PENDUGAAN TAKLANGSUNG ANGKA FERTILITAS TOTAL MENGGUNAKAN RASIO ANAK-WANITA ERVINA MARVIANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDUGAAN TAKLANGSUNG ANGKA FERTILITAS TOTAL MENGGUNAKAN RASIO ANAK-WANITA ERVINA MARVIANA"

Transkripsi

1 PENDUGAAN TAKLANGSUNG ANGKA FERTILITAS TOTAL MENGGUNAKAN RASIO ANAK-WANITA ERVINA MARVIANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Taklangsung Angka Fertilitas Total Menggunakan Rasio Anak-Wanita adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Ervina Marviana NIM G

4 ABSTRAK ERVINA MARVIANA. Pendugaan Taklangsung Angka Fertilitas Total Menggunakan Rasio Anak-Wanita. Dibimbing oleh HADI SUMARNO dan N.K KUTHA ARDANA. Fertilitas merupakan faktor yang diperlukan dalam proyeksi jumlah penduduk. Pengukuran fertilitas dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan perencanaan wilayah dan pengembangan ekonomi. Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami kesulitan dalam melakukan pendataan kelahiran penduduk secara lengkap sehingga tidak mempunyai vital statistic yang dapat dijadikan acuan. Untuk kondisi seperti ini, pengukuran fertilitas dilakukan dengan metode tidak langsung antara lain metode Rele, metode Palmore, metode Gunasekaran-Palmore, metode kelahiran anak terakhir, dan metode anak kandung. TFR (Total Fertility Rate) adalah ukuran fertilitas langsung yang menujukkan rata-rata bayi yang dilahirkan seorang wanita selama hidupnya. Sedangkan CWR (Child-Woman Ratio) adalah ukuran fertilitas taklangsung terhadap banyaknya anak yang dilahirkan oleh wanita usia subur. Pada karya ilmiah ini, dilakukan modifikasi metode Palmore dengan memasukkan peubah implied Total Fertility Rate (itfr) dan itfr* yang diperoleh dari hasil modifikasi ukuran TFR menggunakan hubungannya dengan CWR. Mengacu pada metode Palmore tersebut, dibuat persamaan regresi untuk menduga nilai TFR dengan menggunakan itfr dan itfr* sebagai salah satu calon peubah bebas. Berdasarkan data sensus penduduk Indonesia tahun 2010, pendugaan TFR dengan menggunakan itfr menghasilkan dugaan yang lebih baik dibandingkan dengan itfr*. Hal ini ditunjukkan dari nilai MAPE yang dihasilkan untuk kedua pendugaan tersebut berturut-turut sebesar 6.95% dan 4.06%. Kata kunci : fertilitas, ukuran taklangsung, TFR, CWR, metode Palmore. ABSTRACT ERVINA MARVIANA. Indirect Estimation of Total Fertility Rate Using Child-Woman Ratio. Supervised by HADI SUMARNO and N.K. KUTHA ARDANA. Fertility is an important factor in population projection. Measurement of fertility can be used as a consideration in the decision making of regional planning and economic development. As a developing country, Indonesia has difficulties in birth data collecting such that Indonesia has not any vital statistics that can be used as a reference. For these conditions, fertility measurements are then performed by indirect methods such as Rele, Palmore, Gunasekaran-Palmore, last live birth and own children methods. TFR (Total Fertility Rate) is the average number of children that would be born to a woman over her life time. CWR (Child-Woman Ratio) is the number of children born to women of childbearing age. In this paper, the Palmore method will be modified by including implied Total Fertility Rate (itfr) and modified Total Fertility Rate (itfr*) variables. Referring to the Palmore method, regression equations were made to estimate the

5 TFR by using either itfr or itfr* as one of the independent variable candidates. Based on census data of the population of Indonesia in 2010, TFR estimation using itfr produces better estimate than itfr*. It is confirmed by the fact that MAPE values for both estimation are 6.95% and 4.06%, respectively. Keywords: fertility, indirect measure, TFR, CWR, Palmore method.

6

7 PENDUGAAN TAKLANGSUNG ANGKA FERTILITAS TOTAL MENGGUNAKAN RASIO ANAK-WANITA ERVINA MARVIANA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi : Pendugaan Taklangsung Angka Fertilitas Total Menggunakan Rasio Anak-Wanita Nama : Ervina Marviana NIM : G Disetujui oleh Dr Ir Hadi Sumarno, MS Pembimbing I Ir N K Kutha Ardana, MSc Pembimbing II Diketahui oleh Dr Toni Bakhtiar, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah fertilitas, dengan judul Pendugaan Taklangsung Angka Fertilitas Total Menggunakan Rasio Anak-Wanita. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bidik Misi yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan cita-cita. Terimakasih kepada Bapak Dr Ir Hadi Sumarno, MS dan Bapak Ir N K Kutha Ardana, MSc selaku pembimbing, Ibu Dr Ir Endar H. Nugrahani, MS selaku penguji serta Bapak Dr Toni Bakhtiar, MSc yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, mama, adik-adik tercinta serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Di samping itu ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2014 Ervina Marviana

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 METODE 6 Bahan 6 Prosedur Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 SIMPULAN DAN SARAN 15 Simpulan 15 Saran 16 RIWAYAT HIDUP 24 LAMPIRAN 18

12 DAFTAR TABEL 1 Jumlah wanita setiap provinsi di Indonesia berdasarkan kelompok usia 9 2 Hasil regresi bertatar dengan menggunakan itfr 12 3 Hasil regresi bertatar dengan menggunakan itfr* 13 DAFTAR GAMBAR 1 Galat relatif yang dihasilkan dari jumlah populasi wanita untuk setiap provinsi di Indonesia 10 2 Nilai TFR BPS dan TFR persamaan (13) seluruh provinsi di Indonesia 14 3 Nilai TFR BPS dan TFR Persamaan (14) Seluruh Provinsi di Indonesia 15 DAFTAR LAMPIRAN 1 Jumlah wanita berdasarkan kelompok usia di seluruh provinsi di Indonesia 18 2 Jumlah kelahiran bayi oleh kelompok wanita usia tertentu di Indonesia 19 3 Hasil pendugaan nilai TFR dengan menggunakan persamaan (11), persamaan (12), persamaan (13), persamaan (14) dan hasil BPS 20 4 Scatter plot masing-masing calon peubah bebas dengan peubah respon 21 5 Nilai TFR BPS dan TFR hasil pendugaan persamaan (11) untuk seluruh provinsi di Indonesia 23 6 Nilai TFR BPS dan TFR hasil pendugaan persamaan (12) untuk seluruh provinsi di Indonesia 23

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Hampir di semua negara berkembang sekarang ini, analisis kelahiran merupakan permasalahan kependudukan utama yang dihadapi. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data dasar yang diperoleh mengenai jumlah kelahiran. Padahal, pada saat yang sama, urgensi untuk menentukan pendugaan yang tepat mengenai tingkat kelahiran, atau ukuran pusat dari kelahiran merupakan sesuatu yang sangat penting di negara-negara berkembang seperti halnya di negara maju dalam rangka membantu perencanaan wilayah dan pengembangan ekonomi (Rele 1967). Negara-negara berkembang dengan angka fertilitas yang relatif tinggi dan jumlah penduduk yang besar, seringkali mengalami kesulitan dalam melakukan pendataan kelahiran penduduk secara lengkap sehingga tidak mempunyai vital statistic yang dapat dijadikan acuan yang terpercaya. Hal ini dialami oleh Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki sistem pendataan fertilitas yang kurang akurat, dimana data sensus kependudukan yang diperoleh hanya memberikan informasi jumlah penduduk yang hidup, pada saat sensus diadakan dan tidak mencatat secara lengkap jumlah bayi lahir hidup yang kemudian meninggal pada waktu sensus. Hal tersebut menyebabkan perhitungan fertilitas secara langsung sulit dilakukan, sehingga diperlukan metode secara taklangsung untuk mengukur fertilitas. Bogue dan Palmore (1964) mengemukakan bahwa prinsip ukuran fertilitas dapat dikelompokkan dalam dua macam, yaitu ukuran yang diperoleh dari kombinasi vital statistic dan data sensus (dinamakan direct measure) dan ukuran yang diturunkan hanya dari data sensus (dinamakan undirect measure). Direct measure meliputi angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate-CBR), angka fertilitas umum (General Fertility Rate-GFR), angka kelahiran menurut usia (Age Specific Fertility Rate-ASFR), angka fertilitas total (Total Fertlity Rate-TFR), angka reproduksi bruto (Gross Reproduction Rate-GRR), sedangkan undirect measure meliputi, anak lahir hidup (Children Ever Born-CEB) dan rasio anak wanita (Child Woman Ratio-CWR). Pengukuran fertilitas dapat dilakukan dengan beberapa metode di antaranya metode Rele, metode Palmore, metode Gunasekaran-Palmore, metode Bogue-Palmore, metode kelahiran anak terakhir, dan metode anak kandung. Pada karya ilmiah kali ini akan dikaji ukuran fertilitas langsung yaitu angka fertilitas total dengan menggunakan informasi dari ukuran fertilitas tidak langsung yaitu rasio anak wanita. Secara garis besar, penelitian ini akan menghitung angka fertilitas total dengan mempertimbangkan keeratan hubungan rasio anak wanita dengan ukuran tersebut. Kemudian dilakukan pengujian terhadap data seluruh provinsi di Indonesia dengan menggunakan metode Palmore.

14 2 Tujuan Penelitian 1. Memelajari beberapa metode pengukuran fertilitas tidak langsung. 2. Menganalisis hubungan antara ukuran fertilitas langsung yaitu angka fertilitas total dengan ukuran fertilitas tidak langsung yaitu rasio anak wanita dengan menggunakan metode Palmore. 3. Mengaplikasikan metode Palmore untuk data seluruh provinsi di Indonesia tahun TINJAUAN PUSTAKA Definisi 1 Fertilitas (Fertility) Fertilitas adalah hasil reproduksi yang nyata dari seorang atau sekelompok wanita berdasarkan banyaknya bayi yang dilahirkan hidup (Lucas 1984). Definisi 2 Kelahiran Hidup (Live Birth) Kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan pada saat dilahirkan (Lembaga Demografi FE UI 1980). Definisi 3 Masa Reproduksi (Childbearing Age) Masa reproduksi adalah masa dimana wanita mampu melahirkan yaitu usia tahun yang disebut juga usia reproduksi (Lembaga Demografi FE UI 1980). Definisi 4 Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate) Angka kelahiran kasar (CBR) adalah jumlah kelahiran pada suatu tahun tertentu dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama (Brown 1997) Keterangan : jumlah kelahiran selama satu tahun : jumlah penduduk pada pertengan tahun : bilangan konstan, biasanya Definisi 5 Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate) Angka kelahiran umum (GFR) adalah jumlah kelahiran pada suatu tahun tertentu dibagi jumlah penduduk wanita usia reproduksi pada pertengahan tahun yang sama (Brown 1997) Atau. Keterangan : jumlah kelahiran selama satu tahun : banyaknya penduduk perempuan usia tahun pada pertengahan tahun

15 3 : banyaknya penduduk perempuan usia tahun pada pertengahan tahun : bilangan konstan, biasanya Definisi 6 Angka Kelahiran Menurut Usia (Age Specific Fertility Rate) Angka kelahiran menurut usia (ASFR) adalah jumlah kelahiran menurut kelompok usia tertentu dari wanita dibagi jumlah penduduk wanita dalam kelompok usia yang sama (Brown 1997). Keterangan : jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok usia pada tahun tertentu : jumlah penduduk perempuan pada kelompok usia pada pertengahan tahun yang sama : kelompok usia ( untuk perempuan kelompok usia tahun, untuk tahun,..., untuk tahun) : bilangan konstan, biasanya Definisi 7 Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate) Angka kelahiran total adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa reproduksinya (Brown 1997) Keterangan.. : angka kelahiran untuk perempuan pada kelompok usia : kelompok usia ( untuk perempuan kelompok usia tahun, untuk tahun,..., untuk tahun) : panjang interval kelompok usia, biasanya lima tahunan. Definisi 8 Angka Reproduksi Kasar (Gross Reproduction Rate) Angka reproduksi kasar (GRR) adalah rata-rata jumlah anak perempuan yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa reproduksinya, tanpa memperhitungkan kemungkinan anak perempuan yang dilahirkan meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya (Brown 1997). Definisi 9 Angka Reproduksi Bersih (Net Reproduction Rate) Angka reproduksi bersih (NRR) adalah rata-rata jumlah anak perempuan ynag dilahirkan oleh seorang wanita selama masa reproduksinya dengan memperhitungkan peluang anak perempuan yang dilahirkan, meninggal sebelum mengakhiri masa reroduksinya (Brown 1997). Definisi 10 Rasio Anak Wanita (Child Woman Ratio) Rasio anak-wanita (CWR) adalah jumlah anak usia 0-4 tahun dibagi jumlah wanita usia tahun dalam suatu waktu tertentu (Lembaga Demografi FE UI 1980)

16 4 Keterangan atau. : banyaknya penduduk usia 0-4 tahun : banyaknya penduduk perempuan usia tahun pada pertengahan tahun : banyaknya penduduk perempuan usia tahun pada pertengahan tahun : bilangan konstan, biasanya Definisi 11 Angka Harapan Hidup (Life Expectancy) Angka harapan hidup waktu lahir didefinisikan sebagai rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh seseorang sejak lahir dalam situasi kematian yang berlaku di masyarakatnya (Utomo 1985). Definisi 12 Persamaan Regresi Persamaan regresi adalah persamaan matematik yang dapat meramalkan nilai suatu peubah takbebas dari satu atau lebih peubah bebas, yang secara umum dapat dituliskan dalam bentuk:, dengan Y menyatakan peubah takbebas, menyatakan peubah bebas dari model ( ), menyatakan koefisien regresi ( ), menyatakan nilai galat dari model (Walpole 1995). Definisi 13 Metode Kuadrat Terkecil Menurut MontGomery dan Peck (1992), moodel regresi linear berganda: apabila terdapat data amatan, maka persamaan (1) menjadi (1),. (2) Dengan notasi matriks, persamaan (2) menjadi, (3) dengan y adalah matriks vektor data amatan, X adalah matriks, vektor dari peubah, adalah matriks vektor dari koefisien regresi, dan adalah vektor dari galat. Jumlah kuadrat galat untuk model regresi linear berganda didefinisikan sebagai berikut: ( ) (4) Jumlah kuadrat tersebut merupakan fungsi dari. Nilai dugaan kuadrat terkecil bagi dilambangkan dengan merupakan nilai yang meminimumkan S(). Nilai dugaan kuadrat terkecil dapat diperoleh dengan menurunkan persamaan (4) terhadap, dari persamaan (4) diperoleh

17 5 (5) Dengan menurunkan persamaan (5) terhadap diperoleh. Metode Palmore Metode Palmore diperkenalkan oleh Palmore pada tahun 1964, yang berdasarkan asumsi adanya hubungan linear antara CWR, ukuran kematian dan TFR. Dalam perhitungannya diperlukan beberapa indikator lain seperti perbedaan pola perkawinan. Bila dibandingkan dengan metode lain, metode ini memerlukan lebih banyak data yang biasanya tersedia dalam sensus maupun survei. Metode ini menggunakan tingkat kematian bayi sebagai pengganti harapan hidup waktu lahir. Pendugaan persamaan metode Palmore dengan menggunakan vital statistic beberapa negara di dunia dari tahun 1965 sampai dengan tahun 1975 sehingga didapat suatu persamaan regresi linear yaitu: dengan = tingkat kelahiran total per wanita = tingkat kematian bayi per kelahiran hidup = rasio jumlah anak usia 0-5 tahun dengan jumlah wanita usia produktif = persentase anak usia 0-4 tahun = persentase wanita pernah kawin di usia tahun Tetapi metode ini sensitif terhadap kualitas data, terutama bayi dan anak-anak. Regresi Bertatar (Stepwise Regression) Regresi bertatar merupakan upaya pemilihan persamaan regresi terbaik dengan menyusupkan peubah satu per satu sampai diperoleh persamaan regresi yang memuaskan. Urutan penyisipan peubah ke dalam persamaan ditentukan dengan menggunakan koefisien korelasi parsial sebagai ukuran pentingnya peubah yang masih di luar persamaan. Langkah pertama adalah memilih peubah bebas misal yang paling berkorelasi dengan peubah respon, selanjutnya persamaan regresi linear ordo-pertama yang diperoleh dihitung dan diuji apakah peubah respon yang dimasukan nyata. Jika tidak nyata, maka model sebagai model terbaik. Jika peubah tersebut nyata, maka langkah selanjutnya adalah mencari peubah bebas kedua untuk dimasukan ke dalam persamaan regresi. Tahap selanjutnya adalah memeriksa koefisien korelasi parsial semua peubah bebas yang berada di luar persamaan regresi. Peubah bebas dengan koefisien korelasi parsial tertinggi dengan yang sekarag dipilih, misalkan dan selanjutnya persamaan regresi kedua dihitung dan diuji, peningkatan nilai diperhatikan, dan nilai-f parsial untuk kedua peubah yang ada di dalam persamaan diuji. Nilai-F parsial terendah kemudian dibandingkan dengan nilai-f tabel, dan apakah peubah bebas bersangkutan dipertahankan atau dikeluarkan dari persamaan tergantung pada hasil pengujian.ini menghasilkan penilaian terhadap sumbangan peubah yang paling kurang bermanfaat pada tahap

18 6 itu. Jika tidak ada peubah bebas yang dapat dikeluarkan atau dimasukkan, proses akan berhenti (Drapper dan Smith, 1992). Persentase Rataan Galat Mutlak (Mean Absolute Percentage Error) Persentase Rataan Galat Mutlak (MAPE) untuk masing-masing state variable ke-i didefinisikan: ( ) Keakuratan suatu penduga parameter dapat dilihat dari nilai MAPE, semakin kecil nilai yang diperoleh maka pendugaan parameter akan memiliki nilai yang semakin akurat atau semakin baik. METODE Bahan Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Data BPS yang digunakan adalah data jumlah penduduk dan data fertilitas seluruh provinsi di Indonesia yang merupakan hasil sensus penduduk tahun Prosedur Analisis Data Studi Pustaka Tahap ini merupakan penelusuran tinjauan pustaka untuk mendukung penelitian lebih lanjut. Penelitian ini dimulai dengan studi pustaka mengenai ukuran fertilitas yaitu angka fertilitas total dan rasio anak wanita, dan metode pengukuran fertilitas yaitu metode Palmore. Mengumpulkan Data Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder, dari setiap provinsi di Indonesia. Data diperoleh melalui situs merupakan hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Data yang diperlukan meliputi data penduduk usia 0-4 tahun, 5-9 tahun, dan tahun, data penduduk wanita dan data status pernikahan wanita kelompok usia tahun, tahun, tahun, tahun, tahun, tahun dan tahun, data tingkat kematian bayi (Infant Mortality Rate), dan data jumlah penduduk. Mempelajari Hubungan antara Ukuran Fertilitas Langsung dan Ukuran Fertilitas Tidak Langsung Ukuran fertilitas langsung yang dikaji pada penelitian ini adalah angka fertilitas total sedangkan untuk ukuran fertilitas tidak langsung akan dikaji rasio

19 anak-wanita. Penelitian ini akan mempelajari hubungan antara kedua ukuran fertilitas. Mengembangkan Model Pengukuran Fertilitas Tidak Langsung Berdasarkan tahap sebelumnya, akan diketahui hubungan antara kedua ukuran fertilitas yang digunakan. Informasi ini akan digunakan untuk memodifikasi model pengukuran fertilitas tidak langsung, yang dalam penelitian ini digunakan metode Palmore. Membandingkan Model Hasil Modifikasi dengan Model Palmore untuk Data Indonesia Data yang sudah diperoleh diaplikasikan untuk membangun model Palmore yang sesuai untuk data Indonesia. Kemudian data tersebut diaplikasikan pada model Palmore hasil modifikasi. Setelah mempunyai dua model regresi, dibandingkan hasil dari masing-masing model tersebut dengan tolak ukur data TFR hasil perhitungan BPS. 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Robert Hanenberg pada tagun 1983 sudah melakukan pendugaan terhadap angka fertilitas total (TFR) dengan rasio anak wanita (CWR). Pendugaan ini didasari oleh hubungan linear yang dimiliki rasio anak wanita (CWR) dan angka reproduksi kasar (GRR) yang telah dibuktikan oleh Rele pada tahun 1967 dan informasi kedekatan antara angka fertilitas kasar (GRR) dengan angka fertilitas total (TFR) yang tidak lain adalah angka fertilitas total untuk jumlah bayi wanita. Menggunakan prinsip yang sama dengan yang telah dilakukan Robert Hanenberg, pada penelitian ini akan diduga angka fertilitas total (TFR) dengan menggunakan rasio anak wanita (CWR). Namun yang membedakan, pendugaan akan dilakukan dengan melihat hubungan antara angka fertilitas total (TFR) dengan angka fertilitas umum (GFR). Angka fertilits total (TFR) dapat dituliskan seperti berikut: n TFR n F (6) x n dengan dan adalah minimum dan maksimum usia persalinan, sedangkan n F x adalah ukuran fertilitas menurut usia ( Age Specific Fertility Rate). Ukuran ini dapat dituliskan sebagai berikut: nbx nfx, f P n x dengan n B x adalah jumlah kelahiran hidup dari wanita berusia sampai f dan npx adalah jumlah penduduk wanita berusia sampai. Sedangkan ukuran fertilitas umum (GFR) dapat dituliskan sebagai berikut: B GFR, f (7) P x

20 8 dengan B adalah jumlah kelahiran hidup dari wanita usia produktif yaitu usia 15- f 49 tahun, 35 P 15 adalah jumlah wanita berusia tahun. Sehingga B dapat juga dituliskan menjadi 35 B 15, yaitu jumlah bayi yang dilahirkan wanita usia produktif. Dengan demikian persamaan (7) dapat dituliskan kembali dengan notasi yang sama dengan n F x, yaitu: 35 B15 GFR 35 F15. f (8) 35 P15 Hal ini dilakukan dengan maksud untuk menyatakan kembali GFR sehingga dapat disubstitusikan ke dalam persamaan pengukuran angka fertilitas total (TFR). Sehingga aproksimasi terhadap angka fertilitas total (TFR) dapat dilakukan dengan mengkalikannya dengan interval yang digunakan seperti berikut: 35 B15 * TFR 35 TFR. f (9) 35 P15 Pada dasarnya pengukuran (TFR) dengan menggunakan persamaan (6) dan persamaan (9) adalah sama, yaitu menjumlahakan kelahiran hidup dari populasi wanita menurut kelompok usia tertentu dibagi dengan populasi wanita tersebut. Sebagai ilustrasi ditunjukan oleh persamaan berikut: 5 B15 5 B20 5 B 45 5 B15 5 B B f f f f f f 5 P15 5 P20 5 P45 5 P15 5 P P45 Namun dalam penyelesaian, persamaan (9) akan lebih sederhana karena hanya menggunakan satu interval usia. Secara matematika penjumlahan dari rasio (TFR) berbeda dengan rasio dari penjumlahan (GFR), tetapi secara empirik hasilnya memiliki keterkaitan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan membangkitkan sejumlah bilangan acak yang mewakili data yang dibutuhkan yaitu data jumlah kelahiran hidup dan data populasi wanita. Dengan menggunakan asumsi jumlah wanita tetap setiap interval lima tahunan dan untuk kondisi jumlah kelahiran hidup yang beragam, penjumlahan rasio dari jumlah kelahiran hidup dan jumlah wanita untuk interval lima tahunan adalah sama dengan rasio penjumlahan dari jumlah kelahiran hidup dan jumlah wanita usia produktif dikalikan dengan panjang interval yang digunakan. Hasil ini dapat ditunjukkan secara analitik sebagai berikut: a1 a2 a8 a a a a a a a a a z z z z 7 z z z... z Misalkan a 1, a 2 sampai a8 masing-masing adalah kelahiran hidup dari wanita kelompok usia lima tahunan dan z adalah wanita kelompok usia lima tahunan. Selanjutnya, diasumsikan kelahiran hidup dari setiap kelompok usia wanita adalah sama, sedangkan jumlah wanita adalah berbeda berdasarkan kelompok usia. Asumsi tersebut sulit ditunjukan secara analitik, sehingga dilakukan simulasi dengan membangkitkan bilangan acak yang mewakili jumlah wanita berdasarkan kelompok usia. Interval yang digunakan untuk membangkitkan bilangan acak tersebut, diperoleh dari hasil pengelompokan jumlah wanita berdasarkan kelompok usia di setiap provinsi di Indonesia yang disajikan pada Tabel 1 berikut:

21 9 Tabel 1 Jumlah wanita setiap provinsi di Indonesia berdasarkan kelompok usia Provinsi Jumlah wanita Maksimal Minimal Kelompok 1 = [15 000, ] Papua Barat Maluku Utara Gorontalo Sulawesi Barat Kelompok 2 = [30 000, ] Kep. Bangka Belitung Maluku Bengkulu Sulawesi Utara Kelompok 3 = [30 000, ] Sulawesi Tenggara Riau Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Papua DI Yogyakarta Kelompok 4 = [80 000, ] Jambi Kalimantan Selatan Bali Kalimantan Timur Kelompok 5 = [ , ] Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Aceh Sumatera Barat Nusa Tenggara Barat Kepulauan Riau Kelompok 6 = [ , ] Lampung Sumatera Selatan Sulawesi Selatan Kelompok 7 = [ , ] Banten DKI Jakarta Sumatera Utara Kelompok 8 = [ , ] Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat

22 Galat relatif 10 Kolom jumlah wanita maksimal dan jumlah wanita minimal diperoleh dari hasil pengurutan berdasarkan banyaknya jumlah wanita usia produktif yang dikelompokkan dengan menggunakan interval lima tahunan pada setiap provinsi. Jumlah wanita berdasarkan kelompok usia untuk setiap provinsi di Indonesia disajikan pada Lampiran 1. Adapun interval pengacakan yang sudah dikelompokkan menjadi delapan kelompok diperoleh dengan mengambil batas bawah interval yaitu batas bawah kolom minimal dan batas atas interval yaitu batas atas kolom maksimal pada masing-masing kelompoknya. Sedangkan jumlah kelahiran bayi untuk perhitungan ini dipilih sebesar jiwa yang merupakan rata-rata jumlah kelahiran bayi oleh wanita berdasarkan kelompok usia lima tahunan di seluruh provinsi di Indonesia yang dilampirkan pada Lampiran 2. Pada kondisi ini diperoleh galat relatif yang berbeda-beda seperti yang disajikan pada Gambar 1. Adapun pengertian galat relatif diberikan oleh persamaan berikut: * TFR ntfr GR 100%. (10) TFR Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bahwa galat relatif yang dihasilkan relatif kecil, dengan kata lain asumsi kedua terpenuhi. Sehingga secara empirik, perhitungan TFR dengan jumlah wanita menggunakan satu interval tunggal yang tertera pada persamaan (9), dapat diterapkan untuk kondisi aktual jumlah wanita di Indonesia. Dengan demikian untuk kondisi tersebut TFR tidak hanya dapat dihitung sebagai penjumlahan rasio dengan interval lima tahunan, namun dapat juga dihitung sebagai rasio penjumlahan dengan selang usia dari awal masa reproduksi sampai akhir masa subur atau disebut pula General Fertility Rate dan mengkalikannya dengan panjang selang usia. Sehingga dengan kata lain perhitungan Total Fertility Rate dapat pula dihitung dengan menggunakaan General Fertility Rate yang dikalikan dengan panjang interval kelompok usia. Hal ini dikuatkan oleh Bogue dan Palmore pada tahun 1964, yang menyatakan bahwa korelasi antara GFR dan TFR sebesar untuk level nasional, tidak lama berselang pada tahun 1970 Tuchfield menemukan bahwa korelasi antara GFR dan TFR sebesar 0,943 di level Amerika. 100% 80% 60% 40% 20% 0% 2% 3% 5% 5% 7% 8% 10% 13% Interval jumlah wanita Gambar 1 Galat relatif yang dihasilkan dari jumlah populasi wanita untuk setiap provinsi di Indonesia

23 Bogue pada tahun 1971 yang menyatakan besar korelasi antara Child Woman Ratio dengan General Fertility Rate sebesar 0,961 dan korelasi antara Child Woman Ratio dan Total Fertility Rates sebesar 0,964, hal ini dapat menjelaskan bahwa Child Woman Ratio dapat merepresentasikan General Fertility Rates pada persamaan (11) yang digunakan untuk menduga Total Fertility Rates dengan menggunakan asumsi tidak ada kematian bayi lahir dan tidak ada migrasi bayi lahir selama lima tahun kebelakang, sehingga persamaan (10) dapat dibentuk sebagai berikut: 5P0 5 itfr n, f npx (11) dengan itfr adalah pendugaan terhadap TFR dengan menggunakan pendekatan terhadap ukuran rasio anak wanita (CWR), n adalah panjang interval usia yang f digunakan, 5 P 0 adalah populasi usia 0 sampai 4 tahun, npx adalah total wanita usia produktif sampai, dalam hal ini usia produktif dipilih tahun sehingga n yang dipilih adalah 35 tahun. Sehingga itfr untuk kondisi ini dapat ditulis sebagai berikut: 5 P0 5 P P0 itfr CWR. f f f 35 P15 35 P15 35 P15 Suku penyebut pada persamaan (11) dapat dimodifikasi dengan menguraikan jumlah wanita usia produktif berdasarkan kelompok usia lima tahunan menjadi seperti berikut: 5 P0 5 P0 5 P itfr* f f f 7 5 P15 5 P20 5 P45 (12) Hasil pendugaan nilai TFR dengan menggunakan persamaan (11) dan (12) dapat dilihat pada Lampiran 3. Walaupun hasil perhitungan TFR menggunakan persamaan (12) tidak lebih baik dibandingkan dengan persamaan (11) yang dapat dilihat dari nilai MAPE-nya sebesar 7% sedangkan nilai MAPE untuk persamaan (11) sebesar 4%, setidaknya sudah cukup baik untuk menduga nilai TFR. Selanjutnya, pendugaan TFR dapat juga dilakukan dengan metode regresi seperti yang sudah dilakukan oleh Palmore pada tahun Palmore meregresikan beberapa peubah yang diduga memengaruhi besarnya nilai TFR sebagai berikut: persentase total populasi berdasarkan kelompok usia (0-4), (5-9), dan (10-14), rasio anak berdasarkan kelompok usia terhadap jumlah penduduk (CP(0-4), CP(5-9), dan CP(10-14)), indeks komposisi usia kesuburan, proporsi wanita berdasarkan kelompok usia yang pernah menikah (PEM(15-19), PEM(20-24), PEM(25-29), PEM(30-34), PEM(35-39), PEM(40-44), dan PEM(45-49)), median usia pernikahan, dan tingkat kematian bayi (IMR) dengan metode All Possible Regression. Berbeda dengan metode Palmore, penelitian ini menggunakan metode Stepwise Regression dengan peubah bebas yang digunakan 11

24 12 yaitu itfr atau itfr*, tingkat kematian bayi (IMR), proporsi wanita berdasarkan kelompok usia yang pernah menikah (PEM(15-19), PEM(20-24), PEM(25-29), PEM(30-34), PEM(35-39), PEM(40-44), dan PEM(45-49)), dan rasio anak berdasarkan kelompok usia terhadap jumlah penduduk (CP(0-4), CP(5-9), dan CP(10-14)). Setiap calon peubah bebas harus dapat menjelaskan peubah respon secara linear. Oleh karena itu, sebelum membuat suatu model regresi akan dilihat terlebih dahulu kelinearan masing-masing peubah bebas dengan peubah respon salah satunya dengan menggunakan scatter plot seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil plot yang diperoleh, peubah bebas tersebut dapat menjelaskan peubah respon secara linear, sehingga dapat menjadi calon peubah bebas dalam model regresi yang akan dibentuk. Tabel 2 menampilkan hasil yang diperoleh dari pemilihan model regresi terbaik. Tabel 2 Hasil regresi bertatar dengan menggunakan itfr Step Constant itfr T-Value P-Value CP(0-4) T-Value P-Value CP(10-14) T-Value 2.09 P-Value S R-sq R-sq (adj) Berdasarkan hasil yang diperoleh, peubah yang dimasukkan ke dalam model regresi adalah peubah itfr, CP(0-4), dan CP(10-14), dan model regresi yang dibentuk adalah sebagai berikut: TFR iTFR CP(0 4) 5868 CP(10 14) (13) Model pada persamaan (13) dapat diinterpretasikan bahwa untuk keadaan CP(0-4) dan CP(10-14) tetap, maka setiap kenaikan itfr sebesar satu satuan akan menaikan nilai rataan TFR sebesar 1.416, sedangkan untuk kondisi itfr dan CP(10-14) tetap, setiap kenaikan satu persen CP(0-4) akan mengurangi nilai rataan TFR sebesar satuan, dan untuk kondisi itfr dan CP(0-4) tetap, setiap kenaikan satu persen CP(10-14) akan menaikan nilai rataan TFR sebesar satuan. Pendugaan nilai TFR menggunakan persamaan (13) menghasilkan nilai dugaan TFR terbesar diperoleh provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar , sedangkan nilai dugaan TFR terkecil dimiliki provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar Hal ini dapat diartikan bahwa di Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk setiap wanita usia produktif selama hidupnya rata-rata akan menghasilkan sampai bayi, dan untuk setiap wanita usia

25 produktif di DKI Jakarta selama hidupnya akan melahirkan sampai bayi. Selanjutnya akan dibuat model regresi baru dengan menggantikan peubah itfr dengan itfr*. Sehingga hasil yang dihasilkan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3, dan persamaan yang dibentuk adalah sebagai berikut: TFR itfr * CP(10 14) (14) Persamaan di atas dapat diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan itfr* satu satuan dan untuk kondisi CP(10-14) konstan akan menaikan rata-rata nilai TFR sebesar satuan, sedangkan untuk kondisi itfr* konstan setiap kenaikan CP(10-14) sebesar satu persen maka akan menaikan rata-rata nilai TFR sebesar satuan. Berdasarkan hasil pendugaan dengan menggunakan persamaan (14), Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan nilai TFR terbesar yaitu sebesar yang berarti bahwa untuk setiap wanita usia produktif selama hidupnya rata-rata akan menghasilkan sampai bayi. Sedangkan Provinsi DI Yogyakarta sebagai provinsi dengan TFR terendah yaitu sebesar yang berarti setiap wanita usia produktif selama hidupnya rata-rata akan menghasilkan sampai bayi. Tabel 3 Hasil regresi bertatar dengan menggunakan itfr* Step 1 2 Constant itfr* T-Value P-Value CP(10-14) T-Value 4.75 P-Value S R-sq R-sq (adj) TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita usia produktif. Perbandingan angka TFR antar negara atau antar daerah dapat menunjukan keberhasilan daerah dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. Angka TFR yang tinggi dapat menjadi cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama wanita, tingkat sosial ekonomi yang rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukan tingkat keberhasilan program KB yang dilaksanakan (Badan Pusat Statistik 2014). Nilai dugaan TFR yang diperoleh untuk suatu provinsi akan membantu perencanaan program pembangunan untuk meningkatkan taraf kehidupan untuk masing-masing provinsi tersebut. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari persamaan (13) dan persamaan (14), Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan TFR terbesar hal ini didukung oleh hasil Sensus Nasional BPS tahun 2010 yang menyatakan bahwa Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu provinsi termiskin di Indonesia dengan angka kemiskinan sebesar 23.03%. Secara 13

26 DKI DIY Jatim Bali Jateng Banten Kalsel Kep. Riau Sulut Jabar Lampung Jambi Bengkulu Kep. Sulsel Sumsel Kalteng NTB Kaltim Kalbar Gorontalo Aceh Riau Papua Sumbar Sulbar Sumut Papua Sultengg Sulteng Malut Maluku NTT 14 keseluruhan nilai TFR hasil BPS dan hasil pendugaan baik menggunakan persamaan (11) dan persamaan (12) berturut-turut disajikan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. Gambar 2 menunjukan bahwa hasil pendugaan TFR dengan menggunakan persamaan (13) dapat mengikuti trend nilai TFR BPS. Berdasarkan pendugaan dengan persamaan (13) Provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi dengan TFR terendah dan Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi dengan nilai TFR terbesar sesuai dengan nilai TFR BPS. Sedangkan pada Gambar 3, terdapat perbedaan dari hasil BPS, berdasarkan pendugaan dengan persamaan (14) Provinsi DI Yogyakarta menjadi provinsi dengan TFR terkecil. Kedua gambar ini memberikan gambaran nilai TFR seluruh provinsi di Indonesia, dapat dilihat provinsi yang tergolong memiliki TFR tinggi yaitu diatas dan tergolong rendah yaitu dibawah Secara keseluruhan provinsi-provinsi di Indonesia memiliki nilai TFR yang relatif berada diantaranya, karena tidak melebihi angka 5 000, bahkan DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Jawa Timur memiliki nilai TFR yang rendah. Gambar 2 Nilai TFR BPS dan TFR persamaan (13) seluruh provinsi di Indonesia TFR TFR1 Nilai MAPE untuk masing-masing pendugaan, baik dengan menggunakan persamaan (11), persamaan (12), persamaan (13) dan persamaan (14) berturutturut sebesar 3.83%, 6.95%, 2.56% dan 4.06%. Nilai MAPE ini memberikan gambaran keakuratan pendugaan yang dilakukan, diketahui bahwa pendugaan nilai TFR dengan menggunakan persamaan (13) memiliki nilai MAPE terkecil dan menandakan bahwa pendugaan ini lebih baik dibandingkan dengan pendugaan yang lain. Pendugaan dengan menggunakan persamaan (12), lebih akurat digunakan setelah dimasukkan kedalam persamaan regresi, hal ini dapat dilihat dari MAPE untuk pendugaan yang menggunakan persamaan (14) yaitu sebesar 4.06%. Perbedaan nilai MAPE ini dapat disebabkan adanya keragaman yang dapat dijelaskan oleh peubah bebas lain dalam persamaan (14) yang tidak dapat dijelaskan oleh persamaan (12) yang tidak lain adalah salah satu peubah bebasnya.

27 DKI Jakarta DIY Jatim Bali Jateng Banten Kalsel Kep. Riau Sulut Jabar Lampung Jambi Bengkulu Kep. Babel Sulsel Sumsel Kalteng NTB Kaltim Kalbar Gorontalo Aceh Riau Papua Sumbar Sulbar Sumut Papua Barat Sultengg Sulteng Malut Maluku NTT TFR TFR2 Gambar 3 Nilai TFR BPS dan TFR Persamaan (14) Seluruh Provinsi di Indonesia SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Nilai TFR hasil perhitungan BPS merupakan hasil pengukuran tidak langsung dengan menggunakan metode anak kandung (Own Children). Adapun penelitian ini melakukan perhitungan nilai TFR dengan menggunakan hubungan TFR, GFR, dan CWR yang mana TFR direpresentasikan ke dalam bentuk CWR. Pembentukan model regresi untuk pendugaan TFR pada penelitian ini mengacu pada pembentukan model Palmore. Namun berbeda pada metode pemilihan model regresi terbaik dan calon peubah bebas yang digunakan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, model regresi dengan memasukan itfr sebagai salah satu peubah bebasnya tidak berbeda secara signifikan dengan model regresi menggunakan itfr* sebagai salah satu peubah bebasnya. Hal ini dapat dilihat dari derajat determinasi adjusted untuk kedua model berturut-turut sebesar 93.57% dan 87.63%. Pendugaan nilai TFR dengan menggunakan kedua model regresi menghasilkan keputusan yang sama yaitu provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi dengan nilai TFR terbesar yaitu menggunakan persamaan (13) dan menggunakan persamaan (14). Berdasarkan hasil tersebut, rata-rata bayi yang dilahirkan setiap wanita usia produktif di wilayah Nusa Tenggara Timur sebesar 3736 sampai bayi untuk persamaan (13), dan sebesar sampai bayi untuk persamaan (14). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil perhitungan BPS yang menempatkan Nusa Tenggara Timur dengan nilai TFR terbesar yaitu sebesar Namun terdapat perbedaan hasil pendugaan dengan menggunakan persamaan (14) yang menyatakan bahwa Provinsi DI Yogyakarta sebagai provinsi dengan nilai TFR terkecil sedangkan menurut BPS dan hasil pendugaan dengan menggunakan persamaan (13) menyatakan bahwa DKI Jakarta sebagai provinsi dengan nilai TFR terkecil. Hal ini dapat dilihat pada nilai MAPE yang dihasilkan dari masing-masing pendugaan. Pendugaan dengan

28 16 menggunakan persamaan (13) memiliki nilai MAPE sebesar 2.56% sedangkan pendugaan dengan menggunakan persamaan (14) sebesar 4.06%. Pendugaan dengan menggunakan persamaan (11) maupun persamaan (12) tidak lebih baik jika dibandingkan dengan hasil pendugaan menggunakan persamaan (13) dan persamaan (14) yang tidak lain adalah persamaan regresi yang diperoleh dengan memasukan persamaan (11) sebagai peubah bebas pada persamaan (13) dan persamaan (12) sebagai peubah bebas pada persamaan (14). Nilai TFR yang diperoleh diharapkan dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan, dan dapat menjadi aspek pengambilan kebijakan yang dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup warga Indonesia. Adapun modifikasi yang dilakukan pada karya tulis ini dimaksudkan untuk menjadi alternatif cara perhitungan TFR, untuk kondisi kecukupan data di Indonesia. Saran Pendugaan TFR pada penelitian ini menggunakan informasi hubungan antara TFR dan CWR. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melakukan pendugaan TFR dengan menggunakan informasi hubungan ukuran fetilitas yang lain. Model Palmore yang dijadikan acuan dalam pembentukan model pada penelitian ini, dapat diganti dengan model pendugaan yang lain seperti Bogue- Palmore atau Gunasekaran Palmore untuk melihat keakuratan model dalam pendugaan TFR. Apabila ketersediaan data memadai, pendugaan nilai TFR dengan menggunakan persamaan (12) akan lebih baik jika suku pembilang menggunakan data jumlah anak usia 0-4 tahun yang dilahirkan oleh kelompok wanita usia tertentu sebagai suku penyebutnya yang mana untuk saat ini, jumlah anak usia 0-4 tahun disamakan karena tidak ada data jumlah anak berdasarkan usia yang dilahirkan oleh seorang ibu usia tertentu. DAFTAR PUSTAKA

29 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011a. Fertilitas Penduduk Indonesia : Hasil Sensus Penduduk Jakarta (ID):BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011b. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan HidupPenduduk Indonesia : Hasil Sensus Penduduk Jakarta (ID):BPS. Bogue DJ, Palmore JA Some Empirical and Analytic Relation Among Demographic Fertlity Measure, with Regression Models For Fertility Estimation. Chicago: University of Chicago. Brown RL Introduction to the Mathematics of Demgraphy 3rd. Winsted: Actex Publication. Hanenberg, Robert Estimates of The Total Fertility Rate Based on the Child-Woman Ratio. East-West Population Institute 10(2). ISSN Hauer, Matt. Baker, Jack. Brown, Warren Indirect Estimates of Total Fertility Rate Using Child Woman/Rato: A Comparison with the Bogue- Palmore Method. PloS ONE 8(6): e Doi: /journal.pone [Lembaga Demografi FE UI] Buku Pegangan Bidang Kependudukan. Jakarta (ID): Lembaga Demografi FE UI. Lucas D Pengantar Kependudukan. Sumanto WB, R Saladi, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Palmore JA Regression Estimation of Changes in Fertility for Major Nations and Territories. Papers of the East-West Population Institute. no. 58. Palmore JA Measuring Fertility and Natural Increase: A Self-Teaching Guide to Elementary Measures. Papers of the East-West Population Institute. no. 16. Rele JR Fertility Analysis Trough Extension of Stable Population Concepts. Berkeley: University of California. Santosa Cecep A.H.F Modifikasi Metode Rele untuk Penduduk Quasi- Stabil[Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Utomo B Mortalitas: Pengertian dan Contoh Kasus di Indonesia. Jakarta (ID): Proyek Penelitian Morbiditas dan Mortalitas UI. Walpole R Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. 17

30 18 Lampiran 1 Jumlah wanita berdasarkan kelompok usia di seluruh provinsi di Indonesia Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat

31 19 Lampiran 2 Jumlah kelahiran bayi oleh kelompok wanita usia tertentu di Indonesia Kelompok Umur Jumlah Wanita ASFR 2010 Jumlah Kelahiran Jumlah

32 20 Lampiran 3 Hasil pendugaan nilai TFR dengan menggunakan persamaan (11), persamaan (12), persamaan (13), persamaan (14) dan hasil BPS Prov TFR itfr ITFR* TFR1 TFR2 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat

33 TFR TFR TFR TFR TFR TFR 21 Lampiran 4 Scatter plot masing-masing calon peubah bebas dengan peubah respon Scatterplot of TFR vs itfr Scatterplot of TFR vs itfr* itfr itfr* Scatterplot of TFR vs IMR Scatterplot of TFR vs CP(0-4) IMR CP(0-4) Scatterplot of TFR vs CP(5-9) Scatterplot of TFR vs CP(10-14) CP(5-9) CP(10-14)

34 TFR TFR TFR TFR TFR TFR 22 Scatterplot of TFR vs PEM(15-19) Scatterplot of TFR vs PEM(20-24) PEM(15-19) PEM(20-24) Scatterplot of TFR vs PEM(25-29) Scatterplot of TFR vs PEM(30-34) PEM(25-29) PEM(30-34) Scatterplot of TFR vs PEM(35-39) Scatterplot of TFR vs PEM(40-44) PEM(35-39) PEM(40-44)

35 DKI Jakarta DIY Jatim Bali Jateng Banten Kalsel Kep. Riau Sulut Jabar Lampung Jambi Bengkulu Kep. Babel Sulsel Sumsel Kalteng NTB Kaltim Kalbar Gorontalo Aceh Riau Papua Sumbar Sulbar Sumut Papua Barat Sultengg Sulteng Malut Maluku NTT DKI Jakarta DIY Jatim Bali Jateng Banten Kalsel Kep. Riau Sulut Jabar Lampung Jambi Bengkulu Kep. Babel Sulsel Sumsel Kalteng NTB Kaltim Kalbar Gorontalo Aceh Riau Papua Sumbar Sulbar Sumut Papua Barat Sultengg Sulteng Malut Maluku NTT Lampiran 5 Nilai TFR BPS dan TFR hasil pendugaan persamaan (11) untuk seluruh provinsi di Indonesia TFR itfr Lampiran 6 Nilai TFR BPS dan TFR hasil pendugaan persamaan (12) untuk seluruh provinsi di Indonesia TFR ITFR*

36 24 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 Maret 1992 dari ayah Ngadiran dan Ibu Erwin Fatmasari. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cileungsi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleki Masuk IPB dan diterima di Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Metode Statistika dan asisten praktikum Rancangan Percobaan pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga pernah menjadi tenaga pengajar pada bimbingan belajar Nurul Fikri, tutor matakuliah Pengantar Matematika TPB tahun ajaran 2013/2014, dan pengajar matakuliah Kalkulus di bimbingan belajar dan privat mahasiswa Mafia Club. Penulis juga pernah aktif menjadi Bendahara Umum II Gugus Mahasiswa Matematika tahun kepengurusan 2011/2012 dan menjadi Bendahara Umum I Gugus Mahasiswa Matematika tahun kepengurusan 2012/2013. Penulis juga aktif dalam bidang sosial dengan menjadi anggota Lembaga Struktural Bina Desa Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor divisi pengembangan masyarakat tahun abdi 2010/2011 dan 2011/2012.

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAFTAR ISI Kondisi Umum Program Kesehatan... 1 1. Jumlah Kematian Balita dan Ibu pada Masa Kehamilan, Persalinan atau NifasError! Bookmark not

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ESTIMASI FERTILITAS DENGAN MODEL COALE- TRUSSELL DAN APLIKASINYA TERHADAP DATA INDONESIA

ESTIMASI FERTILITAS DENGAN MODEL COALE- TRUSSELL DAN APLIKASINYA TERHADAP DATA INDONESIA ESTIMASI FERTILITAS DENGAN MODEL COALE- TRUSSELL DAN APLIKASINYA TERHADAP DATA INDONESIA A. RAMADHANI 1, H. SUMARNO 2, I W. MANGKU 3 Abstrak Model fertilitas Coale-Trussell merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go FERTILITAS PENDUDUK INDONESIA HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN: 978-979-064-312-3 No. Publikasi: 04000.1107 Katalog BPS: 2102025 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman:

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 Nomor : 048/08/63/Th.XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 SEBESAR 71,99 (SKALA 0-100) Kebahagiaan Kalimantan Selatan tahun

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Gambaran dari peubah mata kuliah, IPK dan nilai Ujian Nasional yang ditata sesuai dengan mediannya disajikan sebagai boxplot dan diberikan pada Gambar. 9 3 Data 6

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VII, 5 Mei 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2017 SEBESAR 101,81

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagai jenjang terakhir dalam program Wajib Belajar 9 Tahun Pendidikan Dasar

Lebih terperinci

Disabilitas. Website:

Disabilitas. Website: Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data yang berhasil dikumpulkan dan akan digunakan pada penelitian ini merupakan data statistik yang diperoleh dari a. Biro Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISTILAH-ISTILAH 2.1.1 Dinamika Penduduk [Population Dynamics] Dinamika penduduk adalah proses perubahan yang terjadi secara terus menerus yang mempengaruhi jumlah penduduk

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th. VI, 5 Agustus 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation Demografi formal Pengumpulan dan analisis statistik atas data demografi Dilakukan ahli matematika dan statistika Contoh : jika jumlah perempuan usia subur (15-49) berubah, apa pengaruhnya pada tingkat

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2007-2011 PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN KESEHATAN RI JAKARTA 2009 KATA PENGANTAR Salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum ada kesepakatan

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014 HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat Tahun Ajaran 213/21 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 13 Juni 21 1 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP Tahun 213/21 Peserta UN 3.773.372 3.771.37 (99,9%) ya

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Asep Sjafrudin, S.Si, M.Si Jenjang Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama (MTs/SMP) memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemakai data kependudukan, khususnya para perencana, pengambil kebijaksanaan, dan peneliti sangat membutuhkan data penduduk yang berkesinambungan dari tahun ke

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014) EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014) P R A W I D Y A K A R Y A P A N G A N D A N G I Z I B I D A N G 1 : P E N I N G K A T A N G I Z I M A S Y A R A K A T R I S E T P E N

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KEBUTUHAN DATA KETENAGAKERJAAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN OLEH: RAZALI RITONGA DIREKTUR STATISTIK KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN BADAN PUSAT STATISTIK Pokok bahasan Latar Belakang

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ii Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN : No. Publikasi: 04000.1 Katalog BPS: Ukuran Buku: B5

Lebih terperinci

PENDUGAAN ANGKA FERTILITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANAK KANDUNG ATIKA RACHMAH

PENDUGAAN ANGKA FERTILITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANAK KANDUNG ATIKA RACHMAH PENDUGAAN ANGKA FERTILITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANAK KANDUNG ATIKA RACHMAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 Palangka Raya, 16Desember 2015 DR. Ir. Sukardi, M.Si Kepala BPS

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18/Th. VI, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung 2.11.3.1. Santri Berdasarkan Kelas Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah (Madin) Tingkat Ulya No Kelas 1 Kelas 2 1 Aceh 19 482 324 806 2 Sumut 3 Sumbar 1 7-7 4 Riau 5 Jambi 6 Sumsel 17 83 1.215 1.298 7 Bengkulu

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2011-2014 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka pemantauan rencana aksi percepatan pelaksanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PARAMETER KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

PARAMETER KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA PARAMETER KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DR. Sudibyo Alimoeso, MA Sekretaris Utama BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL JAKARTA, 2011 MARI KITA RENUNGKAN APA YANG MENJADI TANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami perhitungan angka kelahiran.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012 4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Jumlah Lembaga No. Provinsi PTAIN PTAIS Jumlah 1. Aceh 3 20 23 2. Sumut 2 40 42 3. Sumbar 3 19 22 4. Riau 1 22 23 5. Jambi 2 15 17 6. sumsel 1 13 14 7. Bengkulu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015 No. 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015 IPM Provinsi Papua Tahun 2015 Hingga saat ini, pembangunan manusia di Provinsi Papua masih berstatus rendah yang ditunjukkan

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Eksplorasi Data Diagram kotak garis merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran, dan kemiringan pola sebaran. Gambaran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Biplot Kanonik dan Analisis Procrustes dengan Mathematica Biplot biasa dengan sistem perintah telah terintegrasi ke dalam beberapa program paket statistika seperti SAS,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 65 /11 /61 /Th. XVII, 5 November 2014 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III- 2014 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan III-2014 Indeks Tendensi Konsumen

Lebih terperinci

Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini

Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini Uzair Suhaimi uzairsuhaimi.wordpress.com Judul artikel perlu klarifikasi. Pertama, istilah penduduk merujuk pada penduduk Indonesia

Lebih terperinci

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

FERTILITAS RUMUS DAN FAKTOR

FERTILITAS RUMUS DAN FAKTOR FERTILITAS RUMUS DAN FAKTOR FERTILITAS RUMUS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEFINISI Fertilitas (Fertility): merujuk pada jumlah kelahiran hidup dari penduduk wanita Fekunditas (Fecundity): merujuk pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK RISET KESEHATAN DASAR 2 BLOK KESEHATAN ANAK JENIS DATA Jenis data yang disajikan : berat badan lahir kepemikilan KMS dan Buku KIA, penimbangan balita, kapsul vitamin A, pemberian ASI proses mulai menyusui

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Website:

KESEHATAN REPRODUKSI. Website: KESEHATAN REPRODUKSI Tujuan Umum: Menyediakan informasi mengenai indikator kesehatan ibu dan besaran masalah kesehatan reproduksi Khusus: Memperoleh informasi kejadian kehamilan di rumah tangga Memperoleh

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci