Identifikasi Korban Post Mortem yang Dipastikan oleh Laporan Operasi Ante Mortem

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Identifikasi Korban Post Mortem yang Dipastikan oleh Laporan Operasi Ante Mortem"

Transkripsi

1 LAPORAN KASUS Identifikasi Korban Post Mortem yang Dipastikan oleh Laporan Operasi Ante Mortem Alfred C. Satyo Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Abstrak: Identifikasi korban J.S. yang mengalami pembusukan lanjut dapat dibantu oleh keluarga terdekat dengan mengungkapkan adanya 11 (sebelas) osteoma di kepala dan dipastikan oleh laporan operasi ante mortem yang dilakukan di Amerika Serikat 24 Agustus Abstract: The body of Mr. J.S. with advance putrifiction could be identify with the assistance of his nearby family due of 11 osteomas on the head. Identification had been confirmed by an operation report that had been done on August 24, 1998 at a Hospital Center in the United States of America. PENDAHULUAN Pada hari Minggu tanggal 3 September 2000, 5 (lima) sosok jenazah ditemukan di desa Naga Lingga, Kec. Tanah Karo, Sumatera Utara. Pada hari Senin tanggal 4 September 2000, kelima jenazah dievakuasi ke RSUD Dr. Pirngadi Medan dan pada hari Selasa tanggal 5 September 2000 jam 11:00 WIB dilakukan pemeriksaan luar dan dalam. Kelima korban telah mengalami pembusukan lanjut. Kelimanya merupakan dewasa muda yang usianya berkisar antara tahun, dan cara kematiannya mempunyai kemiripan dengan banyak tusukan benda tajam pada dada dan perut. Dari kelima kasus Mr. X1, Mr. X2, Mr. X3, Mr. X4 dan Mr. X5, maka kasus Mr. X3 merupakan laporan kasus dari tulisan ini. Kasus mengalami pemeriksaan luar dan dalam yang lengkap disertai konsultasi dokter gigi. Kasus Mr. X3 dapat dikonfirmasi sebagai J.S. setelah pemeriksaan dan diskusi sesama tim pemeriksa dan tim konsultasi serta allo-anamnesa dengan keluarga dekat korban. Pemeriksaan jaringan DNA belum dilakukan karena beberapa kendala, namun operation record dari E. Hospital Center di USA yang dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1998 telah menyokong pemeriksaan forensik pada kasus ini. Ternyata laporan operasi yang dibuat dengan baik, khususnya kasus-kasus langka dapat membantu identifikasi korban yang telah mengalami pembusukan lanjut. PEMERIKSAAN LUAR Korban Mr. X3, laki-laki, dikirim oleh polisi dalam keadaan ditutupi 2 (dua) goni plastik yang masing-masing panjangnya 107 cm dan 204 Korban dikemas dalam kantong plastik hitam yang panjangnya 256 cm dan lebar 243 Korban telah mengalami pembusukan lanjut dengan wajah yang tidak dapat dikenali lagi disertai ulat-ulat berukuran 0,5 cm 1,3 cm yang berada di seluruh tubuh terutama di dalam luka-luka korban. Korban dalam keadaan terikat pada kedua kakinya sedangkan kedua lengannya ke belakang tubuh. IDENTIFIKASI UMUM Korban tak dikenal ini berjenis kelamin laki-laki dewasa muda, berkhitan, dengan panjang tubuh 166 Korban berperawakan sedang, kulit merah kehitaman, rambut lurus disertai sedikit uban dan mudah dicabut. IDENTIFIKASI KHUSUS - 5 (lima) cm dari garis tengah tubuh depan sebelah kanan bawah dijumpai luka parut dengan panjang 4 438

2 Alfred C. Satyo Identifikasi Korban Post Mortem - 1 (satu) cm dari sebelah kanan pusat hingga 5 (lima) cm di atas pangkal kelamin (simfisis pubis) dijumpai luka parut dengan panjang 21 Kepala: Bentuk kepala bulat lonjong, rambut hitam lurus dengan panjang kira-kira 8 cm dan sedikit beruban, pada perabaan di puncak kepala terasa ada tonjolan-tonjolan yang massif, keras dan tidak bergerak. Mata: Kedua rongga mata terlihat jelas tanpa bola mata, kelopak mata dan jaringan mata lainnya akibat pembusukan lanjut. Hidung: Sudah mengalami pembusukan lanjut dengan tulang hidung yang panjangnya 2 cm, lebar 3 cm dan tinggi 1,5 Mulut: Rahang atas dan bawah terbuka 5 cm dan tampak semua gigi-geligi. Rahang bawah sudah terlepas dari tempatnya dan tidak dijumpai adanya patah tulang. Apel Gigi: GP Keterangan: * Gigi: 28: 37: Ada akar gigi (radix v) * Gigi: 46: Gigi sudah dicabut * Gigi: 38: Ada lobang besar (gangrene pulpa) * Gigi: 18: Belum tumbuh * Gigi: 22: 23: Terjadi pengikisan pada Incisal (Atrisi) * Gigi: 41: 42: 31: 32: Terjadi pengikisan pada Incisal (Atrisi) * Gigi: 36: Terjadi pengikisan akibat pengunyahan pada daerah Buccal (Atrisi Buccal) * Rahang atas: Pada permukaan Palatal Buccal ada karang gigi (Calculus) * Rahang bawah: Pada permukaan Buccal Lingual ada karang gigi (Calculus) * Posisi rahang atas ± rahang bawah: Normal (Kls. IA) Dari pemeriksaan gigi-geligi diperkirakan umur Mr X tahun. Pertimbangannya: 1. Gigi 36 dapat menjadi pedoman penentuan umum dari atrisi yang telah terjadi yang diperkirakan merupakan atrisi fisiologis (karena pemakaian). Demikian pula atrisi pada daerah insisal di gigi 22, 23, 41, 42, 31, 32 yang juga diperkirakan sebagai atrisi fisiologis. Namun perlu pemeriksaan tambahan seperti teknik fotografi dan perncetakan rahang korban, sehingga dapat dianalisa secara pasti apakah terjadi akibat pemakaian atau karena sebab yang lain Gigi geraham belakang atas dan bawah hamper seluruhnya sudah erupsi kecuali gigi 18. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak ada benih atau telah dicabut. Berdasarkan tabel kronologis pertumbuhan gigi geligi oleh Logan dan Krenfeld dinyatakan, bahwa gigi molar maksila dan mandibula erupsi pada umur tahun dan pembentukan akar lengkap pada umur tahun. Sayangnya tidak fasilitas radiografi pada saat itu untuk melihat pembentukan akar lengkap, sehingga perkiraan umur kronologis korban 1,2 hanya dapat diperkirakan melalui erupsi gigi terutama gigi molarnya. Telinga: Kedua daun telinga tidak ada lagi akibat pembusukan. Leher: Bentuk simetris, tulang leher terlepas dari posisi semula. Dada: Bentuk asimetris, dijumpai 9 (sembilan) luka dengan pinggir rata, bentuk bulat lonjong, kedua sudut luka lancip, berisi ulat yang panjangnya antara 0,5 cm 1,3 - Luka 1, panjang 2 cm, lebar 1 cm, dalam 1 - Luka 2, panjang 2 cm, lebar 1,5 cm, dalam 1 - Luka 3, panjang 2 cm, lebar 1 cm, dalam 1 - Luka 4, panjang 2,5 cm, lebar 1 cm, dalam 1 - Luka 5, panjang 12 cm, lebar 11 cm, dalam 15 - Luka 6, panjang 2 cm, lebar 1,5 cm, dalam 1 - Luka 7, panjang 2 cm, lebar 1 cm, dalam 1 439

3 Laporan Kasus - Luka 8, panjang 2 cm, lebar 1,5 cm, dalam 1 - Luka 9, pajang 2 cm, lebar 1 cm, dalam 1 Perut: Bentuk simetris, dijumpai 7 (tujuh) luka yang bentuknya bulat lonjong, pinggirnya rata, kedua ujung luka lancip dan berisi ulat yang panjangnya antara 0,5 cm 1,3 - Luka 10, panjang 2 cm, lebar 1 cm, dalam 1 - Luka 11, panjang 2 cm, lebar 0,8 cm, dalam 1 - Luka 12, panjang 1 cm, lebar 1 cm, dalam 1 - Luka 13, panjang 1 cm, lebar 1 cm, dalam 1 - Luka 14, panjang 2 cm, lebar 1,5 cm, dalam 1 - Luka 15, panjang 2 cm, lebar 1,5 cm, dalam 1 - Luka 16, panjang 2 cm, lebar 1,5 cm, dalam 1 Dijumpai jaringan parut I pada bagian kanan bawah dengan jarak 5 cm dari garis tengah tubuh depan sepanjang 4 Dijumpai pula jaringan parut II bekas operasi 1 cm sebelah pinggir kanan dari pusat ke arah bawah hingga 5 cm di atas pangkal kelamin (simfisis pubis) sepanjang 21 Alat Kelamin: Laki-laki, berkhitan, kantong buah zakar membesar dengan panjang 13 cm dan diameter 12 Dubur: Pada colok dubur longgar dan dijumpai ulat berukuran 0,5 cm 1,3 Punggung dan Pinggang: Simetris dan tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan. Anggota gerak atas: - Tangan terikat pada kedua pergelangan tangan ke belakang tubuh dengan bahan plastik berwarna biru dengan dua kali lilitan, bersimpul mati yang panjangnya Tangan kanan berkuku jempol hitam, telunjuk pucat, jari tengah hilang, jari manis pucat dan kelingking sebahagian hilang. - Tangan kiri berkuku jempol hitam, telunjuk pucat, jari tengah hitam, jari manis hitam dan kelingking hitam. Anggota gerak bawah: Kedua kaki terikat pada pergelangan kaki dengan tali plastik berwarna biru dengan dua kali lilitan yang bersimpul mati dengan panjang 140 PEMERIKSAAN DALAM Kepala: Pada pembukaan kulit kepala dijumpai resapan darah. Pada tengkorak kepala sebelah kanan dijumpai 6 (enam) buah tonjolan tulang, keras, masif dan tidak bergerak yang berdiameter 1,5 Pada tengkorak kepala sebelah kiri dijumpai 5 (lima) tonjolan tulang kecil-kecil sebesar kepala jarum pentul. Leher: Pada pembukaan kulit leher dijumpai tulang-tulang leher yang sudah terlepas dari persendiannya dan tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan. Dada: Pada pembukaan kulit dada dijumpai resapan darah dan luka tusuk pada sela iga 3, 4, dan 5 kanan serta iga 3 dan 4 kiri. Dijumpai patah tulang iga 3,4, 5 kanan dan kiri. Paru-Paru: Kedua paru warnanya agak kehitaman, konsistensi lunak dan tidak ada perlengketan pada dinding dada bagian dalam. Jantung: Dijumpai lubang pada kantung jantung dengan diameter 2 cm, menembus atrium kanan dan kiri. Jantung berisi cairan bergumpal warna hitam yang merupakan gumpalan darah yang membusuk. Perut: Pada pembukaan kulit perut dijumpai resapan darah merah kehitaman. Terlihat adanya perlengketan usus pada dinding otot perut kanan dan kiri. Panjang usus halus lebih pendek dari yang normal sedangkan usus besar (colon) tidak ada lagi. 440

4 Alfred C. Satyo Identifikasi Korban Post Mortem Ginjal: Ginjal kiri lebih besar dari kanan. Ginjal kiri berukuran panjang 5,5 cm lebar 20 cm dan tebal 3 Ginjal kanan berukuran panjang 5,5 cm lebar 10 cm dan tebal 3 Kedua ginjal berwarna merah kehitaman dengan konsistensi lunak. RINGKASAN PEMERIKSAAN LUAR - Dijumpai proses pembusukan lanjut pada seluruh tubuh. - Rambut lurus, hitam dan sedikit beruban. - Jaringan lunak pada wajah sudah tidak ada lagi. - Kedua rongga mata terlihat jelas tanpa bola mata, kelopak mata dan alis mata. - Jaringan lunak hidung sudah hilang akibat pembusukan sedangkan kedua daun telinga sudah hilang. - Rahang atas dan bawah terbuka 5 (lima) cm dan rahang bawah sudah terlepas. - Leher simetris dan tulang-tulang leher sudah terlepas satu sama lain. - Pada dada dijumpai 9 (sembilan) luka berbentuk bulat lonjong berpinggir rata, kedua sudut lancip dan berisi ulat yang panjangnya 0,5 cm 1,3 - Pada perut dijumpai 7 (tujuh) luka bulat lonjong berpinggir rata, kedua sudut lancip dan berisi ulat-ulat yang panjangnya antara 0,5 cm 1,3 - Pada perut juga dijumpai 2 (dua) luka parut masing-masing panjangnya 4 cm dan 21 cm sebagai bekas operasi. - Kantong buah zakar membesar dengan panjang 13 cm dan diameter 12 - Pada pinggang dan punggung tidak ada tanda-tanda kekerasan. - Kedua tangan terikat ke belakang tubuh dengan tali plastik sebanyak 2 (dua) lilitan yang bersimpul mati, sedangkan kedua kaki terikat dengan tali plastik sebanyak 2 (dua) lilitan bersimpul mati. RINGKASAN PEMERIKSAAN DALAM - Resapan darah dijumpai pada pembukaan kulit kepala, dada dan perut. - Pada tengkorak kanan dijumpai tonjolan tulang sebanyak 6 (enam) buah dengan diameter 1,5 - Pada dada dijumpai 9 (sembilan) luka tusuk. - Luka robek pada jantung dengan diameter 2 cm menembus ke atrium kanan dan kiri disertai gumpalan darah hitam. - Pada perut dijumpai 7 (tujuh) luka tusuk. Usus halus melekat pada dinding perut kiri dan kanan, sedangkan usus besar tidak ada lagi. - Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan. Kasus ini dilaporkan dalam Visum et Repertum sebagai korban lelaki, berkhitan, dewasa muda, perawakan sedang, panjang badan 166 cm, rambut hitam lurus sedikit beruban, umur diperkirakan tahun, yang telah mengalami operasi pada perut dan tidak mempunyai usus besar lagi. PEMBAHASAN Pada pemeriksaan kelima korban yang telah mengalami pembusukan lanjut ternyata kelimanya laki-laki, berusia lebih dari 30 tahun, kecuali seorang ditaksir antara tahun. Semua kasus dibantu juga oleh tim dokter gigi SMF Gigi dan Mulut dari RSUD Dr. Pirngadi Medan. Dari kelima kasus tersebut hanya keluarga kasus Mr. X3 dapat memberikan keterangan perihal semasa hidup korban. Keluarga korban terdekat memberitahukan bahwa pada kepala diakui adanya tonjolantonjolan yang sudah lama dan dapat diraba semasa hidupnya. Sementara itu dari sebuah hospital center yang cukup dikenal di USA, telah diterima surat mengenai operation record Mr. X3. Surat ini mengungkapkan bahwa pada tanggal 24 Agustus 1998 telah dilakukan operasi oleh tim yang terdiri dari operating surgeon, RS, MD; attending surgeon UK, MD; assistant DP, MD dan medical student, H. Diagnosa pra-bedah: Gardener s Syndrome. Diagnosa pasca-bedah: Gardener s Syndrome. Indikasi prosedur dan deskripsi operasi, temuan dan teknik operasi dilaporkan dengan jelas. Juga dilaporkan bahwa tindakan bedah dari Hospital Center E. tersebut telah melakukan total colectomy with rectal mucosectomy and ileal pull-through. Dari laporan operasi ini terjawablah apa yang dipertanyakan selama dilakukan autopsi, yaitu mengapa dinding usus halus melekat pada dinding otot perut kiri dan kanan serta mengapa tidak ada lagi usus besar (colon) pada Mr. X3. Laporan operasi melaporkan bahwa pada tanggal 24 Agustus 1998 telah dilakukan operasi pada pasien bernama J.S., laki-laki, Indonesia, berumur 34 tahun. Pada hari Kamis 7 September dari jam 13:30 15:30 WIB penulis memimpin rapat dan melaporkan hasil autopsy kepada pihak penyidik 441

5 Laporan Kasus dan pejabat senior dari Kapoltabes Medan dan Poldasu. Dalam rapat yang khusus mendiskusikan kasus ini juga hadir dan memberikan pendapat tim dokter gigi dan tim dokter serta asisten yang bertugas. Penulis telah mengungkapkan hasil autopsi sesuai Visum et Repertum. Penulis juga telah menyerahkan fotokopi operation record dari Hospital Center E. dari USA yang dikategorikan sebagai privileged and confidential information. Semua keterangan penulis dan fotokopi telah menjadi masukan yang berharga bagi pihak kepolisian. KESIMPULAN Identifikasi telah dilakukan dengan baik dan semaksimal mungkin. Keterangan tambahan keluarga tentang semasa hidup korban ikut membantu. Hasil operasi yang dituliskan dalam laporan operasi yang baik ternyata sangat membantu dalam melengkapkan maupun memas-tikan identitas korban. Pihak kepolisian telah merasa terbantu, sehingga dapat mengambil kesimpulan dan menentukan langkah-langkah selanjutnya. Korban diserahkan pihak kepolisian kepada keluarga korban untuk dimakamkan pada hari Kamis 7 September 2000 jam 17:15 WIB. DAFTAR PUSTAKA 1. James A. Cottone, Standish S. Miles, Outline of Forensic Dentistry, Year Book Medical Publishers Inc., Ohio, USA, 1981, p Sopher, Irvin M., Forensic Dentistry, Charles C. Thomas Publisher, Springfield, Illinois, USA, 1976, p Elmhurst Hospital Center, Operation Record, New York, 2000, p

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN PEMULASARAN JENAZAH RUMAH SAKIT DR. KARIADI Jl. Dr. Sutomo No. 16 Semarang. Telp. (024) 8413993 PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 Atas permintaan tertulis

Lebih terperinci

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pro: Justicia Rahasia

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pro: Justicia Rahasia Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang No : R/10/XI/2011 SAT POLAN Lampiran : - Perihal : Pemeriksaan jenazah a.n. Srimongkhon Sakhon Pro: Justicia Rahasia

Lebih terperinci

Terdakwa ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan:

Terdakwa ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan: P U T U S A N NOMOR : 556 / PID.SUS / 2015 / PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana pada peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014 PRO JUSTITIA PEMERINTAH KABUPATEN SERANG VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014 Serang, 27 Juni 2015 Saya yang bertanda tangan di bawah Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F. Dokter Spesialis Forensik

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM VER/01/XII/2014/Reskrim

VISUM ET REPERTUM VER/01/XII/2014/Reskrim PRO JUSTITIA PEMERINTAH KABUPATEN SERANG VISUM ET REPERTUM VER/01/XII/2014/Reskrim Serang, 29 Desember 2014 Saya yang bertanda tangan di bawah Dr. Budi Suhendar SpF. DFM, Dokter Spesialis Forensik pada

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 200 /Pid/2012/PT MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N No. 200 /Pid/2012/PT MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N No. 200 /Pid/2012/PT MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang mengadili perkara perkara pidana dalam tingkat Banding menjatuhkan putusan sebagai

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 105/Pid/2012/PT-Mdn. PENGADILAN TINGGI MEDAN, mengadili perkara pidana

P U T U S A N Nomor : 105/Pid/2012/PT-Mdn. PENGADILAN TINGGI MEDAN, mengadili perkara pidana P U T U S A N Nomor : 105/Pid/2012/PTMdn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ILAN TINGG, mengadili perkara pidana dalam tingkat banding, berdasarkan Penetapan Penunjukan Majelis oleh Ketua

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 269 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl.Lahir : 21 tahun / 25 November 1991.

P U T U S A N NOMOR : 269 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl.Lahir : 21 tahun / 25 November 1991. P U T U S A N NOMOR : 269 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 4/PID.SUS-ANAK/2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 4/PID.SUS-ANAK/2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 4/PID.SUS-ANAK/2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara pidana Anak dalam peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antropometri Antropometri adalah pengukuran manusia dan lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia. Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Mengungkap Identitas dan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Mengungkap Identitas dan BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Mengungkap Identitas dan Sebab-Sebab Kematian Korban Tindak Pidana Pembunuhan. Ilmu kedokteran forensik merupakan ilmu

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 38/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl. Lahir : 15 Tahun / 15 Februari 1996;

P U T U S A N Nomor : 38/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl. Lahir : 15 Tahun / 15 Februari 1996; P U T U S A N Nomor : 38/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA di MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM NO : 012 / KEDFOR / VI / 2013.

VISUM ET REPERTUM NO : 012 / KEDFOR / VI / 2013. PRO JUSTITIA PEMERINTAH KABUPATEN SERANG VISUM ET REPERTUM NO : 012 / KEDFOR / VI / 2013. Serang, 08 Oktober 2013 Saya yang bertanda tangan di bawah Dr. Budi Suhendar SpF. DFM, Dokter Spesialis Forensik

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 235/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 235/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 235/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA DI MEDAN, yang mengadili perkara perkara Pidana dalam peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari :

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari : 116 BAB X ISOMETRIK Otot-otot Wajah terdiri dari : 1. Occopito Froratalis : otot-otot pada tulang dahi yang lebar yang berfungsi membentuk tengkorak kepala bagian belakang 2. Temporalis : otot-otot di

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 UPT Balai Informasi Teknologi LIPI BAB I Anatomi Tubuh Manusia Anatomi Tubuh Manusia disusun kedalam beberapa bagian sistem tubuh, yaitu : 1. Sistem Kerangka Kerangka tubuh Kerangka tubuh manusia terdiri

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER ) Lampiran 1 Nomor Kartu DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA

Lebih terperinci

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012 114

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012 114 Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012 114 Pendahuluan Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal. Afiksia

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 648/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 648/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 648/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 35/PID/2012/PT-MDN.-

P U T U S A N Nomor : 35/PID/2012/PT-MDN.- P U T U S A N Nomor : 35/PID/2012/PT-MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA DI MEDAN, dalam yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam peradilan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 16/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. 1. N a m a : ASRAN NASUTION

P U T U S A N. Nomor : 16/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. 1. N a m a : ASRAN NASUTION P U T U S A N Nomor : 16/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 644/PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. I. Nama : AZHARI Alias JIRO

P U T U S A N NOMOR : 644/PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. I. Nama : AZHARI Alias JIRO 1 P U T U S A N NOMOR : 644/PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara perkara pidana dalam tingkat banding, telah

Lebih terperinci

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI Komponen Ya Dilakukan Tidak Pengertian Gerakan/sentuhan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 15 menit, untuk memacu sistem sirkulasi bayi dan denyut

Lebih terperinci

BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK

BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK Panduan Belajar Ilmu Ke eran F k & Me BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK A. Tujuan pembelajaran Para mahasiswa diharapkan mampu : Memeriksa ciri khas tubuh korban. Mengumpulkan data-data ante mortem. Menentukan

Lebih terperinci

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. 1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. menegakkan tubuh 2. Tulang anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah disebut.

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 561/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : SABARHATI LAIA Alias JABA;

P U T U S A N. Nomor : 561/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : SABARHATI LAIA Alias JABA; P U T U S A N Nomor : 561/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK

MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK Disusun oleh: Pramita Yulia Andini 030.09.184 Penguji: DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Besarnya pengaruh erupsi gigi dan banyaknya kelainan yang mungkin ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter gigi mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat dibutuhkan karena bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti tersebut, agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK 133 KUHAP

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK 133 KUHAP DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK Pasal 133 KUHAP (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dikalangan masyarakat kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA Tubuhmu memiliki bentuk tertentu. Tubuhmu memiliki rangka yang mendukung dan menjadikannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI PERIODONTAL

INSTRUMENTASI PERIODONTAL INSTRUMENTASI PERIODONTAL 1.Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu instrumentasi 2.Penskeleran dan Penyerutan akar HAL-HAL YG HARUS DIPERHATIKAN PADA WAKTU INSTRUMENTASI 1. PEMEGANGAN 2. TUMPUAN &

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 136/Pid/2014/PT-MDN

P U T U S A N Nomor : 136/Pid/2014/PT-MDN P U T U S A N Nomor : 136/Pid/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ---- PENGADILAN TINGGI MEDAN, mengadili perkara pidana dalam peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

: Tani / Guru Madrasah.

: Tani / Guru Madrasah. P U T U S A N NOMOR : 364 /PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 189/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 189/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 189/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor : 598/PID/2016/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana dalam pengadilan tingkat banding,

Lebih terperinci

Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan. Toksikologi (Teori)

Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan. Toksikologi (Teori) Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan Toksikologi (Teori) KELOMPOK 2 Anggota : 1. Adi Lesmana 2. Devy Arianti L. 3. Dian Eka Susanti 4. Eneng Neni 5. Eningtyas 6. Khanti 7. Nurawantitiani

Lebih terperinci

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum VISUM et REPERTUM Pengertian Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum (melaporkan). Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 554/Pid/2012/PT-Mdn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 554/Pid/2012/PT-Mdn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 554/Pid/2012/PT-Mdn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, mengadili perkara pidana dalam tingkat banding, berdasarkan Penetapan Penunjukan Majelis

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi

Lebih terperinci

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 399/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 399/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 399/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ---- PENGADILAN TINGGI MEDAN, mengadili perkara pidana dalam peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH Nama : Usia : Jenis Kelamin : Suku Bangsa : Berat Badan : No. Data yang diukur Simbol Keterangan Hasil Tinggi Pegangan Tangan Ukur jarak vertikal pegangan tangan

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Materi 12 CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Oleh : Agus Triyono, M.Kes A. CEDERA KEPALA Pengertian : Semua kejadian pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik

Lebih terperinci

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi)

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi) Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam dan luka tembak (Vincent dan Dominick, 2001). a. Trauma Benda Tumpul

Lebih terperinci

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Ilmu yg mempelajari susunan / struktur dan bentuk / konfigurasi gigi, hubungan antara gigi dgn gigi yang lain dan hubungan antara gigi dengan jaringan sekitarnya

Lebih terperinci

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK ppkc Terapi Sentuh (Touch Therapy) Metode sentuh untuk sehat adalah pendekatan atau terobosan baru dalam pemeliharaan kesehatan. Metode inipun bisa digabungkan dengan

Lebih terperinci

RPP KELAS KONTROL. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP KELAS KONTROL. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran LAMPIRAN RPP KELAS KONTROL Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas / Semester Alokasi Waktu : Ilmu Pengetahuan Alam : Kerangka Tubuh Manusia : IV / I : 3 x 35 menit Standar Kompetensi

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 143/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 143/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 143/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA DIMEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam peradilan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA) Disusun Oleh : Kelompok 9 Dita Swafitriani 200110140030 Hartiwi Andayani 200110140176 Fathi Hadad 200110140242

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

FREQUENT ASKED QUESTIONS SIJI SECURE 2

FREQUENT ASKED QUESTIONS SIJI SECURE 2 FREQUENT ASKED QUESTIONS SIJI SECURE 2 1. Apa pengertian Produk SIJI Secure 2? Produk SIJI Secure 2 adalah Jenis asuransi yang memberikan manfaat apabila Tertanggung meninggal dunia karena kecelakaan dan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah BAHAN AJAR Tata Rias Korektif Wajah 1. Pengertian tata rias korektif wajah. Tata rias koreksi wajah adalah menonjolkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna. 2. Tujuan

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas spontan? Apakah Anda

Lebih terperinci

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) Tahapan-tahapan BHD tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan dengan tindakan. urutan tahapan BHD adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lengkung Gigi Lengkung gigi merupakan suatu garis imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah yang dibentuk oleh mahkota gigigeligi dan merupakan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 680/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 680/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 680/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 KETERAMPILAN KLINIK 4 PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA I. BESARAN MANFAAT JAMINAN KECELAKAAN KERJA

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 456/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 456/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 456/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL Laboratorium Keterampilan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2012 Daftar

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor : 756/PID/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pemahaman mengenai pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan salah satu hal penting untuk seorang dokter gigi khususnya dalam melakukan perawatan pada anak,

Lebih terperinci

Lengan kiri mulai dari bahu : 56% (lima puluh enam persen) Uang Pertanggungan

Lengan kiri mulai dari bahu : 56% (lima puluh enam persen) Uang Pertanggungan FREQUENT ASKED QUESTIONS SIJI SECURE 3 1. Apa pengertian Produk SIJI Secure 3? Produk SIJI Secure 3 adalah Jenis asuransi yang memberikan manfaat apabila Tertanggung meninggal dunia karena kecelakaan,

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 743/MENKES/PER/VI/2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 88/PID/2013/PT-MDN

P U T U S A N NOMOR : 88/PID/2013/PT-MDN 1 P U T U S A N NOMOR : 88/PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara perkara pidana dalam tingkat banding, telah

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor : 107/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 569/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 569/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 569/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang. waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang. waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir 1 BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam rongga mulut pada waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir yang tumbuh pada

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR. Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar

PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR. Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar Panduan ini dirancang untuk melengkapi Kit atau Alat Bantu Pengambilan Sampel DNA

Lebih terperinci

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 543/PID/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 543/PID/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 543/PID/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai MENENTUKAN TINGGI BADAN DARI TINGGI STERNUM Determine the Strature from the Sternal Length Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai Abstrak Latar Belakang. Menentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses erupsi gigi telah banyak menarik perhatian peneliti yang sebagian besar berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisiologis anak. Kebanyakan orangtua menganggap

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 33/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 33/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 33/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di

Lebih terperinci

FORMAT LAPORAN KASUS FORENSIK

FORMAT LAPORAN KASUS FORENSIK FORMAT LAPORAN KASUS FORENSIK Nama DM : 1. Achmad Juanda NIM : 1407101030361 2. Muhammad Ikbar NIM : 1407101030344 3. Thifla Farhani NIM : 1407101030267 4. Nurul Hikmah Amanatillah NIM : 1407101030233

Lebih terperinci

LUKA BAKAR Halaman 1

LUKA BAKAR Halaman 1 LUKA BAKAR Halaman 1 1. LEPASKAN: Lepaskan pakaian/ perhiasan dari daerah yang terbakar. Pakaian yang masih panas dapat memperburuk luka bakar 2. BASUH: Letakkan daerah yang terbakar di bawah aliran air

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 432/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 432/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 432/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH PERAWATAN MINGGUAN Selain perawatan harian, lakukan juga perawatan seminggu sekali untuk kulit wajah kita agar kulit terawat dengan maksimal. Langkah I Membersihkan

Lebih terperinci

- - SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - dpl2gerak SISTEM GERAK PADA MANUSIA

- - SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - dpl2gerak SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dpl2gerak Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I) Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Negeri Karangasem 0 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahun Alam Kelas /Semerter : IV / 1 Waktu : 4 X 3 Menit ( 2 x Pertemuan) I.

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN GADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N NOMOR : 577 /PID/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN TINGGI MEDAN GADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N NOMOR : 577 /PID/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 577 /PID/2011/PTMDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ILAN TINGG ILAN TINGGI D, yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana dalam peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI Oleh : Rita Purnamasari Tanggal : 11 November 2011 Waktu : 10.00 WIB I. PENGKAJIAN A. IDENTITAS ISTERI SUAMI Nama : Ny. Y Tn. A Umur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam suatu data penyidikan untuk mengetahui identitas korban bencana massal seperti kecelakaan pesawat

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 406/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 406/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 406/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci