BAB 3. DASAR-DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN. Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal untuk menjaga mutunya sangat ditentukan oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3. DASAR-DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN. Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal untuk menjaga mutunya sangat ditentukan oleh :"

Transkripsi

1 BAB 3. DASAR-DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN 3.1 Penanganan Ikan Segar Di Atas Kapal Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal untuk menjaga mutunya sangat ditentukan oleh : - Kesadaran dan pengetahuan semua ABK untuk melaksanakan cara penanganan ikan dengan es secara benar. - Kelengkapan sarana penyimpanan di atas kapal yang memadai, seperti : palka atau peti wadah ikan yang berisolasi dengan kapasitas yang cukup sesuai dengan ukuran kapal. - Kecukupan jumlah es yang dibawa saat berangkat menangkap ikan di laut. Garis besar tahapan kegiatan penanganan ikan di kapal penangkap : 36

2 - Mengangkat ikan dari air. - Melepas ikan dari alat tangkap. - Mendinginkan ikan. - Menyiangi ikan apabila diperlukan. - Mencuci ikan dengan air dingin. - Menempatkan ikan dalam wadah portable sesuai dengan jenis, ukuran dan mutu ikan. - (Sortasi/seleksi) serta memberinya es dengan jumlah yang cukup. - Menyimpan di dalam palka berinsulasi dengan es. - Merawat ikan selama penyimpanan sampai dengan saat pembongkarannya di pangkalan pendaratan ikan (PPI) atau pelabuhan perikanan. Ikan Ukuran Kecil Ikan dinyatakan berukuran kecil apabila berat per ekornya kurang dari 200 g (5 ekor per 37

3 kg) sampai dengan 10 kg, dimana ikan ukuran ini dijajakan segar dalam bentuk utuh. Contoh jenis ikan yang dapat dikelompokkan sebagai ikan kecil adalah Lemuru, Kembung, Tembang, Layang, Kuniran, Petek, Teri, Tongkol, Cakalang, Tenggiri, Layur dan sebagainya. Jenis ikan ini umumnya ditangkap dengan jaring dan sudah mati saat diangkat dari air terutama jika menggunakan alat tangkap jaring insang (gillnet). Oleh karena itu harus diperhitungkan waktu antara menebar dan menarik jaring agar diusahakan paling lama setiap 4 jam dengan perhitungan ikan yang tertangkap maksimum di dalam air tanpa perlakuan kurang dari 3 jam. a. Kelengkapan sarana handling ikan di atas kapal Sarana penanganan (handling) minimal yang harus ada di atas kapal adalah : 1. Palka berinsulasi dengan kapasitas sesuai dengan target penangkapan dan ukuran kapal biasanya 1/3 2/3 kali dari bobot mati kapal penangkap yang dapat ditutup rapat, sehingga penetrasi panas dari udara luar ke dalam palka 38

4 dapat dihambat semaksimal mungkin. Dilengkapi dengan sistem pembuangan air lelehan es yang baik sehingga tidak terjadi perendaman ikan yang disimpan di dalamnya. Palka ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil ikan selama operasi penangkapan sampai dengan pembongkarannya di pangkalan pendaratan ikan. Dengan mengetahui dimensinya (p x l x t) bagian dalam dapat dihitung volumenya. Dari total volume tersebut umumnya 2/5 3/5 untuk ikan, 1/5 2/5 untuk es dan sisanya lebih kurang 1/5 ruang kosong di bagian atas untuk keperluan mobilitas wadah dan orang. Palka berinsulasi ini sebaiknya disekat-sekat menjadi 3 kompartemen yang sama volumenya. Satu kompartemen diisi es separuhnya untuk tempat memulai penyimpanan hasil tangkapan, sedangkan dua kompartemen lainnya penuh diisi es. Apabila kapal berukuran kecil biasanya digunakan cool-box portable ukuran 39

5 kapasitas mulai dari 50 kg, 100 kg dan 200 kg yang dilengkapi dengan lubang penirisan (drain hole) untuk membuang air lelehan es. Dengan ukuran kecil ini penempatannya di kapal lebih luwes, yang penting ditempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung. Gambar 3. Cool-box Kapasitas 200 kg di Kapal Rawai 3-4 GT/3 PK 2. Bak pendinginan (chilling) dan pencuci ikan ukuran 0,5 2 m 3, sebagai tempat mencuci sekaligus chilling ikan setelah dilepas dari jaring, dimana bak ini akan diisi air laut yang diberi es. Sebaiknya bak ini 40

6 bertutup dan berinsulasi agar dapat menghemat pemakaian es. Perbandingan es curai dan air laut 2 : Keranjang plastik dari bahan HDPE, yang cukup kuat dengan kapasitas maksimum kg ikan agar cukup ringan sehingga mudah ditangani secara manual. Keranjang ini didesain sedemikian rupa sehingga air lelehan es dapat mengalir dengan lancar dan dapat ditumpuk tanpa memberikan tekanan produk ikan yang ada di dalamnya. Keranjang ini memiliki dua fungsi yaitu untuk wadah ikan hasil seleksi, tempat melakukan pencucian sekaligus wadah ikan selama penyimpanannya dalam palka. Jumlahnya disesuaikan agar dapat menampung semua hasil produksi. 41

7 Gambar. 4 Model Keranjang Plastik HDPE Wadah Ikan - Film PE (poli-etilen), untuk membungkus ikan jika diperlukan agar ikan tidak langsung bersentuhan dengan es. - Pompa air laut yang dilengkapi dengan kran-kran, slang dan spryer - Penyemprot yang dapat menghasilkan tekanan cukup (1 kg /cm 2 ) untuk mencuci dek kapal dan peralatan handling lainnya sebelum dan sesudah melakukan operasi penanganan ikan. - Terpal, untuk membuat pelindung dari panas matahari bagi area dek kapal dimana kegiatan penanganan ikan dilakukan. - Katrol derek, untuk memindahkan keranjang berisi ikan, terutama apabila digunakan keranjang dengan kapasitas di atas 100 kg. 42

8 - Pisau yang tajam dari berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan fungsinya sebagai penyayat, pemotong dan sebagainya. Pisau ini dipersiapkan untuk menyiangi ikan hasil tangkapan ikan yang berukuran besar. b. Kecukupan jumlah bekal es yang dibawa ke laut Jumlah bekal es kelaut harus diperhitungkan dengan cermat berdasarkan : - Jumlah hasil ikan yang direncanakan akan ditangkap - Suhu udara rata-rata di laut dan suhu air laut rata-rata di area penangkapan untuk memperkirakan suhu ikan. - Kapasitas, ukuran dan kondisi palka (konstruksi, jenis isolasi yang digunakan, kebocoran dan sebagainya.) - Perkiraan lama operasi penangkapan per trip. 43

9 Dengan dasar ini akan dapat dihitung jumlah es keseluruhan yang dibutuhkan berdasarkan : - Es yang dibutuhkan untuk menjaga suhu di dalam box/palka agar selalu mendekati 0 C selama trip penangkapan ikan. - Es yang dibutuhkan untuk mendinginkan ikan dari suhu air laut menjadi 0 C. - Es sebanyak 10% dari jumlah kebutuhan tersebut di atas, sebagai cadangan kemungkinan adanya kecerobohan dalam menggunakan es. c. Prinsip Penanganan Ikan Urutan penanganan ikan ukuran kecil di atas kapal sebagai berikut : - Melepas ikan dari jaring atau alat tangkap lain yang digunakan, dan langsung memasukannya ke dalam bak chilling yang telah diisi air laut dingin (telah diberi es sebelumnya). Apabila memungkinkan langsung diseleksi menurut jenis, ukuran dan 44

10 mutu ikan dengan cara menyiapkan sejumlah keranjang (sesuai dengan jumlah jenis dan ukuran ikan) dalam kondisi 3/4-4/5 nya terendam air laut dingin untuk diisi ikan yang dilepas dari jaring. - Setelah penuh ikan (lebih kurang setengahnya berisi ikan) keranjang beserta isinya digoyang dalam air rendaman, kemudian diangkat untuk penirisan. Kegiatan ini sekaligus merupakan proses mencuci ikan. - Selanjutnya dilakukan pengemasan, yaitu menyiapkan keranjang kosong yang bersih, kemudian menata es ikan disusun selapisselapis berselang seling dengan yang terbawah dan teratas adalah lapisan es yang cukup tebal. Jumlah es : ikan = 1 : 1. Apabila tidak dilakukan proses perendaman dalam bak chilling, maka penyusunan ini juga berperan sebagai proses chilling dimana semakin tebal lapisan ikan, maka akan semakin lama waktu pendinginannya untuk mencapai suhu tengah ikan mencapai 0-3 C. 45

11 Gambar 5. Penataan Ikan dan Es di Dalam Keranjang Gambar 6. Semakin Tebal Lapisan Ikan Semakin Lama Waktu Pendinginannya 46

12 Tabel 3. Waktu yang Dibutuhkan untuk Mendinginkan Ikan (*) dengan Berbagai Ketebalan Tumpukan dan Suhu Awal Ikan Tabel 4. Jumlah Es yang Dibutuhkan untuk Mendinginkan 1 kg Ikan menjadi Bersuhu 0 C dari Berbagai Suhu Awal - Keranjang dapat disusun dengan ditumpuk di dalam palka, dimana sebelumnya palka sudah diisi es curai secukupnya sehingga sudah cukup dingin saat ikan dimasukkan ke dalamnya. 47

13 Gambar 7. Potongan Melintang Susunan Keranjang Ikan di Dalam Palka - Apabila tidak menggunakan sistim keranjang, penyimpanan/pendinginan ikan dapat dilakukan secara curah dimana palka dilengkapi dengan sekat-sekat yang dapat dilepas dipasang (knock down) sesuai dengan kebutuhan. 48

14 Gambar 8. Penyimpanan Ikan di Dalam Palka dengan Sistim Curah - Sistim pembuangan air lelehan es harus cukup lancar sehingga mencegah terendamnya ikan oleh air yang kotor. - Penambahan es selama penyimpanan di palka dapat dilakukan jika jumlahnya telah berkurang. Frekwensi dan jumlahnya sangat ditentukan oleh kekedapan konstruksi palka terhadap penetrasi panas dari luar. - Selama proses penanganan lindungi ikan dari cahaya (panas) matahari langsung, yaitu dengan memasang tenda di atas dek menggunakan terpal yang telah disiapkan. - Selama proses penanganan ikan harus dihindarkan dari perlakuan kasar maupun benturan fisik yang dapat membuat ikan luka atau memar. Ikan Ukuran Besar 49

15 Ikan dinyatakan berukuran besar apabila berat per ekornya lebih dari 10 kg. Ikan ukuran ini biasanya ini dijajakan segar dalam bentuk sudah dibuang insang (gilled) dan isi perut (gutted), bahkan beberapa jenis dijual tanpa kepala (head off atau headed) dan siripsiripnya. Kondisi ini sekaligus merupakan kondisi preparasi atau penyiapan sebelum diolah lebih lanjut seperti dibekukan, dikalengkan atau bahkan untuk dijajakan segar. Contoh jenis ikan yang dapat dikelompokkan sebagai ikan besar adalah jenis-jenis ikan Tuna, ikan Layaran, Cucut dan sebagainya, dimana berat per ekornya dapat mencapai lebih dari 100 kg. Jenis ikan ini umumnya ditangkap dengan alat pancing baik berupa rawai atau long-line Biasanya masih dalam keadaan hidup saat diangkat dari air terutama jenis-jenis Tuna. Oleh karena itu harus segera dimatikan agar ikan tidak mengalami kelelahan yang dapat menyebabkan dagingnya rusak (flesh-burn) oleh kadar asam laktat yang berlebihan. Dengan ukurannya yang besar ini volume darah 50

16 cukup banyak sebagai media penularan mikroba dari insang salah sebagai salah satu tempat konsentrasi mikroba pembusuk. Oleh karena penyiangan untuk membuang isi perut dan insang, juga pengeluaran darahnya (bleeding) harus segera dilakukan segera setelah diangkat dari air. Kelengkapan Sarana Handling dan Kecukupan Es Kecukupan es selama operasi penangkapan dipersiapkan dengan dasar-dasar perhitungan seperti pada penanganan ikan ukuran kecil. Sedangkan kelengkapan sarana handling juga demikian kecuali keranjang plastik HDPE kecil yang disiapkan dalam jumlah secukupnya untuk wadah sisa-sisa ikan pada saat proses penyiangan. Sarana handling tambahan yang diperlukan meliputi : - Bak chilling 2 buah, masing-masing berkapasitas 2 m 3 (p x l x t = 2 x 1 x 1), bertutup dan berisolasi. Satu bak digunakan 51

17 untuk menampung ikan setelah dilepas dari pancing, sambil menunggu penyiangannya dan satu bak khusus untuk proses pendinginan (chilling). Dalam penyiapannya setiap bak diisi ¼ bagian air laut bersih, 2/4 bagian es curai. - Katrol atau Derek listrik/manual untuk keperluan mengangkat dan memindahkan ikan yang dilengkapi dengan kait pencengkeram atau misil (tuna missile) untuk memegang kepala tuna saat diangkat. Atau juga dilengkapi tali kolong (diameter tali + 1 cm) dengan diameter kolong cm, dibuat dari bahan serat tumbuhan dan cukup kuat untuk menggantung tubuh ikan Tuna pada bagian ekornya. 52

18 Gambar 9. Model (a) dan Struktur (b) Bak Chilling Gambar 10. Model Katrol (a) dan Misil (b) - Sarung tangan dari bahan katun yang kuat dan cocok untuk dipakai melakukan 53

19 pekerjaan handling ikan ukuran besar. Sarung tangan ini berfungsi sebagai isolator yang mencegah atau menghambat pindah panas dari telapak tangan ke bagian ikan yang sedang ditangani. - Kasur atau matras dari bahan busa (spon) yang dibungkus dengan bahan yang halus permukaannya dan kedap air serta mudah dibersihkan, sebagai tempat untuk meletakkan ikan saat proses penyiangan agar ikan tidak mendapat tekanan yang dapat menyebabkan kerusakan dagingnya. - Kait (hook) untuk mengangkat ikan dari air dan mempermudah melepaskan pancing. Contoh penggunaan hook sebagai diragakan pada gambar skema berikut ini. 54

20 Gambar 11. Cara Menggunakan Kait - Pentungan atau tongkat pemukul (a club) untuk memukul bagian posisi otak pada kepala ikan yang masih hidup saat diangkat dari air agar cepat mati, atau dapat digunakan paku besar (a spike) untuk menusuk bagian posisi otak pada kepala ikan, juga dapat digunakan snar atau kawat panjang untuk merusak struktur sungsum tulang belakang ikan melalui luka yang dibuat di bagian posisi otak pada kepala ikan. 55

21 Cara penggunaan alat-alat tersebut digambarkan berikut ini. Gambar 12. Cara Membunuh Ikan dengan Cepat - Pisau tajam dengan mata sangat pendek (maksimum 3 cm) yang dilengkapi dengan penahan atau pelindung tangan. Digunakan untuk memotong pembuluh darah ikan di bawah sirip dada dan di bagian ekor saat pekerjaan membuang darah (bleeding) ikan dilaksanakan. Pemakaian alat ini untuk bleeding diperagakan dalam gambar berikut ini. 56

22 Gambar 13. Cara Membuang Darah Ikan (Bleeding) - Pisau tajam dengan mata sedang. Pisau ini digunakan untuk menyiangi ikan (membuang insang dan isi perut ikan). Cara membuang insang menggunakan pisau tersebut dapat dilihat pada gambar - Selama pekerjaan memotong insang air pencuci terus dialirkan melalui ujung slang air yang dimasukkan melalui mulut ikan sehingga darah yang keluar selama pekerjaan ini dilakukan langsung keluar dari tubuh ikan 57

23 Gambar 14. Cara Membuang Insang Gambar 15. Posisi Slang Air Selama Proses Pemotongan Insang - Isi perut dibuang atau ditarik keluar juga melalui rongga insang setelah insangnya 58

24 dikeluarkan terlebih dahulu. Sebelum isi perut ditarik keluar agar isi ususnya tidak terburai keluar ujung anusnya telah dipotong dan diikat terlebih dahulu atau dibuat irisan disekeliling anus, sehingga anusnya lepas menjadi satu dengan usus. Cara pemotongannya dapat dilihat pada gambar Gambar 16. Cara Memotong Ujung Usus Di Dekat Anus Ikan - Sikat yang kaku-lunak, untuk membersihkan dan membuang sisa-sisa kotoran darah dari dalam rongga insang setelah penyiangan. Caranya dengan menyiram menyemprotkan air sekaligus menyikat seluruh permukaan bagian dalam rongga insang agar sisa darah, lendir dan potongan insang semuanya bersih tidak tersisa. Bagian membran insang yang masih 59

25 tersisa menempel di kerah rongga insang juga dibersihkan dengan pisau. Gambaran pembersihannya dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Cara Membersihkan Rongga Insang - Kantong atau sarung dari bahan plastik (kedap air dan elastis) untuk membungkus ikan saat direndam dalam air laut atau larutan garam (brine) dingin, agar brine tidak kontak langsung dengan ikannya sehingga tidak terjadi penyerapan garam atau kotoran dari brine ke daging atau tubuh ikan. Demikian juga saat penyimpanannya di dalam palka, kantong ini juga akan melindungi ikan dari rendaman air lelehan es yang kotor. Prinsip Penanganan Ikan 60

26 Prinsip penanganan ikan di atas kapal untuk ikan ukuran besar ( 10 kg per ekor) sama dengan ikan ukuran kecil, dengan beberapa perlakuan khusus sebagai berikut ini : - Ikan-ikan ukuran besar umumnya ditangkap dengan alat pancing dan biasanya masih dalam keadaan hidup saat diangkat dari air, untuk ini ikan harus segera dibunuh dengan memukul kepalanya memakai pentungan kayu yang telah disiapkan atau dengan cara lain yang tidak merusak fisik ikan. - Segera mendinginkannya dengan mencelupkan ikan di bak chilling yang telah diisi air laut bercampur es (dingin) yang telah disiapkan sambil menunggu saat penyiangannya. Suhu air akan selalu terjaga pada suhu 0 C selama masih ada es. - Melakukan penyiangan (buang insang dan isi perut, dan untuk ikan-ikan besar juga mengiris sebagian operculum dan membuang sirip) dan membuang darahnya (bleeding). Pembersihan dilakukan dengan 61

27 mencucinya memakai air dingin yang telah didinginkan dengan es. Tingkat penyiangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasar. Khusus untuk produk ikan dengan mutu sashimi atau disiapkan untuk pembekuan bentuk akhir dari penyiangan biasanya tanpa sirip, isi perut dan insang (fins removed, gilled and gutted) atau juga tanpa kepala (headed, fins removed, gilled and gutted). Gambar 18. Diagram Penyiangan Ikan - Sebelum disimpan di dalam palka, ikan yang telah disiangi dan bersih didinginkan (chilling) dalam air laut bercampur es yang telah disiapkan pada bak chilling yang lain. 62

28 Sebelum direndam ikan terlebih dahulu dibungkus rapat dengan sarung/kantong plastik. Perendaman agar suhu pusat ikan mencapai 0-3 C memerlukan waktu sampai 12 jam untuk ikan ukuran kg per ekor dan untuk ikan yang lebih besar memerlukan waktu s/d 24 jam. - Selanjutnya setelah pendinginan selesai, ikan dapat dipak atau disusun secara curah bercampur dan berselang seling dengan es curai di dalam palka. Gambar 19. Skematik Penyusunan Ikan di Dalam Palka - Selama penyimpanan di dalam palka, apabila kondisi palkanya bagus harus selalu 63

29 dilakukan pengontrolan jumlah es minimum sekali sehari. Pada tempat-tempat yang esnya kurang (ditandai dengan ikan yang di es menjadi kelihatan) harus segera ditambah. Apabila kondisi palka kurang bagus artinya penetrasi panas dari udara luar ke dalam palka cukup besar, maka pengontrolan dan penambahan es akan dilakukan lebih sering. - Dengan cara penanganan ikan di atas kapal seperti yang telah diuraikan, maka akan dapat diharapkan mutu kesegaran ikan mampu bertahan sampai dengan dua minggu (14 hari). Hasil tangkapan yang melimpah tidak selalu menguntungkan, usahakan untuk menangkap ikan dari jenis dan ukuran komersial dengan jumlah yang sesuai dengan kapasitas palka agar semua hasil tangkapan dapat ditangani dengan baik. Mutu ikan yang baik serta jenis-ukuran ikan yang laku di pasar lebih menjamin keuntungan dari pada volume hasil tangkap yang berlebihan. 64

30 Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kegiatan Penanganan Ikan di PPI Garis besar tahapan kegiatan penanganan ikan di pangkalan pendaratan ikan (PPI) atau pelabuhan perikanan adalah: - Mengeluarkan ikan dari palka ke atas dek. - Menaikkan ikan dari dek kapal ke atas dermaga pembongkaran. - Membawa ikan dari dermaga pembongkaran ke tempat pelelangan ikan (TPI) atau ke tempat penyimpanan sementara (gudang dingin) di lokasi PPI. - Merawat kondisi ikan selama penyimpanan di gudang dingin. - Membawa ikan dari gudang ke TPI. 65

31 - Merawat kondisi ikan selama proses pelelangan di TPI. Untuk dapat memperjelas urutan tahapan kegiatan tersebut di atas dapat dilihat gambaran prespektif kegiatan penanganan ikan disuatu pangkalan pendaratan ikan berikut ini. Gambar 20. Prespektif Kegiatan Penanganan Ikan di Suatu Pangkalan Pendaratan Ikan yang Belum Dilengkapi Fasilitas Tempat Pelelangan Ikan 66

32 Gambar 21. Prespektif Kegiatan Penanganan Ikan di PPI yang Telah Memiliki Sarana yang Memadai Penanganan ikan di pangkalan pendaratan ikan dilakukan oleh ABK kapal ikan, petugas pemasaran (lelang) dari PPI, pedagang ikan segar atau pengolah ikan yang membeli bahan bakunya langsung di PPI. Keberhasilan penanganan hasil perikanan untuk menjaga mutunya di PPI ditentukan antara lain oleh : - Kesadaran dan pengetahuan semua personil yang terlibat untuk melaksanakan penanganan ikan dengan es secara benar. - Tersedianya air dan es dalam jumlah cukup di PPI. 67

33 - Tersedianya dermaga untuk bongkar ikan. - Kelengkapan peralatan bongkar ikan (katrol, keranjang, timbangan, alat angkut dan material handling lainnya) yang memenuhi syarat untuk operasional di PPI. Peralatan bongkar ikan PPI umumnya masih sangat kurang, terutama untuk pembongkaran ikan dari kapal ke dermaga masih penuh menggunakan tenaga manusia sehingga prosesnya menjadi lambat dan sangat tergantung dari kondisi fisik dan kemauan personil buruh yang membongkarnya. - Adanya gedung atau ruang tempat pelelangan ikan (TPI) di PPI. - Kelengkapan peralatan lelang (keranjang, meja/lantai pajang, ruangan sejuk tertutup dan sebagainya). - Kelengkapan peralatan pedagang/pembeli ikan segar (cool box, keranjang, alat angkut dan sebagainya) 68

34 Kelengkapan Bahan dan Sarana Handling Ikan di PPI Ketersediaan air bersih, es dan sarana handling yang memadai merupakan beberapa diantara syarat pokok untuk keberhasilan penanganan ikan di PPI. Oleh karena itu harus dijaga kesiapannya setiap saat. a. Air bersih. Secara kasar kebutuhan air bersih di PPI lebih kurang 4-5 kali dari volume ikan yang didaratkan dan dapat disuplai dari perusahaan penyedia air bersih (PDAM) setempat, sumur dan sebagainya. Air bersih diperlukan terutama untuk mencuci ikan, dalam hal tertentu juga sebagai bahan tambahan dan juga untuk mencuci peralatan. Secara ideal syarat baku air untuk mengolah ikan adalah sama dengan air bahan baku untuk minum yang mencakup syarat fisika, kimia biologi dan radioaktif seperti yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan. 69

35 Syarat fisik air yang berkualitas adalah : jernih atau tidak keruh, tidak berwarna, rasanya tawar, tidak berbau, suhunya normal (20-26 ) dan tidak mengandung zat padatan. Syarat biologis (mikrobiologis) air yang baik mutunya adalah : tidak mengandung bakteri patogen (berbahaya bagi kesehatan manusia seperti golongan Coli, Salmonella typhi, Vibrio kolera dsb., yang mudah tersebar melalui air) dan non patogen (Actinomycetes, Phytoplankton, Coliform, Cladocera dsb.). Telah umum digunakan bahan kaporit sebagai bahan desinfektan untuk mencegah kontaminasi. Dapat dibeli di apotik atau tokotoko kimia. Kadarnya dalam air harus disesuaikan dengan keperluannya. Berikut ini disampaikan kadar kaporit yang diperkenankan dalam air sesuai dengan tujuan penggunaan air. 70

36 Tabel 5. Kadar Kaporit (CaHClO 3 ) dalam Air Pengolahan Ikan yang Diperkenankan (Carlson, 1963) b. Es Jumlah es yang dibutuhkan di PPI dapat diperkirakan lebih kurang 3 kali dari jumlah volume ikan yang didaratkan di PPI tersebut, dengan dasar perhitungan 1 bagian untuk mendinginkan ikan, 1 bagian perbekalan untuk handling di laut dan satu bagian lagi untuk handling di darat. Untuk keperluan penyediaan es, di lokasi PPI sebaiknya ada pabrik es, gudang penampung es dan peralatan handling es termasuk mesin penghancur es balok. c. Sarana handling ikan 71

37 Peralatan handling ikan minimal yang harus ada di PPI meliputi : - Katrol di dermaga pembongkaran. - Keranjang. - Meja lelang. - Timbangan kapasitas kg. - Boks berisolasi (cool box). - Alat angkut dan material handling lainnya. Peralatan ini digunakan pada kegiatan penanganan ikan di PPI. Gambar 22. Timbangan dan Contoh Meja Lelang Struktur Beton 72

38 Gambar 23. Alat Angkut Manual : Kereta Dorong dan Dudukannya c. Prasarana Handling Parasarana handling langsung yang minimal harus ada di PPI agar penanganan ikan dapat dilakukan dengan baik antara lain sebagai berikut : - Tempat atau ruang preparasi ikan, untuk melakukan pekerjaan sortasi, pencucian dan pengemasan dengan es sebelum ikan dilelang atau diangkut untuk distribusi. - Tempat atau ruang pelelangan ikan (TPI) yang cukup luas. 73

39 - Kran-kran suplai air di TPI dan tempat preparasi dengan jumlah yang cukup ( 1 kg/ cm 2 ). dan tekanan air - Pabrik es dan mesin penghancur es balok. - Gudang dingin (chilling room) untuk penyimpanan ikan sementara sebelum pelelangan maupun pengangkutannya untuk distribusi. Prasarana handling tidak langsung untuk mencegah terjadinya kontaminasi antara lain - Tempat sampah bertutup dengan jumlah yang cukup. - Saluran-saluran pembuangan air yang lancar. - Sarana pengolah limbah cair dan padat. - Jumlah jamban yang cukup. Perbandingan antara jumlah jamban minimal yang harus ada dengan jumlah orang yang beraktifitas di PPI sebagai berikut ini. 74

40 Tabel 6. Jumlah Jamban Minimal menurut Jumlah Orang yang Beraktifitas di PPI Gambar 24. TPI Ideal dengan Meja Pajang dan Lemari Berpendingin 75

41 Gambar 25. Model Gudang Dingin Prefab. Gambar 26. Model Peyimpanan Ikan dalam Keranjang di Gudang Dingin 76

42 Gambar 27. Salah Satu Model Tata Letak PPI 3.3. Prinsip-prinsip penanganan ikan di PPI Prinsip penanganan ikan di PPI sebagai berikut : adalah - Dingin, cepat, bersih dan hati-hati adalah awal kesuksesan dan kecerobohan dalam penanganan ikan adalah awal kerugian. 77

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 60 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Mutu hasil tangkapan ikan tuna merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, hal ini terkait dengan tujuan pemuasan pelanggan atau pembeli. Sesuai dengan pustaka Assauri

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 59 5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 5.1 Kondisi Sanitasi Aktual di Dermaga dan Tempat Pelelangan Ikan PPP Lampulo (1) Kondisi dermaga Keberhasilan aktivitas

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan terdiri atas pembongkaran

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu

Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu LAMPIRAN 84 Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu 85 86 Lampiran 2 Daerah penangkapan madidihang kapal long line berbasis di PPN Palabuhanratu U PPN Palabuhanratu B T S Sumber: Hasil wawancara setelah diolah

Lebih terperinci

MODUL MELAKUKAN PENANGANAN IKAN TUNA DI KAPAL

MODUL MELAKUKAN PENANGANAN IKAN TUNA DI KAPAL A-PDF Watermark DEMO: Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark 2015 NAUTIKA PERIKANAN LAUT 2015 NAUTIKA PERIKANAN LAUT a n a ik P u a s t P e n d id e K MODUL MELAKUKAN PENANGANAN IKAN TUNA

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 67 6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Efisiensi Teknis Pendaratan Hasil Tangkapan Proses penting yang perlu diperhatikan setelah ikan ditangkap adalah proses

Lebih terperinci

MODUL MELAKUKAN PENANGANAN IKAN PELAGIS KECIL DIKAPAL

MODUL MELAKUKAN PENANGANAN IKAN PELAGIS KECIL DIKAPAL A-PDF Watermark DEMO: Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark 2015 n a ik P u a s t P e n d id e K MODUL MELAKUKAN PENANGANAN IKAN PELAGIS KECIL DIKAPAL NAUTIKA PERIKANAN LAUT 2015 NAUTIKA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam penanganan pasca panen (pembekuan) untuk hasil perikanan, yang merupakan milik Bapak

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN (LUHT4443)

PANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN (LUHT4443) PANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN (LUHT4443) Praktikum dalam mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lapangan kepada Saudara tentang beberapa materi yang

Lebih terperinci

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN 1 MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN Pengalengan Metode pengawetan dengan pengalengan ditemukan oleh Nicolas Appert, seorang ilmuwan Prancis. Pengertian

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum mengenai Hasil Tangkapan yang di Daratkan di PPI Karangsong Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Karangsong adalah ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang proses dan pembekuan untuk hasil perikanan laut, yang merupakan milik Bapak H.Yusdin

Lebih terperinci

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan Kebersihan terdiri dari dua aspek yang saling berkaitan yaitu sanitasi dan higienitas. Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi

Lebih terperinci

CABE GILING DALAM KEMASAN

CABE GILING DALAM KEMASAN CABE GILING DALAM KEMASAN 1. PENDAHULUAN Cabe giling adalah hasil penggilingan cabe segar, dengan atau tanpa bahan pengawet. Umumnya cabe giling diberi garam sampai konsentrasi 20 %, bahkan ada mencapai

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU 71 5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU Penanganan hasil tangkapan dalam usaha penangkapan ikan memegang peran yang sangat penting, hal ini dikarenakan hasil tangkapan

Lebih terperinci

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. MODUL 4 PRESTO IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak. Indikator Keberhasilan: Mutu presto ikan yang dihasilkan utuh, bersih,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah besar. Perikanan laut di Kabupaten Malang per tahunnya bisa menghasilkan 400 ton ikan segar dengan

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI 4.1 SANDWICH PANEL Tugas pertama dari perancangan sandwich panel adalah memilih material insulasi yang tepat. Hal ini sangat penting karena fungsi utama pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat eksperimen. Dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada percobaan ini terdapat 6 taraf perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah apel fuji sun moon di Hypermart Gorontalo. Tahapan sortasi

Lebih terperinci

Sosis ikan SNI 7755:2013

Sosis ikan SNI 7755:2013 Standar Nasional Indonesia Sosis ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

PENANGANAN IKAN HASIL TANGKAPAN DIATAS KAPAL

PENANGANAN IKAN HASIL TANGKAPAN DIATAS KAPAL PENANGANAN IKAN HASIL TANGKAPAN DIATAS KAPAL Disampaikan pada kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Usaha bagi Kelompok pada tanggal 22 s/d 24 Pebruari 2012 di Hotel Sahid Jaya Solo OLEH : AGUNG WAHYONO

Lebih terperinci

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK Good Manufacturing Practice (GMP) adalah cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Telah dijelaskan sebelumnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

Lampiran 1 Log book penangkapan ikan dengan alat tangkap rawai tuna dan pancing ulur.

Lampiran 1 Log book penangkapan ikan dengan alat tangkap rawai tuna dan pancing ulur. LAMPIRAN 74 59 Lampiran 1 Log book penangkapan ikan dengan alat tangkap rawai tuna dan pancing ulur. 74 75 Lampiran 2 Tabel observasi kegiatan proses pembuatan tuna loin beku (data verivikasi) Nama tahapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI. Oleh : Rendra Eka A

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI. Oleh : Rendra Eka A FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI Oleh : Rendra Eka A 1. Kemunduran mutu ikan segar secara sensori umumnya diukur dengan metode sensori

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 32 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Produksi madidihang di PPN Palabuhanratu Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu memiliki kuantitas yang tergolong cukup banyak dalam hal

Lebih terperinci

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT >> PENDAHULUAN Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik di Pasar Tradisional adalah acuan yang digunakan dalam melakukan kegiatan ritel pangan di pasar tradisional dan dalam rangka pengawasan keamanan pangan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN

PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN Oleh: Amanda Gabriella Chandra (6103008080) Ivana Halingkar (6103008103) Lita Kuncoro (6103008104) Catherine Tanaya (6103008105) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3

Lebih terperinci

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah ikan teri asin kering yang berkualitas dan higienis. Indikator Keberhasilan: Mutu ikan

Lebih terperinci

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU Mangga merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan dan diusahakan Varietas mangga yang banyak dibudidayaka adalah Mangga Arum Manis, Dermayu dan G Komoditas

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat umum (SNI, 1999). Tujuan utamanya didirikan RPU adalah untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat umum (SNI, 1999). Tujuan utamanya didirikan RPU adalah untuk 1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumah Pemotongan Hewan Unggas Rumah pemotongan unggas (RPU) adalah komplek bangunan dengan desain dan kontruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.2 Kebersihan Definisi kebersihan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.2 Kebersihan Definisi kebersihan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2002), pelabuhan perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

Lampiran 2 Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng

Lampiran 2 Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng LAMPIRAN 86 65 88 Lampiran 2 Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng Sumber: UPTD PPP Sadeng, 2007 89 66 Lampiran 3 Peta informasi lokasi penempatan rumpon laut dalam Sumber: UPTD PPP Sadeng, 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah menjadi pelengkap kebutuhan pangan manusia yang mempunyai banyak variasi rasa, warna, dan serat yang bermanfaat untuk kesehatan. Selain dikonsumsi secara langsung

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Resep Bandeng Presto menggunakan Mesin Presto Industry Oleh: Cahyadi Triyansyah (10.11.3735) S1.TI.2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Membuat Bandeng Presto Proses Pengolahan Bandeng Presto. Tristar Machinery,

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK SISTEM BARU Sistem apapun yang anda pilih, baik sitem septik konvensional maupun jenis aerobik, tangki penampungan yang baru harus melalui masa tenang di mana bakteri-bakteri yang diperlukan mulai hidup

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Komponen Alat Tangkap Jaring Kembung a. Jaring Kembung b. Pengukuran Mata Jaring c. Pemberat d. Pelampung Utama e. Pelampung Tanda f. Bendera Tanda Pemilik Jaring Lampiran 2. Kapal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Pengertian air a. Pengertian air minum Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 8) b. Pengertian air bersih Air bersih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA mulut. 6) Bandeng presto merupakan makanan yan cukup populer sehingga dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bandeng Presto Jenis olahan bandeng presto adalah salah satu diversifikasi pengolahan hasil perikanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan 1 P a g e Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan Pengasapan Ikan Menurut perkiraan FAO,2 % dari hasil tangkapan ikan dunia diawetkan dengan cara

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N

CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N Pendahuluan Ekosistem terumbu karang merupakan gantungan hidup bagi masyarakat Kelurahan Pulau Panggang, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Lebih terperinci

IbM PORTABLE INSULATED FISH STORAGE BOX UNTUK NELAYAN DESA SUMBERBENING KABUPATEN MALANG

IbM PORTABLE INSULATED FISH STORAGE BOX UNTUK NELAYAN DESA SUMBERBENING KABUPATEN MALANG IbM PORTABLE INSULATED FISH STORAGE BOX UNTUK NELAYAN DESA SUMBERBENING KABUPATEN MALANG Syarifah Hikmah Julinda Sari 1, Hartati Kartikaningsih 2, Defri Yona 3 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL 105 LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL (Berdasarkan International Health Regulation (2005) : Handbook for Inspection of Ships and Issuance of Ship Sanitation Certificates) 1. Nama Kapal : 2. Jenis

Lebih terperinci

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 1997 / 1998 KATA PENGANTAR Upaya para nelayan dalam mempertahankan

Lebih terperinci

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN ABON IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan. MODUL 2 NUGGET IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah nugget ikan yang bertekstur kenyal, lembut dan bercita rasa enak. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget

Lebih terperinci

SELAI PEPAYA. Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue.

SELAI PEPAYA. Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue. SELAI PEPAYA 1. PENDAHULUAN Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue. Konsistensi gel atau semi gel pada selai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu : Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO 91 6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO 6.1 Tingkatan Mutu Hasil Tangkapan yang Dominan Dipasarkan di PPP Lampulo Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa bangunan yang didesain dan dibangun khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES (pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.

Lebih terperinci

Siomay ikan SNI 7756:2013

Siomay ikan SNI 7756:2013 Standar Nasional Indonesia Siomay ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan. 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu dan teknologi maka berkembang pula peralatan-peralatan mekanis yang dapat mempercepat dan memperbaiki mutu produknya. Produkproduk perikanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta.

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta. 19 3 METODOLOGI 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

[Pengelolaan Rumah Potong Unggas]

[Pengelolaan Rumah Potong Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan Rumah Potong Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci