PANDUAN PENYELENGGARAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN PENYELENGGARAAN"

Transkripsi

1 PANDUAN PENYELENGGARAAN Pelatihan Wirausaha Sanitasi Disusun oleh Tim Pemasaran Sanitasi WSP EAP - Indonesia

2

3 PANDUAN PENYELENGGARAAN Pelatihan Wirausaha Sanitasi Ver. 1.0 Disusun oleh Tim Pemasaran Sanitasi WSP EAP - Indonesia

4 Daftar Isi Daftar Isi... ii Daftar Gambar dan Tabel... iii Pengantar... iv Bagaimana Menggunakan Panduan Ini... v Bab 1 Latar Belakang dan Tujuan Pelatihan Latar Belakang Model Usaha Sanitasi Satu Atap APPSANI Tujuan Pelatihan Hasil yang Diharapkan... 4 Bab 2 Tahap Pra Pelatihan Seleksi Peserta Pelatihan Kepanitiaan Perencanaan Logistik Anggaran Pelatihan Pemilihan Fasilitator, Narasumber, Master Trainer dan Notulen Pelatihan Pemilihan Tempat Pelatihan Rapat Persiapan Bab 3 Tahap Pelatihan Metodologi Materi Pelatihan Agenda Pelatihan Pendekatan dan Proses Pemanduan Pelatihan Wirausaha Sanitasi Panduan Praktek Lapangan I (Menjual) Panduan Praktek Lapangan II (Praktek Produksi dan Instalasi Jamban) Bab 4 Pasca Pelatihan (Monitoring) Survey Telepon Coaching Melalui Kunjungan Lapangan Lampiran Lampiran 1 Jadwal Perencanaan Pelatihan Lampiran 2 Formulir untuk Seleksi Calon Peserta Pelatihan Lampiran 3 Anggaran Pelatihan Lampiran 4 Penataan Ruang Lampiran 5 Peta Sosial Lampiran 6a Daftar Pertanyaan Survey Telepon Lampiran 6b Format Pertanyaan Survey Telepon Lampiran 7 Daftar Pertanyaan Coaching Lampiran 8 Format Penilaian Pengusaha Sanitasi Lampiran 9 Format Penilaian Stakeholder Lampiran 10 Pihak yang Dapat Dihubungi ii

5 Daftar Gambar dan Tabel DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Skema Model Usaha Sanitasi Satu Atap... 2 Gambar 2.1 Peralatan yang dibutuhkan untuk produksi dan intalasi jamban... 8 Gambar 3.1 Alur pelatihan wirausaha sanitasi Gambar 3.2 Proses praktek menjual Gambar 3.3 Proses produksi dan instalasi jamban Gambar 3.4 Kegiatan praktek produksi dan instalasi jamban Gambar 4.3 Proses coaching melalui kunjungan lapangan Gambar 4.4 Contoh peta rencana coaching DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Logistik untuk proses pelatihan di ruang kelas... 7 Tabel 2.2 Logistik praktek produksi dan instalasi jamban sehat Tabel 2.3 Kebutuhan biaya peralatan untuk praktek produksi dan instalasi jamban... 8 Tabel 2.4 Daftar kebutuhan yang dibahas dalam rapat koordinasi Tabel 3.1 Agenda pelatihan Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi iii

6 Pengantar Kumpulan dokumen ini adalah panduan resmi bagi penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi. Panduan ini ditujukan sebagai referensi lengkap dalam merencanakan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi. Panduan ini terdiri dari empat bagian dan lampiran dan untuk dipergunakan sebagai satu kesatuan. Panduan ini dikembangkan oleh tim yang terdiri dari fasilitator dan narasumber yang berpengalaman menyelenggarakan pelatihan wirausaha sanitasi di beberapa propinsi di Indonesia sepanjang tahun Dalam penggunaannya, Penyelenggaran pelatihan diharapkan menyesuaikan seperlunya agar tujuan dan hasil yang diharapkan dari pelatihan ini lebih relevan dengan kondisi daerah dimana pelatihan ini diselenggarakan. iv

7 Bagaimana Menggunakan Panduan Ini Panduan ini terdiri dari empat (4) bab yang disusun secara sistematis untuk memudahkan pengelolaan Pelatihan Wirausaha Sanitasi secara mandiri dan terstruktur. Penyelenggara Pelatihan diharapkan membaca seluruh bab sebelum memulai perencanaan Pelatihan Wirausaha Sanitasi. Definisi Pelatihan Wirausaha Sanitasi Pelatihan untuk menciptakan provider sanitasi yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik sehingga mampu menciptakan dan memenuhi permintaan jamban sehat dan ekonomis. Model Usaha Sanitasi Satu Atap Usaha yang menyediakan produk dan layanan sanitasi terintegrasi yang meliputi konsultasi pemilihan sarana sanitasi, tipe dan harga produk yang sesuai kondisi geografis dan keinginan pelanggan, material dan proses konstruksi serta alternatif cara pembayaran. Pendekatan Partisipatif Proses belajar dan bekerja yang melibatkan lebih dari satu peserta untuk membahas atau menyelesaikan isu/permasalahan spesifik melalui kontribusi aktif dari setiap peserta dalam proses yang terstruktur. Penyelenggara Pelatihan Organisasi/institusi yang memiliki komitmen dan siap menyelenggarakan seluruh kegiatan pelatihan wirausaha sanitasi. Panitia Pelatihan Sekelompok orang yang ditunjuk dan/atau dipercaya untuk mengelola Pelatihan Wirausaha Sanitasi. Setiap anggota Panitia Pelatihan memiliki peran dan tanggung jawab spesifik. Panita Pelatihan diketuai oleh seorang Ketua Panitia. Narasumber Narasumber adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan pada bidang yang berkaitan dengan materi yang akan diberikan pada saat Pelatihan Wirausaha Sanitasi. Fasilitator Seorang profesional atau sebuah tim terdiri dari beberapa profesional yang memiliki keahlian dalam merencanakan, mengelola dan mengevaluasi pelatihan menggunakan pendekatan partisipatif Master Trainer Seorang professional atau tim yang memiliki tugas utama untuk menjadi motor dari pelaksanaan pelatihan. Tanggung jawab yang harus dilakukan yaitu menjaga alur pelatihan, menjaga motivasi peserta selama mengikuti pelatihan dengan melakukan ice breaking dan memandu jalannya sesi pelatihan. Tukang (Tenaga Teknis Proses Produksi) Seorang atau tim yang ahli dalam proses instalasi jamban. Peran utama dari tukang yaitu membantu peserta pada saat praktek produksi dan instalasi jamban Provider Dalam konteks pembahasan wirausaha sanitasi, provider merupakan istilah untuk pengusaha sanitasi yang telah menjalankan usaha sanitasi (membuat jamban). Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi v

8

9 BAB I LATAR BELAKANG DAN TUJUAN PELATIHAN 1.1 Latar Belakang Water and Sanitation Program (WSP) adalah program kerjasama internasional yang didirikan pada tahun 1978 dan dikelola oleh Bank Dunia untuk membantu masyarakat miskin mengakses air bersih dan fasilitas sanitasi sehat dengan nyaman, aman dan berkelanjutan. Program ini mempunyai tujuan untuk mewujudkan Millenium Development Goals (MDGs) di negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia. WSP menyediakan bantuan teknis, memfasilitasi pertukaran ilmu/pengetahuan, dan mempromosikan bukti kemajuan program sanitasi sehat dalam setiap dialog dialog di forum forum resmi baik di tingkat nasional maupun internasional. Salah satu program yang telah diimplementasikan oleh WSP adalah program Scaling up Rural Sanitation yang selanjutnya diadopsi oleh Pemerintah Indonesia menjadi program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dengan tema pendekatan baru untuk menstimulus dan meningkatkan permintaan dan pasokan di bidang sanitasi sehat. Program STBM mempunyai tiga komponen kegiatan yang saling berhubungan yaitu : 1. Meningkatkan permintaan layanan sanitasi. 2. Memperkuat pasokan untuk pemenuhan kebutuhan sanitasi. 3. Mengaktifkan lingkungan yang mendukung. Pada tahun 2007, inisiatif ini pertama kali diimplementasikan di wilayah perdesaan di 29 wilayah kabupaten di Jawa Timur. Program ini dilihat sebagai pondasi utama untuk melakukan intervensi dalam rangka memperkuat semua kabupaten di Jawa Timur dalam mengelola semua aspek peningkatan akses sanitasi penduduk dan program peningkatan kebersihan. Target yang dicanangkan oleh program STBM di Jawa Timur yaitu pada akhir tahun keempat program pada Desember 2011, target sebanyak 1,4 juta penduduk di Jawa Timur akan memperoleh akses peningkatan layanan sanitasi sehat. Setelah sukses menciptakan dan mengembangkan pengusaha sanitasi di Jawa Timur melalui Pelatihan Wirausaha Sanitasi di tiga lokasi yaitu di Nganjuk, Jember dan Surabaya, tim WSP mulai melakukan hal serupa di empat provinsi baru yaitu Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan melaksanakan pelatihan wirausaha sanitasi di Jombang Jawa Timur kepada perwakilan dari 5 provinsi (termasuk Jawa Timur). Melihat perkembangan dan kebutuhan akan pelatihan wirausaha sanitasi yang semakin meningkat, maka tim WSP merasa perlu untuk membuat suatu acuan standar untuk menyelenggarakan pelatihan wirausaha sanitasi agar nantinya bisa direplikasi dan dilaksanakan secara mandiri oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk melaksanakan pelatihan wirausaha sanitasi. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 1

10 1.2 Model Usaha Sanitasi Satu Atap Model usaha One Stop Shop Sanitation atau Sanitasi Satu Atap merupakan satu inovasi yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing pengusaha sanitasi. Kelebihan dari model usaha ini adalah sebagai berikut : 1. Beragam pilihan produk dan pilihan harga 2. Manfaat lain yang dapat diperoleh: Jasa konsultasi produk Potongan harga dengan aturan tertentu (apabila ada pesanan kolektif sejumlah rumah tangga tertentu) Proses produksi di tempat: mengurangi biaya distribusi dan biaya tukang 3. Fleksibilitas pembayaran: tunai, angsuran, arisan Selain itu, model usaha ini juga menekankan adanya suatu jaringan yang kuat di antara stakeholder yang berkaitan dengan bisnis sanitasi. Berikut ini merupakan skema jaringan yang dibentuk melalui model usaha sanitasi satu atap. Gambar 1.1 Skema Model Usaha Sanitasi Satu Atap Pelanggan Pelengkap Peran Tenaga Penjual Lembaga Keuangan Mikro One-stop service providers Peran pendukung Bisnis Sanitasi - Pemasok Tukang Toko Bahan Bangunan/ Material Pabrik Alat Cetak Bis Beton 1.3 APPSANI Proses pemicuan dan edukasi sanitasi ke masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui puskesmas maupun organisasi mitra pemerintah telah banyak memunculkan permintaan akan fasilitas jamban yang sehat dan berkualitas. Permintaan ini harus mampu direspon oleh komponen pemasok (Pengusaha Sanitasi Satu Atap) setempat sehingga perubahan perilaku yang diharapkan dapat terjadi. Peran pengusaha lokal yang memiliki keahlian menyediakan produk dan jasa pembuatan jamban sesuai preferensi pelanggan dengan harga terjangkau harus dibangun sebagai bagian dari penguatan pasokan sanitasi. Sejak tahun 2009 hingga saat ini, Pemerintah Indonesia dan Water and Sanitation Program (WSP) telah melatih sejumlah pengusaha sanitasi untuk menjadi pemasok sanitasi yang handal sebagai partner pemerintah daerah dalam mengimplementasikan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Bahkan beberapa pemerintah daerah telah mereplikasi proses ini menggunakan anggaran yang dimilikinya. Metode pelatihan yang digunakan dimulai dengan pelatihan selama 4 (empat) hari dengan diikuti proses pendampingan (coaching) dan monitoring perkembangan usaha mereka. Metode ini terbukti efektif dan mampu menghasilkan pengusaha sanitasi yang telah menjalankan usahanya di Jawa Timur. Namun demikian, dalam perkembangannya, para pengusaha ini mulai menghadapi beberapa kendala sekaligus juga peluang, 2 Latar Belakang dan Tujuan Pelatihan

11 sehingga diperlukan suatu wadah kegiatan untuk mempersatukan para pengusaha tersebut agar dapat bertahan dari hambatan yang timbul sekaligus juga berkembang lebih luas lagi. Hal inilah yang menjadi landasan untuk membentuk suatu organisasi yang diberi nama Asosiasi Pengelola dan Pemberdayaan Sanitasi Indonesia atau APPSANI. Inisiasi organisasi APPSANI dilakukan di Surabaya pada tanggal Januari 2012 dengan mengumpulkan beberapa pengusaha sanitasi yang berasal dari Lumajang, Nganjuk, Blitar, Kediri, Jombang, Ngawi dan Sidoarjo, sebagai tim perumus awal. Beberapa hasil kesepakatan tentang organisasi APPSANI: 1. Nama organisasi : Asosiasi Pengelola dan Pemberdayaan Sanitasi Indonesia disingkat APPSANI, dengan Akta Notaris No.204 tanggal 31 januari Visi organisasi : APPSANI menjadi mitra pemerintah untuk meningkatkan akses sanitasi masyarakat dalam rangka mencapai target MDGs Misi organisasi : a. Memberikan layanan kepada seluruh lapisan masyarakat dalam bidang sanitasi b. Menyediakan alternatif produk sanitasi yang sehat dan terjangkau c. Memberdayakan peran perempuan dalam pelayanan sanitasi d. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan bidang sanitasi 4. Struktur organisasi : Organisasi dipimpin oleh seorang ketua umum yang dibantu langsung oleh pelaksana harian. Terdapat 7 (tujuh) bidang kegiatan yaitu promosi dan hubungan kelembagaan, pengembangan usaha dan kerjasama, pegembangan dan penelitian teknik, pendidikan dan pelatihan, penguatan organisasi, dan pemberdayaan perempuan. 5. Anggota organisasi: Anggota organisasi adalah mereka yang telah menjalankan usaha sanitasi dengan sebelumnya mendapatkan pelatihan wirausaha sanitasi yang diadakan APPSANI sebagai bagian dari upaya standarisasi kualitas layanan. 1.4 Tujuan Pelatihan Tujuan dari pelatihan ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut : Tujuan Umum : Mengembangkan sanitasi yang mandiri dan berkelanjutan untuk mendukung komponen pasokan STBM dalam menciptakan akses masyarakat miskin ke jamban sehat. Tujuan Khusus : 1. Meningkatkan kemampuan peserta dalam memanfaatkan peluang pasar sanitasi yang berkelanjutan 2. Meningkatkan kemampuan peserta dalam mengembangkan produk dan layanan sanitasi sesuai yang diinginkan pasar khususnya masyarakat miskin pedesaan. 3. Meningkatkan kemampuan peserta untuk menciptakan peluang pasar sanitasi melalui serangkaian aktifitas promosi. 4. Meningkatkan kemampuan peserta untuk secara konsisten melakukan tertib administrasi pembukuan dan keuangan sebagai salah satu syarat untuk tumbuh berkembang 5. Menumbuhkan jiwa wirausaha sanitasi agar mampu menjawab peluang dan tantangan yang mungkin akan dihadapi. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 3

12 1.5 Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari pelatihan ini adalah sebagai berikut : 1. Peserta mampu memberikan alternatif produk dan layanan pembuatan jamban 2. Peserta mampu melihat peluang dan bekerjasama dengan berbagai pihak di daerah dalam mengembangkan pasar sanitasi pedesaan 3. Peserta mampu melakukan promosi produk dan layanan pembuatan jamban sehat miliknya 4. Peserta mampu menjual produk dan layanan pembuatan jamban sehat yang dipasarkannya 5. Peserta mampu menyusun administrasi pembukuan keuangan sederhana untuk menjamin kelangsungan usahanya 4 Latar Belakang dan Tujuan Pelatihan

13 BAB II TAHAP PRA PELATIHAN 2.1 Seleksi Peserta Pelatihan Proses seleksi mempunyai tujuan untuk menyortir atau menghilangkan calon peserta pelatihan yang tidak memenuhi kualifikasi. Proses seleksi merupakan bagian yang sangat penting, karena penentuan perkembangan usaha sanitasi berasal dari individu yang punya karakteristik dan kompetensi yang memadai. Sehingga pada tahap seleksi atau pemilihan individu ini harus cermat dalam menyeleksi para calon provider berdasarkan parameter dari analisis pekerjaan. Setiap langkah dalam proses seleksi haruslah dirancang untuk memperoleh informasi khusus yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan pemilihan calon peserta pelatihan. Pada tahap ini akan dilakukan seleksi terhadap calon peserta pelatihan dengan menggunakan formulir seleksi. Formulir seleksi calon peserta pelatihan dirancang untuk menyeleksi calon provider yang lolos untuk mengikuti pelatihan dan diproyeksikan untuk menjadi provider yang unggul. Pada formulir pendaftaran terdapat kriteria dan nantinya diberikan nilai untuk setiap jawaban pada kriteria tersebut. Tools yang digunakan untuk melakukan seleksi terdiri dari 3 macam, yaitu : 1. Formulir pendaftaran peserta pelatihan (F1) (diisi oleh calon peserta) 2. Panduan penilaian formulir seleksi calon peserta pelatihan provider sanitasi (F2) (diisi oleh penyelenggara pelatihan) 3. Formulir matrik penilaian untuk form pendaftaran (F3) (berisi rekap nilai untuk masing-masing peserta) Catatan : - Kelengkapan formulir untuk proses seleksi bisa dilihat di lampiran 2 - Mengingat materi dan diskusi yang cukup intensif, jumlah peserta Pelatihan Wirausaha Sanitasi sebaiknya tidak lebih dari empatpuluh (40) orang, dengan jumlah ideal berkisar orang. 2.2 Kepanitiaan Terdapat 5 bagian kepanitiaan yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pelatihan ini, yaitu ketua panitia, koordinator peserta, koordinator narasumber dan acara, koordinator logistik serta koordinator keuangan. Detail tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian kepanitiaan adalah sebagai berikut: 1. Ketua Panitia a) Bertanggung jawab dan menjadi kontak utama atas seluruh aspek penyelenggaraan pelatihan wirausaha sanitasi b) Memimpin anggota tim panitia pelatihan. c) Memimpin pertemuan reguler untuk mengupdate kemajuan persiapan pelatihan dan pertemuan dengan narasumber satu hari sebelum pelatihan. d) Mengidentifikasi dan menghubungi narasumber (terutama presenter dan fasilitator) untuk mendapatkan konfirmasi kesediaan mendukung pelatihan e) Menyambut peserta saat pembukaan pelatihan Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 5

14 2. Koordinator Peserta a) Melapor pada ketua panitia dan bertanggung jawab untuk urusan peserta. b) Membuat daftar peserta yang akan diundang sebagai peserta c) Membuat draft udangan ke peserta atau institusi/organisasi peserta pelatihan. d) Mengirimkan undangan ke setiap institusi/organisasi yang diundang, termasuk , surat tercetak, fax, dll. e) Membuat daftar peserta, mengkonfirmasi ke setiap undangan memastikan undangan diterima dan mengkonfirmasi kehadiran f ) Memperbaharui daftar peserta saat pendaftaran peserta. g) Menyiapkan papan nama untuk peserta. h) Menyiapkan dan memperbaharui daftar hadir Peserta selama pelatihan. 3. Koordinator Narasumber dan Acara a) Melapor pada ketua panitia dan bertanggung jawab untuk urusan narasumber dan acara. b) Berkoordinasi dengan presenter mengenai material dan kebutuhan presentasi. c) Berkoordinasi dengan fasilitator, fasilitator kelompok dan notulen serta koordinator logistik mengenai kebutuhan fasilitasi. d) Menyiapkan dokumen kontrak untuk setiap narasumber. e) Mendampingi narasumber (terutama presenter dan fasilitator) selama mengisi atau memandu pelatihan. f ) Menjadi point of contact dan berkoordinasi dengan pengelola tempat/pemasok untuk kebutuhan berhubungan dengan pengaturan tempat, tatasuara dan tatacahaya selama pelatihan. 4. Koordinator Logistik a) Melapor pada ketua panitia dan bertanggung jawab untuk urusan logistik. b) Berkoordinasi dengan narasumber dan koordinator narasumber mengenai kebutuhan logistik pelatihan. Kebutuhan logistik ini menyangkut: tatasuara, tatacahaya, kebutuhan fasilitasi (papan tulis, flipchart, ATK, dll). c) Mencari, mendapatkan dan menyiapkan kebutuhan logistik sesuai dengan perencanaan logistik dan/atau permintaan spesifik dari narasumber. d) Menyiapkan kebutuhan logistik di lokasi satu hari sebelum pelatihan. e) Bertanggung jawab pada kebutuhan logistik selama pelatihan berlangsung. 5. Koordinator Keuangan a) Melapor pada Ketua Pantia dan bertanggung jawab untuk urusan keuangan. b) Menyiapkan, melengkapi dan merevisi anggaran. c) Mengkoordinasi pembayaran-pembayaran untuk vendor, supplier dan penyedia jasa lain serta pembelian kebutuhan pelatihan lainnya. d) Menerima kontrak dan administrasi tagihan serta hasil kerja narasumber (mis. Laporan pelatihan dari Notulen) dan memproses pembayaran. e) Membuat laporan keuangan pelatihan 2.3 Perencanaan Logistik Perencanaan logistik dibagi menjadi dua bagian, yaitu untuk proses pelatihan di ruang kelas dan proses praktek produksi dan instalasi jamban sehat. 6 Tahap Pra Pelatihan

15 Berikut ini merupakan detail keperluan logistik tersebut : Logistik untuk proses pelatihan di ruang kelas : Tabel 2.1 Logistik untuk proses pelatihan di ruang kelas No Peralatan Jumlah 1 Kain Hitam (1.5 x 3 m) (Untuk Sticky Cloth utama) 1 buah 2 Kain Hitam (1 x 1.5 m) (Untuk Sticky Cloth 4 kelompok) 4 buah 3 Kertas Metaplan (putih, merah muda, kuning, hijau muda dan biru 4 Spray mount 2 botol 5 Rafia 2 glondong 6 Gunting 4 buah 7 Spidol warna warni Minimal 4 set 8 Spidol boardmarker besar Minimal 4 buah 9 Spidol boardmarker hitam Minimal 12 buah 10 Lakban bening besar Minimal 2 buah 11 Lakban Hitam besar Minimal 2 buah 12 Double tape Minimal 2 buah 13 Penggaris 30 cm Minimal 2 buah Logistik untuk praktek produksi dan instalasi jamban sehat. Berikut ini adalah kebutuhan material untuk membuat 1 unit jamban tipe (referensi harga diambil dari daerah Sidoarjo, untuk daerah lain bisa menyesuaiakan) Tabel 2.2 Kebutuhan biaya peralatan untuk praktek produksi dan instalasi jamban Material Jumlah Satuan Harga Jumlah Pasir m kubik Rp 750,000 Rp 229,500 Semen 4 sak Rp 50,000 Rp 200,000 Closet 1 unit Rp 65,000 Rp 65,000 Pipa 2" 0.5 unit Rp 40,000 Rp 20,000 Pipa 3" 1.5 unit Rp 60,000 Rp 90,000 Knee 3" 1 unit Rp 12,000 Rp 12,000 T 2" 1 unit Rp 8,000 Rp 8,000 Besi alas 1 unit Rp 20,000 Rp 20,000 Besi tutup 1.5 unit Rp 30,000 Rp 45,000 Total Biaya Kebutuhan Material Rp 689,500 Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 7

16 Peralatan yang dibutuhkan yaitu : Tabel 2.3 Kebutuhan biaya peralatan untuk praktek produksi dan instalasi jamban No Peralatan Kebutuhan Harga 1 Cangkul 1 unit Rp 55,000 2 Sekrok 1 unit Rp 25,000 3 Sekop 1 unit Rp 45,000 4 Linggis 1 unit Rp 35,000 5 Meteran 1 unit Rp 10,000 6 Betel Cor 1 unit Rp 7,000 7 Cetok 1 unit Rp 15,000 8 Palu 1 unit Rp 20,000 9 Kasutan 1 unit Rp 5, Water pas 1 unit Rp 30, Timba 1 unit Rp 6, Cetakan dalam 1 m Septictank 1 set Rp 1,700, Cetakan dalam 0,5 m Septictank 1 set Rp 850, Cetakan luar 0,5 m Septictank 1 set Rp 850, Cetakan dudukan Kloset 1 set Rp 650, Cetakan tutup septictank 1 set Rp 250,000 Total Investasi Peralatan Rp 4,553,500 Gambar 2.1 Peralatan yang dibutuhkan untuk produksi dan instalasi jamban 60 cm 60 cm 60 cm 60 cm M Tahap Pra Pelatihan

17 2.4 Anggaran Pelatihan Besar anggaran yang diperlukan untuk menyelenggarakan sebuah Pelatihan Wirausaha Sanitasi sangat bergantung pada hal-hal berikut: 1. Jumlah peserta Semakin banyak jumlah peserta, bukan saja biaya yang berurusan dengan logistik semakin besar, namun juga biaya yang berhubungan dengan program, proses dan fasilitasi cenderung meningkat. 2. Lokasi penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi dapat diselenggarakan di tempat yang cukup luas, nyaman dan aman. Tidak ada keharusan Pelatihan Wirausaha Sanitasi diselenggarakan di tempat mewah misalnya hotel berbintang selama tempat yang digunakan dapat mengakomodasi kebutuhan pelatihan. Misalnya, aula atau ruang rapat pemerintah daerah yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan dapat juga digunakan. Berdasarkan pengalaman pada pelatihan-pelatihan sebelumnya, rata-rata paket meeting per orang yaitu berada pada range Rp ,- hingga Rp ,- per hari tergantung tempat dilaksanakannya pelatihan. 3. Narasumber dan Fasilitator Pelatihan ini tentunya membutuhkan narasumber dan fasilitator untuk memberikan materi. Sebaiknya jumlah dari narasumber dan fasilitator disesuaikan dengan kebutuhan untuk melakukan efisiensi biaya namun tetap dapat memberikan hasil yang optimal terhadap target luaran pelatihan yang diharapkan. 4. Tukang Jumlah tukang disesuaikan dengan jumlah kelompok yang akan dibentuk saat praktek produksi dan instalasi jamban. Satu kelompok sebaiknya didampingi oleh dua (2) orang tukang. Besarnya fee tukang tergantung kesepakatan dan daerah asal tukang tersebut. Contoh anggaran pelatihan bisa dilihat di lampiran Pemilihan Fasilitator, Narasumber, MasterTrainer dan Notulen Pelatihan Fasilitator Fasilitator dipilih dari orang atau tim yang berpengalaman memberikan pelatihan wirausaha sanitasi. Tim fasilitator akan datang lebih awal 1 (satu) hari untuk: - Memastikan tempat praktek di lapangan - Menata tempat pelatihan termasuk assesoris (jika diperlukan), misalnya memasang poster dan lain-lain - Menyampaikan materi yang sesuai dengan keahliannya Nara Sumber Nara sumber kegiatan pelatihan ini adalah mereka yang sudah sukses mengembangkan pilihan sanitasi termasuk presentasi dan penjualan dan sudah berpengalaman mengikuti proses pelatihan tukang dan marketing dalam konteks program STBM. Nara sumber pelatihan adalah mereka yang kompeten untuk mengisi materi pelatihan dan berpengalaman dalam proyek pengembangan usaha pedesaan baik dari luar maupun dari tim WSP sendiri. Master Trainer Syarat yang harus dimiliki oleh seorang master trainer adalah sebagai berikut : 1. Memiliki keahlian komunikasi yang baik 2. Memiliki ide-ide ice breaking/pencairan suasana yang menarik 3. Memiliki ketegasan dan kedisiplinan yang baik 4. Memiliki kepekaan dan daya tanggap terhadap kondisi orang lain dengan baik Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 9

18 Notulensi Syarat yang harus dimiliki oleh seorang notulen yaitu : 1. Berpengalaman mendokumentasikan pelatihan dalam bentuk laporan terstruktur, terutama dalam bidang pembangunan ekonomi dan sosial. 2. Memiliki kemampuan menulis/mengetik cepat dan menangkap esensi dari diskusi dengan baik. 2.6 Pemilihan Tempat Pelatihan Pemilihan tempat pelatihan wirausaha sanitasi dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1. Tempat pelatihan di dalam ruangan Pelatihan Wirausaha Sanitasi dapat diselenggarakan di tempat yang cukup luas, nyaman dan aman. Tidak ada keharusan Pelatihan Wirausaha Sanitasi diselenggarakan di tempat mewah misalnya hotel berbintang selama tempat yang digunakan dapat mengakomodasi kebutuhan pelatihan. Misalnya, aula atau ruang rapat pemerintah daerah yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan dapat juga digunakan. Detail pemilihan dan penataan tempat pelatihan di dalam ruang bisa dilihat di lampiran Tempat praktek lapangan 1 (menjual) Tempat yang dipilih untuk praktek menjual sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut : a. Pernah dilakukan pemicuan dengan metoda CLTS sebelumnya b. Memiliki potensi komunitas dusun atau desa dengan jumlah keluarga yang belum punya jamban masih banyak. Salah satu cara mengetahui potensi suatu daerah yaitu dengan membuat peta sosial seperti pada lampiran 5 bagian 1. Peta sosial merupakan peta yang menunjukkan kondisi sosial suatu daerah. Pada pelatihan ini peta sosial memberikan informasi berapa rumah tangga yang belum meiliki jamban dan letaknya di dalam peta. c. Tempat praktek menjual sebaiknya tidak terlalu jauh dari tempat pelatihan (maksimal membutuhkan 1 jam perjalanan dari tempat pelatihan) 3. Tempat praktek lapangan 2 (proses produksi dan instalasi) Tempat yang dipilih untuk praktek produksi sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut : a. Sebaiknya tempat praktek produksi sama dengan tempat praktek menjual untuk memudahkan koordinasi dan perijinan b. Jika sudah ada pengusaha sanitasi satu atap lokal di tempat pelatihan, sebaiknya bekerja sama dengan pengusaha tersebut dengan memanfaatkan order yang akan dikerjakan sebagai media proses produksi dan instalasi. Alternatif lain jika belum ada pengusaha sanitasi lokal yaitu bisa dengan mengajukan kerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum untuk pengadaan material dan bahan (seperti pengalaman pelatihan wirausaha sanitasi di Batu, Jawa Timur, 2013) c. Tempat praktek instalasi jamban sebaiknya tidak terlalu jauh dari tempat pelatihan (maksimal membutuhkan 1 jam perjalanan dari tempat pelatihan) d. Jarak antar pos tempat praktek dari masing-masing kelompok sebaiknya berdekatan sehingga memudahkan proses koordinasi dan pemantauan. Contoh pemilihan pos praktek bisa dilihat pada lampiran 5 bagian 2 10 Tahap Pra Pelatihan

19 2.7 Rapat Persiapan Sesuai jadwal dan perencanaan pelatihan pada lampiran 1, diperlukan rapat koordinasi antara semua stakeholder yang berkaitan dengan pelatihan sebanyak 2 kali yaitu pada H-14 dan H-7. Minimal yang harus ada saat pertemuan/rapat ini yaitu panitia, fasilitator dan narasumber. Di luar pertemuan tersebut, diharapkan panitia memiliki inisiatif sendiri untuk melakukan pertemuan atau rapat sesuai dengan kebutuhan. Agenda penting yang harus dibahas saat rapat ini yaitu memastikan kebutuhan pelatihan, penanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan tenggat waktu yang disepakati bersama. Tabel 2.4 Daftar kebutuhan yang dibahas dalam rapat koordinasi No Peralatan Kebutuhan Harga 1 Memastikan lokasi pelatihan 2 Memastikan lokasi praktek lapangan (praktek menjual dan proses instalasi jamban) 3 Memastikan kesiapan peralatan produksi jamban (cetakan, cangkul, cetok dll) 4 Memastikan kesiapan bahan/material untuk produksi jamban sehat (untuk tipe 3-3-1) : Bahan Jumlah Satuan Pasir 0.3 rit Semen 4.0 Sak Closet 1.0 unit Pipa 2" 0.5 unit Pipa 3" 1.0 unit Knee 3" 1.0 unit T 2" 1.0 unit Besi alas 1.0 unit Besi tutup 1.5 unit Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 11

20 BAB III TAHAP PELATIHAN 3.1 Metodologi Presentasi Pemaparan materi dengan topik spesifik dan durasi waktu tertentu oleh nara sumber dalam bentuk ceramah baik dengan atau tanpa alat bantu presentasi. Tanya Jawab Sesi diskusi interaktif antara narasumber dan peserta dengan topik spesifik dan durasi waktu tertentu baik dengan atau tanpa dipandu oleh fasilitator. Peserta diharapkan memfokuskan pertanyaan yang diajukan berupa klarifikasi atau elaborasi dari sesi presentasi atau diskusi oleh nara sumber sebelumnya. Pernyataan berupa komentar atau masukan tetap diterima namun diarahkan agar sesuai dengan topik yang dibicarakan Materi Pelatihan Materi disusun berdasarkan pengalaman pelaksanaan Pelatihan Wirausaha Sanitasi yang sudah dilaksanakan oleh WSP dengan berbagai penyesuaian yang dimungkinkan dapat dilaksanakan. Materi pelatihan tersebut yaitu : 1. Pembukaan dan Orientasi Belajar 2. Motivasi Wirausaha 3. Konsep Dasar Pemasaran Sanitasi dan Jejaring Pemasaran Sanitasi 4. Pengenalan Produk dan Proses Instalasi / Produksi 5. Teknik Komunikasi dan Presentasi Produk 6. Manajemen Penjualan dan Teknik Menjual 7. Persiapan Praktek Lapangan I: Praktek Menjual 8. Praktek Lapangan I: Praktek Menjual 9. Refleksi Praktek Menjual 10. Persiapan Praktek Lapangan II: Praktek Produksi Jamban 11. Praktek Lapangan II: Praktek Produksi Jamban 12. Refleksi Praktek Produksi Jamban 13. Membangun Komitmen 14. Administrasi Pembukuan dan Manajemen Keuangan Sederhana 15. Menyusun Organisasi Tim Bisnis 16. Rencana Tindak Lanjut dan Evaluasi Pembelajaran 17. Penutupan 12 Tahap Pelatihan

21 Alur pelatihan selama proses pelatihan adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Alur Pelatihan Wirausaha Sanitasi HARI Motivasi Wirausaha (2) 120 Konsep Dasar Pemasaran Sanitasi dan Jejaring Pemasaran Sanitasi (3) 120 Pengenalan Produk dan Proses Instalasi/Produksi (4) 180 Pembukaan dan Orientasi Belajar (1) Teknik Komunikasi dan Presentasi Produk (5) HARI Manajemen Penjualan dan Teknik Menjual (6) Persiapan Praktek Lapangan I: Praktek Menjual (7) Praktek Lapangan I: Praktek Menjual (8) Refleksi Praktek Menjual (9) Persiapan Praktek Lapangan II: Praktek Produksi Jamban (10) HARI Praktek Lapangan II Praktek Produksi Jamban (11) Refleksi Praktek Produksi Jamban (12) 5 Menit Kesenian Daerah Membangun Komitmen (13) HARI Administrasi Pembukuan dan Manajemen Keuangan Sederhana (14) Menyusun Organisasi Tim Bisnis (15) Rencana Tindak Lanjut dan Evaluasi Pembelajaran (16) Penutupan (17) Catatan : Detail teknis pelaksanaan untuk masing-masing materi bisa dilihat dalam Buku Panduan Pengembangan dan Penggunaan Modul Pelatihan Wirausaha Sanitasi yang berisi kurikulum dan detail teknis pelaksanaan tiap-tiap materi pelatihan. Buku Panduan Pengembangan dan Penggunaan Modul Pelatihan serta Modul Pelatihan Wirausaha Sanitasi yang berisi uraian materi pelatihan termasuk bahan presentasi yang digunakan oleh narasumber dan fasilitator merupakan satu kelengkapan yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari Buku Panduan Penyelenggaraan Pelatihan ini Agenda Pelatihan Agenda di bawah menggambarkan secara singkat proses belajar dan bekerja yang akan diikuti oleh peserta dalam Pelatihan Wirausaha Sanitasi. Agenda ini direncanakan dengan seksama untuk memaksimalkan proses belajar dan bekerja secara partisipatif dalam Pelatihan Wirausaha Sanitasi sehingga tujuan dan hasil yang diharapkan dari pelatihan ini dapat tercapai. Oleh karena itu, urutan sesi dalam agenda ini sebaiknya tidak disusun ulang namun durasi dari tiap sesi dapat disesuaikan dengan dinamika pelatihan. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 13

22 Tabel 3.1 Agenda pelatihan Hari, Tanggal Materi Penanggung Jawab Hari ke-1 Peserta check in di hotel Panitia Hari ke Registrasi Peserta Panitia Bina Suasana : Games Master trainer (M-1) Pembukaan dan Orientasi Belajar Penyelenggara (M-2) Motivasi Wirausaha Fasilitator Coffee break Panitia (M-3) Konsep Dasar Pemasaran Sanitasi dan Jejaring Pemasaran Sanitasi Fasilitator Ishoma Panitia (M-4) Pengenalan Produk dan Proses Instalasi / Produksi Fasilitator (M5) Teknik Komunikasi dan Presentasi Produk (part 1) Fasilitator Coffe break + Sholat Panitia (M5) Teknik Komunikasi dan Presentasi Produk (part 2) Fasilitator Ishoma Panitia Hari ke Registrasi Peserta Panitia Bina Suasana : Refleksi dan Games Master trainer (M-6) Manajemen Penjualan dan Teknik Menjual (part 1) Fasilitator Coffee break Panitia (M-6) Manajemen Penjualan dan Teknik Menjual (part 2) Fasilitator Ishoma Panitia (M-7) Persiapan Praktek Lapangan I: Praktek Menjual Fasilitator (M-8) Praktek Lapangan I: Praktek Menjual Semua Fasilitator Coffee break + Sholat Panitia (M-9) Refleksi Praktek Menjual Fasilitator Ishoma Panitia (M10) Persiapan Praktek Lapangan II: Praktek Produksi Jamban Fasilitator Hari ke Registrasi Peserta Panitia Bina Suasana Master trainer Perjalanan praktek lapangan II Panitia (M-11) Praktek Lapangan II: Praktek Produksi Jamban Semua Fasilitator Ishoma Panitia Kembali ke hotel Fasilitator Coffee break + sholat Panitia (M-12) Refleksi Praktek Produksi Jamban Fasilitator Ishoma Panitia menit kesenian daerah Panitia (M-13) Membangun Komitmen Fasilitator Hari ke Registrasi Peserta Panitia Bina Suasana: Refleksi dan Games Fasilitator (M-14) Administrasi Pembukuan dan Manajemen Keuangan Sederhana (part 1) Fasilitator Coffee break Panitia (M-14) Administrasi Pembukuan dan Manajemen Keuangan Sederhana (part 2) Fasilitator (M-15) Menyusun Organisasi Tim Bisnis (Provider Sanitasi) Fasilitator Ishoma Panitia (M-16) Rencana Tindak Lanjut dan Evaluasi Pembelajaran Fasilitator Coffee break + Sholat Panitia M-17 Penutupan Fasilitator dan Panitia Penyelenggara Catatan : Detail teknis pelaksanaan untuk masing-masing materi bisa dilihat dalam Buku Panduan Pengembangan dan Penggunaan Modul Pelatihan Wirausaha Sanitasi. 14 Tahap Pelatihan

23 3.4. Pendekatan dan Proses Pemanduan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 1) Pendekatan Pelatihan Pelatihan Wirausaha Sanitasi terdiri dari beberapa sesi presentasi, diskusi pleno dan diskusi kelompok. Dalam pelatihan ini dilakukan pendekatan partisipatif agar peserta dapat terlibat aktif, belajar dan bekerja baik sebagai individu maupun anggota kelompok. Pendekatan partisipatif juga diaplikasikan pada saat pembentukan kelompok dimana kelompok dibentuk secara dinamis agar tercipta interaksi efektif di antara peserta. Tim fasilitator memandu dan mendampingi peserta namun peserta yang menjadi penentu utama dalam mencapai hasil pelatihan. 2) Proses Pemanduan Secara umum pelatihan dipandu oleh fasilitator utama yang bertanggung jawab atas jalannya pelatihan. Agar peserta pelatihan dapat mengikuti pelatihan dengan baik maka peserta diminta membaca dan merujuk pada panduan pelatihan. Jika ada pertanyaan seputar metodologi yang sedang dan akan dipakai maka peserta diharapkan bertanya ke fasilitator. Jika ada perubahan pada manual pelatihan, fasilitator akan menginformasikan sebelum perubahan tersebut dilaksanakan. Sebelum pelatihan dimulai fasilitator akan mengajak peserta menyepakati kontrak pelaksanaan pelatihan yang berisi: 1) Peserta memulai dan mengakhiri pelatihan dalam satu kesatuan kelompok. 2) Peserta menghargai semua masukan dan pendapat dari peserta lain. 3) Peserta terbuka dalam memberi masukan dan komentar serta berperan aktif dalam diskusi. 4) Peserta menyampaikan pendapat berdasarkan persepsi dan pengalaman individu. 5) Tidak ada hukuman bagi peserta baik sebagai individu dan kelompok atas ekspresi dan pendapat yang disampaikan. 6) Peserta memutuskan dan/atau menyetujui serta mematuhi agenda dan jadwal pelatihan 7) Handphone akan dimatikan atau ditaruh pada moda silent 8) Menjawab panggilan telepon di luar ruangan Panduan Praktek Lapangan 1 (Menjual) Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan praktek penjualan yaitu sebagai berikut : 1. Memastikan kepada pihak tempat yang akan mejadi tempat praktek menjual mengenai jadwal kedatangan dan agenda yang akan dilakukan 2. Memastikan banner petunjuk tahapan-tahapan pembuatan jamban sudah terpasang di tiap-tiap pos praktek. 3. Memastikan peta sosial sudah tersedia. Peta sosial merupakan peta yang menunjukkan kondisi sosial suatu daerah. Pada pelatihan ini peta sosial memberikan informasi berapa rumah tangga yang belum meiliki jamban dan letaknya di dalam peta. Contoh peta sosial yang digunakan sebagai acuan praktek menjual bisa dilihat pada lampiran Memastikan transportasi untuk menuju tempat praktek penjualan 3. Memastikan konsumsi saat di lapangan 4. Memastikan kelengkapan peserta untuk pelatihan sesuai dengan arahan pada saat materi Persiapan Praktek Menjual 5. Memastikan jumlah peserta dan ketua tiap-tiap kelompok agar bertanggung jawab terhadap semua anggota kelompoknya 6. Saat tiba di tempat praktek menjual, harus diagendakan ada pertemuan antara panitia dan peserta dengan pihak desa sebagai bentuk apresiasi atas kesediaan menjadi tempat praktek menjual Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 15

24 7. Saat peserta melakukan praktek menjual, harus didampingi minimal satu fasilitator dari panitia 8. Untuk mempermudah pencarian sasaran untuk praktek menjual (keluarga yang belum mempunyai jamban) sangat disarankan untuk berkoordinasi dengan kepala desa setempat untuk melakukan pemetaan sosial. 9. Fasilitator yang mendampingi masing-masing kelompok harus memastikan waktu untuk praktek menjual sehingga dapat berjalan sesuai jadwal yang telah disepakati. 10. Setelah praktek selesai, fasilitator pendamping tim dibantu ketua kelompok memastikan kelengkapan jumlah anggota sebelum kembali ke tempat pelatihan (ruang kelas) Gambar 3.2 Proses Praktek Menjual 3.6 Panduan Praktek Lapangan 2 (Praktek Produksi dan Instalasi Jamban) Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan praktek produksi dan instalasi jamban yaitu sebagai berikut : 1. Memastikan kepada pihak tempat yang akan mejadi tempat praktek produksi dan instalasi jamban mengenai jadwal kedatangan dan agenda yang akan dilakukan. 2. Memastikan peralatan dan material untuk praktek produksi dan intalasi jamban sudah tersedia di tempat praktek. 3. Memastikan tukang yang akan membantu praktek sudah siap di lapangan. 4. Memastikan transportasi untuk menuju tempat praktek produksi dan instalasi jamban. 5. Memastikan konsumsi saat di lapangan. 6. Memastikan kelengkapan peserta untuk pelatihan sesuai dengan arahan pada saat materi Persiapan Praktek Produksi dan Instalasi Jamban. 7. Memastikan jumlah peserta dan ketua tiap-tiap kelompok agar bertanggung jawab terhadap semua anggota kelompoknya. 8. Saat praktek, satu kelompok akan berada pada satu pos yang telah ditentukan sebelumnya oleh panitia. Kelompok tersebut akan berada pada pos yang sama untuk melakukan proses produksi dan instalasi jamban mulai dari awal hingga akhir proses (tidak berpindah-pindah antar pos). 9. Saat peserta melakukan praktek produksi dan instalasi jamban, harus didampingi minimal satu fasilitator yang berpengalaman dalam proses instalasi jamban. Tugasnya yaitu untuk memastikan proses pembuatan jamban sesuai dengan standar pembuatan jamban sehat yang telah dijelaskan pada materi Pengenalan Produk dan Proses Instalasi. 10. Fasilitator yang mendampingi masing-masing kelompok harus memastikan waktu untuk praktek sehingga dapat berjalan sesuai jadwal yang telah disepakati (tidak molor). 11. Setelah praktek selesai, fasilitator pendamping tim dibantu ketua kelompok memastikan kelengkapan jumlah anggota sebelum kembali ke tempat pelatihan (ruang kelas). 16 Tahap Pelatihan

25 Berikut ini merupakan urutan proses instalasi jamban : 1 2 : Pengukuran & penggalian lubang untuk bak penampung dan resapan 3 4 : Persiapan cetakan: setel cetakan, pemberian oli dll 5 : Pemasangan cetakan pada lubang 6 : Pengecoran, perbandingan cor: 1 semen x 2 kerikil x 3 pasir 7 : Hasil cor dibiarkan sampai keras & padat (± 2 jam) 8 : Pelepasan cetakan 9 : Melakukan plester pada lobang bagian dalam dan seluruh permukaan cor : Pengecoran/pemasangan tutup termasuk pemasangan lubang udara dan dudukan kloset 12 : Serah terima, Jamban selesai dibuat Keseluruhan rangkaian proses tersebut dapat dilihat pada ilustrasi berikut : Gambar 3.3 Proses Produksi dan Instalasi Jamban Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 17

26 Berikut ini merupakan ilustrasi proses praktek produksi dan instalasi jamban : Gambar 3.4 Kegiatan Praktek Produksi dan Instalasi Jamban Tahap 1 praktek produksi dan instalasi jamban Persiapan peralatan cetakan buis beton Proses pencampuran material pasir dan semen Pemasangan cetakan pada lubang Pengecoran septic tank Proses pelepasan cetakan buis beton Tahap 2 praktek produksi dan instalasi jamban Proses pemasangan pipa 18 Tahap Pelatihan

27 Gambar 3.4 Kegiatan Praktek Produksi dan Instalasi Jamban (lanjutan) Pemasangan begesting bambu Pengecoran tutup septic tank Tahap 3 praktek produksi dan instalasi jamban Pemasangan cetakan dudukan kloset Pengecoran dan pemasangan kloset Pelepasan cetakan dudukan kloset Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 19

28 BAB IV PASCA PELATIHAN (MONITORING) Kegiatan monitoring yang dilakukan terdiri dari 2 macam, yaitu survey telepon dan pendampingan melalui kunjungan lapangan. 4.1 Survey Telepon Tujuan dari survey telepon adalah sebagai berikut : 1. Monitoring awal untuk menanyakan perkembangan bisnis sanitasi. 2. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam menjalankan bisnis sanitasi. Sebaiknya survey telepon ini dilakukan oleh pihak atau lembaga yang menyelenggarakan pelatihan wirausaha sanitasi dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan tempat para pengusaha sanitasi berasal. SOP Pelaksanaan Survey Telepon : Persiapan : 1. Siapkan data yang dibutuhkan : a. Biodata provider sanitasi yang akan disurvey b. Daftar pertanyaan (bisa dilihat pada lampiran 6a) dan format pertanyaan (bisa dilihat pada lampiran 6b) c. Alat komunikasi (handphone atau telepon), pastikan saldo pulsa masih mencukupi. Untuk penghematan keuangan, usahakan nomor operator yang menyesuaikan dengan operator responden (provider sanitasi). 2. Rencanakan waktu kapan akan menghubungi responden. Waktu paling efektif untuk menelepon yaitu di luar jam kerja terutama pada saat hari libur. Jika pada hari kerja, waktu yang efektif yaitu sekitar pukul ke atas. Proses Telepon : Setelah berhasil tersambung dan diangkat oleh responden (provider sanitasi), langkah-langkah yang dilakukan yaitu : A. Sebelum melakukan wawancara : Perkenalkan diri secara ramah dan sopan. Sampaikan tujuan telepon secara jelas dan singkat kepada responden. 20 Pasca Pelatihan (Monitoring)

29 Mintalah terlebih dahulu kesediaan responden untuk diwawancarai. Jika responden belum bersedia diwawancarai karena kesibukan tertentu, buatlah janji untuk menghubungi di lain waktu. Jangan paksa responden untuk melakukan wawancara saat sedang sibuk. B. Saat wawancara : Jangan tinggalkan suatu pertanyaan sebelum memperoleh jawaban secara cukup. Jangan menduga-duga. Jangan menganggap bahwa jika responden berbicara banyak berarti secara otomatis suatu wawancara sudah tercapai. Dengarkan secara kritis jawaban-jawaban tersebut dan harus yakin bahwa jawaban tersebut sudah jelas. Jangan puas dengan jawaban Saya tidak tahu kecuali sudah yakin bahwa responden benarbenar tidak tahu. Buat pertanyaan-pertanyaan pancingan untuk meyakinkan bahwa responden benar-benar tidak tahu. Usahakan agar responden bercerita. Jika responden membicarakan hal-hal yang tidak relevan dengan pertanyaan, arahkan pembicaraan kembali ke inti pertanyaan. Jangan memberikan pendapat meskipun sedang menanyakan tentang apa yang sedang ditanyakan. Pendapat surveyor dapat mempengaruhi kemurnian jawaban responden. Hindari memberi saran/anjuran atas jawaban dai suatu pertanyaan. Jawaban responden diharapkan mencerminkan reaksinya sendiri tidak terpengaruh oleh pewawancara atau pihakpihaka lain yang mungkin hadir pada saat wawancara berlangsung. Lihat kembali daftar pertanyaan setiap selesai melakukan wawancara untuk meyakinkan apakah semua pertanyaan sudah ditanyakan Teknik Wawancara : A. Probing Kualitas dari wawancara ditentukan oleh kemampuan pewawancara berkomunikasi dan kritis. Salah satu aspek yang menarik dan penting dari tugas wawancara adalah probing. Probing adalah seni dalam mencari informasi tambahan dengan cara menggali informasi lebih mendalam. Hal hal yang harus dihindari saat probing adalah kesan yang memojokkan responden, jangan bernada interogasi seperti polisi menginterogasi pencuri. Jenis Jenis Probing : Mengulangi pertanyaan Surveyor mengulangi pertanyaan sekali lagi karena bisa jadi responden tidak mendengar pertanyaan secara utuh atau kehilangan titik penting dari pertanyaan. Mungkin surveyor terlalu cepat saat membacakan pertanyaan. Ulangi sekali lagi pertanyaan agak pelan dengan intonasi yang tepat sampai responden mengerti apa maksud dari pertanyaan yang dibacakan pewawancara Mengulangi jawaban responden Terkadang dengan mengulangi jawaban dari responden dapat merangsang pemikiran lebih jauh dari responden sehingga mendapat jawaban yang sesuai dengan tujuan pertanyaan. Menggunakan pertanyaan pancingan yang netral Seperti Bagaimana, Apa yang anda maksud, Mengapa memiliki pikiran seperti itu atau pertanyaan lainnya. Mohon penjelasan Pewawancara boleh menyatakan belum memahami jawaban dari responden, maka meminta responden menjelaskan kembali. B. Menghadapai jawaban Saya Tidak Tahu Salah satu jawaban yang menggambarkan tanggapan responden yang meragukan adalah jawaban tidak tahu. Jawaban tersebut dapat berarti salah satu dari berikut ini: Responden tidak mengerti apa yang ditanyakan Mungkin cara surveyor membaca pertanyaan tidak jelas (terlalu pelan atau tidak lancar) atau kalimat pertanyaan tidak jelas sehingga responden sukar mengerti. Jika terjadi demikian maka surveyor harus menanyakan sekali lagi tetapi lebih lambat dan dengan tekanan yang benar bila diperlukan atau bisa mengubah maksud dan tujuan pokok pertanyaan tersebut. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 21

30 Responden sedang memikirkan pertanyaan itu dan mengatakan saya tidak tahu untuk mengisi kesunyiaan dan guna memperoleh waktu untuk berfikir. Pewawancara harus sensitif terhadap kemampuan responden dan mengubah teknik bertanya sesuai dengan kemampuannya, harus sabar dan memberi waktu yang cukup untuk responden berpikir. Responden bisa jadi tidak tahu atau ia tidak memiliki pendapat. Penggunaan beberapa teknik mungkin membantu surveyor untuk menentukan kenyataan dan kesungguhan bahwa responden tidak tahu. Mengakhiri Wawancara Setelah semua pertanyaan telah dijawab oleh responden dan semua informasi yang dibutuhkan telah diperoleh, maka proses wawancara bisa diakhiri. Berikut langkah-langkah mengakhiri proses wawancara : 1. Meminta kesediaan responden untuk dihubungi lagi jika suatu saat nanti ada hal yang perlu ditanyakan. 2. Mengucapkan terima kasih atas waktu yang diberikan. 3. Mengakhiri dengan salam. 4.2 Coaching Melalui Kunjungan Lapangan Setelah dilakukan survey telepon, untuk lebih mengetahui detail perkembangan dari para provider sanitasi maka diperlukan coaching atau pendampingan melalui kunjungan lapangan. Pada kunjungan lapangan ini yang dilakukan adalah sebagai berikut : º Mengamati secara langsung perkembangan usaha sanitasi di lokasi provider. º Mendiskusikan masalah yang dihadapi dan membantu mencarikan solusinya º Mencari fakta temuan menarik di lapangan º Mendokumentasikan fakta di lapangan Daftar persiapan untuk monitoring lapangan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : 1. Rencana narasumber yang wajib dikunjungi saat survey lapangan : b. Kasi PL Dinas Kesehatan c. Provider (Pengusaha Sanitasi) d. Pelanggan ( yang sudah membangun, akan membangun dan belum membangun) e. Stakeholder penting (perangkat desa, bidan, tokoh masyarakat, toko material dan lain-lain) 2. Instrumen yang diperlukan : a) Peta rencana monitoring (contoh peta rencana monitoring terdapat pada halaman 30) b) Daftar pertanyaan (lampiran 7) c) Business plan hasil pelatihan d) Form penilaian pengusaha sanitasi (lampiran 8) e) Form penilaian stakeholder (lampiran 9) f ) Dokumentasi, meliputi : i. Temuan menarik ii. Kantor usaha iii. Jamban sehat yg sudah dibangun iv. Peralatan v. Inventory bahan vi. Media promosi (Papan nama, kartu nama, spanduk dll) vii. Peta desa viii. Jejaring Usaha ix. Dan hal-hal lain yg berkaitan dengan usaha 22 Pasca Pelatihan (Monitoring)

31 Berikut ini merupakan ilustrasi kegiatan coaching melalui kunjungan lapangan : Gambar 4.3 Proses Coaching Melalui Kunjungan Lapangan Proses coaching kepada provider Proses diskusi dengan customer Kunjungan dan diskusi dengan kasi PL Proses diskusi dengan pemilik toko material Proses diskusi dengan pengusaha sedot wc Proses diskusi dengan karang taruna Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Wirausaha Sanitasi 23

Disusun oleh Tim Pemasaran Sanitasi WSP EAP - Indonesia BUKU PANDUAN. Pengembangan dan Penggunaan Modul Pelatihan Wirausaha Sanitasi

Disusun oleh Tim Pemasaran Sanitasi WSP EAP - Indonesia BUKU PANDUAN. Pengembangan dan Penggunaan Modul Pelatihan Wirausaha Sanitasi Disusun oleh Tim Pemasaran Sanitasi WSP EAP - Indonesia BUKU PANDUAN Pengembangan dan Penggunaan BUKU PANDUAN Pengembangan dan Penggunaan Ver.. 1.0 Disusun oleh Tim Pemasaran Sanitasi WSP-EAP Indonesia

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan

Lebih terperinci

01 PEMBUKAAN DAN ORIENTASI BELAJAR

01 PEMBUKAAN DAN ORIENTASI BELAJAR 01 PEMBUKAAN DAN ORIENTASI BELAJAR Tujuan Modul : 1. Peserta mengetahui komitmen pemerintah dalam mendukung pelaksanaan dan kesinambungan Program STBM khususnya yang terkait upaya pengembangan potensi

Lebih terperinci

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ekonomi dan Ketenagakerjaan untuk menciptakan Lapangan Kerja Produktif LOKAKARYA April 2011 SURABAYA

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ekonomi dan Ketenagakerjaan untuk menciptakan Lapangan Kerja Produktif LOKAKARYA April 2011 SURABAYA LOKAKARYA Analisa Diagnostik Ekonomi dan Ketenagakerjaan untuk menciptakan Lapangan Kerja Produktif 0405 April 2011 SURABAYA PANDUAN LOKAKARYA Desain Proses: Endro Catur Fasilitator: Janti Gunawan Endro

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH

PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH 1. Pendahuluan Induksi merupakan tahap penting dalam Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB) bagi seorang guru. Program Induksi Guru

Lebih terperinci

LOKAKARYA KESLING DESA

LOKAKARYA KESLING DESA MODUL: LOKAKARYA KESLING DESA I. DESKRIPSI SINGKAT U ntuk mewujudkan lingkungan perumahan yang sehat harus memperhatikan lokasi, kualitas tanah dan air tanah, kualitas udara ambien, kebisingan, getaran

Lebih terperinci

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK 00 LATAR BELAKANG Social Mapping, Pemetaan Sosial atau Pemetaan Masyarakat yang dilakukan oleh anak dimaksudkan sebagai upaya anak menyusun atau memproduksi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

INFORMASI PRA KEGIATAN PELATIHAN PEKERTI DAN AA

INFORMASI PRA KEGIATAN PELATIHAN PEKERTI DAN AA INFORMASI PRA KEGIATAN PELATIHAN PEKERTI DAN AA Contact Person : Matari 085230063681 Agung 085259128331 Santi 082132313221 PELAKSANA KEGIATAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI LINGKUNGAN KOPERTIS WILAYAH VII

Lebih terperinci

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama

Lebih terperinci

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan LOKAKARYA APRIL 2011 AMBON, MALUKU. Desain Proses: Endro Catur

PANDUAN LOKAKARYA. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan LOKAKARYA APRIL 2011 AMBON, MALUKU. Desain Proses: Endro Catur LOKAKARYA Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan 1113 APRIL 2011 AMBON, MALUKU PANDUAN LOKAKARYA Desain Proses: Endro Catur Fasilitator: Janti Gunawan Endro Catur Lucky Ferdinand Lumingkewas A. Pendahuluan

Lebih terperinci

PELATIHAN BUSNINESS PLAN: PENINGKATAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PELAKU USAHA DI PROVINSI PAPUA

PELATIHAN BUSNINESS PLAN: PENINGKATAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PELAKU USAHA DI PROVINSI PAPUA PELATIHAN BUSNINESS PLAN: PENINGKATAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PELAKU USAHA DI PROVINSI PAPUA 1. Pendahuluan Sejarah perempuan Papua tampak adalah sejarah pergumulan yang dinamis & dialektis. Dulu di era

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN SUPERVISI SATUAN PAUD DAN DIKMAS

PANDUAN PELAKSANAAN SUPERVISI SATUAN PAUD DAN DIKMAS PANDUAN PELAKSANAAN SUPERVISI SATUAN PAUD DAN DIKMAS PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT JAWA BARAT 2017 KATA PENGANTAR Pengembangan Satuan Pendidikan PAUD dan Dikmas

Lebih terperinci

KKN Terintegrasi Multisektoral BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN 2018

KKN Terintegrasi Multisektoral BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN 2018 BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN KKN Terintegrasi Multisektoral PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS KKN Terintegrasi Multi Sektoral BAB

Lebih terperinci

Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT)

Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) Disampaikan pada perkuliahan Pengembangan Masyarakat di FKM USU Senin/Tanggal 26 Mei 2014. Pelaksanaan FGD/DKT perlu

Lebih terperinci

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI 2013 Tangga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manjilala

PENDAHULUAN. Manjilala PENDAHULUAN Manjilala www.gizimu.wordpress.com PENDAHULUAN Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan

Lebih terperinci

ACCESS. Profil Masyarakat Petunjuk. 5 Sesi :

ACCESS. Profil Masyarakat Petunjuk. 5 Sesi : ACCESS Profil Masyarakat Petunjuk 5 Sesi : 1. Analisa Organisasi Pengelola 2. Analisa Pengambilan Keputusan: Matrik Pengambilan Keputusan 3. Analisa Partisipasi : Matrik Partisipasi 4. Analisa Hubungan

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN 11/4/2010 [DAFTAR ISI] KATA PENGANTAR...3 CARA MENGGUNAKAN BUKU INI...4 PELAKSANAAN PELATIHAN MASYARAKAT...8

Lebih terperinci

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN KEGIATAN KONFERENSI FORUM ANAK JAWA TENGAH TAHUN 2015 I. PENDAHULUAN

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN KEGIATAN KONFERENSI FORUM ANAK JAWA TENGAH TAHUN 2015 I. PENDAHULUAN KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN KEGIATAN KONFERENSI FORUM ANAK JAWA TENGAH TAHUN 2015 I. PENDAHULUAN Forum Anak Jawa Tengah (FAN ) telah dibentuk sejak tahun 2009 sebagai wadah bagi anak di tingkat Provinsi

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) BIMBINGAN TEKNIS MENYUSUN STRATEGIC BUSINESS PLAN RUMAH SAKIT

TERM OF REFERENCE (TOR) BIMBINGAN TEKNIS MENYUSUN STRATEGIC BUSINESS PLAN RUMAH SAKIT Kantor : Jl. Taman Sri Rejeki Timur III N0. 39 Semarang, Jawa Tengah 5049 Telp. / Fax : (04) 7645 Email : info@brainmanagement.org Web : www.brainmanagement.org TDP :.0.3.46.077 TERM OF REFERENCE (TOR)

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan alat manajemen untuk meningkatkan transparansi perencanaan dan

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Kick Off Meeting, Internalisasi dan Penyamaan Persepsi PPSP Kab. Wakatobi Wanci, 3 April 2013

Laporan Kegiatan Kick Off Meeting, Internalisasi dan Penyamaan Persepsi PPSP Kab. Wakatobi Wanci, 3 April 2013 Laporan Kegiatan Kick Off Meeting, Internalisasi dan Penyamaan Persepsi PPSP Kab. Wakatobi Wanci, 3 April 2013 Muhammad Dikman Maheng Provincial Facilitator Teknis (PF AT) Program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

Pendaftaran di Dusun/RW oleh Siapapun

Pendaftaran di Dusun/RW oleh Siapapun Pendaftaran di Dusun/RW oleh Siapapun Manual untuk Fasilitator dan Pewawancara Daftar Isi I. Persiapan dan Sosialisasi... 2 1. Koordinasi (liaising) dengan Kepala Desa/Lurah... 2 2. Pelaksanaan Pertemuan

Lebih terperinci

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Fasilitasi menjelaskan proses membawa satu kelompok melalui cara pembelajaran, atau berubah dengan cara yang mendorong semua anggota kelompok tersebut, untuk berpartisipasi.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku.

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku. KODE UNIT : KOM.PR03.001.01 JUDUL UNIT : Melaksanakan Master of Ceremony DESKRIPSI UNIT : Unit ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki untuk menjadi seorang Master

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN TRAINING OF TRAINER (TOT) STBM BAGI KOORDINATOR STBM PROVINSI DAN FASILITATOR STBM KABUPATEN/KOTA PROGRAM PAMSIMAS II TA 2014

KERANGKA ACUAN KEGIATAN TRAINING OF TRAINER (TOT) STBM BAGI KOORDINATOR STBM PROVINSI DAN FASILITATOR STBM KABUPATEN/KOTA PROGRAM PAMSIMAS II TA 2014 KERANGKA ACUAN KEGIATAN TRAINING OF TRAINER (TOT) BAGI KOORDINATOR PROVINSI DAN FASILITATOR KABUPATEN/KOTA PROGRAM PAMSIMAS II TA 2014 1. Latar Belakang Program Pamsimas II merupakan kelanjutan dari Program

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA Ibu Nomor : UM.01.11.ca/Pamsimas/12 Jakarta, 1 Februari 2012 Lampiran : 1 (satu) set Kepada Yth: (Daftar Terlampir) di T e m p a t KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA D I R E K T

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 2011 Daftar Isi Bagian 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN KUNJUNGAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 07/PUI/P-Teknis/Litbang/2016

PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN KUNJUNGAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 07/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN KUNJUNGAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016 Nomor : 07/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN. Rapat Kerja Teknis Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

BUKU PANDUAN. Rapat Kerja Teknis Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 BUKU PANDUAN Rapat Kerja Teknis Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Rapat Kerja Teknis TKPK Tahun 2015 Memanfaatkan Data dan Inovasi Kebijakan untuk Mengurangi Kemiskinan Rapat Kerja Teknis

Lebih terperinci

PELATIHAN Desain dan Perencanaan Program Pembangunan Sosial (Menggunakan Kerngka Logframe, Logic model, Theory of Change) November 2016

PELATIHAN Desain dan Perencanaan Program Pembangunan Sosial (Menggunakan Kerngka Logframe, Logic model, Theory of Change) November 2016 PELATIHAN Desain dan Perencanaan Program Pembangunan Sosial (Menggunakan Kerngka Logframe, Logic model, Theory of Change) 22 25 November 2016 If you fail to plan, you are planning to fail... (Benjamin

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Tahapan Pemetaan Swadaya

Tahapan Pemetaan Swadaya Langkah Satu : Persiapan Agar proses Pemetaan Swadaya memperoleh hasil yang optimal, dan memperkecil resiko kegagalan, serta mempermudah pelaksanaan di lapangan, maka perlu persiapan yang baik. Di bawah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP Waktu : 3 jam 45 menit A. Pendahuluan Pada paket pelatihan

Lebih terperinci

PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF

PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF 18 PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF TUJUAN Mengalami hearing dalam situasi yang sebenarnya. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk mendukung penyusunan PERDA. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk perbaikan

Lebih terperinci

Pendaftaran di Kecamatan oleh Siapapun

Pendaftaran di Kecamatan oleh Siapapun Pendaftaran di Kecamatan oleh Siapapun Manual untuk Fasilitator dan Pewawancara Daftar Isi I. Persiapan dan Sosialisasi... 2 1. Koordinasi (liaising)... 2 a. Koordinasi dengan Camat... 2 b. Koordinasi

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 i Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 LPPKS INDONESIA 2013 ii Pelaksanaan In-Service Learning 1 Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP

KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP I. LATAR BELAKANG Usaha mendorong kemandirian dan kemitraan masyarakat bersama Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Banyubiru 01 di Dusun Kampung Rapet, Desa Banyubiru, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.

Lebih terperinci

Pelatihan. Fasilitator Masyarakat. untuk. Tahun Oleh: Rianingsih Djohani. Ria Djohani. 1

Pelatihan. Fasilitator Masyarakat. untuk. Tahun Oleh: Rianingsih Djohani. Ria Djohani. 1 an untuk Fasilitator Masyarakat Oleh: Rianingsih Djohani Tahun 2011 Ria Djohani. 1 PELATIHAN untuk FASILITATOR MASYARAKAT Tujuan umum: mengembangkan fasilitator proses pemberdayaan warga untuk pengelolaan

Lebih terperinci

ANALISA KOMUNITAS. Kelompok sasaran: Alat dan bahan: Rencana fasilitasi. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit.

ANALISA KOMUNITAS. Kelompok sasaran: Alat dan bahan: Rencana fasilitasi. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit Pengantar: ANALISA KOMUNITAS Aktivitas belajar ini tepat diberikan kepada kelompok yang mau menyusun rencana kegiatan atau yang mau memfasilitasi perencanaan

Lebih terperinci

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita 306.874 3 Ind p Departemen Kesehatan Republik Indonesia PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita Untuk Petugas Kesehatan BUKU PANDUAN PESERTA DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1 PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH TAHUN 2012 LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2011 i Pelaksanaan

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT 1/1/2010 PENINGKATAN KUALITAS PENGADAAN BARANG DAN JASA DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN [DAFTAR ISI] KATA PENGANTAR... 3 CARA MENGGUNAKAN BUKU INI... 4 PELAKSANAAN PELATIHAN

Lebih terperinci

CATATAN MONEV WORKSHOP SINKORNISASI BLUE PRINT UJI KOMPETENSI PERAWAT LULUSAN JENJANG DIPLOMA III DAN NERS

CATATAN MONEV WORKSHOP SINKORNISASI BLUE PRINT UJI KOMPETENSI PERAWAT LULUSAN JENJANG DIPLOMA III DAN NERS CATATAN MONEV WORKSHOP SINKORNISASI BLUE PRINT UJI KOMPETENSI PERAWAT LULUSAN JENJANG DIPLOMA III DAN NERS Jakarta, 4-5 Mei 2012 Catatan Umum Kegiatan : Acara yang dijadwalkan untuk dimulai pada pukul

Lebih terperinci

kebijakan yang menyebutkan pengembangan masyarakat dan desa dalam kerangka desentralisasi pembangunan. Namun kenyataannya, masyarakat, desa dan

kebijakan yang menyebutkan pengembangan masyarakat dan desa dalam kerangka desentralisasi pembangunan. Namun kenyataannya, masyarakat, desa dan LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI DAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN TERPADU ANTAR DESA (PPTAD) DALAM RANGKA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT (PKPBM) TAHUN 2012 KEGIATAN Fasilitasi

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAHASAN DAN PERUMUSAN SISTEM INFORMASI HIDROLOGI, HIDROMETEOROLOGI DAN HIDROGEOLOGI (SIH3)PADA WILAYAH SUNGAI OLEH TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR (TKPSDA) SUB DIREKTORAT

Lebih terperinci

PEMBUATAN TOILET KERING

PEMBUATAN TOILET KERING MODUL: PEMBUATAN TOILET KERING I. DESKRIPSI SINGKAT S anitasi menunjukkan tingkat kebersihan dalam menangani limbah WC yaitu feces dan urin yang diproduksi semua orang setiap hari. Hal ini tercermin dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 2 F12 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Memahami Pemetaan Swadaya 1 Kegiatan 1: Diskusi

Lebih terperinci

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa Pemilu BKM 3 Minta salah seorang warga menjelaskan tentang hasil FGD Kelembagaan dan FGD Kepemimpinan yang telah dilakukan pada siklus PS, terutama berkaitan dengan: (1) kriteria-kriteria lembaga komunitas

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran N

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran N No.852, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNP2TKI. KKBM. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2017 TENTANG KOMUNITAS KELUARGA BURUH MIGRAN

Lebih terperinci

Tim Pendampingan PUAP BPTP Jatim

Tim Pendampingan PUAP BPTP Jatim Workshop Penumbuhan LKM-A pada Gapoktan PUAP di Jawa Timur 29-30 Agustus 2012 Di Hotel Pelangi Malang Oleh: Tim Pendampingan PUAP BPTP Jatim Pendahuluan Menurut definisinya, workshop atau lokakarya bisa

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) PKM 5 BIDANG

MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) PKM 5 BIDANG 9 9.1 Pendahuluan MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) PKM 5 BIDANG Pelaksanaan monev merupakan bagian tak terpisahkan dari hibah PKM 5 bidang. Monev PKM dijalankan untuk mengetahui sejauhmana penerima hibah

Lebih terperinci

Fighting Inequality for Better Growth

Fighting Inequality for Better Growth Panduan Sesi IDF 2017 Indonesia Development Forum 2017 Fighting Inequality for Better Growth Jakarta, 9-10 August 2017 PANDUAN SESI IDF 2017 Daftar Isi 1. Pembagian acara a. Sesi pleno b. Sesi parallel

Lebih terperinci

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi Profil LSP KPK Dalam upaya mendukung percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia agar lebih efektf, profesional, dan berdampak, KPK membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang bersifat indenpenden.

Lebih terperinci

PEDOMAN PELATIHAN MASYARAKAT

PEDOMAN PELATIHAN MASYARAKAT PEDOMAN PELATIHAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR Dalam rangka memberdayakan masyarakat khususnya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan masyarakat sasaran, salah satunya dengan kegiatan pelatihan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN

PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN Konsep Pengembangan Inkubator Bisnis disusun berdasarkan pengalaman dari berbagai inkubator yang disurvei dan studi literatur atas pelaksanaan praktek terbaik

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

PANDUAN DISKUSI MENYUSUN RENCANA USAHA DAN KESIAPAN KERJA

PANDUAN DISKUSI MENYUSUN RENCANA USAHA DAN KESIAPAN KERJA PANDUAN DISKUSI MENYUSUN RENCANA USAHA DAN KESIAPAN KERJA Tujuan Peserta mampu mengidentifikasi dirinya apakah minat untuk melakukan usaha atau sebagai pekerja/karyawan/buruh Peserta mampu menyusun rencana

Lebih terperinci

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia Panduan EDS Kepala Sekolah Dokumen ini diperuntukkan bagi PTK dan Siswa KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Tipe A: pengembangan bahan ajar multimedia, dengan dana hibah sebesar Rp ,00 bagi 15 pemenang

Tipe A: pengembangan bahan ajar multimedia, dengan dana hibah sebesar Rp ,00 bagi 15 pemenang Panduan HIBAH PENINGKATAN E-LEARNING UGM 2016 Pusat Inovasi dan Kajian Akademik Universitas Gadjah Mada Ikhtisar Pemanfaatan e-learning sebagai salah satu penunjang pembelajaran saat ini telah berkembang

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI Improved Latrine/Jamban Layak sesuai dengan MDG termasuk WC siram/leher angsa yang tersambung ke pipa pembuangan limbah (sewer), - septic tank, atau lubang, WC cubluk dengan

Lebih terperinci

UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS

UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS Pendahuluan Dalam banyak kesempatan, ide-ide perubahan pembelajaran telah dikenalkan. Akan tetapi, ide tersebut seakan-akan hanya

Lebih terperinci

BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK) TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG PERPUSTAKAAN TINGKAT PENGELOLA

BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK) TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG PERPUSTAKAAN TINGKAT PENGELOLA 1 PEDOMAN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK) TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG PERPUSTAKAAN TINGKAT PENGELOLA DIREKTORAT KARIR DAN KOMPETENSI SDM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KODE ETIK REVIEWER MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL (MONEVIN) PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK)

KODE ETIK REVIEWER MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL (MONEVIN) PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK) KODE ETIK REVIEWER MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL (MONEVIN) PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK) UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2006 PETUNJUK: Dengan mempergunakan skala 1 5 berikut, mohon dituliskan nomor sesuai

Lebih terperinci

PB 5. Pembangunan Desa Dan Partisipasi Masyarakat

PB 5. Pembangunan Desa Dan Partisipasi Masyarakat PB 5 Pembangunan Desa Dan Partisipasi Masyarakat SPB 5.1 Peran Masyarakat Dalam Musyawarah Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan Musyawarah Desa sebagai bentuk

Lebih terperinci

no ep sk a b SK Kepala Puskesmas menjalin komunikasi dengan masyarakat c c d e f a b

no ep sk a b SK Kepala Puskesmas menjalin komunikasi dengan masyarakat c c d e f a b no ep sk 1.1.1.a SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan 1.1.1.b 1.1.1.c 1.1.1.c SK Kepala Puskesmas menjalin komunikasi dengan masyarakat 1.1.1.d 1.1.1.e 1.1.1.f 1.1.2.a 1.1.2.b 1.1.2.c 1.1.3.a 1.1.3.b 1.1.3.c

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) BIMBINGAN TEKNIS COST CONTAINMENT RUMAH SAKIT

TERM OF REFERENCE (TOR) BIMBINGAN TEKNIS COST CONTAINMENT RUMAH SAKIT Kantor : Jl. Taman Sri Rejeki Timur III N0. 39 Semarang, Jawa Tengah 5049 Telp. / Fax : (04) 7645 Email : info@brainmanagement.org Web : www.brainmanagement.org NPWP : 08.799.467.9-503.000 TERM OF REFERENCE

Lebih terperinci

Panduan Teknis Pra-Musrenbang Kelurahan Percontohan

Panduan Teknis Pra-Musrenbang Kelurahan Percontohan Kata Pengantar Puji syukur dipanjatkan ke khadirat Alloh SWT, berkat ridha serta petunjuknya bahwa Panduan Teknis Pra Musrenbang tahun 2015 telah selesai dan disajikan. Panduan Teknis Pra Musrenbang tahun

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

Praktak Hearing Dengan Eksekutif

Praktak Hearing Dengan Eksekutif MODUL 18 Praktak Hearing Dengan Eksekutif TUJUAN Mengalami hearing dalam situasi yang sebenarnya. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk mendukung penyusunan PERDA. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk

Lebih terperinci

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

KODE UNIT : O JUDUL UNIT KODE UNIT : O.842340.046.01 JUDUL UNIT : Mengelolapelayanan shelter DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini menjelaskan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dipersyaratkan untuk Manajer Hunian / shelter.

Lebih terperinci

Hibah Pengembangan e-learning Universitas Gadjah Mada Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) Universitas Gadjah Mada

Hibah Pengembangan e-learning Universitas Gadjah Mada Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) Universitas Gadjah Mada Kerangka Acuan Kegiatan Hibah Pengembangan e-learning Universitas Gadjah Mada 2017 Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) Universitas Gadjah Mada 1 K erangka Acuan Hibah e- Learning UGM Ikhtisar Pemanfaatan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

panduan praktis Edukasi Kesehatan

panduan praktis Edukasi Kesehatan panduan praktis Edukasi Kesehatan 01 02 panduan praktis Edukasi Kesehatan Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang

Lebih terperinci

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT PAMSIMAS II: Komponen Kesehatan Direktur Penyehatan Lingkungan Disampaikan Pada Rapat Koordinasi Regional 3 Denpasar, Bali 29 Sept

Lebih terperinci

TAHAPAN DAN AKTIVITAS PENYELENGGARAAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. Penanggung Jawab Persiapan Pelatihan

TAHAPAN DAN AKTIVITAS PENYELENGGARAAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. Penanggung Jawab Persiapan Pelatihan No. Tahap Pelaksanaan TAHAPAN DAN AKTIVITAS PENYELENGGARAAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI Kegiatan Output Penanggung Jawab 1 2 3 4 5 1. Persiapan Pelatihan 1. Membentuk tim pelaksana 2. Rapat-rapat persiapan

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia Latar Belakang Sejak pertama kali kasus HIV ditemukan di Indonesia

Lebih terperinci

Analisa Tujuan Pembelajaran Pelatihan VCA dan PRA untuk Pelatih

Analisa Tujuan Pembelajaran Pelatihan VCA dan PRA untuk Pelatih Analisa Tujuan Pembelajaran dan untuk Pelatih Kompetensi Tujuan Pembelajaran Indikator Materi Belajar 1. Memahami konsep dasar dan Vulnerability and Capacity Assessment () atau asesmen kerentanan dan kapasitas

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Kendari adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pengembangan sanitasi secara komprehensif yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BANGUNAN FUNGSI HUNIAN ATAU PERDAGANGAN RAMAH LINGKUNGAN

BANGUNAN FUNGSI HUNIAN ATAU PERDAGANGAN RAMAH LINGKUNGAN KERANGKA ACUAN KERJA LOMBA DESAIN ARSITEKTUR BANGUNAN FUNGSI HUNIAN ATAU PERDAGANGAN RAMAH LINGKUNGAN KEGIATAN PENYEBARLUASAN INFORMASI PIP2B KAMPANYE EDUKASI BIDANG PBL TAHUN ANGGARAN 2016 1 KAK Sayembara

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) BUKU 2 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA PANDUAN MAGANG PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA 2017 Kata Pengantar Mulai Semester Ganjil 2017/2018 magang menjadi mata kuliah wajib di Prodi

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM

PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM HELMI SURYA 24006305 PARTISIPASI Proses di mana berbagai stakeholder mempengaruhi dan berbagi kontrol atas berbagai inisiatif pembangunan Proses dengan pendekatan

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA (PMW) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TAHUN Tim Penyusun: Divisi PMW IWJC Tim PMW Unesa

PANDUAN PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA (PMW) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TAHUN Tim Penyusun: Divisi PMW IWJC Tim PMW Unesa PANDUAN PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA (PMW) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TAHUN 2017 Tim Penyusun: Divisi PMW IWJC Tim PMW Unesa DIVISI PMW BIDANG KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2017 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

Lampiran Surat No : UM ca/Pamsimas/38 Tanggal 11 April 2012

Lampiran Surat No : UM ca/Pamsimas/38 Tanggal 11 April 2012 Lampiran Surat No : UM.01.12.ca/Pamsimas/38 Tanggal 11 April 2012 Daftar Undangan Acara Training of Trainers Keberlanjutan Program Pamsimas Kepada Yth. I. Sumatera Barat : 1. Koordinator Trainer PMAC Sumbar

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

- 524-1. Standar Pelayanan Pengkoordinasian Penyusunan Acara dan Pelaksanaan Keprotokolan Menteri Sekretaris Negara

- 524-1. Standar Pelayanan Pengkoordinasian Penyusunan Acara dan Pelaksanaan Keprotokolan Menteri Sekretaris Negara - 524 - C. Biro Tata Usaha 1. Standar Pelayanan Pengkoordinasian Penyusunan Acara dan Pelaksanaan Keprotokolan Menteri Sekretaris Negara STANDAR PELAYANAN PENGKOORDINASIAN PENYUSUNAN ACARA DAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUSKESMAS ITEM INSTRUMEN 1 Apakah ada SK Jenis jenis Pelayanan sesuai dengan prioritas

BAB I PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUSKESMAS ITEM INSTRUMEN 1 Apakah ada SK Jenis jenis Pelayanan sesuai dengan prioritas INSTRUMEN KAJI BANDING BAB I PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUSKESMAS NO ITEM INSTRUMEN 1 Apakah ada SK Jenis jenis Pelayanan sesuai dengan prioritas 2 Apakah tersedia informasi tentang jenis pelayanan 3 Apakah

Lebih terperinci