SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL"

Transkripsi

1 SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL [SUSENAS JULI 2010] BUKU 1 PEDOMAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA BADAN PUSAT STATISTIK

2 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

3 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum 1.2 Tujuan 1.3 Ruang Lingkup 1.4 Jenis Data yang Dikumpulkan 1.5 Jadwal 1.6 Dokumen yang Digunakan 1.7 Arus Dokumen 1.8 Statistik yang Diasilkan 1.9 Pembiayaan BAB II METODOLOGI 2.1 Kerangka Sampel 2.2 Rancangan Penarikan Sampel 2.3 Peta Blok Sensus 2.4 Jumla Sampel Blok Sensus dan Ruma Tangga 2.5 Daftar Sampel Blok Sensus Terpili (DSBS) 2.6 Pemilian Sampel Ruma Tangga 2.7 Tata Cara Pemilian Sampel Ruma Tangga 2.8 Estimasi 2.9 Metode Pengumpulan Data BAB III ORGANISASI LAPANGAN 3.1 Struktur Organisasi 3.2 Tugas dan Tanggung Jawab 3.3 Persyaratan Petugas Lapangan BAB IV BRIEFING PETUGAS BAB V PENGAWASAN BAB VI PENGOLAHAN LAMPIRAN Halaman i ii Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota i

4 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1: Jumla Sampel Blok Sensus dan Ruma Tangga Susenas Juli 2010 Lampiran 2: Jumla Tim dan Petugas Susenas Juli 2010 Lampiran 3: VSEN2010.DSBS Lampiran 4: Peta Blok Sensus SP 2010 Lampiran 5: SP2010-L1 Lampiran 6: VSEN2010.DSRT Lampiran 7: Tabel Angka random (TAR) Lampiran 8: VSEN2010.K ii Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

5 PENDAHULUAN BAB I 1.1 Umum Data yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan diantaranya adala data pendidikan, keseatan, perumaan, konsumsi/pengeluaran ruma tangga, dan sosial ekonomi lainnya. Data data tersebut sangat berguna bagi Pemerinta dalam merencanakan pembangunan sektoral maupun lintas sektoral. Dalam rangka menyediakan data data tersebut maka Badan Pusat Statistik (BPS) melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) ampir setiap taun sejak taun Data Susenas saat ini juga merupakan data yang sangat dibutukan untuk memenui data Millenium Development Goals (MDG s). Pada taun 2010 diselenggarakan Susenas Kor (data dasar) dengan sampel sebesar ruma tangga. Seingga angka estimasinya diarapkan dapat diperole sampai tingkat kabupaten/kota. Pelaksanaan lapangan seperti taun lalu, dilakukan secara tim yang setiap tim terdiri dari 1 (satu) orang Koordinator Tim (Kortim) dan 2 (dua) orang pencaca (PCS). Dengan sistem ini diarapkan penyelesaian lapangan dapat lebi cepat dan kualitas asil pencacaan lapangan dapat lebi baik. Akir akir ini BPS dituntut untuk dapat menyajikan data sampai tingkat terkecil yaitu tingkat kecamatan bakan sampai tingkat desa. Permintaan data ini tidak terlepas dari asil data berkualitas. Untuk Susenas 2010, penyajian sampai dengan tingkat kabupaten/kota mungkin dapat menimbulkan masala manakala sampel tidak terpenui (RSE tinggi) atau kasus jarang (rare cases) yang tidak dapat mewakili seingga tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk mengantisipasi al tersebut maka ada suatu kegiatan yang arus dilakukan ole BPS Kabupaten/Kota maupun BPS Provinsi yaitu pengecekan kualitas data sebelum data dikirim/disajikan ke BPS. Kegiatan ini sangat Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 1

6 penting karena mutu data BPS tergantung kualitas data yang diasilkan ole BPS Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi. Agar tercapainya data yang akurat dan tepat waktu, koordinasi antar unit di daera kiranya sangat berpengaru. Buku pedoman ini memuat organisasi lapangan dan metodologi pelaksanaan survei yang secara terus menerus disempurnakan seingga data yang diasilkan tepat waktu dan berkualitas. 1.2 Tujuan Penyusunan buku Pedoman Kepala Kantor ini bertujuan untuk menjelaskan kegiatan Susenas Juli 2010 kepada Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab dan pelaksana kegiatan di daera. Kegiatan Susenas yang dibaas dalam buku pedoman ini antara lain pembentukan tim, penyelenggaraan pelatian, pengelolaan dokumen, pengaturan jadwal pelaksanaan lapangan, pengawasan lapangan, pengolaan data, serta pengalokasian dana. 1.3 Ruang Lingkup Pelaksanaan Susenas Juli 2010 mencakup ruma tangga (RT) sampel yang tersebar di seluru wilaya di Indonesia. Data asil pencacaannya dapat disajikan baik untuk tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten/kota. 1.4 Jenis Data yang Dikumpulkan Data Kor yang dikumpulkan di Susenas Juli 2010 mencakup: 1) Keterangan umum anggota ruma tangga yaitu nama, ubungan dengan kepala ruma tangga, jenis kelamin, umur, status perkawinan, korban kejaatan, pelaporan korban kejaatan, frekuensi bepergian, tujuan utama bepergian dan keikutsertaan pendidikan pra sekola bagi penduduk usia 0 6 taun; 2) Keterangan tentang keseatan untuk semua umur, mencakup keterangan keluan keseatan, lama sakit, cara mengobati dan fasilitas pengobatan; 3) Keterangan tentang keseatan balita, mencakup penolong proses kelairan, imunisasi, dan pemberian ASI; 2 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

7 4) Keterangan pendidikan anggota ruma tangga 5 taun ke atas, mencakup partisipasi sekola, jenjang pendidikan, alasan tidak/belum perna sekola atau tidak sekola lagi, pemilikan ijaza, dan kemampuan baca tulis; 5) Keterangan tentang ketenagakerjaan anggota ruma tangga usia 10 taun ke atas, mencakup kegiatan utama, pencari kerja, lapangan usaa, status pekerjaan dan jam kerja; 6) Keterangan tentang fertilitas untuk wanita perna kawin, mencakup umur perkawinan, anak lair/masi idup, partisipasi dalam program Keluarga Berencana (KB), penggunaan alat kontrasepsi, dan keinginan mempunyai anak; 7) Keterangan tentang perumaan, mencakup penguasaan bangunan tempat tinggal, jenis atap, dinding, lantai, luas lantai, sumber air minum, fasilitas air minum, fasilitas tempat buang air besar, sumber penerangan dan baan bakar/energi untuk memasak; 8) Keterangan tentang pengeluaran ruma tangga mencakup pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk bukan makanan; 9) Keterangan tentang sosial ekonomi lainnya, mencakup pelayanan keseatan gratis, jaminan/asuransi keseatan, penerimaan beras miskin (raskin), dan kredit usaa. 10) Keterangan teknologi komunikasi dan informasi, mencakup penggunaan dan penguasaan telepon ruma, penguasaan HP (jumla nomor HP), penguasaan komputer, dan akses internet. 1.5 Jadwal Pelaksanaan Susenas Juli 2010 mencakup berbagai kegiatan yang dilaksanakan di BPS RI dan daera. Kegiatan dan jadwalnya mencakup seluru kegiatan mulai dari persiapan sampai publikasi dapat diliat pada Tabel 1. sebagai berikut: Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 3

8 Tabel 1. Jadwal Kegiatan Susenas Juli 2010 No. Uraian Kegiatan Jadwal Lokasi A. Persiapan 1. Penyempurnaan pedoman dan kuesioner I 29 Maret 2 April 2010 P 2. Rapat Interdep 15 April 2010 P 3. Penyempurnaan pedoman dan kuesioner II April 2010 P 4. Pengiriman soft copy dokumen Susenas ke daera 12 Mei 2010 P 5. Pencetakan dokumen Susenas 14 Mei 25 Juni 2010 D 6. Briefing petugas 29 Juni 2010 D B. Pelaksanaan 1. Pemilian ruma tangga sampel 1 14 Juli 2010 D 2. Pencacaan 15 Juli 7 Agustus 2010 D 3. Pengawasan/pemeriksaan 15 Juli 7 Agustus 2010 D 4. Supervisi Juli Agustus 2010 D 5. Penyeraan asil pencacaan ke BPS Kabupaten/Kota 18 Juli 15 Agustus 2010 D C. Pengolaan 1. Receiving dan Batcing 20 Juli 20 Agustus 2010 D 2. Pengolaan data (editing, coding, entry dan validasi) 21 Juli 31 Agustus 2010 D 3. Pengecekan kualitas data dan kelengkapan data ole BPS Kab/Kota 1 15 September 2010 D 4. Pengiriman raw data ke BPS RI September 2010 D 5. Kompilasi data di BPS RI Oktober 2010 P D. Evaluasi Hasil dan Publikasi 1. Evaluasi dan pembaasan asil November Desember 2010 P 2. Publikasi Januari 2011 P 4 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

9 1.6 Dokumen yang Digunakan Dokumen yang digunakan dalam pelaksanaan lapangan Susenas Juli 2010 mencakup buku pedoman dan daftar. Buku pedoman terdiri dari 3 (tiga) buku: 1) Buku I, Pedoman Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/Kota. (dialokasikan untuk BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota) 2) Buku II, Pedoman Operasional Kortim (dialokasikan untuk petugas Kortim dan BPS Provinsi/Kabupaten/Kota) 3) Buku III, Pedoman Pencacaan Kor (dialokasikan untuk semua petugas, baik Kortim maupun PCS) Sedangkan daftar yang digunakan terdiri dari 5 (lima) daftar seperti tercantum pada Tabel 2. berikut: Tabel 2. Daftar yang Digunakan dalam Pelaksanaan Lapangan No. Jenis Daftar Uraian Penanggung Jawab Disimpan di 1. VSEN2010.DSBS Daftar Sampel Blok Sensus 1. BPS Provinsi BPS RI 2. BPS Kab/Kota 2. Peta BS asil Alat bantu pengenalan wilaya Kortim/Pencaca BPS Kab/Kota Listing SP SP2010-L1 Daftar Ruma Tangga Hasil Listing SP 2010 Kortim BPS Kab/Kota 4. VSEN2010.DSRT Daftar Sampel Ruma Tangga Kortim 1. BPS Provinsi 2. BPS Kab/Kota 5. VSEN2010.K Pencacaan Kor Pencaca BPS Kab/Kota Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 5

10 Dokumen SP2010-L1 dan Peta BS asil Listing SP 2010 disiapkan ole BPS Kab/Kota, dokumen VSEN2010.DSRT dan VSEN2010.K disiapkan ole BPS RI dan diberikan/dikirim via filelib untuk dicetak ole BPS Provinsi dan didistribusikan ke seluru BPS Kab/Kota. Conto jenis daftar yang digunakan dapat diliat pada Lampiran. 1.7 Arus Dokumen Arus dokumen seperti yang tergambar pada Gambar 1. Arus Dokumen Susenas Juli 2010 dari BPS RI sampai Tim. Gambar 1. Arus Dokumen Susenas Juli 2010 dari BPS RI sampai Tim di Lapangan BPS PUSAT - VSEN2010.DSBS - VSEN2010.DSRT - VSEN2010.K Soft copy - VSEN2010.DSBS BPS PROVINSI - VSEN2010.DSBS - VSEN2010.DSRT - VSEN2010.K Dokumen Cetak - VSEN2010.DSBS - VSEN2010.DSRT BPS KAB/KOTA - Peta BS SP SP2010-L1 - VSEN2010.DSBS - VSEN2010.DSRT - VSEN2010.K - Peta BS SP SP2010-L1 - VSEN2010.DSBS - VSEN2010.DSRT - VSEN2010.K TIM Keterangan : tulisan tebal menandakan daftar suda ada isian 6 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

11 1.8 Statistik yang Diasilkan Statistik yang diasilkan dari Susenas Juli 2010 antara lain adala statistik/indikator kesejateraan rakyat. Statistik/Indikator Kesra yang dapat disusun dari asil pengumpulan data kor, antara lain adala Angka Partisipasi Sekola, Rata rata Lama Sekola, Angka Melek Huruf (bidang pendidikan), Angka Kesakitan (bidang keseatan), Rata rata Umur Perkawinan Pertama, Angka Partisipasi KB (bidang fertilitas), Rata rata Luas Hunian Ruma per kapita, Persentase Penggunaan Air Bersi (bidang perumaan), dan lain lain. 1.9 Pembiayaan Seluru biaya kegiatan survei dibebankan pada anggaran BPS. Rincian biaya BPS RI terdapat dalam POK Sub Direktorat Statistik Keseatan dan Perumaan, Direktorat Statistik Kesejateraan Rakyat. Rincian biaya daera terdapat dalam DIPA BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 7

12 8 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

13 METODOLOGI SUSENAS 2010 BAB II 2.1 Kerangka Sampel Kerangka sampel yang digunakan dalam Susenas 2010 terdiri dari 2 jenis, yaitu: kerangka pemilian sampel primer (primary sampling unit) dan kerangka pemilian sampel sekunder (secondary sampling unit). Kerangka pemilian sampel primer adala daftar blok sensus biasa (BS) asil pemetaan dalam rangka persiapan Sensus Penduduk 2010 (SP2010) yang didokumentasikan dalam Daftar SP2010-RD. Informasi yang digunakan untuk melengkapi kerangka sampel adala banyaknya kepala keluarga (KK), dan muatan blok sensus dominan (pemukiman biasa, pemukiman mewa, pemukiman kumu, Selain itu, kerangka sampel juga dilengkapi dengan klasifikasi desa/keluraan, yaitu: daera perkotaan (urban), dan daera perdesaan (rural). Klasifikasi desa/keluraan yang digunakan adala klasifikasi desa/keluraan taun Kerangka pemilian sampel sekunder adala daftar ruma tangga biasa asil listing SP2010 dalam blok sensus. 2.2 Rancangan Penarikan Sampel Rancangan penarikan sampel Susenas 2010 adala rancangan penarikan sampel dua taap berstrata. Yang digunakan sebagai strata adala klasifikasi desa/keluraan, yaitu: desa/keluraan perkotaan (urban) dan desa/keluraan perdesaan (rural). Ukuran sampel yang tela ditetapkan ditujukan untuk estimasi tingkat kabupaten/kota. Penarikan sampel antar strata dilakukan secara terpisa (independent). Sebelum penarikan sampel, blok sensus diurutkan menurut muatan dominan blok sensus, yaitu pemukiman biasa, mewa, dan kumu. Prosedur penarikan sampel Susenas 2010 untuk suatu kabupaten/kota adala sebagai berikut: 1) Taap pertama, memili n blok sensus dari N secara pps (Probability Proportional to Size) dengan size banyaknya KK. 2) Taap kedua, memili sejumla ruma tangga biasa ( m = 16 ) pada setiap blok sensus terpili secara sistematik berdasarkan asil listing SP2010. Seluru ruma tangga terpili Susenas 2010 akan dicaca dengan kuesioner KOR (Daftar VSEN2010.K) pada bulan Juli Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 9

14 Diagram alir pemilian sampel blok sensus dan ruma tangga seperti tercantum pada Gambar 2. Gambar 2. Diagram Alir Pemilian Sampel Blok Sensus dan RumaTangga Susenas 2010 Master Sampling Frame (N Blok Sensus) Blok Sensus Daera n Blok Sensus Penarikan Sampel PPS Blok Sensus Daera n Blok Sensus Listing RT SP2010 Penarikan Sampel RT Biasa 16 rt per BS Listing RT SP2010 DSRT DSRT Pencacaan Susenas Juli 2010 Estimasi Kab/Kota 10 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

15 2.3 Peta Blok Sensus Peta blok sensus yang digunakan dalam Susenas 2010 adala peta asil scanning peta yang tela digunakan dalam kegiatan pencacaan SP2010. Dalam peta tersebut suda tercantum legenda, landmark, dan posisi bangunan fisik/sensus. Dengan demikian, peta blok sensus dapat digunakan ole petugas untuk menelusuri/mengidentifikasi lokasi ruma tangga terpili. 2.4 Jumla Sampel Blok Sensus dan Ruma Tangga Jumla sampel blok sensus untuk estimasi kabupaten/kota merupakan minimum sampel untuk estimasi tingkat kabupaten/kota. Sampel blok sensus dialokasikan menurut daera perkotaan dan perdesaan. Alokasi jumla sampel menurut daera perkotaan dan perdesaan di setiap kabupaten/kota dilakukan secara proporsional teradap akar jumla KK. 2.5 Daftar Sampel Blok Sensus Terpili (DSBS) Dalam DSBS Susenas 2010 (Lampiran 2), setiap blok sensus terpili diberi Nomor Kode Sampel (NKS). NKS Susenas 2010 terdiri dari 5 digit yang merupakan nomor urut blok sensus terpili di setiap kabupaten/kota dan disusun seperti berikut: adala nomor urut blok sensus daera perdesaan adala nomor urut blok sensus daera perkotaan. Catatan: 1) Isikan banyaknya jumla ruma tangga SP2010 (disalin dari SP2010-L1) pada Kolom [5] DSBS Susenas ) Hasil pengisian ruma tangga asil SP2010 arus dikirim ke BPS RI c.q. Subdirektorat Pengembangan Kerangka Sampel (kci@bps.go.id). Petugas pencaca tidak bole mengganti blok sensus terpili. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 11

16 2.6 Pemilian Sampel Ruma Tangga Kerangka sampel yang digunakan untuk pemilian ruma tangga adala daftar ruma tangga biasa asil listing SP2010 dengan menggunakan Daftar SP2010-L1. Pemilian sampel ruma tangga secara sistematik sampling dilakukan ole Kortim menggunakan Daftar SP2010-L1. Ukuran sampel ruma tangga yang arus dipili di setiap blok sensus adala 16 ruma tangga. Sebelum melakukan penarikan sampel, Kortim arus memberi nomor urut ruma tangga biasa pada kolom (9) Daftar SP2010-L1, melakukan pengitungan interval penarikan sampel, dan membangkitkan angka random di setiap blok sensus terpili yang menjadi tanggung jawabnya. 2.7 Tata Cara Pemilian Sampel Ruma tangga Taapan kegiatan yang arus dilakukan pemeriksa dalam pemilian sampel ruma tangga adala sebagai berikut: 1) Siapkan Daftar SP2010-L1 untuk blok sensus terpili Susenas ) Peratikan P.406 (Nomor urut ruma tangga) yang tercantum pada kolom (8) dan P.407 (Jenis ruma tangga) pada Kolom (9) dan (10). 3) Beri nomor urut pada setiap baris ruma tangga biasa, yaitu ruma tangga yang pada Kolom (9) berisi Kode 1. Pemberian nomor urut dimulai dari nomor urut 1 sampai dengan terakir. Pemberian nomor urut ruma tangga biasa arus dilakukan secara cermat. 4) Hitung interval penarikan sampel (I) untuk pemilian ruma tangga, yaitu: Banyaknya ruma tangga asil pendaftaran ruma tangga SP2010 I = 16 5) Interval penarikan sampel diitung sampai dua angka (dijit) dibelakang koma. 6) Dengan menggunakan Tabel Angka Random (liat Lampiran 1), tentukan angka random pertama (R 1 ) yang nilainya lebi kecil atau sama dengan interval sampel (I). 12 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

17 7) Tata cara penentuan angka random pertama dilakukan dengan jalan sebagai berikut: a. Siapkan Tabel Angka Random (TAR) yang terdiri atas 2 alaman (Lampiran 1). b. Setiap alaman TAR terdiri atas 25 kolom dan 35 baris. Masing-masing alaman diberi nomor kolom 1, 2,3, 25 dan nomor baris 1, 2, 3,,35. c. Ambila sebua pensil atau benda berujung runcing. Buka sala satu alaman dari 2 alaman TAR yang tela disiapkan. Untuk keperluan ini dapat digunakan sembarang alaman TAR. Picingkan mata atau alikan pandangan ke tempat lain, dan letakkan ujung pensil di atas lembaran TAR. Bilangan yang paling dekat dengan posisi ujung pensil adala merupakan titik awal pembacaan angka random untuk menentukan alaman, baris, dan kolom yang akan digunakan untuk memili R 1. Mulai dari titik ini bacala 5 bilangan ke kanan sesuai dengan keperluan. Misalkan alaman yang digunakan untuk pembacaan ini adala alaman pertama TAR dan ujung pensil atau benda yang berujung runcing jatu pada bagian tertentu dari tabel seperti pada Gambar 3. berikut : Tabel 3. Ilustrasi Tabel Angka Random (TAR) untuk menentukan R Lima angka di sebela kanan tanda titik (. ) adala Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 13

18 - Penentuan alaman pembacaan TAR Karena ada 2 alaman TAR, angka random yang digunakan untuk menentukan alaman ini cukup satu angka saja. Untuk mudanya, gunakan angka 0,1,2,,9 dengan perjanjian bawa angka ganjil untuk menyatakan alaman pertama Tabel Angka Random, angka 0 (nol) dan genap untuk alaman kedua. Pada pembacaan di atas, yaitu 26387, dijit pertama adala 2. Ole karena itu alaman yang terpili adala alaman kedua dari Tabel Angka Random. - Penentuan baris Karena pada setiap alaman ada 35 baris, maka untuk penentuan baris ini digunakan bilangan yang terdiri atas 2 dijit. Untuk pengematan, ditentukan perjanjian bawa bilangan 01, 36, dan 71 digunakan untuk menyatakan baris 1, bilangan 02, 37, dan 72 digunakan untuk menyatakan baris 2, dan seterusnya. Pada pembacaan di atas (26387), dijit ke-2 dan ke-3 adala 63, maka baris pembacaan jatu pada baris ke-28, karena = 28 - Penentuan kolom Karena pada setiap alaman ada 25 kolom, maka untuk penentuan kolom ini digunakan bilangan yang terdiri atas 2 dijit. Untuk pengematan, ditentukan perjanjian bawa bilangan 01, 26, 51, dan 76 digunakan untuk menyatakan baris 1, bilangan 02, 27, 52, dan 77 digunakan untuk menyatakan baris 2, dan seterusnya. Pada pembacaan di atas, dijit ke-4 dan ke-5 adala 87, maka baris pembacaan jatu pada kolom ke-12, karena 87-( )=12. Seingga TAR yang digunakan adala alaman 2, baris ke-28 dan kolom ke-12. Jika interval nilainya puluan (2 dijit) maka dalam al ini kolom yang digunakan adala Kolom (12) dan (13). 14 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

19 8) Catat angka random yang terdapat pada alaman, baris, dan kolom yang diperole pada butir 3 diatas. Bila angka random tersebut lebi kecil atau sama dengan interval ruma tangga ( AR1 I ), gunakan angka tersebut sebagai nomor urut ruma tangga biasa yang terpili sebagai sampel ruma tangga Susenas Juli Bila lebi besar, cari angka yang lebi kecil atau sama dengan interval, yang terdapat pada kolom yang sama pada baris di bawanya. Lingkari nomor urut ruma tangga biasa yang sama dengan angka random pertama (R 1 ), kemudian gunakan interval sampel untuk mengitung angka random berikutnya, yaitu R 2, R 3,..., R 16 seperti berikut: R 2 = R 1 + I; R 3 = R I;.. R n = R 1 + (n-1) I;.. R 16 = R I. 9) Lingkari nomor urut ruma tangga biasa pada Kolom (9) yang sama dengan angka random terpili. Jika nomor urut ruma tangga biasa di Kolom [9] selesai dilingkari, maka nomor urut bangunan fisik, dan bangunan sensus yang masing-masing terdapat di Kolom [2], dan [3] arus pula dilingkari pula. Keenam belas ruma tangga ini dicatat dalam Daftar VSEN2010.DSRT. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 15

20 Conto pemilian sampel ruma tangga. Misal jumla ruma tangga biasa asil listing ruma tangga SP2010 yang tercantum dalam Daftar SP2010-L1 adala sebanyak 121 ruma tangga biasa dan akan diambil sampel sebanyak 16 ruma tangga. Taapan penarikan sampel dijelaskan sebagai berikut: 1) Interval pemilian sampel ruma tangganya adala : I = n N 121 = = 16 7,56 2) Karena nilai interval sampel adala satu digit, maka kolom yang digunakan dalam TAR adala satu kolom. Bila TAR yang digunakan seperti pada conto di atas, yaitu Halaman 2, Baris 28, Kolom 12 maka angka random pertama yang ditemui adala angka 0. Karena nomor urut ruma tangga pertama adala 1, (bukan nol), maka cari angka lain di baris berikutnya yang nilainya kurang dari interval sampel (I). Pada kolom yang sama di baris 29 diperole angka 5. Karena angka 5 kurang dari interval sampel (I), maka R 1 = 5. Tabel 4. Ilustrasi Tabel Angka Random (TAR) untuk menentukan R1 Pada Conto ) Lingkari nomor urut ruma tangga biasa ke-5 sebagai ruma tangga yang terpili sampel. 16 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

21 4) Tentukan R 2 sampai dengan R 16 seperti berikut: R 2 = R 1 + I = 5 + 7,56 = 12,56 13 R 3 = R 1 + 2I = 5 + (2 7,56) = 20,12 20 R 4 = R 1 + 3I = 5 + (3 7,56) = 27,68 28 R 5 = R 1 + 4I = 5 + (4 7,56) = 35,24 35 R 6 = R 1 + 5I = 5 + (5 7,56) = 42,8 43 R 7 = R 1 + 6I = 5 + (6 7,56) = 50,36 50 R 8 = R 1 + 7I = 5 + (7 7,56) = 57,92 58 R 9 = R 1 + 8I = 5 + (8 7,56) = 65,48 65 R 10 = R 1 + 9I = 5 + (9 7,56) = 73,04 73 R 11 = R I = 5 + (10 7,56) = 80,6 81 R 12 = R I = 5 + (11 7,56) = 88,16 88 R 13 = R I = 5 + (12 7,56) = 95,72 96 R 14 = R I = 5 + (13 7,56) = 103, R 15 = R I = 5 + (14 7,56) = 110, R 16 = R I = 5 + (15 7,56) = 118, ) Seingga ruma tangga biasa terpili adala ruma tangga biasa dengan nomor urut di Kolom (9) adala ruma tangga 5, 13, 20, 28, 35, 43, 50, 58, 65, 73, 81, 88, 96, 103, 111, dan ) Lingkari nomor urut bangunan fisik, dan bangunan sensus yang berada di baris nomor rut ruma tangga biasa yang dilingkari. 7) Salin keenam belas sampel ruma tangga Susenas 2010 tersebut ke Daftar VSEN2010.DSRT. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 17

22 2.8 Estimasi 1) Design Weigt Metode estimasi yang digunakan dalam Susenas 2010 adala metode estimasi langsung (direct estimate). Ole karena itu, sebelum melakukan estimasi terlebi daulu diitung design weigt. Design Weigt atau biasa disebut Weigt adala merupakan kebalikan dari perkalian fraksi penarikan sampel antar taap penarikan sampel, yaitu: dengan: K M W 0 i ij = (1) mn K i W ij : weigt ruma tangga ke j, blok sensus ke i dalam strata K o : total kepala keluarga (KK) dalam strata K i : banyaknya KK di blok sensus ke-i dalam strata M i : banyaknya ruma tangga biasa asil listing SP2010 di blok sensus ke-i dalam strata n m : banyaknya sampel blok sensus strata : banyaknya sampel ruma tangga di blok sensus ke-i 2) Trimming Weigt Design weigt yang tercantum pada butir 1) adala merupakan original weigt. Setela pengitungan weigt, langka berikutnya adala memeriksa distribusi weigt. Apabila terdapat weigt yang ekstrim (pencilan), meskipun anya mempengarui porsi kecil dari sampel, namun dapat mengakibatkan peningkatan varians yang cukup substansial. Hal yang biasa dilakukan adala memangkas (trimming) weigt yang nilainya ekstrim menjadi nilai yang masi dapat 18 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

23 ditoleransi dalam rangka membatasi estimasi varians dan secara bersamaan mencega dominasi sejumla kecil unit sampel teradap keseluruan estimasi. Untuk desain yang menerapkan desain stratifikasi, proses trimming weigt dilakukan dalam setiap strata. Misalkan dalam strata, dan W ij menyatakan original weigt untuk ruma tangga ke j, blok sensus ke-i, W B menyatakan batas atas yang ditentukan untuk strata, maka trimming weigt untuk blok sensus sampel ke-i dalam strata dapat didefinisikan sebagai berikut: dengan: W W = W jikaw < W ij ij B ij ( T ), B jika Wij WB W W B = W S ( W ) : rata-rata weigt strata S ( W ) : standar deviasi weigt strata Sekarang, trimming weigt untuk seluru sampel dapat disesuaikan lebi lanjut sedemikian rupa seingga totalnya sama dengan total original weigt. Trimming weigt: dengan: W T ij = W ij H n i ' ' H W ij n i + W H ij '' n i '' W B T W ij : trimming weigt, ruma tangga ke-j, blok sensus ke-i, strata W ij : design weigt, ruma tangga ke-j, blok sensus ke-i, strata H n W : total design weigt strata i ij Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 19

24 H H n i n i ' ' '' '' W W ij B : total design weigt yang nilainya < WB untuk strata : total design weigt yang nilainya sama dengan batas atas weigt, strata 3) Estimasi Karakteristik Ruma Tangga Dengan menjumlakan faktor pengali seluru ruma tangga sampel pada strata, maka akan diperole estimasi total ruma tangga strata, yaitu: n = m M ˆ * W ij i j Pada umumnya estimasi total ruma tangga tidak sama dengan populasi ruma tangga asil sensus atau proyeksi. Agar estimasi total ruma tangga strata sama dengan total populasi asil sensus atau proyeksi strata, maka faktor pengali ruma tangga pada setiap strata arus disesuaikan (adjusted) dengan mengalikan dengan rasio antara total populasi ruma tangga asil sensus atau proyeksi strata dan estimasi total ruma tangga strata, yaitu: W ( adj) ij M = Mˆ o * W ij dengan: M o : populasi ruma tangga asil sensus atau proyeksi strata ˆ * M : estimasi total ruma tangga strata Misalkan y ij dan x ij masing-masing menyatakan nilai karakteristik Y dan X ruma tangga terpili ke-j di blok sensus terpili ke-i strata, maka estimasi total karakteristik Y, X, dan rasio R = Y/X serta varians bagi rasio adala sebagai berikut: 20 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

25 a. Estimasi total nilai karakteristik X Xˆ H = n i m j W adj ij x ij b. Estimasi total nilai karakteristik Y Yˆ H = n i m j W adj ij y ij c. Estimasi rasio Rˆ = Yˆ Xˆ H Yˆ Rˆ = = H Xˆ n i n i m k m k W W adj ij adj ij y x ij ij d. Estimasi varians rasio Metode estimasi varians yang digunakan adala metode linierisasi Taylor (Taylor Linearization) yang merupakan sala satu metode untuk mengestimasi variance bagi total, rasio ataupun rata-rata yang merupakan bentuk kusus dari rasio. var H ( ) ( f ) Rˆ 1 = m n = = Zˆ 2 Zˆ 2 i Xˆ 2 1 n 1 i 1 n Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 21

26 dengan: Zˆ i Yˆ Rˆ Xˆ Zˆ Yˆ Rˆ Xˆ = i. i, dan =. n : jumla blok sensus terpili dalam strata, Yˆ i : estimasi total karakteristik Y dalam blok sensus i, strata, Xˆ i : estimasi total karakteristik X dalam blok sensus i dan strata, f : fraksi penarikan sampel blok sensus yang pada umumnya bernilai kecil, maka biasanya tidak diperitungkan. Estimasi total karakteristik ruma tangga pada tingkat provinsi merupakan penjumlaan estimasi total karakteristik ruma tangga dari seluru kabupaten/kota pada provinsi tersebut. 4) Estimasi Karakteristik Individu (penduduk) Unit pengamatan individu (penduduk) dalam setiap ruma tangga sampel dibedakan menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Estimasi total penduduk menurut jenis kelamin dalam strata adala sebagai berikut: Pˆ * s n i m = j W adj ij a s ij dengan: ˆ : estimasi total penduduk jenis kelamin s dalam strata s P * (adj) W ij : adjusted weigt ruma tangga sampel ke j, blok sensus sampel ke i, strata s a ij : banyaknya penduduk jenis kelamin s (s = 1 untuk laki-laki, dan s = 2 untuk perempuan) pada ruma tangga sampel ke j blok sensus sampel ke i strata 22 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

27 Agar estimasi total penduduk menurut jenis kelamin strata sama dengan total populasi menurut jenis kelamin asil sensus atau proyeksi strata, maka faktor pengali penduduk menurut jenis kelamin pada setiap strata arus disesuaikan (adjusted) dengan mengalikan dengan rasio antara total populasi penduduk menurut jenis kelamin asil sensus proyeksi strata dan estimasi total penduduk menurut jenis kelamin strata, yaitu: W = s( adj) ijl P Pˆ s o * s W ( adj) ij dengan: s(adj) W ijl : adjusted weigt penduduk (bukan kepala ruma tangga) ke-k berjenis kelamin s dalam ruma tangga terpili ke-j, blok sensus ke-i strata s P o : populasi penduduk jenis kelamin s asil sensus atau proyeksi dalam strata Misalnya s yijl dan s x ijl masing-masing menyatakan nilai karakteristik Y dan X penduduk (anggota ruma tangga) ke-l berjenis kelamin s pada ruma tangga terpili ke-j di blok sensus terpili ke-i strata, maka estimasi total karakteristik Y, X, dan rasio R=Y/X serta varians bagi rasio adala sebagai berikut: a. Estimasi total nilai karakteristik X untuk penduduk berjenis kelamin s: Xˆ s H n ij = i m j s a l W s( adj) ijl x s ijl b. Estimasi total nilai karakteristik Y untuk penduduk berjenis kelamin s: Yˆ s H n ij = i m j s a l W s( adj) ijl y s ijl Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 23

28 c. Estimasi rasio untuk penduduk berjenis kelamin s: ˆ s = R Yˆ Xˆ s s Rˆ s = Yˆ Xˆ s s = H ij H ij n n i i m j m j a a s k s k W W s( adj) ijk s( adj) ijk x y s ijk s ijk d. Estimasi varians rasio Metode estimasi varians yang digunakan adala metode linierisasi Taylor (Taylor Linearization) yang merupakan sala satu metode untuk mengestimasi karakteristik baik untuk total, rasio ataupun rata-rata yang merupakan bentuk kusus dari rasio. dengan: var H ( ) ( f ) Rˆ 1 = m n = = Zˆ 2 Zˆ 2 i Xˆ 2 1 n 1 i 1 n Zˆ i Yˆ Rˆ Xˆ Zˆ Yˆ Rˆ Xˆ = i. i, dan =. n : jumla blok sensus terpili dalam strata, Yˆi : estimasi total karakteristik Y dalam blok sensus i, strata, Xˆ i : estimasi total karakteristik X blok sensus i dan strata, dan f : fraksi penarikan sampel blok sensus, biasanya nilainya kecil, maka biasanya tidak diperitungkan. Estimasi total karakteristik penduduk pada tingkat provinsi merupakan penjumlaan estimasi total karakteristik penduduk dari seluru kabupaten/kota pada provinsi tersebut. 24 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

29 2.9 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data di setiap ruma tangga terpili dilakukan melalui wawancara langsung antara pencaca dengan responden. Keterangan ruma tangga dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala ruma tangga, suami/istri kepala ruma tangga, atau anggota ruma tangga lain yang mengetaui karakteristik yang ditanyakan, sedangkan keterangan individu dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan individu yang bersangkutan. Apabila ruma tangga terpili benar-benar tidak dapat ditemui pada saat pencacaan, maka penggantian sampel dapat dilakukan dengan ruma tangga yang ditemui pada bangunan fisik dan bangunan sensus tersebut. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 25

30 26 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

31 BAB III ORGANISASI LAPANGAN 3.1 Struktur Organisasi berikut: Struktur organisasi mulai dari tingkat BPS RI sampai dengan tingkat daera adala sebagai Tingkat BPS RI 1) Pengara adala Kepala BPS dan Deputi Bidang Statistik Sosial 2) Penanggung jawab survei adala Direktur Statistik Kesejateraan Rakyat sebagai penanggung jawab manajemen survei dan Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei sebagai penanggung jawab metodologi survei 3) Penanggung jawab teknis adala Kepala Subdirektorat Statistik Keseatan dan Perumaan, dibantu anggota lainnya mencakup kepala subdirektorat dan kepala seksi dari beberapa direktorat terkait Tingkat Daera 1) Pengara adala Kepala BPS Provinsi. Penanggung jawab survei di tingkat Kabupaten/ Kota adala Kepala BPS Kabupaten/Kota 2) Penanggung jawab teknis daera adala Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi 3) Pemeriksa asil kegiatan wawancara yang dilakukan ole petugas di lapangan adala Koordinator Tim (Kortim) 4) Pewawancara responden adala Pencaca. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 27

32 3.2 Tugas dan Tanggung Jawab Direktur Statistik Kesejateraan Rakyat 1) Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan Susenas Juli ) Mengkoordinasikan kegiatan persiapan Susenas Juli dengan Sakernas Agustus ) Menyusun rencana survei beserta seluru taapan kegiatannya 4) Menyusun jadwal kegiatan 5) Membuat laporan perkembangan pelaksanaan Susenas Juli Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei 1) Bertanggung jawab atas Metodologi Susenas Juli ) Mengirimkan Daftar VSEN2010.DSBS ke BPS Provinsi sebelum pelaksanaan pelatian dan lapangan 3) Memberikan tanggapan mengenai penggantian sampel 4) Mengola VSEN2010.DSRT Kepala Subdirektorat Statistik Keseatan dan Perumaan 1) Menyusun anggaran kegiatan 2) Menyusun kuesioner dan buku pedoman 3) Mengatur pengadaan dan pengiriman dokumen 4) Menyiapkan program pengolaan dan mengirimkannya ke daera 5) Merancang kegiatan supervisi 6) Membuat laporan teknis pelaksanaan Susenas Juli ) Mengkompilasi asil entri data dari daera 8) Menyusun publikasi 28 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

33 3.2.4 Kepala BPS Provinsi 1) Melaksanakan koordinasi teknis dengan Kabid Statistik Sosial sebagai penanggungjawab teknis di BPS Provinsi 2) Melaksanakan koordinasi, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan lapangan 3) Mengelola anggaran kegiatan survei 4) Melaksanakan pencetakan seluru dokumen yang digunakan sesuai dengan kebutuan, baik untuk pelatian maupun pelaksanaan Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi 1) Menetapkan jumla Tim untuk setiap kabupaten/kota 2) Mengatur pendistribusian dokumen 3) Merencanakan dan melaksanakan pengawasan lapangan 4) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan survei Kepala Bidang IPDS 1) Mengatur dan melaksanakan pengolaan di daera 2) Mengirim asil entri data kor ke BPS RI (up. Direktorat Statistik Kesejateraan Rakyat) Kepala BPS Kabupaten/Kota 1) Menyiapkan berbagai kebutuan lapangan antara lain surat tugas, surat pemberitauan, surat izin, perlengkapan survei, dokumen pelaksanaan lapangan maupun pendukungnya (Peta Blok Sensus SP 2010, VSEN2010.DSBS, SP2010-L1, VSEN2010.DSRT, VSEN2010.K) dan pendanaan. 2) Mengisi VSEN2010.DSBS Kolom (8) letak geografis desa/keluraan (pesisir dan bukan pesisir) berdasarkan asil Podes ) Merekrut calon petugas lapangan. 4) Menyelenggarakan briefing petugas. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 29

34 5) Mengalokasikan beban tugas kepada masing masing tim berdasarkan banyak blok sensus terpili dan jumla tim yang dialokasikan ole BPS Provinsi. 6) Mengawasi pelaksanaan lapangan dalam rangka mengevaluasi prosedur pelaksanaan lapangan dan penerapan konsep/definisi yang digunakan. 7) Mengirim asil pencacaan VSEN2010.K, ke BPS Provinsi untuk diola (atau yang suda diola); serta dokumen lain seperti VSEN2010.DSRT yang arus disimpan di BPS Provinsi. 8) Mengirimkan VSEN2010.DSBS asil lapangan ke BPS Provinsi untuk dikirim ke BPS RI. 9) Membuat dan mengirim laporan pelaksanaan Susenas Juli 2010 kepada penanggung jawab survei tingkat provinsi Koordinator Tim (Kortim) 1) Menerima wilaya tugas yang tela ditetapkan ole BPS Kabupaten/Kota. 2) Menerima dokumen asil listing (SP2010-L1) dari blok sensus yang menjadi tanggung jawabnya, memberikan nomor urut untuk ruma tangga biasa pada dokumen SP2010-L1 kolom (9) 3) Melakukan pemilian ruma tangga sampel, dan menyalinnya ke VSEN2010.DSRT yang dibuat 2 rangkap. 4) Membagi tugas pencacaan kepada masing masing Pencaca berdasarkan VSEN2010.DSRT. 5) Mendistribusikan dokumen pencacaan (VSEN2010.K) yang banyaknya sesuai dengan beban masing masing Pencaca. 6) Berbekal peta blok sensus SP 2010, bersama Pencaca mengenali lokasi yang akan dijadikan sasaran survei. 7) Mengatur kegiatan perjalananan ke lokasi, penggunaan dana, dan baan baan yang dibutukan sebelum kegiatan lapangan dimulai. 30 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

35 8) Mendampingi dan mengevaluasi kinerja Pencaca sejak awal pelaksanaan lapangan, seingga kesalaan kesalaan yang mungkin terjadi bisa diindari sedini mungkin. 9) Membantu menyelesaikan masala masala yang ditemui Pencaca dalam pelaksanaan lapangan. Kusus menyangkut konsep dan definisi, Kortim arus mengacu pada buku pedoman. 10) Memantau kualitas data dengan melakukan pengecekan langsung, dan mengkonfirmasi kuesioner yang tela diisi Pencaca ke responden. 11) Mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan dokumen, memeriksa kewajaran dan konsistensi isian, serta melakukan koreksi dan memberitaukan kesalaan yang dilakukan Pencaca. 12) Memberitaukan lokasi tim dari waktu ke waktu kepada BPS Kabupaten/Kota agar muda dipantau. 13) Menjaga semangat dan kerja sama yang tinggi di antara anggota tim. 14) Menyerakan seluru dokumen asil pencacaan lapangan, VSEN2010.K, VSEN2010.DSRT, dan Peta asil SP 2010 ke BPS Kabupaten/Kota. Kortim bertanggung jawab membangun motivasi di antara Pencaca, seingga mereka bekerja dengan semangat yang tinggi. Untuk mencapai al ini Kortim arus berusaa agar Pencaca: 1) Memaami sepenunya tentang asil yang arus dicapai. 2) Menerima petunjuk Kortim dalam menjalankan tugasnya. 3) Menerima pengargaan sesuai dengan asil kerjanya. 4) Memberi dorongan untuk meningkatkan asil dan mutu pekerjaannya. 5) Menciptakan suasana kerja yang tenang dan aman. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 31

36 Dalam melakukan tugas bersama Pencaca, seyogyanya Kortim mengikuti beberapa petunjuk di bawa ini: 1) Sebaiknya Pencaca diajak berunding dalam pengambilan keputusan dalam segala al yang berkaitan dengan persiapan dan pelaksanaan lapangan. Dalam al ini Kortim arus bersikap tegas dan keputusan yang diambil arus diormati ole semua anggota Tim. 2) Jika petugas melakukan kesalaan, usaakan agar diberikan dalam suasana bersaabat dan tidak ada orang lain. Dengarkan penjelasan Pencaca, tunjukkan keinginan untuk membantunya, dan baas masala yang diadapi. 3) Jika Pencaca mengelu, dengarkan dengan sabar. Cobala untuk mengatasi persoalan tersebut. 4) Usaakan untuk menanamkan semangat bekerja dalam Tim. 5) Kortim sama sekali tidak bole memperlakukan sala seorang Pencaca berbeda dari yang lain. 6) Usaakan untuk selalu berada dalam suasana kekeluargaan, bersaabat dan tidak kaku. Gunakan kata kata yang membangkitkan semangat. Tidak ada gunanya mengkritik sesuatu tanpa memberikan conto yang baik. 7) Kortim arus selalu tepat waktu, bersemangat dan berdedikasi agar Pencaca meniru sikap tersebut. Kortim tidak bole memberi kesan bawa seseorang bekerja lebi ringan atau mendapat perlakuan yang lebi dari anggota tim yang lain, karena al tersebut bisa menimbulkan rasa tidak puas Pencaca 1) Mengikuti briefing petugas lapangan Susenas Juli ) Mengenali wilaya tugas dan menelusuri ruma tangga sampel bersama sama dengan Kortim. 3) Menerima identitas ruma tangga sampel yang disiapkan ole Kortim pada setiap blok sensus yang menjadi tanggung jawabnya. 32 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

37 4) Melakukan wawancara teradap responden pada ruma tangga sampel dengan menggunakan daftar VSEN2010.K. 5) Menjalin kerja sama dengan Kortim, sesama Pencaca, dan semua responden. 6) Melakukan kunjungan ulang untuk wawancara yang belum selesai. 7) Mengoreksi dan memastikan kewajaran serta kelengkapan isian untuk meyakinkan bawa semua pertanyaan tela diajukan ke responden dan semua jawaban responden tela dicatat dengan benar. 8) Mendiskusikan masala yang ditemui dalam pelaksanaan lapangan bersama Kortim dan Pencaca lainnya. 9) Menyerakan dokumen asil pencacaan (VSEN2010.K) berikut dokumen pendukung lainnya. 3.3 Persyaratan Petugas Lapangan Petugas lapangan Susenas Juli 2010 terdiri dari satu orang Koordinator Tim (Kortim) dan 2 orang Pencaca. Kortim diutamakan staf senior di BPS Kabupaten/Kota yang tela berpengalaman. Atas pertimbangan tertentu, Kortim dapat berasal dari staf BPS Provinsi atau Kasi di BPS Kabupaten/Kota yang berpengalaman Susenas. Secara umum, seluru petugas lapangan endaknya memenui persyaratan sebagai berikut: 1) Berpendidikan minimal SLTA. 2) Berpengalaman sebagai petugas survei/penelitian, diutamakan yang berpengalaman sebagai petugas Susenas. 3) Siap untuk bekerja secara tim yang terdiri dari 3 orang, dan mentaati peraturan/kesepakatan yang tela ditentukan. Bagi mereka yang ditunjuk sebagai Kortim, maka selain persyaratan persyaratan tersebut di atas diperlukan pula tambaan persyaratan lain, yaitu: 1) Mampu menjalin pendekatan dengan kepala desa atau ketua RT/RW setempat, serta membuka jalan/meminta izin agar pencaca dapat melakukan wawancara, Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 33

38 2) Mampu menyusun rencana kerja dan memimpin 2 orang petugas pencaca untuk melaksanakan pencacaan secara tim, 3) Mampu memecakan persoalan dan ambatan yang ditemui dalam pelaksanaan lapangan, 4) Siap untuk menggantikan tugas pencaca yang karena sesuatu al tidak dapat melanjutkan pekerjaannya, dan 5) Bertanggung jawab teradap kelengkapan asil pencacaan semua petugas pencaca yang berada di bawa koordinasinya. 34 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

39 BAB IV BRIEFING PETUGAS Seubungan dengan tidak adanya pelatian maka petugas akan mendapat briefing 1 (satu) ari di kantor BPS Kabupaten/Kota, dengan petugas pengajar briefing adala Kasi Sosial di masingmasing Kabupaten/Kota. Mengingat pelaksanaan briefing yang anya satu ari, maka dengan segala keterbatasannya, diarapkan petunjuk di bawa ini dapat dijadikan sebagai araan untuk tercapainya asil pelaksanaan lapangan yang maksimal Teknis Pemilian Petugas 1. Kortim yang dipili seyogyanya adala orang yang benar-benar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, kususnya dari segi penguasaan materi maupun ketersediaan waktu. 2. Bagi pejabat struktural yang merangkap kortim perlu dicarikan solusi yang tepat dan terbaik seingga tidak tumpang tindi kegiatan yang berdampak kortim tidak sempat standby dan mengecek dokumen di lapangan 3. Pendampingan, evaluasi dan koreksi teradap kelemaan petugas ole kortim kususnya pada 2-3 RT pertama sangat diperlukan untuk terjaminnya kualitas data 4. Petugas lapangan yang dipili adala petugas yang tela terlati dan berpengalaman dalam pelaksanaan Susenas, diutamakan orang setempat yang mengetaui karakteristik masyarakat di daeranya. Seingga diarapkan tela menguasai teknik bertanya yang tepat selain juga dituntut menguasai pertanyaan dalam kuesioner Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 35

40 Teknis Pelaksanaan Lapangan 1. Pada prinsipnya tidak ada penggantian sampel ruma tangga. Apabila ruma tangga terpili benar-benar tidak dapat ditemui pada saat pencacaan, maka penggantian sampel dapat dilakukan pada ruma tangga di bangunan fisik/sensus tersebut. 2. Perlu diperatikan bawa kesalaan sering terjadi pada saat menterjemakan jawaban responden ke dalam isian pada kuesioner, sala lingkar jawaban ataupun sala menuliskan kode yang sesuai. Hal ini adala kesalaan fatal dimana dapat mengakibatkan sala pada data yang didapat. 3. Lama wawancara yang dilakukan petugas masi kurang dari waktu ideal. Perlu dilakukan probing yang lebi mendalam kususnya teradap konsumsi ruma tangga. Hal ini mutlak dibutukan untuk mengurangi under estimate yang selama ini terjadi teradap isian data konsumsi ruma tangga 4. Kedisiplinan penggunaan kuesioner perlu lebi diperatikan, seingga pencaca tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengaluskan asil wawancara. 5. Blok IV Kolom (2) Susunan Anggota Ruma Tangga (ART) mengikuti aturan baku susunan ART pada SP Nama ART disusun mengikuti aturan baku seperti berikut ini: a. Nomor urut pertama adala nama KRT dan diikuti ole nama istri/suami (pasangannya). b. Nomor urut berikutnya adala nama anak-anaknya yang belum menika. Susunan nama anak-anak yang belum menika diurutkan mulai dari yang tertua. c. Nomor urut berikutnya adala nama anak yang tela menika yang diikuti ole pasangannya dan anak-anaknya yang belum menika. Susunan nama anak-anak dari pasangan ini yang belum menika diurutkan mulai dari yang tertua. Demikian seterusnya, untuk para Anak dari KRT yang tela menika disusun berurutan dengan pasangannya dan anak-anaknya. d. Nomor urut berikutnya adala ART selain anak, yang suda menika diikuti ole pasangannya dan anak-anaknya yang belum menika 36 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

41 e. Nomor urut berikutnya adala ART lainnya yang tanpa pasangan dan tanpa anak mulai dari Orang tua/mertua, Famili lain, Pembantu/Sopir/tukang kebun, dan Lainnya. 6. Lebi teliti dalam pengisian umur. Umur arus ditanyakan sesuai dengan prosedur yang berlaku serta perlu digali lebi dalam, bila responden tidak tau pasti umurnya. 7. Kemampuan membaca dan menulis Huruf Arab dan Huruf lainnya, arus benar-benar ditanyakan apaka responden benar-benar dapat membaca dan menulis kalimat sederana. 8. Imunisasi pada bayi, peratikan keterkaitan antara umur bayi dan jenis imunisasi yang sewajarnya tela diberikan kepada bayi 9. Keikutsertaan pada pendidikan non formal seperti paket A/B/C yang disebelumnya selalu dikategorikan tidak sekola lagi, saat ini di kategorikan masi sekola. Blok V.C. R.15 pilian jawaban masi bersekola (kode 2), termasuk di dalamnya ART yang sedang mengikuti Paket A, Paket B, dan Paket C. 10. Jika seseorang perna/sedang bersekola di jenjang formal, karena gagal UAN kemudian ikut ujian paket, maka jenjang dan jenis pendidikan tertinggi yang perna/sedang yang diduduki adala jenjang formalnya dan ijaza/sttb tertinggi yang dimiliki adala ijaza paket. 11. Blok V.C. R. 20 yang dimaksud mengakses internet di ruma/kantor/sekola bila ART mengakses internet menggunakan PC/Laptop yang terubung dengan line telepon/pstn (Public Switced Telepone Network) yang ada di ruma/kantor/sekola. 12. Blok V.C R.20 yang dimaksud mengakses internet di HP bila ART mengakses internet menggunakan HP, tanpa memperatikan lokasinya (apaka di ruma, di sekola, dikantor, dan sebagainya). 13. Kegiatan pencacaan tidak dapat terlepas dari kegiatan pengawasan atau supervisi ole orang yang berkompeten atau memaami kegiatan Susenas. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 37

42 38 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

43 PENGAWASAN BAB V Sala satu faktor penting dalam upaya meningkatkan kualitas data sebua survei adala mengoptimalkan pengawasan. Pengawasan tidak anya pada proses pencacaan, tetapi juga pada proses persiapan dan pasca pencacaan. Selain pengawasan yang akan dilakukan ole BPS, maka pengawasan dalam pelaksanaan Susenas Juli 2010 arus dilakukan juga ole BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota. Beberapa al penting yang perlu mendapat peratian terkait pengawasan dalam pelaksanaan Susenas Juli 2010 adala : 1. Pengawasan teradap alokasi Tim di masing masing kabupaten/kota. Apaka suda mempertimbangkan sebaran sampel dan tingkat kesulitan lapangan? 2. Pengawasan teradap tenaga tenaga yang direkrut. Apaka suda sesuai dengan persyaratan dan kompetensi yang diarapkan? 3. Pengawasan teradap kelengkapan dokumen dokumen pelaksanaan. Apaka daftar dan dokumen yang diterima dari BPS suda sesuai dengan kebutuan? 4. Pengawasan teradap pengalokasian dokumen dokumen ke BPS Kabupaten/Kota. Apaka ada kekeliruan dalam pengalokasiannya baik jumla maupun tujuannya? 5. Pengawasan teradap rencana jadwal lapangan masing masing Tim. Apaka ada yang tidak rasional? Atau ada yang bersamaan dengan jadwal kegiatan statistik lainnya? 6. Pengawasan teradap kesiapan Tim dalam menerapkan strategi lapangan. Apaka suda maksimal? Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 39

44 7. Pengawasan teradap kinerja lapangan Tim. Apaka suda sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang tela ditetapkan? 8. Pengawasan teradap penanganan asil lapangan. Apaka efektif? 9. Pengawasan teradap kualitas asil lapangan. Apaka asilnya benar benar tela menggambarkan kondisi sosial ekonomi penduduk pada wilaya tersebut? 40 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

45 BAB VI PENGOLAHAN Pengolaan seluru dokumen asil pencacaan Susenas Juli 2010 (VSEN2010.K) akan dilakukan di daera. BPS Provinsi bertindak sebagai koordinator penyelenggaraan pengolaan. Pada dasarnya, pengolaan Susenas Juli 2010 disarankan di BPS kabupaten/kota, namun dalam kondisi tertentu BPS provinsi dapat melakukan pengolaan. Program pengolaan dan pedomannya akan disiapkan ole BPS RI dan dikirimkan segera ke BPS provinsi setela dilakukan beberapa penyempurnaan. BPS provinsi arus suda mempersiapkan sejumla komputer/ardware pengolaan lainnya sesuai kebutuan, menunjuk koordinator dan staf pengentri, serta upaya upaya manajemen pengolaan lainnya. Hasil pengolaan disarankan dapat dikirimkan secara berangsur ke BPS tanpa menunggu seluru dokumen selesai dientri, namun tetap mempertimbangkan keutuan data per blok sensus. BPS RI akan melakukan proses revalidasi teradap data yang diterima sebelum dilakukan tabulasi final. Konsultasi teradap permasalaan yang timbul berkaitan dengan program pengolaan agar mengubungi VOIP dengan nomor atau address demikian pula pengiriman data asil entri melalui atau melalui VPN bps dengan nomor IP address pada folder Susenas09/xx dimana xx adala kode provinsi, misalnya untuk Provinsi Nanggroe Ace Darussalam foldernya Susenas09/11. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 41

46 42 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

47 LAMPIRAN Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 43

48 44 Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota

49 Lampiran 1. Jumla Sampel Blok Sensus dan Ruma Tangga Susenas Juli 2010 No Urut Kode Provinsi Kabupaten/ Kota Kecamatan Blok Sensus Ruma Tangga (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 11 NANGGROE ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEP BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH D.I. YOGYAKARTA JAWA TIMUR BANTEN BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA Jumla Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota 45

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Data yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan diantaranya adalah data pendidikan, kesehatan, perumahan, konsumsi/pengeluaran rumah tangga, dan sosial ekonomi lainnya. Data-data

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Umum. 1.2 Tujuan

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Umum. 1.2 Tujuan PENDAHULUAN 1.1 Umum BAB I Data yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan diantaranya adalah data pendidikan, kesehatan, perumahan, konsumsi/pengeluaran rumah tangga, dan sosial ekonomi lainnya. Data-data

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2013

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2013 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral

Lebih terperinci

SUSENAS (SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL) PANEL MARET 2008 PEDOMAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA. Buku I

SUSENAS (SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL) PANEL MARET 2008 PEDOMAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA. Buku I Buku I SUSENAS (SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL) PANEL MARET 2008 PEDOMAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA BADAN PUSAT STATISTIK - JAKARTA DAFTAR ISI Halaman Bab 1. Pendahuluan...

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2014

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2014 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN i ii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 2 1.2. Tujuan 2 1.3. Ruang Lingkup 2 1.4. Jenis Data yang Dikumpulkan 2 1.5. Jenis Dokumen dan Daftar yang Digunakan 3 1.6.

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR) Laporan ditulis pada: December 14, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (KOR)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (KOR) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (KOR) Laporan ditulis pada: January 28, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

Survei Perlindungan Sosial (Suplemen Susenas 2013 Triwulan I), 2013

Survei Perlindungan Sosial (Suplemen Susenas 2013 Triwulan I), 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perlindungan Sosial (Suplemen Susenas 2013 Triwulan I), 2013 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2017

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2017 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2017 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral

Lebih terperinci

SPPLH dan. Kepalaa BPS Kabup. paten/kota

SPPLH dan. Kepalaa BPS Kabup. paten/kota SPPLH 2013 SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGANN HIDUP 2013 Buku I. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kepalaa BPS Kabup paten/kota BADAN PUSAT STATISTIK Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010 Semester 1 (Panel)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010 Semester 1 (Panel) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010 Semester 1 (Panel) Laporan ditulis pada: December 18, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adala penelitian komparasi. Kata komparasi dalam baasa inggris comparation yaitu perbandingan. Makna dari

Lebih terperinci

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Data ketenagakerjaan yang dihasilkan BPS dikumpulkan melalui

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Susenas pertama kali dilaksanakan pada tahun 1963. Dalam dua dekade terakhir, sampai dengan tahun 2010, Susenas dilaksanakan setiap tahun. Susenas didesain memiliki 3 modul (Modul

Lebih terperinci

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING BAB III STRATIFIED CUSTER SAMPING 3.1 Pengertian Stratified Cluster Sampling Proses memprediksi asil quick count sangat dipengarui ole pemilian sampel yang dilakukan dengan metode sampling tertentu. Sampel

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2009

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2009 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2009 ABSTRAKSI Data yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan diantaranya adalah data pendidikan, kesehatan, perumahan, konsumsi/pengeluaran

Lebih terperinci

SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL

SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL Buku I SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL [ SUSENAS MARET 2015 ] PEDOMAN KEPALA BPS PROVINSI, KEPALA BIDANG STATISTIK SOSIAL, DAN KEPALA BPS KABUPATEN/KOTA -----------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2006

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2006 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2006 ABSTRAKSI Dalam pelaksanaan tugasnya, Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

Katalog BPS: Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: Katalog BPS: 2204009 Katalog BPS: 2204009 PROFIL MIGRAN HASIL SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2011 2012 ISBN : 978-979-064-620-9 Katalog BPS : 2204009 No. Publikasi : 04140.1301 Ukuran Buku : 17,6 cm

Lebih terperinci

STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2013

STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2013 PANDUAN PELAKSANAAN STUDI PENGUKURAN TI NGKAT KEBAHAGI AAN (SPTK) 0 BADAN PUSAT STATI STI K PANDUAN PELAKSANAAN STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 0 BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR Buku

Lebih terperinci

BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING

BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING BAB III METODE STRATIFIED RADOM SAMPIG 3.1 Pengertian Stratified Random Sampling Dalam bukunya Elementary Sampling Teory, Taro Yamane menuliskan Te process of breaking down te population into rata, selecting

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 September (Modul)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 September (Modul) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 September (Modul) Laporan ditulis pada: November 28, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar 26 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adala siswa kelas VII B MTs Al Hikma Bandar Lampung semester genap taun pelajaran 2010/2011 pada pokok baasan Gerak Lurus. Dengan jumla

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuantitati dengan desain posttest control group design yakni menempatkan subyek penelitian kedalam

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015 ABSTRAKSI Salah satu survei yang diselenggarakan oleh BPS secara rutin setiap tahun adalah

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2012

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2012 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2012 ABSTRAKSI Data yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan diantaranya adalah data

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL SURVEI EVALUASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN KAMPUNG 2009 Di PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT

LAPORAN HASIL SURVEI EVALUASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN KAMPUNG 2009 Di PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT LAPORAN HASIL SURVEI EVALUASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN KAMPUNG 2009 Di PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT [Integrasi dengan Susenas Juli 2009] BADAN PUSAT STATISTIK

Lebih terperinci

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus perlu memaami baasan tentang system bilangan real karena kalkulus didasarkan pada system bilangan real dan sifatsifatnya. Sistem bilangan yang

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN 64 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejara Singkat Berdirinya Madrasa Tsanawiya Negeri I Candi Laras Utara Madrasa Tsanawiya pada awal didirikan pada taun 1983, ini

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (Modul)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (Modul) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (Modul) Laporan ditulis pada: December 8, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan tahunan yang diselenggarakan BPS untuk memenuhi kebutuhan data sosial ekonomi. Data yang dihasilkan Susenas Kor

Lebih terperinci

Imtiyaz, et al, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan...

Imtiyaz, et al, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan... Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember (Analysis of P-IRT Number on Te Food Label IRTP Production in Kaliwates District Jember Regency) Andi Hilman

Lebih terperinci

AUDITING 2 PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG

AUDITING 2 PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG AUDITING 2 PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG NAMA KELOMPOK : KHUSNUL KHOTIMAH (108 694 003) INDAH NOVITASARI (108 694 012) LAILATUR ROHMAH (108 694 028) MOCH. BAGUS ALIM MS (108 694

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2016

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2016 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral

Lebih terperinci

Umum Dalam pelaksanaan tugasnya, Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral maupun lintas sektoral. Untuk melihat keadaan,

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2012-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN ALAM SEKITAR. Abstrak

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN ALAM SEKITAR. Abstrak UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN ALAM SEKITAR Siti Halima 1, Jon Sabari 2 1 Maasiswa Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta (2015) 2 Dosen Pengampu

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 Modul (Gabungan)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 Modul (Gabungan) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 Modul (Gabungan) Laporan ditulis pada: November 29, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adalah salah satu industri

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adalah salah satu industri BAB IV HASIL PENELITIAN PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adala sala satu industri pembuatan obat obatan terkemuka di Indonesia dibawa naungan BUMN. Dalam proses produksinya PT Kimia Farma (Persero)

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2008

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2008 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2008 ABSTRAKSI Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan Badan Pusat Statistik. Sejak tahun 1963 BPS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Umum

I. PENDAHULUAN. A. Umum I. PENDAHULUAN A. Umum Dalam pelaksanaan tugasnya, Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral maupun lintas sektoral. Selain

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN SURVEI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2014

PANDUAN PELAKSANAAN SURVEI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2014 PANDUAN PELAKSANAAN SURVEI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2014 BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016 ABSTRAKSI Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sensus dan survei antara lain: Sensus Penduduk

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS JURNAL EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIA PADA MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR DI SMP NEGERI 5 KEDIRI THE EFFECTIVENESS OF

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN Umum

BAB PENDAHULUAN Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Susenas pertama kali dilaksanakan pada tahun 1963. Dalam dua dekade terakhir, sampai dengan tahun 2010, Susenas dilaksanakan setiap tahun. Susenas didesain memiliki 3 modul

Lebih terperinci

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan.  INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2014-2016 http://www.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd JURNAL PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KUMON PADA MATERI PEMBAGIAN BENTUK ALJABAR KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA KEDIRI PADA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE

Lebih terperinci

SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN HIDUP 2013

SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN HIDUP 2013 SPPLH 2013 SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN HIDUP 2013 Buku III. Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan BADAN PUSAT STATISTIK Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan SPPLH 2013 i ii Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan SPPLH

Lebih terperinci

STATISTICS WEEK 8. By : Hanung N. Prasetyo POLTECH TELKOM/HANUNG NP

STATISTICS WEEK 8. By : Hanung N. Prasetyo POLTECH TELKOM/HANUNG NP STATISTICS WEEK 8 By : Hanung N. Prasetyo BAHASAN Pengertian Hypotesisdan Hypotesis Testing Tipe Kesalaan dalam Pengujian Hipotesis Lima Langka Pengujian Hipotesis Pengujian: Dua Sisi dan Satu Sisi Uji

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997 Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

Profil LKS IPA SMP Berorientasi Active Learning dengan Strategi Belajar Mengajukan Pertanyaan

Profil LKS IPA SMP Berorientasi Active Learning dengan Strategi Belajar Mengajukan Pertanyaan Profil LKS IPA SMP Berorientasi Active Learning dengan Strategi Belajar Mengajukan Pertanyaan Iin Indawati, Tjandrakirana, Rinie Pratiwi Puspitawati Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jalan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik

Lebih terperinci

Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2014

Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2014 ABSTRAKSI Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum (public well-being). Konsekuensinya,

Lebih terperinci

SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL

SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL Buku III SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL [ SUSENAS MARET 2015 ] PEDOMAN PENGAWASAN \ ----------------------------------------------------------------------------------------------------- KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2015

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2015 ABSTRAKSI Salah satu survei yang diselenggarakan oleh BPS secara rutin setiap tahun adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).

Lebih terperinci

SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL

SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL BUKU III SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL [ SUSENAS JULI 2009 ] PEDOMAN PENCACAHAN KOR (Untuk Pencacah dan Kortim) BADAN PUSAT STATISTIK - JAKARTA DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i I. PENDAHULUAN 1 1.1 Umum

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (Modul )

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (Modul ) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (Modul ) Laporan ditulis pada: January 22, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi 8 Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi ; Model Matematika dari Masala yang Berkaitan dengan ; Ekstrim Fungsi Model Matematika dari Masala

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Tim Penyusun KATA PENGANTAR Salah satu bentuk mobilitas nonpermanen yang mengalami perkembangan adalah kegiatan commuting atau nglaju, dimana keberadaannya semakin pesat terutama pada kota-kota besar dan sekitarnya.

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 - 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya

Lebih terperinci

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012 ABSTRAKSI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI12) merupakan SDKI yang ketujuh mengenai kondisi demografi dan kesehatan

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2010

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2010 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2010 ABSTRAKSI Sakernas dirancang khusus untuk mengumpulkan data yang dapat menggambarkan keadaan umum ketenagakerjaan antar periode pencacahan.

Lebih terperinci

Survei Kebutuhan Data, 2013

Survei Kebutuhan Data, 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Kebutuhan Data, 2013 ABSTRAKSI SKD pertama kali dilaksanakan pada tahun 2005, setelah itu tahun 2008, tahun 2009 dan tahun 2010. Pada SKD 2010 analisis dilakukan terhadap data

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017 ABSTRAKSI Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sensus dan survei antara lain:

Lebih terperinci

SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2014 PEDOMAN PEMERIKSA (ST2013-SPI.PMS)

SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2014 PEDOMAN PEMERIKSA (ST2013-SPI.PMS) KATALOG BPS: 1402030 SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2014 PEDOMAN PEMERIKSA (ST2013-SPI.PMS) BADAN PUSAT STATISTIK Kata Pengantar Sensus Pertanian 2013 (ST2013)

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

Abstrak. : kepatuhan ibu, imunisasi bayi. Kata kunci

Abstrak. : kepatuhan ibu, imunisasi bayi. Kata kunci HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA BANDENGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUKUH KOTA PEKALONGAN Hilda Prajayanti Ana Setyowati

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2009

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2009 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2009 ABSTRAKSI Pada tahun 2009, menurut gilirannya adalah Susenas Modul Sosial Budaya dan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan 59 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dan dilakukan dengan menganalisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003.

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala Pendidikan merupakan sala satu kebutuan manusia yang penting untuk mengembangkan diri dalam keidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan terbagi atas pendidikan

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Panel Maret, 2008

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Panel Maret, 2008 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Panel Maret, 2008 ABSTRAKSI Susenas Panel 2008 merupakan tahun pertama dari paket Susenas Panel 2008-2010. Rumah tangga sampelnya merupakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI

1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2005 BPS mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk melaksanakan Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk 2005 (PSE 05), implementasi sebenarnya adalah pendataan

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2015

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2015 ABSTRAKSI Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sensus dan survei antara lain: Sensus Penduduk

Lebih terperinci

Lina Sri Rahayu, Achmad Ramadhan, dan Najamuddin Laganing

Lina Sri Rahayu, Achmad Ramadhan, dan Najamuddin Laganing Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2 ISSN 2354-614X Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Hewan Berdasarkan Makanannya Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SDN Bumi Harapan Kecamatan

Lebih terperinci

PEDOMAN 2. SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) agustus 2012 PEDOMAN PENGAWAS

PEDOMAN 2. SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) agustus 2012 PEDOMAN PENGAWAS PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) agustus 2012 PEDOMAN PENGAWAS DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Halaman A. Umum... 1 B. Tujuan... 1 C. Ruang Lingkup... 2 D. Data yang Dikumpulkan... 2 E.

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2013

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2013 ABSTRAKSI Sakernas dirancang khusus untuk mengumpulkan data yang dapat menggambarkan keadaan umum ketenagakerjaan. Sakernas Tahunan

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017 SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017 Mariet Tetty Nuryetty Badan Pusat Statistik Forum Informatika Kesehatan Indonesia ke 5 Mercure Hotel Surabaya, 9 November 2017 SDKI? salah satu survei sosial

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

Survei Kebutuhan Data, 2014

Survei Kebutuhan Data, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Kebutuhan Data, 2014 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai penyedia data dan informasi. Data BPS dipakai oleh berbagai instansi dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

Buku V SUSENAS (SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL) PANEL MARET 2008 PEDOMAN PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN (KONSISTENSI) BADAN PUSAT STATISTIK - JAKARTA

Buku V SUSENAS (SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL) PANEL MARET 2008 PEDOMAN PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN (KONSISTENSI) BADAN PUSAT STATISTIK - JAKARTA Buku V SUSENAS (SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL) PANEL MARET 2008 PEDOMAN PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN (KONSISTENSI) BADAN PUSAT STATISTIK - JAKARTA DAFTAR ISI Halaman BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Umum 1 1.2

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.3-/216 DS71-99-46-4 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL

SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL [SUSENAS JULI 010] BUKU 3 PEDOMAN PENCACAHAN KOR (Untuk Pencacah dan Kortim) BADAN PUSAT STATISTIK Pedoman Pencacahan Kor DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i I. PENDAHULUAN 1

Lebih terperinci

Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2013

Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2013 ABSTRAKSI Kemajuan pembangunan yang telah diraih bangsa Indonesia masih menyisakan berbagai permasalahan sosial, salah satunya kriminalitas.

Lebih terperinci

Pedoman Pencacahan dan Pemeriksaan Survei Kebutuhan Data 2014

Pedoman Pencacahan dan Pemeriksaan Survei Kebutuhan Data 2014 i ii iii Pedoman Pencacahan dan Pemeriksaan Survei Kebutuhan Data 2014 No. Publikasi: 03210.1401 Katalog BPS: 1404007 Ukuran Buku: 18,3 x 25,6 cm Jumlah Halaman: x + 73 Naskah: Subdirektorat Rujukan Statistik,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go ii Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN : 978-979-064-314-7 No. Publikasi: 04000.1109 Katalog

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR GAMBAR... ii BAB I PENDAHULUAN Umum... 1 BAB II TAHAP PRA KOMPUTER... 2

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR GAMBAR... ii BAB I PENDAHULUAN Umum... 1 BAB II TAHAP PRA KOMPUTER... 2 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Umum... 1 BAB II TAHAP PRA KOMPUTER... 2 2.1. Receiving dan Batching... 2 2.2. Editing dan Coding... 3 BAB III TAHAP INSTALASI...

Lebih terperinci

Survei Tendensi Konsumen, 2016

Survei Tendensi Konsumen, 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Tendensi Konsumen, 2016 ABSTRAKSI Informasi dini mengenai kondisi perekonomian suatu negara/wilayah sangat diperlukan oleh pemerintah dan dunia usaha. Pemerintah memerlukan

Lebih terperinci