ANALISIS TINGKAT LOYALITAS MEREK (Survei Pada Pengguna Sepatu Casual Merek Adidas Di Kota Malang)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TINGKAT LOYALITAS MEREK (Survei Pada Pengguna Sepatu Casual Merek Adidas Di Kota Malang)"

Transkripsi

1 ANALISIS TINGKAT LOYALITAS MEREK (Survei Pada Pengguna Sepatu Casual Merek Adidas Di Kota Malang) Fikri Kurnia Setyadi Suharyono Aniesa Samira Bafadhal Fakultas Ilmu Administrasi Univеrsitas Brawijaya Malang ABSTRACT This study aims to explain: (1) the level of brand loyalty on the user of casual shoes of Adidas brand in Malang, (2) pyramid shape and brand loyalty power of Adidas brand casual shoes in Malang, (3) dominant buyer level from shoe brand loyalty casual brand Adidas in Malang. The type of research used in this research is descriptive research using quantitative approach. Samples taken as many as 112 respondents who are people of Malang City who had bought and used casual shoes Adidas brand. Data collection method used is questionnaire. Data analysis used in this research is descriptive statistical analysis and Analytical Hierarcy Process (AHP). The results of this study indicate that the level of brand loyalty from the level of buyer switcher has an average of 2.54, the habitual buyer level of 3.14, the satisfied buyer level of 4.54, the level of liking the brand of 3.72, and the committed buyer level of Dominant loyalty level is the level of satisfied buyer, shape of the pyramid of brand loyalty is in reverse pyramid shape. Kеywords: Brand Loyalty Level, Switcher Buyer, Habitual Buyer, Satisfied Buyer, Liking The Brand, Committed Buyer. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan: (1) tingkat loyalitas merek pada pengguna sepatu casual merek Adidas di Kota Malang, (2) bentuk piramida dan kekuatan loyalitas merek sepatu casual merek Adidas di Kota Malang, (3) tingkat pembeli yang dominan dari loyalitas merek sepatu casual merek Adidas di Kota Malang. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel yang diambil sebanyak 112 responden yang merupakan masyarakat Kota Malang yang pernah membeli dan menggunakan sepatu casual merek Adidas. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan Analytical Hierarcy Process (AHP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat loyalitas merek dari tingkat switcher buyer mempunyai rata - rata sebesar 2,54, tingkat habitual buyer sebesar 3,14, tingkat satisfied buyer sebesar 4,54, tingkat liking the brand sebesar 3,72, dan tingkat committed buyer sebesar 3,95. Tingkat loyalitas yang dominan adalah tingkat satisfied buyer, bentuk piramida loyalitas merek berbentuk piramida terbalik. Kata Kunci: Tingkat Loyalitas Merek, Switcher Buyer, Habitual Buyer, Satisfied Buyer, Liking The Brand, Committed Buyer. 177

2 PЕNDAHULUAN Produk fashion merupakan salah satu produk yang terus berkembang dan selalu mengalami perubahan mengikuti tren apa yang sedang terjadi. Dalam periode ini, masyarakat cenderung mengamati dan mengikuti perubahan fashion dengan cermat, yang turut mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Hal ini memicu perusahaan lokal maupun asing yang ikut berkecimpug berbisnis di bidang fashion untuk terus berkembang agar dapat membuat para konsumen melakukan keputusan pembelian atas produk yang ditawarkannya. Dalam menjalankan bisnisnya setiap perusahaan memerlukan brand atau merek sebagai sebuah identitas. Merek tersebut berguna sebagai jati diri dan pembeda sekaligus menggambarkan karakteristik dari perusahaan di mata para konsumen. Merek merupakan produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dari produk atau jasa lainnya dengan beberapa cara atau bentuk yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan konsumen (Kotler dan Keller, 2009:258). Perusahaan juga perlu memperkuat ekuitas merek (brand equity), hal ini dikarenakan ekuitas merek memberikan manfaat bagi sebuah perusahaan. Dengan kuatnya brand equity dari sebuah perusahaan maka akan berpengaruh terhadap tingginya kemauan beli konsumen. Menurut Aaker (1997:7), ekuitas merek adalah serangkaian asset liabilitas yang berkaitan erat dengan suatu merek, nama, dan symbol yang dapat menambah atau mengurangi nilai yang diberikan suatu produk atau jasa kepada perusahaan maupun konsumen perusahaan. Salah satu upaya untuk memperkuat ekuitas merek adalah melalui salah satu variabel dari ekuitas merek yang dikembangkan oleh Aaker (1991) yaitu variabel loyalitas merek. Menurut Aaker (1997:39) loyalitas merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Oleh karena itu menurut Aaker (1997:40) keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek dapat diukur dengan lima tingkatan loyalitas merek yang berbeda, yaitu: switcher buyer (pembeli yang berpindah-pindah), habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan), satisfied buyer (pembeli yang puas), liking the brand (pembeli yang menyukai merek), dan committed buyer (pembeli yang berkomitmen). Hasil dari pengukuran lima tingkat loyalitas merek tersebut dapat menggambarkan tingkat loyalitas dari sebuah merek, yang secara otomatis juga akan mencerminkan kekuatan atau kelemahan brand equity dari merek tersebut. Saat ini terdapat banyak merek sepatu ternama yang dikenal masyarakat luas. Salah satu merek tersebut adalah Adidas. Sebagai salah satu pelopor merek peralatan olahraga terbaik di dunia, Adidas tidak hanya memproduksi peralatan atau sepatu olahraga saja tetapi juga memproduksi sepatu jenis casual. Sepatu casual merupakan jenis sepatu yang biasa dipakai sehari-hari. Adidas berdiri pada tahun 1920 di Jerman, nama Adidas diambil dari nama pendirinya yaitu Adi Dassler. Sejak awal pendirian Adidas, pemiliknya yaitu Adi Dassler berkomitmen untuk selalu menciptakan sebuah produk yang berkualitas tinggi (Adidasgroup.com, 2017). Tidak ada perusahaan yang tidak menginginkan mereknya sukses di pasaran. Begitu juga Adidas dalam memproduksi sepatu casual. Adidas sudah sangat populer di dunia begitu pula di Indonesia. Untuk mengukur kesuksesan sebuah merek, hampir di setiap negara termasuk Indonesia mengabadikan dan menggambarkan kesuksesan merek dalam sebuah tabel peringkat yang tersaji oleh suatu lembaga survei. Di Indonesia survei peringkat merek biasanya dilakukan oleh lembagalembaga survei yang berkompeten, salah satunya yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group. Hasil survei dari lembaga tersebut terangkum dalam Top Brand Award yang sekaligus menjadi ajang bergengsi persaingan antar merek. Survei Top Brand Award melibatkan responden yang dilakukan di 19 kota di Indonesia, yaitu Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Medan, Palembang, Makassar, Pekanbaru, Denpasar, Balikpapan, Banjarmasin, Samarinda, dan Manado. Top Brand Index (TBI) diukur dengan menggunakan 3 parameter, yaitu: top of mind awareness (berdasarkan merek yang pertama kali disebutkan oleh responden saat mereka mendengar kategori produk), last used (berdasarkan merek yang terakhir digunakan atau dikonsumsi oleh responden dalam satu siklus pembelian ulang), future intention (berdasarkan merek yang ingin digunakan atau dikonsumsi konsumen di masa depan). Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Top Brand Award dalam kategori sepatu casual pada tahun 2016 dan Top Brand Index (TBI) merek Adidas tahun 2017 mengalami penurunan sebanyak 0,3% menjadi 11.2%, dari yang semula di tahun 2016 sebesar 11.5%. Sebagai merek yang merupakan salah satu pelopor merek sepatu di dunia, Adidas hanya mampu menempati urutan 178

3 ketiga dalam kategori sepatu casual terpopuler di Indonesia. Adidas harus bersaing ketat dengan merek Bata dan Nike di urutan pertama dan kedua kategori sepatu casual. Hasil survei tersebut bisa dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Top Brand Index (TBI) Kategori Sepatu Casual dan Olahraga Sepatu Sepatu Casual No Brand Brand Olahraga Bata 19.2% 19.3% Adidas 37.4% 38.2% 2 Nike 12.4% 12.2% Nike 29.6% 32.2% 3 Adidas 11.5% 11.2% Reebok 3.7% 3.3% 4 Fladeo 6.4% 6.5% Converse - 3.6% 5 Converse 6.1% 6.3% Bata 3.6% - / All Star 6 Yongky Komaladi 4.9% 4.7% Eagle 3.0% 3.3% Sumber: topbrand-award.com (2017) Dalam Top Brand Index (TBI) kategori sepatu olahraga pada tahun 2016 dan Adidas selalu mampu menduduki peringkat pertama mengungguli merek Nike yang berada di peringkat kedua. Top Brand Index (TBI) Adidas pada tahun 2017 meningkat sebesar 0,8% menjadi 38.2% dari sebelumnya pada tahun 2016 sebesar 37.4%. Dilihat dari tabel 1, dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek dan loyalitas merek Adidas dalam kategori sepatu casual tidak sekuat ekuitas merek dan loyalitas merek Adidas pada kategori sepatu olahraga. Hal ini dapat dilihat di tabel 1. dalam kategori sepatu olahraga pada tahun 2016 dan 2017 Adidas selalu mampu menduduki peringkat pertama dan mengungguli merek Nike. Sementara dalam kategori sepatu casual pada tahun 2016 dan 2017 Adidas hanya menempati urutan ketiga dibawah merek Bata dan Nike yang berada di peringkat pertama dan kedua. Fenomena ini tentu menimbulkan berbagai macam pertanyaan yang muncul di benak perusahaan dan konsumen tentang tingkat loyalitas merek dari merek Adidas pada kategori sepatu casual. Hal ini tentu menjadi penting bagi perusahaan untuk mengetahui tingkat loyalitas merek. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil judul Analisis Tingkat Loyalitas Merek yang akan dilakukan survei pada pengguna sepatu casual merek Adidas di Kota Malang. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Loyalitas Merek Loyalitas merek merupakan salah satu dari 5 variabel yang dikembangkan oleh Aaker (1991). Loyalitas merek memberikan tingkat permintaan yang aman dan dapat diperkirakan bagi perusahaan, dan menciptakan penghalang yang mempersulit perusahaan lain memasuki pasar. Loyalitas merek juga dapat diterjemahkan menjadi kesediaan pelanggan untuk membayar harga yang lebih tinggi daripada pesaing (Kotler dan Keller, 2009:329). Menurut Aaker (1997:39) loyalitas merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Hal tersebut mencerminkan bagaimana seorang pelanggan mungkin akan beralih ke merek lain, terutama jika merek tersebut membuat suatu perubahan, Baik dalam harga atau dalam unsur-unsur pokok. Dari beberapa definisi mengenai loyalitas merek diatas maka dapat disimpulkan bahwa loyalitas merek merupakan ukuran seorang konsumen berkomitmen atau tidak terhadap suatu produk atau jasa yang digunakan dan berencana untuk membeli kembali di masa yang akan datang. Tingkat Loyalitas Merek Terdapat lima tingkatan berbeda-beda dalam loyalitas konsumen terhadap merek (Aaker, 1997:40), antara lain: 1. Pembeli yang berpindah-pindah (Switcher/Price Buyer) Merupakan tingkatan loyalitas paling dasar. Pembeli tidak loyal sama sekali terhadap suatu merek. Bagi pembeli tersebut, merek apapun dianggap memadai. Dalam hal ini merek memainkan peran yang kecil dalam keputusan pembelian. 2. Pembeli yang bersifat kebiasaan (Habitual Buyer) Adalah pembeli yang puas dengan produk atau setidaknya tidak mengalami ketidakpuasan, dan membeli merek produk tertentu karena kebiasaan. Untuk pembeli seperti ini, tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup untuk menstimulasi suatu peralihan tersebut membutuhkan usaha, karena tidak ada lagi alasan bagi mereka untuk memperhitungkan berbagai alternatif. 3. Pembeli yang puas (Satisfied Buyer) Adalah orang-orang yang puas, namun mereka memiliki switching cost (biaya peralihan), yaitu biaya dalam waktu, uang, atau resiko kinerja sehubungan dengan tindakan beralih merek. 4. Pembeli yang menyukai merek (Liking the Brand) 179

4 Adalah pembeli yang bersungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Preferensi mereka mungkin dilandasi suatu asosiasi, seperti symbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan produk, atau perceived quality yang tinggi. Dan mereka menganggap merek sebagai sahabat. 5. Pembeli yang berkomitmen (Committed Buyer) Adalah pelanggan yang setia. Mereka mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna dari suatu merek. Merek tersebut sangat penting bagi mereka, baik dari segi fungsi maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa mereka sebenernya. Rasa percaya mereka mendorong mereka merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. Perusahaan yang mendapati kondisi tingkat loyalitas merek konsumennya membentuk piramida seperti gambar 1, maka diartikan bahwa ekuitas merek perusahaan tersebut masih lemah karena proporsi terbesar pada piramida tersebut yaitu switcher buyer (konsumen yang suka berpindah-pindah). Sedangkan untuk merek yang memiliki brand equity yang kuat proporsi terbesar di dalam piramidanya adalah committed buyer (gambar 2). Committed Liking Buyer the Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer Switcher Buyer Gambar 1 Piramida Loyalitas Merek Sumber: Aaker (1997:40) Committed Buyer Liking the Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer Switcher Buyer Gambar 2 Piramida Loyalitas Merek yang Kuat Sumber: Aaker (1997:40) MЕTODE PЕNЕLITIAN Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian deskriptif dеngan pеndеkatan kuantitatif. Pеnеlitian dilakukan pada masyarakat Kota Malang yang menggunakan sepatu casual merek Adidas. Didapat sampеl 112 orang rеspondеn dеngan pеngumpulan data mеnggunakan kuеsionеr yang dianalisis mеnggunakan analisis statistik deskriptif dan Analytical Hierarcy Process (AHP). HASIL DAN PЕMBAHASAN Indikator Switcher Buyer Indikator Switcher Buyer diturunkan menjadi empat item pernyataan. Hasil skor ratarata jawaban responden untuk indikator Switcher Buyer sebesar 2,54. Skor tersebut berada pada range nilai 1,81-2,60 yang menunjukkan bahwa Switcher Buyer atau pembeli yang berpindahpindah dari sepatu casual merek Adidas berada pada kategori rendah. Jumlah item pada indikator Switcher Buyer ialah sebanyak empat item. Dari keempat item tersebut, item kedua ialah item yang memiliki ratarata tertinggi yaitu sebesar 2,62. Item dengan ratarata tertinggi ini ialah item pernyataan pengguna sepatu casual Adidas di Kota Malang sering berpindah ke merek sepatu casual lain karena faktor diskon. Hal ini menunjukkan bahwa diskon merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap alasan pengguna sepatu casual merek Adidas di Kota Malang berganti merek sepatu casual lain karena faktor diskon yang diberikan oleh Adidas. Indikator Habitual Buyer Indikator Habitual Buyer diturunkan menjadi empat item pernyataan. Hasil skor ratarata jawaban responden untuk indikator Habitual Buyer sebesar 3,14. Skor tersebut berada pada range nilai 2,61-3,40 yang menunjukkan bahwa Habitual Buyer atau pembeli sepatu casual merek Adidas karena kebiasaan berada pada kategori sedang. Jumlah item pada indikator Habitual Buyer ialah sebanyak empat item. Dari keempat item tersebut, item kedua ialah item yang memiliki ratarata tertinggi yaitu sebesar 3,69. Item dengan ratarata tertinggi ini ialah item pernyataan pengguna sepatu casual Adidas merasa cocok menggunakan sepatu casual merek Adidas sehingga enggan untuk menggantinya. Jika dicocokan dengan hasil distribusi responden berdasarkan keunggulan dari produk sepatu casual Adidas, menunjukkan bahwa pengguna sepatu casual merek Adidas di Kota Malang merasa cocok dengan produk tersebut dan 180

5 enggan unutk menggantinya karena rasa nyaman yang timbul saat menggunakan produk tersebut. Indikator Satisfied Buyer Indikator Satisfied Buyer diturunkan menjadi tiga item pernyataan. Hasil skor rata-rata jawaban responden untuk indikator Satisfied Buyer sebesar 4,54. Skor tersebut berada pada range nilai 4,21 5,00 yang menunjukkan bahwa Satisfied Buyer atau pembeli yang merasa puas terhadap sepatu casual merek Adidas berada pada kategori sangat tinggi. Jumlah item pada indikator Satisfied Buyer ialah sebanyak tiga item. Dari ketiga item tersebut, item pertama dan kedua ialah item yang memiliki rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4,56. Item dengan rata-rata tertinggi ini ialah item pernyataan pengguna sepatu casual Adidas di Kota Malang merasa puas dengan kualitas dan desain produk sepatu casual merek Adidas. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna sepatu casual merek Adidas di Kota Malang sudah merasa puas dengan kualitas dan desain dari produk sepatu casual merek Adidas yang mereka gunakan. Hal ini juga terbukti sesuai dengan hasil distribusi responden berdasarkan keunggulan Adidas yaitu kualitas yang bagus serta desain yang beragam dan menarik termasuk kedalam keunggulan dengan pendapat terbanyak. Indikator Liking The Brand Indikator Liking The Brand diturunkan menjadi tiga item pernyataan. Hasil skor rata-rata jawaban responden untuk indikator Satisfied Buyer sebesar 3,72. Skor tersebut berada pada range nilai 3,41 4,20 yang menunjukkan bahwa Liking The Brand atau pembeli sepatu casual merek Adidas karena menyukai mereknya berada pada kategori tinggi. Jumlah item pada indikator Liking The Brand ialah sebanyak tiga item. Dari ketiga item tersebut, item pertama ialah item yang memiliki rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4,07. Item dengan rata-rata tertinggi ini ialah item pernyataan pengguna sepatu casual Adidas di Kota Malang suka pada sepatu casual merek Adidas karena citra merek yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan Adidas sampai saat ini telah memiliki citra merek yang bagus menurut para pengguna sepatu casual merek Adidas di Kota Malang. Indikator Committed Buyer Indikator Comitted Buyer diturunkan menjadi empat item pernyataan. Hasil skor ratarata jawaban responden untuk indikator Comitted Buyer sebesar 3,95. Skor tersebut berada pada range nilai 3,41 4,20 yang menunjukkan bahwa Comitted Buyer atau pembeli yang berkomitmen pada produk sepatu casual merek Adidas berada pada kategori tinggi. Jumlah item pada indikator Commited Buyer ialah sebanyak empat item. Dari empat item tersebut, item kedua ialah item yang memiliki ratarata tertinggi yaitu sebesar 4,20. Item dengan ratarata tertinggi ini ialah item pernyataan pengguna sepatu casual Adidas di Kota Malang merasa bangga saat menggunakan sepatu casual merek Adidas. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan sepatu casual merek Adidas dapat menimbulkan rasa bangga bagi setiap penggunanya. Piramida Loyalitas Merek Setelah semua tingkatan dari loyalitas merek dihitung maka dapat dirangkum dalam satu kesatuan membentuk piramida loyalitas merek. Bentuk piramida yang menunjukkan loyalitas merek kuat adalah piramida yang terbalik, semakin keatas tingkatan semakin melebar. Sedangkan bentuk piramida yang menunjukkan loyalitas merek yang masih lemah adalah bentuk piramida tegak, semakin keatas semakin kecil atau meruncing. Committed Buyer (3,95) Liking the Brand (3,72) Satisfied Buyer (4,54) Habitual Buyer (3,14) Switcher Buyer (2,54) Gambar 3. Piramida Loyalitas Merek Sepatu Casual Adidas Sumber: Data Primer Diolah, 2017 Penerapan piramida loyalitas merek sepatu casual merek Adidas dapat dilihat pada gambar 3. Berdasarkan piramida tersebut disimpulkan perolehan nilai rata-rata tingkatan switcher buyer sebesar 2,54, habitual buyer sebesar 3,14, satisfied buyer sebesar 4,54, liking the brand sebesar 3,72 181

6 dan committed buyer sebesar 3,95. Berdasarkan data tersebut dan menurut teori Aaker (1997) menunjukkan bahwa bentuk piramida loyalitas merek sepatu casual merek Adidas bukan termasuk piramida tegak tetapi masih dalam kategori piramida terbalik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya tentang tingkat loyalitas merek yang memiliki bentuk piramida terbalik yang diteliti oleh Marthin (2007) pada pengguna shampoo Head & Shoulders, Wardani (2015) pada produk Jubung Sindujoyo, dan Elvatika (2012) pada produk sari apel Kusuma Agrowisata. Hasil dari penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2015), dimana diketahui bahwa tingkat loyalitas merek yang dominan terletak pada tingkat satisfied buyer. Hasil dari penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Marthin (2007) dan Elvatika (2012), dimana diketahui bahwa tingkat loyalitas merek yang dominan pada dua penelitian tersebut terletak pada tingkat committed buyer. Sepatu casual merek Adidas mempunyai konsumen yang paling banyak pada tingkatan satisfied buyer dengan nilai rata-rata sebesar 4,54. Pada tingkatan ini, konsumen membeli sepatu casual merek Adidas karena merasa puas dengan kualitas, desain produk dan varian model dari setiap produk sepatu casual yang ditawarkan oleh Adidas. Oleh karena itu Adidas diharapkan mampu mempertahankan serta meningkatkan kualitas, desain dan varian model dari sepatu casual merek Adidas yang diproduksi. Hal ini berguna untuk mempertahankan loyalitas konsumen agar tidak berpindah ke merek sepatu casual lain. Tingkatan loyalitas merek yang dominan pada posisi kedua adalah committted buyer, dengan nilai rata-rata sebesar 3,95. committted buyer sendiri adalah tingkatan loyalitas merek yang dimana dalam tingkatan ini pengguna sepatu casual merek Adidas di Kota Malang bersedia merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain, merasa bangga saat menggunakannya serta mencerminkan siapa diri mereka sebenarnya, dan bersedia membayar dengan harga tinggi untuk produk tersebut. Hasil piramida loyalitas merek memiliki dua tingkatan yang dominan yaitu satisfied buyer dan committted buyer. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pengguna sepatu casual merek Adidas di Kota Malang tergolong loyal terhadap merek Adidas. Mereka sudah merasa puas dengan kualitas, desain produk dan varian model dari produk tersebut, yang kemudian mendorong mereka untuk bersedia merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain serta bersedia membayar dengan harga tinggi untuk produk tersebut. Oleh karena itu selain meningkatkan kepuasaan konsumen dalam tingkatan satisfied buyer, kedepannya perusahaan Adidas juga perlu meningkatkan jumlah konsumennya ditingkat committed buyer, agar kedepannya konsumen tetap setia dan berkomitmen para produk sepatu casual merek Adidas. Secara berturut-turut tingkatan loyalitas merek pada urutan ketiga, keempat, dan kelima adalah tingkatan liking the brand dengan nilai ratarata sebesar 3,72, habitual buyer dengan nilai ratarata sebesar 3,14, dan switcher buyer dengan nilai rata-rata sebesar 2,54. Responden yang tergolong pada tingkatan switcher buyer memiliki nilai ratarata yang kecil yaitu sebesar 2,54. Hal ini tidak menjadi masalah yang besar bagi perusahaan Adidas, tetapi harus tetap diperhatikan agar nilai rata-rata tingkatan switcher buyer kedepannya tidak bertambah dan konsumen tidak berpindah ke merek lain. Hal berikutnya yang perlu diperhatikan perusahaan Adidas agar konsumen tidak berpindah ke merek sepatu casual lain, yaitu faktor harga, diskon, kualitas produk, serta ketersediaan produk di toko resmi. Karena berdasarkan hasil distribusi frekuensi responden, pengguna sepatu casual Adidas di kota Malang berpendapat bahwa kelemahan dari produk tersebut adalah harga yang tergolong mahal serta sulitnya mendapatkan produk di toko resmi Adidas, sehingga lebih banyak konsumen yang melakukan pembelian di online store ketimbang di toko resmi Adidas. Analytical Hierarcy Process (AHP) Tabel 2. Nilai Prioritas Bobot Indikator Prioritas Bobot Prioritas Bobot (%) Switcher Buyer ,8 Habitual Buyer ,9 Satisfied Buyer ,8 Liking the Brand ,6 Committed Buyer ,9 Jumlah Sumber : Data Primer Diolah, 2017 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa indikator switcher buyer memiliki nilai bobot sebesar 0,088 atau (8,8%), indikator habitual buyer memiliki nilai bobot sebesar 0,109 atau (10,9%), kemudian indikator satisfied buyer memiliki nilai 182

7 bobot sebesar 0,438 atau (43,8%), serta indikator liking the brand memiliki nilai bobot sebesar 0,146 atau (14,6%), dan indikator committed buyer memiliki nilai bobot sebesar 0,219 atau (21,9%). Berdasarkan hasil perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat diketahui bahwa indikator yang mempunyai prioritas utama atau tingkat loyalitas yang dominan adalah indikator satisfied buyer karena memiliki nilai bobot yang paling tinggi yaitu sebesar 0,438 atau (43,8%), sedangkan yang menjadi prioritas paling rendah adalah indikator switcher buyer karena memiliki bobot paling rendah yaitu sebesar 0,088 atau (8,8%). Maka dapat disimpulkan hasil tingkat loyalitas merek yang dominan yang didapat dari hasil perhitungan AHP sesuai dengan hasil perhitungan dari analisis deskriptif, dimana dalam dua analisis data tersebut sama-sama menghasilkan indikator satisfied buyer sebagai tingkatan yang dominan dan indikator switcher buyer sebagai tingkatan yang paling rendah. KЕSIMPULAN DAN SARAN Kеsimpulan 1. Hasil penelitian menunjukkan tingkat loyalitas merek dari tingkat switcher buyer mempunyai rata - rata sebesar 2,54, tingkat habitual buyer memiliki nilai rata - rata sebesar 3,14, tingkat satisfied buyer sebesar 4,54, tingkat liking the brand sebesar 3,72, dan tingkat committed buyer sebesar 3,95. Maka dapat disimpulkan dalam tingkat loyalitas merek bahwa tingkat satisfied buyer menempati peringkat pertama, committed buyer menempati peringkat kedua, liking the brand menempati peringkat ketiga, habitual buyer menempati peringkat keempat, dan switcher buyer menempati peringkat kelima. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk piramida loyalitas merek Adidas tidak berbentuk piramida tegak tetapi masih dalam kategori piramida terbalik. Maka dapat dikatakan kekuatan loyalitas merek dari Adidas sudah cukup kuat. 3. Hasil dari analisis dekriptif dan Analytical Hierarcy Process (AHP) menunjukkan bahwa tingkat satisfied buyer memiliki tingkat bobot yang paling tinggi diantara tingkatan lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat satisfied buyer mempunyai tingkat loyalitas merek yang dominan. Saran 1. Bagi pihak perusahaan Adidas Pihak perusahaan diharapkan mampu mempertahankan dan meningkatkan konsumennya di tingkat satisfied buyer, karena satisfied buyer mempunyai pengaruh yang dominan terhadap loyalitas merek Adidas. Diantaranya yaitu dengan cara menjaga kualitas produk, desain produk, dan memperbanyak varian model dari produk sepatu casual Adidas. Karena dengan meningkatkan kepuasaan konsumen dalam tingkatan satisfied buyer, akan berdampak pada meningkatnya jumlah konsumen ditingkat committed buyer. Jika perusahaan memiliki jumlah committed buyer yang lebih besar maka loyalitas juga akan semakin besar yang membuat konsumen tidak mudah berpindah ke merek lain. Pihak perusahaan juga diharapkan memperhatikan konsumen mereka yang masuk dalam tingkat switcher buyer agar jumlahnya tidak bertambah. Diantaranya yaitu dengan cara memberikan diskon, membuat harga jual yang tidak terlalu mahal dan memperbanyak ketersediaan produk di toko resmi Adidas. Dikarenakan dalam tingkat switcher buyer faktor diskon, harga dan ketersediaan produk menjadi faktor utama bagi konsumen untuk pindah ke merek sepatu casual lain. 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu peneliti selanjutnya untuk dijadikan acuan pada penelitiannya. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan dan mengembangkan penelitian tentang tingkat loyalitas merek dengan objek penelitian yang berbeda, serta mempertimbangkan variabelvariabel lain yang memiliki kaitan dengan variabel tingkat loyalitas merek, dan menggunakan metode Analytical Hierarcy Process (AHP) yang masih jarang digunakan. DAFTAR PUSTAKA Aaker, David A Managing Brand Equity. New York: The Free Press Membangun Merek yang Kuat. Jakarta: Mitra Utama. Adidas History of Adidas. Diakses pada tanggal 06 Juni 2017 pada pukul 22:50 WIB

8 Elvatika, Ayu Analisis Brand Loyalty terhadap Pembelian Produk Sari Apel Kusuma Agrowisata. Malang: Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Skripsi tidak dipublikasikan. Kotler, Philip dan Keller, K.L Manajemen Pemasaran. Edisi 13, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Marthin, Johannes Analisis Tingkat Brand Loyalty pada Produk Shampoo Merek Head & Shoulders. Skripsi Universitas Kristen Petra Surabaya. Top Brand Award Diakses pada tanggal 07 Juni 2017 pada pukul 15:06 WIB. Top Brand Award Diakses pada tanggal 07 Juni 2017 pada pukul 15:30 WIB. Wardani, Presticia Rosa Indri Analisis Tingkat Loyalitas Merek pada Produk Jubung Sindujoyo. Malang: Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Skripsi tidak dipublikasikan. 184

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar potensial

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar potensial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar potensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produknya terutama consumer goods. Consumer goods adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Loyalitas Merek Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami persaingan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dalam dunia bisnis saat ini mengalami perubahan inovasi produk yang begitu cepat, di mana konsumen sadar akan memahami merek produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merek Kotler (1997) mengemukakan bahwa definisi merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi dari ketiganya yang bertujuan untuk mengidentifikasi barang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Merek (Brand) Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek dibubuhkan pada produk yang dijual untuk memberikan identifikasi khusus pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini turut memicu

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini turut memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi saat ini membuat persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin sengit. Para pelaku bisnis dituntut untuk melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi memaksa pelanggan untuk membeli produk mereka, perusahaan akan kesulitan mengelola

Lebih terperinci

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto B R A N D E Q U I T Y The Way to Boost Your Marketing Performance Dheni Haryanto dheni_mqc@yahoo.com Marketing Quotient Community http://www.mqc.cjb.net F o c u s On Marketing Hakekat suatu bisnis industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Manajemen Pemasaran Definisi pemasaran menurut Kotler di dalam buku Subagyo marketing in business (2010:2) Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION

VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION 7.1 Analisis Tingkat Kepuasan 7.1.1 Indeks Kepuasan Konsumen Pengukuran terhadap kepuasan konsumen

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI JURNAL ANALISIS TINGKAT LOYALITAS MEREK BENIH JAGUNG HIBRIDA MEREK DK979 DI DESA TRAYANG, KECAMATAN NGRONGGOT, KABUPATEN NGANJUK

NASKAH PUBLIKASI JURNAL ANALISIS TINGKAT LOYALITAS MEREK BENIH JAGUNG HIBRIDA MEREK DK979 DI DESA TRAYANG, KECAMATAN NGRONGGOT, KABUPATEN NGANJUK NASKAH PUBLIKASI JURNAL ANALISIS TINGKAT LOYALITAS MEREK BENIH JAGUNG HIBRIDA MEREK DK979 DI DESA TRAYANG, KECAMATAN NGRONGGOT, KABUPATEN NGANJUK BRAND LOYALTY ANALYSIS OF DK979 HYBRID CORN SEED IN TRAYANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pada tahun 1908 sebuah perusahaan kecil di Malden, Massachusetts bernama Marquis Mills menginvestasikan dananya sebesar $ 250.000 kepada perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan kegiatan Pemasaran adalah membangun merek dikonsumen. Kekuatan merek terletak pada kemampuannya untuk memengaruhi perilaku pembelian.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang terlibat langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan pastinya ingin menjadi pemimpin pasar pada persaingan yang dihadapi di dalam dunia bisnis. Hal tersebut membuat para pelaku usaha dituntut untuk berpikir

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pangsa Pasar (Market Share) Pangsa pasar ( Market Share ) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau prosentasi penjualan suatu perusahaan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUANAN. banyaknya perusahaan perusahaan yang menawarkan produk yang sejenis

BAB 1 PENDAHULUANAN. banyaknya perusahaan perusahaan yang menawarkan produk yang sejenis BAB 1 PENDAHULUANAN 1.1.Latar Belakang Masalah Perusahaan saat ini dihadapkan pada persaingan yang ketat, karena banyaknya perusahaan perusahaan yang menawarkan produk yang sejenis sehingga menuntut perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memikat hati orang untuk membeli produk atau jasa yang diwakilinya. Citra

BAB I PENDAHULUAN. memikat hati orang untuk membeli produk atau jasa yang diwakilinya. Citra BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merek (brand) diyakini mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk memikat hati orang untuk membeli produk atau jasa yang diwakilinya. Citra yang ditampilkan serasa menyihir

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Merek Merek adalah suatu nama, istilah simbol, desain (rancangan), atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. harus dapat menjawab tantangan tantangan yang ada di pasar saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. harus dapat menjawab tantangan tantangan yang ada di pasar saat ini dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam industri bisnis saat ini semakin menantang, perusahaan harus dapat menjawab tantangan tantangan yang ada di pasar saat ini dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu hingga era globalisasi ini persaingan bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat. Persaingan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...xii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...xii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK Persaingan di pasar ponsel yang semakin ketat membuat setiap produsen ponsel untuk memiliki strategi dalam mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya. Demikian pula dengan Samsung yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam khususnya perusahaan sepeda motor keluaran Jepang. Persaingan terletak pada model, kepraktisan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tiap perusahaan salah satunya adalah untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tiap perusahaan salah satunya adalah untuk menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan tiap perusahaan salah satunya adalah untuk menciptakan pelanggan. Untuk itu, perusahaan mengalami tantangan karena saat ini pelanggan menghadapi beraneka ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa konsumen untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa sampai - sampai ada istilah Pelanggan adalah raja. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. jasa sampai - sampai ada istilah Pelanggan adalah raja. Inilah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumen adalah bagian terpenting dalam proses jual beli barang maupun jasa sampai - sampai ada istilah Pelanggan adalah raja. Inilah yang menyebabkan hampir seluruh

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN EKUITAS MEREK OJEK BERBASIS ONLINE GO-JEK DAN GRABBIKE DI KOTA BEKASI

ANALISIS PERBANDINGAN EKUITAS MEREK OJEK BERBASIS ONLINE GO-JEK DAN GRABBIKE DI KOTA BEKASI ANALISIS PERBANDINGAN EKUITAS MEREK OJEK BERBASIS ONLINE GO-JEK DAN GRABBIKE DI KOTA BEKASI Disusun Oleh: Nama : Indra Dirgantara Npm : 13212690 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ir. Budiman, MS. Latar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 79 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan desain penelitian deskriptif, di mana tujuan penelitian adalah untuk menguraikan sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang terjadi sekarang ini menjadikan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang terjadi sekarang ini menjadikan perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha yang terjadi sekarang ini menjadikan perusahaan selalu berusaha untuk memberikan jaminan bahwa produk yang ditawarkan mampu memberikan dukungan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pemasaran seperti zaman ini. Konsumen sering melakukan pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang sama, hal itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo atau kemasan) dengan maksud

BAB II LANDASAN TEORI. yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo atau kemasan) dengan maksud BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Merek Aaker (1997:9) mengungkapkan bahwa merek adalah nama dan simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Ekuitas Merek Kotler dan Keller (2007), mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai tambah yang diberikan kepada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan

Lebih terperinci

STRATEGIC BRAND COMMUNICATION

STRATEGIC BRAND COMMUNICATION Modul ke: STRATEGIC BRAND COMMUNICATION BRAND EQUITY MEASUREMENT Fakultas ILMU KOMUNIKASI Cherry Kartika, SIP, M.Ikom. Program Studi Advertising & Marketing Communication www.mercubuana.ac.id WHAT IS BRAND

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Merek Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam sektor industri minuman semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang dan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang semakin hari semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang semakin hari semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya teknologi yang semakin hari semakin pesat berkembang, sehingga dunia bisnis yang lebih modern bergerak begitu cepat. Konsumenpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama memasuki abad 21 ini, menuntut perusahaan untuk selalu inovatif dalam mengembangkan usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bisnis detergen di Indonesia, mempunyai pesaing pasar yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bisnis detergen di Indonesia, mempunyai pesaing pasar yang begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis detergen di Indonesia, mempunyai pesaing pasar yang begitu pesat ditunjukkan dengan gencarnya penayangan iklan di media televisi, keadaan ini akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Tjiptono (2006: 2), pemasaran memiliki definisi :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Tjiptono (2006: 2), pemasaran memiliki definisi : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Tjiptono (2006: 2), pemasaran memiliki definisi : suatu proses sosial dan manajerial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah banyak merubah dan meninggalkan paradigma lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah banyak merubah dan meninggalkan paradigma lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah banyak merubah dan meninggalkan paradigma lama dalam segala bidang salah satunya dalam bidang pemasaran. Suatu perusahaan harus berhadapan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan di bab sebelumnya, yaitu: Kartu telepon CDMA yang memiliki tingkat awareness paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa konsumen untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi

BAB I PENDAHULUAN. bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang sangat penuh persaingan seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menjadi rujukan dalam menulis penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menjadi rujukan dalam menulis penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu menjadi rujukan dalam menulis penelitian ini. Diantaranya penelitian pertama adalah Erfan Severi & Kwek Choon Ling yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan menurut kebanyakan wanita. Hal ini juga berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan menurut kebanyakan wanita. Hal ini juga berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah jadi rahasia umum kebanyakan masyarakat kini menjadikan belanja sebagai hobi, bukan lagi sebagai kebutuhan. Bukan hanya kaum hawa yang gemar berbelanja, kini

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perusahaan saat ini di Indonesia semakin lama semakin

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perusahaan saat ini di Indonesia semakin lama semakin Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perkembangan perusahaan saat ini di Indonesia semakin lama semakin berkembang sehingga perusahaan saat ini bersaing untuk menjadi yang terbaik. Tetapi tidak mudah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan globalisasi dan gencarnya persaingan bebas yang muncul di Indonesia, maka semakin banyak produk-produk sejenis yang ditawarkan, akibatnya konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan persaingan dalam dunia usaha akan dapat. apabila perusahaan bisa menciptakan dan mempertahankan pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan persaingan dalam dunia usaha akan dapat. apabila perusahaan bisa menciptakan dan mempertahankan pelanggan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesuksesan persaingan dalam dunia usaha akan dapat terpenuhi apabila perusahaan bisa menciptakan dan mempertahankan pelanggan (Tjiptono, 1997:19) dalam (Setya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus mampu mempertahankan perusahaanya. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pelanggan mereka. Selain itu teknologi informasi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pelanggan mereka. Selain itu teknologi informasi yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi memaksa pelanggan untuk membeli produk mereka, perusahaan akan kesulitan mengelola

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Brand Loyalty Pada Produk Sabun Mandi Merek Lifebuoy di Kota Pekanbaru

Analisis Tingkat Brand Loyalty Pada Produk Sabun Mandi Merek Lifebuoy di Kota Pekanbaru Analisis Tingkat Brand Loyalty Pada Produk Sabun Mandi Merek Lifebuoy di Kota Pekanbaru Rahmi Oktaviani 1) ; Sri Restuti 2) ; Deny Danar Rahayu 2) 1) Mahasiswa Laboratorium Pemasaran Jursan Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Mie Instan merupakan salah satu kategori produk makanan kering cepat saji dengan tingkat persaingan yang sangat ketat dan penetrasi produk yang hampir mendekati titik jenuh yaitu: (84%). Keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keputusan Pembelian Sebuah tindakan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk merupakan keputusan pembelian. Setiap produsen pasti menjalankan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran menjadi suatu fungsi bisnis yang sangat penting, yang berurusan dengan pelanggan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan perekonomian, ilmu, dan teknologi yang terjadi di Indonesia, membawa dampak persaingan bagi kehidupan manusia di bidang usaha, baik transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan akan berhasil memperoleh konsumen dalam jumlah yang banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian brand lainnya menurut Freddy Rangkuti (2002: 2) adalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian brand lainnya menurut Freddy Rangkuti (2002: 2) adalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Merek (brand) Aaker dalam Rangkuti (2002: 36) menyatakan merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pasar membuat konsumen menjadi semakin kritis dan teliti dalam membeli sebuah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pasar membuat konsumen menjadi semakin kritis dan teliti dalam membeli sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang sangat penuh persaingan seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun penelitian ini, peneliti juga. menggunakan beberapa penelitian yang dipandang relevan dan dapat mendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun penelitian ini, peneliti juga. menggunakan beberapa penelitian yang dipandang relevan dan dapat mendukung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam menyusun penelitian ini, peneliti juga mempelajari dan menggunakan beberapa penelitian yang dipandang relevan dan dapat mendukung penelitian saat

Lebih terperinci

KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH

KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH PENGARUH KESADARAN MEREK, ASOSIASI MEREK dan PERSEPSI KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH (Studi Kasus Mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi) JURNAL Oleh:

Lebih terperinci

nilai merek nya di mata para pelanggan setianya.

nilai merek nya di mata para pelanggan setianya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam industri sepatu saat ini semakin ketat. Para produsen sepatu berlomba-lomba menciptakan berbagai inovasi dalam memasarkan produk sepatu mereka. Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri sepatu membuat para pengusaha saling membuat strategi dan inovasi, selain

BAB I PENDAHULUAN. industri sepatu membuat para pengusaha saling membuat strategi dan inovasi, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sepatu saat ini semakin berkembang pesat di dalam negri maupun di luar negri. Banyak perusahaan sepatu bermunculan terutama di dalam negri. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organsasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang puas akan nilai-nilai yang ditawarkan pada merek produk.dengan demikian para pelanggan mau melakukan pembelian produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fashion yang sangat dibutuhkan sama seperti pakaian. Fashion merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. fashion yang sangat dibutuhkan sama seperti pakaian. Fashion merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era modern ini, kemajuan teknologi membuat kebutuhan konsumen menjadi lebih berkembang dan mengalami perubahan yang sangat pesat. Konsumen secara tidak

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. sebenarnya merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah

BAB II KERANGKA TEORITIS. sebenarnya merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Ekuitas Merek Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi halhal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang menjual berbagai macam produk dan jasa semakin lama semakin meningkat. Keberhasilan suatu perusahaan akan tergantung pada kemampuan pemasaran.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk yang cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia menjadi daerah pemasaran produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan teknologi, dunia bisnis saat ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan teknologi, dunia bisnis saat ini mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi, dunia bisnis saat ini mengalami perubahan yang sangat cepat yang diakibatkan oleh selera, kebutuhan, dan daya beli konsumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya dengan tercukupi kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi pemasaran merupakan sebagian dari strategi bisnis yang diupayakan setiap perusahaan untuk meningkatkan laba demi menaikkan nilai perusahaan. Strategi pemasaran

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Dimensi Kualitas Pelayanan Menurut Lupiyoadi (2001: 148 149), dimensi kualitas pelayanan ada 5 (lima) dimensi yaitu : 1. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, dan daya beli mereka. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, dan daya beli mereka. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi, konsumen menjadi makin cerdas dalam membuat keputusan pembelian. Konsumen menuntut suatu produk yang sesuai dengan selera, kebutuhan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dari bahan tambahan. Kembang gula diklasifikasikan dalam 4 jenis, yaitu :

TINJAUAN PUSTAKA. dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dari bahan tambahan. Kembang gula diklasifikasikan dalam 4 jenis, yaitu : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kembang Gula Definisi dari kembang gula adalah jenis makanan selingan berbentuk padat, dibuat dari gula atau pemanis lain atau campuran gula dengan pemanis lain dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. toiletries adalah industri yang memproduksi produk produk konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. toiletries adalah industri yang memproduksi produk produk konsumen yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri toiletries pada saat ini mengalami persaingan yang ketat, mulai dari ragam produk seperti sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi dan sampo. Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini teknologi komunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Di era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini teknologi komunikasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini teknologi komunikasi dan informasi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan individu baik laki-laki

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat berdasarkan perumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Brand Equity Tas Ransel Merek EIGER Karakteritik Responden: Responden berjenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, tidak hanya sekedar menjual produk denagan harga

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemasaran merupakan ujung tombak bagi suatu perusahaan untuk tetap dapat

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemasaran merupakan ujung tombak bagi suatu perusahaan untuk tetap dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan ujung tombak bagi suatu perusahaan untuk tetap dapat bertahan hidup dan harus mempunyai strategi khusus dalam memasarkan produknya. Pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran perusahaan dalam bersaing kini semakin ketat terutama memasuki abad 21 ini, hal inilah yang pada akhirnya menuntut perusahaan untuk selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seluruh makhluk hidup di dunia sangat membutuhkan air untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seluruh makhluk hidup di dunia sangat membutuhkan air untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh makhluk hidup di dunia sangat membutuhkan air untuk dapat menunjang kehidupan mereka, salah satunya adalah manusia. Kandungan air pada tubuh manusia jumlahnya

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati konsumen agar mau membeli produk maupun jasa yang diwakilinya. Merek juga diibaratkan sebagai sebuah nyawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia bisnis saat ini memiliki tekanan yang sangat ketat tidak terkecuali pada usaha manufaktur. Persaingan tersebut menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksistensinya dalam suatu lingkungan bisnis. Pada era sekarang itu bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. eksistensinya dalam suatu lingkungan bisnis. Pada era sekarang itu bukan lagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk dapat menyusun strategi bisnis yang tepat dalam rangka mempertahankan eksistensinya dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepatu olahraga telah menjadi bagian dari fashion (Fadli, 2015) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sepatu olahraga telah menjadi bagian dari fashion (Fadli, 2015) sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gaya hidup dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kesehatan semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan peningkatan permintaan akan sepatu olahraga (Londong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peningkatan taraf hidup masyarakat yang semakin tinggi, sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peningkatan taraf hidup masyarakat yang semakin tinggi, sehingga menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi yang semakin maju saat ini, membawa pengaruh besar terhadap perubahan lingkungan yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakibatkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Sejak dibukanya

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakibatkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Sejak dibukanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi sekarang ini menyebabkan terjadinya perdagangan bebas yang mengakibatkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Sejak dibukanya era pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di pasar yang sudah ada. Dalam kondisi persaingan yang sangat ketat,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di pasar yang sudah ada. Dalam kondisi persaingan yang sangat ketat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam lingkungan bisnis saat ini semakin ketat, sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk meningkatkan jumlah konsumen di pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB perkapita Indonesia atas dasar

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB perkapita Indonesia atas dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB perkapita Indonesia atas dasar harga yang berlaku pada 2011 mencapai Rp30,8 juta (US$3.542,9). Artinya, terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan konsumen terhadap suatu merek atau produk merupakan hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan konsumen terhadap suatu merek atau produk merupakan hal-hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepercayaan konsumen terhadap suatu merek atau produk merupakan hal-hal yang mendasar untuk mengarah kepada keputusan konsumen untuk membeli bahkan untuk loyal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat,mengakibatkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkat,mengakibatkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan dan kemajuan perekonomian di Indonesia yang semakin meningkat,mengakibatkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TINGKAT BRAND LOYALTY MOTOR MEREK SUZUKI PADA CV TURANGGA MAS MOTOR

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TINGKAT BRAND LOYALTY MOTOR MEREK SUZUKI PADA CV TURANGGA MAS MOTOR PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TINGKAT BRAND LOYALTY MOTOR MEREK SUZUKI PADA CV TURANGGA MAS MOTOR Anis Rahayu Damayanti Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESADARAN, ASOSIASI, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK GUHDO SPRING BED PADA PT. TANDITAMA MANDIRI

ANALISIS TINGKAT KESADARAN, ASOSIASI, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK GUHDO SPRING BED PADA PT. TANDITAMA MANDIRI ANALISIS TINGKAT KESADARAN, ASOSIASI, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK GUHDO SPRING BED PADA PT. TANDITAMA MANDIRI SARI OCTAVIA 0600652465 ABSTRAK Dalam memutuskan untuk melakukan pembelian, seorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Pendahuluan Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari penelitian ini. Dalam bab ini akan dijabarkan landasan teori yang menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH DIMENSI EKUITAS MEREK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA MEREK AZWA PERFUME DI KOTA PADANG ABSTRACT

PENGARUH DIMENSI EKUITAS MEREK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA MEREK AZWA PERFUME DI KOTA PADANG ABSTRACT PENGARUH DIMENSI EKUITAS MEREK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA MEREK AZWA PERFUME DI KOTA PADANG Harpa Malia Yuna Septia 1, Syailendra Eka Saputra 2, Sumarni 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh pasar global yang melanda dunia memberikan peluang dan tantangan bisnis bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Pasar global akan terus memperluas produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1) Kesadaran Merek (Brand Awareness) Menurut Aaker (1996) kesadaran merek (Brand Awareness) adalah kekuatan keberadaan sebuah merek dalam pikiran pelanggan. Kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di pasar sepatu Indonesia terdapat beragam merek sepatu baik

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di pasar sepatu Indonesia terdapat beragam merek sepatu baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini di pasar sepatu Indonesia terdapat beragam merek sepatu baik lokal maupun impor. Merek-merek sepatu tersebut bersaing dalam harga, kualitas, dan desain guna

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Dapat dilihat hasil perhitungan pada Brand Awareness ( Kesadaran Merek ) yang dimiliki oleh pasar swalayan dengan merek Toserba Yogya memiliki persentase terbesar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Perilaku Konsumen Di Indonesia menurut Saragih (1998), pada awal Orde Baru, kegiatan ekonomi berbasis sumber daya hayati praktis hanya dalam

Lebih terperinci