STP Panen Udang Teknologi Busmet ik di Serang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STP Panen Udang Teknologi Busmet ik di Serang"

Transkripsi

1 i lah.com STP Panen Udang Teknologi Busmet ik di Serang INILAH.COM, Serang - Budidaya udang dengan menggunakan tambak tradisional itu hal biasa. Namun budidaya udang dengan menggunakan teknologi Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik) itu baru luar biasa. Dalam rangka mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan dan revitalisasi budidaya udang di Pantura yang sedang gencar dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Bagian Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan (BAPPL) Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang menyelenggarakan kegiatan panen udang dengan menggunakan teknologi Busmetik hasil praktek para taruna STP. Seperti terungkap dalam siaran pers Humas KKP, kegiatan ini dilaksanakan, Kamis (28/3) pagi, di Kampus BAPPL STP Serang, Jl. Samudera Raya, Karang Antu, Serang. BAPPL STP terletak kurang lebih 90 km dari Jakarta ke arah barat. Kampus ini memiliki tugas pokok dan fungsi mendukung visi dan misi STP yaitu mencetak lulusan yang kompeten dan inovatif di bidang kelautan dan perikanan. Wujud nyata yang telah dilakukan dalam mendukung visi misi tersebut adalah mengembangkan kampus menjadi kampus Be Science (Blue Ecomomy on Srimp Culture with Integrated Enviromental Concept).Busmetik yang dikembangkan oleh kampus ini merupakan inovasi teknologi budidaya udang melalui suatu kajian ilmiah yang terukur. Selain menghasilkan produksi yang lebih banyak dan berkualitas dibanding dengan budidaya udang tradisional, Busmetik juga memiliki keunggulan dalam hal efisiensi biaya. Latar belakang pengembangan teknologi ini adalah dikarenakan udang merupakan komoditas unggulan KKP, rasio pembudidaya udang dengan kelompok pemodal menengah ke bawah masih tinggi (lebih dari 60%), kegagalan pembudidaya udang yang menggunakan petak konvensional (luasan petakan lebih dari 3000 m), perlunya pengelolaan yang efektif dan efisian untuk mengoptimalkan margin usaha, serta menurunnya kualitas lingkungan budidaya.

2 Teknologi Busmetik telah diimplementasikan sebagai instrumen utama pembelajaran model teaching factory yang merupakan kebijakan lembaga pendidikan vokasi KKP. Lembaga pendidikan tersebut terdiri dari (STP) di Jakarta, Bogor, Serang, Akademi Perikanan (AP) Sidoarjo, AP Bitung, AP Sorong, Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, SUPM Pariaman, SUPM Kota Agung, SUPM Tegal, SUPM Pontianak, SUPM Bone, SUPM Ambon, SUPM Kupang, dan SUPM Sorong. Model teaching factory tersebut memberikan para peserta didik porsi kegiatan praktek yang lebih banyak daripada teori, dengan perbandingan 70:30. Pendekatan pendidikan ini pada hakekatnya merupakan perpaduan antara competency based training dengan production based training.dengan kata lain, pendekatan ini merupakan proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya dalam suatu alur produksi untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan tuntutan konsumen atau pasar. Teaching factory didukung dengan sarana dan prasaran yang memadai, setara dengan dunia usaha dan dunia industri sesungguhnya. Pendekatan ini terbukti menghasilkan lulusan yang mampu menjadi tenaga profesional di bidangnya atau sebagai wirausaha baru.karena itu, pada penerapan teaching factory di kegiatan budidaya udang dengan menggunakan teknologi Busmetik ini, semua peserta didik dilibatkan dalam seluruh proses kegiatan budidaya. Proses tersebut dimulai dari persiapan, pemeliharaan, panen, dan pasca panen sebagai layaknya unit produksi yang berkesinambungan. Sejalan dengan perkembangan waktu, kegiatan budidaya udang ini kini disinergikan dengan beberapa kegiatan lain sesuai dengan pendekatan blue economy, yaitu pemanfaatan limbah budidaya untuk pertumbuhan vegetasi mangrove dan bandeng, bunga mangrove untuk pengembangan lebah madu, daun mangrove untuk konsumsi binatang ruminansia seperti kambing, serta pemanfaatan lahan sekitar mangrove untuk budidaya kepiting. Dengan demikian diharapkan tidak ada lagi limbah yang terbuang tanpa dimanfaatkan (zero waste). Model ini diimpementasikan oleh BAPPL dan didiseminasikan kepada peserta didik sehingga nantinya tercipta lulusan yang berjiwa wirausaha yang berorientasi kepada produksi dan mempunyai kreativitas untuk menciptakan inovasi baru yang dapat meningkatkan efisiensi sumberdaya yang ada dan tentunya akan meningkatkan margin. Sebagai bagian dari tri darma perguruan tinggi yang salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat, BAPPL juga mengambil peran aktif dalam hal tersebut. Wujud nyata yang sudah dilaksanakan berupa penyelenggarakaan pelatihan budidaya udang bagi penyuluh, tenaga pendidik, mahasiswa, dan masyarakat pembudidaya udang. Keberhasilan budidaya udang dengan teknologi BUSMETIK yang diintegrasikan dengan pendekatan Blue Economy telah mendorong Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP) untuk mencangkan kampus BAPPL sebagai salah satu kampus show window budidaya udang dengan pendekatan Blue Economy.Melalui kegiatan panen udang ini, diharapkan dapat terciptanya SDM andal dan kompeten yang secara profesional dapat mengembangkan teknologi budidaya udang untuk kesuksesan wirausaha, baik bagi dirinya, maupun bagi masyarakat sekitar. Diharapkan pula kegiatan panen udang ini merupakan bentuk sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengenal cara budidaya dengan teknologi baru yang ramah lingkungan dengan biaya yang lebih murah dan hasil yang lebih banyak dan berkualitas. [adv]

3 Radar Banten STP Serang Kembangkan Teknologi Busmetik SERANG - Sekolah Tinggi Pelayaran (STP) yang berada di Karangantu, Kota Serang mengembangkan kampus "Be Science" (Blue Economy on Srimp Culture with Integrated Enviromental Concept). Implementasi dari konsep ini adalah pengembangan budidaya udang menggunakan teknologi Busmetik (budidaya udang skala mini empang plastik). Teknologi ini merupakan teknologi budidaya udang melalui suatu kajian ilmiah yang terukur. Latar belakang pengembangan teknologi ini adalah udang merupakan komoditas unggulan Kementerian Kelautan Perikanan (KKP). Pada acara panen udang dengan teknologi Busmetik ini, Tb Haeru Rahayu selaku Kepala Badan Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan STP menjelaskan, pengembangan budidaya udang yang dikaitkan dengan pendekatan ekonomi biru (blue economy) di kampus STP Serang merupakan momentum yang baik untuk mendukung program KKP berupa revitalisasi budidaya udang di Pantura. "Dengan teknologi ini kami yakin bahwa budidaya udang akan meningkat karena risiko bakteri yang menyerang udang dapat dihindari," papar Haeru Rahayu kepada radarbanten.com, Kamis (28/3) disela-sela panen udang. (WAHYUDIN)

4 Radar Banten Panen Udang Vaname Mahasiswa Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang di Karangantu, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, sedang memanen udang vaname di kolam Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik), Kamis (28/3). Diharapkan udang dari STP ini mampu menembus pasar internasional.

5 STP Serang Panen Udang Hasil Teknologi Busmetik Serang Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang, melakukan panen perdana produksi udang dengan teknologi budidaya udang skala mini empang plastik (Busmetik). Panen perdana produksi udang dengan metode Busmetik tersebut secara simbolis dilakukan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP) Suseno Sukoyono bersama Kapusdik STP I Nyoman Suyasa, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten Maysaroh Mawardi, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang dan Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Serang, Kamis (28/03/2013), di Kampus BAPPL STP Serang, Jl. Samudera Raya, Karang Antu, Serang. Kami berharap nantinya pola ini bisa dikembangkan masyarakat dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia yang ada di Sekolah-sekolah Perikanan. Program ini bagian dari upaya revitaliasi budidaya udang di Pantai Utara Jawa untuk mendukung industrialisasi perikanan budidaya, kata Suseno Sukoyono. Ia mengatakan, program revitalisasi budidaya udang di wilayah Pantura pada 2012 akan dimulai di dua provinsi yakni Jawa Barat dan Banten, dengan target pengembangan budidaya udang dengan metode Busmetik tersebut sekitar 20 ribu hektar tambak di delapan kabupaten/kota. Sasaran utama dari program ini adalah masyarakat, sehingga dengan pola ini masyarakat bisa mendapatkan manfaat dan keuntungan yang besar. Akhirnya kesejahteraan masyarakat meningkat, kata Suseno. Sementara, Kapusdik STP I Nyoman Suyasa mengatakan, bahwa kampus STP Serang menerapkan pendidikan vokasi. Tujuh puluh persen mahasiswa kita adalah pribumi anak nelayan. Mereka kami berikan program vokasi. Kita tidak menjalankan pendidikan akademik, papar I Nyoman Suyasa. Secara moral, kata I Nyoman Suyasa, institusi pendidikan STP membekali siswa untuk mandiri menjadi interpreneurship yang profesional. Selain itu, kami bersama mahasiswa terus mengembangkan teknologi yang dapat memudahkan dalam usaha budidaya tambak, papar I Nyoman Suyasa.

6 Budidaya tambak ini sebenarnya sudah dimulai oleh para tahanan Majapahit yang diwajibkan membuat kolamkolam di pinggir pantai dan yang kini kita kenal sebagai tambak, tambahnya. Kemudian, lanjutnya, pada tahun 1980-an hingga 1990-an, pemerintah mencanangkan program budidaya tambak. Namun program ini tidak dibarengi dengan ilmu pengetahuan yang cukup. Sehingga pemerintah berorientasi hanya pada berapa banyak hasil yang diperoleh. Diharapkan, dengan program pendidikan vokasi para mahasiswa akan lebih bijak dan terampil memperlakukan alam sebagai mitra memperoleh penghidupan, ujarnya. Hal senada dikatakan Kepala Badan Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan STP Serang Tb Haeru Rahayu. Menurutnya, STP yang berada di Karangantu, Kota Serang mengembangkan kampus Be Science (Blue Economy on Srimp Culture with Integrated Enviromental Concept). Implementasi dari konsep ini adalah pengembangan budidaya udang menggunakan teknologi Busmetik, ujarnya. Teknologi ini merupakan teknologi budidaya udang melalui suatu kajian ilmiah yang terukur. Latar belakang pengembangan teknologi ini adalah udang merupakan komoditas unggulan KKP, tambahnya. Tb Haeru Rahayu juag menjelaskan, bahwa pengembangan budidaya udang yang dikaitkan dengan pendekatan ekonomi biru (blue economy) di kampus STP Serang merupakan momentum yang baik untuk mendukung program KKP berupa revitalisasi budidaya udang di Pantura. Dengan teknologi ini kami yakin bahwa budidaya udang akan meningkat karena risiko bakteri yang menyerang udang dapat dihindari, papar Haeru

7 KKP Kembangkan Udang "Busmetik" Di Tiga Provinsi Serang,(AntaraBanten) - Kementerian Kelauatan dan Perikanan (KKP) akan mengembangkan budidaya udang dengan mengadopsi teknologi budidaya udang skala mini empang plastik (Busmetik) di tiga provinsi untuk mendukung revitalisasi budidaya udang dan industrialisasi perikanan. "Pada tahun 2013 ini kami akan mengadopsi pengembangan 'Busmetik' yang ada di Banten ini, untuk di tiga titik," kata Kepala Pusat Pendidikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) I Nyoman Suyasa saat menghadiri panen udang Paname dengan sistem teknologi 'Busmetik' di Sekolah Tinggi Perikanan (STP-BAPPL) Serang, Kamis (28/3). Ia mengatakan, sebelum nantinya budidaya udang dengan teknologi tersebut dikembangkan kepada masayarakat luas, pihaknya akan mencoba mengembangkan di tiga provinsi yakni di Aceh, Sulawesi Selatan dan Lampung. Sebab, pola budidaya dengan pola tersebut cukup menguntungkan bagi pembudidaya udang kelas menengah ke bawah. "Kita disini sudah beberapa kali panen yang dilaksanakan secara rutin. Dengan demikian, selama ini budidaya dengan 'Busmetik' ini bisa dikatakan berhasil dan siap dikembangkan untuk masyarakat luas," kata Nyoman. Menurut dia, jika dibandingkan dengan sistem budidaya yang konvensional dengan tambak yang biasa, ada beberapa kelebihan budidaya ikan dengan teknologi 'Busmetik' yang dihasilkan BAPPL STP Serang tersebut, diantaranya dari segi efesiensi lahan, airnya yang steril dan tingkat keberhasilan atau udang yang hidup sampai panen mencapai 90 persen. Kepala Bagian Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan Sekolah Tinggi Perikanan Bagian Administrasi (BAPPL -STP) Serang, Haeru Rahayu mengatakan teknologi budidaya udang dengan model budidaya udang skala mini empang plastik tersebut cukup efisien. Luasan petak tambak sekitar 600 m2 sampai 700 m2 dengan kedalaman air sekitar 70 sampai 90 cm. "Setiap satu petak tambak berukuran 600 meter persegi, bisa memproduksi 1,5 hingga 1,6 ton udang dengan umur budidaya sekitar 110 hari," kata Haeru. Menurut dia, Busmetik dikembangkan dengan latar belakang yang cukup strategis, diantaranya komunitas pembudidaya udang dengan modal kecil. Teknologi Busmetik memiliki beberapa unggulan diantaranya biaya terjangkau oleh pembudidaya menengah ke bawah, manajemen tambak mudah karena luas petakan kecil, risiko serangan penyakit kecil serta dapat dilakukan di berbagai tipe lahan. Ia mengatakan, ditinjau dari hasil produksi yang dicapai, tambak busmetik dapat dijadikan salah satu alternatif model yang dapat diimplementasikan dalam program revitalisasi udang terutama untuk para pembudidaya dengan kemampuan modal kecil. "Pengembangan budidaya udang dengan 'Busmetik' ini merupakan inovasi dan implementasi dari konsep pengembangan kampus BAPPL-STP Serang menjadi kampus 'Be Science atau 'Blue Economy on Srimp Culture with Integrated Enviromental Concept'," kata

8 Haeru Rahayu. Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Djodjo Suwardjo, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten Siti Maesyaroh, Kepala DKP Kabupaten Serang Budi M serta sejumlah pejabat lainnya dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Usai melakukan panen udang, pihak Kementerian dan Kelautan melakukan 'teleconference' dengan pembudidaya udang di Kabupaten Indramayu dan di Kabupaten Serang. ***4***

9 KKP lembangkan budidaya udang busmetik Bantentoday - Budidaya udang menggunakan teknologi budidaya udang skala mini empang plastik (Busmetik) bakal dikembangkan Kementerian Kelauatan dan Perikanan (KKP). Metode Busmetik ini merupakan inovasi teknologi budidaya udang melalui satuan kajian ilmiah yang terukur. Kepala Pusat Pendidikan (Kapusdik) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) I Nyoman Suyasa mengatakan, saat ini pengembangan budidaya udang Busmetik baru dikembangkan di Kampus Bagian Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan BPAPLP Sekolah Tinggi Perikaran (STP) Karangantu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Ke depan, pengembangan budidaya udang skala kecil ini akan dikembangkan di tiga titik lainnya yang ada di Indonesia. Seperti di Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri (SUPM N), Ladong, Nanggoe Aceh Darussalam, SUPM N Kota Agung, Lampung, dan SUPM N Bone, Sulawesi Selatan. Mulai tahun 2013 ini kami akan mengadopsi pengembangan Busmetik yang ada di Banten, untuk di tiga titik, kata I Nyoman saat menghadiri panen udang Paname dengan sistem Busmetik di BPPAL -STP Karangantu, Kota Serang, Kamis,(28/3). Menurut Nyoman, jika dibandingkan dengan sisitem budidaya udang yang menggunakan konvensional dengan tambak biasa, ada beberapa kelebihan budidaya ikan dengan teknologi Busmetik yang dihasilkan BAPPL STP Serang tersebut, diantaranya dari segi efesiensi lahan, airnya yang steril dan tingkat keberhasilan atau udang yang hidup sampai panen mencapai 90 persen. Pola budidaya dengan pola tersebut cukup menguntungkan bagi pembudidaya kelas menengah ke bawah. Diharapkan dengan pola Busmetik dapat mengembalikan kejayaan budidaya udang pada era an, ujarnya. Kepala Bagian Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan BAPPL-STP Serang Haeru Rahayu mengatakan, teknologi budidaya udang dengan model budidaya udang skala mini empang plastik tersebut cukup efisien. Luasan petak tambak sekitar 600 meter persegi sampai 700 meter persegi dengan kedalaman air sekitar 70 sampai 90 sentimeter. Setiap satu petak tambak berukuran 600 meter persegi, bisa memproduksi 1,5 hingga 1,6 ton udang dengan umur budidaya sekitar 110 hari Kalau nebar 150 ribu ekor selama 110 hari yang tingkat keberhasilan hidup 90 persen, apabila dibandingkan pembudidaya biasa maksimal tingkat keberhasilan yang hidup hanya 70

10 persen, katanya. Menurutnya, Busmetik dikembangkan dengan latar belakang yang cukup strategis, diantaranya komunitas pembudidaya udang dengan modal kecil. Teknologi Busmetik memiliki beberapa unggulan diantaranya biaya terjangkau oleh pembudidaya menengah ke bawah, manajemen tambak mudah karena luas petakan kecil, risiko serangan penyakit kecil serta dapat dilakukan di berbagai tipe lahan. Pengembangan budidaya udang dengan Busmetik ini merupakan inovasi dan impelemntasi dari konsep pengembangan kampus BAPPL-STP Serang menjadi kampus Be Science atau Blue Economy on Srimp Culture with Integrated Enviromental Concept, ujarnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten Maesyaroh Mawardi menambahkan, pihaknya akan menerapkan teknologi ini di Banten. Tentunya, dengan langkah-langkah melakukan pelatihan-pelatihan kepada pembudidaya ikan air payau di Banten dan melakukan pemagangan di STP. Teknologi seperti ini diperlukan betul-betul SDM yang memadai. Ke depan kita akan mengajak para pembudidaya udang untuk diberikan pelatihan dengan STP, katanya. Maesyaroh mengatakan, untuk mempermudah memberikan pelatihan dan pembinaan bagi para pembudidaya, pihaknya segera membentuk kelompok kerja di kabupaten/kota yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya udang. Karena dengan adanya teknologi busmetik ini dapat meningkatkan keterpurukan budidaya udang, sehingga hambatanhambatan para pembudidaya udang di bidang penyakit bisa ditanggulangi Corongnya kita akan gunakan STP yakni melalui pelatihan dan pembinaan kepada para pembudidaya, katanya.(dik)

11 BAPPL STP Gunakan Teknologi Busmetik Badan Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan (BAPPL) Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang panen udang dengan menggunakan teknologi busmetik, Kamis (28/3). Budi daya tersebut merupakan hasil praktik para taruna STP Serang. Hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Banten Maysaroh Mawardi, Kapusdik Badan Pengembangan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP) I Nyoman Suyasa, dan Ketua Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Djodjo Suardjo. Pelaksanaan budidaya tersebut melibatkan semua peserta didik, dari mulai persiapan, pemeliharaan, panen, dan pascapanen, sebagaimana layaknya usaha produksi yang berkesinambungan. Sejalan dengan perkembangan waktu, budi daya udang tersebut disinergikan dengan beberapa kegiatan lain sesuai dengan pendekatan blue economy, Blue economy sendiri merupakan pemanfaatan limbah budi daya untuk pertumbuhan vegetasi mangrove dan bandeng, bunga mangrove untuk pengembangan lebah madu, daun magrove untuk konsumsi kambing, serta pemanfaatan lahan sekitar mangrove untuk budidaya kepiting. Dengan demikian, tidak ada lagi limbah yang terbuang tanpa dimanfaatkan. Budi daya udang dengan menggunakan teknologi busmetik, menurut I Nyoman Suyasa cukup efektif dan menguntungkan, karena kemungkinan gagal panen udang bisa diperkecil. Kami sudah beberapa kali panen dengan teknik ini. Artinya keberhasilan panen tersebut bukan merupakan suatu kebetulan, tapi karena teknologi yang digunakan sesuai, kata Nyoman. Nyoman mengatakan, kunci keberhasilan budi daya udang dengan teknologi busmetik ini lebih ramah lingkungan. Kata kunci pertama adalah hutan bakau, artinya kita juga menjaga lingkungan. Kata kunci selanjutnya adalah tandon, sehingga air yang digunakan bisa digunakan kembali, kata Nyoman. Kepala DKP Banten Maysaroh Mawardi menyatakan dukungan pemerintah terhadap kegiatan pembudidayaan tersebut. Kami juga turut bersinergi dengan STP terkait pembinaan dan pelatihan di wilayah Banten, mudah-mudahan hasilnya bisa menembus pasar internasional, ungkapnya. (Vanny-Job)***

12 SERANG 28/3- PANEN UDANG. Puluhan Taruna STP (Sekolah Tinggi Perikanan) memanen udang galah di lahan praktek dengan teknik BUSMETIK (Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik), di Karangantu, Kasemen, Kota Serang, Banten, Kamis (28/3). Selain lebih hemat dalam pembiayaan, teknik tersebut mampu menghasilkan produksi udang yang lebih banyak dan berkualitas karena proses kontrolnya bisa dilakukan lebih inten. FOTO ANTARA/Asep Fathulrahman/ss/nz/13

13 SERANG 28/3- PANEN UDANG. PuluhanTaruna STP (SekolahTinggiPerikanan) memanenudanggalah di lahanpraktekdenganteknik BUSMETIK (BudidayaUdangSkala Mini EmpangPlastik), di Karangantu, Kasemen, Kota Serang, Banten, Kamis (28/3). Selainlebihhematdalampembiayaan, tekniktersebutmampumenghasilkanproduksiudang yang lebihbanyakdanberkualitaskarena proses kontrolnyabisadilakukanlebihinten. FOTO ANTARA/AsepFathulrahman/ss/nz/13

14 PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA PANEN UDANG BUSMETIK DI BAPPL STP SERANG

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA WISUDA SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA ANGKATAN XLV TAHUN AJARAN 2013

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA WISUDA SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA ANGKATAN XLV TAHUN AJARAN 2013 PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA WISUDA SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA ANGKATAN XLV TAHUN AJARAN 2013 www.antaranews.com Sekolah tinggi perikanan Indonesia diakui internasional Jakarta (ANTARA News) - Menteri

Lebih terperinci

KKP Gelar FGD Implementasi Blue Economy di Bali

KKP Gelar FGD Implementasi Blue Economy di Bali www.inilah.com KKP Gelar FGD Implementasi Blue Economy di Bali inilah.com/agus Priatna INILAH.COM, Nusa Dua Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar Focus Group Discussion (FGD) lanjutan implementasi

Lebih terperinci

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA FORUM PENDIDIKAN MENENGAH KELAUTAN DAN PERIKANAN TANGGAL 2-4 OKTOBER 2013

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA FORUM PENDIDIKAN MENENGAH KELAUTAN DAN PERIKANAN TANGGAL 2-4 OKTOBER 2013 PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA FORUM PENDIDIKAN MENENGAH KELAUTAN DAN PERIKANAN TANGGAL 2-4 OKTOBER 2013 Perlu SDM Berkualitas Wujudkan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

Menteri KKP Salurkan Bantuan untuk Penyuluh Indramayu

Menteri KKP Salurkan Bantuan untuk Penyuluh Indramayu http://www.jurnas.com Menteri KKP Salurkan Bantuan untuk Penyuluh Indramayu Jurnas.com KEMENTERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berusaha untuk mendukung segala upaya pengembangan industri kelautan

Lebih terperinci

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.98/BPSDMKP/2011 TENTANG PEDOMAN SISTEM PENERIMAAN PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Rakernis BPSDM KP dihadiri oleh 162 orang peserta. Bertindak sebagai narasumber antara

Rakernis BPSDM KP dihadiri oleh 162 orang peserta. Bertindak sebagai narasumber antara http:/ //www.kilasfoto.com Targetkan kurangi kemiskinan dipesisir Bandung,kilasfoto.com - Dalam rangka menajamkan hasil Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN D. PRAKTEK REGULER / TEACHING FACTORY TAHUN ANGGARAN 2018

KERANGKA ACUAN KERJA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN D. PRAKTEK REGULER / TEACHING FACTORY TAHUN ANGGARAN 2018 KERANGKA ACUAN KERJA 2376.001.001 PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN D. PRAKTEK REGULER / TEACHING FACTORY TAHUN ANGGARAN 2018 Kementerian negara/lembaga : Kementerian Kelautan dan Perikanan Unit Eselon I : Badan

Lebih terperinci

Publikasi Media Pada Kegiatan KKP Kerjasama Dengan Kabupaten Bone

Publikasi Media Pada Kegiatan KKP Kerjasama Dengan Kabupaten Bone Publikasi Media Pada Kegiatan KKP Kerjasama Dengan Kabupaten Bone Media Online www.aktual.co.id Bupati Bone Sambut Baik Kerjasama dengan KKP Jakarta, Aktual.co Kementerian Kelautan dan Perikanan menandatangani

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: PRODUKSI IKAN PATIN SUPER Dwi Puji Hartono* 1, Nur Indariyanti 2, Dian Febriani 3 1,2,3 Program Studi Budidaya Perikanan Politeknik Negeri Lampung Unit IbIKK Produksi Ikan Patin Super Politeknik Negeri

Lebih terperinci

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KERJASAMA BADAN PENGEMBANGAN SDM KP DENGAN ASOSIASI BUDIDAYA MUTIARA INDONESIA

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KERJASAMA BADAN PENGEMBANGAN SDM KP DENGAN ASOSIASI BUDIDAYA MUTIARA INDONESIA PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KERJASAMA BADAN PENGEMBANGAN SDM KP DENGAN ASOSIASI BUDIDAYA MUTIARA INDONESIA www.satunews.com Festival Mutiara Indonesia, 2-6 Oktober 2013 JAKARTA- Kementerian Kelautan dan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-32.12-/217 DS551-299-21-3845 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

Center Of Excellence. Sebagai. Pendidikan Kelautan dan Perikanan PUSAT PENDIDIKAN KELAU

Center Of Excellence. Sebagai. Pendidikan Kelautan dan Perikanan PUSAT PENDIDIKAN KELAU A-PDF Watermark DEMO: Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark Pendidikan Kelautan dan Perikanan PUSAT PENDIDIKAN KELAU Sebagai Center Of Excellence Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan Badan

Lebih terperinci

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KUNJUNGAN KERJA PRESIDEN RI KE TAMBAK UDANG BUSMETIK DI PACITAN, JAWA TIMUR

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KUNJUNGAN KERJA PRESIDEN RI KE TAMBAK UDANG BUSMETIK DI PACITAN, JAWA TIMUR PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KUNJUNGAN KERJA PRESIDEN RI KE TAMBAK UDANG BUSMETIK DI PACITAN, JAWA TIMUR www.presidenri.go.id Tinjau Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik di Pacitan Pacitan, Jawa Timur:

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KKP Bekali Aparatur Daerah Dengan Pelatihan Perikanan

KETAHANAN PANGAN: KKP Bekali Aparatur Daerah Dengan Pelatihan Perikanan http://www.bisnis.com KETAHANAN PANGAN: KKP Bekali Aparatur Daerah Dengan Pelatihan Perikanan BISNIS.COM, JAKARTA--Kementerian Kelautan dan Perikanan memberi pelatihan budidaya perikanan dan pengolahan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM RANCANGAN RPJMN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

ARAH KEBIJAKAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM RANCANGAN RPJMN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ARAH KEBIJAKAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM RANCANGAN RPJMN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015-2019 Oleh : Dr. Suseno Sukoyono Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan

Lebih terperinci

Pendidikan memberikan arah yang akan mengawali kehidupan seseorang dan menentukan masa depannya. (Plato)

Pendidikan memberikan arah yang akan mengawali kehidupan seseorang dan menentukan masa depannya. (Plato) 1 2 3 Pendidikan memberikan arah yang akan mengawali kehidupan seseorang dan menentukan masa depannya. (Plato) 4 5 Sambutan Kabadan dan Kapusdik 6 SAMBUTAN KEPALA BPSDM KP Kewirausahaan dan dunia kerjadi

Lebih terperinci

Sharif Cicip Ajak Mahasiswa Wirausaha Perikanan

Sharif Cicip Ajak Mahasiswa Wirausaha Perikanan http://www.politikindonesia.com Sharif Cicip Ajak Mahasiswa Wirausaha Perikanan Politikindonesia - Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, mengajak para mahasiswa untuk menjadi pewirausaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81 05. A. KEBIJAKAN PROGRAM Arah kebijakan program pada Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan diarahkan pada Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan secara Optimal, dengan tetap menjaga

Lebih terperinci

Pasal II. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2014 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C.

Pasal II. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2014 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.46/MEN/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

2015/06/08 07:12 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan PENTINGNYA SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERIKANAN DI ERA MEA 2015

2015/06/08 07:12 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan PENTINGNYA SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERIKANAN DI ERA MEA 2015 2015/06/08 07:12 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan PENTINGNYA SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERIKANAN DI ERA MEA 2015 TEMANGGUNG (8/6/2015) www.pusluh.kkp.go.id Profesionalisme SDM Perikanan khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

PUBLIKASI MEDIA KERJASAMA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK

PUBLIKASI MEDIA KERJASAMA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK PUBLIKASI MEDIA KERJASAMA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK MEDIA ON-LINE http://www.surabaya.tribunnews.com KKP-BPS Garap Pendataan Garam Nasional SURYA Online, SURABAYA-Kementerian

Lebih terperinci

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP Cilacap merupakan salah satu wilayah yang berpotensi maju dalam bidang pengolahan budi daya perairan. Memelihara dan menangkap hewan atau tumbuhan perairan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN, DAN SINERGI PENYELENGGARAN PENYULUHAN

KEBIJAKAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN, DAN SINERGI PENYELENGGARAN PENYULUHAN AN KELAUTAN DAN, DAN SINERGI PENYELENGGARAN AN Oleh : KUSDIANTORO Kepala Bidang Program dan Monev, Pusat Penyuluhan KP Disampaikan pada acara Temu Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan mengandung pengertian suatu perubahan besar yang meliputi perubahan fisik wilayah, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang didukung

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KULIAH UMUM MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DI UNIVERSITAS VETERAN NASIONAL JAKARTA

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KULIAH UMUM MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DI UNIVERSITAS VETERAN NASIONAL JAKARTA PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KULIAH UMUM MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DI UNIVERSITAS VETERAN NASIONAL JAKARTA www.antaranews.com Blue Economy Kembangkan Inovasi Untuk Kesejahteraan Jakarta, 24 September

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

KKP: Unair Pelopori "Blue Economy"

KKP: Unair Pelopori Blue Economy www.antarajatim.com KKP: Unair Pelopori "Blue Economy" Surabaya (Antara Jatim) - Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dr Suseno Sukoyono, menilai

Lebih terperinci

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDI DAYA IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan total 17.504 pulau (Dewan Kelautan Indonesia (2010) dan Tambunan (2013: 1)). Enam puluh lima persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang di dunia setelah Kanada. Di sepanjang pantai tersebut, yang potensil sebagai

Lebih terperinci

Sutaryo Pusat Studi Pancasila UGM Kongres Maritim September 2014 Yogyakarta

Sutaryo Pusat Studi Pancasila UGM Kongres Maritim September 2014 Yogyakarta Sutaryo Pusat Studi Pancasila UGM Kongres Maritim 23-24 September 2014 Yogyakarta Laut adalah masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang PERADABAN MARITIM INDONESIA SEJARAH BANGSA Dibangun melalui

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PESERTA DIDIK DAN LULUSAN PENDIDIKAN TAHUN 2017

KERANGKA ACUAN KERJA PESERTA DIDIK DAN LULUSAN PENDIDIKAN TAHUN 2017 KERANGKA ACUAN KERJA PESERTA DIDIK DAN LULUSAN PENDIDIKAN TAHUN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Unit Eselon I : Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

2 2. Undang- Kelautan dan Perikanan Nomor PER.20/MEN/2012; Memperhatikan: 1. Persetujuan Presiden atas Rekomendasi Sidang DPODdalam surat Menteri Dala

2 2. Undang- Kelautan dan Perikanan Nomor PER.20/MEN/2012; Memperhatikan: 1. Persetujuan Presiden atas Rekomendasi Sidang DPODdalam surat Menteri Dala BERITA NEGARA No.1735, 2014 KEMEN KP. Sekolah Usaha Perikanan Menengah. Organisasi. Tata Kerja Perubahan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 54/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH Fahrur Razi dan Dewi Astuti Sartikasari (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan,

Lebih terperinci

KJA OFFSHORE : MEMBANGUN INDUSTRI MARIKULTUR MODERN

KJA OFFSHORE : MEMBANGUN INDUSTRI MARIKULTUR MODERN 8-06-2018 1/5 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id KJA OFFSHORE : MEMBANGUN INDUSTRI MARIKULTUR MODERN DIPUBLIKASIKAN PADA : RABU, 25 APRIL 2018 00:00:00,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup memiliki fungsi yang sangat besar, yang meliputi fungsi fisik dan biologi. Secara fisik ekosistem

Lebih terperinci

Contents

Contents Contents suhuindonesia.com Kementerian Perindustrian telah mengusulkan anggaran sebesar Rp800 miliar untuk tahun 2018 sebagai kebutuhan merevitalisasi sekitar 1.700 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia tidak terlepas dari aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam (Bengen 2004). Peluang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.46/MEN/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.46/MEN/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.46/MEN/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari pulau dan dikelilingi garis

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari pulau dan dikelilingi garis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang dunia setelah Kanada. Disepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

2014/05/04 10:09 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan, Artikel Penyuluhan GERAKAN BANGGA PENYULUH PERIKANAN

2014/05/04 10:09 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan, Artikel Penyuluhan GERAKAN BANGGA PENYULUH PERIKANAN 2014/05/04 10:09 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan, Artikel Penyuluhan GERAKAN BANGGA PENYULUH PERIKANAN KEBUMEN (4/5/2014) www.pusluh.kkp.go.id Dalam upaya mendorong optimalisasi pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan bagi masyarakat di Kabupaten Kubu Raya yang memiliki panjang garis pantai sekitar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menyebutkan bahwa penyuluhan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

SEMUA HAL YANG TERKAIT DENGAN KODE ETIK BPSDMKP, SILAHKAN BERKOMUNIKASI MELALUI ALAMAT EMAIL: kodeetik_bpsdmkp@kkp.go.id

SEMUA HAL YANG TERKAIT DENGAN KODE ETIK BPSDMKP, SILAHKAN BERKOMUNIKASI MELALUI ALAMAT EMAIL: kodeetik_bpsdmkp@kkp.go.id SEMUA HAL YANG TERKAIT DENGAN KODE ETIK BPSDMKP, SILAHKAN BERKOMUNIKASI MELALUI ALAMAT EMAIL: kodeetik_bpsdmkp@kkp.go.id hal 2.indd 2 1/24/2012 11:30:15 AM S U L U H Harus Komunikatif dan Strategis Penyuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki lahan perikanan yang cukup besar. Hal ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan budidaya perikanan untuk mendukung upaya pengembangan perekonomian

Lebih terperinci

Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau bagi Penyuluh Perikanan Barru, Maret 2017

Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau bagi Penyuluh Perikanan Barru, Maret 2017 Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau bagi Penyuluh Perikanan BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU PENDAHULUAN (1) Potensi Lahan Perikanan Budidaya PENDAHULUAN (2) Nilai Produksi Perikanan

Lebih terperinci

PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKU SEKOLAH NELAYAN

PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKU SEKOLAH NELAYAN PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKU SEKOLAH NELAYAN MEDIA ONLINE http://www.ciputranews.com Daya Tampung SUPM Ditargetkan 10.000 Siswa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan pada tahun 2013 daya tampung

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDIDAYA IKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN GARAM LANJUTAN

MODUL PELATIHAN GARAM LANJUTAN MODUL PELATIHAN GARAM LANJUTAN Oleh : Ir. Aris Kabul Pranoto, M.Si Jakarta, 2012 * Modul pelatihan ini disusun sebagai sumbangsih untuk Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP)

Lebih terperinci

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN JUDUL REKOMENDASI Strategi Optimalisasi Unsur Unsur Positif Lokal untuk Mendukung Penerapan Prinsip Prinsip Blue Economy di Wilayah Coral Triangle SASARAN REKOMENDASI Kebijakan

Lebih terperinci

Mengantisipasi Bencana Di Wilayah Pesisir, KKP Bekerjasama dengan BNPB

Mengantisipasi Bencana Di Wilayah Pesisir, KKP Bekerjasama dengan BNPB http://indonesiarayanews.com Mengantisipasi Bencana Di Wilayah Pesisir, KKP Bekerjasama dengan BNPB @IRMewscom I Jakarta: SELAIN menjalin kerjasama dengan TNI-AD, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

Lebih terperinci

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE Wahjoe Mawardiningsih Program Studi Komunikasi, Fakultkas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Surakarta Jl. Raya Palur Km. 5, Surakarta

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SDM KP DALAM UU DESA SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI MASYARAKAT

KEBIJAKAN PENGUATAN SDM KP DALAM UU DESA SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI MASYARAKAT KEBIJAKAN PENGUATAN SDM KP DALAM UU DESA SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI MASYARAKAT Dr. SUSENO SUKOYONO (KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA KP - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN) Disampaikan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan bagian integral dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai 17 kecamatan. Letak astronominya antara 110º12 34 sampai 110º31

Lebih terperinci

KKP Tingkatkan Peran Penyuluh Perikanan

KKP Tingkatkan Peran Penyuluh Perikanan www.inilah.com KKP Tingkatkan Peran Penyuluh Perikanan INILAH.COM, Jakarta - Dalam mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan, Kementerian KKP bersinergi tingkatkan peran penyuluh perikanan. Kementerian

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

I. Pendahuluan. II. Permasalahan A. PENJELASAN UMUM I. Pendahuluan (1) Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga terkait

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Bekasi Secara administratif Kabupaten Bekasi termasuk salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta.

Lebih terperinci

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KUNJUNGAN MENTERI PETERNAKAN DAN PERIKANAN SUDAN KE STP JAKARTA

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KUNJUNGAN MENTERI PETERNAKAN DAN PERIKANAN SUDAN KE STP JAKARTA PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA KUNJUNGAN MENTERI PETERNAKAN DAN PERIKANAN SUDAN KE STP JAKARTA www.antaranews.com Kunjungan Menteri Peternakan dan Perikanan Sudan SUDAN MINATI BUDIDAYA PERIKANAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kemiskinan masih menjadi masalah yang butuh perhatian semua pihak. Kemiskinan yang diartikan sebagai ketidakberdayaan untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PESERTA PENDIDIKAN VOKASI KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG KOMPETEN TAHUN ANGGARAN 2018

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PESERTA PENDIDIKAN VOKASI KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG KOMPETEN TAHUN ANGGARAN 2018 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PESERTA PENDIDIKAN VOKASI KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG KOMPETEN TAHUN ANGGARAN 2018 Kementerian Negara/Lembaga Unit Eselon I Program Sasaran Program : Indikator Kinerja Program

Lebih terperinci

MEMUPUK SEMANGAT ENTERPRENEUR KEBAHARIAN GENERASI MUDA MENUJU GENERASI YANG MANDIRI DAN CINTA BAHARI

MEMUPUK SEMANGAT ENTERPRENEUR KEBAHARIAN GENERASI MUDA MENUJU GENERASI YANG MANDIRI DAN CINTA BAHARI MEMUPUK SEMANGAT ENTERPRENEUR KEBAHARIAN GENERASI MUDA MENUJU GENERASI YANG MANDIRI DAN CINTA BAHARI Oleh: Mochamad Wekas Hudoyo Penyuluh Perikanan Madya Pusluh KP BPSDMKP Kementerian Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan pesisir Teluk Bone yang terajut oleh 15 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara dan membentang sepanjang kurang lebih 1.128 km garis pantai

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 RAPAT KERJA TEKNIS (Rakernis) KELAUTAN DAN PERIKANAN Tahun 2014 dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Kalimantan Timur di Aula Kantor Walikota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj) PUSAT PENDIDIKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj) PUSAT PENDIDIKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj) PUSAT PENDIDIKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016 BADAN PENGEMBANGAN SDM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesisir memiliki peranan sangat penting bagi berbagai organisme yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesisir memiliki peranan sangat penting bagi berbagai organisme yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesisir memiliki peranan sangat penting bagi berbagai organisme yang berada di sekitarnya. Kawasan pesisir memiliki beberapa ekosistem vital seperti ekosistem terumbu

Lebih terperinci

SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN

SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN 2016/08/11 07:58 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN OKI (11/8/2016) www.pusluh.kkp.go.id Penyuluhan merupakan bagian dari upaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA GELAR PELATIHAN NASIONAL 2013 BALAI SUDIRMAN, JAKARTA

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA GELAR PELATIHAN NASIONAL 2013 BALAI SUDIRMAN, JAKARTA PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA GELAR PELATIHAN NASIONAL 2013 BALAI SUDIRMAN, JAKARTA KKP Selenggarakan Gelar Pelatihan Nasional Kelautan dan Perikanan Jakarta, 13/11 (ANTARA) - Pertumbuhan perusahaan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Diseminasi informasi kepada masyarakat pedesaan dilaksanakan melalui berbagai macam media komunikasi. Dengan semakin banyaknya media komunikasi yang tersedia akan semakin rumit

Lebih terperinci

Jakarta, Juli Penanggungjawab. Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Kabid Perencanaan dan Evaluasi. Kabag TU.

Jakarta, Juli Penanggungjawab. Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Kabid Perencanaan dan Evaluasi. Kabag TU. i KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan Triwulan II merupakan perwujudan pertanggungjawaban kinerja atas target triwulan II yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PERUSAHAAN

BAB III TINJAUAN PERUSAHAAN BAB III TINJAUAN PERUSAHAAN 3.1 Visi dan Misi Visi Jurusan Teknik Informatika, yaitu sebagai berikut: Visi jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah

Lebih terperinci

PENGERTIAN EKONOMI POLITIK

PENGERTIAN EKONOMI POLITIK PENGERTIAN EKONOMI POLITIK CAPORASO DAN LEVINE, 1992 :31 INTERELASI DIANTARA ASPEK, PROSES DAN INSTITUSI POLITIK DENGAN KEGIATAN EKONOMI (PRODUKSI, INVESTASI, PENCIPTAAN HARGA, PERDAGANGAN, KONSUMSI DAN

Lebih terperinci

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi Kebijakan Perikanan Budidaya Riza Rahman Hakim, S.Pi Reflection Pembangunan perikanan pada dasarnya dititikberatkan pada perikanan tangkap dan perikanan budidaya Pada dekade 80-an perikanan budidaya mulai

Lebih terperinci