Bab 6 Kesimpulan dan Implikasi
|
|
- Lanny Dewi Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab 6 Kesimpulan dan Implikasi Pada bab 6, merupakan intisari dan rangkuman dari pembahasan hasil penelitian dan analisis yang telah diuraikan dalam Bab 4 dan Bab 5, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan, implikasi teori dan implikasi kebijakan dari hasil penelitian tentang Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Di samping itu terdapat beberapa saran yang terkait dengan hasil temuan dalam penelitian untuk penelitian mendatang Kesimpulan Berdasarkan perumusan permasalahan dan tujuan dalam penelitian ini, setelah dilakukan proses analisis, penulis merangkum hasil analisis serta menyimpulkannya sebagai berikut: 1. Motivasi merger BPR BKK karena lemahnya kualitas SDM, lemahnya permodalan, terjadinya inefisiensi, dan tidak efektifnya pengawasan. 2. Peran Stakeholder : a. Peran Pemegang Saham, pasca merger Bank Jateng tidak lagi sebagai pemegang saham, sehingga pemegang saham PD BPR BKK adalah Pemda Kabupaten (49%) dan Pemda Provinsi (51%). Secara umum, dalam proses merger, pemegang saham berperan untuk menambah setoran modal sebagai wujud pertanggungjawaban atas faktor kecukupan modal minimal yang harus dipenuhi. Dalam realita, khusus untuk PD BPR BKK Ungaran kedua pemegang saham telah menambah setoran modal meskipun Provinsi Jawa Tengah telah menyetor modal sesuai dengan porsinya, tetapi Pemerintah Kabupaten Semarang belum menyetor modal sesuai dengan porsinya. Pemegang saham PD BPR BKK secara umum merupakan investor yang rasional, lebih mudah atau terdorong menambah modal dengan harapan mendapat dividen lebih besar. Sebelum merger Bupati menjadi pemegang tunggal penentu pengelolaan BPR BKK Ungaran sehingga RUPS tidak dapat berjalan dengan baik karena Propinsi yang juga menjadi pemegang saham tidak diberi peran. Setelah merger, 187
2 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger pemegang saham baik Kabupaten maupun Propinsi dapat berperan sebagaimana diatur dalam Perda Nomor 11 Tahun b. Peran Bank Indonesia, peran Bank Indonesia sangat menentukan sekali dalam proses merger, diantaranya melakukan pengawasan terhadap BPR BKK yang akan melakukan merger, harus dalam kondisi kecukupan modal, serta unsur-unsur kesehatan bank yang meliputi kualitas aktiva produktif, manajemen, kemampuan bank mendatangkan keuntungan (earning), dan likuiditas bank. Bank Indonesia berperan menjadi mediator antara pengurus BPR BKK Ungaran dengan pemegang saham agar ada pemahaman yang sama mengenai merger. Bank Indonesia selama enam bulan membimbing dalam menyelesaikan rancangan merger. c. Peran Badan Pengawas, sebelum merger Badan Pengawas BPR BKK se Kabupaten Semarang perannya belum maksimal, lebih mengutamakan tugasnya sebagai birokrat (Kabag Perekonomian atau Camat). Dalam proses merger Badan Pengawas sebagai inisiator dalam penandatanganan rancangan merger. Setelah merger Badan Pengawas berperan aktif, dan dimonitor secara langsung oleh Bank Indonesia. Anggota Badan Pengawas yang tidak aktif akan terancam fit and proper test ulang. Badan Pengawas dibantu oleh direksi dan karyawan berperan dalam proses merger BPR BKK Ungaran, menandatangani rancangan merger dan pengumuman merger, serta melakukan konversi modal. d. Peran direksi, sebelum merger direksi BPR BKK Ungaran hanya berperan memimpin bank secara mandiri di tingkat kecamatan, dalam proses merger mempunyai peran sebagai inisiator yang menanda tangani rancangan merger, pengumuman merger, dan setelah merger direksi berperan secara maksimal memimpin bank hasil merger. e. Peran Karyawan, Karyawan BPR BKK mendukung pengurus dalam mempersiapkan merger, menyiapkan bussiness plan, mendukung kinerja dan pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan pemegang saham, serta meningkatkan pelayanan kepada para pemakai jasa bank dalam peningkatan operasional bank dan memperkuat lembaga. f. Peran Nasabah, Peran nasabah BPR BKK sangat diperlukan dalam melakukan merger, khususnya dalam menyangga dana, tanpa dukungan dan kepercayaan dari masyarakat lembaga tidak bisa besar, sehat, dan berkelanjutan. 188
3 Bab 6 Kesimpulan dan Implikasi 3. Dalam proses merger ada beberapa proses yang harus ditempuh yang tidak bisa lepas dari dinamika yang terjadi, a. Sebelum proses merger Sebelum proses merger dalam tubuh BPR BKK se Kabupaten Semarang sudah terjadi dinamika kelembagaan mulai dari proyek percontohan Badan Kredit Kecamatan bernama BKK menjadi BUMD BKK dan mulai tahun 1992 menjadi BUMD BPR BKK. b. Proses merger Proses merger BPR BKK se Kabupaten Semarang ke BPR BKK Ungaran melalui beberapa tahapan dimulai dari inisiatif merger, dilanjutkan dengan sosialisasi rencana merger, melakukan studi banding ke bank yang telah melakukan merger, pengumuman merger, pembuatan rancangan merger, pengajuan perijinan merger ke Bank Indonesia pusat, realisasi merger, selanjutnya membuat perubahan anggaran dasar bank, pengangkatan pengurus baru, penyusunan rencana kerja baru, konsolidasi neraca, konversi modal. Dalam proses merger disepakati pula oleh para pemegang saham bahwa hasil merger BPR BKK Ungaran tetap berbadan hukum Perusahaan Daerah sebagaimana diamanatkan dalam Perda nomor: 11 tahun 2008 dan berkantor pusat di kabupaten/kota setempat. c. Kesepakatan Pemegang Saham Dalam proses merger ada kesepakatan yang sama dari seluruh pemegang saham BPR BKK Ungaran yang dituangkan dalam RUPS. Menambah modal karena CAR nya kurang dari 8 persen, melakukan penataan status karyawan dan menyelesaikan hak dan kewajiban karyawan. d. Dinamika Kepegawaian Dalam proses merger terjadi beberapa dinamika diantaranya penolakan merger, dampak psikologis pejabat yang tidak terakomodasi, pemberhentian pegawai karena melakukan penyimpangan finansial, terjadinya peningkatan kinerja, dan perkembangan bank. e. Dinamika Konversi Saham Terjadi satu dinamika yang tidak lazim berlaku di badan usaha yang lain, yaitu terjadi pembagian porsi saham yang telah 189
4 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger ditetapkan dalam Perda, pasca penjualan saham milik BPD Jateng yang 7,5 persen terjadi dinamika pembagian saham antara pemerintah Kab.Semarang dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebesar 51 persen dan Pemerintah Kabupaten Semarang sebesar 49 persen. Dalam RUPS pemerintah Provinsi Jawa Tengah menjadi pemegang kunci dalam mengambil keputusan tentang penempatan pengurus dan kebijakan yang lain, karena secara hirarki pemerintahan, pemerintah provinsi lebih tinggi dari pada pemerintah kabupaten/ kota. Dari aspek penguasaan saham pemerintah provinsi sebagai pemegang saham mayoritas. 4. Pada awal merger diketahui adanya penyelewengan di beberapa BPR BKK yang melakukan merger. Implikasinya kalau tadinya tingkat kesehatan gabungan sebelum merger dinyatakan sehat, setelah diteliti dan dihitung ulang pada awal merger masuk klasifikasi tidak sehat. Perkembangan bank pasca merger semakin meningkat, adapun indikator yang meningkat diantaranya asset bank, kredit yang diberikan, dana pihak ketiga dan laba. atau dapat dikatakan bahwa dengan merger bank berkembang semakin membaik. 5. Pasca merger semua unsur CAMEL bank semakin meningkat semakin sehat, atau dapat disimpulkan bahwa BPR BKK Ungaran sebelum merger tidak sehat dan setelah dilakukan merger menjadi sehat. Perbandingan tingkat kesehatan dari semua unsur CAMEL setelah dilakukan penjumlahan nilai tingkat kesehatannya dapat disimpulkan bahwa dengan merger BPR BKK Ungaran menjadi lebih sehat. Sedangkan untuk yang gabungan dari seluruh Jawa Tengah tingkat kesehatannya juga menjadi sehat, atau dapat disimpulkan bahwa merger antar BPR yang sehat akan menjadi bank sehat. 6. Tren perkembangan semua unsur CAMEL di BPR BKK Ungaran semakin berkembang dan menunjukkan tren tingkat kesehatan BPR BKK yang semakin sehat. Dibandingkan dengan angka gabungan BPR BKK Jawa Tengah lebih baik dibanding dengan BPR BKK Ungaran, kecuali untuk pertumbuhan kredit. 7. Kelemahan Merger BPR BKK Ungaran a. Proses setoran modal tidak dapat cepat karena setelah Bupati dan Gubernur setuju masih harus menunggu keputusan DPRD 190
5 Bab 6 Kesimpulan dan Implikasi Provinsi dan DPRD Kabupaten Semarang. b. Adanya monopoli kebijakan yang dilakukan oleh direksi, sehingga kepentingan pribadi dapat ikut mempengaruhi keputusan. c. Penumpukan kredit bermasalah karena gabungan kredit yang macet yang dapat meningkatkan angka NPL. d. Tingkat kesehatan bank dihitung berdasarkan data konsolidasi, sehingga cabang yang baik akan menjadi korban dari cabang yang tidak baik. e. Kewajiban pajak semakin besar karena pengaruh tarif progresif. f. Masih melekatnya citra lama BPR BKK yang kurang baik. Citra kurang baik diantaranya: pelayananan, lokasi dan suasana kantor yang tidak nyaman masih tetap dirasakan. 8. Bentuk dan Peran Trust Relation yang Mendukung Kinerja Bank Secara Financial dan Non Financial a. Secara non finansial merger menimbulkan hubungan kepercayaan (trust relation) baru dari masyarakat untuk mendukung perkembangan bank. b. Secara finansial bank berkembang karena ada kepercayaan baru yang berdampak pada pertumbuhan dana dari masyarakat, meningkatnya kredit yang diberikan kepada masyarakat, dan meningkatnya jumlah laba. Merger dapat meningkatkan kredit yang disalurkan kepada masyarakat untuk mendorong investasi dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Dengan merger meningkatnya laba yang berdampak positif pada setoran Pendapatan Asli Daerah (PAD), secara finansial bank menjadi semakin besar dan semakin sehat. Setelah dilakukan merger perkembangan baki debet tumbuh semakin pesat atau dapat dikatakan bahwa pertumbuhan baki kredit pasca merger lebih baik dibanding sebelum merger. Dengan merger dana pihak ketiga tumbuh dengan baik, pertumbuhan dana semakin meningkat berarti dengan merger BPR BKK Ungaran semakin dipercaya masyarakat. Dengan merger laba bank semakin meningkat, bank semakin produktif dan efisien. 191
6 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger 6.2. Implikasi 1. Implikasi Teori Implikasi teoritis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut, Motivasi melakukan merger BPR BKK Ungaran adalah untuk meningkatkan kualitas SDM dengan cara mengirim SDM ketempat pelatihan, menguatkan modal bank dengan cara mendorong pemegang saham untuk menyetorkan modal, melakukan efesiensi dengan cara penyederhanaan pengurus, dan pengefektifan pengawas dengan cara mengganti dan membubarkan badan pengawas dan badan Pembina yang tidak efektif. Dalam proses merger terjadi beberapa dinamika kelembagaan, dinamika kepegawaian dan kompetisi penyetoran modal. Hal ini dilakukan dalam rangka merasang peran pemegang saham dan stakeholder yang lain aktif dan mendukung merger bank. Trust relation berdampak positif dalam pengembangan bank dan kesehatan bank. Karena dengan hubungan kepercayaan bank semakin berkembang, semakin sehat, pelayanan modal kepada masyarakat semakin meningkat. Secara singkat, pasca merger PD BPR BKK Ungaran menajdi makin menciptakan nilai bukan saja secara ekonomis dalam bentuk peningkatan laba karena tercipta sinergi 9 PD BPR BKK yang bergabung, peningkatan kesehatan bank, dan peningkatan aset bank, tetapi juga meningkatkan daya saing yang mempercepat pertumbuhan usaha PD BPR BKK Ungaran. Hal ini konsisten dengan temuan penelitian Healy (1992) yang menemukan bank yang beraset besar dan labanya meningkat secara signifikan, juga penelitian Sarwono (2007) tentang merger Bank Mandiri, telah meningkatkan laba bank dan pajak dari bank, serta kompilasi penelitian oleh Weston, Mitchell et al (2004), dampak merger kategori pertama dalam hal meningkatkan nilai dari perusahaan yang merger. Merger merupakan keputusan investasi yang berdampak jangka panjang yang merupakan strategi berkembang, seperti halnya yang ditemukan oleh Mahmud, Z (2010) dalam mencapai tujuan jangka panjang dengan cara mentranformasikan batas perusahaan perbankan. Dengan demikian penelitian ini memperkuat teori terjadinya sinergi dalam Merger antar bank lokal dalam berbagai indikator kinerja seperti 192
7 Bab 6 Kesimpulan dan Implikasi meningkatkan kesehatan bank, meningkatkan transparansi bank, bank menjadi lebih strategis dan lebih sehat karena peran stakeholder serta meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap bank (trust relationship), dan pada akhirnya dapat membuktikan bahwa PD BPR BKK sebagai bank lokal makin meningkatkan daya saing. 2. Implikasi Kebijakan Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka dapat dirumuskan implikasi kebijakan dalam pembangunan dunia perbankan sebagai berikut. Pemerintah Kabupaten dan Provinisi selaku pemegang saham PD BPR BKK merupakan investor yang makin rasional, dimana investor akan tertarik pada PD BPR BKK yang kinerja dan prospek yang bagus dan akan lebih mudah menambah setoran modal dengan harapan memperoleh dividen dan peningkatan pajak lebih besar, dan dapat lebih berbangga PD BPR BKK miliknya karena lebih memberdayakan masyarakatnya. Dengan kata lain, Pemda sebagai pemegang saham akan enggan menambah modal setor jika kinerja PD BPR BKK miliknya tidak baik. Dengan demikian, kebijakan terbaik adalah meningkatkan kinerja PD BPR BKK dengan mendorong tim manajemen (direksi) bekerja lebih profesional. PD BPR BKK hasil merger terbukti mampu meningkatkan modal secara absolut yang lebih besar karena akumulasi laba ditahan dan jangkauan pelayanan lebih luas mendekati nasabah. Dengan makin luasnya layanan, masyarakat tidak harus pergi jauh untuk mencari bank yang besar, karena di daerah setempat sudah ada bank lokal (PD BPR BKK) hasil merger yang cukup besar. Makin besar bank lokal menunjukkan makin besar kepercayaan masyarakat. Dengan demikian, implikasi kebijakan adalah memperkuat kebijakan pertumbuhan bank lokal sebagai upaya makin memberdayakan ekonomi masyarakat seperti citacita awal pendirian BPR BKK tahun Dari sisi proses perkembangan PD BPR BKK yang telah melalui berbagai gejolak dan dinamika baik ekonomi, sosial dan politik lebih dari 30 tahun terhitung mulai berdiri sebagai lembaga keuangan yang sederhana belum berbadan hukum pada tahun 1970an yaitu sebagai BKK (Badan Kredit Kecamatan), kini PD BPR BKK makin membuktikan jati dirinya, teguh dalam melayani masyarakat tingkat bawah dan UMKM dan 193
8 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger mampu bersaing bukan saja dengan sesama lembaga keuangan mikro tetapi juga dengan bank umum yang telah rame rame memasuki segmen pasar keuangan mikro. Dengan tebentuknya badan hukum dan merger beranti PD BPR BKK telah menyesuaikan diri dengan peraturan perundangan yang beralku. Dengan demikan, Pemda Kabupaten dan Provinsi sebagai pemegang saham makin bisa menyaksikan PD BPR BKK sebagai lembaga keuangan yang makin dewasa dan mampu menjalankan good corporate (banking) governance Saran Untuk Penelitian Mendatang Sebagaimana telah ditulis dalam bab 2, sudah banyak peneliti terdahulu melakukan kajian masalah merger bank. Penelitian ini telah memperkaya dan memberi sumbangan dari sisi pengembangan kelembagaan khususnya peningkatan peran lembaga keuangan mikro dalam memberdayakan ekonomi masyarakat bawah dan UMKM. Dalam proses merger dan pemberdayaan masyarakat, peneliti yang juga eksektif PD BPR BKK memiliki pengetahuan mendalam tentang dinamika PD BPR BKK dan masyarakat yang dilayani, namun demikian masih ada peluang untuk penelitian lebih lanjut. Unsur hubungan relasional dan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat (trust relation) dengan PD BPR BKK dapat diteliti lebih lanjut. Seperti halnya penelitian Sunarto, H.(2007) menekankan bahwa makin lama menciptakan relasi bank-nasabah, makin rendah biaya transaksi yang berarti menguntungkan nasabah dan bank, tetapi juga ada risiko nasabah berpindah karena persaingan. Persoalannya, adalah apakah PD BPR BKK setelah besar dalam arti kekuatan modal dan aset melalui merger mampu memelihara nasabahnya untuk tidak lari ke lembaga keuangan lainnya. Setelah merger, PD BPRK BKK memiliki SDM yang berkualitas dan kinerjanya meningkat. Namun demikian perjalanan waktu masih akan menghadapi berbagai tantangan dalam melayani masyarakat sebagai lembaga intermediasi karena perubahan lingkungan sekitar, baik dari segi tuntutan pemegang saham, hubungan politik legislatif dan eksekutif, serta meningkatnya persaingan. Dengan demikian persoalan penelitian yang dapat diangkat adalah tentang perkembangan daya saing PD BPR BKK dalam segmen keuangan mikro. 194
ANALISIS EFISIENSI MERGER BPR BKK SE-KABUPATEN SRAGEN
ANALISIS EFISIENSI MERGER BPR BKK SE-KABUPATEN SRAGEN TESIS Oleh VERONICA KRISNI DAMAYANTI NIM : P 10030038 Program Studi : Magister Manajemen Konsentrasi : Manajemen Keuangan PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksternal sehingga mampu bersaing pada tingkat global dengan lembaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan perbankan mempunyai peran penting dalam menentukan tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara terutama di dalam era perdagangan bebas dewasa
Lebih terperinciPenguatan Kelembagaan Jasa Keuangan Badan Kredit Kecamatan (BKK) Jawa Tengah
Penguatan Kelembagaan Jasa Keuangan Badan Kredit Kecamatan (BKK) Jawa Tengah Nama Inovasi Penguatan Kelembagaan Jasa Keuangan Badan Kredit Kecamatan (BKK) Jawa Tengah Produk Inovasi Kebijakan Pengembangan
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 93 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Lebih terperinci-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Landasan hukum yang mengatur masalah keberadaan dan usaha Bank Umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, karena perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG
1 BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN SEMARANG PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan perbankan adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penyalur keuangan antar satu nasabah dengan nasabah dengan yang lain, sehingga bisa dikatakan bahwa
Lebih terperinciBab 5 Dinamika Merger BPR BKK
Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK 5.1. Perkembangan BPR BKK Pada tahun 1969 pasca gerakan G 30'S PKI, kemiskinan masyarakat semakin meningkat, kemudian muncul pemikiran untuk mendirikan lembaga penyedia modal
Lebih terperinciNO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 13 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN
Lebih terperinciNO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 11 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa modern seperti sekarang ini, lembaga keuangan atau bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan
BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data-data keuangan yang dibutuhkan. Data-data keuangan tersebut dapat diperoleh
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH NO. 7 TAHUN 2011
1 PEMERINTAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH NO. 7 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN BREBES KEPADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN
Lebih terperinci2. Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam
2. Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciTENTANG BUPATI PATI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH (INVESTASI) KE DALAM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT KECAMATAN (PD. BPR BKK ) PATI KOTA PADA ANGGARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi maupun modal kerja. Perkembangan yang pesat tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara digerakkan antara lain oleh sektor riil dan jasa, dimana untuk berkembang dibutuhkan suntikan dana sebagai investasi maupun modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. waktu Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan akhirnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Dimulai pada tahun 1983 ketika berbagai macam deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 288 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memajukan perekonomian. Kemajuan perekonomian nasional dapat dilihat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan merupakan sektor yang paling utama dalam berperan memajukan perekonomian. Kemajuan perekonomian nasional dapat dilihat dari terlaksananya
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA
BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era otonomi daerah telah diberikan kewenangan lebih besar pada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti idealnya pelaksanaan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 9/16/PBI/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dunia perbankan semakin ketat. Tantangan di dunia perbankan akan semakin sulit
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekonomian yang semakin terbuka membuat persaingan dalam dunia perbankan semakin ketat. Tantangan di dunia perbankan akan semakin sulit dengan diterapkannya
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS
PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciKEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad S-2 Gelar Magister Manajemen Diajukan
Lebih terperinci2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SETELAH MERGER BERD ASARKAN FORMULA CAMEL
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri perbankan dalam memasuki era globalisasi, era pasar bebas dan persaingan usaha yang semakin luas, menuntut perusahaan harus berpikir
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SINGKAWANG
PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GUNUNG POTENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciMembangun BPR yang Sehat, Kuat dan Berdaya Saing Tinggi Arah Kebijakan Pengaturan Dalam Rangka Mendukung Modernisasi Bank Perkredian Rakyat
Membangun BPR yang Sehat, Kuat dan Berdaya Saing Tinggi Arah Kebijakan Pengaturan Dalam Rangka Mendukung Modernisasi Bank Perkredian Rakyat Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OUTLINE Perkembangan
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH, BADAN USAHA MILIK NEGARA DAN PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank, maka dituntut adanya pelaksanaan usaha yang berkaitan erat dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan terpenting dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat maupun
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN SDM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA SAING BPR
STRATEGI PENGEMBANGAN SDM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA SAING BPR Oleh Heru Santoso Direktur Departemen Kredit, BPR dan UMKM - Bank Indonesia Disampaikan dalam Seminar Nasional Peningkatan Kompetensi
Lebih terperinci-1- QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG
-1- QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT MUSTAQIM SUKAMAKMUR MENJADI PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH MUSTAQIM ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan merupakan industri yang syarat dengan risiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk berbagai investasi,
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT KECAMATAN KUDUS DENGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG
1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) BANK PEMBIAYAAN RAKYAT (BPR) SYARIAH KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU PADA PT BANK JABAR CABANG INDRAMAYU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2007 Menimbang : a. TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU PADA PT BANK JABAR CABANG INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 17 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) KABUPATEN GARUT HASIL KONSOLIDASI
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH I. UMUM Dalam rangka mendukung perkembangan perekonomian nasional, maka diperlukan lembaga
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT KECAMATAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 4 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK NEGARA DAN BADAN USAHA MILIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak-pihak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan suatu lembaga yang aktivitasnya menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a.
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT HASIL MERGER MENJADI PERSEROAN TERBATAS Menimbang
Lebih terperinciSEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode
SEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode 1999-2005 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Perbankan Periode 2 1999-2005 2. Arah Kebijakan 1999-2005 4 3. Langkah-Langkah Strategis
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu beroperasi dengan baik untuk mencapai laba yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan kesejahteraan pemilik saham atau memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Peningkatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH KALIMANTAN BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,
Lebih terperinciDicabut dengan PBI No. 2/23/PBI/2000 tanggal 6 November 2000 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/1/PBI/2000 TENTANG
Dicabut dengan PBI No. 2/23/PBI/2000 tanggal 6 November 2000 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/1/PBI/2000 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BPR BKK WONOGIRI KOTA
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BPR BKK WONOGIRI KOTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Pada Fakultas Ekonomi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Daftar isi Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2
DAFTAR ISI Daftar isi... 1 Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2 A. Transparansi Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2 1 Pelaksanaan Good Corporate Governance berdasarkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 05 Tahun 2006 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN KECAMATAN DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan di Indonesia telah memberikan peranan penting yang sangat berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya menjaga keseimbangan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT ARTHA SUKMA SEJAHTERA KABUPATEN SUKAMARA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT ARTHA SUKMA SEJAHTERA KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang
Lebih terperinci-1- GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH PROVINSI JAMBI
-1- SALINAN GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang
Lebih terperinci2 Lingkup pengaturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah BPR yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah. Sementar
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Modal. Kepemilikan. Pengurus. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 351) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 27 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/1/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM UMUM Salah satu faktor penting dalam mewujudkan terciptanya
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 23 /PBI/2000 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 23 /PBI/2000 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan lembaga perbankan
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH JAWA BARAT
FINAL DRAFT 15092011 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS KEPADA BADAN USAHA MILIK
Lebih terperinciBUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENAMBAHAN SETORAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN BARAT TAHUN 2013-2016 DENGAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 14 Tahun : 2013
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 14 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 8 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 8 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menghadapi dinamika
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD BPR) BANK WONOSOBO
Lebih terperinciBUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH
BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang : a. b. c.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
- 1 - GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PEMBINA PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN (PD BKK) DAN PERUSAHAAN DAERAH BANK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik
19 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik adalah dengan sistem pembangunan ekonomi nasional. Sejak era reformasi bergulir, pemerintah
Lebih terperinciB U P A T I W O N O S O B O PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2011
SALINAN B U P A T I W O N O S O B O PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat yang berupa pinjaman, sehinggga bank berfungsi sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu lembaga yang mendapatkan izin untuk mengerahkan dana yang berasal dari masyarakat berupa simpanan dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat
Lebih terperinciBUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIKDAERAH
BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIKDAERAH DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang : a. b. c. d.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan urat nadi perekonomian suatu bangsa, sehingga apabila terjadi masalah di dunia perbankan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan urat nadi perekonomian suatu bangsa, sehingga apabila terjadi masalah di dunia perbankan maka akan sangat berpengaruh kepada perekonomian.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LINGGA
1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha
Lebih terperinciSumber Dana dan Alokasi Dana dalam Perbankan
Sumber Dana dan Alokasi Dana dalam Perbankan Pergerakan Dana di Masyarakat Pengertian Bank Intermediasi Keuangan dalam Perekonomian Fungsi Bank Deposan/ Investor Kreditur Mekanisme Perbankan Konvensional
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI BANDUNG RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN NAMA DAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN BANDUNG MENJADI PERSEROAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam lembaga keuangan. Salah satu di antara lembaga-lembaga keuangan tersebut yang nampaknya paling besar
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL BERUPA UANG PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SE-KABUPATEN
Lebih terperinciANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT NARIBI PERKASA (PERIODE )
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT NARIBI PERKASA (PERIODE 2011-2012) SEMINAR PENULISAN ILMIAH Diajukan guna melengkapi syarat- syarat untuk mencapai
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/17/PBI/2006 TENTANG INSENTIF DALAM RANGKA KONSOLIDASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/17/PBI/2006 TENTANG INSENTIF DALAM RANGKA KONSOLIDASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang kuat perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum pasar barang dan jasa modern terbentuk, kegiatan transaksi barang dan jasa dilakukan dengan cara sangat sederhana yaitu barter. Sejalan dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian di setiap negara, merupakan sebuah alat yang dapat mempengaruhi suatu pergerakan pertumbuhan
Lebih terperinciPASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.03/2016 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH I. UMUM BPRS memiliki
Lebih terperinciBAB 1V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Bank Riau Kepri adalah bank BUMD milik Pemerintah ProvinsiRiau dan
41 BAB 1V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV.1 Sejarah Perusahaan Bank Riau Kepri adalah bank BUMD milik Pemerintah ProvinsiRiau dan Kepulauan Riau yang berkantor pusat di Pekan Baru, Riau, Indonesia. Berdiri
Lebih terperinciBAB I. KETENTUAN UMUM
BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN STATUS BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH (PD. BPR SYARIAH)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan Indonesia telah menjadi industri yang hampir seluruh aspek kegiatannya diatur oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Regulasi tersebut menyebabkan
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia perbankan mengharuskan setiap bank melakukan langkahlangkah
BAB I PENDAHULUAN Persaingan dalam dunia perbankan mengharuskan setiap bank melakukan langkahlangkah manajemen untuk memperkuat modal perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Saat ini salah
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN RIAU
GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN RIAU,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia saat ini semakin beragam. Keragaman kebutuhan tersebut mendorong manusia agar mempersiapkan dana terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan di
Lebih terperinci