang telah Ditangani oleh Forum PK2PA Provinsi DIY Tahun 2009 berdasarkan Status Perkawinan.. 73 Tabel 4.6 Jumlah Korban Kekerasan Kategori Dewasa yang telah Ditangani oleh Forum PK2PA Provinsi DIY Tahun 2009 berdasarkan Status Perkawinan Tabel.4.7 Pelaku KDRT Tahun 2009 Berdasarkan Hubungan Dengan Korban Tabel.4.8 Jumlah Korban kekerasan yang ditangani oleh FPK2PA Prov. DIY Tahun 2009 Berdasarkan Usia Tabel.4.9 Korban kekerasan terhadap perempuan dan anak berdasarkan pendidikan Tabel 4.10 Korban Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Provinsi DIY berdasar pekerjaan Tabel.4.11 Jumlah Korban yang telah Ditangani Forum PK2PA Provinsi DIY Tahun 2009 berdasarkan Kabupaten Asal Korban Tabel 4.12 Jumlah Korban yang telah Ditangani Oleh Forum PK2PA Provinsi DIY Tahun 2009 Berdasarkan Kecamatan Asal Korban Tabel.4.13 Jumlah Korban kekerasan yang ditangani oleh FPK2PA Prov. DIY Tahun 2009 Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tabel.4.14 Jumlah KTA yang ditangani RDU ( ). 84 Tabel.4.15 Jumlah Kasus kerasan terhadap anak Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tabel.4.16 Korban Kekerasan pada anak berdasarkan jenis kekerasan di Prov.DIY Tabel.4.17 Tindak Pidana yang dilakukan Anak Tabel.4.18 Pelaku Kekerasan yang Ditangani Forum PK2PA Prov. DIY Tahun 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel.4.19 Pelaku Kekerasan yang Ditangani Oleh Forum PK2PA Prov. DIY Tahun 2009 Berdasarkan Usia Tabel.4.20 Pelaku Kekerasan yang Ditangani Oleh Forum PK2PA Prov. DIY Tahun 2009 Berdasarkan Pendidikan Tabel.4.21 Pelaku Kekerasan Yang Telah Ditangani Oleh Forum PK2PA Prov. DIY Tahun 2009 Berdasarkan Status Perkawinan Tabel.4.22 Jumlah Pelaku Kekerasan Yang Telah Ditangani Oleh Forum PK2PA Prov. DIY Tahun 2009 Berdasarkan Hubungan Keluarga 92 vii viii

6 Tabel.4.23 Lembaga yang Memberikan LayananPenanganan Kekerasan Pada Perempuan Dan Anak Di Provinsi DIY serta Peran Masing-Masing Lembaga Tabel.4.24 Jenis Layanan yang diberikan Kepada Korban Kekerasan Oleh Forum PK2PA Prov. DIY Tahun DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Prosentase kasus yang ditangani P2TPA RDU selama tahun Gambar 1.2 Penganggur menurut kategori jenis kelamin di Provinsi.DIY... 8 Gambar.1.3 Kerangka berpikir penyusunan profil Perlindungan perempuan dan anak Gambar.2.1 Batas wilayah Provinsi DIY Gambar.2.2 Luas Wilayah Kabupaten/kota di DIY Gambar.2.3 Sebaran Jenis Tanah di Prov.DIY Gambar.2.4 Bandingan struktur penduduk menurut usia antara Nasional dengan Provinsi DIY tahun Gambar.2.5 Jumlah Penduduk di Provinsi DIY Gambar.2.6 Distribusi Penduduk ( ) Provinsi DIY Gambar.2.7 Kepadatan di Provinsi DIY tahun Gambar 3.1 Perempuan dalam parlemen di Prov.DIY Gambar 3.2 Persentase Perempuan sebagai Profesional ( ) Gambar.3.3 Angka Putus sekolah untuk SD,SMP dan SMU di Provinsi DIY Gambar.4.1 Grafik Jumlah Kasus Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak yang ditangani P2TPA RDU di Provinsi DIY Gambar. 4.2 Tindakan kekerasan KDRT sesuai Jenis Kelamin di prov.diy Tahun ix x

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memegang komitmennya sejak lama untuk mengusahakan dan memberikan perlindungan hak asasi manusia kepada setiap warga negaranya. Komitmen ini jelas diwujudkan dengan partisipasi aktif Indonesia dalam penyusunan berbagai konvensi internasional dan keikutsertaan Indonesia dalam persetujuan-persetujuan Internasional dalam rangka memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia khususnya terhadap hak-hak perempuan dan anak. Konvensi Internasional yang telah disetujui oleh Indonesia tersebut antara lain konvensi pemberantasan perdagangan manusia dan eksploitasi prostitusi (1949), konvensi 100 ILO tentang persamaan pendapatan (1951), konvensi tentang hak politik perempuan (1952), konvensi tentang hak kewarganegaraan perempuan yang menikah (1957), deklarasi perlindungan perempuan dan anak dalam situasi darurat dan konflik bersenjata (1974), Beijing platform untuk melihat isu perkembangan perempuan dalam berbagai bidang (1995), dan konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk deskriminasi terhadap perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women/CEDAW) yang telah diratifikasi menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun Dalam tataran target pembangunan, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang menyepakati delapan point tujuan untuk dicapai bersama yang dikenal dengan Millenium Development Goals (MDGs) yang meliputi: 1. penghapusan kemiskinan 2. pencapaian wajib belajar pendidikan dasar 3. peningkatan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan 4. mengurangi tingkat kematian anak 5. peningkatan kesehatan ibu 6. penanganan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya 7. memastikan kelestarian lingkungan 8. pengembangan kemitraan untuk pembangunan berkelanjutan Jika dicermati tujuan yang terangkum dalam MDGs terbagi menjadi tiga bidang, yaitu bidang ekonomi, bidang pendidikan dan bidang kesehatan. Pada bidang ekonomi antara lain meliputi pengentasan kemiskinan, dan pengembangan kemitraan, penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu target utama dari MDGs mempunyai sasaran yang harus dijalankan semua negara yang telah meratifikasinya, yaitu menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah satu dollar per hari, dan menurunkan penduduk yang menderita kelaparan. Bidang kedua, berkaitan dengan pendidikan dan keadilan gender, dimana terangkum dalam solusi untuk permasalahan pendidikan target yang ingin dicapai adalah menghilangkan ketimpangan gender pada tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan semua tingkat pada tahun Pada Bidang ketiga, merupakan sisi kesehatan meliputi penurunan angka kematian bayi, peningkatan kesehatan ibu, 1 2

8 dan penanganan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya. Berhubungan dengan perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan, hingga sekarang Perempuan dan anak merupakan pihak yang rentan untuk mengalami kekerasan. Data BPS tahun 2006 pada survei kekerasan bekerjasama dengan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat, angka kekerasan terhadap perempuan secara nasional mencapai 2,27 juta perempuan (3,07 persen). Berarti dari setiap perempuan Indonesia, sekitar 307 perempuan mengalami tindak kekerasan. Sementara untuk anak, angkanya tidak jauh berbeda yaitu 3,02 persen atau secara angka nasional 2,29 juta anak. Ini berarti, setiap anak Indonesia sekitar 302 anak pernah mengalami tindak kekerasan. Komisi Nasional Perempuan (Komnas) melaporkan bahwa kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), secara nasional mengalami peningkatan nyata dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 kasus KDRT yang tercatat berjumlah kasus. Angka ini terus meningkat pada tahun 2005 jumlah kasus KDRT mencapai kasus, pada tahun 2006 naik menjadi kasus. Jumlah kasus tersebut dihitung secara nasional dan ditangani oleh 258 lembaga di 32 Provinsi di Indonesia. Kasus kekerasan terbanyak adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga sebanyak kasus setara dengan 74%, disusul dengan kekerasan di ranah komunitas sebanyak kasus setara dengan 23%, dan 43 kasus ditemukan terjadi di ranah negara. Catatan tahunan 2010 ini merupakan kompilasi catatan kekerasan terhadap perempuan yang terjadi dalam tahun 2009 (periode Januari sampai dengan Desember). Seperti biasanya, catatan tahunan ini merupakan kompilasi data dari lembaga mitra pengada layanan, berjumlah 269 lembaga yang memberikan responnya. Jumlah Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP) yang tercatat ditangani lembaga pengada layanan meningkat setiap tahun (tahun ). Tahun 2009 peningkatan jumlah KTP mencapai kasus atau naik 263% dari jumlah KTP tahun lalu (54.425). (Komnas Perempuan, 2009). Jumlah kasus yang ditangani di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) Rekso Dyah Utami (RDU) secara total meningkat dari tahun ke tahun. Dimulai tahun 2004 terdapat 14 kasus yang ditangani, tahun 2005 meningkat menjadi 109 kasus, tahun 2006 sebanyak 113 kasus, tahun 2007 sebanyak 118 kasus, tahun 2008 sebanyak 120 kasus, dan menurun pada tahun 113 kasus pada tahun dari 135 kasus yang ditangani pada tahun 2009, terbesar adalah kasus kekerasan terhadap isteri/kdrt (65,48%), dan 45 kasus (36,28%) merupakan kasus kekerasan terhadap anak. Sebaran kekerasan yang ditunjukkan oleh data jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tersebut merupakan sebagian kecil dari sekian kasus yang belum tertangani, fenomena tersebut terkait dengan budaya yang dipegang teguh oleh sebagian masyarakat, dimana kekerasan di rumah tangga dianggap sebagai kekurangan yang tidak perlu di expose, karena dianggap sebagai aib baik bagi diri korban maupun keluarga. 3 4

9 2% 4% 4% 1% KTI/KDRT KTA PERKOSAAN 33% 56% KTD PELECEHAN KDP Gambar.1.1. Prosentase kasus yang ditangani P2TPA RDU selama Tahun 2009 Berdasarkan data kasus yang ditangani oleh P2TPA Rekso Dyah Utami tampak bahwa penyebaran kasus tidak terjadi secara merata di semua wilayah di Provinsi DIY, artinya dimungkinkan terdapat kantong-kantong wilayah yang memiliki potensi kekerasan terhadap perempuan dan anak yang tinggi disatu sisi lainnya terdapat wilayah yang potensi kekerasan terhadap perempuan dan anak rendah. Data kasus yang ditangani oleh P2TPA RDU merupakan gambaran kecil yang belum mampu mewakili keberadaan kasus kekerasan dalam masyarakat sosial, walaupun demikian keberadaan data tersebut akan menjadi informasi penting dalam menyusun regulasi penanganan kekerasan dalam rumah tangga, dan elemen kekerasan lainnya. Dalam rangka meyusun strategi perlindungan perempuan dan anak, yang valid dan rasional, dibutuhkan adanya profil yang secara nyata mendeskripsi kondisi situasional tindak kekerasan pada perempuan dan anak, beserta upaya pencegahan dan penanganan yang sudah dilaksanakan oleh pendamping dari Forum PK2PA. Penyusunan profil dalam jangka pendek menjadi sangat penting untuk disusun dan dikembangkan, sebagai basis data dan menjadi masukan dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak Permasalahan Pertumbuhan penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan angka yang cukup pesat. Pada tahun 2009 pertumbuhan penduduk DIY sebesar 0,96. Hal ini membawa dampak yang cukup beragam, mulai dari peluang kerja dan kesempatan kerja, dan perumahan/permukiman. Kesempatan kerja serta peluang kerja yang semakin sempit sehingga berakibat meningkatnya pengangguran di masyarakat. Tabel Proyeksi penganggur tahun Provinsi DIY Kelompok Umur

10 Kelompok Umur Jumlah Sumber : Disnakertrans Prov, DIY, 2009 Proyeksi penganggur berdasarkan kelompok umur tertinggi didominasi oleh umur produktif diatas 34 tahun, diikuti oleh kelompok usia tahun sebanyak jiwa (28,122%), terendah pada kelompok usia tahun setara dengan lulusan SMA/SMK sebanyak jiwa (17,882%). Jika ditinjau dari kelompok pendidikan, penganggur tertinggi pada tingkat SLTA (42%) sebagai tingkat produktif dalam angkatan kerja, dan diikuti kelompok pendidikan kelulusan dari Perguruan Tinggi (11%), kelemahan pemerintah dalam mempersiapkan kesempatan kerja kepada masyarakat, menjadi triger semakin parahnya tingkat pengangguran di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Apabila dilihat dari data pilah menurut kategori jenis kelamin untuk Provinsi DIY sebagaimana disajikan pada tabel Dari tabel menunjukkan jumlah penganggur secara keseluruhan sebesar orang, dimana jumlah laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan sebesar 52,256 persen, dan perempuan sebesar 47,743 persen, kondisi ini menunjukkan secara riil bahwa pencari kerja laki-laki hampir disamai jumlahnya oleh perempuan, hal ini menunjukkan perempuan sudah terbuka untuk mencoba mandiri untuk mencari peluang kerja, setara dengan laki-laki. Dilihat dari persebaran parsial penganggur terbesar terdapat di Kabupaten Sleman (30,778%), kota Yogyakarta (23,554%), dan terendah terdapat di Kabupaten Kulonprogo (8,341%). Tabel.1.2. Jumlah Penganggur menurut kategori jenis kelamin di Provinsi.DIY Kabupaten/Kota L P Jumlah Kota Yogyakarta Bantul Kulon Progo Gunungkidul Sleman Jumlah Sumber ; Disnakertrans Prov.DIY, 2009 KOTA YOGYAKAR SLEMAN BANTUL KULONPRO GO GUNUNGKI DUL laki-laki perempuan Gambar 1.2. Penganggur menurut kategori jenis kelamin di Provinsi.DIY Disisi lain masalah kemiskinan yang terjadi di tingkat masyarakat saat ini cukup signfikan sebagai salah satu faktor 7 8

11 munculnya KDRT maupun KTA. Data empirik besarnya kemiskinan di Provinsi DIY sampai tahun 2010 (PSE 05 dan PPLS 08), disajikan pada tabel.1.3. Tabel.1.3. Sebaran penduduk miskin di Provinsi DIY Tahun KAB/KOTA Kota Yogyakarta Bantul Kulon Progo Gunungkidul Sleman Jumlah Sumber : BPS, 2007 dan BPS, 2009 Kekerasan dalam rumah tangga maupun kekerasan terhadap anak, merupakan akibat dari berbagai faktor, faktor lapangan, dari sekian faktor: sosial. budaya, dan ekonomi, menunjukkan faktor ekonomi sangat dominan, terjadi hampir pada masyarakat miskin yang tercatat pada data tahun 2010 sebesar RTS. Dilihat dari data empirik sebagian besar Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang tercatat di Provinsi DIY di dominasi oleh KK laki-laki diatas 85% sedangkan untuk KK perempuan paling tinggi 15%, untuk KK perempuan merupakan orang tua perempuan dengan usia diatas 40 tahun. Dengan demikian permasalahan menjadi lebih mengerucut, penyebab terjadinya kekerasan dalam kehidupan rumah tangga termasuk didalamnya kekerasan terhadap anak, merupakan muara dari faktor ekonomi, sosial, maupun faktor psikis. Pengenalan relasi antara faktor pendukung kesejahteraan masyarakat pada umumnya, secara umum menunjukkan masih besarnya bias kesempatan dan peluang antara laki-laki dan perempuan. Kondisi seperti ini menjadi salah satu pemicu terjadinya ketidakseimbangan relasi antara subyek laki-laki dan perempuan. Pendekatan komprehensif dan holistik untuk mengantisipasi terjadinya tindak kekerasan menjadi satu pemikiran untuk mempersiapkan satu basis data yang valid dan terpercaya dalam upaya tindak pencegahan dan penanganan pada korban kekerasan yang terjadi di Provinsi DIY. Dengan demikian permasalahan dirumuskan : 1. Sejauhmanakah karakteristik dari upaya pencegahan dan penanganan kasus berkaitan dengan perlindungan perempuan dan anak 2. Sejauhmanakah strategi upaya pencegahan dan penanganan kasus berkaitan dengan perlindungan perempuan dan anak 1.3. Maksud dan Tujuan Kegiatan ini dimaksudkan untuk sarana inventarisasi upaya yang telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) Provinsi DIY, maupun organisasi lain yang tergabung pada Forum Penanganan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak (PK2PA) sebagai upaya perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan. Hasil inventarisasi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak terkait dalam menyusun rencana 9 10

12 pencegahan maupun penanganan perempuan dan anak berhadapan dengan kekerasan. Tujuan : 1. Menyusun suatu profil sebagai acuan tentang upaya perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan baik dalam pencegahan maupun penanganannya. 2. Mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan pihak lembaga, khususnya pemerintah Provinsi DIY, melalui Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat, dan lembaga lain yang tergabung dalam forum PK2PA di wilayah Provinsi DIY: meliputi produk hukum yang dihasilkan, upaya sosialisasi, serta upaya pencegahan dan penanganan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak Kerangka Pemikiran Data kependudukan dengan elemen data terpilah mengenai indikator perempuan dan anak disusun sebagai data, yang dimanfaatkan sebagai basis data yang komprehensif dalam upaya perencanaan, implementasi, dan evaluasi merupakan profil upaya pencegahan serta penanganan mengenai perlindungan perempuan dan anak untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dukungan data primer dan data sekunder dari lembaga/institusi yang tergabung dalam Forum PK2PA provinsi DIY, dibutuhkan dalam kelengkapan profil perlindungan perempuan dan anak. Mengacu pada konsepsi berpikir, disusun diagram alir penyusunan acuan basis data perlindungan bagi perempuan dan anak Ruang lingkup Profil ini berusaha menyajikan keadaan umum perlindungan perempuan dan anak yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya dari berbagai macam tindakan kekerasan. Bahasan dalam Profil ini meliputi gambaran geografis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kaitannya dengan demografi, geografi, ekonomi, sosial termasuk didalamnya pendidikan, dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) maupun Indeks Pembangunan Gender (IPG) yang mempunyai sumbangan terhadap munculnya berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. Keadaan umum tersebut mencerminkan indikator internal maupun eksternal dari masalah perlindungan perempuan dan anak

13 Dukungan Forum PK2PA Data terpilah Penanganan Korban 2.1. Geografis BAB II KONDISI WILAYAH PROVINSI DIY Provinsi DIY merupakan salah satu provinsi dari 33 Data Teks untuk perempuan dan anak Data BPS atau data penunjang lainnya Data Pendukung indikator Pembangunan Gender Penyusunan profil perlindungan perempuan dan anak provinsi di Indonesia. Provinsi DIY terletak di Pulau Jawa bagian tengah. Batas wilayah Provinsi DIY sebelah selatan adalah Samudera Indonesia, bagian timur laut, tenggara, barat, dan barat laut berbatasan dengan Jawa Tengah yaitu: bagian timur laut Kabupaten Klaten, sebelah tenggara Kabupaten Wonogiri, sebelah barat Kabupaten Purworejo, dan di sebelah barat laut Kabupaten Magelang. Gambaran wilayah Provinsi DIY dapat digambarkan sebagaimana disajikan pada gambar 2.1. Gambar.1.3. Kerangka berpikir penyusunan profil perlindungan perempuan dan anak Gambar.2.1. Batas wilayah Provinsi DIY 13 14

14 Provinsi DIY terdiri atas empat kabupaten dan satu kota dengan 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan yaitu : 1. Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kecamatan dan 88 kelurahan/desa; 2. Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kecamatan dan 75 kelurahan/desa; 3. Kabupaten Gunungkidul terdiri atas 18 kecamatan dan 144 kelurahan/desa; 4. Kabupaten Sleman terdiri atas 17 kecamatan dan 86 kelurahan/desa; 5. Kota Yogyakarta terdiri atas 14 kecamatan dan 45 kelurahan/desa. Secara Astronomis Wilayah DIY terletak pada LS dan Bujur Timur. Luas wilayah wilayah Provinsi DIY seluas km 2, adapun Luas masing wilayah kabupaten/kota adalah sebagai berikut : 1. Kabupaten Kulon Progo dengan luas 586,27 km 2, setara 18.4 persen; 2. Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 km 2, setara persen; 3. Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1485,36 km 2, setara 46,63 persen; 4. Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km 2, setara 18,04 persen; 5. Kota Yogyakarta dengan luas 32,5 km 2, setara 1,02 persen Kulonprogo Bantul Gunungkidul sleman Yogyakarta Gambar.2.2. Luas Wilayah Kabupaten/kota di DIY Gambaran umum Topografi wilayah Provinsi DIY, terletak pada ketinggian antara m dari permukaan laut, tercatat sebesar persen ketinggian kurang dari 100 meter sebesar 28,84 persen, ketinggian antara m sebesar 5.04 persen dan ketinggian diatas 1000 m sebesar 0.47 persen. Provinsi DIY secara umum memiliki iklim tropis dengan curah hujan berkisar antara mm perhari yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan. Menurut data Badan Pertanahan Nasional (Bapeda Prov DIY, 2008) Dengan Jenis tanah secara umum sebagai berikut : 1. Jenis tanah Litosol seluas 33,05 persen 2. Jenis tanah Regosol seluas 27,09 persen 3. Jenis tanah Latosol seluas 12,38 persen 4. Jenis tanah Grumosol seluas 10,97 persen 15 16

15 5. Jenis tanah mediterania seluas 10,84 persen 6. Jenis tanah Aluvial seluas 3,19 persen 7. Jenis tanah Renzina seluas 2,47 persen luas (persen) 11% 3% 2% 34% 11% 12% 27% Litosol Regosol Latosol Grumusol Mediteran Aluvial Renzina Gambar.2.3. Sebaran Jenis Tanah di Prov.DIY 2.2. Kependudukan Secara harfiah, data kependudukan terdiri atas kelahiran, kematian, migrasi, pertumbuhan, struktur dan distribusi penduduk di suatu wilayah pada suatu periode tertentu. Komponen kependudukan ini pada gilirannya akan berpengaruh terhadap pembangunan daerah secara keseluruhan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk merupakan suatu ukuran yang menggambarkan banyaknya penduduk yang menempati suatu wilayah dan sering diistilahkan dengan "size". cepat atau lambatnya suatu size bertambah ditentukan oleh besarnya laju pertumbuhan penduduk dari suatu wilayah. Laju pertumbuhan penduduk itu merupakan suatu resultante dari pertambahan alamiah dan migrasi neto. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka laju pertumbuhan penduduk tentunya harus dikendalikan dengan cara mempengaruhi variabel-variabel yang menentukan laju pertambahan penduduk. Hal ini sangat penting, dimana semakin cepat laju pertumbuhan penduduk, maka semakin cepat pula penduduk tersebut menjadi dua kali lipat (doubling time). Jumlah penduduk di Provinsi DIY dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Pada tahun 1971 tercatat 2,5 juta jiwa, dan pada tahun 1980 dan 1990 masing-masing meningkat menjadi 2,8 juta dan 2,9 juta jiwa dan pada tahun 2000 mencapai 3,1 juta jiwa. Dengan laju dari tahun 1971 ke tahun 1980 laju pertumbuhan sebesar 1,10 persen pertahun dari tahun 1980 ke tahun 1990 selama 10 tahun laju pertumbuhan sebesar 0,58 per tahun dan dari 1990 ke tahun 2000 laju pertumbuhan sebesar sebesar 0,72 pertahun. Sedangkan dari tahun 2000 menuju tahun 2007 akhir laju pertumbuhan per kabupaten disajikan pada tabel.2.1. Tabel.2.1. Jumlah Penduduk menurut struktur umur dan jenis kelamin (1000) Tahun 2005 sd 2012 Kelom pok L P L P L P L P umur ,0 99,5 106,6 100,3 108,2 100,9 108,9 103, ,6 95,8 101,3 97,2 102,6 97,9 105,2 98, ,6 117,9 119,5 115,2 116, ,7 108,

16 Kelom pok umur L P L P L P L P ,7 133,7 140,9 133,1 141,1 130,9 136,6 128, ,5 171,1 186,1 165,1 179,4 159,9 173,7 155, ,7 167,9 193,1 169,0 197,0 171,0 199,9 173, ,5 1137,6 151,7 144,0 161,8 150,9 173,2 157, ,3 130,3 125,4 131,0 126,4 131,9 128,5 132, ,0 124,1 118,4 125,9 119,1 128,0 120,9 129, ,4 107,7 107,1 111,8 109,9 115,0 112,2 118, ,4 86,8 89,0 90,8 92,7 95,0 95,6 98, ,0 71,3 68,7 73,9 71,4 76,1 75,5 79, ,3 64,4 56,5 63,9 56,3 65,0 57,1 64, ,1 60,1 50,6 59,7 50,2 59,0 48,9 58, ,8 49,0 40,5 49,8 40,9 51,1 40,5 51, ,4 64,6 48,2 65,9 49,2 68,1 50,4 70,4 Jumlah.684,3.681,2.703,6.696,6.722,8.711,7.740,8.727,7 Kelomp ok umur L P L P L P L P ,6 103,9 111,3 103,9 112,5 105,3 113,0 106, ,5 99,7 108,1 100,1 108,4 101,4 110,0 101, ,7 105,0 106,6 100,9 107,0 100,4 106,6 99, ,2 125,3 124,9 122,1 124,7 120,0 123,6 117, ,7 151,4 160,9 148,1 157,4 143,8 154,1 140, ,1 174,6 208,1 176,5 199,1 171,1 190,5 165, ,2 162,3 192,0 167,2 197,3 171,4 202,1 173, ,4 134,8 138,5 138,1 147,6 143,1 158,1 148,9 Kelomp ok umur L P L P L P L P ,9 130,2 123,8 131,1 124,8 131,9 126,0 132, ,2 121,6 115,9 123,6 117,8 125,5 118,8 127, ,5 103,4 101,3 107,5 103,1 111,6 107,5 114, ,5 82,4 82,6 86,4 86,4 89,9 89,1 93, ,8 65,5 61,2 67,9 63,9 70,3 68,1 72, ,6 57,8 47,8 57,4 49,2 57,7 49,9 59, ,2 51,6 41,0 51,3 42,3 51,2 40,9 52, ,8 72,5 53,7 74,8 53,3 77,2 54,5 78,9 Jumlah 1.759, , , , , , , ,0 Sumber : BPS Provinsi DIY,2009 Pertumbuhan penduduk pada tahun 2007 sebesar 0,99 persen relatif lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2006 sebesar 1,011 persen, pertumbuhan 2008 sebesar 0,962 persen, lebih rendah dari tahun sebelumnya. Untuk Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta, memiliki laju pertumbuhan di atas angka provinsi yaitu 1,43 persen, 1,31 persen, dan 1,29 persen. Dengan luas wilayah 3.185,80 km 2 kepadatan penduduk di Provinsi DIY tercatat 1089 jiwa/ km 2. Kepadatan tertinggi di Kota Yogyakarta sebesar jiwa/ km 2, dan terendah di Kabupaten Gunungkidul sebesar 462 jiwa/ km 2, dilihat dari komposisi kelompok umur penduduk DIY didominasi kelompok umur dewasa yaitu umur tahun sebesar 10,75 persen, kelompok umur 0-24 tahun tercatat sebesar 35,51 persen, kelompok umur tahun 51,

17 persen, dan lanjut usia umur 60 tahun ke atas sebesar 12,74 persen (BPS Prov DIY, 2009). Bagaimana kondisi penduduk pada tahun 2010 untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, jika dilihat dari konteks nasional, yang digambarkan seperti piramida sebagai berikut : dan selanjutnya bergerak pada usia di atas 70 tahun jumlah perempuan relatif lebih besar dibandingkan laki-laki, hal ini memberikan indikasi bahwasanya harapan hidup perempuan relatif lebih tinggi dibandingkan laki-laki untuk Provinsi DIY. Laki-laki Perempuan Persen Persen DI Yogyakarta Nasional Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk di Prov. DIY yogyakarta sleman bantul kl.progo gn.kidul Kabupaten/kota Gambar.2.4. Bandingan struktur penduduk menurut usia antara Nasional dengan Provinsi DIY tahun 2010 (proyeksi BPS, 2002) Gambaran ini menunjukkan bahwasanya perempuan dan laki-laki dipilahkan dalam garis pemisah yang ditandai dengan pembagian persen di bagian bawah. Secara nasional pada usia paling rendah 0-4 tahun sampai diatas 70 tahun cenderung lebih besar laki-laki dibandingkan dengan perempuan, sehingga bentuknya mengerucut di bagian atas, selanjutnya untuk Provinsi DIY pada usia 0-4 tahun sampai tahun menggelembung yang artinya keseimbangan antara laki-laki dan perempuan memiliki jumlah yang sama, Gambar.2.5. Jumlah Penduduk di Provinsi DIY Persebaran dan Kepadatan Persebaran penduduk di Provinsi DIY untuk 4 kabupaten dan satu kota, mendeskripsikan gambaran yang berimbang, kondisi tersebut merupakan indikasi akses antara kota dan desa, yang ada di Provinsi DIY relatif terjangkau dalam satuan 1 sampai 3 jam untuk jarak terjauh. Persebaran penduduk selama 4 tahun disajikan pada tabel

18 Tabel.2.2 Persebaran penduduk menurut kabupaten/kota tahun 2005 sampai Kabupaten Kota Yk Bantul Kulonprogo Gunungkidul Sleman Sumber : BPS Provinsi DIY,2009 Sleman 30% Yogyakarta 13% kulon progo 11% Gunungkidul 20% Bantul 26% kulon progo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta Dengan total luas kawasan Provinsi DIY sebesar 3.185,81 km 2, Kabupaten Gunungkidul merupakan yang terluas yaitu 1.485,36 km 2, atau 44,63 persen dari seluruh luasan DIY, sedangkan daerah dengan luas daerah paling kecil adalah Kota Yogyakarta seluas 32,50 km 2 sekitar 1,02 persen dari luasan Provinsi DIY. Distribusi tertinggi masyarakat terdapat di Kabupaten Sleman, diikuti Bantul dan Gunungkidul, sedangkan terkecil distribusi adalah di Kota Yogyakarta, dengan memperhatikan pada data, deskripsi persebaran tersebut digambarkan secara grafis, sebagai gambar 2.6. Gambar.2.6. Distribusi Penduduk ( ) Provinsi DIY Memperhatikan pada persebaran penduduk yang paling tinggi dan paling rendah di Provinsi DIY, kepadatan menjadi satu indikator dari kemampuan wilayah untuk menyediakan kebutuhan primer bagi masyarakat, dari gambaran luas kawasan kabupaten terhadap jumlah penduduk diketahui kepadatan penduduk, secara umum digambarkan pada tabel.2.3. Tabel.2.3.Kepadatan Penduduk untuk kabupaten kota di Provinsi DIY Kabupaten Kota Yk Bantul KP GK Sleman Sumber : BPS Provinsi DIY,

19 DIY pada tahun 2008 (BPS. DIY, 2009) sebagaimana disajikan pada tabel Yogy akarta 75% kulon progo 3% Bantul 10% Gunungkidul 2% Sleman 10% kulon progo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta Tabel.2.4. Jumlah penduduk pada tahun 2008 sesuai Jenis Kelamin Kabupaten/kota Laki-laki Perempuan Jumlah Kota Yk Bantul Kulonprogo Gunungkidul Gambar.2.7. Kepadatan di Provinsi DIY tahun 2008 Kepadatan tertinggi berada di Kota Yogyakarta, hal ini menjadi wajar karena sebagai pusat kota atau ibu kota Provinsi perputaran dana, serta peluang kerja untuk sektor formal maupun informal sangat menjanjikan dengan kepadatan penduduk pada tahun 2007 sebesar ,55 jiwa/km 2, diikuti Sleman berjumlah 1.785,24 jiwa/km 2, dan Bantul sebesar 1.769,74 jiwa/km 2, sedangkan yang paling rendah terdapat di Kabupaten Gunungkidul sebesar 461,31 jiwa/km 2, Sedangkan untuk tahun 2008 kepadatan tertinggi di Kota Yogyakarta sekitar jiwa/km 2, dan terendah di Kabupaten Gunungkidul sebesar 462 jiwa/km Struktur Penduduk Struktur penduduk menurut kategori Jenis Kelamin, merupakan bentuk data pilah yang berfungsi dalam memberikan gambaran posisi gender. Persebaran penduduk menurut Jenis Kelamin dan menurut kabupaten/kota Provinsi Sleman Jumlah Sumber : BPS Prov.DIY,2009 Data kependudukan sesuai Jenis Kelamin untuk kabupaten/kota merupakan gambaran dari distribusi keberadaan penduduk dengan Jenis Kelamin tertentu, dari gambaran data tahun 2008 (BPS, Prov.DIY, 2009) menunjukkan secara umum penduduk di Provinsi DIY lebih banyak kaum pria dengan rasio perbandingan 0,7 dibanding 1, dimana penduduk laki-laki lebih tinggi 0,7 persen dibandingkan dengan penduduk perempuan. Hal tersebut dapat dikatakan signfikan jika melihat trend data 2002 sampai 2006 dimana pada tahun 2002 laki-laki berjumlah jiwa dan perempuan berjumlah jiwa, khusus untuk tahun 2002 relatif perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan lakilaki, dan mulai menurun pada tahun 2003 sampai tahun 2006.Untuk tahun 2006, data empirik untuk laki-laki berjumlah jiwa dan perempuan sebanyak jiwa

20 BAB III KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI PROVINSI DIY 3.1. Kondisi Umum Gambaran kondisi perempuan dan anak dalam bab ini dimaksudkan untuk mengetahui peranan perempuan dalam komunitas masyarakat. Dari Jumlah penduduk Provinsi DIY sebesar jiwa (BPS, Provinsi DIY, 2009) perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 49,48 persen laki-laki, dan 50,52 persen. Perempuan secara kuantitas jelas menunjukkan jumlah lebih banyak sehingga secara potensi, perempuan memiliki potensi yang sangat besar. Dalam perkembangan saat ini potensi itu sudah mulai terlihat dengan munculnya perempuan dalam berbagai jabatan serta peran publik. Salah satu indikator untuk melihat hal tersebut misalnya dari perbandingan perempuan dan laki-laki dalam pencari kerja (Disnakertrans DIY, 2009) disajikan sebagai berikut : Tabel.3.1. Pencari kerja menurut Jenis Kelamin di Prov. DIY N0 Kab/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Kota Yk Bantul Kulonprogo Gunungkidul Sleman Jumlah Sumber: Disnakertrans Prov DIY 2009 Pencari kerja di Provinsi DIY, laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, rasio perbandingan sekitar 1: 0,9136 dengan memperhatikan rasio yang hampir setara, menunjukkan dimana kesetaraan dalam meraih pekerjaan laki-laki dan perempuan di Provinsi DIY hampir tercapai, peluang serta kesempatan kerja terbuka baik bagi laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan untuk meraih peluang karier juga nampak dari kesempatan menjadi pegawai negeri sipil, sebagaimana disajikan pada tabel.3.2. Tabel.3.2. Pegawai Negeri Sipil di DIY menurut tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah S S S SM D D2/D SMA SLTP SD Jumlah Sumber : BKD Prov.DIY Oktober 2009 Rasio pegawai negeri sipil antara laki-laki dengan perempuan adalah 1:0,5, kondisi ini menggambarkan realitas dari tahun ke tahun sudah terjadi peningkatan pemberdayaan gender. Persentase lebih besar pada laki-laki baik secara menyeluruh ataupun parsial. Semakin rendah pendidikan 27 28

21 semakin sedikit perempuan yang terlibat didalamnya, sebagai contoh pada level pendidikan SD dan SMP tidak menarik bagi kaum perempuan untuk meraih peluang kerja, sebaliknya dengan meningkatnya tingkat pendidikan dimiliki perempuan rasa percaya diri semakin besar untuk bersaing dengan kaum laki-laki dalam berkompetisi meraih kesempatan kerja sebagai PNS. Memperhatikan fenomena tersebut menarik untuk dilihat lebih mendalam, dimana realistis di sisi positif perempuan semakin berkiprah dalam komunitas masyarakat dalam pemberdayaan maupun pembangunan gender, di sisi lain masih banyak terjadi kasus kekerasan terhadap perempuan maupun anak yang belum tertangani. Dalam bagian ini akan digambarkan keadaan perempuan dan anak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan pada ukuran Indeks Pembangunan Gender dan Indikator-indikatornya, Indeks Pemberdayaan Gender dengan indikator-indikatornya dan Indeks Kesejahteraan anak berdasarkan indikator kesehatan dan pendidikan Indeks Pembangunan Gender Indeks merupakan bagian dari indikator dalam suatu variabel yang dihitung sebagai bentuk ukuran subyek ataupun obyek. Pengertian indikator sendiri adalah variabel yang dapat dipergunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu (BPS, 2005). Indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi hanya memberikan indikasi atau petunjuk tentang keadaan keseluruhan sebagai pendugaan atau proxy. Indikator merupakan ukuran yang bersifat kuantitatif yang dapat diterapkan untuk pengukuran obyek ataupun subyek di tingkat lapang. Indeks pembangunan Gender, merupakan indikasi dari peran gender dalam pembangunan sosial kemasyarakatan, dimana keikutsertaan gender dalam pembangunan sebagai gambaran pendugaan dimana semakin banyaknya keterlibatan gender dalam pembangunan memberikan nilai positif bagi subyek gender tersebut secara indikatif. Untuk indikasi pembangunan gender, beberapa parameter yang dibutuhkan antara lain: Angka harapan hidup, Angka melek huruf, Rata-rata lama sekolah, dan Daya beli. Indeks pembangunan gender merupakan gambaran dari rasio perbandingan antara IPM secara keseluruhan, yang diukur dengan ketimpangan gender, selisih antara laki-laki dengan perempuan. Indeks Pembangunan Gender merupakan ukuran yang diterapkan untuk mengukur pembangunan gender, dimana secara implisit merupakan penilaian komposit dari peningkatan kapabilitas dasar perempuan yang menunjukkan status pencapaian pembangunan gender. Penilaian obyektif dari pencapaian pembangunan gender dirasiokan dengan IPM. Untuk Provinsi DIY pada tahun 2008 ini IPM Provinsi DIY mencapai 74,88. Gambaran dari tabel 3.3. menunjukkan kenaikan, dari 72,90 pada tahun 2004 menjadi 74,88 pada tahun 2008, apabila dilihat perkabupaten/kota maka IPM tertinggi pada tahun 2008 adalah Kota Yogyakarta (78,14), diikuti Kabupaten Sleman (76,70), Kabupaten Bantul (72,78), Kabupaten Kulon Progo hampir sama dengan Kabupaten Bantul (72,76) dan terendah berada di Kabupaten Gunungkidul (70,0)

22 Tabel.3.3. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi DIY Tahun DIY Kota Bantul KP GK Sleman ,90 77,40 71,50 70,90 68,90 75, ,50 77,70 71,90 71,50 69,30 75, ,70 77,81 71,97 72,01 69,44 76, ,15 78,14 72,78 72,76 69,68 76, ,88 78,14 72,78 72,76 70,00 76,70 Sumber: KNPP & BPS, 2009 Adapun IPG merupakan penilaian obyektif Indeks Pembangunan Gender, diukur dengan cara jika simpangan dengan IPM rendah maka dinyatakan IPG sangat baik. Selanjutnya IPG untuk Provinsi DIY disajikan pada tabel a. Angka harapan Hidup Angka harapan hidup (AHH) merupakan indikator sosial, yang cukup efektif untuk mengukur kondisi masyarakat dalam bidang kesehatan, semakin tinggi angka harapan hidup mengindikasikan tingkat layanan kesehatan seperti diharapkan, sebaliknya dengan AHH yang rendah, mencerminkan buruknya kualitas pembangunan kesehatan. Tabel.3.5. Angka Harapan Hidup Prov.DIY Kab JK Kota Yk L 71,00 71,00 71,20 71,20 71,43 P 74,9 75,0 75,0 75,2 75,22 Bantul L 68,90 69,0 69,0 69,0 69,21 Tabel.3.4. Indeks Pembangunan Gender untuk Provinsi DIY, Tahun DIY Kota Bantul KP GK Sleman ,60 75,70 67,00 51,90 60,10 72, ,20 75,80 68,70 52,70 61,00 72, ,30 76,10 70,30 65,10 62,90 72, ,16 76,16 70,27 65,44 64,08 73, ,50 77,05 71,20 66,13 64,69 73,73 Sumber: KNPP & BPS, 2009 Kulon progo Gunun gkidul Sleman DIY P 72,80 73,00 73,00 73,00 73,12 L 70,70 71,20 71,30 71,50 71,97 P 74,60 75,20 75,20 75,50 75,71 L 68,50 68,50 68,70 68,80 68,88 P 72,40 72,50 72,60 72,80 72,81 L 70,80 70,80 71,60 72,20 72,63 P 74,70 74,80 75,70 76,1 76,33 L 70,70 71,00 71,10 71,20 71,27 Indeks Pembangunan Gender untuk Provinsi DIY secara rata-rata masih berada di bawah IPM yang menunjukkan masih adanya ketimpangan antara laki-laki dan perempuan dalam pembangunan. berikut akan dibahas satu persatu indikator-indikator Indeks pembangunan gender tersebut. P 74,60 75,00 75,00 75,10 75,06 Sumber: KNPP & BPS, 2009 Angka Harapan Hidup (AHH) untuk Provinsi DIY selama tahun 2004 sampai 2008 mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan semakin baiknya tingkat kualitas kesehatan 31 32

23 manusia di Provinsi DIY, secara detil Angka Harapan Hidup di DIY disajikan pada Tabel.3.5. Angka Harapan Hidup paling tinggi di DIY pada tahun 2008 berada di Kabupaten Sleman yaitu 76,33 tahun untuk perempuan dan 72,63 untuk laki-laki, hal ini dimungkinkan karena ketersediaan fasilitas kesehatan yang besar di Sleman misalnya fasilitas kesehatan yang besar berada di Kabupaten Sleman : RSUP. Dr.Sardjito, Jogja International Hospital dan Puskesmas yang ada di semua Kecamatan. Angka Harapan Hidup terendah di DIY tahun 2008 terdapat di Gunungkidul sebesar 69,21 tahun bagi laki-laki dan 73,12 tahun bagi perempuan. Hal tersebut salah satunya disebabkan kondisi geografis Gunungkidul yang lebih sulit sehingga mempengaruhi cakupan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan yang disiapkan pemerintah. b. Angka Melek Huruf Merupakan indikator pendidikan selain rata-rata lama sekolah, angka melek huruf merupakan gambaran dari pembangunan bidang pendidikan, dalam implementasi perhitungannya didasarkan pada persentase penduduk berusia 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Secara umum Angka Melek huruf di Provinsi DIY selama kurun waktu 5 tahun dapat dilihat pada tabel Tabel 3.6. Angka Melek Huruf Prov. DIY Kab JK Kota Yk L 98,3 98,7 99,0 99,7 99,74 P 93,7 94,1 94,1 95,5 96,34 Bantul L 91,4 93,2 93,4 95,9 95,87 P 80,2 81,2 81,2 81,5 83,75 Kulon L 94,0 94,7 94,9 95,0 95,40 progo P 79,3 79,7 80,2 83,4 83,38 Gunung L 82,5 83,0 84,5 84,7 89,61 kidul P 65,1 66,9 67,5 67,8 75,55 Sleman L 94,1 94,9 95,1 96,9 96,95 P 85,5 86,3 86,8 87,2 87,18 DIY L 91,9 92,5 92,7 94,3 94,46 P 79,9 81,2 81,6 82,2 84,64 Sumber: KNPP & BPS, 2009 Secara umum di Provinsi DIY Angka Melek Huruf cukup tinggi, pada tahun 2004 untuk 100 orang laki-laki yang ada di Provinsi DIY mampu membaca dan menulis sebanyak 91,9 persen, sebaliknya untuk perempuan setiap 100 orang yang mampu membaca dan menulis sebanyak 79,9 persen. Demikian pula kondisi ini meningkat dengan diberlakukannya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat dengan adanya program BOS, PAUD maupun kejar paket A,B, C, sehingga secara formal maupun non formal masyarakat mampu mengikuti pendidikan. Sampai akhir tahun 2008 AMH laki-laki meningkat menjadi 94,46 persen dan perempuan persen. Jika secara terpilah memperhatikan pada perempuan saja, maka AMH di setiap kabupaten/kota yang ada di 33 34

24 Provinsi DIY, menunjukkan adanya perbedaan, dari tabel 3.6. nampak bahwa untuk Kota Yogyakarta peringkat tertinggi, dimana AMH perempuan (2008) sebesar 96,34, diikuti Kabupaten Sleman sebesar 87,18, Kabupaten Bantul sebesar 83,75, Kabupaten Kulon Progo sebesar 83,38, dan terendah di Kabupaten Gunungkidul sebesar 75,55. Walaupun secara umum AMH di kota/kabupaten dinyatakan baik, akan tetapi nampak bahwa Yogyakarta dan Sleman memiliki kemungkinan bagi setiap perempuan untuk menikmati fasilitas pendidikan yang disiapkan oleh pemerintah jauh lebih baik dan berkualitas. c. Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah merupakan salah satu indikator di bidang pendidikan yang sangat berguna untuk mengetahui tingkat pendidikan penduduk secara umum. Ratarata lama sekolah atau MYS (mean years schooling) adalah sebuah angka yang menunjukkan rata-rata lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai tingkat pendidikan terakhir. Selama beberapa tahun terakhir rata-rata lama sekolah di Provinsi DIY mengalami kenaikan yang signifikan, pada tahun 2004 rata-rata lama sekolah penduduk mencapai 8,25 tahun yang meningkat pada tahun 2008 sebesar 8,745 tahun. Angka 8,745 menunjukkan rata-rata lama sekolah penduduk Provinsi DIY setingkat SMP kelas 2 atau kelas 3. Gambaran secara nyata persebaran rata-rata lama sekolah di Provinsi DIY disajikan pada tabel.3.7. Tabel 3.7. Rata-rata lama sekolah penduduk di Provinsi DIY Kab JK Kota Yk L 11,2 11,3 11,1 11,6 11,87 P 10,3 10,3 9,2 10,3 11,14 Bantul L 8,5 8,9 8,9 9,1 9,23 P 7,3 7,5 7,5 7,7 8,28 Kulon L 8,2 8,6 8,7 8,8 8,39 progo P 6,6 6,9 7,0 7,0 7,05 Gunung L 6,1 6,5 6,5 7,7 7,74 kidul P 4,6 5,0 5,0 5,0 5,21 Sleman L 10,6 10,9 11,0 11,3 11,09 P 8,9 9,2 9,2 10,3 9,22 DIY L 9,0 9,0 9,2 9,4 9,4 P 7,5 7,6 7,7 7,8 8,1 Sumber: KNPP & BPS, 2009 Dilihat secara parsial rata-rata lama sekolah untuk Provinsi DIY, untuk laki-laki pada tahun 2004 sebesar 9,0 tahun dan meningkat sebesar 0,4 pada tahun 2008 sehingga mencapai 9,4, secara numerikal terdapat kenaikan, tetapi kenyataan tetap sama setara dengan jenjang SMP kelas 3. Demikian pula untuk perempuan rata-rata lama sekolah pada tahun 2004 sebesar 7,5 dan meningkat nyata pada tahun 2008 menjadi 8,10 tahun, artinya pada tahun 2004 rata-rata lama sekolah setara dengan SMP kelas 1, dan pada tahun 2008 menjadi setara dengan SMP kelas 2. Dilihat dengan unit kabupaten/kota, rata-rata lama sekolah tertinggi di Kota Yogyakarta, dimana rata-rata lama sekolah mencapai

25 tahun atau setara dengan SMU kelas 2, terdiri atas rata-rata lama sekolah untuk laki-laki sebesar 11,87 tahun dan perempuan sebesar 11,14 tahun. Sedangkan yang paling rendah terdapat di Kabupaten Gunungkidul, dimana rata-rata lama sekolah adalah tahun setara dengan SD, terdiri atas atas rata-rata lama sekolah untuk laki-laki sebesar 7,74 tahun setara SMP kelas 1 dan perempuan sebesar 5.21 tahun setara dengan SD kelas 5. d. Daya Beli Daya Beli merupakan kemampuan beli masyarakat terhadap produk konsumtif minimal kebutuhan primer bagi kebutuhan rumah tangga, jika dikaitkan dengan petani, maka dikenal adanya Nilai Tukar Petani atau NTP, merupakan indikator penting untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani, yaitu dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan ataupun dijual oleh petani, dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani, baik untuk prose produksi, maupun untuk konsumsi rumah tangga. Dengan tingginya NTP dapat dipastikan tingkat kesejahteraan petani akan tinggi. Disisi lain dikenal masyarakat yang bekerja di luar sektor pertanian, dengan mengandalkan mata pencaharian di luar pertanian, diukur dengan cara yang sama yaitu kemampuan daya beli yang dipengaruhi pendapatan, dalam upaya memenuhi kebutuhan. Untuk Provinsi DIY pada tahun , distribusi untuk kabupaten/kota, disajikan pada tabel.3.8. Tabel.3.8. Upah pekerja Perempuan non pertanian Prov.DIY Tahun Kab Kota Yk Bantul Kulonprogo Gunungkidul Sleman DIY Sumber: KNPP & BPS, 2007 Sebaran dari data upah pekerja perempuan non pertanian untuk Provinsi DIY rata-rata sebesar Rp ,00 untuk setiap bulan. Pendapatan atau upah perempuan tertinggi berada di Kota Yogyakarta sebesar Rp ,00 per bulan diikuti Kabupaten Sleman sebesar Rp ,00 per bulan dan paling rendah terdapat di Kabupaten Kulon Progo yaitu sebesar Rp ,00 per bulan Indeks Pemberdayaan Gender Hal yang penting dari pemberdayaan gender adalah tercapainya kesetaraan gender dalam peran perempuan dan laki-laki. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), seperti halnya dengan IPG dihitung dengan disparitas, atau perbedaan ketimpangan dengan laki-laki. Elemen dasar untuk menghitung kesetaran pemberdayaan gender antara lain: ekonomi, politik dan pengambilan keputusan. Untuk Provinsi DIY besarnya masing-masing elemen dilihat sebagai berikut : a. Perempuan dalam Parlemen Banyaknya perempuan yang mampu masuk dalam wilayah publik yaitu bidang politik, diindikasikan dengan 37 38

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di pulau jawa bagian selatan tengah.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut, BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di pulau jawa bagian selatan tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA Penduduk Indonesia 231 Juta 49,9% Perempuan Aset dan Potensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh Negara, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta BAB IV GAMBARAN UMUM GAMBAR 4.1 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta B. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan

Lebih terperinci

STATISTIK DAN ANALISIS: GENDER, ANAK, DAN PEREMPUAN

STATISTIK DAN ANALISIS: GENDER, ANAK, DAN PEREMPUAN STATISTIK DAN ANALISIS: GENDER, ANAK, DAN PEREMPUAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Provinsi DIY Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan pokok yang dialami oleh semua negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah kehilangan kesejahteraan

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita + Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan dan Kolaborasi untuk Mewujudkan Keadilan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 Latar Belakang Forum internasional:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi geografis, sosial ekonomi dan kependudukan Provinsi Jawa Tengah A. Kondisi Geografis Provinsi

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi salah satunya tercantum dalam Millenium Development

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II. KEADAAN UMUM...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM 1. Latar Belakang dan Kondisi Umum 2. Dasar Hukum 3. Proses Penyusunan RAD 4. Capaian RAD MDGS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 2015 5. Permasalahan Pelaksanaan Aksi MDGS 6. Penghargaan yang Diperoleh

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA PELUNCURAN STRATEGI NASIONAL (STRANAS) PERCEPATAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) MELALUI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wr. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita sekalian

Assalamu alaikum Wr. Wr. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita sekalian SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PEMBUKAAN RAKERDA PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KB KABUPATEN KULONPROGO TAHUN 2010 Wates, 12 April 2011 Assalamu alaikum Wr. Wr. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KESENJANGAN GENDER PADA BEBERAPA INDIKATOR MUTU DAN RELEVANSI PENDIDIKAN DI PROVINSI BALI

KESENJANGAN GENDER PADA BEBERAPA INDIKATOR MUTU DAN RELEVANSI PENDIDIKAN DI PROVINSI BALI KESENJANGAN GENDER PADA BEBERAPA INDIKATOR MUTU DAN RELEVANSI PENDIDIKAN DI PROVINSI BALI Oleh: Ni Luh Arjani Abstrak Sampai saat ini kesenjangan gender di bidang pendidikan masih terjadi baik pada aspek

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2011

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2011 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan menjadi permasalahan sosial yang sangat komplek, dimana kemiskinan sering menjadi isu Global maupun Nasional yang menimbulkan keprihatinan oleh banyak pihak,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Kabupaten Kulonprogo dengan ibu kotanya berada di Kota Wates memiliki luas wilayah 598.627.512 ha (586,28 km 2 ), terdiri dari 12 kecamatan 87 desa,

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada

Lebih terperinci

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan 402 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Tengah Jembatan Kahayan Jembatan Kahayan adalah jembatan yang membelah Sungai Kahayan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Jembatan ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang pendidikan. Peningkatan pendidikan yang bermutu di Indonesia termaktub dalam amanah konstitusi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan 55 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan 103º40 (BT) Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan sampai 6º45 (LS)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... ii Daftar Tabel dan Gambar... xii Daftar Singkatan... xvi Bab I Pendahuluan... 1 1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Jawa Tengah... 3 Tujuan 1. Menanggulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional. Pembangunan. secara material dan spiritual (Todaro dan Smith, 2012: 16).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional. Pembangunan. secara material dan spiritual (Todaro dan Smith, 2012: 16). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional. Pembangunan harus merepresentasikan perubahan suatu masyarakat secara menyeluruh yang bergerak dari kondisi yang

Lebih terperinci

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan No.1084, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Mengadili Perkara Perempuan. Pedoman. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN MENGADILI PERKARA PEREMPUAN BERHADAPAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN A. DESKRIPSI UMUM 1. Keadaaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu dari 34 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau jawa bagian tengah,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini bangsa Indonesia harus menghadapi perubahan internal dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi dengan berbagai masalah yang belum tuntas terpecahkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Keadaan geografis suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Keadaan geografis suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi dalam lima wilayah Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kota

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG

LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015-2025 B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2016 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi

Lebih terperinci

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah KATA PENGANTAR Pengarusutamaan Gender telah menjadi garis kebijakan pemerintah sejak keluarnya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000. Instruksi tersebut menggariskan: seluruh departemen maupun lembaga

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER Kerjasama Penelitian : BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan... 40 Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... 54 Tabel IV.3 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan...

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan Syukur kita Panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017 ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM) 1. Menanggulangi Kemiskinan

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan, BPS (2007). Kemiskinan dipengaruhi oleh berbagai fakor antara lain,

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan, BPS (2007). Kemiskinan dipengaruhi oleh berbagai fakor antara lain, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan dari pembangunan nasional adalah mewujudkan kemakmuran, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan menurunkan tingkat kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang merupakan bagian dari wilayah pantai utara Pulau Jawa, dalam hal ini kabupaten yang termasuk dalam wilayah tersebut yaitu Kabupaten

Lebih terperinci