BAB I PENDAHULUAN. PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) merupakan salah satu dari empat
|
|
- Susanti Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) merupakan salah satu dari empat belas perusahaan milik negara yang bergerak di bidang perkebunan. BUMN sendiri secara umum bergerak di tiga belas sektor usaha dengan total lebih dari 100 perusahaan baik yang berbentuk Persero, Persero Terbuka, ataupun Perum. Sudah hampir dua dekade, Kementerian BUMN terus mengupayakan pembenahan baik itu terhadap Kementerian BUMN maupun terhadap pembinaan BUMN. Untuk tahun , Kementerian BUMN telah merumuskan Rencana Strategis terkait kebijakan pembinaan BUMN yaitu right sizing, restrukturisasi, revitalisasi, dan profitisasi BUMN secara bertahap dan berkesinambungan. Right sizing adalah kebijakan untuk melakukan restrukturisasi BUMN menuju jumlah yang ideal berdasarkan dua prinsip utama yaitu perlu tidaknya kepemilikan negara mayoritas dipertahankan pada BUMN tertentu dan jenis tindakan yang akan dilakukan. Kebijakan ini salah satunya dilatarbelakangi oleh faktor kondisi kinerja BUMN saat ini yang 90% hanya didominasi oleh 25 BUMN saja. 1 Kebijakan right sizing itu sendiri akan dilaksanakan dengan lima tindakan berbeda, yaitu: 1 Rencana Strategis Kementerian BUMN Periode hlm.48 2
2 1. Stand alone; 2. Merger; 3. Holding; 4. Divestasi;dan 5. Likuidasi. Salah satu skenario yang menarik tentang pelaksanaan right sizing BUMN tahun adalah di sektor perkebunan. Wacana kebijakan yang bergulir adalah di sektor usaha perkebunan yang terdiri dari empat belas PT. Perkebunan Nusantara (Persero) (PTPN I s.d. XIV) dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), akan diambil langkah perampingan dengan pembentukan holding company. Rencananya bahwa perusahaan induk BUMN perkebunan akan membawahi empat belas PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) dan sekaligus PT. Rajawali Nusantara Indonesia. 2 Namun, hingga saat ini per September 2013, baru dua sektor yang berhasil membentuk holding company yaitu PT. Semen Indonesia dan PT. Pupuk Indonesia, sisanya nampak seperti tidak ada perkembangan yang berarti. Hal ini pun menunjukkan bahwa wacana kebijakan atas penggabungan empat belas PT. Perkebunan Nusantara (Persero) (PTPN I s.d. XIV) dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) masih belum menemukan titik terang. Patut diketahui bahwa PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang bergerak di empat komoditas utama yaitu karet, gula, teh, dan kopi merupakan hasil 2 Koran Jakarta, Perampingan BUMN Dipercepat, Koran Jakarta, diakses pada 12 September
3 merger dari PT. Perkebunan XV-XVI (Persero) dan PT. Perkebunan XVIII (Persero) pada tahun Ini berarti bahwa, sudah ada upaya efisiensi yang telah diambil oleh Kementerian BUMN untuk mencapai BUMN yang tepat guna sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Namun semenjak tahun 1996, bahkan pasca dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi yang telah mengamanatkan seluruh lembaga pemerintah wajib melaksanakan reformasi guna menciptakan tata kelola pemerintahan yang bersih (good governance), belum ada upaya nyata untuk dilakukannya right sizing. Salah satu metode yang diambil khusus mengenai organisasi, Kementerian BUMN akan melakukan perampingan dalam rangka meningkatkan efisiensi kerja agar dapat mempercepat business process. Selain itu, hal tersebut juga disesuaikan dengan rencana right sizing BUMN yang diarahkan pada perampingan jumlah BUMN untuk mendapatkan jumlah yang ideal. 4 Apabila juga harus dibandingkan dengan dua BUMN yang telah sukses menjadi holding company di atas, secara agregat dilihat dari nilai total aset, total ekuitas, total penjualan, dan total laba bersih perusahaan BUMN di sektor perkebunan pun tidak jauh berbeda kinerja keuangannya 5 sehingga setidaknya, 3 PTPN IX, Tentang Perusahaan, BUMN, diakses pada 12 September Rencana Strategis Kementerian BUMN. Op.Cit. hlm Rencana Strategis Kementerian BUMN. Op. Cit. hlm
4 kondisi keuangan tentu bukan menjadi alasan belum terlaksananya perampingan BUMN di sektor perkebunan hingga saat ini. Menurut pengamat BUMN, Said Didu, kendala utama dari program right sizing adalah perlunya merevisi Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 dalam hal pelimpahan kewenangan untuk melakukan right sizing ke pihak Kementerian BUMN agar Master Plan Kementerian BUMN yang hendak mengurangi jumlah BUMN menjadi 78 BUMN pada tahun 2014 bisa terlaksana. 6 Memang menjadi sebuah keniscayaan pula bahwa dalam pengambilan kebijakan perubahan perusahaan plat merah juga akan diperlukan dukungan atas regulasi yang memungkinkan sehingga percepatan untuk mewujudkan holding company di sektor perkebunan bisa terlaksana. Ditambah pula, dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas belum mengatur tentang bentuk holding company sehingga secara de jure hal ini akan menjadi tantangan bagi pihak Kementerian BUMN untuk melakukan percepatan program right sizing pada perusahaan milik negara. Selain itu, patut dilihat pula kondisi dari kesiapan PT. Perkebunan Nusantara I-XIV dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia untuk menghadapi bentuk holding company. Salah satunya pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang memiliki aspek komoditas berbeda dengan BUMN di sektor perkebunan lainnya. Pembentukan holding company memang tidak 6 Ruslan Burhani, Program Rightsizing BUMN Jadi KPI Kemenkeu, Antara News, diakses pada 12 September
5 harus selalu terdiri atas perusahaan-perusahaan bergerak pada jenis usaha yang sama. Bahkan menurut Prof. Rudhi Prasetya, bahwa tidak jarang PT-PT itu satu dengan yang lainnya sekalipun berada dalam naungan satu kelompok yang sama namun tetap bekerja secara zakelijk/businesslike. 7 Fenomena inilah yang menurut Penulis juga bisa akan terjadi pada rencana holding company PT. Perkebunan Indonesia. Itulah sebabnya, sebagai salah satu perusahaan yang akan mengalami upaya right sizing, patut diteliti pula bagaimana kemudian PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) sudah melakukan persiapan menuju hal tersebut. Oleh karena itu Penulis merasa tertarik untuk menulis penulisan hukum dengan judul PERAMPINGAN (RIGHTSIZING) PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) DALAM WACANA KEBIJAKAN EFISIENSI MENJADI HOLDING COMPANY PT. PERKEBUNAN INDONESIA. B. PERUMUSAN MASALAH 1. Mengapa kebijakan perampingan (right sizing) BUMN di sektor perkebunan menjadi prioritas dalam Rencana Strategis BUMN? 2. Apakah rencana pembentukan holding company BUMN di sektor perkebunan merupakan cara perampingan (right sizing) BUMN yang tepat? 7 Rudhi Prasetya, 2011, Teori dan Praktek Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, hlm
6 C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa hal mengenai tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yaitu: 1. Tujuan Objektif a. Turut serta mengawal pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Badan Usaha Milik Negara Periode yang salah satunya tentang efisiensi jumlah perusahaan BUMN; b. Mengetahui tentang wacana kebijakan perampingan (right sizing) Badan Usaha Milik Negara di sektor perkebunan untuk menjadi holding company PT. Perkebunan Indonesia; c. Meneliti kondisi kesiapan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) sebagai salah satu perusahaan BUMN di sektor perkebunan. 2. Tujuan Subjektif Memperoleh data secara lengkap dan jelas yang diperlukan untuk penyusunan penulisan hukum sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 7
7 D. KEASLIAN PENELITIAN Sepanjang pengetahuan dan penelusuran yang dilakukan oleh penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, belum pernah ada penulisan hukum yang mengangkat topik mengenai perampingan (right sizing) pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) dalam wacana kebijakan efisiensi menjadi holding company PT. Perkebunan Nusantara, namun telah ada beberapa penelitian dengan topik seputar holding company, diantaranya yaitu: 1. Penulisan hukum yang ditulis oleh Harry Poernomo (2010), mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dalam bentuk Tesis dengan judul Tinjauan Hukum terhadap Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pupuk. Penulisan hukum ini memfokuskan pada penyebab holding BUMN Pupuk yang dibentuk dengan PP No.28/1997 tidak dapat berjalan sesuai dengan harapan sehingga Pemerintah pada saat ini memandang perlu untuk melakukan restrukturisasi holding dan bagaimana pula bentuk holding BUMN Pupuk yang dapat memenuhi tujuan pengendalian, koordinasi dan sinergi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas serta mekanisme pembentukannya sehingga memenuhi pula ketentuan hukum yang berlaku. Pada penulisan hukum ini, diambil kesimpulan bahwa upaya untuk meningkatkan pengendalian dan koordinasi dalam holding ini sulit dicapai karena induk holding (Pusri) mempunyai kegiatan usaha yang sama dengan 8
8 anak-anak perusahaan holding (PKT, PKG PIM, PKC) yang juga bersaing dalam kegiatan operasional dan bisnisnya sehingga menimbulkan adanya kecenderungan conflict of interest. Dengan demikian keputusan Kementerian BUMN untuk melakukan restrukturisasi holding BUMN dipandang sudah tepat. Sementara itu,bentuk holding yang tepat adalah pembentukan investment holding.; 2. Penulisan hukum yang ditulis oleh M. Fauzi Irawan (2006), mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dalam bentuk Skripsi dengan judul Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas Perusahaan Anak dalam Perusahaan Kelompok dengan Induk Perusahaan BUMN (Persero). Penulisan hukum ini memfokuskan pada hal status hukum perusahaan anak dalam perusahaan kelompok dengan induk perusahaan BUMN (Persero) serta tentang praktek perlindungan hukum pemegang saham minoritas pada perusahaan anak dalam perusahaan kelompok dengan induk perusahaan BUMN (Persero). Pada penulisan hukum ini akhirnya dapat disimpulkan bahwa status dan kedudukan hukum perusahaan anak dari Persero tidak sama dengan induknya yang berstatus BUMN (Persero) melainkan berstatus PT biasa serta praktek perlindungan hukum pemegang saham minoritas di perusahaan anak dalam perusahaan kelompok dengan induk perusahaan BUMN (Persero) selain berdasarkan Undang-undang juga dapat dilihat dari 9
9 aspek Anggaran Dasar dan pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance;dan 3. Penulisan hukum yang ditulis oleh Mohammad Sholeh Amin (2010), mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dalam bentuk Tesis dengan judul Tinjauan Yuridis Perubahan Status Perusahaan Publik (Emiten) dari Perusahaan Induk (Holding Company) Studi Kasus PT. Abdi Bangsa, Tbk. Pada penulisan hukum ini memfokuskan dalam hal mekanisme dan prosedur menurut hukum perubahan perseroan dari perseroan biasa menjadi holding company dan akibat hukum perubahan tersebut terhadap status hukum anak perusahaan atas perusahaan induk khususnya berkaitan dengan hubungan hukum perusahaan anak terhadap perusahaan induk (holding company). Dari penulisan hukum ini dapat disimpulkan bahwa dalam mengubah status perseroan dari perusahaan biasa menjadi perusahaan induk dapat melalui dua cara yaitu mendirikan perusahaan baru sebagai anak perusahaan dan kedua dengan mengambil alih perusahaan lain yang akan menjadi anak perusahaan. Sementara itu akibat hukum yang timbul atas perusahaan itu antara lain bahwa terjadi perubahan maksud dan tujuan perusahaan dalam anggaran dasar perusahaan, perubahan kedudukan dan kegiatan perusahaan, perubahan status perusahaan dari perusahaan yang melaksanakan aktivitas usaha secara langsung menjadi perusahaan pengendali terhadap anak perusahaan seta perubahan status pekerja. 10
10 Selanjutnya terdapat penelitian yang memiliki kesamaan objek penelitian, yaitu: 1. Penulisan hukum yang ditulis oleh Jasmine Gita Pirasandi (2012), mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dalam bentuk Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi Pekerja PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih. Moga Kabupaten Pemalang. Penulisan hukum ini menitikberatkan pada hal pelaksanaan program kecelakaan dan kesehatan kerja di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) dan upaya apa saja yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Melalui penulisan hukum ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan telah dilaksanakan dengan baik. Apabila terjadi kecelakaan kerja, terdapat beberapa faktor penyebabnya yaitu faktor manusia dan faktor lingkungan. Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh piha manajemen PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yaitu menyediakan alat pelindung diri, memasang petunjuk dan rambu tentang keselamatan dan kesehatan kerja, menyelenggarakan pelatihan mengenai simulasi pemadaman kebakaran dan kecelakaan kerja serta penyediaan fasilitas Balai Pengobatan, kotak P3K dan alat pemadam kebakaran;dan 11
11 2. Penulisan hukum yang ditulis oleh Adi Widjajanto (2009), mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dalam bentuk Tesis yang berjudul Analisa terhadap Peran Organisasi Pekerja dalam Menyikapi Terjadinya Aksi Pelanggaran Areal Hak Guna Usaha (HGU) di PT. Perkebunan Nusantara IX Jawa Tengah. Penulisan hukum ini memfokuskan pada pembahasan tentang peranan organisasi pekerja di PTPN dalam menyikapi terjadinya aksi penggarapan area HGU perusahaan, faktor-faktor pendorongnya, serta keikutsertaan organisasi pekerja PTPN dalam menyelesaikan masalah penggarapan area HGU perusahaan sesuai dengan yang diatur dalam Undang- Undang. Dalam penulisan hukum ini dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan yang dapat dilakukan adalah ikut memperjuangkan untuk mendapat kepastian hukum dan pro aktif melakukan pendekatan sosial terhadap masyarakat sekitar sedangkan faktor pendorongnya karena adanya rasa memiliki yang tinggi terhadap perusahaan serta keikutsertaan organisasi pekerja adalah wujud nyata konsep kemitraan dalam hubungan industrial di perusahaan. Dari beberapa penelitian yang ditemukan oleh penulis di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tersebut, Penulis beranggapan bahwa penulisan hukum yang dibuat oleh Penulis memiliki perbedaan dengan penulisan hukum yang telah ada sebelumnya. Adapun perbedaan tersebut terletak pada: 1. Lokasi penelitian 12
12 Lokasi penelitian berada di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di Kota Solo yaitu PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) dan di Provinsi DKI Jakarta yang terletak di Jakarta yaitu Kementerian BUMN. 2. Isi/Objek penelitian Penelitian ini difokuskan pada wacana kebijakan perampingan (right sizing) seluruh Badan Usaha Milik Negara di sektor perkebunan menjadi holding company menjadi PT. Perkebunan Indonesia (Persero) khususnya meneliti pula kesiapan salah satu perusahaannya yaitu PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). Berdasarkan hal tersebut, penulis beranggapan bahwa penulisan ini dilakukan dengan itikad baik tanpa adanya maksud atau niat untuk melakukan tindakan plagiarisme. Apabila terdapat penelitian yang serupa, maka diharapkan penelitian ini dapat menambah penelitian yang ada sebelumnya serta memperkaya khasanah penulisan hukum yang bersifat akademis. E. KEGUNAAN PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi ilmu pengetahuan, bagi masyarakat dan bagi diri sendiri. Adapun manfaat dari penelitian tersebut sebagai berikut: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan 13
13 Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan serta menjadi referensi literatur khususnya di bidang hukum dagang dalam hal kebijakan holding company perusahaan-perusahaan milik negara sebagai salah satu upaya perampingan (right sizing). 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan akses pengetahuan bagi masyarakat yang awam tentang Badan Usaha Milik Negara khususnya mengenai bentuk holding company serta dampaknya bagi organ perseroan di dalamnya. 3. Bagi Diri Sendiri Penelitian ini akan menambah khasanah pengetahuan Penulis khususnya tentang hukum dagang di bidang perseroan tentang holding company Badan Usaha Milik Negara. 14
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnisnya adalah melakukan restrukturisasi. Alasan utama restrukturisasi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menghadapi era pasar bebas yang semakin ketat persaingan bisnisnya, hal tersebut yang memacu dunia usaha untuk lebih peduli terhadap strategi yang dijalankan.
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Keberadaan badan usaha milik negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Untuk itu, BUMN diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan umum pembangunan nasional adalah mempercepat
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran utama yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional 2015-1019 serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan usaha milik negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku dalam perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara (BUMN) diharapkan, antara lain, (1) memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional
Lebih terperinciBAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN A. KONDISI UMUM Hingga akhir tahun 2004, jumlah BUMN yang dimiliki Pemerintah tercatat sebanyak 158 BUMN. Dari keseluruhan BUMN tersebut
Lebih terperinciStrategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang
Strategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang Oleh Sunarsip Kepala Ekonom The Indonesia Economic Intelligence Dalam dua tahun ini, kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjukkan peningkatan kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil dengan pertumbuhan rata-rata Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5.8%. Untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain melalui perbankan, lembaga pembiayan, dan pasar modal. Pasar modal
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara membutuhkan pembiayaan baik dari pemerintah maupun masyarakat. Penerimaan pemerintah untuk membiayai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semangat para Penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan. 1 Penyelenggara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan negara mempunyai peran penting dalam mewujudkan citacita perjuangan bangsa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Penjelasan Undang- Undang Dasar Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil, pimpinan perusahaan dapat mengawasi secara langsung kinerja di
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi yang semakin pesat dewasa ini berakibat semakin banyaknya perusahaan yang bergerak pada berbagai bidang. Pada perusahaan skala kecil, pimpinan
Lebih terperinciWALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH
WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa program privatisasi Badan Usaha Milik
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Sesuai dengan Pasal 33 UUD 45, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 33 UUD 45, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu penggerak utama perekonomian nasional disamping perusahaan swasta dan koperasi. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya adalah PT Rajawali Nusindo yang mengelola bidang usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) adalah sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara dengan kepemilikan saham 100% adalah Pemerintah Republik Indonesia yang dikendalikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terdiri dari tiga bentuk badan usaha yaitu swasta, BUMN dan koperasi. Badan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan tentang pelaku ekonomi nasional terdiri dari tiga bentuk badan usaha yaitu swasta, BUMN dan koperasi. Badan Usaha Milik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai
Lebih terperinciHOLDING BUMN: SELURUH SAHAM PEMERINTAH DI PGN DIALIHKAN KE PERTAMINA
HOLDING BUMN: SELURUH SAHAM PEMERINTAH DI PGN DIALIHKAN KE PERTAMINA Bisnis.com Terkait rencana pembentukan holding BUMN sektor energi, pemerintah berencana mengalihkan seluruh saham negara di PT PGN (Persero)
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa privatisasi Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana hal ini menciptakan persaingan antar perusahaan-perusahaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan serta perbaikan. Perkembangan perekonomian ini meliputi semua sektor baik sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan, hal mana sejalan dengan pengertian perusahaan menurut Undang-undang No. 3 Tahun 1982
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara atau biasa disebut sebagai PTPN merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki kewenangan untuk mengelola perkebunan yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN KONFLIK KEWENANGAN DALAM PEMERIKSAAN TERHADAP DIREKSI BADAN USAHA MILIK NEGARA PERSEROAN TERBATAS DALAM UNDANG-UNDANG PERSEROAN
BAB I PENDAHULUAN KONFLIK KEWENANGAN DALAM PEMERIKSAAN TERHADAP DIREKSI BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS DALAM UNDANG-UNDANG PERSEROAN DAN UNDANG-UNDANG BADAN USAHA MILIK NEGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 PT. Perkebunan Nusantara IV 4.1.1 Riwayat Singkat Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 09 tahun 1996 tentang penggabungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara atau
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara atau biasa yang disebut dengan BUMN diharapkan untuk, (1) memberikan sumbangan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Badan Usa
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2015 KEMEN-BUMN. Anggota. Dewan Komisaris. Dewan Pengawas. Pengangkatan. Pemberhentian. Tata Cara. Persyaratan. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinciBUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH ANEKA KARYA KABUPATEN BOYOLALI MENJADI PERSEROAN TERBATAS
Lebih terperinciDampak dari berhentinya pembiayaan Pemerintah tersebut antara lain :
Lampiran : KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 4895/Kpts-II/2002 Tanggal : 5 Juni 2002 Tentang : KRITERIA DAN INDIKATOR PENILAIAN KELANGSUNGAN PERUSAHAAN HTI PATUNGAN DAN HTI BUMN I. PENDAHULUAN A. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik melalui peningkatan pelayanan publik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dikeluarkannya paket perundang-undangan di bidang Keuangan Negara yang meliputi Undang-Undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, Undangundang No. 1/2004
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYERTAAN DAN PENATAUSAHAAN MODAL NEGARA PADA BADAN USAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktik monopoli dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan sebuah lembaga independen yang dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyambut baik kehadiran penanaman modal atau investasi di Indonesia, baik
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi daerah maupun nasional serta mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia, diperlukan peningkatan penanaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pupuk sangat penting dalam upaya pencapaian ketahanan pangan nasional. Segala cara dilakukan oleh Pemerintah sebagai regulator untuk dapat memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Umum dan perdagangan efek, Perseroan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pasar Modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, Perseroan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), merupakan salah satu perwujudan dari peran pemerintah di bidang ekonomi, yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peralatan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Permasalahan umum yang ada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan agroindustri yaitu merupakan kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan untuk
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG
1 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN BENTUK HUKUM BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN DARI PERUSAHAAN DAERAH
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-18/MBU/10/2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-18/MBU/10/2014 TENTANG PENYAMPAIAN DATA, LAPORAN, DAN DOKUMEN BADAN USAHA MILIK NEGARA SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciABSTRAK ANALISIS KONTRIBUSI LABA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII TERHADAP PENERIMAAN NEGARA. Oleh YOLANDA AGUSTINA GINTING
Yolanda Agustina Ginting http://epserv.fe.unila.ac.id ABSTRAK ANALISIS KONTRIBUSI LABA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII TERHADAP PENERIMAAN NEGARA Oleh YOLANDA AGUSTINA GINTING Memajukan kesejahteraan bagi
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan merupakan salah satu bidang yang paling fundamental bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sektor perbankan memiliki peran strategis bagi ekonomi suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kehadiran perseroan terbatas dalam kegiatan perekonomian tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perseroan terbatas dalam kegiatan perekonomian tidak dapat dipungkiri kehadirannya, bahkan sebagian besar badan usaha yang berdiri dan menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. para stakeholdernya. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang merupakan salah satu bentuk organisasi pastinya memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para stakeholdernya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB
Lebih terperinciRAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS)
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ Perseroan yan g memegang kekuasaan tertinggi dalam Perseroan dan mempunyai segala wewenang yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang timbul dari perkembangan dan peradaban masyarakat. Semakin tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanggung jawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan adanya hubungan antara perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan oleh dampak yang timbul dari perkembangan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor privat merupakan entitas mandiri yang berhak melakukan pengelolaan aset kekayaannya sendiri sebagai entitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Perseroan Terbatas (PT) Telekomunikasi Indonesia, Terbuka (Telkom) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Indonesia baik dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kondisi krisis perekonomian yang berlanjut pada kr~sis multi dimens~ di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi krisis perekonomian yang berlanjut pada kr~sis multi dimens~ di Indonesia saat ini masih belum menunjukkan adanya tanda-tanda akan berakhir. Akan tetapi berbagai
Lebih terperinciPedoman Direksi. PT Astra International Tbk
PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri perbankan masih mendominasi aset sektor keuangan. Penguasaan aset
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan masih mendominasi aset sektor keuangan. Penguasaan aset industri perbankan mencapai 80 persen dari total aset sektor keuangan di Indonesia (Bank Indonesia,
Lebih terperinciROAD MAP REFORMASI BIROKRASI
KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, program reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinci2017, No Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Ne
No.983, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Grand Design Pembinaan SDM Kearsipan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG GRAND DESIGN PEMBINAAN SUMBER DAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha. dari kekayaan negara yang dipisahkan. Sejak tahun 2001, seluruh BUMN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum yang berbeda dengan negara sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan selama ini telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat, yang meliputi bidang sosial budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer dan ditempatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer dan ditempatkan pada posisi terhormat. Dikarenakan alasan yang pertama, GCG merupakan salah satu kunci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia yang dikuasai oleh negara untuk kepentingan hajat hidup orang banyak baik yang telah dikuasai atau
Lebih terperinciNOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,
NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengantisipasi perkembangan ekonomi global
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
SALINAN BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Didalam bab tiga penulis membahas tentang Hasil Penelitian dan Analisis. Di dalam pada bagian Hasil Penelitian pembahasan yang berdasarkan pada rumusan masalah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan ( Corporate Social Responsibility ). Tanggung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara atau BUMN berdasar UU No. 19 Th 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cara bagi pelaku usaha untuk dapat mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, persaingan usaha dalam pasar perdagangan semakin ketat. Perusahaan dituntut untuk selalu mengembangkan strategi dan menciptakan inovasi-inovasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecepatan dalam memasarkan produk, menambah kompetensi yang. berlebihan (Hitt, Ireland dan Hoskisson, 1997).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya perusahaan melakukan proses merger dan akuisisi untuk mendapatkan sinergi, nilai tambah, dan keefektifan (Foster, 1994). Salah satu nilai tambah yang
Lebih terperinciBUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka rnewujudkan peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini dapat terbilang cukup pesat, khususnya pada sektor perekonomian.indonesia adalah contoh negara yang
Lebih terperinciMENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA
MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER- 09 /MBU/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu penelitian yuridis empiris yaitu penelitian terhadap
62 A. Jenis dan Tipe Penelitian III. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini yaitu penelitian yuridis empiris yaitu penelitian terhadap efektivitas hukum, yang membahas bagaimana hukum beroperasi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang tentunya mempunyai peranan sangat penting terhadap kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaku sepenuhnya dari kedaulatan rakyat Indonesia, Presiden sebagai kepala
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu perubahan mendasar dari UUD 1945 pasca amandemen adalah kedudukan Presiden yang bukan lagi sebagai mandataris dari MPR. Sebelum amandemen, MPR merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wakaf yaitu, ajaran Islam mengenai wakaf, peraturan perundang-undangan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memberikan hak kepada setiap warga negara untuk melaksanakan ajaran agamanya. Bagi seorang muslim, melaksanakan syariat Islam merupakan suatu kewajiban
Lebih terperinciBUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah
Lebih terperinci2 pemerintah yang dalam hal ini yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS). 2 Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah bidang sumber daya manusia aparatur sebaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki sejarah panjang dalam sistem pemerintahannya. Sejarah tersebut telah mencatat berbagai permasalahan yang muncul terkait
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan secara jangka panjang. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber pembiayaan saja, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan fenomena, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.04/2014 TENTANG KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.04/2014 TENTANG KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Dewan Komisaris sebagai salah satu organ Emiten atau
Lebih terperinciKeuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kinerja dan institusi kelembagaannya, Kementerian Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu peningkat- an efisiensi, efektivitas,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANGUN BANUA KALIMANTAN SELATAN MENJADI PERSEROAN TERBATAS BANGUN BANUA KALIMANTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi di Indonesia, keberadaan Badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi di Indonesia, keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada sebuah pemerintahan akan saling terkait fungsinya guna memperjuangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beragam instansi pemerintah dengan tugas dan wewenang masing-masing. Meski begitu, seluruh instansi pemerintah yang berada pada sebuah pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan pembangkit listrik Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan resiko dan perwujudan Good Corporate Governance untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit internal membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya melalui evaluasi, pengelolaan resiko, pengendalian dan proses tata kelola perusahaan (good governance).
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA
Lebih terperinciEFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) DALAM RANGKAH MENINGKATKAN DEVISA NEGARA Andi Wardhana
EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) DALAM RANGKAH MENINGKATKAN DEVISA NEGARA Andi Wardhana Sebagaimana Tujuan didirikan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) ada Beberapa hal yaitu : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah melakukan reformasi pengelolaan keuangan. Baik keuangan negara maupun keuangan daerah. Upaya yang dilakukan ini merupakan suatu upaya untuk
Lebih terperinciBAB 1 LATAR BELAKANG. dengan munculnya krisis budaya moral. Di beberapa negara Asia pondasi
BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang pernah terjadi di beberapa negara Asia telah menyadarkan kita semua bahwa sesungguhnya yang menjadi penyebab utama dari krisis ekonomi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang sedang berkembang khususnya di Indonesia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi negara-negara yang sedang berkembang khususnya di Indonesia, pembangunan nasional merupakan salah satu alternatif untuk meningkatan taraf hidup suatu
Lebih terperincibirokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam
RINGKASAN EKSEKUTIF Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, ditetapkan bahwa Kementerian Dalam Negeri merupakan salah satu unsur kementerian/ lembaga yang memiliki tugas
Lebih terperinci