Permasalahan BUMN di Indonesia
|
|
- Hartanti Susanto
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Permasalahan BUMN di Indonesia Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN Berdasarkan data Nota Keuangan APBN 2013 dalam kurun waktu kurun waktu , kinerja badan usaha milik negara (BUMN) terus menunjukkan perkembangan yang positif, baik dari sisi aktiva, ekuitas, pendapatan dan laba, serta kapitalisasi BUMN terbuka. Hal ini dibuktikan dengan tumbuhnya total aktiva BUMN rata rata 14 persen, ekuitas tumbuh rata rata 11 persen, sedangkan pendapatan dan laba masing meningkat rata rata 14 persen dan 22 persen. Sampai dengan Januari 2012, terdapat 141 BUMN yang terdiri atas 14 BUMN berbentuk Perum, 109 BUMN berbentuk Persero dan 18 BUMN yang merupakan Perseroan Terbuka. 1 Pada table 1, dapat dilihat rata rata kontribusi BUMN terhadap APBN terus mengalami peningkatan sebesar 7,9 persen. Dari jumlah tersebut, 20,4 persen berasal dari pendapatan dividen, 78,8 persen berasal dari penerimaan perpajakan, dan 0,8 persen berasal dari privatisasi. Tabel 1: Kontribusi BUMN terhadap APBN (dlm triliun) Sumber: Nota Keuangan 2013 Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi diproyeksikan Penerimaan Pemerintah untuk laba BUMN dalam jangka menengah juga akan mengalami peningkatan. Penerimaan BUMN diproyeksikan dapat mencapai sebesar Rp33,3 triliun pada 2014, dan meningkat menjadi Rp34,6 triliun pada Peningkatan tersebut terjadi terutama terkait dengan usaha Pemerintah untuk terus melakukan optimalisasi terhadap payout ratio dividen BUMN. Permasalahan BUMN Indonesia Meski kinerja BUMN telah menunjukkan adanya peningkatan, namun peningkatan kinerja itu harus diakui masih belum optimal.khusus untuk kebijakan dividen BUMN, Pemerintah menghadapi tantangan dalam menetapkan pay out ratio yang tepat dalam optimalisasi dividen BUMN. 1 Nota Keuangan RAPBN 2013,hal Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 1
2 Belum optimalnya kinerja pengelolaan BUMN itu, antara lain, disebabkan oleh masih lemahnya koordinasi kebijakan antara langkah perbaikan internal perusahaan dan kebijakan industrial serta pasar tempat beroperasinya BUMN tersebut, belum terpisahkannya fungsi komersial dan pelayanan masyarakat pada sebagian besar BUMN, dan belum terimplementasikannya secara utuh di seluruh BUMN prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Di samping itu, belum utuhnya kesatuan pandangan dalam kebijakan restrukturisasi dan privatisasi di antara para pemilik kepentingan (stakeholders) juga berpotensi memberikan dampak negatif dalam pelaksanaan dan pencapaian kebijakan yang ada 2. Berikut adalah beberapa penyakit BUMN menjadi permaslahan, antara lain; 1. Kebiasaan BUMN untuk merambah semua sektor usaha. Hal itu sebagai kebiasaan buruk karena tidak semua bidang usaha sesuai dengan kegiatan utama BUMN tsb. Dalam hal ini sebuah BUMN seharusnya fokus dan maksimal dalam bidang usaha yang menjadi kegiatan utamanya. Perilaku yang tidak fokus dan merambah semua bidang usaha, tanpa strategi yang matang bisa menjadi penyebab kebangkrutan BUMN. 2. Penyakit kedua adalah kondisi ketika BUMN menjadi sapi perahan. BUMN memang harus memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi negara. Namun demikian, kewajiban BUMN itu harus disesuaikan dengan kondisi, sehingga tidak meruntuhkan kondisi keuangan BUMN. 3. Penyakit terakhir adalah menjadi obyek eksploitasi bersama. Situasi ini terjadi ketika satu atau sekelompok orang berusaha mendapat keuntungan pribadi dari setiap kegiatan BUMN. Kondisi tersebut akan sangat merugikan BUMN karena keuntungan yang seharusnya disumbangkan kepada masyarakat justru dinikmati oleh segelintir orang saja. 3 Privatisasi Sesuai Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Pasal 74, maksud dan tujuan kebijakan privatisasi adalah memperluas.kepemilikan masyarakat atas Persero, meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan, menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik/kuat, menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif, menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientasi global, dan menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar. 4 Pada tahun 2007, realisasi penerimaan privatisasi mencapai Rp3,0 triliun yang berasal dari privatisasi Bank BNI. Selanjutnya pada tahun 2008 Pemerintah menyetujui program privatisasi terhadap 44 BUMN, yang antara lain bergerak pada sektor pekerjaan umum, perkebunan, industri, dan keuangan. Namun, karena kondisi pasar keuangan yang tidak kondusif, program privatisasi pada tahun 2008 tidak dapat dilaksanakan. Realisasi penerimaan privatisasi pada tahun 2008 hanya mencapai Rp82,3 miliar, yang berasal dari penutupan saldo privatisasi Bank 2 Sofyan A. Djalil, Strategi Kebijakan dan Pemberdayaan BUMN, Sekretariat Negara Repuplik Indonesia. 3 Dalam sambutan pembukaan Indonesia Business-BUMN Expo and Conference (IBBEX) 2010 di JCC, Presiden Yudhoyono 4 Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Jember,Indonesia- Memberdayakan BUMN di Indonesia Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 2
3 BNI pada tahun Pada tahun 2009, Pemerintah tidak menargetkan pembiayaan dari hasil penerimaan privatisasi. Hal tersebut terkait dengan kebijakan Pemerintah dalam pengelolaan BUMN dan faktor-faktor ekternal, antara lain krisis keuangan global yang belum mengalami perbaikan, fluktuasi harga komoditi yang sulit diperkirakan, dan faktor geopolitik yang tidak pasti. Pada tahun 2010, realisasi penerimaan privatisasi mencapai Rp2,1 triliun, yang berasal dari hasil penjualan saham greenshoe PT Bank BNI sebesar Rp1,35 triliun, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) PT Bank BNI sebesar Rp741,6 miliar, divestasi saham Pemerintah pada PT Kertas Blabak sebesar Rp0,5 miliar, dan divestasi saham Pemerintah pada PT Intirub sebesar Rp6,3 miliar. Selanjutnya pada tahun 2011, realisasi penerimaan privatisasi mencapai Rp425,0 miliar, yang berasal dari HMETD PT Bank Mandiri, PT Basuki Rahmat, kekurangan setoran Bank BNI, PT Atmindo, dan Jakarta International Hotels Development. Sedangkan pada tahun 2012, Pemerintah tidak menargetkan pembiayaan dari hasil penerimaan privatisasi. 5 Tabel 2 : Perkembangan Penerimaan Privatisasi BUMN Sumber: Nota Keuangan APBN 2013, Kementrian Keuangan Strategi Sinergi BUMN di Indonesia Profesionalisme SDM dalam menghadapi persaingan yang lebih kompetitif ditunjukkan dengan diberikannya otoritas dan otonomi yang berarti kebebasan mengelola secara fleksibel, inisiatif, kecepatan, dan berorientasi pada hasil. Struktur dan sistem organisasi BUMN berdampak pada biaya tenaga kerja di BUMN yang lebih besar karena jumlah tenaga kerja lebih yang banyak dari pada kebutuhan. Sebagian besar BUMN memiliki struktur organisasi yang gemuk sehingga banyak pekerjaan yang dilakukan dengan tidak ekonomis. Hal ini didasarkan pada perencanaan sumber daya manusia yang tidak tepat dan kurang terkoordinasi. 6 Pengelolaan organisasi menuntut strategi dan gaya yang lebih dinamis. BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional harus menerapkan strategi yang tepat agar mampu bersaing di tengah situasi yang semakin ketat. Langkah yang harus ditempuh oleh BUMN adalah melakukan perbaikan yang menyangkut struktur, kultur, dan sistem internal organisasi. Langkah dalam memberdayakan manaj emen BUMN menjadi prioritas agar lebih tanggap terhadap perubahan lingkungan pasar. Strategi yang akan digunakan dalam BUMN perlu diikuti dalam hal adaptasi terhadap struktur maka kultur organisasi sehingga diperlukan pembenahan. Pembenahan organisasi terutama dikaitkan dengan perombakan mendasar menyangkut 5 Nota Keuangan APBN 2013, hal Sunarsip, Strategi Pengelolaan BUMn di masa mendatang Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 3
4 struktur organisasi yang mampu mengadaptasi dan mengadopsi inovasi yang muncul dari lingkungan eksternal. 7 Permasalahan mendasar bagi setiap BUMN adalah kesulitan keuangan. Tentunya dalam permasalahan ini bagi BUMN yang sehat dan memperoleh laba setiap tahunnya memiliki peluang untuk diprivatisasi guna mendapatkan pendanaan. Privatisasi merupakan pengalihan sebagian atau seluruh aset dan kontrol BUMN kepada sektor swasta. Melalui privatisasi diharapkan akan terjadi sinergi antara efisiensi, kompetisi, dan laba. Penerapan Good Corporate Governance di setiap BUMN sangat mendesak dilaksanakan. Dengan penerapan GCG di setiap BUMN maka tujuan mencari laba serta melayani masyarakat menjadi lebih efektif dan efis ien. BUMN didorong menjadi perusahaan negara yang menjalankan misinya secara transparan. Penerapan GCG ini mampu mendongkrak kinerja BUMN menjadi lebih baik. PT. Perkebunan Nusantara III yang telah menerapkan GCG mampu meningkatkan laba secara signifikan. Kementerian negara BUMN juga telah menunjukkan keseriusan dalam penerapan GCG dengan dibentuknya Inspektorat BUMN serta dilakukan kerja sama dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam percepatan pemberantasan korupsi dan pelaksanaan tata k elola perusahaan yang baik. 8 BUMN yang merugi sesungguhnya telah menjadi penghalang kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin besar kerugian BUMN maka semakin kecil dana yang bisa dialokasikan pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat. Karena itu pengelolaan BUMN merupakan salah satu aspek yang penting dalam menjalankan kebijakan pemerintah. Menyadari kondisi ini kementerian negara BUMN sejak kepemimpinan Sugiharto telah membuat master plan BUMN 2005 sampai dengan 2009 yang mana salah satunya adalah dengan penggabungan beberapa BUMN, pembentukan holding company yang dari jumlah semula 158 BUMN menjadi 80 BUMN. 9 Ada tiga kategori dalam proses perombakan BUMN yaitu dengan mempertahankan beberapa BUMN (stand alone), merger sesama BUMN sejenis (roll up), dan pembentukan perusahaan induk (holding company). Hingga pertengahan tahun 2006 rencana penggabungan beberapa BUMN belum juga terealisasi. Penggabungan BUMN perkebunan dan pupuk yang merupakan prioritas Menneg BUMN pada awal program ini digulirkan hingga saat ini masih belum jelas nasibnya. Meskipun BUMN merupakan tumpuan dalam mengatasi persoalan ekonomi nasional, namun dalam kenyataan BUMN masih menjadi permainan tarik tambang berbagai kepentingan. Ini tercermin dari sulitnya proses program revitalisasi BUMN seperti yang dituangkan dalam BUMN Summit. Sudah pasti bila terjadi penggabungan BUMN maka akan banyak direksi, komisaris, dan pejabat BUMN yang tidak terpakai lagi. Persoalan lainnya adalah, bagaimana merumuskan kembali visi dan misi BUMN dalam perekonomian nasional. Apabila mengacu pada program reformasi yang selama ini dijalankan, ada indikasi kuat bahwa visi dan misi BUMN di masa 7 Andriati Fitiningrum- Indonesia experience in Managing the State Companies, OECD-ASIAN Roundtable 8 Kajian BUMN incorporated sebuah wacana menuju Indonesia baru, Kementrian BUMN 9 Sofyan A. Djalil, Strategi Kebijakan dan Pemberdayaan BUMN, Sekretariat Negara Repuplik Indonesia. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 4
5 depan akan diarahkan menjadi perusahaan-perusahaan dengan semangat mengejar keuntungan dan sebagai penyumbang penerimaan negara. Kebijakan dividen BUMN Pemerintah harus melakukan perbaikan perbaikan yang berkaitan dengan kebijakan dividen BUMN yang optimal terhadap penerimaan APBN dan pengembangan usaha BUMN. Dalam hal ini terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya dividen BUMN selama ini. Pertama, kinerja BUMN terkait, ini berarti semakin besar laba bersih yang diperoleh, maka semakin besar pula yang akan disetorkan ke APBN. Selain kinerja BUMN terkait, yang juga perlu diperhatikan adalaha status BUMN terkait, misalnya : bila pemerintah ingin menjaga mayoritas kepemilikan saham di BUMN yang kepemilikannya tinggal 5 % seperti PT. Semen Gresik dan PT. Adhi Karya maka pemerintah justru perlu mengurangi porsi dividennya. Seandainya dividen diperbesar, sementara BUMN perlu melakukan ekspansi, BUMN tersebut harus melakukan right issue yang dapat berdampak pada berkurangnya kepemilikan saham pemerintah. Sedangkan jka tidak dilakukan right issue, BUMN bersangkutan tidak bisa melakuna ekspansi yang ujungnya bisa berdampak pada berkurangnya pangsa pasar BUMN. Kedudukannya sebagai milik negara menyebabkan BUMN selalu berada pada posisi tawar yang lemah. Ketika negara kurang profesional dan proporsional dalam mengambil haknya, hal ini dapat membahayakan kinerja BUMN itu sendiri, akibatnya apa yang dilakukan pemerintah secara tidak sadar adalah upaya kearah pengkerdilan BUMN itu sendiri. Kedua, besarnya Pay Out Ratio (POR) dividen BUMN. Peningkatan dividen yang disetor ke APBN disamping karena perbaikan keuntungan BUMN, juga karena kebijakan pemerintah untuk meningkatkan POR rata rata 20 % sebelum krisis 1997/1998 menjadi sekitar 40 % (setelah krisis moneter), bahkan beberapa BUMN dikenakan lebih 50 %. Di sisi lain kebijakan dividen BUMN sebaiknya tidak memberlakukan pay out ratio (POR) secara absolut, misalnya sejak dulu Pertamina POR-nya tidak pernah kurang dari 50 %. Pendekatan dividen POR dividen BUMN semestinya menggunakan pendekatan korporasi.dimana, BUMN diberi ruang untuk menentukan besaran dividen terleih dahulu dengan mengukur kebutuhan unutk investasi. Dengan pendekatan ini kesinambungan usaha BUMN akan lebih terjamin dan kontribusi jangka panjangnya terhadap APBN juga akan lebih besar. 10 Ketiga, Sekitar 50 % dividen BUMN yang disetor ke APBN berasal dari dividen yang disetorkan pertamina, hal ini menyebabkan dividen BUMN menjadi relatif tergantung pada situasi harga minyak, ini terjadi karena produksi minyak pertamina yang tidak bisa lagi ditingkatkan secara signifikan.ini juga menyebabkan, ekspansi bisnis pertamina menjadi tidak bisa berkembang dengan pesat. Keempat, Kebijakan dividen interim. Kebijakan ini adalah dividen yang diambil lebih awal dari yang seharusnya. Normalnya dividen diambil dari laba dibagi dari kinerja BUMN tahun sebelumnya bukan tahun berjalan, ini ibaratnya pemerintah ngutang dividen pada BUMN. 10 Sunarsip, Kebijakan Deviden BUMN dalam diskusi mencermati problematika di BUMN Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 5
6 Dalam beberapa tahun terakhir terdapat kecendrungan untuk menarik bagian laba pemerintah di muka. Kementrian BUMN memperkirakan pada tahun 2009 kinerja perusahaan milik negara akan merosot 6% dibandingkan dengan perolen tahun Salah satu opsi yang akan digunakan adalah pengenaan dividen interim. Dividen interim biasanya diambil dari BUMN- BUMN dengan laba yang besar seperti Pertamina dan Telkom. Akan tetapi kebijakan dividen interm yang selama ini diterapkan kepada beberapa BUMN besar juga menjadi salah satu faktor pengganggu likuiditas. Kas yang semestinya digunakan untuk operasi tahun berjalan tapi harus dibayarkan kepada pemerintah. 11 Langkah yang diperlukan Ke depan, perlu dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan kebijakan reformasi BUMN yang menyelaraskan secara optimal kebijakan internal perusahaan dan kebijakan industrial serta pasar tempat beroperasinya BUMN itu, memisahkan fungsi komersial dan pelayanan masyarakat pada BUMN, serta mengoptimalkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) secara utuh dalam rangka revitalisasi BUMN. Dalam rangka pelaksanaan kebijakan ini,langkah tindak lanjut yang akan dilakukan antara lain: 1) meningkatkan upaya revitalisasi bisnis yaitu meningkatkan nilai pemegang saham (shareholder value) BUMN yang ada; 2) meningkatkan efektifitas manajemen BUMN, baik di tingkat komisaris, direksi, maupun karyawan; 3) meningkatkan kualitas operasi, pelayanan dan pendapatan BUMN; 4) menyempurnakan sistem pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN sehingga tercipta tingkat efisiensi yang semakin tinggi; 5) melanjutkan pelaksanaan restrukturisasi, termasuk pemetaan secara bertahap masingmasing BUMN di berbagai sektor; 6) meningkatkan sosialisasi tentang privatisasi BUMN di semua pemilik kepentingan (stakeholders) agar pelaksanaan privatisasi menghasilkan pendapatan yang optimal; dan melanjutkan privatisasi BUMN. Kebijakan privatisasi akan lebih ditujukan untuk meningkatkan nilai perusahaan (value creation) dan daya saingnya di pasar global tanpa mengabaikan pemenuhan anggaran untuk APBN. Dengan demikian maka program privatisasi akan lebih mengutamakan peningkatan pendapatan negara dibanding hanya sekedar pemenuhan kewajiban setoran ke APBN. Setoran ke APBN akan dipacu melalui peningkatan deviden perusahaan dan pajak. Temuan BPK Ditengah persaingan global dengan perusahaan swasta Badan Pemeriksaan Keuangan menemukan potensi kerugian sebesar Rp 1,73 trilliun pada 6 perusahaan BUMN. Perusahaan tersebut adalah PT Hotel Indonesia Natour, PT PAL Indonesia, PT Semen Gresik Tbk, PT Industri Kereta Api, PT. Surabaya Industrial Estate Rungkut dan PT. Pertamina. Menurut BPK beberapa temuan terkait dengan pengelolaan BUMN tsb diantaranya system pengendalian inern yang lemah, penyimpangan administrasi dan juga ketidakpatuhan terhadap ketentuan 11 Study Kebijakan Deviden BUMN dalam memberikan kontribusi optimal terhadap APBN Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 6
7 undang-undang, selain itu menyimpangan yang paling banyak ditemukan adalah pengelembungan harga proyek. Selain hal itu khusus untuk pertamina, pemicu kerugiannya adalah akibat ketidakefisienan dan ketidakmampuan perusahaan membangun kilang tepat waktu. Kerugian ini disebabkan karena pendapatan dari sector minyak tertunda. Untuk mengantipasi hal ini Pertamina sudah membebankan denda kepada para kontraktor akibat keterlambatan ini meskipun prosesnya memakan waktu yang lama. Di sisi lain seperti diungkapkan Menteri BUMN Dahlan Iskan, tidak semua BUMN dalam kondisi yang optimal dan sehat. Dari 141 BUMN, hanya 110 yang sehat dan sisanya sudah tidak aktif lagi dan bahkan hanya tinggal nama. 12 Tabel 2 hasil pemeriksaan BPK Semester I tahun 2012 pada BUMN mengungkapkan 5 kasus senilai Rp 642,26 juta sebagai akibat adanya ketidak patuhan terhadap ketentuan perundang undangan dan sebanyak 51 kasus senilai Rp ,38 atas LK badan lainnya sebagai akibat adanya ketidakpatuhan terhadap perundang undangan. Tabel 3 :Temuan Pemeriksaan Keuangan Semester I Tahun 2012 pada BUMN dan Badan Lainnya Sumber: IHPS Semester I tahun 2012 Dari total temuan pemeriksan atas LK BUMN dan badan lainnya sebanyak 17 kasus merupakan temuan yang berdampak finansial yaitu temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang undangan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, kekurangan penerimaan senilai Rp ,90 juta. Hasil pemeriksaan BPK atas LK BUMN dan badan lainnya selama Semester I Tahun 2012 menunjukkan kasus kasus yang sering terjadi antara lain kekurangan penerimaan yang belum/tidak ditetapkan atau dipungut/diterima/disetor ke kas negara/perusahaan. 12 Artikel 6 BUMN merugi 1,73 trilliun- electronic sources : Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 7
8 Kekurangan penerimaan (selain denda keterlambatan) yang belum/tidak ditetapkan atau dipungut/diterima/disetor ke kas negara/daerah/perusahaan yang terjadi di BUMN dan badan lainnya sebanyak 6 kasus senilai Rp ,90 juta. Kasus kasus tersebut antara lain disebabkan belum adanya peraturan yang mengatur secara rinci penghitungan penerimaan perusahaan serta belum melaksanakan kewajiban sebagai pengusaha kena pajak (PKP) 13 Penulis : Freesca Syafitri 13 IHPS-Semester I, Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 8
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain
Lebih terperinciDasar Hukum Privatisasi
Dasar Hukum Privatisasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Pasal 74 84) Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero)
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Keberadaan badan usaha milik negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Untuk itu, BUMN diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Ada dua
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara (BUMN) diharapkan, antara lain, (1) memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Didalam bab tiga penulis membahas tentang Hasil Penelitian dan Analisis. Di dalam pada bagian Hasil Penelitian pembahasan yang berdasarkan pada rumusan masalah yang
Lebih terperinciBAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN A. KONDISI UMUM Hingga akhir tahun 2004, jumlah BUMN yang dimiliki Pemerintah tercatat sebanyak 158 BUMN. Dari keseluruhan BUMN tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan usaha milik negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku dalam perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibawah pemerintahan disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan memiliki badan usaha sendiri yang bergerak dalam berbagai bidang. Badan usaha yang berada langsung dibawah pemerintahan
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang maupun badan dengan memberikan modal usaha dalam bentuk saham yang digunakan untuk menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia usaha maka akan semakin berkembang juga pengelolaan suatu perusahaan, agar dapat tetap bertahan dalam persaingan bisnis dan usaha.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini diuraikan perihal mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi persaingan tersebut,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan global dalam segala bidang yang terjadi di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Perusahaan harus berkompetisi dalam menghadapi persaingan
Lebih terperincib. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 79, 2005 BUMN PERSERO. PRIVATISASI (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4528)
Lebih terperinciNOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumahan dan permukiman menjadi salah satu program besar pemerintah dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang masih menjanjikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik
19 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik adalah dengan sistem pembangunan ekonomi nasional. Sejak era reformasi bergulir, pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang datang dari dalam negeri maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam tataran lingkungan global sekarang ini, dituntut sebuah strategi yang baik serta inovasi-inovasi baru dari setiap perusahaan agar mampu bersaing dengan
Lebih terperinci-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBERKEMBANG WACANA HAPUS IZIN DPR BAGI BUMN UNTUK GO PUBLIC
public. ii Menurut dia, keharusan untuk meminta izin kepada DPR dalam hal IPO itu harus BERKEMBANG WACANA HAPUS IZIN DPR BAGI BUMN UNTUK GO PUBLIC tempo.co Adanya kewajiban BUMN untuk melapor ke DPR bila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulai populernya istilah tata kelola perusahaan yang baik atau yang lebih dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat dilepaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BUMN yang ditujukan menjadi agent of development, serta mengambil posisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu peran pemerintah dalam ekonomi nasional adalah mendirikan BUMN yang ditujukan menjadi agent of development, serta mengambil posisi untuk mencari keuntungan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa program privatisasi Badan Usaha Milik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) merupakan salah satu dari empat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) merupakan salah satu dari empat belas perusahaan milik negara yang bergerak di bidang perkebunan. BUMN sendiri secara umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana hal ini menciptakan persaingan antar perusahaan-perusahaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan serta perbaikan. Perkembangan perekonomian ini meliputi semua sektor baik sektor
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat dan kompetitif, mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam industri maupun strategi keunggulan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi
Lebih terperincib. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO
. PETIKAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG
1 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN BENTUK HUKUM BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN DARI PERUSAHAAN DAERAH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pupuk sangat penting dalam upaya pencapaian ketahanan pangan nasional. Segala cara dilakukan oleh Pemerintah sebagai regulator untuk dapat memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang semakin cepat telah membawa perubahan-perubahan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Derasnya arus globalisasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin cepat telah membawa perubahan-perubahan dan menciptakan paradigma baru di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari tahun 1959, pemerintah Indonesia dengan konfrontasi politiknya mulai mengambil alih perusahaan-perusahaan milik Belanda. Namun yang terjadi setelah mengambil
Lebih terperinciBAB I. perusahaan dengan membayar bunga yang lebih besar (Vito, 2014). harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan modal (Andhika, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Modal merupakan salah satu unsur finansial paling penting bagi perusahaan. Masalah struktur modal merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan. Apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia muncul sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1997, dimana Indonesia mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya era demokrasi dan birokrasi pada saat ini maka semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar kepercayaan
Lebih terperinciRINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Mohammad Yusuf Hasibuan Reiza Aribowo
RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU-VI/2008 tanggal 30 Januari 2009 atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara umum ialah badan usaha yang seluruhnya maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) NOMOR : KEP-04/M.EKON/01/2008 TENTANG ARAHAN ATAS PROGRAM TAHUNAN PRIVATISASI PERUSAHAAN
Lebih terperinciSTATUS KEKAYAAN NEGARA PADA BUMN
STATUS KEKAYAAN NEGARA PADA BUMN BAGIAN ANALISA APBN, SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2 0 0 7 STATUS KEKAYAAN NEGARA PADA BUMN Abstraksi Kinerja BUMN dalam dua tahun terakhir tidak menunjukkan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai
Lebih terperinci21 Universitas Indonesia
BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2005
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN I. PARA PEMOHON Mohamad Yusuf Hasibuan dan Reiza Aribowo, selanjutnya disebut Pemohon II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara atau BUMN berdasar UU No. 19 Th 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
Lebih terperinciBAB 1 LATAR BELAKANG. dengan munculnya krisis budaya moral. Di beberapa negara Asia pondasi
BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang pernah terjadi di beberapa negara Asia telah menyadarkan kita semua bahwa sesungguhnya yang menjadi penyebab utama dari krisis ekonomi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dalam pengawasan aset.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia bisnis, perusahaan perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur yang telah berkembang dengan pesat akan selalu berhadapan
Lebih terperinci, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia saat ini yang disebut dengan era globalisasi membawa perubahan khususnya di bidang ekonomi, dimana negara-negara di seluruh dunia baik itu negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat a. bahwa Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperincimenyebabkan harga saham tinggi (Dharmastuti, 2004:17-18). sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham.
Untuk mengetahui laba yang diperoleh perusahaan dengan menghitung Laba Per Lembar saham (Earning Per Share)/EPS. EPS merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengeluaran rutin pemerintah dibiayai oleh sumber utama penerimaan pemerintah yaitu pajak. Proses pengenaan dan pemungutan pajak ini memerlukan adanya administrasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 BUMN II.1.1.1 Pengertian BUMN BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
Lebih terperinciWALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH
WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, tidak terkecuali BUMN. Para pelaku bisnispun dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang semakin pesat, tidak terkecuali BUMN. Para pelaku bisnispun dihadapkan pada berbagai macam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu
BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan tahun 2005-2009 diselenggarakan sesuai dengan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dana pensiun dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan nya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dana pensiun merupakan suatu hal yang sangat diinginkan oleh para pekerja dan keluarganya sebagai jaminan di masa pensiun nanti. Setiap dana pensiun secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.
Lebih terperinciStrategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang
Strategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang Oleh Sunarsip Kepala Ekonom The Indonesia Economic Intelligence Dalam dua tahun ini, kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjukkan peningkatan kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance. Prinsip-prinsip Good Corpotrate Governance dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Didalam mengelola sebuah perusahaan secara profesional, terdapat prinsipprinsip dalam dunia usaha yang perlu diperhatikan dan diterapkan, yaitu Good Corporate
Lebih terperinciMENTERI BADAN USAIIA MIEIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA
MENTERI BADAN USAIIA MIEIK NEGARA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER 19 /MBU/2012 TENTANG PEDOMAN PENUNDAAN TRANSAKSI BISNIS YANG TERINDIKASI PENYIMPANGAN DAN/ATAU KECURANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi di Indonesia, keberadaan Badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi di Indonesia, keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat a. bahwa Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang melanda sebagian besar wilayah dunia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan ekonomi Indonesia yang belum stabil akibat krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang melanda sebagian besar wilayah dunia termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan ekonomi, dan juga kemampuan untuk bertahan hidup, merupakan hasil implementasi misi organisasi untuk memuaskan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan ekonomi, dan juga kemampuan untuk bertahan hidup, merupakan hasil implementasi misi organisasi untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam mencapai
Lebih terperinciBAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI
BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dan negara-negara Asia lainnya mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dan negara-negara Asia lainnya mengalami krisis ekonomi, isu mengenai good corporate governance telah menjadi bahasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1 Profil PT. PERTAMINA Persero PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bendanya. Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang dengan baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan dengan
Lebih terperinciBab 6 Kesimpulan dan Implikasi
Bab 6 Kesimpulan dan Implikasi Pada bab 6, merupakan intisari dan rangkuman dari pembahasan hasil penelitian dan analisis yang telah diuraikan dalam Bab 4 dan Bab 5, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terdiri dari tiga bentuk badan usaha yaitu swasta, BUMN dan koperasi. Badan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan tentang pelaku ekonomi nasional terdiri dari tiga bentuk badan usaha yaitu swasta, BUMN dan koperasi. Badan Usaha Milik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa pemerintahan Margareth Thatcher di tahun 1979, dan hingga saat ini privatisasi berkembang menjadi sebuah
Lebih terperincib. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan. koperasi. (UU RI No 19 tahun 2003 tentang BUMN).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, maksud dan tujuan pendirian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbagi atas dua, yaitu yang bersifat ekonomi dan yang bersifat sosial. Di bidang ekonomi,
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN
Lampiran II-1 Pengumuman Nomor : PENG-01/Pansel.MBU/03/2016 Tanggal : 07 Maret 2016 RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN 1. Nama Jabatan Kepala Biro Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan sistem perbankan nasional di Indonesia. Tidak sedikit bank-bank yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Krisis ekonomi yang dimulai sejak tahun 1997/1998 telah membawa dampak pada kerusakan sistem perbankan nasional di Indonesia. Tidak sedikit bank-bank
Lebih terperinciARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute
ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DENGAN
Lebih terperinciMandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN
Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN Pendahuluan Dalam penyusunan APBN, pemerintah menjalankan tiga fungsi utama kebijakan fiskal, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi,
Lebih terperinciEFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) DALAM RANGKAH MENINGKATKAN DEVISA NEGARA Andi Wardhana
EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) DALAM RANGKAH MENINGKATKAN DEVISA NEGARA Andi Wardhana Sebagaimana Tujuan didirikan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) ada Beberapa hal yaitu : a.
Lebih terperinciBAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)
BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) 2. 1 Sejarah BUMN Dalam buku BUMN Dalam Bingkai Pembangunan yang ditulis oleh Muchayat (2010), berangkat dari pergolakan pikiran untuk membangun
Lebih terperinciREALISASI PENDAPATAN NEGARA SEMESTER I 2012
REALISASI PENDAPATAN NEGARA SEMESTER I 2012 Penerimaan Perpajakan Dalam Semester I Tahun 2012 Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan semester I 2012 mencapai Rp456.774,0 miliar, atau 44,9 persen
Lebih terperinciMEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA
MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA KOMPETENSI DASAR Mamahami pelaksanaan pasal-pasal yang mengatur tentang keuangan negara INDIKATOR Sumber Keuangan Negara Mekanisme Pengelolaan Keuangan Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan lembaga keuangan, khususnya bank, dewasa ini sangat penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat dan negara. Bank menjalankan kegiatan usahanya dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kegiatan privatisasi Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN menjadi isu yang sangat kontroversial. Privatisasi BUMN yang banyak dijalankan terutama di
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bentuk Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) Perusahaan merupakan istilah ekonomi yang dipakai dalam perundang-undangan,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bentuk Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) 1. Bentuk Hukum Perusahaan Perusahaan merupakan istilah ekonomi yang dipakai dalam perundang-undangan, namun tidak ada satu pasal pun
Lebih terperinciKINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS
KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS Pendahuluan Undang-undang No 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak mendefinisikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Lebih terperinci