ANALISIS TINGKATAN BRAND LOYALTY PADA PEMAKAI MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA PEKANBARU. Gatot Wijayanto 1 Syahdanur 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TINGKATAN BRAND LOYALTY PADA PEMAKAI MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA PEKANBARU. Gatot Wijayanto 1 Syahdanur 2"

Transkripsi

1 1 ANALISIS TINGKATAN BRAND LOYALTY PADA PEMAKAI MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA PEKANBARU Gatot Wijayanto 1 Syahdanur 2 Abstract : This research was conducted in the mother households using cooking oil brand addition the company is domiciled in the city of Pekanbaru. The purpose of this study is to determine how much the level of brand loyalty addition the company brand cooking oil users in the city of Pekanbaru. The sample of this study there were 150 housewives. While the analysis of the data used in this study is a descriptive statistical analysis using frequency distribution tables, the mean, standard deviation and percentage of respondents' answers. From the test results obtained by descriptive statistical analysis showed that for each level of brand loyalty, namely: committed buyer for 30.8%; liking the brands amounted to 40.5%; satisfied buyers at 69.9%; habitual buyers of 71.2%; and 14.7% switcher. Based on these test results can be shown that the number of users housewife Pekanbaru Bimolia brand cooking oil that has the greatest value is in position in the pyramid habitual buyers of brand loyalty. Key Words : Brand loyalty, committed buyer, liking the brand, satisfied buyer, habitual buyer, switcher PENDAHULUAN Dalam rangka untuk memenangkan persaingan dan menjaga sustainability bisnisnya, maka perusahaan dituntut melakukan kegiatan pemasaran bagi produkproduk yang dihasilkan. Dalam kondisi semakin meningkatnya persaingan antara produk-produk sejenis, maka perusahaan yang satu dengan lain saling bersaing untuk merebutkan konsumen. Perusahaan yang akan sukses dalam persaingan adalah perusahaan yang mampu mencari dan mempertahankan pelanggannya. Setiap perusahaan akan berusaha untuk dapat memahami perilaku konsumen pada pasar sasarannya untuk kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Perilaku konsumen yang ada tersebut akan mempengaruhi cara konsumen dalam melihat atau memandang suatu produk. Begitu juga halnya dengan produk-produk minyak goreng yang sekarang ini sedang tumbuh dan berkembang dengan pesat. Dalam menghadapi tingkat persaingan yang keteat tersebut, maka minyak goreng merek Bimoli terus berupaya menciptakan inovasi-inovasi baru yang dapat menarik perhatian konsumen. Berbagai brand minyak goreng yang banyak beredar di pasaran seperti antara lain Bimoli, Filma, Sunco, Kunci Mas, Tropical dan sebagainya. 1 Universitas Riau 2 Universitas Islam Riau

2 2 Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol. 22 No. 1 Juni 2014 Produk minyak goreng merek Bimoli bukan merupakan pendatang baru. Sudah 11 tahun lamanya semenjak tahun 2000, Bimoli ikut serta dalam persaingan pasar minyak goreng. Minyak goreng merek Bimoli memiliki potensi unik dalam bersaing. Produk tersebut mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan produk lain yang sejenisnya. Bimoli sebagai pemain minyak goreng juga berupaya tampil ke depan. Bimoli mengklaim jika minyak gorengnya juga 2X penyaringan. Sayang, penonjolan atribut 2X penyaringan saja tidak cukup karena minyak goreng merek Tropical sudah lebih dulu memakainya. Bimoli maju dengan atributnya yang baru mempelopori minyak goreng dengan slogan tanpa bahan pengawet. (Istijanto, 2007: 2) Setelah dilakukan penyebaran kuesioner awal terhadap 25 orang ibu rumah tangga tentang kesetiaan mereka terhadap Brand, maka didapatkan tanggapan sebagai berikut: Tabel 1. Tanggapan 25 Ibu Rumah Tangga tentang kepuasan menggunakan minyak goreng merek Bimoli di Kota Pekanbaru Responden Pernahkah anda beralih dari merk Bimoli Apakah anda puas dengan merk Bimoli Berapa kali anda melakukan pembelian ulang selama 3 bulan terakhir? Pernah Tidak Tidak Puas Pernah puas 1 3x 2 3x 3 2x 4 3x 5 3x 6 4x 7 3x 8 3x 9 2x 10 4x 11 2x 12 3x 13 3x 14 3x 15 5x 16 2x 17 3x 18 3x 19 4x

3 Analisis Tingkatan Brand Loyalty Pada Pemakai.. ( Gatot & Syahdanur) x 21 3x 22 3x 23 3x 24 3x 25 4x Sumber: Data olahan Juni 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah ibu rumah tangga yang pernah beralih ke merek lain adalah sebanyak 15 orang atau sebesar 60%, sedangkan yang tidak pernah beralih adalah sebanyak 10 orang atau sebesar 40%. Jumlah ibu rumah tangga yang menyatakan puas menggunakan minyak goreng merk Bimoli adalah sebanyak 20 orang atau sebesar 80%, sedangkan yang menyatakan tidak puas sebanyak 5 orang atau sebesar 20%. Untuk jumlah rata rata pembelian ulang minyak goreng merk Bimoli oleh ibu rumah tangga selama 3 bulan terakhir adalah sebanyak 3x. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan pemakai minyak goreng merek Bimoli cukup tinggi. Konsumen yang telah terbiasa menggunakan minyak goreng dengan merek tertentu akan cenderung setia (loyal) terhadap merek yang sudah dimilikinya, karena sebagian besar konsumen akan melakukan seleksi yang sangat hati-hati. Produk minyak goreng yang mempunyai kualitas tinggi karena mempunyai kualitas yang unggul, jadi konsumen akan lebih memilih produk yang berkualitas tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Aaker (1997) bahwa terdapat lima tingkat loyalitas merek. Lima tingkatan loyalitas tersebut adalah: pembeli yang komit (committed buyer), menyukai merek (likes the brand), pembeli yang puas dengan biaya peralihan (satisfied buyer), pembeli yang bersifat kebiasaan (habitual buyer), dan pembeli yang berpindah-pindah/peka terhadap perubahan harga (switcher). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkatan Brand Loyalty pemakai minyak goreng merek Bimoli dilihat dari tingkatan loyalitasnya TINJAUAN PUSTAKA A. Brand Loyalty Loyalitas merek (Brand loyalty) merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain. (Darmadi Durianto, 2004:126) Brand loyalty dalam pemasaran terdiri dari komitmen konsumen untuk membeli ulang atau sebaliknya melanjutkan pemakaian brand tersebut dan dapat digambarkan dengan pembelian berulang akan suatu produk atau jasa atau perilaku positif lainnya seperti word of mouth.

4 4 Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol. 22 No. 1 Juni 2014 Brand loyalty lebih dari sekedar pembelian ulang biasa. Pelanggan akan membeli ulang suatu brand karena paksaan situasional, kurangnya alternatif, atau ketidaknyamanan. Kesetiaan seperti ini menunjukkan sebagai kesetiaan palsu. Brand loyalty yang sebenarnya ada ketika pelanggan memiliki sikap yang relatif tinggi terhadap brand yang kemudian ditunjukkan dengan perilaku pembelian ulang. Tipe kesetiaan ini dapat menjadi asset yang besar bagi suatu perusahaan, dimana pelanggan bersedia membayar harga yang lebih tinggi, dan mereka dapat membawa pelanggan baru bagi perusahaan. ( B. Fungsi Brand Loyalty Dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar, brand loyalty dapat menjadi aset strategis bagi perusahaan. Berikut adalah beberapa potensi yang dapat diberikan oleh brand loyalty kepada perusahaan (Sugiarto, dkk 2001:127) : a) Mengurangi biaya pemasaran (Reduced marketing costs) b) Meningkatkan perdagangan (Trade leverage) c) Menarik minat pelanggan baru (Attracting new customers) d) Memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan (Provide time to respond to competitive threats) C. Tingkatan Brand Loyalty Menurut Aaker loyalitas konsumen terdiri dari lima kategori. Ahli lain Kotler (1997) mengelompokkan loyalitas ke dalam empat golongan. Menurut Aaker, tingkatan-tingkatan loyalitas yang dimulai dari paling rendah sampai tertinggi berbentuk piramida. a) Berpindah-pindah (Switcher) Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat yang paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apa pun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah. b) Pembeli yang bersifat kebiasaan (Habitual buyer) Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan mereka produk yang dikonsumsikan atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan keinginan untuk membeli produk yang lain atau berpindah merek terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya maupun berbagai pengorbanan lain. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini. c) Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (Satisfied buyer)

5 Analisis Tingkatan Brand Loyalty Pada Pemakai.. ( Gatot & Syahdanur) 5 Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menganggung biaya peralihan (switching cost) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat menarik minat para pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya (switching cost loyal). d) Menyukai merek (Likes the brand) Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam pemakaian sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived quality yang tinggi. Meskipun demikian sering kali rasa suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik. e) Pembeli yang komit (Committed buyer) Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggan sebagai pemakai suatu mereka dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain. Tiap tingkatan brand loyalty mewakili tantangan pemasaran yang berbeda dan juga mewakili tipe aset yang berbeda dalam pengelolaan dan ekspolitasinya. Tampilan piramida brand loyalty yang umum adalah sebagai berikut: Gambar 1. Piramida Brand Loyalty Sumber: Darmadi Durianto, (2004: 119). Committed Buyer Liking the Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer Switcher

6 6 Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol. 22 No. 1 Juni 2014 Dari piramida loyalitas tersebut terlihat bahwa bagi merek yang belum memiliki brand equity yang kuat, porsi terbesar dari konsumennya berada para tingkatan switcher. Selanjutnya, porsi terbesar kedua ditempati oleh konsumen yang berada pada taraf habitual buyer, dan seterusnya, hingga porsi terkecil ditempati oleh committed buyer. Meskipun demikian bagi merek yang memiliki brand equity yang kuat,tingkatan dalam brand loyaltynya diharapkan membentuk segitiga terbalik. Kasusnya makin keatas makin melebar sehingga diperoleh jumlah committed buyer yang lebih besar daripada switcher seperti tampak pada gambar berikut: Gambar 2. Piramida Brand loyalty dalam posisi terbalik Sumber: Darmadi Durianto, (2004: 120). Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga bahwa tingkatan Brand Loyalty pemakai minyak goreng merek Bimoli dilihat dari tingkatan loyalitasnya berada pada posisi Habitual Buyer. Sehingga dari keterangan teori di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut: Konsumen Kepuasan Loyalitas Merk Satisfied Buyer Habitual Buyer Gambar 3. Kerangka Pemikiran Switcher

7 Analisis Tingkatan Brand Loyalty Pada Pemakai.. ( Gatot & Syahdanur) 7 METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif, Dalam penelitian ini memberikan penjelasan dan gambaran tentang analisis tingkatan Brand Loyalty pemakai minyak goreng merek Bimoli di Kota Pekanbaru. Populasi dalam penelitian ini bersifat tidak normal atau invinitif karena jumlah pemakai minyak goreng yang tidak diketahui secara pasti atau tidak terbatas, sehingga populasi yang digunakan akan dikhususkan pada sejumlah masyarakat Pekanbaru yang memenuhi karateristik sebagai berikut: a) Responden yang bertempat tinggal di Pekanbaru. b) Responden ibu rumah tangga yang mengkonsumsi minyak goreng merek Bimoli Teknik sampling menggunakan purposive sampling, yaitu mengambil responden yang mudah dijumpai dan memenuhi kriteria tertentu untuk dijadikan responden penelitian dan kemudian didukung dengan kuota sampling. Kriteria-kriteria yang ditetapkan, yaitu: a) Ibu rumah tangga yang berdomisili di Pekanbaru. b) Mengkonsumsi minyak goreng merek Bimoli dalam tiga bulan terakhir atau minimal telah melakukan pembelian ulang (repurchase) sebanyak 3 kali. Mengacu pada pernyataan Singgarimbun & Effendi (2004) bahwa jumlah sampel yang representatif untuk digunakan dalam penelitian adalah mulai dari 30 sampai 500 orang, maka penulis menetapkan bahwa sampel ibu rumah tangga yang menggunakan minyak goreng merek Bimoli sebanyak 150 orang. Uji Validitas dan Reliabilitas Adapun ukuran sampel yang digunakan dalam pengujian reliabilitas dan validitas ini adalah sebanyak 150 orang responden dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%, untuk lebih jelasnya sebagai berikut (Sugiyono, 2004:114): a) Uji Validitas Alat Ukur (Kuesioner) Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur yang digunakan dapat mengukur apa yang ingin diukur. Proses pengujian dilakukan dengan caramelakukan analisis terhadap setiap pertanyaan di dalam kuesioner. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: Jika r hitung > rtabel, maka butir pertanyaan tersebut valid. Jika r hitung rtabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid. Selanjutnya, jika ditemukan pertanyaan yang tidak valid, maka ada kemungkinan pertanyaan yang disajikan kurang baik. Pengujian validitas yang dilakukan adalah validitas konstruksi (construct variable). Pengujian ini dilakukan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan, dilanjutkan dengan uji coba instrumen. Kemudian, instrumen tersebut diujikan pada sampel dimana populasi diambil (Sugiyono, 2004 : 114) b) Uji Reliabilitas Alat Ukur (Kuesioner) Reliabilitas menunjukkan seberapa jauh alat ukur dapat menghasilkan nilai yang tetap dan konsisten walaupun dipakai berulang-ulang (Pabundu,

8 8 Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol. 22 No. 1 Juni :71). Kriteria dalam pengujian ini adalah sebagai berikut: Jika rhitung > rtabel, maka butir pertanyaan tersebut reliable Jika rhitung rtabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak reliable Nilai rtabel pada uji reliabilitas sama dengan nilai rtabel pada uji validitas. Uji reliabilitas juga dapat dilakukan sekali saja (one-shot test), dimana suatu variabel dikatakan reliable apabila memberikan nilai cronbach alpha > 0,60. Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Iqbal Hasan (2004:185) menjelaskan Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sampel. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan pengujian hipotesis deskriptif. Skala pengukuran yang digunakan dalam kuesioner penelitian adalah skala Likert, dimana dalam kuesioner terbagi dari 16 pertanyaan favorable dan 4 pertanyaan unfavorable. Untuk pertanyaan favorable memiliki 5 pilihan jawaban dan setiap pilihan jawaban (a) memiliki bobot 5, jawaban (b) memiliki bobot 4, jawaban (c) memiliki bobot 3, jawaban (d) memiliki bobot 2, dan jawaban (e) memiliki bobot 1. Sebaliknya untuk pertanyaan unfavorable memiliki 5 pilihan jawaban dan setiap pilihan jawaban (a) memiliki bobot 1, jawaban (b) memiliki bobot 2, jawaban (c) memiliki bobot 3, jawaban (d) memiliki bobot 4, dan jawaban (e) memiliki bobot 5. a) Distribusi frekuensi Distribusi frekuensi adalah merupakan pengelompokan data kedalam kelompok (kelas) dan kemudian dihitung banyak data yang masuk kedalam tiap kelas (Suprianto, 2008: 92). b) Rata-rata Hitung (Mean) Mean merupakan hasil bagi dari sejumlah skor dengan banyaknya responden. Mean hanya membutuhkan jumlah skor dari jumlah responden. Penelitian ini menggunakan lima interval kelas, di mana formulasi setiap kelas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Durianto et al., 2004:131): Interval kelas = (Skala tertinggi Skala terendah) / Jumlah kelas = (5-1) / 5 = 0,80 Rentang skala adalah: (1) 1,00 sampai dengan1,80 = Sangat jelek, (2) 1,80 sampai dengan 2,60 = Jelek. (3) 2,60 sampai dengan 3,40 = Cukup. (4) 3,40 sampai dengan <4,20 = Baik, dan (5) 4,20 sampai dengan 5,00 = Sangat baik. c) Standar Deviasi (SD) Standar deviasi untuk mengetahui penyimpangan data dari nilai tengah (mean), sehingga akan diketahui gambaran tunggal terhadap variasi data atau untuk mengetahui homogenitas jawaban responden. Standar deviasi tidak besar (tidak lebih dari 20% mean) menunjukkan variasi data kecil, jawaban responden relatif homogen, demikian juga sebaliknya (Santoso, 2002:43). d) Persentase (%) Persentase adalah suatu cara untuk menyatakan fraksi dari seratus. Persentase sering ditunjukkan dengan

9 Analisis Tingkatan Brand Loyalty Pada Pemakai.. ( Gatot & Syahdanur) 9 simbol "%". Persentase juga digunakan meskipun bukan unsur ratusan. Bilangan itu kemudian diskalakan agar dapat dibandingkan dengan seratus ( e). Persentase digunakan untuk melihat seberapa besar jumlah switcher buyer, habitual buyer, satisfied buyer, liking of the brand buyer, dan committed buyer, agar dapat dibuat piramida tingkat loyalitas merek. Persentase dihitung berdasarkan jumlah responden yang menjawab pilihan A dan B dibagi dengan jumlah responden penelitian secara kumulatif. PEMBAHASAN Analisis Loyalitas Merek menggunakan Analisis Statistik Deskriptif a. Analisis Committed Buyer Committed Buyer, yaitu konsumen yang berada pada tingkat kelima dan dapat dikategorikan sebagai konsumen yang setia pada merek. Konsumen memiliki suatu kebanggaan sebagai pemakai merek dan bahkan merek menjadi sangat penting bagi konsumen dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya konsumen. Responden yang masuk tingkatan committed buyer adalah yang menjawab setuju (skor 4) dan sangat setuju (skor 5) dari empat pertanyaan committed buyer yang diajukan. Tabel 2 menunjukkan bahwa secara kumulatif jumlah responden yang menjawab skor 4 dan 5 adalah sebanyak 46 orang (30.8%). Mean dari committed buyer sebesar masuk dalam kategori cukup (skala <3.40), dan nilai SD = 1.15 lebih besar dari 20% mean (0,6) menunjukkan jawaban responden satu dengan yang lain relatif berbeda atau heterogen. Kategori cukup memberikan arti harapan yang baik pada brand loyalty minyak goreng merek Bimoli. Tabel 2. Distribusi frekuensi untuk pengelompokan Pembeli yang Komit (Committed buyer) Jawaban FREKUENSI responden (f) bobot (x) f.x x² f.x² % SS % S % R % TS % STS % % Mean = = Standar Deviasi (SD) = = 1.15 b. Analisis Liking of the brand Liking of the brand buyer adalah konsumen yang berada pada tingkat keempat dari suatu piramida brand loyalty pada umumnya, dan dapat dikategorikan sebagai konsumen yang

10 10 Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol. 22 No. 1 Juni 2014 sungguh-sungguh menyukai merek tersebut, dimana pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Responden yang termasuk tingkatan liking of the brand adalah yang menjawab setuju (skor 4) dan sangat setuju (skor 5) dari empat pertanyaan liking of the brand. Tabel 3 menunjukkan secara kumulatif rata-rata responden cukup menyukai merek Bimoli, baik karena alasan kualitas, dan terkenal, yang ditunjukkan melalui jumlah skor 4 dan 5 sebanyak 61 orang (40.5%). Sebaliknya, responden yang tidak suka dan sangat tidak suka atas merek Bimoli dengan alasan-alasan di atas ditunjukkan melalui jumlah skor 1 dan 2 sebanyak 34 orang (22.7%). Mean dari liking of the brand sebesar 3.307, masuk dalam kategori cukup (skala <3.40), dan oleh karena nilai SD = 1.09 lebih besar dari 20% mean (0,66) maka dapat dikatakan jawaban responden satu dengan yang lain relatif berbeda. Kategori cukup memberikan arti bahwa informasi yang tergali mampu menunjukkan dukungan brand loyalty yang baik atas minyak merek Bimoli. Tabel 3. Distribusi frekuensi untuk pengelompokan Pembeli yang Menyukai merek (Liking the Brand) Jawaban FREKUENSI responden (f) bobot (x) f.x x² f.x² % SS % S % R % TS % STS % % Mean = = Standar Deviasi (SD) = = 1.09 c. Analisis Satisfied buyer Satisfied buyer adalah konsumen yang berada pada tingkat ketiga dari suatu piramida brand loyalty pada umumnya, dan dapat dikategorikan sebagai konsumen yang puas dengan merek produk yang dikonsumsi. Satisfied buyer dihitung berdasarkan jawaban setuju (skor 4) dan sangat setuju (skor 5) dari empat pertanyaan satisfied buyer. Tabel 4 menunjukkan bahwa secara kumulatif rata-rata responden tidak puas dan biasa saja atas kualitas dan penilaian lainnya terhadap minyak goreng merek Bimoli melalui jumlah skor 1, 2, dan 3 sebanyak 45 orang (30.1%). Sebaliknya, responden yang benar-benar puas dan sangat puas atas hal-hal tersebut di atas ditunjukkan melalui jumlah skor 4 dan 5 sebanyak 105 orang (69.9%). Mean dari satisfied buyer sebesar 3.797, masuk dalam

11 Analisis Tingkatan Brand Loyalty Pada Pemakai.. ( Gatot & Syahdanur) 11 kategori baik (skala 3,40 sampai dengan < 4,20), dan nilai SD = 1.21 lebih besar dari 20% mean (0,76) maka dapat dikatakan jawaban responden satu dengan yang lain relatif berbeda atau heterogen. Kategori baik memberikan arti bahwa informasi yang diperoleh mampu menunjukkan dukungan brand loyalty yang kuat terhadap brand loyalty minyak goreng merek Bimoli. Tabel 4. Distribusi frekuensi untuk pengelompokan Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (Satisfied Buyer) Jawaban FREKUENSI responden (f) bobot (x) f.x x² f.x² % SS % S % R % TS % STS % % Mean = = Standar Deviasi (SD) = = 1.21 d. Analisis Habitual buyer Habitual buyer adalah konsumen yang berada pada tingkat kedua dari suatu piramida brand loyalty pada umumnya, dan dapat dikategorikan sebagai konsumen yang puas dengan merek produk yang dikonsumsi atau setidaknya konsumen tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Habitual buyer dihitung berdasarkan jawaban setuju (skor 4) dan sangat setuju (skor 5) dari empat pertanyaan habitual buyer. Tabel 5 menunjukkan secara kumulatif rata-rata responden yang setuju dan sangat setuju bahwa keputusan pembelian minyak goreng merek Bimoli karena kebiasaan, mengganti minyak goreng merek karena tidak cocok atau karena banyak orang yang menggunakan ditunjukkan melalui jumlah skor 4 dan 5 sebanyak 107 orang (71.2%). Sebaliknya, responden tidak setuju dan ragu-ragu bahwa keputusan pembelian minyak goreng merek Bimoli oleh karena kebiasaan, cocok, dan banyak orang menggunakannya, yang ditunjukkan melalui jumlah skor 1, 2, dan 3 sebanyak 43 orang (28.8%). Mean dari habitual buyer sebesar 3,860, masuk dalam kategori baik (rentang skala 3.40 sampai dengan <4.20), dan nilai SD = 0.91 lebih besar dari 20% mean (0,78) maka dapat dikatakan jawaban responden satu dengan yang lain relatif berbeda atau heterogen. Kategori baik memberikan arti bahwa informasi yang tergali memberikan harapan yang sangat baik bagi minyak goreng merek Bimoli.

12 12 Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol. 22 No. 1 Juni 2014 Tabel 5. Distribusi frekuensi untuk pengelompokan Pembeli yang membeli karena kebiasaan (Habitual buyer) Jawaban responden FREKUENSI (f) bobot (x) f.x x² f.x² % SS % S % R % TS % STS % % Mean = = Standar Deviasi (SD) = = 0.91 e. Analisis Switcher Switcher buyer adalah konsumen yang sensitif terhadap perubahan harga atau diskon dan mempunyai perilaku berganti-ganti merek minyak goreng. Responden yang termasuk switcher buyer adalah responden yang menjawab setuju (skor 2) dan sangat setuju (skor 1) untuk empat pertanyaan untuk mengindikasikan switcher buyer. Tabel 6 menunjukkan secara kumulatif rata-rata responden minyak goreng merek Bimoli jarang berpindah ke merek minyak goreng lain karena faktor harga, diskon, dan tidak tersedianya barang di toko, yang ditunjukkan melalui jumlah skor 3, 4, dan 5 sebanyak 128 orang (85.3%). Responden yang benar-benar sensitif terhadap harga, diskon, danketersediaan barang dan sering pindah ke minyak goreng merek lain ditunjukkan melalui jumlah frekuensi skor 1 dan 2 sebanyak 22 orang (14.7%). Mean dari switcher buyer sebesar 3.907, masuk dalam kategori baik (rentang skala 3.40 sampai dengan <4.20), dan nilai SD = 1.18 lebih besar dari 20% mean (0,78) maka dapat dikatakan jawaban responden relatif berbeda satu dengan yang lainnya atau cukup heterogen. Kategori baik ini, memberikan arti bahwa informasi yang nampak, memberikan harapan yang buruk bagi minyak goreng merek Bimoli.

13 Analisis Tingkatan Brand Loyalty Pada Pemakai.. ( Gatot & Syahdanur) 13 Tabel 6. Distribusi frekuensi untuk pengelompokan Pembeli yang suka berpindah pindah (Switcher buyer) Jawaban FREKUENSI responden (f) bobot (x) f.x x² f.x² % SS % S % R % TS % STS % % Mean = = Standar Deviasi (SD) = = 1.18 f. Pengujian hipotesis Dilihat dari 6 hasil tabel distribusi frekuensi diatas, maka hipotesis penelitian ini dapat diterima karena tingkat brand loyalty jumlah terbanyak pemakai minyak goreng merek Bimoli di Kota Pekanbaru berada pada tingkat Habitual buyer. Dengan demikian maka dapat digambarkan piramida tingkatan brand loyalty pemakai minyak goring merek Bimoli sebagai berikut: Committed buyer 30.8% Liking the brand 40.5% Satisfied buyer 69.9% Habitual buyer 71.2% Switcher 14.7% Gambar 4. Piramida brand loyalty pemakai minyak goreng merek Bimoli di Kota Pekanbaru

14 14 Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol. 22 No. 1 Juni 2014 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan dari hasil perhitungan statistic yang diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif, melalui uji distribusi frekuensi bahwa mayoritas ibu rumah tangga pemakai minyak goreng merek Bimoli di kota Pekanbaru memiliki tingkat kesetiaan merek pada tingkat Habitual Buyer (71.2%) diantara 5 tingkat kesetiaan merek dengan nilai sebagai berikut: Committed buyer = 30.8 % Liking the brands = 40.5 % Satisfied buyer = 69.9 % Habitual buyer = 71.2 % Switcher = 14.7% DAFTAR PUSTAKA Amir, M. Taufiq., (2005), Dinamika Pemasaran. Edisi 1, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Aaker, David A., (1991), Managing brand equity. New York: The Free Press Churchill, Gilbert A., (2005), Dasar dasar riset pemasaran. Edisi keempat, Jilid 2, Jakarta: Erlangga Durianto, D., Sugiarto, & Sitinjak, T., (2004), Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Konsumen.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hankinson, Graham., Cowking Phillipa., (1996), The Reality of Global Brands. (Maidenhead: McGraw-Hill) Hasan, Iqbal., (2004), Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara Istijanto., (2007), 63 Kasus Pemasaran Terkini Indonesia. Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo Irianto, Agus., (2004)., Statistik, Konsep dasar dan aplikasinya. Edisi pertama, Jilid 5, Jakarta: Kencana Kotler, Phillip., (2003), Marketing Management.Edisi ke sebelas, Jakarta: Gramedia Lamb, Hair., McDaniel., (2001) Pemasaran. Buku 2, Edisi kelima, Jakarta: Salemba Empat Lupiyoadi, Rambat., Hamdani, A., (2006) Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi kedua, Jakarta: Salemba Empat Malhotra, Naresh K., (2003), Riset Pemasaran. Edisi keempat, Jilid 1, Jakarta: PT. Indeks Malhotra, Naresh K., (2006), Riset Pemasaran. Edisi keempat, Jilid 2, Jakarta: PT. Indeks Nicolino, Patricia F., (2001), Brand Management. Edisi 1, Jilid 2: Jakarta: Prenada Rangkuti, Freddy., (2002), The Power of Brand - teknik mengelola brand equity dan strategi pengembangan merek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Santoso, S., (2002), SPSS statistic parametric.jakarta: Elex Media Komputindo

15 Analisis Tingkatan Brand Loyalty Pada Pemakai.. ( Gatot & Syahdanur) 15 Setiadi, Nugroho J., (2003) Perilaku Konsumen: konsep dan implikasi untuk strategi dan penelitian pemasaran. Jakarta: Kencana Singarimbun, M & Effendi, S., (2005), Metode penelitian survey (Edisi Revisi). Jakarta: LP3ES Stanton, William J, (1997), Prinsip Pemasaran. Edisi ke tujuh, Jakarta: Penerbit Erlangga Sugiyono, (1999), Metode penelitian bisnis. Jakarta: Alfabeta Suprianto, J., (2008), Statistik, Teori & Aplikasi. Edisi ketujuh, Jakarta: Erlangga Tika, Pabundu., (2006), Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara Testimoni Testimoni data-bab-ii-distribusi Frekuensi&sa=U&ei=CqYuTOfRJY_HrAe_ubnzBQ&ved=0CBkQFjAC&usg=A FQjCNEP5ri6s3bTCOYq_wZEGUuXRSlwpg Testimoni

16 16 Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol. 22 No. 1 Juni 2014

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Merek (Brand) Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek dibubuhkan pada produk yang dijual untuk memberikan identifikasi khusus pada suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Loyalitas Merek Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merek Kotler (1997) mengemukakan bahwa definisi merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi dari ketiganya yang bertujuan untuk mengidentifikasi barang

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Brand Loyalty Pada Produk Sabun Mandi Merek Lifebuoy di Kota Pekanbaru

Analisis Tingkat Brand Loyalty Pada Produk Sabun Mandi Merek Lifebuoy di Kota Pekanbaru Analisis Tingkat Brand Loyalty Pada Produk Sabun Mandi Merek Lifebuoy di Kota Pekanbaru Rahmi Oktaviani 1) ; Sri Restuti 2) ; Deny Danar Rahayu 2) 1) Mahasiswa Laboratorium Pemasaran Jursan Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

Moech Nasir Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK

Moech Nasir Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN BERDASARKAN COMMITED BUYER, LIKE THE BRAND, SATISFIED BUYER, HABITUAL BUYER, DAN SWITCHER (Studi Pada Surat Kabar Solopos di Wilayah Surakarta) Moech Nasir Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Manajemen Pemasaran Definisi pemasaran menurut Kotler di dalam buku Subagyo marketing in business (2010:2) Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pangsa Pasar (Market Share) Pangsa pasar ( Market Share ) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau prosentasi penjualan suatu perusahaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pasar membuat konsumen menjadi semakin kritis dan teliti dalam membeli sebuah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pasar membuat konsumen menjadi semakin kritis dan teliti dalam membeli sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang sangat penuh persaingan seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi memaksa pelanggan untuk membeli produk mereka, perusahaan akan kesulitan mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memikat hati orang untuk membeli produk atau jasa yang diwakilinya. Citra

BAB I PENDAHULUAN. memikat hati orang untuk membeli produk atau jasa yang diwakilinya. Citra BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merek (brand) diyakini mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk memikat hati orang untuk membeli produk atau jasa yang diwakilinya. Citra yang ditampilkan serasa menyihir

Lebih terperinci

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto B R A N D E Q U I T Y The Way to Boost Your Marketing Performance Dheni Haryanto dheni_mqc@yahoo.com Marketing Quotient Community http://www.mqc.cjb.net F o c u s On Marketing Hakekat suatu bisnis industri

Lebih terperinci

PENGUKURAN LOYALITAS MEREK

PENGUKURAN LOYALITAS MEREK PENGUKURAN LOYALITAS MEREK TIU: Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa dapat melakukan pengukuran loyalitas konsumen POKOK BAHASAN I. FUNGSI BRAND LOYALTY II. TINGKATAN BRAND LOYALTY III. PENGUKURAN BRAND

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 79 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan desain penelitian deskriptif, di mana tujuan penelitian adalah untuk menguraikan sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu hingga era globalisasi ini persaingan bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat. Persaingan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION

VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION 7.1 Analisis Tingkat Kepuasan 7.1.1 Indeks Kepuasan Konsumen Pengukuran terhadap kepuasan konsumen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Perilaku Konsumen Di Indonesia menurut Saragih (1998), pada awal Orde Baru, kegiatan ekonomi berbasis sumber daya hayati praktis hanya dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Merek 1. Definisi Merek Menurut American Marketing Association, merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari halhal tersebut, yang dimaksudkan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TINGKAT BRAND LOYALTY MOTOR MEREK SUZUKI PADA CV TURANGGA MAS MOTOR

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TINGKAT BRAND LOYALTY MOTOR MEREK SUZUKI PADA CV TURANGGA MAS MOTOR PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TINGKAT BRAND LOYALTY MOTOR MEREK SUZUKI PADA CV TURANGGA MAS MOTOR Anis Rahayu Damayanti Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri khususnya dalam bidang telekomunikasi akhir-akhir ini marak diperbincangkan. Bukan hanya fokus pada alat-alat komunikasi seperti : satelit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa konsumen untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pemasaran seperti zaman ini. Konsumen sering melakukan pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang sama, hal itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Tjiptono (2006: 2), pemasaran memiliki definisi :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Tjiptono (2006: 2), pemasaran memiliki definisi : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Tjiptono (2006: 2), pemasaran memiliki definisi : suatu proses sosial dan manajerial dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh pasar global yang melanda dunia memberikan peluang dan tantangan bisnis bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Pasar global akan terus memperluas produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Program Corporate Social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Program Corporate Social 38 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu 1) Penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Program Corporate Social Responbility (CSR) Terhadap Brand Loyalty Sabun Mandi Lifebouy pada Kecamatan Panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa konsumen untuk

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BRAND LOYALTY PADA PRODUK SHAMPOO MEREK HEAD & SHOULDERS

ANALISIS TINGKAT BRAND LOYALTY PADA PRODUK SHAMPOO MEREK HEAD & SHOULDERS ANALISIS TINGKAT BRAND LOYALTY PADA PRODUK SHAMPOO MEREK HEAD & SHOULDERS Johannes Marthin Praktisi Pemasaran di Surabaya Hatane Semuel Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Surabaya Email:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. anteseden brand heritage, brand loyalty, fungsi dari sebuah brand loyalty, tingkatan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. anteseden brand heritage, brand loyalty, fungsi dari sebuah brand loyalty, tingkatan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 PENGANTAR Bab ini berisi teori-teori yang mencakup definisi tentang brand heritage, anteseden brand heritage, brand loyalty, fungsi dari sebuah brand

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang terlibat langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang

METODE PENELITIAN. satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor, yang merupakan salah satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu: pendekatan kualitatif yang berupa eksploratif dan pendekatan kuantitatifyang berupa deskriptif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi

BAB I PENDAHULUAN. bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang sangat penuh persaingan seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam khususnya perusahaan sepeda motor keluaran Jepang. Persaingan terletak pada model, kepraktisan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti menggunakan metode penelitian survei, penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan lain.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai analisis sensitivitas harga dan loyalitas konsumen kecap ini dilakukan di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian di Kota Depok didasarkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Loyalitas Konsumen Terhadap Susu Formula Laktogen merupakan penelitian yang dilaksanakan di kota Bogor. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Berdasarkan uraian latar belakang dan landasan teori pada bab sebelumnya, penelitian ini menggunakan kerangka berpikir sebagai berikut: BRAND AWARENESS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pelanggan mereka. Selain itu teknologi informasi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pelanggan mereka. Selain itu teknologi informasi yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi memaksa pelanggan untuk membeli produk mereka, perusahaan akan kesulitan mengelola

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS LAYANAN DAN CERITA KE CERITA TERHADAP LOYALITAS MEREK KARYA ILMIAH

PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS LAYANAN DAN CERITA KE CERITA TERHADAP LOYALITAS MEREK KARYA ILMIAH PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS LAYANAN DAN CERITA KE CERITA TERHADAP LOYALITAS MEREK (Studi Kasus di PT. Penta Artha Impressi Cikarang Bekasi Periode Agustus - Oktober 2014) KARYA ILMIAH Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pergerakan menuju the era of choice pada masa sekarang ini, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pergerakan menuju the era of choice pada masa sekarang ini, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pergerakan menuju the era of choice pada masa sekarang ini, dimana perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksakan pelanggan untuk membeli produk mereka.

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus, dimana metode

BAB III. Metode Penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus, dimana metode 28 BAB III Metode Penelitian 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Metode Dasar Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus, dimana metode menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam, menyeluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organsasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Merek Merek adalah suatu nama, istilah simbol, desain (rancangan), atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Merek Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam sektor industri minuman semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Teori Tahapan Evolusi Pemasaran Teori-teori dalam pemasaran terus berkembang dan menurut Barnes (2003), perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Responden Penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Responden Penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner 48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada 34 responden, yang merupakan pengguna produk

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI JURNAL ANALISIS TINGKAT LOYALITAS MEREK BENIH JAGUNG HIBRIDA MEREK DK979 DI DESA TRAYANG, KECAMATAN NGRONGGOT, KABUPATEN NGANJUK

NASKAH PUBLIKASI JURNAL ANALISIS TINGKAT LOYALITAS MEREK BENIH JAGUNG HIBRIDA MEREK DK979 DI DESA TRAYANG, KECAMATAN NGRONGGOT, KABUPATEN NGANJUK NASKAH PUBLIKASI JURNAL ANALISIS TINGKAT LOYALITAS MEREK BENIH JAGUNG HIBRIDA MEREK DK979 DI DESA TRAYANG, KECAMATAN NGRONGGOT, KABUPATEN NGANJUK BRAND LOYALTY ANALYSIS OF DK979 HYBRID CORN SEED IN TRAYANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Ekuitas Merek Kotler dan Keller (2007), mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai tambah yang diberikan kepada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan

Lebih terperinci

Analisis Preferensi, Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Terhadap Hidangan Steak Di Waroeng Steak And Shake Cabang Jatinangor Kabupaten Sumedang

Analisis Preferensi, Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Terhadap Hidangan Steak Di Waroeng Steak And Shake Cabang Jatinangor Kabupaten Sumedang Analisis Preferensi, Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Terhadap Hidangan Steak Di Waroeng Steak And Shake Cabang Jatinangor Kabupaten Sumedang Mega Ariani, Taslim, dan Anita Fitriani Jurusan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab I telah diuraikan sedikit tentang permasalahan, tujuan penelitian, serta garis besar metodologi yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pada bab ini akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya akan tetapi dipusatkan pada kasus Pengaruh Citra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya akan tetapi dipusatkan pada kasus Pengaruh Citra BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian sebelumnya akan tetapi dipusatkan pada kasus Pengaruh Citra merekkualitas

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat. Rumah makan yang dimaksud yaitu

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat. Rumah makan yang dimaksud yaitu III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah konsumen perantara daging domba dalam hal ini rumah makan sate domba yang sudah memiliki tempat atau bangunan permanen yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan PT. Hutchison 3 Indonesia (H3I) adalah perusahaan penyedia jasa telekomunikasi yang berkembang pesat dan beroperasi dengan lisensi nasional

Lebih terperinci

PENGARUH DIMENSI EKUITAS MEREK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA MEREK AZWA PERFUME DI KOTA PADANG ABSTRACT

PENGARUH DIMENSI EKUITAS MEREK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA MEREK AZWA PERFUME DI KOTA PADANG ABSTRACT PENGARUH DIMENSI EKUITAS MEREK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA MEREK AZWA PERFUME DI KOTA PADANG Harpa Malia Yuna Septia 1, Syailendra Eka Saputra 2, Sumarni 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFENISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen (bebas) adalah Brand Image sedangkan variabel dependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Objek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang mencoba mencari deskripsi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : PRADANA BAGUS R

SKRIPSI. Oleh : PRADANA BAGUS R ANALISIS BRAND LOYALTY PADA PRODUK SEPEDA MOTOR MEREK HONDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi Oleh : PRADANA BAGUS R 201010160311112 JURUSAN MANAGEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan di bab sebelumnya, yaitu: Kartu telepon CDMA yang memiliki tingkat awareness paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pasar yang begitu pesat telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pasar yang begitu pesat telah mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pasar yang begitu pesat telah mendorong perusahaan untuk mencari celah guna meningkatkan loyalitas pembelian dan memenangkan persaingan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH RELATIONSHIP QUALITY

PENGARUH RELATIONSHIP QUALITY PENGARUH RELATIONSHIP QUALITY PADA LOYALITAS NASABAH (SURVEI PADA PD. BPR BANK PURWOREJO) Oleh Sumaryatun Universitas Muhammadiyah Purworejo Sumaryatun19@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek/Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah pengguna smartphone Xiaomi di wilayah Yogyakarta, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah smartphone Xiaomi. B.

Lebih terperinci

KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH

KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH PENGARUH KESADARAN MEREK, ASOSIASI MEREK dan PERSEPSI KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH (Studi Kasus Mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi) JURNAL Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang cukup besar, karena sepeda motor saat ini telah menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang cukup besar, karena sepeda motor saat ini telah menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia peluang industri sepeda motor untuk dapat berkembang cukup besar, karena sepeda motor saat ini telah menjadi salah satu sarana transportasi utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bisnis detergen di Indonesia, mempunyai pesaing pasar yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bisnis detergen di Indonesia, mempunyai pesaing pasar yang begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis detergen di Indonesia, mempunyai pesaing pasar yang begitu pesat ditunjukkan dengan gencarnya penayangan iklan di media televisi, keadaan ini akan

Lebih terperinci

Analisis Ekuitas Merek Sabun Mandi Kesehatan Lifebuoy di Kota Bogor

Analisis Ekuitas Merek Sabun Mandi Kesehatan Lifebuoy di Kota Bogor Andasari, Munandari Analisis Ekuitas Merek sabun mandi Kesehatan 187 Analisis Ekuitas Merek Sabun Mandi Kesehatan Lifebuoy di Kota Bogor Kartika Andansari Alumni Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama memasuki abad 21 ini, menuntut setiap perusahaan untuk selalu inovatif dalam mengembangkan usahanya.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. pelanggan. Bila pemasar memahami kebutuhan pelanggan, menetapkan harga, maka produk atau jasa tersebut mudah dijual.

II. LANDASAN TEORI. pelanggan. Bila pemasar memahami kebutuhan pelanggan, menetapkan harga, maka produk atau jasa tersebut mudah dijual. II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran harus dipahami tidak hanya dalam pemahaman kuno sebagai membuat penjualan tetapi dalam pemahaman modern yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan.

Lebih terperinci

STRATEGIC BRAND COMMUNICATION

STRATEGIC BRAND COMMUNICATION Modul ke: STRATEGIC BRAND COMMUNICATION BRAND EQUITY MEASUREMENT Fakultas ILMU KOMUNIKASI Cherry Kartika, SIP, M.Ikom. Program Studi Advertising & Marketing Communication www.mercubuana.ac.id WHAT IS BRAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Proses ekonomi tidak terlepas dari proses jual-beli, setiap orang melakukan pembelian dengan harapan tertentu mengenai apa yang akan dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yang digunakan untuk mengetahui nilai variabel X yakni keunggulan asosiasi merek,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...xii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...xii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK Persaingan di pasar ponsel yang semakin ketat membuat setiap produsen ponsel untuk memiliki strategi dalam mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya. Demikian pula dengan Samsung yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati konsumen agar membeli produk maupun jasa yang diwakilinya. Merek juga diibaratkan sebagai sebuah nyawa bagi

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati konsumen agar mau membeli produk maupun jasa yang diwakilinya. Merek juga diibaratkan sebagai sebuah nyawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2002) adalah Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2002) adalah Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen (2002) adalah Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. mengambil hati para konsumen untuk memperlancar jalannya produksi.

II. LANDASAN TEORI. mengambil hati para konsumen untuk memperlancar jalannya produksi. 14 II. LANDASAN TEORI 2.1. Produk 2.1.1. Pengertian Produk Dalam mengembangkan sebuah program untuk mencapai pasar yang diinginkan, sebuah perusahaan harus memulai dengan produk atau jasa yang dirancang

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK PRIBADI DAN EVALUASI KONSUMEN TERHADAP PRODUK HANDPHONE MEREK BLACKBERRY

ANALISIS KARAKTERISTIK PRIBADI DAN EVALUASI KONSUMEN TERHADAP PRODUK HANDPHONE MEREK BLACKBERRY ANALISIS KARAKTERISTIK PRIBADI DAN EVALUASI KONSUMEN TERHADAP PRODUK HANDPHONE MEREK BLACKBERRY (Studi Kasus Pada Mahasiswa Kampus Sarolangun Universitas Jambi) DAHMIRI Staf Pengajar Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bambang, Hariadi. (2005). Strategi Manajemen. Jakarta: Bayumedia Publishing.

DAFTAR PUSTAKA. Bambang, Hariadi. (2005). Strategi Manajemen. Jakarta: Bayumedia Publishing. 71 DAFTAR PUSTAKA Bambang, Hariadi. (2005). Strategi Manajemen. Jakarta: Bayumedia Publishing. Cooper, D.R. and Emory, C.E., 1992. Business Research Methods, 2 nd Edition, Richard D. Irwin. Inc. David,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Dimensi Kualitas Pelayanan Menurut Lupiyoadi (2001: 148 149), dimensi kualitas pelayanan ada 5 (lima) dimensi yaitu : 1. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang terjadi sekarang ini menjadikan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang terjadi sekarang ini menjadikan perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha yang terjadi sekarang ini menjadikan perusahaan selalu berusaha untuk memberikan jaminan bahwa produk yang ditawarkan mampu memberikan dukungan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN NOTEBOOK TOSHIBA. Gesit Sukma Arif Wibowo

PENGARUH ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN NOTEBOOK TOSHIBA. Gesit Sukma Arif Wibowo PENGARUH ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN NOTEBOOK TOSHIBA Gesit Sukma Arif Wibowo www.ubur2@gmail.com ABSTRAK Pengaruh Elemen-Elemen Brand Equity Terhadap Keputusan Pembelian Notebook

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN EKUITAS MEREK OJEK BERBASIS ONLINE GO-JEK DAN GRABBIKE DI KOTA BEKASI

ANALISIS PERBANDINGAN EKUITAS MEREK OJEK BERBASIS ONLINE GO-JEK DAN GRABBIKE DI KOTA BEKASI ANALISIS PERBANDINGAN EKUITAS MEREK OJEK BERBASIS ONLINE GO-JEK DAN GRABBIKE DI KOTA BEKASI Disusun Oleh: Nama : Indra Dirgantara Npm : 13212690 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ir. Budiman, MS. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peningkatan taraf hidup masyarakat yang semakin tinggi, sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peningkatan taraf hidup masyarakat yang semakin tinggi, sehingga menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi yang semakin maju saat ini, membawa pengaruh besar terhadap perubahan lingkungan yang secara

Lebih terperinci

Studi Komparatif Brand Loyalty Air Minum Dalam Kemasan Yeh Buleleng Dan Aqua Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Undiksha Tahun 2015/2016

Studi Komparatif Brand Loyalty Air Minum Dalam Kemasan Yeh Buleleng Dan Aqua Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Undiksha Tahun 2015/2016 Studi Komparatif Brand Loyalty Air Minum Dalam Kemasan Yeh Buleleng Dan Aqua Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Undiksha Tahun 2015/2016 Fevi Anggraeni, NIM 1214011022 Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG Dessy Amelia Fristiana Abstract Beragam faktor dapat mempengaruhi konsumen dalam mempercayakan tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Niat Beli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Niat Beli BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Niat Beli Niat beli dapat didefinisikan sebagai niat seseorang untuk membeli merek tertentu yang telah mereka pilih untuk diri mereka sendiri setelah mengevaluasi. Kita dapat

Lebih terperinci

MEMBANGUN CITRA MEREK YANG POSITIF DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KEPUASAN DAN KESETIAAN PELANGGAN

MEMBANGUN CITRA MEREK YANG POSITIF DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KEPUASAN DAN KESETIAAN PELANGGAN MEMBANGUN CITRA MEREK YANG POSITIF DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KEPUASAN DAN KESETIAAN PELANGGAN Sugiharti Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Total Win ABSTRAK Tulisan ini menyajikan beberapa hal tentang citra

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan dalam menyusun skripsi ini adalah

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan dalam menyusun skripsi ini adalah BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan dalam menyusun skripsi ini adalah menggunakan penelitian deskriptif yaitu penelitian membandingkan citra merek keju

Lebih terperinci

Harry Christian Barus

Harry Christian Barus PENGARUH EKUITAS MEREK ( BRAND EQUITY ) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE BLACKBERRY (Studi pada Mahasiswa Program S1 Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Harry Christian

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BRAND LOYALTY PADA PRODUK PEMBERSIH WAJAH MEREK PONDS

ANALISIS TINGKAT BRAND LOYALTY PADA PRODUK PEMBERSIH WAJAH MEREK PONDS MODUS Vol. 25 (1): 41-55, 2013 ISSN 0852-1875 ANALISIS TINGKAT BRAND LOYALTY PADA PRODUK PEMBERSIH WAJAH MEREK PONDS Linanita Oktarina Effendi Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

MINUMAN RINGAN TEH BOTOL SOSRO

MINUMAN RINGAN TEH BOTOL SOSRO PENGARUH BRAND TRUST PADA BRAND LOYALTY MINUMAN RINGAN TEH BOTOL SOSRO Wika Jayanti email: wikajayanti15@yahoo.co.id Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh brand characteristic, company characteristic,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori A. Definisi Merek Menurut Durianto, dkk (2001:1) Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 28 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden Adapun deskripsi karakteristik responden dari penelitian ini meliputi jenis kelamin dan usia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT LOYALITAS MEREK (Survei Pada Pengguna Sepatu Casual Merek Adidas Di Kota Malang)

ANALISIS TINGKAT LOYALITAS MEREK (Survei Pada Pengguna Sepatu Casual Merek Adidas Di Kota Malang) ANALISIS TINGKAT LOYALITAS MEREK (Survei Pada Pengguna Sepatu Casual Merek Adidas Di Kota Malang) Fikri Kurnia Setyadi Suharyono Aniesa Samira Bafadhal Fakultas Ilmu Administrasi Univеrsitas Brawijaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung di

III. METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung di III. METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung di dalam penelitian. 2. Objek Penelitian Objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian berlokasi di lingkungan Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin, Makassar dan obyek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

ABSTRAK ANALISIS TINGKAT LOYALITAS PELANGGAN PADA RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA PEKANBARU (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT BINA KASIH DI PEKANBARU)

ABSTRAK ANALISIS TINGKAT LOYALITAS PELANGGAN PADA RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA PEKANBARU (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT BINA KASIH DI PEKANBARU) 1 ABSTRAK ANALISIS TINGKAT LOYALITAS PELANGGAN PADA RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA PEKANBARU (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT BINA KASIH DI PEKANBARU) DWI MARDIANTO Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendahuluan Bagian ini membahas jenis dan sumber data, kerangka sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, teknik pengujian dan pengukuran instrument penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan. Data yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan. Data yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Sumber Data Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan, karena data diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan. Data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan filosofi yang menarik. Konsep ini menyatakan bahwa alasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan filosofi yang menarik. Konsep ini menyatakan bahwa alasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemasaran Konsep pemasaran merupakan hal yang sederhana dan secara intuisi merupakan filosofi yang menarik. Konsep ini menyatakan bahwa alasan keberadaan sosial

Lebih terperinci