BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan bagi masyarakat di Kabupaten Kubu Raya yang memiliki panjang garis pantai sekitar 194 Km yang kaya akan berbagai sumber daya hayati. Wilayah tersebut merupakan lahan yang menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Kubu Raya khususnya Desa Dabong. Pemanfaatan sumberdaya alam yang beragam di wilayah pesisir ini, juga dapat menimbulkan degradasi terhadap sumberdaya alam, dimana dapat mengancam kerusakan wilayah pesisir dimasa yang akan datang. Meskipun menimbulkan degradasi sumberdaya alam, pemerintah Indonesia tidak dapat menghentikan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam di pesisir dan laut di Kabupaten Kubu dengan begitu saja, karena masyarakat Kubu masih membutuhkan sumberdaya alam tersebut untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, atau dapat dikatakan bahwa wilayah pesisir ini menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat pesisir di Kabupaten Kubu Raya. Masalah yang timbul dalam upaya pembangunan saat ini adalah tentang lingkungan, karena pembangunan yang terjadi selama ini berdampak buruk tidak hanya pada sisi ekologi sumberdaya, tetapi juga berdampak buruk pada segi sosial ekonomi kemasyarakatan, seperti misalnya bencana banjir, kebakaran hutan dan abrasi pantai sudah sering terjadi.

2 Hal yang perlu diditindak lanjuti oleh pemerintah adalah bagaimana membuat kebijakan tentang pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah pesisir ini supaya masyarakat bisa memanfaatkan sumberdaya alam ini dengan maksimal tanpa harus merusak alam (lingkungan pesisir). Hal ini penting untuk menjadi bahan pemikiran bagi pemerintah untuk membuat kebijakan (regulasi) yang tidak merugikan bagi masyarakat di lingkungan pesisir, dengan kata lain wilayah pesisir ini dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi mayarakat sekitar, dan kelestariannya dapat terjaga terus. Salah satu pemanfaatan wilayah pesisir oleh masyarakat di Kabupaten Kubu Raya adalah dengan memanfaatkannya untuk usaha pertambakan. Baik usaha tambak udang maupun macam-macam ikan. Namun dalam perjalanannya pemerintah menerapkan kebijakan bahwa wilayah pesisir dijadikan hutan lindung berupa hutan mangrove, sehingga masyarakat tidak bisa melakukan usaha tambak lagi. Masyarakat melakukan usaha tambak secara diam-diam (illegal). Hal ini tentu saja sangat merugikan masyarakat pesisir karena pemasukan ekonomi dari segi pertambakan menjadi berkurang, walaupun dengan adanya hutan mangrove tersebut jika bisa memanfaatkannya juga tidak kalah hasilnya dengan usaha pertambakan. Terlebih dengan adanya Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 259/kpts-II/2000 yang menunjuk kawasan hutan dan perairan di wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah seluas (Sembilan Juta Seratus Tujuh Puluh Delapan Ribu Tujuh Ratus Enam Puluh) hektar dijadikan menjadi hutan lindung berupa hutan mangrove. Kondisi sekarang pemerintah melarang

3 masyarakat di Desa Dabong untuk memanfaatkan hutan mangrove menjadi lahan produksi baik berupa lahan tambak dan lain-lain, sehingga menutup peluang masyarakat untuk meningkatkan tingkat perekonomiannya. B. PerumusanMasalah Secara umum permasalahan yang terjadi di Desa Dabong adalah konflik pemanfatan wilayah pesisir, dimana masyarakat setempat lebih dahulu memanfaatkan wilayah pesisir untuk lahan produksi terutama untuk perikanan dan pertambakan, namun seiring berjalannya waktu pemerintah menjadikannya wilayah pesisir sebagai hutan lindung berupa hutan mangrove sehingga masyarakat setempat tidak bisa lagi melakukan usaha di bidang perikanan ataupun pertambakan. Secara skematis permasalahan dan usulan solusi terhadap permasalahan tersebut dapat disajikan pada Gambar 1.1.

4 Konservasi Kawasan Hutan Lindung Tambak Udang Silvofishery Kebijakan Pemerintah Intensif mengenai Hutan Lindung Pemukiman Konflik Kepentingan Penggunaan Kawasan Model Goal Programing Model Penggunaan Alokasi Lahan Model Solusi pengakomodiran Penggunaan Lahan Degradasi Penggunaan Lahan Gambar 1.1 Skema permasalahan dan usulan solusi Penjelasan Gambar 1.1 sebagai berikut: A. Terdapat konflik kepentingan terhadap pengelolaan kawasan pesisir di Kabupaten Kubu Raya khususnya di Desa Dabong, yaitu antara pemerintah dengan masyarakat setempat dimana pemerintah dalam tata ruangnya menjadikan kawasan pesisir di Kabupaten Kubu Raya menjadi kawasan konservasi berupa hutan lindung yang berupa hutan mangrove. Sedangkan

5 masyarakat setempat yang lebih dulu mengelola kawasan pesisir menjadi lahan produksi untuk pertambakan. B. Usulan solusi dari permasalahan ini dianalisis dengan menggunakan model Goal Programming yang tujuannya untuk mengetahui alokasi pemanfaatan lahan secara optimal. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Nilai ekonomi total dari pemanfaatan lahan hutan mangrove di Desa Dabong Kabupaten Kubu Raya. 2. Kondisi optimal antara pemanfaatan wilayah dan nilai ekonomi pemanfaatan lahan hutan mangrove di Desa Dabong Kabupaten Kubu Raya. D. Manfaat Penelitian 1. Memperoleh alokasi pemanfaatan sumberdaya pesisir yang optimal. 2. Memberikan rekomendasi kepada pihak terkait tentang pemanfaatan wilayah pesisir sejalan dengan upaya konservasi dilahan pantai. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang pernah dilakukan yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.

6 Tabel 1.1 Daftar penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini Nama Judul Tujuan Metode Hasil A. Fahrudin (1996) Analisis ekonomi Menganalisis ekonomi total dari Menggunakan Lahan pesisir Kabupaten Subang pengelolaan lahan pesisir pemanfaatan lahan pesisir yang telah metode studi kasus dimanfaatkan untuk hutan Kabupaten Subang ada dengan obyek mangrove dengan pola tambak Menganalisis alokasi pemanfaatan penelitian lahan tumpang sari sumberdaya lahan pesisir yang efisien pesisir utara Nilai ekonomi totalnya sebesar Rp. atau secara relatif memiliki nilai Kabupaten Subang ,34/ha/tahun ekonomi total maksimal dengan Alokasi pemanfaatan lahan pesisir dengan tetap memperhatikan prinsipprinsip pengelolaan lingkungan lahan pesisir untuk tambak intensif yang relatif baik adalah 25% dari total luas lahan pesisir Kabupaten Subang B. Slamet Subari (2007) Optimalisasi Penggunaan Lahan untuk Pengembangan Ekonomi dan Konservasi Sumberdaya Alam di Kawasan Pesisir Kabupaten Sidoarjo- Jawa Timur Membangun model penggunaan lahan yang sesuai dengan karakteristik fisik, sosial dan ekonomi yang ada Mencari alternative strategi penggunaan lahan terbaik untuk diterapkan di pesisir Sidoarjo Mengkaji apakah rencana penggunaan lahan sesuai konsep RTRW Kabupaten Sidoarjo dapat diimplementasikan atau tidak. Membangun model Model penggunaan lahan pesisir alokasi penggunaan Kabupaten Sidoarjo merupakan lahan dengan gambaran dari suatu fenomena menggunakan analisis Goal penggunaan lahan yang terbaik dengan beberapa kendala yang Programming dipertimbangkan Skenario ke 3 yaitu konsep penggunaan lahan dengan mempertimbangkan faktor eksternalitas dan upaya mengatasinya merupakan alternatif strategi lahan terbaik Konsep penggunaan lahan sesuai RTRW tidak akan dapat diimplementasikan, karena struktur organisasi yang ada tidak memungkinkan terjadinya suatu mekanisme koordinasi dan kompromi antar pihak yang berkonflik

7 Tabel 1.1 Daftar penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini (lanjutan) Nama Judul Tujuan Metode Hasil C. Asbar (2007) Optimalisasi Mengetahui karakteristik biogefisik, Meng optimasi lahan Pemanfaatan lahan tambak yang Pemanfaatan Kawasan kelayakan bioteknis perairan dan pesisir Kabupaten optimal untuk budidaya intensif Pesisir untuk sosial-ekonomi masyarakat dalam Sinjai dengan seluas 117 ha, budidaya semi Pengembangan Budidaya pengembangan budidaya tambak menggunakan intensif 350 ha, 525 ha untuk Tambak Berkelanjutan di Menentukan luas lahan yang sesuai software Lindo. tambak tradisional, 155 ha untuk Kabupaten Sinjai untuk pengembangan budidaya tambak polikultur bandeng dan rumput laut, Sulawesi Selatan Menentukan jumla limbah organic 99,89 ha untuk silvofishery serta yang berasal dari kegiatan budidaya 471,78 ha untuk konservasi tambak dan kemampuan asimilasi mangrove. perairan pesisir. Mengestimasi daya dukung lingkungan untuk pengembangan budidaya tambak ramah lingkungan di kawasan pesisir Sinjai Menentukan model pemanfaatan lahan budidaya tambak secara optimal berdasarkan aspek ekologi, ekonomi dan social.