BAB 2 LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah suatu tulang punggung lintas fungsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah suatu tulang punggung lintas fungsi"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori-Teori Dasar/Umum Sistem ERP (Enterprise Resource Planning) Pengertian ERP Enterprise Resource Planning (ERP) adalah suatu tulang punggung lintas fungsi perusahaan yang mengintegrasikan dan mengotomatisasikan banyak proses internal dan sistem informasi dalam hal fungsi produksi, logistik, distribusi, akuntansi, keuangan dan sumber daya manusia pada perusahaan. (O Brien, 2006, p30) Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) adalah kumpulan aplikasi bisnis yang terintegrasi atau modul yang menjalankan fungsi bisnis yang umum seperti perhitungan jurnal umum, utang piutang, material requirement planning, pemesanan, pengontrolan persediaan, dan manajemen sumber daya manusia. Modul ERP diintegrasikan, terutama melalui kumpulan definisi umum dan database yang umum. Contohnya transaksi yang diproses pada satu area, seperti penerimaan pesanan akibat dari transaksi ini akan dengan segera berdampak pada semua area yang dipengaruhi, seperti area keuangan, penjadwalan produksi dan pembelian. (Wainright, 2005, p188) Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sistem manajemen bisnis yang terintegrasi dan operasi bisnisnya sudah memiliki standar. ERP dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. ERP merupakan nama dari sistem software manajemen yang diciptakan melalui pemikiran korporasi di seluruh dunia untuk meningkatkan kemampuan fungsi bisnis mereka yang penting. Sistem ERP menyatukan, menstandarisasi dan meluruskan semua aktivitas bisnis ke dalam satu sistem yang akan 10

2 11 mencapai standar tertinggi untuk informasi yang aman, dipercaya, mudah diakses dan real time. Setiap orang yang berpartisipasi di dalam aktivitas bisnis baik di dalam maupun di luar organisasi dapat mengakses sistem menggunakan struktur yang sama. Prosesnya terus di-update dan disederhanakan serta redudansi diminimalkan. (Kumar 2010, p264) Modul-Modul ERP Modul-Modul ERP antara lain adalah (Brady, 2001, p23): Sales and Distribution (SD) Modul Sales and Distribution (SD) mencatat pesanan dan pengiriman yang lebih terjadwal. Informasi tentang pelanggan (harga, bagaimana dan dimana produk akan dikirim, bagaimana pelanggan membayar tagihan, dan sebagainya) diatur dan diakses dalam modul ini. Material Management (MM) Modul Material Management (MM) mengelola pengadaan bahan baku dari supplier (pembelian) dan kemudian menangani inventori bahan baku, dari penyimpanan untuk barang yang sedang diproses hingga inventori barang yang telah selesai diproduksi (barang jadi). Production Planning (PP) Modul Production Planning (PP) memelihara informasi mengenai produksi. Disinilah produksi direncanakan dan dijadwalkan, dan aktivitas produksi yang sesungguhnya dicatat.

3 12 Quality Management (QM) Modul Quality Management (QM) membantu perencanaan dan pencatatan aktivitas pengendalian kualitas, seperti inspeksi produksi dan keterangan material. Plant Maintenance (PM) Plant Maintenance (PM) memungkinkan perencanaan untuk pemeliharaan mesinmesin pabrik, dan mengelola pemeliharaan sumber daya, sehingga gangguan peralatan yang mungkin saja terjadi dalam kegiatan produksi dapat diminimalisasi. Human Resource (HR) Modul Human Resource (HR) memudahkan proses perekrutan, penyewaan dan pelatihan karyawan, termasuk juga dalam proses penggajian karyawan. Financial Accounting (FI) Modul Financial Accounting (FI) mencatat transaksi dalam buku besar. Akibat dari proses ini akan menghasilkan financial statement yang digunakan untuk laporan eksternal. Controlling (CO) Modul Controlling (CO) digunakan untuk tujuan manajemen internal. Disini, biaya perusahaan manufaktur ditetapkan utnuk produksi dan untuk cost center, serta dapat juga digunakan untuk mempermudah kegiatan dalam hal analisis biaya. Asset Management (AM) Modul Asset Management (AM) membantu perusahaan untuk mengatur pembelian asset tetap (pabrik dan mesin) dan penurunan nilai (depresiasi) yang berhubungan.

4 13 Project Systems (PS) Modul Project Systems (PS) memungkinkan perencanaan dan mengendalikan R&D, konstruksi dan proyek pemasaran yang baru. Modul ini memungkinkan biaya proyek dikumpulkan dan seringkali digunakan untuk mengatur pengimplementasian sistem ERP. Workflow (WF) Modul Workflow (WF) dapat digunakan untuk mengotomatisasi beberapa aktifitas dalam sistem. Ini dapat menunjukkan analisis aliran tugas dan karyawan dengan cepat dan tepat jika membutuhkan suatu aksi. Industry Solutions (IS) Modul Industry Solution (IS) mengandung pengaturan konfigurasi yang telah ditemukan SAP cocok untuk industri khusus. Pengaturan ini menyederhanakan implementasi memungkinkan pembeli mengambil keuntungan dari pengalaman industri SAP Implementasi Sistem ERP Pengertian Implementasi Implementasi adalah kegiatan memperoleh dan mengintegrasikan sumber daya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang bekerja. (McLeod, 2004, p144)

5 Pendekatan Implementasi Sistem Terdapat empat pendekatan dasar pada tahap implementasi (McLeod, 2004, p144): Percontohan (Pilot) adalah suatu sistem percobaan yang diterapkan dalam satu subset dari keseluruhan operasi seperti satu kantor atau daerah tertentu. Serentak (Immediate) adalah pendekatan yang paling sederhana, yaitu peralihan dari sistem lama ke sistem baru pada satu hari tertentu. Namun pendekatan ini hanya layak bagi perusahaan kecil atau sistem kecil, karena permasalahan waktu semakin besar saat skala operasi meningkat. Bertahap (Phased) adalah pendekatan dimana sistem yang baru digunakan bagian per bagian pada suatu waktu. Paralel (Parallel) adalah pendekatan dimana sistem lama harus dipertahankan sampai sistem baru diperiksa secara menyeluruh. Pendekatan ini memberikan pengamanan yang paling baik terhadap kegagalan, tetapi merupakan yang paling mahal karena kedua sumber daya dipertahankan Sistem Produksi Pengertian Sistem produksi Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem-sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya seperti limbah, informasi dan sebagainya.

6 15 Gambar 2.1 Input-ouput sistem produksi Sub sistem-sub sistem dari produksi tersebut antara lain adalah perencanaan dan pengendalian produksi, pengendalian kualitas, penentuan standar-standar operasi, penentuan fasilitas produksi, perawatan fasilitas produksi, dan penentuan harga pokok produksi. Sub sistem-sub sistem dari sistem produksi tersebut akan membentuk konfigurasi sistem produksi. Keandalan dari konfigurasi sistem produksi ini akan tergantung dari produk yang dibuat serta bagaimana cara membuatnya (proses produksinya). Cara membuat produk tersebut dapat berupa jenis proses produksi menurut cara menghasilkan output, operasi dari pembuatan produk dan variasi produksi yang dihasilkan. (Nasution, 2003, p2) Perencanaan Produksi Perencanaan produksi terdiri dari (Groover, 2008, p3): - Memutuskan produk mana yang akan dibuat, kuantitasnya, dan kapan produk tersebut harus diselesaikan - Menjadwalkan pengiriman atau produksi dari bagian-bagian produk dan produk itu sendiri

7 16 - Merencanakan sumber daya manusia dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan rencana produksi Production planning and control (PPC) mendukung baik diskrit maupun proses manufaktur. Pendekatan repetitif dan pembuatan untuk pemesanan disediakan. Kumpulan modul ini mendukung semua fase dari manufaktur, menyediakan pe-level-an kapasitas dan perencanaan kebutuhan, perencanaan kebutuhan material, biaya produk, proses bill of material, dan manajemen perubahan pabrik mesin. (Jacobs, 2009, p460) Sistem Pembelian Pembelian adalah suatu proses dari beberapa prosedur yang dimulai dari prosedur pembentukan sistem akuntansi, permintaan pembelian, prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok, pencatatan order pembelian, penerimaan barang, pencatatan hutang dan distribusi pembelian yang bertujuan untuk menerapkan pelaksanaan pembelian sesuai dengan aturannya. (Mulyadi, 2000, p301) Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelian merupakan suatu proses aktivitas pembelian yang dimulai dengan adanya permintaan atas suatu pembelian sampai dengan pendistibusian atas barang yang ditujukan untuk pelaksanaan kegiatan transaksi yang telah ada dalam perusahaan. Pembelian mengacu pada semua aktivitas yang melibatkan proses mendapatkan barang-barang dari pemasok. Hal ini meliputi pembelian dan tapi juga kegiatan logistik ke dalam seperti transportasi, barang masuk dan penyimpanan di gudang sebelum barang tersebut digunakan. (Kalakota, 2001, p12)

8 Sistem Pembayaran Pengertian Sistem Pembayaran Proses pembayaran meliputi kejadian-kejadian bisnis yang berhubungan dengan pembelian, pengelolaan dan pembayaran untuk barang-barang dan jasa yang dibutuhkan oleh organisasi. Proses ini meliputi memperoleh material mentah, komponen dan sumber daya lainnya yang terdapat pada produk jadi atau jasa. Tujuan umum dari proses pembayaran adalah untuk menyediakan sumber daya yang dibutuhkan bagi proses konversi organisasi. Tujuan ini dapat dibagi menjadi subtujuan, yakni (Cherrington, 2000, p293): Membeli barang dari vendor yang terpercaya Membeli barang berkualitas tinggi, atau setidaknya barang dengan kualitas yang diinginkan Memperoleh barang dengan harga terbaik Membeli hanya barang-barang yang telah diotorisasi dengan baik dan tujuan sah perusahaan Memiliki sumber daya dan dalam kondisi berguna saat dibutuhkan oleh perusahaan Hanya memperoleh barang yang dipesan dan menerima semua barang yang dipesan Mengendalikan penerimaan barang sehingga tidak hilang, dicuri atau rusak Membayar semua barang yang diterima dalam jangka waktu yang ditentukan kepada pihak yang sesuai

9 Aktivitas Umum dari Proses Pembayaran Berikut beberapa aktivitas umum yang terdapat di dalam proses pembayaran (Cherrington, 2000, p294): Permintaan untuk barang/jasa (Memantau kebutuhan) Proses pembayaran merespon pada permintaan resmi individual (agen internal) untuk barang atau jasa (sumber daya) yang disetujui untuk digunakan oleh perusahaan. Pemantauan beragam aktivitas organisasi termasuk tingkat produksi, tingkat penjualan, rencana peningkatan modal, anggaran modal, peramalan penjualan atau menggunakan trend proyeksi untuk mengidentifikasi kebutuhan akan barang atau jasa. Contoh keluaran informasi: 1. Purchase Requisitions 2. Daftar permintaan yang dibuat selama periode 3. Daftar permintaan yang penting 4. Laporan status dari barang atau jasa (sebagai pendukung untuk kebutuhan pemantauan) Otorisasi Pembelian Sebelum proses pemesanan barang dan jasa dalam banyak organisasi, sebuah kegiatan otorisasi pembelian harus terjadi. Otorisasi mendahului permintaan dengan mengalokasikan anggaran yang cukup atau mengikuti setiap permintaan bila pengendalian yang lebih ketat digunakan.

10 19 Pembelian barang/jasa Pembeli (agen internal) meninjau ulang permintaan akan barang atau jasa yang telah disetujui, memilih penjual (agen eksternal), dan menegosiasikan perjanjian dan kondisi pembelian. Pembeli kemudian menempatkan sebuah purchase order untuk barang yang diminta dengan seorang penjual. Pemilihan penjual berdasarkan pada beberapa faktor seperti harga, kinerja penjual dan kualitas. Pembeli juga mengkomunikasikan purchase order terbuka kepada departemen penerimaan, yang memberikan otorisasi untuk menerima barang atau jasa sebelum pengiriman. Contoh keluaran informasi: 1. Purchase Order 2. Daftar purchase order terbuka (perintah persetujuan belum diterima atau belum dikenal sebagai kewajiban) 3. Pesanan disetujui dan diproses Menerima barang/jasa Barang-barang atau jasa (sumber daya) diterima dari seorang penjual (agen eksternal) dengan otorisasi dari agen penerimaan (agen internal). Terkadang orang yang berperan sebagai penerima (agen internal) adalah orang yang sama dengan orang yang meminta barang atau jasa. Setelah memverifikasi otorisasi untuk menerima barang (melalui pengcekan purchase order terbuka yang sah), barang atau jasa diinspeksi dan diambil ke dalam organisasi. Barang ditransfer ke gudang atau lokasi dimana akan digunakan. Setelah barang/jasa diterima, organisasi biasanya menemukan adanya kewajiban (misalnya hutang atas barang/jasa). Saat tagihan

11 20 penjual tiba, organisasi harus menyesuaikan kembali dengan kewajiban yang telah dicatat dan menghubungi penjual jika terdapat perbedaan. Contoh keluaran informasi: 1. Ringkasan dan analisis dari barang dan jasa yang diterima 2. Daftar penerimaan selama periode waktu 3. Daftar pembelian untuk periode waktu spesifik 4. Daftar juitang yang jatuh tempo 5. Daftar penerimaan per penjual Pembayaran Proses bisnis ini biasanya selesai saat dalam perjanjian dengan kebijakan manajemen keuangan organisasi, seorang manajer finansial terotorisasi (agen internal) membayar dana (sumber daya) ke penjual (agen eksternal) untuk membayar kewajiban. Contoh keluaran informasi: 1. Uang dibayar selama sebuah periode waktu spesifik atau kepada penjual tertentu 2. Sebuah analisis diskon yang digunakan atau diskon yang hilang 3. Sebuah laporan pembayaran yang terlambat atau pembayaran yang diperlukan 4. Sebuah daftar tagihan terbuka (kewajiban untuk barang yang diterima yang belum dibayar) Pengembalian pembelian Terkadang barang yang telah dibeli dikembalikan kepada penjual untuk refund atau kredit. Pengembalian ini harus diotorisasi oleh seorang agen internal, dan didokumentasikan (termasuk pengiriman kembali ke penjual). Kejadian ini harus dipantau untuk menjamin bahwa organisasi menerima refund atau kredit.

12 Akuntansi untuk Pembelian Persediaan Prosedur akuntansi untuk mencatat pembelian dan penjualan menggunakan perpetual inventory sistem dan periodic inventory system. - Perpetual Inventory System Sistem akuntansi untuk persediaan di mana rincian dari jumlah unit dan biaya pada setiap transaksi pembelian dan penjualan disiapkan sepanjang periode akuntansi. - Periodic Inventory System Sistem akuntansi untuk persediaan dimana harga pokok penjualan ditentukan dan persediaan disesuaikan pada akhir periode akuntansi, bukan ketika barang yang dibeli atau dijual. (Albrecht, 2008, p285) Rekonsiliasi Bank Proses sistematis untuk membandingkan saldo kas seperti yang dilaporkan oleh bank dengan saldo kas pada buku perusahaan dan menjelaskan perbedaannya. Alasan-alasan perbedaannya (Albrecht, 2008, p248): 1. Perbedaan periode waktu Jangka waktu laporan bank tidak bertepatan dengan waktu posting perusahaan ke akun kas. 2. Setoran dalam perjalanan Ada deposito yang belum diproses oleh bank setelah tanggal laporan bank, biasanya karena mereka dibuat pada atau dekat akhir bulan. 3. Outstanding check (Cek yang masih beredar) Merupakan cek yang telah ditulis dan dipotong dari rekening kas perusahaan, tetapi belum dibersihkan atau dipotong oleh bank pada tanggal laporan bank.

13 22 4. Debit bank Pemotongan ini dibuat oleh bank yang belum dicatat oleh perusahaan. Yang paling umum adalah biaya servis bulanan, cek NSF (Not Sufficient Funds) dan transfer bank ke bank lain. 5. Credit Bank Ini adalah tambahan yang dibuat oleh bank ke rekening perusahaan sebelum dicatat oleh perusahaan. Sumber yang paling umum adalah bunga yang dibayar oleh bank ke saldo rekening. 6. Kesalahan Akuntansi Ini adalah kesalahan numerik dibuat baik oleh perusahaan atau Bank. Kesalahan yang paling umum adalah transportasi angka Mengembangkan Sebuah Sistem Akuntansi Sistem akuntansi yang baik, tidak terjadi begitu saja. Mereka secara hati-hati direncanakan, dirancang, dipasang, dikelola dan diperbaiki. Umumnya, sebuah sistem akuntansi dikembangkan dalam empat tahap berikut (Weygandt, 2005, p278): 1. Analisis Titik awalnya adalah untuk menentukan kebutuhan informasi dari pengguna internal dan eksternal. System analyst kemudian mengidentifikasi sumber informasi, catatan dan prosedur yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dan melaporkan data. Jika sistem yang ada sedang dianalisis, kekuatan dan kelemahan sistem tersebut harus diidentifikasi juga.

14 23 2. Desain Sebuah sistem baru harus dibangun dari bawah ke atas: merancang formulir-formulir dan dokumen-dokumen, memilih metode dan prosedur, menyiapkan deskripsi pekerjaan, kontrol terpadu, memformat laporan, dan memilih peralatan. Mendesain ulang sistem yang sudah ada mungkin melibatkan perubahan kecil atau perbaikan yang lengkap. 3. Implementasi Implementasi sistem baru atau direvisi mengharuskan dokumen, prosedur, dan peralatan pengolahan diinstal dan dioperasikan. Selain itu personil harus dilatih dan diawasi dengan ketat pada periode awal. 4. Follow-Up Setelah sistem diimplementasikan dan berjalan, sistem harus di-monitor untuk mengawasi kelemahan atau kerusakan. Selain itu, efektivitas harus dibandingkan dengan desain dan tujuan organisasi. Perubahan dalam desain atau pelaksanaan mungkin diperlukan Bank Statement (Laporan Bank) Setiap bulan, deposan menerima laporan dari bank. Laporan bank merupakan sebuah laporan yang menunjukkan transaksi dan saldo bank milik deposan. Bank Satatement menunjukkan (Weygandt, 2005, p335): 1. Cek dibayar dan debit lainnya yang mengurangi saldo rekening deposan 2. Deposito dan kredit lainnya yang menambah saldo di rekening deposan 3. Saldo rekening setelah transaksi setiap hari

15 Proses rekonsiliasi Bank Gambar 2.2 Proses rekonsiliasi bank Berikut merupakan beberapa proses dari rekonsiliasi bank (Weygandt, 2005, p338): 1. Deposits in transit Membandingkan deposito individu pada laporan bank dengan setoran dalam perjalanan dari rekonsiliasi bank sebelumnya dan dengan deposito per catatan perusahaan atau duplikat slip deposito. Deposit yang dicatat oleh deposan yang belum dicatat oleh bank merupakan deposit dalam perjalanan. Jumlah deposit tersebut ditambahkan ke saldo menurut laporan bank. 2. Outstanding checks Membandingkan cek yang ditampilkan pada laporan bank atau cek yang dikembalikan dengan laporan bank dengan cek yang beredar dari rekonsiliasi bank sebelumnya dan cek yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagaimana yang dicatat dalam jurnal pembayaran kas. Cek yang diterbitkan dicatat oleh perusahaan yang

16 25 belum dibayar oleh bank mewakili cek yang beredar. Jumlah pada cek akan dikurangkan dari saldo menurut bank. 3. Errors Perhatikan setiap kesalahan yang ditemukan dalam langkah-langkah di atas. Daftarkan mereka di bagian yang sesuai pada jadwal rekonsiliasi. 4. Bank Memoranda Perhatikan jejak memorandum bank untuk catatan bagi deposan. Setiap memorandum yang tidak tercatat harus tercantum di bagian yang sesuai dari jadwal rekonsiliasi. 2.2 Teori-Teori Khusus SAP SAP diperkenalkan pada tahun 1972, berasal dari bahasa Jerman yang berarti systeme, anwendungen and produkte in derdatenverarbeitung dan dalam bahasa inggris yaitu systems and applications, and products in data processing. SAP merupakan vendor utama software ERP di Mannheim, Jerman yang dibangun oleh lima orang dari IBM. (Brady, 2001, p21) SAP ECC Core (6.0) SAP ECC Core (6.0) berisi inti yang ditawarkan dari tradisional SAP R/3. Berikut adalah modul-modul yang ada dalam SAP R/3, yaitu Human Resources and Payroll, Financials, Sales and Distribution, Production Planning, Project Systems, Plant Maintenance, dan sebagainya. Modul dan area komponen untuk fungsionalitas SAP ERP yang spesifik terdapat dalam SAP ERP HCM, SAP ERP Finance, SAP Operations, dan SAP Corporate Services. SAP ECC Core (6.0) dapat digabungkan juga

17 26 dengan Netweaver 7.0 untuk memungkinkan penyederhanaann user interface, mendukung Enterprise SOA (Service Oriented Architecture), jika diperlukan peningkatan cross industry dan industri yang spesifik. ERP 6.0 masih memuat extension set seperti ERP 2004 dan ERP 2005 untuk pengembangan fungsionalitas perusahaan dan industri Metodologi ASAP (Accelerated SAP) Accelerated SAP (ASAP) adalah sebuah pendekatan khusus yang dikembangkan oleh SAP untuk membantu pelanggan dalam mengimplementasi software SAP secepat dan seefisien mungkin. ASAP menyediakan isi, peralatan dan berbagai keahlian dari ribuan implemenatasi yang telah sukses sebelumnya yang mana dapat digunakan kembali untuk memastikan keberhasilan implementasi. Gambar 2.2 The Accelerated SAP Roadmap The Accelerated SAP Roadmap terdiri dari beberapa tahapan. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam setiap tahapan dapat berubah sesuai dengan sifat dari implementasi dan teknologi yang dipilih. Berikut merupakan tahapan-tahapan dari The Accelerated SAP Roadmap (Jithin, 2007, p3):

18 27 Project Preparation Selama tahap ini, semua persiapan yang dibutuhkan dibuat, termasuk mengatur rencana pendekatan yang digunakan, penyelesaian organisasi proyek, memformulasikan rincian perencanaan proyek, dan memulai program latihan untuk anggota tim proyek (lebih baik dilakukan sebelum kick off), memetakan system landscape, kebutuhan perangkat keras dan infrastruktur, menyiapkan area proyek dan membuat perjanjian kerja dan standar untuk proyek. Proyek secara resmi dumulai dengan sebuah kick-off meeting. Seluruh anggota proyek, termasuk berbagai pihak yang berperan penting didalam perusahaan turut hadir pada kick-off meeting ini. Proyek dan rencana pendekatan dibawakan selama pertemuan ini. Business Blueprint Sasaran kunci dari business blueprint adalah untuk mencapai sebuah pemahaman ke dalam sasaran bisnis pelanggan dan menentukan proses bisnis SAP dan komponen mana yang diperlukan untuk mendukung sasaran tersebut. Hasil dari tahap ini adalah business blueprint yang merincikan dokumentasi dari hasil yang dikumpulkan selama requirements workshops. Selain itu, business blueprint mendokumentasikan kebutuhan-kebutuhan pada proses bisnis dari customer. Dengan ini, customer dapat lebih memahami bagaimana maksud dari perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dengan sistem software SAP. Sebuah rapat awal diselenggarakan untuk mendiskusikan sasaran bisnis, struktur organisasi dan proses bisnis global. Berbagai proses bisnis didiskusikan dengan lebih rinci dan dicatat di dalam individual workshops. Customer harus secara

19 28 resmi menerima business blueprint. Dokumen ini disediakan sebagai sebuah dasar untuk konfigurasi dan penyetujuan sistem pada keseluruhan proyek. Selama tahapan ini, pengembangan sistem diimplementasi dan dibuat untuk siap digunakan. Gambar 2.3 Project Preparation and Business Blueprint Phases Realization Selama tahapan ini, tim proyek disibukkan dengan berbagai aktivitas. Konsultan SAP melakukan konfigurasi dasar pada sistem yang didasarkan pada business blueprint. Konfigurasi sistem mencerminkan organisasi dari customer dan berisi master data dan juga mendukung aliran proses terintegerasi di dalam sistem. Dengan menunjukkan proses bisnis kepada anggota tim proyek serta key users dari setiap proses bisnis, memungkinkan untuk mendapatkan umpan balik dan persetujuan atas penerapan business blueprint (baseline confirmation). Untuk tujuan ini, konfigurasi dari setiap proses bisnis inti dibagi ke dalam siklus dari aliran proses bisnis yang saling terkait. Aliran ini dikonfigurasikan dalam

20 29 kaitannya dengan pengembangan laporan, prosedur pengguna, skenario pengujian dan profil otorisasi. Siklus tidak hanya sebagai milestones bagi tim proyek, mereka juga menyediakan tim proyek dengan checkpoints untuk pengujian dan berjalan melalui bagian khusus dari keseluruhan proses bisnis (final configuration). Selama siklus ini, key users akan mendefinisikan skenario bisnis dan kondisi spesifik untuk user acceptance test (UAT). Metode kerja ini memastikan penyerapan pengetahuan secara maksimal, sehingga key users dapat meninjau konfigurasi dari proses bisnis inti sementara menyesuaikan naskah pengujian mereka untuk disesuaikan dengan skenario bisnis tertentu. Selanjutnya, konfigurasi dikembangkan lebih lanjut ke dalam sebuah solusi yang terintegerasi dan terdokumentasi yang sesuai dengan bisnis dan memproses kebutuhan yang tercatat dalam business blueprint. Terakhir, operasi menyeluruh dari sistem diuji dalam dua siklus pengujian. Siklus pertama menguji interface antar skenario bisnis keseluruhan. Selama siklus kedua, key users dari pelanggan akan melakukan user accepatance test yang mensimulasikan kondisi seaktual mungkin. Hal ini juga termasuk sebagai penyetujuan resmi atas sistem oleh customer. Konfigurasi sistem kini selesai (Integration Test) Final Preparation Sasaran utama dari tahapan ini adalah untuk menjalankan pengujian sistem teknis akhir, untuk menyediakan pelatihan kepada end users, untuk memindahkan data dan sistem ke lingkungan produksi. Isi daripada pengujian sistem akhir ini

21 30 adalah melakukan volume and stress test dan pengujian peralatan dan prosedur administrasi sistem. Key users akan dilatih yang memiliki bagian untuk melatih end users berdasarkan pada konsep train-the-trainer. End user acceptance ditingkatkan dan dasar pengetahuan dibuat untuk end users pada bagaimana kesepakatan dengan online reporting dan peningkatan future system. Sasaran lain dari tahapan ini adalah untuk mengetahui strategi go live. perencanaan ini merincikan strategi dalam konversi data, prosedur pengawasan konversi data dan struktur tim proyek pendukung. Tahap akhir sebelum mengaktifkan sistem baru adalah untuk memeriksa apakah sistem dan user dari organisasi siap untuk go live. Go Live & Support Tepat setelah produksi dimulai, sistem harus diperiksa kembali dan mencari kebutuhan dalam menggaransi semua segi dari lingkungan bisnis yang direpresentasikan di dalam sistem. Untuk maksud ini, tidak dibutuhkan hanya untuk memeriksa keakuratan transaksi bisnis, tetapi juga memeriksa end users apakah sistem sesuai dengan permintaan. Selama tahap ini, tim proyek mendukung organisasi dan terdapat operational help desk dimana user dapat melaporkan masalah yang ada. Selama tahap akhir, sistem dipindahkan ke organisasi manajemen dan proyek secara resmi ditutup. Kekuatan penuh dan fleksibilitas dari sistem SAP menjadi terlihat melalui dukungan berkelanjutan untuk perkembangan proses yang berkelanjutan. Dalam hal ini,

22 31 dimungkinkan untuk meningkatkan perkembangan sistem dalam customer, untuk mengembangkan akses berkelanjutan ke data yang dibutuhkan untuk pembuatan keputusan dan kontrol terhadap penggunaan dari fungsi tambahan SAP Modul Production Planning Siklus Production Planning Gambar 2.4 Production Planning Cycle (TAPP40 Production Planning, 2000) Material Requirement Planning (MRP) Fungsi utama dari material requirement planning adalah untuk menjamin ketersediaan material, yang digunakan untuk menghasilkan jumlah permintaan dengan tepat waktu untuk keperluan internal maupun penjualan. Proses ini termasuk memantau stok dan khususnya proses usulan pengadaan secara otomatis untuk pembelian dan produksi.

23 32 Dalam melakukannya, MRP mencoba untuk mengupayakan keseimbangan diantara: - mengoptimisasi service level - meminimalisasi biaya dan capital look up Komponen MRP membantu dan mengurangi MRP Controller di area mereka bertanggung jawab. MRP Controller bertanggung jawab dengan semua kegiatan yang berhubungan dengan menentukan jenis, kuantitas, dan waktu permintaan selain untuk menghitung kapan dan berapa banyak barang yang harus dibuat untuk mencakup permitaan tersebut. MRP controller membutuhkan seluruh informasi dari stok, reservasi stok, dan stok pada pesanan untuk menghitung kuantitas dan juga kebutuhan informasi pada lead time dan waktu procurement untuk menghitung tanggal. MRP controller menetapkan MRP dan lot sizing procedure untuk setiap material dalam menentukan usulan pengadaaan. (SAP AG, 2001, p11) Production Order Creation Gambar 2.5 Siklus pada Production Order (Dickersbach, 2007, p287)

24 33 Ketika order dibuat, production order dibuat, operasi (operations) dan kebutuhan material (material requirements) kemudian akan ditentukan berdasarkan master data (BOM dan routing). Yang berhubungan dekat dengan pembuatan order adalah penjadwalan (scheduling), yang menentukan tanggal aktivitas yang mendetil yang paling dibutuhkan oleh capacity requirements planning dan material reservation. Sebuah pengecekan ketersediaan (availability check) dapat dijalankan ketika order dibuat, baik untuk komponen material maupun kapasitas. Capacity Requirements Planning Untuk menciptakan perencanaan produksi yang layak, perlu untuk menjalankan operasi dari production order dalam urutan langkah yang disebut dengan capacity adjusted. Sering, capacity requirements planning dijalankan berdasarkan production order, untuk menyesuaikan tanggal produksi dengan ketersediaan kapasitas. Bagaimanapun, langkah ini bersifat optional. Dalam kasus tertentu, capacity requirements planning dapat dijalankan lebih awal atau lebih akhir. Production Execution Production Execution dimulai ketika order di-release. Ini menyebabkan perubahan status pada production order dan berfungsi sebagai kebutuhan teknikal sistem untuk langkah selanjutnya. Ini termasuk shop paper printing, material withdrawal untuk komponen, konfirmasi untuk good receipts, dan pembuatan invoice melalui proses completion. Availability check yang lain dapat dilakukan selama release. Berikut ini merupakan gambar mengenai proses umum dari production order creation.

25 34 Gambar 2.6 Gambaran Keseluruhan dari Production Order Creation (Dickersbach, 2007, p289) Konversi dari Planned Order (Conversion from the Planned Order) Planned order yang dibuat pada perencanaan di awal biasanya merupakan titik awal untuk pembuatan production order. Planned order yang dibuat dalam konteks perencanaan kebutuhan untuk pencakupan kebutuhan mengandung informasi misalnya menjadi material apa yang harus diproduksi, kapan, dan berapa jumlahnya, untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Planned order ini (elemen dari perencanaan) sekarang dikonversi menjadi production order (elemen dari pengontrolan). Di sini, data yang terkandung pada planned order (nomor material, jumlah kuantitas, tanggal mulai dan akhir, komponen material, dan lain-lain) disalin dan diperkaya dengan data

26 35 tambahan yang berhubungan dengan order, misalnya data operasi (operation data). Komponen material yang dibutuhkan untuk produksi yang tercantum sebagai item pada planned order secara langsung disalin ke production order selama proses konversi. BOM-nya tidak dipecahkan (explode) lagi, dan kebutuhan kedua (secondary requirement) dibuat ke dalam reservasi (reservation). Data operasi dan PRT diambil dari routing dari material yang akan diproduksi. Jika kebutuhan kuantitas disalin dari planned order atau tanggal penyelesaian dasar (basic finish date) diubah selama proses konversi, sebuah planning file entry dibuat yang memicu sebuah penjadwalan ulang (rescheduling) dari sebuah material dan komponennya selama material requirement planning berikutnya. Sebuah prasyarat untuk konversi planned order adalah harus mempunyai basic data BOM dan routing, sebagaimana kemampuan fungsional dari material requirements planning. Konversi planned order dapat dilaksanakan sebagai individual atau collective conversion. Ketika melakukan konversi planned order dan production order, langkahlangkah ini akan dilakukan: 1. Komponen material disalin dari planned order 2. Reservations dibuat untuk komponen material 3. Routing ditentukan dan operasi ditransfer 4. Finite scheduling dari operasi menjadi lengkap 5. Planned costs dihitung (optional) Jika ingin melakukan konversi planned order tertentu menjadi production order, dapat digunakan individual conversion. Selama konversi sebagian ini, kuantitas planned order dibagi menjadi sub-kuantitas yang berbeda. Sebuah

27 36 production order yang terpisah dibuat untuk setiap subset. Planned order lalu kemudian dikurangi sesuai dengan kuantitas dalam production order. Dalam lingkungan produktif, konversi planned order biasanya dijalankan sebagai collective conversion dengan menggunakan transaksi CO41. Tanggal konversi dipandu oleh opening date, di mana terjadi selama awal opening period sampai dengan order start date dari planned order dan mengizinkan lead time yang dibutuhkan dari tinjauan organisasional. (SAP Press, p ) Capacity Requirements Planning (CRP) Pemesanan menentukan kebutuhan akan kapasitas terhadap sumber daya yang diperlukan untuk memproses pemesanan tersebut. Beberapa tipe pesanan yang terkait diantaranya (SAP AG, 2001, p12): Production order pada Shop Floor Control Process orders dalam proses industri Planned orders dalam - Material Requirement Planning (MRP) - Master Production Scheduling (MPS) - Long-Term Planning - Repetitive Manufacturing - Sales and Operation Planning (SOP) untuk jumlah dalam perkiraan perencanaan Maintenance orders dalam Plant Maintenance (PM) Network dalam Project System (PS) Sales ordes, assembly orders atau networks pada Sales and Distribution (SD)

28 37 Menghitung kebutuhan kapasitas dari sebuah operasi dalam proses manufaktur sebuah material terjadi pada penjadwalan dengan menggunakan formula dari work center. Untuk itu, formula perlu dimasukkan untuk menghitung kebutuhan kapasitas dari operasi untuk masing-masing dari tiga susunan segmen operasi, pemrosesan dan tear down pada capacity overview dalam work center maintenance. Operation dalam networks, maintenance orders dan process orders tidak dibagi ke dalam segemen operasi. Pada hal ini, ditentukan sebuah formula untuk keseluruhan operasi. Jika gagal dalam memasukkan salah satu formula, tidak ada kebutuhan kapasitas yang dihitung untuk segmen operasi maupun operasi yang terkait. Formula yang dapat diatur mengandung formula parameters. Contohnya standard value dari operasi, nilai work center untuk production resources/tools. (lihat gambar di bawah ini) Gambar 2.7 Formulas for capacity requirement (Capacity Planning (PP-CRP), p13) Ketersediaan kapasitas ditentukan oleh:

29 38 Waktu awal dan akhir kerja Lamanya istirahat Tingkat pemanfaatan kapasitas Jumlah dari kapasitas yang tersedia Gambar 2.8 Available capacity (Capacity Planning (PP-CRP), p10) Production Execution Production Execution muncul setelah pembuatan production order atau capacity requirements planning. Berdasarkan production order dengan tanggal pengoperasian yang tetap, perilisan production order merepresentasikan sisi sistem go ahead untuk mengeksekusi produksi. Biasanya, pengecekan ketersediaan dijalankan bersamaan dengan perilisan. Order juga dicetak setelah perilisannya atau dalam langkah terpisah selanjutnya. Langkah-langkah untuk mengikuti setelah order dicetak adalah pengambilan komponen material (material withdrawal of component), langkah konfirmasi produksi dijalankan dengan memasukkan hasil dan sisa produksi, serta goods receipt.

30 39 Production order akan tetap berada dalam sistem sampai diarsipkan atau dihapus. Perlu diingat bahwa tidak dapat melakukan perubahan untuk melengkapi production order. Prosedur lainnya yang biasa digunakan adalah untuk melanjutkan atau mengalihkan pembuatan dan perilisan production order ke sistem pengontrolan proses (process-control system) dan menjalankan proses pengontrolan produksi aktual, termasuk capacity requirement planning dan konfirmasi production order ke SAP PP dalam sistem tersebut. Dengan prosedur ini, fungsi perencanaan dan pengontrolan produksi (production planning and control) dari mysap ERP sering digunakan untuk tujuan material requirements planning, perhitungan pasokan harian (days supply calculation), dan pembiayaan (costing). Perilisan Production Order (Releasing the Production Order) Sebuah pembuatan production order yang baru telah mengandung semua informasi yang penting seperti kebutuhan material dan kapasitas dan tanggal pengoperasian yang mendetil. Perhatikan, bagaimanapun, production order tersebut belum dapat diproses. Dengan perilisan production order mengizinkan operasioperasi di bawah ini: 1. Mencetak shop papers 2. Pengambilan material (withdrawing material) 3. Pengiriman konfirmasi (sending confirmation) 4. Posting goods untuk order tersebut Perilisan dapat dilakukan langsung setelah membuat production order. Pilihan ini dapat disediakan dengan mengatur pada production scheduling profile. Secara alternatif, dapat dilakukan perilisan order pada tahap berikutnya dalam langkah

31 40 terpisah. Dapat digunakan periode antara pembuatan order dan perilisannya untuk tujuan perencanaan dan administrasi, misalnya untuk menjalankan capacity requirement planning. Bergantung pada kebutuhan bisnis, panjang dari periode antara pembuatan order dan perilisan order dapat bervariasi. Ketika akan merilis production order, dapat dilakukan secara individual atau collective release. Material Withdrawal Selama pembuatan production order, reservasi dibuat untuk kebutuhan komponen. Semua komponen dari production order di-assign pada nomor reservasi yang sama tetapi item number yang berbeda. Good issue Posting memicu beberapa aktivitas secara background, yaitu: 1. Kuantitas stok dari material berkurang karena adanya penarikan material baik pada level plant maupun level warehouse. 2. Statistik konsumsi diperbaharui karena gambaran konsumsi ini dibutuhkan untuk tujuan peramalan. 3. Production order didebit dengan biaya aktual. 4. Reservation dikurangi oleh penarikan material. 5. Sebuah dokumen material menunjukkan good issue dibuat dan sebuah dokumen akuntasi yang mengandung semua posting pada financial accounting (akun stok material dan konsumsi). Backflush Pada kasus backflush, good issue untuk komponen tidak di-post sampai operasi yang berkaitan dikonfirmasikan. Ini artinya bahwa good issue di-post dengan penundaan yang disebabkan oleh ketentuan dan waktu eksekusi operasi, dimana

32 41 mengubah informasi stok saat ini. Di sisi lain, usaha sisi sistem yang terlibat dalam good issue posting dikurangi sampai ke minimum, dan harus dipertimbangkan kedua aspek ketika akan memutuskan apakah backflush harus dijalankan. Karena good issue posting dilakukan secara otomatis, material yang di-backflush tidak termasuk dalam picking list. Konfirmasi (confirmation) Konfirmasi digunakan untuk merekam dan memonitor proses produksi. Hanya konfirmasi yang membuat pergerakan produksi menjadi transparan kepada production scheduler dan MRP Controller. Data-data di bawah ini yang dapat dikonfirmasikan: - Kuantitas/subsets - Aktivitas (setup time, processing time, dan lainnya) - Tanggal (tanggal awal dan akhir dari setup, processing, dan lainnya) - Data personal (personnel number, jumlah karyawan) - Work center yang digunakan Konfirmasi sebenarnya secara otomatis dipicu oleh operasi bisnis yang lain. Contohnya, biaya aktual order diperbaharui, sementara capacity requirement dikurangi. Jika komponen material dapat di-backflush, sebuah good issue secara otomatis di-post untuk production order. Selain itu, dapat diatur untuk goods receipt dari material yang diproduksi harus secara otomatis di-post ketika konfirmasi dipicu. Goods receipt

33 42 Ketika proses produksi selesai, material yang diproduksi diletakkan dalam stok. Kegiatan ini meningkatkan persediaan secara fisik dan di-post sebagai goods receipt yang berkaitan dengan production order. Ketika material dihitung sebagai stok, maka dapat di-post menjadi tiga tipe stok yang berbeda: 1. Stok yang dapat bebas dipakai (freely usable stock) 2. Stok inspeksi kualitas (quality inspection stock) 3. Stok terjaga (locked stock) Goods receipt yang di-post menjadi freely usable stock dijalankan dengan menggunakan movement type 101. Posting material dapat dilakukan langsung ke consumption, dimana berarti bahwa material secara langsung dialihkan ke konsumen yang lain seperti order atau proyek yang berbeda. Untuk dapat melakukan hal tersebut, penerima harus dispesifikasikan dalam production order. Untuk menjalankan goods receipt posting untuk production order, sebuah konfirmasi tidak penting untuk diperlukan. Goods receipt posting memicu beberapa aktivitas secara background seperti: 1. Jika material di-post ke dalam stok, stok total dan tipe stok yang berhubungan (freely usable stock) bertambah sehubungan dengan kuantitas yang dikirimkan. 2. Jika material di-post ke dalam consumption, statik pemakaian diperbaharui. Gambaran pemakaian dibutuhkan untuk tujuan peramalan. 3. Production order dikredit dan nilai stok bertambah. Jika material di-post pada consumption, penerima didebit. 4. Akun G/L pada financial accounting seperti akun stok material (material stock) dan akun kegiatan pabrik (factory activities) diperbaharui.

34 43 5. Sebuah dokumen material yang menunjukkan goods receipt dibuat sebagaimana sebuah dokumen accounting yang mengandung semua posting pada financial accounting. Settlement Selama produksi, biaya terus bertambah, termasuk biaya material dan biaya untuk kegiatan internal. Production order didebit dengan biaya-biaya aktual, contohnya dalam kasus penarikan material, konfirmasi, dan goods receipt untuk pengadaan eksternal. Ketika memproduksi material diletakkan dalam stok, order dikredit. Pengkreditan muncul sewaktu harga standar material, yang dimana tidak penting yang berhubungan dengan biaya aktual, dan untuk alasan ini sering terjadi beberapa biaya masih terbuka dalam order. Karena biaya-biaya ini harus diselesaikan, production order harus di-settle. Penyelesaian dari sebuah order sering muncul setelah sebuah order terselesaikan dan ketika semua material yang diproduksi telah dihitung sebagai stok. Sesegera mungkin setelah status order menjadi delivery completed, baru dapat diselesaikan. Completion Production order masih terbuka dan dapat diubah sampai pada akhirnya statusnya berubah menjadi completed. Dalam konteks ini terdapat perbedaan antara logistical completion dan accounting-based completion. Dengan penyelesaian production order, order terselesaikan secara logistik dan akuntansi. Jika status sudah completed, maka tidak dapat lagi di-post biaya-biaya

35 44 ke dalam production order. Terlebih lagi, tidak memungkinkan lagi untuk memicu konfirmasi untuk production order. Untuk dapat menyelesaikan production order sebelumnya harus di-release dan account balance-nya sudah harus di-settle. (SAP Press, p ) Master Data Bill Of Material BOM (Bill of Material) adalah sebuah daftar terstruktur dari komponenkomponen yang membentuk sebuah produk. Daftar ini mengandung objek numerik di dalam setiap komponen, bersama dengan jumlah dan satuan dari komponen pembentuk. BOM digunakan dalam bentuk yang berbeda-beda di dalam berbagai sutuasi di mana sebuah produk jadi dibentuk dari beberapa bagian komponen atau material. Berdasarkan pada sektor industrinya, mereka dapat juga disebut resep atau daftar bahan pembentuk dan lain sebagainya. Data yang disimpan di dalam bill of material digunakan sebagai sebuah dasar untuk aktivitas perencanaan produksi, seperti: o A design department. o Departemen Material Requirement Planning (MRP) merincikan bill of material pada tanggal tertentu untuk mengkalkulasi jumlah cost-effective order dari material. o Departemen work scheduling menggunakan bills of material sebagai dasar untuk perencanaan operasi dan kontrol produksi. o Departemen production order management, menggunakan bills of material untuk merencanakan ketetapan dari material.

36 45 Data yang disimpan di dalam bill of material juga disimpan pada aktivitas lain di dalam sebuah perusahaan, seperti: o Sales orders o Sebagai tambahan dalam pencatatan data. Dapat membuat dan maintain sebuah BOM secara spesifik untuk sales order. o Reservation and goods o Sebagai tambahan pencatatan data. o Product costing o Untuk mengkalkulasi biaya dari kebutuhan material untuk produk spesifik. Single-Level Bill Of Material Bill Of Materials disimpan dalam sistem SAP sebagai single-level BOM. Sebuah single-level BOM terdiri dari BOM Header dan BOM Items. Data yang merujuk pada bill of material yang lengkap di-maintain di dalam header, dan data yang merujuk pada komponen di-maintain di dalam item. Dapat menspesifikasikan material type mana yang dalam BOM Header dan material type mana sebagai komponen.

37 46 Gambar 2.9 Single-Level Bill Of Material (TAPP40 Production Planning, 2000) Multi-Level Bill Of Material Sekelompok dari bagian-bagian yang dikumpulkan dan kemudian membentuk sebuah produk akhir ataupun sebuah komponen dari produk akhir, dinamakan assembly. Sebuah single-level bill of material menggambarkan sebuah assembly yang merupakan komponen-komponen dan kuantitasnya.

38 47 Gambar 2.10 Multi-Level Bill Of Material (TAPP40 Production Planning, 2000) BOM Usage BOM Usage menspesifikasikan departemen atau fungsi-fungsi dalam perusahaan dimana bill of material digunakan. Sebuah bill of material dengan usage produksi adalah sebuah BOM yang terpisah dari BOM dengan usage engineering untuk assembly yang sama Work Centers Operasi dilakukan pada sebuah work centers. Di dalam R/3 System work centers adalah business object yang merepresentasikan unit kerja nyata, contohnya: Mesin, sekelompok mesin Lini produksi Assembly work centers Karyawan, kelompok dari karyawan

39 48 Bersama dengan bill of material dan routings, work centers menjadi data terpenting di dalam R/3 production planning and control system. Work centers digunakan di dalam task list operations dan work ordes. Contoh dari task lists adalah routings, maintenance task lists, inspection plans dan standard networks. Work orders dibuat untuk produksi, quality assurance, plant maintenance, dan untuk project system sebagai networks. Data di dalam work center digunakan untuk: Scheduling Waktu operasi dan formula dimasukkan di dalam work center, sehingga durasi dari operasi dapan dikalkulasi. Costing Formula dimasukkan di dalam work center, sehingga biaya dari operasi dapat dihitung. Sebuah work center juga dipasang pada sebuah cost center. Capacity planning Kapasitas yang tersedia dan formula untuk kalkulasi kebutuhan kapasitas yang dimasukkan ke dalam work center. Simplifying operation maintenace Berbagai nilai awal untuk operasi dapat dimasukkan di dalam work center.

40 49 Gambar di bawah ini mengilustrasikan kegunaan dari data work center. Gambar 2.11 Kegunaan dari data work center (SAP AG, 2001, p9) Routing Routing adalah sebuah deskripsi dari operasi (langkah-langkah proses) yang harus dilakukan didalam memproduksi suatu material (produk). Sebagaimana informasi mengenai operasi dan urutan di mana operasi-operasi tersebut dilakukan, sebuah routing juga berisi rincian mengenai work centers dimana proses tersebut dioperasikan maupun mengenai kebutuhan production resources tools. Standard values untuk mengeksekusi operasi tunggal juga disimpan dalam routings. Routings secara umum terdiri dari beberapa objek berikut: Routings Rate routing

41 50 Reference operation set Reference rate routing Sebuah routing disusun oleh sebuah header dengan satu atau lebih sequence. Header berisi data yang valid untuk keseluruhan routing. Sequence adalah sebuah urutan dari opearasi. Operasi menerangkan langkah-langkah proses yang dilakukan selama produksi. Sebuah routing diidentifikasi oleh group dan group counter dari routing tersebut. Gambar 2.12 Routing : sequences (SAP AG, 2001, p11) SAP Modul Material Management Pengertian Material Management Material Management adalah perencanaan dan pengendalian dari fungsi-fungsi yang mendukung daur (arus) lengkap pengendalian material, dan arus informasi yang berhubungan. Fungsi-fungsi ini termasuk (1) identifikasi, (2) cataloging, (3) standarisasi, (4) penentuan kebutuhan, (5) penjadwalan procurement, (7) inspeksi, (8)

42 pengendalian kualitas, (9) pengemasan, (10) penyimpanan, (11) pengendalian inventori, (12) distribusi, dan (13) penyelesaian Persediaan Pengertian persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari peralatan atau mesin. persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, bahan dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Bisa dikatakan persediaan hanyalah suatu sumber dana menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti data terikat didalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan lain. (Herjanto, 2008, p237) Persediaan adalah barang-barang persediaan berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. (Assauri, 2009, p171) Persediaan adalah barang yang diperoleh dan tersedia dengan maksud untuk dijual atau dipakai dalam produksi atau dipakai untuk keperluan non produksi dalam siklus kegiatan yang normal. (Nafarin, 2007, p253) Tujuan penyimpanan persediaan dapat dikarenakan beberapa alasan berikut (Aquilano, 2006, p590): a. Untuk mempertahankan kelangsungan operasi b. Untuk memenuhi variasi permintaan produk c. Untuk memungkinkan fleksibilitas dalam perencanaan produksi

43 52 d. Untuk mengantisipasi adanya variasi waktu pengiriman mulai dari order pembelian sampai dengan barang diterima dalam gudang Fungsi dasar inventori sebenarnya sangat sederhana, yaitu meningkatkan profitability perusahaan, diantaranya (Herjanto, 2008, p238): a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan b. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan c. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga atau inflasi d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan baku itu tersedia dipasaran e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas f. Memberikan pelayan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan. Inventory dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu (Herjanto, 2008, p239): Fluctuation stock Merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk mengatasi bila terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau pengiriman barang. Anticipation Stock Merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */**

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */** APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */** SAP (System Application and Product in data processing ) Pertemuan 6 PENGENALAN SAP SAP is Systems, Applications, Products in Data processing Founded in 1972 by 5

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu paradigma baru bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Berbeda dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu paradigma baru bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Berbeda dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi pada akhir abad ke-20 telah membawa suatu paradigma baru bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Berbeda dengan pandangan para

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi sistem ERP (Enterprise Resources Planning) merupakan teknologi informasi yang memiliki peranan penting dan berinteraksi dengan sistem informasi akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH E-BISNIS Enterprise Resources Planning (ERP) Sebagai Proses Otomatisasi Pengolaaan Informasi Pada Perusahaan Oleh : DASRI (09.11.3367) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Enterprise Resources Planning

Lebih terperinci

Perencanaan Sumber Daya

Perencanaan Sumber Daya MODUL PERKULIAHAN Perencanaan Sumber Daya Accounting and Finance in System Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Program Magister Teknik B11536BA Pascasarjana Industri (M-203) 07 Abstract

Lebih terperinci

MODUL ERP (I) JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Dukungan Modul ERP Idealnya ERP Menyediakan dukungan terhadap Fungsi penjualan Fungsi pengadaan persediaan material, pengadaan

Lebih terperinci

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA Enterprise Resource Planning Visual Manufacturing ERP Infor Visual Alur Part Maintenance Modul Dengan menggunakan Visual Manufacturing Unit Of Measure, Vendor, Shop Resource, maintenance Engineering Master

Lebih terperinci

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N K E L O M P O K S O Y A : A H M A D M U K T I A L M A N S U R B A T A R A M A N U R U N G I K A N O V I I N D R I A T I I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N S A L I S U B A K T I T R I W U L A N D

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10 ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10 PENGERTIAN ERP adalah sebuah sistem informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, memberikan dampak yang sangat signifikan bagi dunia bisnis, dimana semakin banyak perusahaan

Lebih terperinci

SIKLUS PRODUKSI. Tiga fungsi SIA dasar dalam siklus produksi, yaitu:

SIKLUS PRODUKSI. Tiga fungsi SIA dasar dalam siklus produksi, yaitu: SIKLUS PRODUKSI Siklus produksi adalah serangkaian kegiatan usaha yang berulang dan operasi pemrosesan data yang terkait berhubungan dengan pembuatan produk. Tiga fungsi SIA dasar dalam siklus produksi,

Lebih terperinci

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS

BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS BAB VIII SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS A. Aktivitas Bisnis Siklus Pengeluaran Siklus Pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 7

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 7 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 7 Pengertian ERP adalah aplikasi sistem informasi manajemen terintegrasi untuk bisnis/organisasi yang mencakup multi fungsionalitas seperti penjualan, pembelian,

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Kas Pada umumnya kas dikenal juga dengan uang tunai yang didalam neraca kas masuk dalam golongan aktiva lancar yang sering mengalami perubahan akibat transaksi keuangan

Lebih terperinci

MODUL ERP (II) JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Manajemen Material Pre Purchasing : mendukung siklus penawaran (tender), pengelolaan kontrak dan tingkat penerimaan pelayanan.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM ERP DENGAN TOOL SAP MODUL MATERIAL MANAGEMENT, PRODUCTION PLANNING DAN FINANCIAL ACCOUNTING PADA PT. J

IMPLEMENTASI SISTEM ERP DENGAN TOOL SAP MODUL MATERIAL MANAGEMENT, PRODUCTION PLANNING DAN FINANCIAL ACCOUNTING PADA PT. J IMPLEMENTASI SISTEM ERP DENGAN TOOL SAP MODUL MATERIAL MANAGEMENT, PRODUCTION PLANNING DAN FINANCIAL ACCOUNTING PADA PT. J Phandryanto Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Josef Binus University,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE Manajemen & SIM 2 Bisnis Elektronik Hal. 1 SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Definisi Bisnis Elektronik Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit dan Penerimaan Kas

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit dan Penerimaan Kas BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit dan Penerimaan Kas Sebagai perusahaan distributor umum yang sedang berkembang, PT Altama Surya Arsa melakukan upaya untuk peningkatan

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. BERNOFARM

BAB IV EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. BERNOFARM BAB IV EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. BERNOFARM IV. 1 Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Dan Penerimaan Kas Pada PT. Bernofarm. PT. Bernofarm merupakan

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis dalam dunia usaha. Persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis dalam dunia usaha. Persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi berdampak pada perubahan proses bisnis dalam dunia usaha. Persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan harus bergerak cepat dalam

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka 1. Pendahuluan Teknologi menjadi elemen yang sangat penting dalam persaingan bisnis saat ini. Melalui implementasi teknologi, perusahaan dapat bersaing dalam persaingan bisnis dengan pemahaman, pemenuhan

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Komponen-komponen: 1. Sistem penjadwalan produksi menghasilkan master jadwal produksi yang mencakup lead time terpanjang ditambah waktu produksi terpanjang. 2. Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. Sistem informasi akuntansi diperlukan oleh pihak manajemen

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. Sistem informasi akuntansi diperlukan oleh pihak manajemen 3 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Sistem Informasi Akuntansi 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi diperlukan oleh pihak manajemen maupun pihak lain yang berkepentingan

Lebih terperinci

APLIKASI SIKLUS PRODUKSI DAN SIKLUS KEUANGAN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

APLIKASI SIKLUS PRODUKSI DAN SIKLUS KEUANGAN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI APLIKASI SIKLUS PRODUKSI DAN SIKLUS KEUANGAN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Tujuan Belajar 1 Menjelaskan pengendalian siklus transaksi yang digunakan dalam proses bisnis produksi. Alur Transasi pada

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 05 ERP: Produksi ERP: PRODUKSI Ditujukan untuk mendukung proses produksi atau manufakturing Sistem produksi adalah Sistem yang menyediakan aplikasi manufaktur dalam berbagai

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X )

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Media Informatika Vol.13 No.2 (2014) PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM ERP BERBASIS SAP BUSINESS ONE PADA PT. HFD

IMPLEMENTASI SISTEM ERP BERBASIS SAP BUSINESS ONE PADA PT. HFD IMPLEMENTASI SISTEM ERP BERBASIS SAP BUSINESS ONE PADA PT. HFD Felix Suryadi Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Delbert Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia dan Hendy Hartono

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi Modul ke: Sistem Informasi Akuntansi I Fakultas 13Feb Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Afrizon, SE, M.Si, Ak Program Studi Akuntansi Sejarah ERP ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning

Lebih terperinci

Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis

Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis Pertemuan 3 Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis KA2113 Enterprise Resource Planning Dasar Semester Ganjil 2014/2015 Disampaikan oleh: "Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di

Lebih terperinci

Siklus Pengeluaran: Pembelian dan Pengeluaran Kas. Pertemuan 12

Siklus Pengeluaran: Pembelian dan Pengeluaran Kas. Pertemuan 12 Siklus Pengeluaran: Pembelian dan Pengeluaran Kas Pertemuan 12 Siklus Pengeluaran: Tujuan Utama Sikklus Pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Bansa Tuasikal 06.11.1012 S1 Ti 10A Daftar Isi : Pendahuluan...1 Pengertian ERP...2 Tujuan dan Peran ERP Dalam Perusahaan...3 Kelebihan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Lama Melihat model bisnis dari PT XYZ maka kita dapat melakukan pembagian atas setiap proses bisnis yang ada didalam perusahaan. Adapun proses-proses bisnis tersebut

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

OBJEK PEMBELAJARAN OBJEK PEMBELAJARAN. Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP. Gambaran Umum ERP. Definisi Sistem Informasi Klasifikasi Sistem Informasi

OBJEK PEMBELAJARAN OBJEK PEMBELAJARAN. Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP. Gambaran Umum ERP. Definisi Sistem Informasi Klasifikasi Sistem Informasi OBJEK PEMBELAJARAN Definisi ERP Manfaat Penerapan ERP Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP Haryono Setiadi, M.Eng STMIK Sinar Nusantara Modul standart yg terintegrasi dengan ERP Definisi Sistem Informasi Klasifikasi

Lebih terperinci

Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi. Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi

Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi. Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi Lampiran Dokumen Delivery Order Sementara 1 transaksi Lampiran Dokumen Sales Order 1 transaksi Lampiran Dokumen Permintaan Barang Urgent 1 transaksi Lampiran Dokumen Delivery Order Resmi 1 transaksi Lampiran

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP)

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Sumber : http://en.wikipedia.org http://yanuar.kutakutik.or.id/ngeweb/erp-masih- validkahditerapkan-di-perusahaan/ www.mikroskil.ac.id/~erwin/erp/00.ppt http://www.komputer-teknologi.net/syarwani/downloads/

Lebih terperinci

Siklus Konversi. By: Mr. Haloho

Siklus Konversi. By: Mr. Haloho Siklus Konversi By: Mr. Haloho Tujuan siklus konversi Meyakinkan bahwa: Bahan baku dan sumberdaya yang lain mencukupi proses produksi. Kos produksi bisa diminimalkan dengan meningkatkan produktivitas pekerja,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

Perencanaan Sumber Daya

Perencanaan Sumber Daya MODUL PERKULIAHAN Perencanaan Sumber Daya Production & Material Management Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Program Magister Teknik B11536BA Pascasarjana Industri (M-203) 06 Abstract

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI F I T H R O T I N M A U L I D I Y A H A L F A I D A H

PERENCANAAN PRODUKSI F I T H R O T I N M A U L I D I Y A H A L F A I D A H PERENCANAAN PRODUKSI F I T H R O T I N M A U L I D I Y A H A L F A I D A H Proses Bisnis dalam ERP 6 bagian utama dalam ERP menurut SAP-ERP Pengertian Production Planning Menurut KBBI: perencanaan merupakan

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning

Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning Pendahuluan Aspek perencanaan yang terintegrasi di suatu organisasi/perusahaan, bersifat lintas fungsional yang terdiri atas berbagai fitur. Tujuan integrasi : agar dapat merencanakan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. Timbangan baik mekanik maupun elektronik.

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. Timbangan baik mekanik maupun elektronik. BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Organisasi 3.1.1 Perkembangan Organisasi Perusahaan PT. Indah Sakti terbentuk pada Januari tahun 2004 atas prakarsa dan tujuan serta gagasan, misi yang

Lebih terperinci

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan? Nama Perusahaan Dilengkapi oleh Jabatan : PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK : PROCUREMENT & HUMAN RESOURCES : MANAGER & STAFF FUNGSI PEMBELIAN A. Umum Ya Tidak Ket. 1 Apakah struktur organisasi telah

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional BAB 4 PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT. Valindo Global. Pembahasan tersebut dibatasi pada penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam melaksanakan audit

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fungsi Untuk mengetahui bahwa fungsi suatu sistem tersebut dapat berjalan dengan baik, maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu definisi dari fungsi itu sendiri.

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak.

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak. Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut dunia perdagangan mampu menyediakan layanan jasa dan barang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ERP (Enterprise Resource Planning) merupakan sebuah konsep sistem yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ERP (Enterprise Resource Planning) merupakan sebuah konsep sistem yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ERP (Enterprise Resource Planning) merupakan sebuah konsep sistem yang dirancang untuk mengintegrasikan seluruh area fungsi dalam sebuah perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang BAB III Objek Penelitian III.1. Sejarah singkat Perusahaan PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang furniture / meubel. Kegiatan utama dari perusahaan

Lebih terperinci

SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS

SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS SIKLUS PENGELUARAN: PEMBELIAN DAN PENGELUARAN KAS N. Tri Suswanto Saptadi 5/25/2016 nts/sia 1 Siklus Pengeluaran: Tujuan Utama Sikklus Pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan BAB IV PEMBAHASAN Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan keekonomisan suatu perusahaan. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan

Lebih terperinci

Prosedur Menjalankan Program

Prosedur Menjalankan Program Prosedur Menjalankan Program Gambar 4. 55 Login Page : Taowi ERP Login page merupakan halaman awal saat memasuki web Taowi ERP dimana halaman ini digunakan oleh user ketika mereka ingin menggunakan sistem.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Kerja Praktek Dan Analisis

Bab IV Hasil Kerja Praktek Dan Analisis Bab IV Hasil Kerja Praktek Dan Analisis 1.1 Hasil Praktek Kerja Sistem Penjualan Kredit di PT Purinusa Ekapersada menggunakan SAP (System Application Product) dari Jerman. Tujuan dari perusahaan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN DAN UTANG PADA FELINDO JAYA

BAB 3 ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN DAN UTANG PADA FELINDO JAYA BAB 3 ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PEMBELIAN DAN UTANG PADA FELINDO JAYA 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan Perorangan Felindo Jaya didirikan pada tahun 1997, dengan

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini menjelaskan hasil analisis terhadap jawaban teknik dari obseravasi, wawancara dan teknik pengumpulan data arsipakan di uraikan mengenai pembahasannya. Responden dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB VII SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENAGIHAN KAS

BAB VII SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENAGIHAN KAS BAB VII SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENAGIHAN KAS A. Aktivitas Bisnis Siklus Pendapatan Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pemrosesan informasi terkait yang terus berulang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan

BAB II BAHAN RUJUKAN. Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan - 6 - BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan prosedur prosedur yang erat hubunganya satu sama lain yang dikembangkan menjadi

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 06 ERP: SCM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SCM adalah satu rangkaian bisnis demand dan supply yang melibatkan perusahaan dengan mitra kerjanya. Kelancaran proses dalam supply chain

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pengertian manajemen menurut T H Handoko (2005, hal 3) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

APLIKASI SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENERIMAAN TUNAI KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

APLIKASI SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENERIMAAN TUNAI KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI APLIKASI SIKLUS PENDAPATAN: PENJUALAN DAN PENERIMAAN TUNAI KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Ikhtisar Bab ini menyajikan manajemen proses bisnis pesanan pelanggan dan manajemen pelanggan. Sasaran Belajar

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. SURYAPRABHA JATISATYA merupakan suatu perusahaan swasta yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 1.1. Penelitian Sebelumnya Penelitian berjudul Implementasi Aplikasi ADempiere Pada Proses Bisnis Jasa Angkutan Barang Pada PT Sinar Aji Cepat Bhayangkara Pekalongan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, setiap pelaku bisnis pasti membutuhkan sebuah alat yang dapat mendukung kegiatan operasional bisnisnya dalam menjalankan usaha.

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, sistem terkomputerisasi banyak digunakan pada berbagai bidang. Teknologi informasi akan terus berkembang karena meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu memberikan yang bermanfaat bagi para pemakainya.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA TUGAS TESTING & IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI IMPLEMENTASI MODUL FINANSIAL SISTEM ERP PADA PT. IEV PABUARAN KSO NAMA : RESTU TRIANGGA NIM : 41813110107 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi dan Akuntansi Kas. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi dan Akuntansi Kas. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu BAB II LANDASAN TEORITIS A. TEORI - TEORI 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi dan Akuntansi Kas a. Sistem Informasi Akuntansi Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak inti yang digunakan oleh perusahaan untuk mengintegrasikan dan

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak inti yang digunakan oleh perusahaan untuk mengintegrasikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) adalah suatu program perangkat lunak inti yang digunakan oleh perusahaan untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan informasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pemodelan Proses Bisnis bagian Produksi di PT Gramasurya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pemodelan Proses Bisnis bagian Produksi di PT Gramasurya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemodelan Proses Bisnis bagian Produksi di PT Gramasurya Gambar 4. 1 Proses Bisnis bagian Produksi Proses produksi di PT Gramasurya dimulai dengan menginput data pemesanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut O Brien (2005, p5), sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii PERUNTUKAN... iii AYAT AL-QURAN... iv PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT GITA MANDIRI TEHNIK Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomis suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembelian 2.1.1 Pengertian Pembelian Pembelian adalah transaksi pembelian terjadi antara perusahaan dengan pemasok atau pihak penjual. Barang-barang yang dibeli dapat berupa

Lebih terperinci

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains.

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains. 17 `BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi masalah, analisis dan perancangan sistem, rancangan pengujian, dan evaluasi sistem dalam rancang bangun aplikasi

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Audit operasional atas fungsi pembelian dan hutang usaha pada PT Prima Auto Mandiri dibatasi pada hal-hal berikut ini: a. Mengidentifikasikan kelemahan sistem pengendalian

Lebih terperinci

Siklus Pendapatan: Penjualan dan Penagihan Kas. Pertemuan 11

Siklus Pendapatan: Penjualan dan Penagihan Kas. Pertemuan 11 Siklus Pendapatan: Penjualan dan Penagihan Kas Pertemuan 11 Aktivitas Bisnis Siklus Pendapatan Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pemrosesan informasi terkait yang terus berulang

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

Almond Accounting Software

Almond Accounting Software Almond Accounting Software ABOUT THIS PRODUCT Sebuah Software Akuntansi yang mengakomodasi proses transaksi retail / distribusi barang dagangan perusahaan yang saling terintegrasi antar modul. Sehingga

Lebih terperinci