BAB II SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU"

Transkripsi

1 9 BAB II SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung begitu pesat sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang rumit dan kompleks, serta memerlukan pemecahan secara proporsional. Dalam bidang pendidikan juga terdapat berbagai permasalahan yang memerlukan pemecahan secara proporsional pula, baik yang menyangkut proses belajar mengajar, yang berkaitan dengan kebijaksanaan, manajemen, pendekatan, strategi, isi maupun sumber-sumber pendidikan dan pembelajaran. Untuk itu personil pendidikan terutama guru, harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Namun untuk maksud tersebut guru-guru sering menghadapi kesulitan jika harus melakukannya sendiri karena keterbatasan ekonomi maupun waktu. Pada dasarnya guru mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk meningkatkan kinerja. Namun banyak faktor yang menghambat mereka dalam mengembangkan berbagai potensinya secara optimal. Oleh karena itu sangat dirasakan perlunya pembinaan yang berkesinambungan terhadap para guru dan personil pendidikan yang lain di sekolah. Program pembinaan guru dan personil pendidikan lazim disebut supervisi pendidikan. Untuk itu para pembina dan kepala sekolah perlu memiliki pemahaman tentang supervisi pendidikan. A. Supervisi Pendidikan 1. Pengertian Supervisi a. Secara Etimologi Perkataan supervisi berasal dari bahasa Inggris supervision yang terdiri dari dua perkataan yaitu super dan vision. Super berarti atas atau lebih, sedangkan vision berarti melihat atau meninjau. Oleh karena secara etimologi supervisi (supervision) berarti melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan pihak atasan

2 10 (orang yang memiliki kelebihan) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan. 1 b. Secara Terminologi Pada bab satu sudah disampaikan beberapa pengesahan seperti menurut para ahli. Pada bagian ini akan disampaikan pendapat-pendapat lain dari para ahli tentang pengertian supervisi, antara lain : (1) M. Ngalim Purwanto Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. 2 (2) Piet A. Sahertian Supervisi adalah usaha memberi layanan kepada guru-guru baik sacara kelompok dalam memperbaiki pengajaran. 3 (3) Hadari Nawawi Supervisi adalah pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru (orang yang dipimpin) agar menjadi guru-guru atau personal yang semakin cakap. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahauan pada umumnya, agar mampu meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar di sekolah. 4 Beberapa definisi di atas secara implisit mengandung ide-ide pokok seperti menggalakkan profesional guru, memberikan layanan dan bantuan kepada guru, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan efektifitas proses belajar mengajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah merupakan usaha mengarahkan, mengkoordinasi dan membimbing guru secara kontinu baik secara individual maupun kolektif agar lebih efektif 1 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan (Jakarta : Gunung Agung, 1981) hlm Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta : Mutiara, 1978) hlm Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik SupervisiPendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta : Rineka Cipta, 2000) hlm Dr. Hadari Nawawi, op. cit., hlm 104

3 11 dalam mengelola proses belajar mengajar dan mampu memecahkan berbagai masalah pendidikan dan pengajaran secara efektif dan efisien. 2. Dasar dan Tujuan Supervisi Pendidikan. a. Dasar Supervisi Pendidikan Guru sebagai salah satu komponen sumber daya pendidikan memerlukan bantuan supervisi. Hal-hal yang mendasari adanya supervisi pendidikan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Dasar Kultural (2) Dasar Filosofis (3) Dasar Psikologis (4) Dasar Sosiologis (5) Dasar Sosial (6) Dasar Pertumbuhan Jabatan. 5 Uraian dari dasar supervisi tersebut adalah sebagai berikut : (1) Dasar Kultural Kebudayaan pada saat ini banyak mengalami perubahan dan percampuran. Perubahan itu di antaranya disebabkan karena hasil akal budi manusia yang semakin maju. Sekolah sebagai pusat kebudayaan bertugas dan bertanggung jawab menyeleksi unsur-unsur kebudayaan serta mengembangkan melalui kreativitas dan kemampuan penalaran siswa maupun guru. Secara positif sekolah bertugas menghasilkan karya nyata, baik berupa gagasan, ide, pola tingkah laku, kebiasaan berbudaya yang baik maupun berupa benda budaya. Di sinilah perlunya bagi yang bertugas mengembangkan potensi, kreativitas para peserta didik dan mengkoordinasi segala usaha dalam rangka mengembangkan budaya sekolah. 6 (2) Dasar Filosofis Suatu sistem pendidikan dikatakan berhasil guna dan berdaya guna bila berakar mendalam pada nilai-niai yang ada dalam pandangan 5 Piet A. Sahertian, loc cit., hlm. 4 6 Ibid, hlm. 5

4 12 hidup suatu bangsa. Di Indonesia sistem Among seperti yang dipelopori oleh Ki Hajar Dewantoro melalui Taman Siswa yang mendasarkan pendidikannya pada filsafat dan budaya nasional. Jika dilihat dari segi filsafat, maka perlu ada orang yang menterjemahkan konsep-konsep pendidikan yang masih abstrak ke dalam pengertian yang lebih operasional. 7 (3) Dasar Psikologis Secara psikologis supervisi itu terletak berakar mendalam pada pengalaman manusia. Pada diri manusia terdapat potensi-potensi untuk menghasilkan sesuatu sehingga mnusia dapat memiliki cara pemecahan suatu masalah baik sekarang maupun yang akan datang. Pendidikan bertugas memberi dorongan untuk mencipta dan membina kreativitas. Kondisi kreativitas itu tidak datang sendiri tapi harus dilatih dan diajarkan. Kondisi yang mendorong atau menghambat kreativitas bersumber pada kegiatan jiwa, seperti pengamatan, persepsi, pertimbangan dan perasaan. Jelaslah bahwa penciptaan suasana psikologis seperti rasa aman, kebebasan, kehangatan suasana dapat mendorog kreativitas. Tugas supervisi adalah menciptakan suasana sekolah yang penuh kehangatan sehingga setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri. 8 (4) Dasar Sosiologis Masyarakat dewasa ini selalu berubah. Sikap perubahan mempunyai pengaruh terhadap tindakan dan pola tingkah laku seseorang. Dalam era globalisasi telah terjadi pergeseran nilai sehingga norma-norma kehidupan menjadi relatif. Menghadapi seperti ini guru-guru memerlukan supervisor untuk mengadakan tukar-menukar ide dan pengalaman tentang mana yang terbaik dalam menghadapi tata nilai dalam dunia pendidikan. 9 7 Ibid, hlm 6 8 Ibid, hlm 7 9 Ibid, hlm. 11

5 13 (5) Dasar Sosial Cara kerja yang bersifat kooperatif secara bertanggung jawab merupakan cara kerja yang baik. Dalam masyarakat orang saling menghargai pendapat orang lain, saling menolong, saling memberi kebebasan kepada orang lain sehingga tercipta rasa bersama dan rasa aman. Dalam hal ini sebagai supervisor berfungsi membantu, mendorong, menstimulasi tiap anggota untuk bekerja sama. 10 (6) Dasar Pertumbuhan Jabatan Guru seharusnya mempunyai misi dan masa depan. Ketajaman visi mendorong guru-guru untuk mampu mengembangkan misinya untuk dapat mewujudkan misi tersebut, guru harus belajar terus menjadi guru yang profesional antara lain memiliki keahlian dalam hidup yang diajarkan, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan mau menerima inovasi serta perubahan. Dalam menghadapi perubahanperubahan diperlukan pembina atau supervisor yang mempu membina guru-guru agar mampu melakukan tugas profesinya. 11 b. Tujuan Supervisi Pendidikan Tujuan supervisi secara umum adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses pembelajaran. 12 Secara khusus Ametembun (1981), seperti dikutip oleh E. Mulyasa, mengupas tujuan supervisi pendidikan sebagai berikut : (1) Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk mengetahui tujuan pendidikan. (2) Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang lebih efektiif. 10 Ibid, hlm Ibid, hlm Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004) hlm. 40

6 14 (3) Membantu kepala sekolah dan guru-guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-aktivitas dan kesulitan-kesulitan belajar mengajar (4) Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif. (5) Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal. (6) Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan program pendidikan. (7) Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-tuntutan yang tidak wajar dan kritik yang tidak sehat dari masyarakat. (8) Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi aktivitasnya dalam mengembangkan kreativitas peserta didik. (9) Mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan di antara guru Fungsi Supervisi Pendidikan Menurut Swearingen dalam bukunya Supervision of Intruction Foundation and Dimension yang dikutip oleh Sahertian, mengemukakan fungsi supervisi, yaitu sebagai berikut : a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah c. Memperluas pengalaman guru-guru d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus. f. Menganalisis situasi belajar mengajar g. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada setiap anggota staf. h. Mengintegrasikan tujuan-tujuan pendidikan. 14 Uraian tentang kedelapan fungsi supervisi tersebut adalah sebagai berikut : 13 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implementasi (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003) Cet. 4 hlm Piet A. Sahertian, op.cit., hlm. 21

7 15 a. Mengkoordinasi Usaha Sekolah Oleh karena perubahan terus menerus terjadi, maka kegiatan sekolah juga makin bertambah. Usaha-usaha sekolah untuk meningkatkan hasil agar meksimal semakin banyak. Maka perlu adanya koordinasi yang baik terhadap semua usaha sekolah, misalnya : (1) Usaha setiap guru Beberapa guru yang mengampu mata pelajaran yang sama dan ingin mengemukakan idenya serta menguraikan materi pelajaran menurut pandangannya ke arah peningkatan, maka hal itu perlu dikoordinasikan (2) Usaha-usaha sekolah Seorang supervisor dalam menentukan kebijakan, merumuskan tujuan-tujuan atas setiap kegiatan sekolah termasuk program-program sepanjang tahun ajaran perlu ada koordinasi yang baik. (3) Usaha-usaha bagi pertumbuhan jabatan Tiap guru ingin meningkat jabatannya. Melalui membaca buku-buku dan gagasan-gagasan baru, guru-guru ingin belajar terus menerus. Melalui workshop, seminar, penataran-penataran guru-guru berusaha meningkatkan diri sekaligus sebagai hiburan intelektual. Untuk itu juga perlu adanya koordinasi. 15 b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah Kepemimpinan demokrasi memegang peranan penting dalam masyarakat. Dan kepemimpinan itu dipandang sebagai ketrampilan yang perlu dikembangkan dengan latihan-latihan. Jadi fungsi supervisi adalah melatih dan melengkapi guru-guru agar memiliki ketrampilan dalam kepemimpinan sekolah Ibid, hlm Ibid

8 16 c. Memperluas pengalaman guru-guru Seseorang dapat berfungsi sebagai pemimpin pendidikan bilamana dapat membantu memberikan pengalaman-pengalaan baru pada anggota stafnya, sehingga guru meupun stafnya makin bertambah pengalamannya. 17 d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif Semua orang percaya bahwa manusia diciptakan dengan memiliki potensi untuk berkembang dan berkarya. Supervisi bertugas mambantu, mendorong dan menciptakan suasana yang memungkinkan guru-guru untuk dapat meningkatkan potensi-potensi kreativitas dalam dirinya. 18 e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus. Untuk mencapai keberhasilan (kemajuan) maka penilaian setiap usaha seperti bahan-bahan pelajaran, buku-buku pelajaran atau fasilitas-fasilitas lain harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Selain itu penilaian juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia termasuk guru-guru. Melalui penilaian dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari hasil dan proses belajar mengajar. 19 f. Menganalisis situasi belajar mengajar Situasi belajar mengajar adalah situasi di mana guru memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam situasi belajar mengajar peranan guru dan peserta didik memegang peranan penting. Memperoleh data mengenai aktivitas guru dan peserta didik akan memberikan pengalaman dan umpan balik terhadap perbaikan pembelajaran. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi perbaikan pembelajaran. Fungsi supervisi adalah menganalisis faktor-faktor tersebut Ibid, hlm Ibid.. 19 Ibid. 20 Ibid

9 17 g. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf. Setiap guru mempunyai potensi dan dorongan untuk berkembang. Untuk itu fungsi supervisi adalah memberi dorongan, stimulasi dan membantu guru agar mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengajar. 21 h. Mengintegrasikan tujuan-tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan yang lebih baik tinggi harus berdasarkan tujuantujuan sebelumnya. Setiap guru harus mampu mengukur kemampuannya. Mengembangkan kemampuan guru secara individu maupun kelompok adalah salah satu fungsi supervisi Teknik-teknik Supervisi Untuk mencapai tujuan supervisi yag telah ditentukan, maka seorang supervisor dapat menggunakan berbagai macam teknik. Piet A. Sahertian mengelompokkan teknik supervisi menjadi dua macam, yaitu : a. Teknik yag bersifat individual, yang meliputi : (1) Kunjungan kelas (2) Observasi kelas (3) Percakapan pribadi (4) Intervisitasi (5) Menilai diri sendiri b. Teknik yang bersipat kelompok, meliputi (1) Pertemuan orientasi pada guru-guru (2) Panitia penyelenggara (3) Rapat guru (4) Studi kelompok (5) Diskusi (6) Tukar menukar pengalaman (7) Loka karya (workshop) 21 Ibid. hlm Ibid

10 18 (8) Simposium (9) Demonstrasi mengajar (10) Perpustakaan jabatan (11) Buletin supervisi (12) Mengikuti kursus (13) Organisasi jabatan (14) Perjalanan sekolah untuk anggota staf. 23 Dari uraian tersebut di atas, yang ingin penulis garis bawahi adalah perpustakaan jabatan dan buletin supervisi bukan merupakan teknik supervisi, tetapi merupakan alat supervisi, sebab teknik merupakan cara tertentu yang terdiri dari berbagai kegiatan yang teratur dan beraturan, sedangkan alat merupakan perkakas atau perabot supervisi. Dalam pembahasan ini akan penulis paparkan beberapa teknik supervisi yang penting dari berbagai teknik di atas. (1) Kunjungan Kelas Yaitu kunjungan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor ke ruang kelas dimana seorang guru sedang mengajar atau pada waktu kelas kosong, berisi sarana kelas ketika guru tidak ada. 24 Tujuan mengunjungi kelas diantaranya : a. Untuk mengamati (mengetahui secara langsung guru dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar, menggunakan alat peraga, metode dan teknik mengajar) b. Untuk mengetahu kelebihan dan kelemahan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar c. Untuk memperoleh data yag diperlukan supervisor dalam menentukan cara-cara yang tepat utuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar mengajar. 23 Piet A. Sahertian, op.cit., hlm. 53, 86, Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm 54

11 19 d. Untuk merangsang para guru agar mereka mau meningkatkan kemampuannya. 25 Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan teknik : a. Kunjungan kelas dengan pemberitahuan b. Kunjungan kelas tanpa pemberitahuan c. Kunjungan kelas atas undangan guru. 26 (2) Observasi Kelas Yang dimaksud dengan observasi kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yag sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan. 27 Ada bermacam-macam cara mengobservasi kegiatan guru dan siswa di kelas. Seorang supervisor dapat menggunakan cara langsung masuk kelas atau cara tidak langsung, yaitu orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya. Dalam mengobservasi perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain : tujuan yang hendak dicapai, apa yang akan diobservasi, kreteria yang dipakai dalam observasi serta alat-alat yang digunakan dalam observasi. 28 (3) Percakapan Pribadi Yaitu percakapan antara seorang supervisor dengan seorang guru. Tujuan percakapan pribadi antara lain. a. Untuk saling mengenal lebih jauh antara supervisor dengan guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai petugas profesional. b. Untuk membantu guru mengenal kemampuan dirinya, membantu guru menyadari kelebihan dan kekurangannya. c. Memupuk dan mengembangkan mengajar yang lebih baik 25 E. Mulyasa, op.cit., hlm Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Jakarta, 2003) hlm Suharsimi Arikunto, Loc. Cit, hlm Piet A. Sahertian, op.cit, hlm. 54

12 20 d. Menghilangkan dan menghindari prasangka buruk antara supervisor dengan guru. 29 (4) Orientasi Bagi Guru Baru Sebelum seorang guru menilai tugas-tugasnya di lingkungan yang baru secara intensif, perlu diberi kesempatan kepada mereka untuk menyesuaikan diri dalam rangka mengenal dan memahami tugas-tugas yang dipikulnya. Orientasi pada saat permulaan bekerja antara lain bisa mengenai orientasi personal, orientasi terhadap program, orientasi terhadap fasilitas dan orientasi terhadap lingkungan. 30 (5) Rapat guru Yaitu pertemuan antara staf sekolah terutama guru-guru untuk mengembangkan dan meningkatan kemampuan mereka. Rapat guru menurut tingkatan kemampuan mereka. Rapat guru menurut tingkatannya ada bermacam-macam : a. Staff meting, yaitu rapat guru-guru dalam satu sekolah yang dihadiri oleh seluruh atau sebagian guru di sekolah tersebut. b. Rapat guru bersama orang tua murid dan perwakilan murid c. Rapat guru sekota, sewilayah, serayon dari sekolah-sekolah sejenis dan setingkat. 31 (6) Studi Kelompok Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk mempelajari suatu masalah atau bahan pelajaran. Pokok bahasan telah ditentukan dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk pertanyaan pokok yang disusun secara teratur. 32 (7) Diskusi Yaitu pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk dipecahkan bersama. Diskusi merupakan cara mengembangkan ketrampilan anggotaanggotanya dalammengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar 29 Ibid., hlm Hadari Nawawi, op.cit., hlm Piet. A. Sahertian, op.cit., hlm Ibid, hlm. 95

13 21 pikiran. Yang perlu diketahui oleh seorang supervisor bila memimpin diskusi guru-guru, supervisor harus memiliki kemampuan menggerakkan kelompok, membuat pertemuan berhasil dan mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan kelompok. 33 (8) Tukar menukar pengalaman Penataran sering merupakan sesuatu yang membosankan. Dikatakan membosankan karena guru-guru menganggap bahan yang diberikan sudah dimiliki, atau mungkin cara penyajiannya kurang menarik, karena tidak bersumber pada kebutuhan profesi meraka. Oleh karena itu suatu teknik perjumpaan yang dinamakan sharing of experience adalah cara yang bijaksana. Di dalam teknik ini kita berasumsi bahwa guru-guru adalah orang-orang yang sudah berpengalaman. Melalui pertemuan diadakan tukar menukar pengalaman, saling memberi dan menerima, saling belajar satu dengan yang lain Alat-alat Bantu Supervisi Pendidikan Agar pelaksanaan supervisi pendidikan berjalan dengan lancar dan baik, maka seorang supervisor dapat menggunakan alat bantu atau perkakas supervisi. Alat bantu itu digunakan untuk memungkinkan pertumbuhan kemampuan guru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun alat bantu supervisi adalah sebagai berikut : a. Perpustakaan profesional dan perpustakaan sekolah. b. Buku kurikulum/rencana pembelajaran dan buku pegangan guru. c. Buletin pendidikan dan buletin sekolah. d. Penasehat ahli atau resource person. 35 Perpustakaan profesional dan perpustakaan sekolah. Supervisor harus berusaha memberikan motivasi kepada guru-guru agar selalu berminat untuk membaca di perpustakaan. Perpustakaan harus dikembangkan tidak hanya menghimpun buku-buku, akan tetapi juga koleksi lain seperti koran, kaset tape recorder, majalah-majalah, slide, buletin dan 33 Ibid, hlm Ibid., hlm Hadari Nawawi, op.cit., hlm

14 22 lain sebaginya yang berhubungan dengan pendidikan. Dengan demikian ketrampilan dan kemampuan guru dapat ditingkatkan dengan banyak membaca, menambah wawasan dari perpustakaan sekolah maupun perpustakaan profesional. 36 Buku Kurikulum/rencana pembelajaran dan buku pegangan guru. Setiap guru yang bertugas di lembaga pendidikan harus mengetahui program yang akan dilaksanakan baik program tahunan, program semester, atau program mingguan.program suatu lembaga pendidikan biasanya sudah disusun dalam kurikulum, yang berisi berbagai jenis kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah. Untuk malaksanakan kurikulum tersebut guru-guru harus dilengkapi buku pegangan sesuai dengan bidangnya masing-masing. 37 Buletin Pendidikan dan Buletin Sekolah. Buletin pendidikan, termasuk brosur-brosur dan majalah-majalah tentang pendidikan merupakan salah satu sarana tertulis yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan guru. Sedangkan buletin sekolah pada umumnya dipergunakan untuk menyampaikan informasi-informasi sekolah. Dengan demikian juga dapat digunakan untuk menyalurkan kemampuan guru dan murid. Dalam bentuk sederhana buletin sekolah dapat berupa papan pengumuman 38 dan majalah dinding. Penasehat ahli atau resource person. Pada sebuah sekolah atau kantor pendidikan perlu ada seorang atau sejumlah orang yang tergabung dalam suatu cabang ilmu sebagai suatu staf ahli yang selalu siap memberikan bantuan dalam menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi sekolah atau guru. Seorang supervisor dapat meminta bantuannya bilamana dipandang perlu, misalnya diminta memberikan 36 Ibid. 37 Ibid 38 Ibid.

15 23 ceramah, nasihat, saran-saran penyelesaian masalah dan lain-lain. Bila staf ahli itu tidak ada, supervisor dapat meminta bantuan siapa pun di luar lembaga pendidikan yang dipandang mampu, untuk membantu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan guru. 39 B. Peranan Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi yang lain. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri, di mana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia. 40 Karena sifatnya yang kompleks dan unik itulah, sekolah sebagai suatu organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh kepala sekolah dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut memiliki menajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. 41 E. Mulyasa mengutip pendapat Pidarta (1988), mengemukakan bahwa keterampilan yang harus dimilki oleh kepala sekolah untuk menyukseskan kepemimpinannya ada tiga macam. Ketiga keterampilan tersebut adalah keterampilan konseptual, yaitu untuk memahami dan mengoperasikan organisasi; keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerjasama dan 39 Ibid. 40 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah : Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya (Jakarata : PT Raja Grafindo Persada, 2003) Cet. 4 hlm E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi(Bandung: Remaja Rusda Karya, 2003)., hlm. 182

16 24 memimpin; serta keterampilah teknik, yaitu keterampilan dalam menggunakan ilmu pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu. 42 Berkaitan dengan kinerja guru, peranan dan perhatian kepala sekolah sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme serta kinerja guru dan tenaga kependidikan lain di sekolah. Perhatian kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru dapat dilakukan melalui supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Sebagaimana sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa supervisi mempunyai delapan fungsi yaitu : mengkoordinasi semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf, serta memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru. 43 Supervisi berfungsi membantu mengembangkan kemampuan guru agar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Maka peranan supervisor ditentukan oleh tujuan dan fungsi supervisi itu sendiri. Berdasarkan fungsi supervisi yang ada delapan itu Piet A. Sahertian mengutip pendapat Peter F. Olivia bahwa seorang supervisor dapat berperan sebagai koordinator, sebagai konsultan, sebagai pemimpin kelompok dan sebagai evaluator Supervisor sebagai Koordinator Sebagai koordinator seorang supervisor kepala sekolah dapat mengkoordinasi program belajar mengajar, membagi berbagai tugas guru dan anggota staf lainnya ke dalam berbagai tugas. Kepala Sekolah juga berperan sebagai kekuatan sentral untuk menggerakkan dan mengarahkan kehidupan sekolah demi tercapainya keberhasilan sekolah E. Mulyasa, op.cit., hlm Piet A. Sahertian, loc.cit. 44 Piet A. Sahertian, op.cit., hlm Ibid.

17 25 2. Supervisor sebagai Konsultan Sebagai konsultan seorang supervisor Kepala Sekolah memberi bantuan kepada para guru dan staf lainnya untuk memecahkan masalah yang dialami guru atau staf lainnya secara individual maupun secara kelompok. Misalnya membantu guru dalam menerjemahkan kurikulum dari pusat ke dalam bahasa belajar mengajar, membantu guru-guru dalam meningkatkan program belajar mengajar baik dalam membantu rencana pembelajaran, melaksanakan proses belajar mengajar maupun dalam menilai proses dan hasil belajar mengajar. Demikian pula masalah-masalah khusus yang dihadapi guru juga bisa dikonsultasikan kepada kepala sekolah sebagai supervisor, baik menyangkut kesulitan dalam mengajarkan tiap mata pelajaran atau masalah-masalah pribadi guru yang lain yang berpengaruh besar terhadap ketenangan kerja. Ketenangan merupakan salah satu syarat untuk meningkatkan kinerja seseorang Supervisor sebagai Pemimpin Kelompok Sebagai pimpinan Kepala Sekolah (supervisor) harus dapat memimpin sejumlah guru dan staf dalam mengembangkan potensi kelompok. Kepala Sekolah sebagai pemimpin kelompok harus dapat mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Misalnya pada saat mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan profesional guru-guru secara bersama-sama. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut. 47 a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat. d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai seekolah yang lain. 46 Ibid, hlm E. Mulyasa, op.cit., 2003) hlm 126

18 26 e. Bekerja dengan tim manajemen. f. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. 4. Supervisor sebagai Evaluator Seorang supervisor (Kepala Sekolah) sebagai evaluator berarti menjadi penilai program yang telah dilaksanakan. Kepala Sekolah dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar mengajar dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan Evaluasi bertujuan menjamin kinerja yang dicapai agar sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan untuk kepentingan tersebut evaluasi perlu membandingkan kinerja aktual dengan kinerja standar. 48 Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa peranan kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kinerja guru sangatlah penting. Sebagai supervisor kepala sekolah dapat membantu, memberikan suport dan mengikutsertakan guru dalam perbaikan pembelajaran. Supervisi dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia, yaitu guru-guru baik yang bersifat personal maupun profesional. Jadi, supervisi dilaksanakan bukan untuk mencari-cari kesalahan guru, bukan pula untuk memberi pengarahan guru secara terus menerus. Kalau terus menerus mengarahkan, selain tidak demokratis juga tidak memberi kesempatan kepada guru-guru untuk belajar mandiri dalam arti profesional. Padahal salah satu ciri guru yang profesional adalah guru-guru yang memiliki otonomi dalam arti bebas mengembangkan diri sendiri dan atas kesadaran sendiri. Kalau standar kinerja guru sudah dimiliki dan dilaksanakan oleh guru atas kesadaran sendiri, maka akan terciptalah kinerja yang baik dan para guru. Semua itu tidak bisa terlepas dari kepemimpinan Kepala Sekolah. Keberhasilan guru dalam mencapai kinerja yang baik adalah keberhasilan Kepala Sekolah. 48 Piet A. Sahertian, op.cit., hlm. 26

19 27 C. Kinerja guru 1. Pengertian Kinerja Sebagaimana telah diuraikan pada bagian penegasan istilah, yang dimaksud dengan kinerja adalah kemampuan kerja atau prestasi yang diperlihatkan. 49 Menurut Bernandin & Russel, seperti yang dikutip oleh Faostino Cardiso Gomes, menyatakan bahwa kinerja adalah catatan out come yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu. (. the record of out comes produced on a specified job function or activity a specified time periode ) 50 Henry Simamora mengungkapkan bahwa kinerja merupakan tingkat di mana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan. 51 Kinerja merupakan aspek yang sangat menentukan dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan. Pencapaian tujuan yang maksimal merupakan hasil dari kinerja yang baik. Sebaliknya dari kinerja yang kurang baik akan membuahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja seseorang juga dapat kita lihat dari kemampuan mencapai standar yang telah ditetapkan. Baik buruknya kinerja seseorang tidak hanya dilihat dari tingkat kuantitas yang dapat dihasilkan seseorang dalam bekerja, akan tetapi juga diukur dari segi kualitasnya dalam mencapai standar yang telah ditetapkan tersebut. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja (performance) merupakan wujud keberhasilan seseorang atau organisasi dalam mencapai tujuannya dan hasil tersebut tidak hanya terbatas pada ukuran kuantitas, tetapi juga kualitas. Untuk mengetahui kinerja seseorang (pegawai, karyawan, atau guru) harus ditetapkan standar kinerjanya. Standar kinerja merupakan tolok ukur bagi suatu pekerjaan, apakah yang telah dilakukan seseorang itu telah sesuai 49 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Surabaya : Balai Pustaka, 1994). Hlm Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : Andi Offset, 2003). hlm Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : STIE YKPN, 1995), hlm. 409.

20 28 dengan apa yang ditargetkan atau belum. Standar kinerja juga dapat dijadikan sebagai pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dilakukan. Standar kinerja masing-masing orang mempunyai perbedaan sesuai dengan jenis pekerjaan atau profesinya. Standar kinerja mengacu pada tujuan organisasi yang dijabarkan ke dalam tugas-tugas fungsional. Standar kinerja guru akan berbeda dengan standar pegawai industri atau pegawai lainnya. Masing-masing mempunyai kekhususan tugas atau pekerjaan yang berbeda. Menurut Dale Furtwengler, aspek-aspek yang dapat dijadikan ukuran bagi kinerja seseorang adalah : kecepatan, layanan, kualitas, nilai, terbuka untuk berubah, ketrampilan interpersonal, mental untuk sukses, kreativitas ketrampilan berkomunikasi, inisiatif, perencanaan dan organisasi Guru Guru mempunyai arti orang yang profesinya mengajar. 53 Guru disebut juga pendidik yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memeberikan bantuan dan bimbingan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri. 54 a. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Di samping Kepala Sekolah, guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan. Hal ini berarti seorang guru harus mempunyai kemampuan yang professional sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas, yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai tugas dan tanggung jawab guru yakni guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing (pendidik) dan guru sebagai administrator kelas Dale Fortwengler, Penilaian Kinerja, (Yogyakarta : Andi Offset, 2003), hlm Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua (Surabaya: Balai Pustaka, 1994). hlm Nur Ubiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung : Pustaka Setia, 1997) hlm Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar baru Algesindo, 2004) hlm 15.

21 29 Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok profesi guru. Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Dalam tugas ini guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis dalam melaksanakan pembelajaran, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai. Sedang tugas sebagai administrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pembelajaran dan ketatalaksanaan bidang lainnya. b. Standar Kinerja Guru Kinerja pegawai dalam suatu organisasi ditentukan oleh kemampuan dan motivasi yang dimiliki oleh pegawai itu sendiri. Jika motivasi dan kemampuan tidak ada maka akan mengakibatkan rendahnya kinerja seseorang, sebaliknya jika kemampuan dan motivasinya tinggi seorang pegawai akan bisa menunjukkan kinerja yang baik. Menurut Nana Sudjana, kompetensi guru dibagi menjadi tiga bidang, yakni: 1) Kompetensi di bidang kognitif artinya kemampuan intelektual serta penguasaan mata pelajaran dan teknik-teknik mengajar. 2) Kompetensi bidang sikap artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. 3) Kompetensi perilaku (performance) artinya kemampuan dalam berbagai keterampilan / berperilaku Ibid, hlm. 19

22 30 Dalam konteks keguruan ada sepuluh kompetensi guru yang dapat dijadikan parameter untuk melihat kinerja guru, yakni: 57 1) Menguasai bahan 2) Mengelola program belajar mengajar 3) Mengelola kelas 4) Menggunakan media (sumber belajar) 5) Menguasai landasan pendidikan 6) Mengelola interaksi belajar-mengajar 7) Menilai prestasi belajar 8) Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan. 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10) Memahami dan menafsirkan hasil pendidikan guna keperluan pengajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik yang diukur melalui indikator-indikator : menguasai bahan, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber belajar, menguasai landasan pendidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi belajar, mengenal fungsi dan layanan bimbingan yang diperlukan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami serta menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran. 57 Ibid, hlm. 19

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU A. Pengertian dan tugas-tugas Kepala Madrasah 1. Pengertian kepala madrasah Kata kepala madrasah berasal dari dua kata yaitu kepala dan madrasah. Kata kepala dapat

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala Sekolah 2.1.1 Pengertian Supervisi Kepala Sekolah Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai organisasi yang menjalankan proses pendidikan dengan segala fungsi dan hasilnya, mempunyai perangkat yang mewujudkan fungsi dan tugasnya melalui manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa Setidaknya terdapat tiga syarat

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa Setidaknya terdapat tiga syarat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

SUPERVISI PENDIDIKAN

SUPERVISI PENDIDIKAN A. Pendahuluan Perilaku Supervisi/Pem binaan SUPERVISI PENDIDIKAN Istilah supervisi pendidikan sudah cukup lama dikenal dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pengertian supervisi pendidikan pada umumnya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT Anifa Alfia Nur Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Tugas akhir ini bertujuan untuk mendapat gambaran tentang tingkat kompetensi

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SD NEGERI GEUMPANG KABUPATEN PIDIE. Oleh: Yusran

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SD NEGERI GEUMPANG KABUPATEN PIDIE. Oleh: Yusran KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SD NEGERI GEUMPANG KABUPATEN PIDIE Oleh: Yusran Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program kerja kepala sekolah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DI SD NEGERI 10 BANDA ACEH ABSTRAK

PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DI SD NEGERI 10 BANDA ACEH ABSTRAK Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 11-20 Agustus 2016 PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DI SD NEGERI 10 BANDA ACEH Ayu 1) Nurhaidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Guru menurut W.J.S. Poerwadarmita guru adalah orang yang. potensi afektif, kognitif dan psikomotorik. 34 Secara ringkas Muhaimin dan

LANDASAN TEORI. Guru menurut W.J.S. Poerwadarmita guru adalah orang yang. potensi afektif, kognitif dan psikomotorik. 34 Secara ringkas Muhaimin dan 15 BAB II LANDASAN TEORI A. Upaya Peningkatan Mutu Guru PAI 1. Pengertian Guru PAI Guru menurut W.J.S. Poerwadarmita guru adalah orang yang kerjanya mengajar. 32 Pendapat lain mengatakan guru adalah guru

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Secara etimologi pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa lepas dari kegiatan administrasi. Oleh karena itu setiap sekolah harus

BAB I PENDAHULUAN. bisa lepas dari kegiatan administrasi. Oleh karena itu setiap sekolah harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan dan kemajuan pendidikan dilembaga formal baik sekolah maupun madrasah, terlebih perguruan tinggi tidak bisa lepas

Lebih terperinci

PROFESIONALITAS KEPALA SEKOLAH DALAM KEBERHASILAN KURIKULUM 2013

PROFESIONALITAS KEPALA SEKOLAH DALAM KEBERHASILAN KURIKULUM 2013 PROFESIONALITAS KEPALA SEKOLAH DALAM KEBERHASILAN KURIKULUM 2013 Muklisin 1 Abstrak Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Keterampilan Teknikal Pimpinan Pondok Pesantren dalam Pengelolaan. Pendidikan Pesantren di Kota Banjarbaru

BAB V PEMBAHASAN. A. Keterampilan Teknikal Pimpinan Pondok Pesantren dalam Pengelolaan. Pendidikan Pesantren di Kota Banjarbaru BAB V PEMBAHASAN A. Keterampilan Teknikal Pimpinan Pondok Pesantren dalam Pengelolaan Pendidikan Pesantren di Kota Banjarbaru Keterampilan teknikal adalah kemampuan untuk menggunakan alat-alat, prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha membantu individu dalam mengembangkan potensinya agar mencapai perwujudan diri. Perwujudan diri akan tampak dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG 69 BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG A. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang Kepala sekolah merupakan

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK NEGERI SE-KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG ARTIKEL ILMIAH.

PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK NEGERI SE-KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG ARTIKEL ILMIAH. PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK NEGERI SE-KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG ARTIKEL ILMIAH Oleh: INTAN SUCI UTAMA 53913 ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran ilmu pengetahuan terjadi dalam lembaga pendidikan tersebut.tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran ilmu pengetahuan terjadi dalam lembaga pendidikan tersebut.tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Masalah Proses mendidik dan mengajar merupakan salah satu fungsi dari lembaga pendidikan. Dalam lingkungan masyarakat lembaga pendidikan digunakan sebagai tempat untuk menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pelaksanaan Pengawasan Kepala Sekolah Dalam Pembelajaran. ini yaitu bagaimana teknik dan metode yang digunakan.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pelaksanaan Pengawasan Kepala Sekolah Dalam Pembelajaran. ini yaitu bagaimana teknik dan metode yang digunakan. 19 BAB II LANDASAN TEORI A. Pelaksanaan Pengawasan Kepala Sekolah Dalam Pembelajaran 1. Pengertian Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti proses, cara, perbuatan dan melaksanakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah sebagai administrator memegang kunci bagi perbaikan dai kemajuan sekolah. Ia harus mampu memimpin dan menjalankan peranannya agar segala kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Upaya Kepala Madrasah dan Mutu Pendidikan. seseorang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian upaya adalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Upaya Kepala Madrasah dan Mutu Pendidikan. seseorang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian upaya adalah 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Upaya Kepala Madrasah dan Mutu Pendidikan 1. Pengertian Upaya Kepala Madrasah Kata upaya diartikan sebagai usaha atau tindakan yang dilakukan seseorang. Dalam kamus besar bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Supervisi Akademik Supervisi berasal dari kata super, artinya lebih atau di atas, dan vision artinya melihat atau meninjau (Iskandar & Mukhtar, 2009). Secara etimologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU Yoserizal Bermawi & Tati Fauziah (Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Unsyiah) ABSTRAK Penelitian yang berjudul Supervisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan Sumber daya Manusia salah satunya dilakukan melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SEKOLAH DASAR PENDAHULUAN Nur aeni Asmarani Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Perkembangan zaman dan era globalisasi yang sangat pesat menuntut adanya peningkatan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL Artikel yang berjudul Implementasi Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Banggai Kepulauan Oleh Ida Roswita R. Sapukal Pembimbing I Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan masyarakat, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan masyarakat, dan manusia umumnya. Pendidikan merupakan usaha dalam rangka mengembangkan potensi individu,

Lebih terperinci

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh: Drs. Amiruddin. A 9 Abstrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Kata layanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melayani atau sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Allah swt telah memberikan rahmat kepada seluruh umat manusia, baik yang langsung atau tidak langsung dari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw (Q.S Al Anbiya:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 309

DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 309 DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 309 PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN IPS DENGAN METODE JIGSAW MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN BAGI GURU KELAS TINGGI SD BINAAN 04 KECAMATAN PANCUR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendidikan, supervisi mengandung arti yang luas namun intinya sama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendidikan, supervisi mengandung arti yang luas namun intinya sama BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Supervisi Akademik 1. Hakekat Supervisi Akademik Supervisi merupakan suatu bagian yang penting dalam pendidikan, supervisi mengandung arti yang luas namun intinya sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II POKOK BAHASAN 1. PENGERTIAN

BAB II POKOK BAHASAN 1. PENGERTIAN BAB II POKOK BAHASAN 1. PENGERTIAN Sebelum pembahasan lebih lanjut tentang pembinaan dan pengembangan minat baca, ada baiknya jika lebih dahulu memahami arti pembinaan dan pengembangan, minat dan membaca,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi Pendidikan 2.1.1 Tujuan Supervisi Supervisi adalah kata serapan dari bahasa Inggris supervision, gabungan dari dua kata super dan vision, yang memiliki arti melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di dalam dunia pendidikan, keberadaan guru merupakan salah satu faktor yang signifikan baik dalam peran maupun fungsinya. Guru merupakan bagian komponen

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012 PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN HUSNI EL HILALI Abstrak Kemampuan mengelola kelas menjadi salah satu ciri guru yang profesional. Pengelolaan kelas diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2000), hlm Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2000), hlm Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru ialah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. 1 Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Supervisi Akademik Kepala Sekolah Menurut UU No 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah bahwa kepala sekolah harus memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP TRI MURTI KECAMATAN PAKISAN KABUPATEN MALANG. Oleh

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP TRI MURTI KECAMATAN PAKISAN KABUPATEN MALANG. Oleh Media Bina Ilmiah41 MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP TRI MURTI KECAMATAN PAKISAN KABUPATEN MALANG Oleh Made Dwianan Mustawan Dosen pada STAH Santika Darma Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, diharapkan siswa akan mendapatkan hasil yang maksimal

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, diharapkan siswa akan mendapatkan hasil yang maksimal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN GURU MELALUI SUPERVISI

MENINGKATKAN PERAN GURU MELALUI SUPERVISI MENINGKATKAN PERAN GURU MELALUI SUPERVISI Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I. ABSTRAK Guru yang merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu guru dituntut berkerja secara profesional,

Lebih terperinci

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin*

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin* 212 SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN Oleh Zainuddin* Abstrak Supervisi akademik berpengaruh kepada kegiatan membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK Slamet Riyadi Madrasah Aliyah Negeri, Rejotangan Kabupaten Tulungagung email: man_ta_1@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung diseputar kelas, maka pada akhirnya keberhasilan atau

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung diseputar kelas, maka pada akhirnya keberhasilan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kreativitas bagi seorang guru betul-betul dibutuhkan guna menemukan cara-cara baru dalam proses belajar mengajar dan memperbaiki hasil prestasi belajar anak didik. Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai suatu lembaga, sekolah memiliki struktur organisasi dalam menjalankan aktivitas lembaganya dan salah satu di antaranya adalah perpustakaan, perpustakaan merupakan

Lebih terperinci

PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU. Saiful Bahri 1 ABSTRAK

PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU. Saiful Bahri 1 ABSTRAK Saiful Bahri,Peranan Kepemimpinan Kepala... PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU Saiful Bahri 1 ABSTRAK Kepala Sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh

Lebih terperinci

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Mukhamad Sulistiya (09120067) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru H. Maryadi Syarif STIT Darul Ulum Sarolangun, Jambi Abstrak: Guru merupakan ujung tombak dalam pendidikan. Dalam praktiknya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari

BAB II LANDASAN TEORI. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peran Guru Bimbingan dan Konseling Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain guru Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, bahwa salah satu tujuan pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Penjabaran

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. temuan penelitian dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikan nya. sesuai fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. temuan penelitian dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikan nya. sesuai fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut: 89 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Temuan Hasil Penelitian Pada uraian ini peneliti akan melakukan interpretasi mengenai hasil temuan penelitian dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikan nya sesuai

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEEBAGAI SUMBER BELAJAR

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEEBAGAI SUMBER BELAJAR PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEEBAGAI SUMBER BELAJAR PENYUSUN NOVI TESTA PAMUNGKAS 1300005017 VII A PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA Kata Pengantar Dengan menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI A. PENTINGNYA MASALAH Pendidikan dimasa desentralisasi berbeda dengan sentralisasi. Pada masa sentralisasi segala sesuatu seperti bangunan sekolah, kurikulum, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting di era sekarang ini, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga sangat pesat. Belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal untuk melayani kebutuhan pendidikan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab kepala sekolah. Pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. jawab kepala sekolah. Pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah merupakan pimpinan pada lembaga yang dipimpinnya, maju dan berkembangnya suatu lembaga tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pelaksanaan (supervisi) kepala madrasah. berasal dari kata super dan visi yang mengandung arti melihat

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pelaksanaan (supervisi) kepala madrasah. berasal dari kata super dan visi yang mengandung arti melihat BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pelaksanaan (supervisi) kepala madrasah a. Pengertian supervisi Di lihat dari sudut pandang etimologi bahwa kata supervisi berasal dari kata super dan visi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Pedagogik Guru Sebelum membahas secara khusus tentang kompetensi pedagogik guru, ada baiknya terlebih dahulu dibahas tentang kompetensi secara umum. Kompetensi merupakan

Lebih terperinci

USAHA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

USAHA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR USAHA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR Yanti Oktavia Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Kreativitas meliputi hasil yang baru, baik sama

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Analisis Data Mengenai Perencanaan Supervisi Kepala Madrasah dalam. Meningkatkan Kinerja Guru Di MAN 2 Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. 1. Analisis Data Mengenai Perencanaan Supervisi Kepala Madrasah dalam. Meningkatkan Kinerja Guru Di MAN 2 Tulungagung BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Analisis Data Mengenai Perencanaan Supervisi Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di MAN 2 Tulungagung Perencanaan yang biasa dibuat diawal sebelum pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas PAI sebagai seorang supervisor harus memiliki keterampilan. meningkatkan kinerja guru PAI.

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas PAI sebagai seorang supervisor harus memiliki keterampilan. meningkatkan kinerja guru PAI. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Supervisi akademik pendidikan agama Islam sangat penting dilakukan untuk menjamin berjalannya proses pembelajaran pendidikan agama Islam sesuai dengan standar

Lebih terperinci

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 4 No. 1 Juli-Desember 2017

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 4 No. 1 Juli-Desember 2017 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI DENGAN TEKNIK KUNJUNGAN ANTAR KELAS DI SDN HABAU KECAMATAN BANUA LAWAS Muryadi Sekolah Dasar Negeri Habau Banua Lawas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia karena pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan seluruh aspek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan olah seorang guru atau instruktur. Pengertian lain adalah teknik penyajian

Lebih terperinci

TEKNIK SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PROFESIONALISME GURU SD 3 DAN 10 KESIMAN DENPASAR Oleh Ni Nengah Widyani 1

TEKNIK SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PROFESIONALISME GURU SD 3 DAN 10 KESIMAN DENPASAR Oleh Ni Nengah Widyani 1 TEKNIK SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PROFESIONALISME GURU SD 3 DAN 10 KESIMAN DENPASAR Oleh Ni Nengah Widyani 1 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Sertifikasi Profesi Guru Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat (11) disebutkan bahwa sertifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang tersebut, kewenangan pengelolaan. nasional yang perlu dikonstruksi dalam rangka otonomi daerah berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang tersebut, kewenangan pengelolaan. nasional yang perlu dikonstruksi dalam rangka otonomi daerah berkaitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah telah membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan termasuk penyelenggaraan pendidikan. Bila sebelumnya manajemen pendidikan merupakan wewenang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Profesional guru 1. Pengertian Kompetensi Profesional Menurut UU No.14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, perkembangan dan kebutuhan zaman. Di antaranya harus terdapat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, perkembangan dan kebutuhan zaman. Di antaranya harus terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang Ini pelaksanaan pendidikan diarahkan untuk mengimbangi perubahan, perkembangan dan kebutuhan zaman. Di antaranya harus terdapat guru yang professional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah salah satu unsur terpenting pada komponen pendidikan. Sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa. Keberhasilan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, yang harus dapat membawa perubahan besar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

URGENSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME. Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

URGENSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME. Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Pengelolaan pendidikan terkait dengan Pemerintah secara makro sebagai pembuat kebijakan dan secara mikro Kepala Sekolah sebagai sebagai pengelola sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi

Lebih terperinci

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran Sri Winarni Guru SDN 1 Pandean Email: sri.winarni@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang ditemui setiap individu dalam kehidupannya. Ketidakmampuan mereka sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu instansi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu instansi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pegawai sangat diperlukan dalam sebuah instansi, karena dengan adanya program tersebut dapat membantu meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah sistem, sehingga keberhasilan dari proses pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pendidik atau guru. Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1996, hlm Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. XII,

BAB I PENDAHULUAN. 1996, hlm Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. XII, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari makna lazimnya, pendidikan adalah suatu proses transfer of knowledge dari seorang guru kepada murid, namun ketika dicermati dari subtansi pendidikan itu

Lebih terperinci

BAB IV PERAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN MUTU GURU DI MTs NEGERI JEKETRO GROBOGAN

BAB IV PERAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN MUTU GURU DI MTs NEGERI JEKETRO GROBOGAN BAB IV PERAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN MUTU GURU DI MTs NEGERI JEKETRO GROBOGAN Sebagaimana yang telah tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan

Lebih terperinci

PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN NASKAH PUBLIKASI

PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN NASKAH PUBLIKASI PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN 2014-2015 NASKAH PUBLIKASI Dibuat untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam jenjang pendidikan. Sekolah juga merupakan tempat untuk menyiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SUPERVISI AKEDEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU PADA SMP NEGERI 1 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE

PELAKSANAAN SUPERVISI AKEDEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU PADA SMP NEGERI 1 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE 1 PELAKSANAAN SUPERVISI AKEDEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU PADA SMP NEGERI 1 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE Oleh *Abusmar, **Cut Zahri Harun, ***Nasir Usman *Abusma, M.Pd,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru salah satu faktor penentu kualitas pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates Wonotunggal Batang 1. Perencanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci