BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 UMUM Pada bab ini akan dilakukan analisa dan pembahasan terhadap pengujian yang telah dilakukan meliputi evaluasi property mekanik bambu, evaluasi teknik laminasi sampel kecil, dan evaluasi teknik laminasi balok prototipe. 4.2 EVALUASI PROPERTI MEKANIK BAMBU Umum Pada sub bab ini akan dilakukan evaluasi terhadap data hasil pengujian yang didapat pada bab sebelumnya, dimana dalam evaluasi ini menggunakan proses statistik untuk menganalisa scatter dari masing masing pengujian yang memperlihatkan sebaran data yang cukup beragam. Untuk menganalisa data dari percobaan yang telah dilakukan tersebut digunakan control chart (peta kendali), karena dari hasil percobaan yang dilakukan jika diplot dalam scatter terlihat sebaran data yang cukup beragam, oleh karena itu kita menggunakan control chart untuk mengetahui data data mana yang terkontrol di dalam batas kendali atau tidak. Control chart ialah suatu Quality Tool yang dapat digunakan untuk membuat penilaian status pengendalian kualitas pada sebuah proses produksi / percobaan apakah sebuah proses tersebut dalam kondisi terkontrol secara statistik atau tidak. Ada tiga batasan dalam pembuatan grafik control chart adalah sebagai berikut : a. Batas Kendali Atas / Upper Control Limit 53

2 Batas kendali atas merupakan garis batas atas untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel. b. Garis Tengah / Center Line Garis tengah merupakan garis yang melambangkan tidak adanya penyimpangan dari karakteristik sampel. c. Batas Kendali Bawah / Lower Control Limit Batas kendali bawah merupakan garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel. Dengan persamaan sebagai berikut : UCL (Upper Control Limit) = + z CL (Control Limit) = LCL (Lower Control Limit) = - z Nilai z yang dipakai adalah 1,15 untuk tingkat kepercayaan 75 %, berdasarkan ICBO (International Conference of Building Officials) Evaluation Service for Acceptance Criteria for Structural Bamboo. Penggunaan metode control chart merujuk pada buku Douglas C. Montgomery, dan juga menggunakan bantuan program statistik SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) untuk kemudian diterapkan dalam proses pengolahan data. Metode control chart memungkinkan untuk dapat mengetahui nilai nilai yang merupakan outlier. Outlier adalah suatu nilai yang jauh dari pola kumpulan data secara keseluruhan. Beberapa penyebab outlier dapat terjadi karena kesalahan dalam pemasukan data, kesalahan dalam pengambilan sampel, atau memang ada data data ekstrim yang tidak dapat dihindarkan keberadaannya. 54

3 4.2.2 Uji Tarik Bambu Utuh Sejajar Serat Dari hasil pengujian kuat tarik bambu terhadap 20 buah sampel didapatkan nilai kekuatan yang beragam dengan nilai minimum 128 MPa dan nilai maksimum 277,45 MPa, jika diplotkan dalam scatter terlihat sebaran data yang sedikit berpencar (Dapat dilihat pada Gambar 3.29) untuk pengolahan data tersebut maka digunakan control chart. Dari hasil pengujian normalitas dengan bantuan program SPSS 16 dengan metode Kolmogorov-Smirnov terhadap data kuat tarik bambu utuh didapatkan data berdistribusi normal (nilai Sig. lebih besar dari 0,05). Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Uji Tarik Bambu Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. StressMaximum * Selanjutnya, terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai rata rata, standar deviasi, dan standar deviasi error rata rata untuk menentukan batas atas dan batas bawah. Tabel 4.2 Pengolahan Data Uji Tarik Bambu Sampel xi (x-xi) ,24 49, ,96 106, ,00 2, ,03 315, ,98 106, , , ,47 537, , , ,03 18, , ,13 55

4 Tabel 4.2 Pengolahan Data Uji Tarik Bambu (Lanjutan) Sampel xi (x-xi) ,62 152, ,59 114, ,03 150, ,10 851, ,76 155, , , ,55 279, , , ,31 36, ,80 341,51 Jumlah 3925, ,99 Rata rata ( ) 196,28 Std. Dev ( ) 34,82 Std. Dev Eror ( 7,79 UCL = + z = 196,28 + (1,15 x 7,79) = 205,24 MPa CL = = 196,28 MPa LCL = - z = 196,28 (1,15 x 7,79) = 187,32 MPa Setelah didapat batas atas dan batas bawah selanjutnya dibuat control chart untuk mengetahui data hasil percobaan apakah dalam status terkontrol atau tidak. Gambar 4.1 Control Chart Uji Tarik Bambu 56

5 Dari hasil control chart dapat dilihat bahwa terdapat tujuh data yang berada di dalam batas kendali, baik batas kendali atas maupun bawah. Dengan nilai z = 1,15 yang memiliki tingkat kepercayaan 75%, hanya tujuh data yang terletak di dalam kontrol sehingga dari hasil percobaan yang dilakukan mewakili 35% dengan interval nilai kekuatan antara 187,32 MPa 205,24 MPa untuk tingkat kepercayaan 75%. Nilai data yang terletak di luar kontrol disebabkan oleh bahan material bambu yang digunakan, karena bambu yang digunakan dalam penelitian ini hanya mengambil bagian bambu yang mempunyai ketebalan dinding antara 1,5 2 cm. Sehingga bambu yang digunakan tidak semuanya dipakai untuk pembuatan benda uji karena bambu mempunyai ketebalan yang semakin menipis semakin ke atas. Dalam satu batang bambu yang memiliki panjang sekitar 10 meter, diambil mulai dari ruas bagian bawah yang memiliki ketebalan dinding bambu yang paling tebal sampai dengan ruas yang masih dapat digunakan untuk pembuatan benda uji dan sisa ruas lainnya tidak dapat dipakai. Oleh karena itu, jumlah batang bambu yang digunakan dalam penelitian ini cukup banyak walaupun hanya menggunakan satu jenis bambu dari tempat asal yang sama masih dijumpai beberapa nilai yang jauh berbeda dari nilai lainnya. Jadi, untuk kekuatan tarik bambu dengan nilai rata rata 196,28 MPa mewakili 35% dari hasil percobaan dengan tingkat kepercayaan 75% Uji Tarik Bambu Laminasi Tegak Lurus Serat Dari hasil pengujian kuat tarik bambu laminasi terhadap 20 buah sampel didapatkan kekuatan dengan nilai minimum 0,7 MPa dan nilai maksimum 3,10 57

6 MPa, jika diplotkan dalam scatter terlihat sebaran data yang sedikit berpencar pada Gambar Dari hasil pengujian normalitas dengan bantuan program SPSS 16 dengan metode Kolmogorov-Smirnov terhadap data kuat tarik bambu laminasi didapatkan data berdistribusi normal (nilai Sig. lebih besar dari 0,05). Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Uji Tarik Bambu Laminasi Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig. StressMaximum * Selanjutnya, terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai rata rata, standar deviasi, dan standar deviasi error rata rata untuk menentukan batas atas dan batas bawah. Tabel 4.4 Pengolahan Data Uji Tarik Bambu Laminasi Sampel xi (x-xi) ,89 0, ,69 0, ,32 0, ,58 0, ,16 0, ,87 0, ,36 0, ,28 0, ,73 0, ,86 0, ,55 0, ,18 0, ,02 0, ,64 0, ,63 0, ,05 0, ,10 2,79 58

7 Tabel 4.4 Pengolahan Data Uji Tarik Bambu Laminasi (Lanjutan) Sampel xi (x-xi) ,59 0, ,92 0, ,10 0,11 Jumlah 28,50 5,12 Rata rata ( ) 1,43 Std. Dev ( ) 0,52 Std. Dev Eror ( 0,12 UCL = + z = 1,43 + (1,15 x 0,12) = 1,56 MPa CL = = 1,43 MPa LCL = - z = 1,43 (1,15 x 0,12) = 1,29 MPa Gambar 4.2 Control Chart Uji Tarik Bambu Laminasi Dari hasil diagram control chart terdapat enam data yang berada di dalam batas kendali, baik batas kendali atas maupun bawah. Dengan nilai z = 1,15 yang memiliki tingkat kepercayaan 75% di dalam batas kendali, terdapat enam data yang terletak di dalam kontrol sehingga dari percobaan yang dilakukan mewakili 30%, dengan interval nilai kekuatan rata rata 1,29 MPa 1,56 MPa. Jadi, dari hasil percobaan terhadap 20 buah sampel uji tarik bambu laminasi dengan bagian 59

8 kerusakan yang terletak pada bambu diperoleh kuat tarik bambu laminasi sebesar 1,43 MPa mewakili 30% dari hasil percobaan dengan tingkat kepercayaan 75% Uji Geser Bambu Laminasi Sejajar Serat Dari hasil pengujian kuat tarik bambu laminasi terhadap 20 buah sampel didapatkan kekuatan dengan nilai minimum 0,7 MPa dan nilai maksimum 3,10 MPa, jika diplotkan dalam scatter terlihat sebaran data yang sedikit berpencar pada Gambar Dari hasil pengujian normalitas dengan bantuan program SPSS 16 dengan metode Kolmogorov-Smirnov terhadap data kuat geser bambu laminasi didapatkan data berdistribusi normal (nilai Sig. lebih besar dari 0,05). Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Uji Geser Bambu Laminasi Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. StressMaximum Selanjutnya, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai rata rata, standar deviasi, dan standar deviasi error rata rata untuk menentukan batas atas dan batas bawah. Tabel 4.6 Pengolahan Data Uji Geser Bambu Laminasi Sampel xi (x-xi) ,60 1, ,20 2, ,37 0, ,96 0, ,01 0, ,62 0,06 60

9 Tabel 4.6 Pengolahan Data Uji Geser Bambu Laminasi (Lanjutan) Sampel xi (x-xi) ,17 0, ,87 0, ,32 2, ,77 15, ,12 1, ,13 0, ,25 0, ,99 0, ,92 0, ,76 0, ,47 0, ,76 1, ,18 0, ,68 1,39 Jumlah 177,20 29,11 Rata rata ( ) 8,86 Std. Dev ( ) 1,24 Std. Dev Eror ( 0,28 UCL = + z = 8,86 + (1,15 x 0,28) = 9,18 MPa CL = = 8,86 MPa LCL = - z = 8,86 (1,15 x 0,28) = 8,54 MPa Gambar 4.3 Control Chart Uji Geser Bambu Laminasi 61

10 Dari hasil diagram control chart terdapat tujuh data yang berada di dalam batas kendali, baik batas kendali atas maupun bawah. Dengan nilai z = 1,15 yang memiliki tingkat kepercayaan 75% di dalam batas kendali, hanya tujuh data yang terletak di dalam kontrol sehingga dari percobaan yang dilakukan mewakili 35%. Dari tujuh data yang terletak di dalam kontrol diperoleh interval nilai kekuatan rata rata 8,54 MPa 9,18 MPa. Jadi, dari hasil percobaan terhadap 20 buah sampel uji geser bambu laminasi dengan bagian kerusakan yang terletak pada bambu diperoleh kuat geser bambu laminasi sebesar 8,86 MPa mewakili 35% dari hasil percobaan dengan tingkat kepercayaan 75 % Rangkuman Properti Mekanik Bambu Dari hasil pengolahan data untuk masing masing pengujian yang terdiri dari uji tarik bambu, uji tarik bambu laminasi, dan uji geser bambu laminasi didapat rangkuman hasil kekuatan pada Tabel 4.4 berikut di bawah ini. Tabel 4.7 Rangkuman Property Mekanik Bambu Pengujian Tarik Tarik Laminasi Geser Laminasi Stress at Maximum (MPa) 196,28 1,43 8,86 Dari evaluasi property mekanik bambu yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa dengan adanya data yang bervariatif dari pengujian tarik bambu, dan sampel kecil bambu laminasi, maka diperlukan proses statistik untuk mengolah data tersebut. Dari proses pengolahan data didapat nilai kekuatan tarik bambu rata rata sebesar 196,28 MPa yang mewakili 35% dari hasil percobaan untuk tingkat kepercayaan 75%. Untuk kuat tarik laminasi didapat nilai rata rata sebesar 1,43 MPa yang mewakili 30% dari hasil percobaan dengan kerusakan terjadi pada bambu untuk tingkat kepercayaan 75%. Untuk kuat geser laminasi 62

11 didapat nilai rata rata sebesar 8,86 MPa yang mewakili 35% dari hasil percobaan dengan kerusakan terjadi pada bambu untuk tingkat kepercayaan 75%. 4.3 EVALUASI TEKNIK LAMINASI SAMPEL KECIL Umum Dalam sub bab ini akan dilakukan evaluasi sampel kecil laminasi yang terdiri dari pengujian tarik dan geser laminasi untuk mengetahui apakah teknik laminasi yang dilakukan telah memenuhi. Untuk pembuatan spesimen benda uji kecil dibuat tanpa menggunakan sambungan, maksudnya adalah tanpa perekatan ujung ujung bilah bambu hanya menggunakan perekatan antara bagian pinggir dinding bilah bambu saja. Benda uji dibuat menggunakan satu ruas bagian bambu tanpa nodia dengan panjang ± 35 cm setelah menjadi balok kecil kemudian baru dibentuk benda uji Uji Tarik Bambu Laminasi Tegak Lurus Serat Dari hasil pengujian terhadap 20 buah sampel kecil benda uji laminasi tarik tegak lurus serat terjadi kerusakan pada bahan material bambu. Perekat yang digunakan mempunyai daya rekat yang sangat kuat antar lapisan lamina bambu sehingga terlihat layaknya seperti kayu utuh. Sewaktu terjadi putus / break pada benda uji nampak kerusakan terjadi pada serat serat bambu akibat perlawanan dari gaya yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik laminasi yang kita lakukan telah memenuhi untuk sampel kecil tarik laminasi tanpa menggunakan sambungan. 63

12 Gambar 4.4 Kerusakan Sampel Kecil Benda Uji Tarik Laminasi Uji Geser Bambu Laminasi Sejajar Serat Dari hasil pengujian terhadap 20 buah sampel kecil benda uji laminasi geser sejajar serat terjadi kerusakan pada bahan material bambu. Dalam hal ini, perekat yang digunakan mempunyai daya rekat yang sangat kuat antar lapisan lamina bambu sehingga terlihat layaknya seperti kayu utuh. Sewaktu terjadi putus / break pada benda uji nampak kerusakan terjadi pada serat serat bambu akibat perlawanan dari gaya yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik laminasi yang kita lakukan untuk sampel kecil geser laminasi tanpa sambungan telah memenuhi. Gambar 4.5 Kerusakan Sampel Kecil Benda Uji Geser Laminasi 64

13 4.3.4 Rangkuman Evaluasi Teknik Laminasi Sampel Kecil Dari kedua pengujian yang telah dilakukan untuk sampel kecil laminasi, perekat yang digunakan mempunyai daya rekat yang sangat kuat, sehingga saat terjadi break / putus pada benda uji nampak serat serat bambu mengalami kerusakan. Jadi, teknik laminasi yang dilakukan dengan menggabungkan bilah bilah bambu yang berukuran kecil nampak kelihatan seperti kayu utuh dan telah memenuhi untuk skala sampel kecil. 4.4 EVALUASI TEKNIK LAMINASI BALOK PROTOTIPE Tegangan Mekanik Balok Laminasi Balok laminasi dengan panjang 76 cm dibuat tanpa menggunakan bagian nodia bambu dengan panjang rata rata 25 cm, sehingga harus digunakan sambungan. Sambungan yang dimaksud disini adalah sambungan ujung ujung bilah bambu dengan perekat. Karena keterbatasan alat yang dimiliki maka digunakan jenis sambungan miring dengan sudut Digunakan sambungan miring dengan alasan luas bagian perekatan yang lebih luas pada sambungan miring dibandingkan sambungan tegak. Balok laminasi disusun dengan cara di overlapping satu sama lain. Dari pengujian balok laminasi yang dilakukan didapat hasil sebagai berikut. Tabel 4.8 Kuat Lentur Maksimum Balok Laminasi Benda Uji Dimensi Balok (mm) Lebar Tinggi Panjang Beban (N) Kuat Lentur (MPa) Balok I ,09 Balok II ,83 Balok III ,96 Rata rata (MPa) 29,63 65

14 Dari hasil pengujian lentur yang dilakukan, didapat nilai tegangan tarik terendah 23,83 MPa dan nilai tertinggi 40,96 MPa, jika dibandingkan dengan tegangan tarik bambu 196,28 MPa nilai tersebut lebih besar dari tegangan lentur yang didapat. Oleh karena itu, kita menggunakan nilai tegangan tarik rata rata akibat lentur 29,63 MPa sebagai pembanding dengan tegangan tarik bambu utuh. Ternyata nilai rata rata yang digunakanpun masih lebih kecil dari nilai kuat tarik bambu. Hal ini mengindikasikan ada perlemahan pada balok ketika dilakukan pengujian lentur Pemeriksaan Kerusakan Balok Laminasi Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan kerusakan yang terjadi terhadap tiga balok laminasi tersebut. Dari hasil pengamatan didapat kerusakan yang terjadi pada sambungan. Sambungan miring yang digunakan mengalami kerusakan dengan terbukanya sambungan miring pada lapisan paling bawah balok. Keruntuhan dimulai dengan lepasnya sambungan pada daerah tarik maksimum yang terletak pada lapisan laminasi paling bawah. Lepasnya sambungan pada lapisan paling bawah menjadi awal keruntuhan balok karena akan menyebar pada daerah terdekat yang memiliki kapasitas lentur lebih rendah. Gambar 4.6 Kerusakan Balok Laminasi Prototipe 66

15 Perekat yang digunakan dalam pembuatan balok laminasi mempunyai daya rekat yang cukup efektif pada setiap lapisan perekatan, tetapi dengan adanya penggunaan sambungan miring pada pembuatan balok menjadi titik pelemahan karena kinerja dari sambungan yang kurang optimal. Sehingga nilai tegangan tarik rata rata akibat lentur dari hasil pengujian 29,63 MPa lebih kecil dibandingkan dengan kuat tarik bambu yang memiliki kekuatan sebesar 196,28 MPa akibat kegagalan yang terjadi pada daerah sambungan. Jadi, untuk penggunaan sambungan miring pada balok laminasi belum memenuhi akibat kinerja sambungan miring yang tidak efektif, sehingga perlu digunakan alternatif lain model sambungan jika diinginkan untuk penggunaan sambungan. 4.5 RANGKUMAN EVALUASI PROPERTI DAN TEKNIK LAMINASI Evaluasi property mekanik bambu yang dilakukan dari setiap pengujian dengan tujuan agar didapat suatu nilai yang mewakili dari percobaan. Dengan adanya data yang bervariatif dari hasil pengujian tarik bambu, dan sampel kecil bambu laminasi, maka diperlukan proses statistik untuk mengolah data tersebut. Hasil pengujian untuk teknik laminasi sampel kecil memperlihatkan kerusakan terjadi pada serat serat bambu. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk sampel kecil tanpa memakai sambungan telah memenuhi. Namun hal ini tidak terjadi pada balok laminasi. Dari hasil pengujian balok terlihat kerusakan pada daerah sambungan miring yang digunakan sehingga nilai tegangan lentur yang diperoleh tidak mendekati nilai tegangan pada tarik bambu utuh. Dapat disimpulkan bahwa, penggunaan sambungan miring pada balok laminasi kurang optimal karena menjadi titik perlemahan pada balok sehingga perlu digunakan alternatif lain. 67

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas telah menjadi karkteristik utama dalam organisasi atau perusahaan agar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas telah menjadi karkteristik utama dalam organisasi atau perusahaan agar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas telah menjadi karkteristik utama dalam organisasi atau perusahaan agar dapat berkembang lebih baik lagi dalam bidang produksi disuatu organisasi atau perusahaan.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4.1. Sifat Fisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan dasar kayu yang digunakan. Sifat fisis yang dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah

Lebih terperinci

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan 3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI 3.1. Pendahuluan Analisa teoritis dan hasil eksperimen mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam mekanika bahan (Gere dan Timoshenko, 1997). Teori digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tenggara menyediakan kira-kira 80% potensi bambu dunia yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tenggara menyediakan kira-kira 80% potensi bambu dunia yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bambu merupakan tanaman rumpun yang tumbuh hampir di seluruh belahan dunia, dan dari keseluruhan yang ada di dunia Asia Selatan dan Asia Tenggara menyediakan kira-kira

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Garis perekat arah radial lurus. (c)

BAB I. PENDAHULUAN. Garis perekat arah radial lurus. (c) BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu dan bambu merupakan bahan bangunan yang digunakan sejak jaman dahulu sampai sekarang. Kayu berkualitas saat ini sulit didapatkan, kalaupun ada harganya sangat

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR Rizfan Hermanto 1* 1 Mahasiswa / Program Magister / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara 0.2-1.28 kg/cm 3. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan kekuatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Kekakuan Lamina Kayu Ekaliptus Pemilahan lamina menggunakan metode defleksi menghasilkan nilai modulus elastisitas (MOE) yang digunakan untuk pengelompokkan lamina.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi bambu dalam menopang keberlanjutan hutan dinilai ekonomis di masa depan. Hutan sebagai sumber utama penghasil kayu dari waktu ke waktu kondisinya sudah sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Sejak permulaan sejarah, manusia telah berusaha memilih bahan yang tepat untuk membangun tempat tinggalnya dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan dan model struktur masih terus dilakukan. Oleh karena itu masih terus dicari dan diusahakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK Pengendalian kualitas adalah suatu proses yang ditujukan untuk mempertahankan standar kualitas produk yang dijanjikan oleh perusahaan kepada konsumen serta untuk membantu mempertahankan kinerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB III. PETA KENDALI KUALITAS MULTIVARIAT Z-chart UNTUK PROSES AUTOKORELASI. Salah satu fungsi dari pengendalian kualitas statistik adalah mengurangi

BAB III. PETA KENDALI KUALITAS MULTIVARIAT Z-chart UNTUK PROSES AUTOKORELASI. Salah satu fungsi dari pengendalian kualitas statistik adalah mengurangi BAB III PETA KENDALI KUALITAS MULTIVARIAT Z-chart UNTUK PROSES AUTOKORELASI Salah satu fungsi dari pengendalian kualitas statistik adalah mengurangi variasi yang terjadi dalam suatu proses. Sementara itu,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DESAIN JEMBATAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN KAYU MERBAU DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT. Disusun Oleh : Eric Kristianto Upessy

TUGAS AKHIR DESAIN JEMBATAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN KAYU MERBAU DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT. Disusun Oleh : Eric Kristianto Upessy TUGAS AKHIR DESAIN JEMBATAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN KAYU MERBAU DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT Disusun Oleh : Eric Kristianto Upessy Npm : 11 02 13763 Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sambungan dalam struktur gedung merupakan bagian terlemah sehingga perlu perhatian secara khusus. Seluruh elemen struktur mengalami pembebanan sesuai dengan bagian dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

KAYU LAMINASI. Oleh : Yudi.K. Mowemba F

KAYU LAMINASI. Oleh : Yudi.K. Mowemba F KAYU LAMINASI Oleh : Yudi.K. Mowemba F 111 12 040 Pendahuluan Kayu merupakan bahan konstruksi tertua yang dapat diperbaharui dan merupakan salah satu sumber daya ekonomi yang penting. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pengetahuan, teknologi dan pertumbuhan ekonomi pada sektor industri Pangan di Indonesia menyebabkan persaingan antara industri-industri yang menghasilkan produk sejenis harus lebih kreatif dan

Lebih terperinci

PETA PENGENDALI UNTUK UNIT INDIVIDU PRESENTASI PENGENDALIAN KUALITAS

PETA PENGENDALI UNTUK UNIT INDIVIDU PRESENTASI PENGENDALIAN KUALITAS PETA PENGENDALI UNTUK UNIT INDIVIDU PRESENTASI PENGENDALIAN KUALITAS CONTROL CHART suatu metode penyajian grafik keadaan produksi secara kronologis dengan batas-batas yang menggambarkan kemampuan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejalan dengan pembangunan prasarana fisik yang terus menerus dilaksanakan, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena itu

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMIS VARIASI JENIS BAMBU SEBAGAI BAHAN LAMINASI UNTUK PEMBUATAN KAPAL IKAN

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMIS VARIASI JENIS BAMBU SEBAGAI BAHAN LAMINASI UNTUK PEMBUATAN KAPAL IKAN ANALISA TEKNIK DAN EKONOMIS VARIASI JENIS BAMBU SEBAGAI BAHAN LAMINASI UNTUK PEMBUATAN KAPAL IKAN Disusun oleh : Yohanes Edo Wicaksono (4108.100.048) Dosen Pembimbing : Ir. Heri Supomo, M.Sc Sri Rejeki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Ikatan Pembuluh Bambu Foto makroskopis ruas bambu tali disajikan pada Gambar 7 dan bukunya disajikan pada Gambar 8. Foto makroskopis ruas bambu betung disajikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mutu Kekakuan Lamina BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan lamina diawali dengan melakukan penentuan mutu pada tiap ketebalan lamina menggunakan uji non destructive test. Data hasil pengujian NDT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan produksi kemasan makanan dari kertas karton CV. Yogyakartas yang berlokasi di Jl. Nyi Ageng Nis No. 20 B,

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG Nia Budi Puspitasari Program Studi Teknik Industri UNDIP Abstrak Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT United Can Company Ltd. yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 17, Kalideres Jakarta Barat,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Bambu dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai sifat mekanik yang baik dan dapat digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini, juga membuat semakin berkembangnya berbagai macam teknik dalam pembangunan infrastruktur, baik itu

Lebih terperinci

Peta Kendali (Control Chart untuk Unit-Unit Individu)

Peta Kendali (Control Chart untuk Unit-Unit Individu) Peta Kendali (Control Chart untuk Unit-Unit Individu) Pengendalian Kualitas Statistika Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII November 18, 2015 Ayundyah (UII) Peta Kendali (Control Chart untuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU Agustin Dita Lestari *1, Sri Murni Dewi 2, Wisnumurti 2 1 Mahasiswa / Program Magister / Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

Gambar 5.1. Proses perancangan

Gambar 5.1. Proses perancangan 5. PERANCANGAN SAMBUNGAN BAMBU 5.1. Pendahuluan Hasil penelitian tentang sifat fisik dan mekanik bambu yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa bambu, khususnya bambu tali, cukup baik untuk digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kristen 1 Salatiga. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Sifat fisis dari panel CLT yang diuji yaitu, kerapatan (ρ), kadar air (KA), pengembangan volume (KV) dan penyusutan volume (SV). Hasil pengujian sifat fisis

Lebih terperinci

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi Febry Firghani Oemry - 4108100079 Dosen Pembimbing: Ir. Heri Supomo,

Lebih terperinci

BIDANG STUDI INDUSTRI PERKAPALAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BIDANG STUDI INDUSTRI PERKAPALAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Analisis Teknis dan Ekonomis Produksi Kapal Ikan Dengan Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi Sebagai Material Alternatif Pengganti Kayu Oleh : Sufian Imam Wahidi (4108100039) Pembimbing

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan selain dari pada aspek keamanan. Untuk mempertahankan aspek tersebut maka perlu adanya solusi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S)

PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S) PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S) Astuti Masdar 1, Zufrimar 3, Noviarti 2 dan Desi Putri 3 1 Jurusan Teknik Sipil, STT-Payakumbuh, Jl.Khatib

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL Muhammad Igbal M.D.J. Sumajouw, Reky S. Windah, Sesty E.J. Imbar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Lentur Balok Mac. Gregor (1997) mengatakan tegangan lentur pada balok diakibatkan oleh regangan yang timbul karena adanya beban luar. Apabila beban bertambah maka pada

Lebih terperinci

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur VI. BATANG LENTUR Perencanaan batang lentur meliputi empat hal yaitu: perencanaan lentur, geser, lendutan, dan tumpuan. Perencanaan sering kali diawali dengan pemilihan sebuah penampang batang sedemikian

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR Rizfan Hermanto 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Pascasarjana, Bandung ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process 70 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil control chart PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process Control. Sebagai langkah awal penulis mencoba menganalisa data volume produk

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN Devi Nuralinah Dosen / Teknik Sipil / Fakultas Teknik / Universitas Brawijaya Malang Jl. MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S)

PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S) PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S) Herry Suryadi 1, Matius Tri Agung 2, dan Eigya Bassita Bangun 2 1 Dosen, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik

Lebih terperinci

BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA

BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA SPSS menyediakan fasilitas untuk melakukan analisis deskriptif data seperti uji deskriptif, validitas dan normalitas data. Uji deskriptif yang dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Ketatnya persaingan dalam usaha textil akhir-akhir ini membuat banyak perusahaan textil bekerja keras untuk bertahan dalam persaingan. Faktor kualitas menjadi point yang paling diperhatikan agar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. R = 2 mm R = 0.5 mm. Gambar 5.1 Radius pada bagian tepi produk botol Merk X Volume 0.8 Liter

BAB V ANALISA HASIL. R = 2 mm R = 0.5 mm. Gambar 5.1 Radius pada bagian tepi produk botol Merk X Volume 0.8 Liter 151 BAB V ANALISA HASIL Dari re-draw dan rancangan mould produk botol Merk-X dengan kapasitas 800 ml yang kemudian dibuat mould dan produk jadi di PT. B diperoleh hasil sebagai berikut : 5.1 Hasil re-draw

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tarik

Komponen Struktur Tarik Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Struktur Tarik Pertemuan 2, 3 Sub Pokok Bahasan : Kegagalan Leleh Kegagalan Fraktur Kegagalan Geser Blok Desain Batang Tarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk negara yang rawan bencana alam. Beberapa bencana disebabkan oleh letak geografis Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk negara yang rawan bencana alam. Beberapa bencana disebabkan oleh letak geografis Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk negara yang rawan bencana alam. Beberapa bencana disebabkan oleh letak geografis Indonesia misalnya: gempa bumi dan erupsi gunung merapi dan sebagian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK LAMINASI KOMBINASI ANTARA KAYU SENGON DAN KAYU JATI DENGAN PEREKAT LEM EPOXY

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK LAMINASI KOMBINASI ANTARA KAYU SENGON DAN KAYU JATI DENGAN PEREKAT LEM EPOXY TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK LAMINASI KOMBINASI ANTARA KAYU SENGON DAN KAYU JATI DENGAN PEREKAT LEM EPOXY Abdul Rochman 1, Warsono 2 1 Pengajar Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

ANALISIS SAMBUNGAN PAKU

ANALISIS SAMBUNGAN PAKU ANALISIS SAMBUNGAN PAKU 4 Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, dinding, atau pada struktur rangka rumah. Tebal kayu yang disambung biasanya tidak terlalu tebal berkisar antara 20

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati. Diantaranya tumbuhan bambu yang merupakan satu tumbuhan yang tumbuh subur dan melimpah

Lebih terperinci

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu Sambungan Kayu Konstruksi kayu merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung. Sambungan dan hubungan kayu merupakan pengetahuan dasar mengenai konstruksi kayu yang sangat membantu dalam penggambaran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini menggunkan aplikasi SPSSdalam pengolahan data. Terdapat beberapa pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini, yakni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Diameter Serat Diameter serat adalah diameter serat ijuk yang diukur setelah mengalami perlakuan alkali, karena pada dasarnya serat alam memiliki dimensi bentuk

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KOMPOSIT KAYU SENGON DENGAN PERKUATAN BAMBU LAMINASI

TEKNOLOGI KOMPOSIT KAYU SENGON DENGAN PERKUATAN BAMBU LAMINASI Balai Litbang Perumahan Wilayah II Denpasar Puslitbang Perumahan & Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat TEKNOLOGI KOMPOSIT KAYU SENGON DENGAN PERKUATAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14 Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Pondasi Pertemuan 12,13,14 Sub Pokok Bahasan : Pengantar Rekayasa Pondasi Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi Daya Dukung Tanah Pondasi Telapak

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 4 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain penampang

Lebih terperinci

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6.1. Pendahuluan Pada dasarnya kekuatan komponen merupakan bagian terpenting dalam perencanaan konstruksi rangka batang ruang, karena jika komponen tidak dapat menahan beban

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAKSI... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 1 BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya terhadap benda sama dengan nol apabila arah gaya dengan perpindahan benda membentuk sudut sebesar. A. 0 B. 5 C. 60

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia SNI 03-6448-2000 SNI Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat tarik panel kayu struktural ICS 79.060.01 Badan Standarisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi...i 1 Ruang Lingkup...1 2 Acuan...2 3 Kegunaan...2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan material bangunan, perlu dikembangkan material bambu. Banyak jenis bambu yang dapat dipergunakan sebagai material bangunan antara lain bambu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengujian dimensi robot, algoritma dari robot yang telah dibuat dan analisis mengenai kinerja dari algoritma tersebut. 4.1. Pengujian

Lebih terperinci

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PEREKAT (251M)

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PEREKAT (251M) KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PEREKAT (251M) Johannes Adhijoso Tjondro 1 dan Benny Kusumo 2 1 Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan,

Lebih terperinci

Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur. bangunan berbasis kayu

Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur. bangunan berbasis kayu Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur 1 Ruang lingkup bangunan berbasis kayu Metode pengujian ini menyediakan penurunan sifat lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur bangunan

Lebih terperinci

I. Perencanaan batang tarik

I. Perencanaan batang tarik IV. BATANG TARIK Komponen struktur yang mendukung beban aksial tarik maupun tekan sering dijumpai pada struktur rangka kuda-kuda. Gaya aksial tarik ataupun tekan memiliki garis kerja gaya yang sejajar

Lebih terperinci

KUAT LENTUR DAN PERILAKU LANTAI KAYU DOUBLE STRESS SKIN PANEL (250M)

KUAT LENTUR DAN PERILAKU LANTAI KAYU DOUBLE STRESS SKIN PANEL (250M) KUAT LENTUR DAN PERILAKU LANTAI KAYU DOUBLE STRESS SKIN PANEL (250M) Johannes Adhijoso Tjondro 1, Fina Hafnika 2 1 Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung E-mail:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi hutan di Indonesia semakin memburuk akibat eksploitasi berlebihan, illegal logging, dan pembakaran hutan. Hal ini mengakibatkan datangnya bencana dari tahun

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER BAB I EALUASI KINERJA DINDING GESER 4.1 Analisis Elemen Dinding Geser Berdasarkan konsep gaya dalam yang dianut dalam SNI Beton 2847-2002, elemen struktur dinding geser tidak dicek terhadap kegagalan gesernya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Solok tahun ajaran 2016/2017, maka diperoleh data motivasi belajar dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Solok tahun ajaran 2016/2017, maka diperoleh data motivasi belajar dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 24 Juli sampai dengan 1 Agustus 2017 di kelas sampel yaitu XI IPA.3 SMA N 4 Kota Solok tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketatnya persaingan antara perusahaan industri satu dengan yang lainnya menyebabkan semakin banyak dan beragam industri saat ini yang berusaha untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

1. Sambungan tampang satu 2. Sambungan tampang dua

1. Sambungan tampang satu 2. Sambungan tampang dua SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT Dikelompokkan menjadi dua macam: 1. Sambungan tampang satu 2. Sambungan tampang dua 1 SAMBUNGAN TAMANG SATU Arah gaya Arah gaya h Tampak depan b 1 b 2 Tampak penampang Baut teriris

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah % BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Nglinduk yang beralamatkan di dusun Kandangan Desa Nglinduk Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Mei 2010, bertempat di Laboratorium Pengeringan Kayu, Laboratorium Peningkatan Mutu Hasil Hutan dan

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung. 22 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sifat Anatomi Bambu 4.1.1 Bentuk Batang Bambu Bambu memiliki bentuk batang yang tidak silindris. Selain itu, bambu juga memiliki buku (node) yang memisahkan antara 2 ruas (internode).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang maupun perusahaan industri. Pada

BAB I PENDAHULUAN. baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang maupun perusahaan industri. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia usaha semakin berkembang dengan pesatnya, baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang maupun perusahaan industri. Pada perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan. Di Indonesia hampir seluruh

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : 1. Kayu Bangunan Struktural : Kayu Bangunan yang digunakan untuk bagian struktural Bangunan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Temuan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,

Lebih terperinci