VALUE Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VALUE Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan"

Transkripsi

1

2 VALUE Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan Volume I/No. 01/Juni/ 2012 Diterbitkan oleh: Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ii

3 VALUE Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan Terbit 2 edisi per tahun (Juni dan Desember) ISSN: Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau keseluruhan dalam berbagai bentuk medium baik cetakan, elektronik, atau pun mekanik tanpa izin tertulis dari penerbit. iii

4 VALUE, akronim dari evaluasi dan asesmen, merupakan Jurnal di bidang Ilmiah Evaluasi dan Asesmen/Penilaian Pendidikan yang dikelola oleh Pusat Penilaian Pendidikan (PUSPENDIK), Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk menerbitkan hasil karya penelitian (original research), karya pengembangan, tinjauan kembali (review), dan ulasan topik khusus dalam bidang Evaluasi dan Asesmen/Penilaian Pendidikan. Kesempatan menulis terbuka untuk umum meliputi para peneliti dan perekayasa lembaga riset, pengajar perguruan tinggi maupun pekarya-tesis sarjana semua strata. Karya tulis harus ditulis sesuai pedoman penulisan yang tercantum dalam setiap edisi. Dewan Pengurus Penangung Jawab Dewan Redaksi Mitra Bestari Pemimpin Redaksi Tata Usaha Sekretaris Redaksi : Hari Setiadi, Ph.D. : Dr. Mahdiansyah, MA, Drs. Giri Sarana Hamiseno, Dra. Arniati, M.Psi, Drs. Safari, MA, APU, Drs. Witjaksono, MA, Drs. Rogers Pakpahan, M.Si Dra. A. Hendriastuti,MA, Dra. Rahmah Zulaiha, MA. : Dr. Burhanuddin Tola, Jahja Umar, Ph.D, Bastari, Ph.D. : Bagus Hary Prakoso, SE, MA : Susi Mahyudin, M.Pd, Sidik Pranyoto, S.Kom : Drs. Didi Pujohadi, Wuri Rohayati, S.S. Alamat Redaksi Pusat Penilaian Pendidikan (PUSPENDIK), Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMDIKBUD), Jl. Gunung Sahari Raya no. 4, Jakarta Pusat, Tel , , Fax , jurnalvalue@gmail.com iv

5 Pedoman Penulisan Artikel 1. Redaksi menerima naskah berupa hasil penelitian, opini, wawasan, pandangan, kajian pustaka, berita, dan resensi buku dari peneliti, praktisi dan pemerhati di bidang penilaian pendidikan. 2. Naskah dalam bentuk hard copy di kirim ke redaksi dan naskah soft copy dikirim melalui dan disertai dengan biodata lengkap penulis. 3. Ketentuan penulisan secara umum. a. Naskah ditulis dalam bentuk esai dan belum pernah diterbitkan di media lain. b. Naskah diketik dengan memperhatikan aturan penggunaan tanda baca dan ejaan, yang dimuat dalam pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD). c. Naskah diketik dengan format MS-Word, Font Calibriukuran 10, spasi 1 jumlah halaman minimum 7 dan maksimum 20, ukuran kertas A4. 4. Artikel hasil penelitian memuat judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, dan isi. Isi artikel mempunyai struktur dan sistematika serta persentasi jumlah halaman sebagai berikut : a. Penulis harus mencantumkan nama, instansi, dan di bawah judul artikel. b. Artikel dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris harus menuliskan abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. c. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian (10%). d. Kajian Literatur mencakup kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan (15%). e. Metode Penelitian yang berisi rancangan/model, sampel dan data, tempat dan waktu, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data (10%). f. Hasil dan Bahasan (50%). g. Simpulan dan Saran (15%) h. Daftar Pustaka. (Sistematika/struktur ini hanya sebagai pedoman umum, penulis dapat mengembangkannya sendiri asalkan sepadan dengan pedoman ini). Artikel pemikiran dan atau reviu teori memuat judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, dan isi. Isi artikel mempunyai struktur dan sistematika serta persentasinya dari jumlah halaman sebagai berikut : v

6 a. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penulisan (10%). b. Kajian Literatur mencakup kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan (75%). c. Simpulan dan saran (20%) d. Daftar Pustaka (Sistematika/struktur ini hanya sebagai pedoman umum, penulis dapat mengembangkannya sendiri asalkan sepadan dengan pedoman ini). Artikel resensi buku selain menginformasikan bagian-bagian penting dan buku yang diresensi juga menunjukkan bahasan secara mendalam kelebihan dan kelemahan buku tersebut serta membandingkan teori/konsep yang ada dalam buku tersebut dengan teori/konsep dari sumbersumber lain. 5. Pustaka Acuan disajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis. Bruner.J 1960, The process of education. New York. Vintage. Hanafi, A Partisipasi dalam Saran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi. Forum Penelitian, I (1) vi

7 DAFTAR ISI VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan Volume I/No. 01/Juni/ 2012 Halaman Dewan Pengurus dan Alamat Redaksi... Pedoman Penulisan Artikel Daftar Isi.... iv v vii Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/ Safari Analisis Butir Soal dan Kemampuan Bahasa Indonesia Siswa SMK dalam UN tahun Fahmi Studi Internasional Keterbacaan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) Benny Widaryanto dan Erika Kemampuan Siswa SMP dan MTs dalam Memperbaiki Kalimat Tidak Efektif dalam Paragraf Berdasarkan Hasil UN 2010/ Safari Kualitas Tes Buatan Guru pada Mata Pelajaran Matematika di SD NEGERI Kota Kendari Zamsir Logika dan Landasan Hukum UN Materi Keagamaan pada MA.... Kholid Fathoni Penerapan Strategi Neighborhood Walk untuk meningkatkan keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas VIII SMPN 2 Sigli... Teuku Husni vii

8 viii

9 NILAI UN DAN NILAI SEKOLAH SMP DKI JAKARTA DALAM UN 2010/2011 Safari Peneliti Utama di Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemdikbud ABSTRACT The aim of this research is to know the difference between National Final Examination (NFE) and School Final Examination (SFE) grade in governmental and private junior high school in DKI Jakarta based on the result of 2010/ 2011 National Final Examination. A variant analysis is done towards the data of 2011 National Final Examination participants, 12 th grade students of school ( students) in five district of DKI Jakarta. The results of the analysis are first, the result of the examination in DKI Jakarta shows that the SFE grade is higher than the NFE grade. The averages of SFE and NFE grade for NFE subjects are as follows: (1) the SFE grade of Indonesian Language subject is 7,82 and the NFE grade is 6,95; (2) The SFE grade of English is 7,63 and the NFE grade is 7,02; (3) The SFE grade of Mathematics is 7,53 and the NFE grade is 6,49; and (4) the SFE grade of natural sciences is 7,61 and the NFE grade is 6,90. Second, the result of the examination in private school and governmental school shows that the SFE grade is higher than the NFE grade. The averages of SFE and NFE grade for NFE subjects are as follows: (1The SFE grade of Indonesian Language subject is 7,82 and the NFE grade is 6,95; (2) The SFE grade of English is 7,63 and the NFE grade is 7,02; (3) The SFE grade of Mathematics is 7,53 and the NFE grade is 6,49; and (4) The SFE grades of natural sciences is 7,61 and the NFE grade is 6,90. Third, there are significant differences between NFE and SFE grade in governmental and private junior high school. The differences are as follows: (1) P- value for the NFE grade of Indonesian subject is 0,005; (2) P-Value for the SFE grade of English subject is 0,002; (3) P-value for SFE grade of Mathematics is 0,008, and (4) P-value for SFE grade of Natural Sciences is 0,019. Meanwhile, the results also show that there are insignificant differences between NFE and SFE grade in governmental and private junior high school. They are: (1) P-value for SFE grade of Indonesian subject is 0,564; (2) P-value for NFE grade of English is 0,628; (3) P-value for NFE grade of Mathematics is 0,512; and (4) P-value for NFE grade of Natural Sciences is 0,976. Keywords: National Final Examination Grade, School Final Examination Grade, Junior High School. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 1

10 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) di SMPN dan SMPS di DKI Jakarta berdasarkan hasil UN 2010/2011. Berdasarkan hasil analisis varian dari data siswa kelas 12 peserta UN 2011 yang berasal dari 1016 sekolah ( siswa) di lima wilayah DKI Jakarta, maka diperoleh hasil penelitian seperti berikut ini. Pertama, nilai UN dan nilai sekolah untuk 4 mata pelajaran di wilayah DKI Jakarta adalah seperti berikut ini. Nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional pada mata pelajaran yang di-un-kan. Nilai total rata-rata untuk mata pelajaran: Bahasa Indonesia NS= 7,82 UN=6,95; Bahasa Inggris NS= 7,63 UN= 7,02; Matematika NS= 7,53 UN= 6,49; IPA NS= 7,61 UN= 6,90. Kedua, nilai UN dan nilai sekolah untuk 4 mata pelajaran di SMPN dan SMPS adalah seperti berikut. Nilai sekolah baik di SMPN maupun di SMPS selalu lebih tinggi daripada nilai UN. Nilai total rata-rata untuk mata pelajaran: Bahasa Indonesia NS= 7,82 UN= 6,95; Bahasa Inggris NS= 7,63 UN= 7,02; Matematika NS= 7,53 UN= 6,49; IPA NS= 7,61 UN= 6,90.Ketiga, perbedaan nilai UN dan nilai sekolah untuk 4 mata pelajaran di SMPN dan SMPS adalah seperti berikut. Nilai mata pelajaran yang terdapat perbedaan secara signifikan adalah: (1) nilai UN Bahasa Indonesia, P- value= 0,005, (2) NS Bahasa Inggris, P-value= 0,002, (3) NS Matematika, P-value= 0,008, dan (4) NS IPA, P-value= 0,019. Adapun nilai mata pelajaran yang tidak terdapat perbedaan adalah: (1) NS Bahasa Indonesia, P-value= 0,564, (2) UN Bahasa Inggris, P-value= 0,628, (3) UN Matematika, P-value= 0,512, dan (4) UN IPA, P-value= 0,976. Kata kunci: nilai UN, nilai sekolah, dan SMP VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 2

11 Safari Latar Belakang PENDAHULUAN Ada kecenderungan nilai sekolah (NS) yang diberikan guru kepada siswa SMP adalah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional (UN). Hal ini wajar karena ujian sekolah, soal-soalnya disusun berdasarkan kisi-kisi lingkup sekolah yaitu disusun oleh guru di sekolah yang bersangkutan, sedangkan ujian nasional, soal-soalnya disusun berdasarkan kisi-kisi lingkup nasional yaitu oleh Kemdiknas Pusat berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL).Walaupun terdapat perbedaan kisi-kisinya, tetapi materi, kompetensi dasar (KD), dan standar kompetensinya (SK) adalah sama. Karena SKL disusun berdasarkan SK, KD, dan materi dalam silabus yang diajarkan guru kepada siswa di sekolah. Untuk UN, kisi-kinya sudah standar nasional, tetapi untuk ujian sekolah ini adalah otonomi sekolah. Bisa terjadi antarsekolah di kecamatan, kabupaten, provinsi, kisi-kisi soal ujian sekolah tidak standar. Apabila kisi-kisinya tidak standar, tingkat urgensitas materi yang ditanyakannya pun tidak standar. Jadi ada peluang memberikan nilai tinggi di tingkat sekolah bisa terjadi. Berdasarkan informasi ini, penulis ingin melihat seberapa jauh para guru telah memaksimalkan kemampuan siswa terhadap materi/kompetensi yang UKRK khususnya pada mata pelajaran yang di-un-kan di SMP, yaitu mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA. UKRK adalah materi/kemampuan yang: Urgensi (wajib dikuasai siswa), Kontinuitas (merupakan kemampuan/materi lanjutan), Relevansi (manfaatnya terhadap mata pelajaran lain tinggi), Keterpakaian (keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi). Seharusnya setiap siswa belajar berkemampuan maksimal/tinggi terhadap materi yang diajarkan guru. Ini sering disebut dengan belajar tuntas. Bila ada siswa yang berkemampuan menengah dan rendah, maka ini menjadi kewajiban guru untuk memaksimalkannya atau menuntaskannya. Penulis yakin, bila belajar tuntas dilaksanakan guru di sekolah, Insya-Allah, para guru malu meluluskan anak didiknya dengan kriteria kurang dari 50,01 melainkan 100,00. Karena nilai 50,1 menunjukkan belum tuntas materi yang dikuasainya. Sekarang pertanyaannya adalah Apakah nilai sekolah (NS) siswa SMP DKI Jakarta untuk mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matamatika, IPA lebih tinggi daripada nilai ujian nasional (UN)? Apakah siswa SMP di DKI Jakarta peserta ujian 2010/2011 yang lalu sudah memenuhi syarat ketuntasan belajarnya untuk semua materi pelajaran khususnya mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA. Bila jawabannya ya atau sudah, siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan UN karena peluang menjawab benar soal pasti tinggi. Bila jawabannya belum, siswa pasti akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan UN karena peluang menjawab benar soal tergantung pada tingkat kemampuan siswanya. Bagaimana tingkat ketuntasan belajar siswa di setiap wilayah di DKI Jakarta? Apakah mereka sama-sama tuntas atau sebaliknya? Sesuai dengan VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 3

12 Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011. lingkup penelitian ini, (1) Apakah terdapat perbedaan nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) di SMPN dan SMPS di DKI Jakarta berdasarkan hasil UN 2010/2011? (2) Apakah di SMPN dan SMPS DKI Jakarta untuk kelima mata pelajaran yang diujikan, nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional? (3) Apakah untuk kelima mata pelajaran yang diujian di wilayah DKI Jakarta, nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional? Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, permasalahan yang muncul adalah(1) Apakah terdapat perbedaan nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) di SMPN dan SMPS di DKI Jakarta berdasarkan hasil UN 2010/2011? (2) Apakah di SMPN dan SMPS DKI Jakarta untuk kelima mata pelajaran yang diujikan, nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional? (3) Apakah untuk kelima mata pelajaran yang diujian di wilayah DKI Jakarta, nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) terdapat perbedaan nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) di SMPN dan SMPS di DKI Jakarta berdasarkan hasil UN 2010/2011. (2) di SMPN dan SMPS DKI Jakarta untuk kelima mata pelajaran yang diujikan, nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional. (3) untuk kelima mata pelajaran yang diujian di wilayah DKI Jakarta, nilai sekolah lebih tinggi dari pada nilai ujian nasional. Hipotesis Penelitian Hipotesis kerja/alternatif/satu penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) di SMPN dan SMPS di DKI Jakarta berdasarkan hasil UN 2010/2011. KAJIAN LITERATUR Perbedaan nilai sekolah dengan nilai ujian nasional tergantung pada tingkat kesukaran soal dalam masing-masing tesnya. Tingkat kesukaran soal dalam ujian sekolah bisa dikatakan lebih mudah bila dibandingkan dengan tingkat kesukaran soal dalam ujian nasional. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal-soal dalam ujian nasional dilakukan uji coba pada sampel yang tepat terlebih dahulu, tetapi uji coba soal-soal untuk ujian sekolah masih dalam pertanyaan? Tingkat kesukaran butir sangat penting dalam perangkat tes. Karena tingkat kesukaran soal merupakan peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,00 (Aiken (1994: 66). Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar soal dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar soal. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 4

13 Safari rata-rata yang diperoleh warga belajar/siswa pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. Rumus ini dipergunakan untuk soal objektif. Rumusnya adalah seperti berikut ini (Nitko, 1996: 310). Tingkat kesukaran= (jumlah siswa yang menjawab benar butir soal) : (jumlah siswa yang mengikuti tes). Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester dipergunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi dipergunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya dipergunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Sebagai pedoman umum, klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut ini. 0,00-0,30soal tergolong sukar 0,31-0,70soal tergolong sedang 0,71-1,00soal tergolong mudah Tingkat kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total skor tes. Untuk tes yang sangat sukar (TK= < 0,25) distribusinya berbentuk positif skewed, sedangkan tes yang mudah (berisi soal dengan TK= >0,80) distribusinya berbentuk negatif skewed. Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran (Nitko, 1996: ).Kegunaannya bagi guru adalah: (1) sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka, (2) memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang bias. Adapun kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah: (a) pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang, (b) tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah, (c) memberi masukan kepada siswa, (d) tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang bias, (e) merakit tes yang memiliki ketepatan data soal. Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat: (1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal), (2) berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisien alfa dan KR-20, semakin tinggi korelasi antarsoal, semakin tinggi reliabilitas (Nunnally, 1978: ). Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi alat ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan guru. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah adalah seperti berikut. (1) Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi. (2) Sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar siswa telah memahami materi yang ditanyakan. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 5

14 Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011. Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut. (1) Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban. (2) Butir soal itu mempunyai2 atau lebih jawaban yang benar. (3) Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya,sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai. (4) Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan mempergunakan bentuk soal yang diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan ganda). (5) Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang. Namun, analisis secara klasik ini memang memiliki keterbatasan, yaitu bahwa tingkat kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi secara tepat karena estimasi tingkat kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna, 1994: 145). Jika sampel berkemampuan tinggi, maka soal akan sangat mudah (TK= >0,90). Jika sampel berkemampuan rendah, maka soal akan sangat sulit (TK = < 0,40). Oleh karena itu memang merupakan kelebihan analisis secara IRT, karena IRT dapat mengestimasi tingkat kesukaran soal tanpa menentukan siapa peserta tesnya (invariance). Dalam IRT, komposisi sampel dapat mengestimasi parameter dan tingkat kesukaran soal tanpa bias. Di samping tingkat kesukaran soal, pelaksanaan ujian sekolah danun pada keempat mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA) di SMP perlu dievaluasi. Apakah metode yang dipergunakan sudah tepat termasuk pelaksanaannya di semua provinsi di Indonesia? Metode di sini sangat penting, karena metode itu sendiri merupakan prosedur atau operasi untuk mencapai tujuan (Matakupan, 1992: 14). Semakin baik dan tepatnya metode, makin efektif pencapaian tujuan dan untuk menetapkan lebih dahulu apakah suatu metode dapat disebut baik diperlukan paatokan yang bersumber dari beberapa faktor, faktor utama yang menentukan adalah tujuan akan dicapai, (Surakhmad, 1984: 95). Pekerjaan rumah (PR) kepala sekolah mulai saat ini bertambah, yang semula hanya memikirkan pelaksanaan keempat mata pelajaran yang di-unkan. Mulai tahun 2012, kepala sekolah harus memikirkan sinkronisasi keempatmata pelajaran yang diujikan di sekolah dan yang di-un-kan. Kalau tidak manajemen sekolah hanya terfokus pada mengejar target semua siswa di sekolah harus lulus UN. Dampaknya nilai sekolah selalu lebih tinggi daripada nilai UN. Di samping itu, guru menekankan siswa untuk latihan soal-soal UN sebelumnya dan melupakan fungsi mengajar yang sebenarnya di sekolah. Sesungguhnya mengajar adalah (1) menanamkan pengetahuan pada anak agar anak menguasai pengetahuan sebanyak-banyaknya yang diajarkan oleh guru, (2) menyampaikan pengetahuan pada anak agar anak mengenal kebudayaan bangsanya dan dunia pada umumnya, (3) aktivitas mengorganisasi (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannyadengan anak sehingga terjadi proses belajar, (Imansjah, 1984: 46). Di samping itu, dalam proses belajarmengajar di kelas hanya terjadi komunikasi satu VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 6

15 Safari arah. Pokoknya hanya latihan dan latihan soal. Hal ini sudah menyimpang dari prinsip komunikasi dalam proses belajar-mengajar di kelas. Sesungguhnya komunikasi adalah proses penyamaan pikiran-pikiran yang berbeda di dalam otak berupa (gagasan, pesan, harapan) komunikator dengan pikiran yang berada di dalam otak komunikan, (Widjaja, 1993: ). Oleh karena itu, sudah saatnya setiap siswa belajar berkemampuan maksimal/tinggi terhadap materi yang diajarkan guru. Bila ada siswa yang berkemampuan menengah dan rendah, maka ini menjadi kewajiban guru untuk memaksimalkannya atau menuntaskannya. Apabila belajar tuntas dilaksanakan guru di sekolah, Insya-Allah, para guru malu meluluskan anak didiknya dengan kriteria kurang dari 50,01 melainkan 100,00. Karena nilai 50,1 menunjukkan belum tuntas materi yang dikuasainya. METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah semua siswa SMP Negeri dan Swasta di DKI Jakarta yang mengikuti ujian nasional (UN) Sampel penelitian adalah siswa kelas 12 peserta UN 2011 yang berasal dari 1016 sekolah ( siswa) di lima wilayah DKI Jakarta.Alasan penetapan sampel ini adalah adanya kelengkapan dan keakuratan data yang sudah siap diolah di lima wilayah, kecuali wilayah Pulau Seribu. Data selengkapnya dapat dilihat di tabel 1. Tabel 1. Jumlah sekolah dansiswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta No. DKI Jumlah SMP Jumlah Peserta UN Negeri Swasta Total Negeri Swasta Total 1. Jakpus Jakut Jakbar Jaksel Jaktim Jumlah Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berbentuk skor nilai sekolah dan skor hasil UN SMP, negeri dan swasta, tahun pelajaran 2011 di lima wilayah DKI Jakarta untuk 4 mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA. Penentuan mata pelajaran ini didasarkan bahwa keempat mata pelajaran itu diujikan dalam UN tahun Skor yang dimaksud adalah skor yang diperoleh siswa pada keempat mata pelajaran baik nilai sekolah maupun nilai UN. Metode analisis yang dipergunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan mempergunakan statistik Anova. Data dianalisis dengan mempergunakan program SPSS for Window. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 7

16 Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Ujian Nasional (UN) dan Nilai Sekolah (NS) di Setiap Wilayah DKI a. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Nilai UN dan NS untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di lima wilayah DKI dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut. Untuk kelima wilayah di DKI yaitu wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, NS selalu lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnya US= 7,82 UN=6,95. Tabel 2. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan Nilai Sekolah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Lima Wilayah DKI Jakarta No. DKI Nilai UN Mean Nilai Sekolah Nilai UN Std Deviasi Nilai Sekolah 1. Jakpus 6,86 7,78 0,29 0,07 2. Jakut 6,78 7,79 0,16 0,03 3. Jakbar 7,05 7,85 0,13 0,01 4. Jaksel 7,09 7,81 0,69 0,05 5. Jaktim 6,98 7,89 0,62 0,07 Jakpus 6,95 7,82 0,35 0,06 Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, NS selalu lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnya US= 7,63 UN=7,02. Tabel 3. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan Nilai Sekolah Mata Pelajaran Bahasa Inggrisdi Lima Wilayah DKI Jakarta No. DKI Nilai UN Mean Nilai Sekolah Nilai UN Std Deviasi Nilai Sekolah 1. Jakpus 6,88 7,61 0,23 0,18 2. Jakut 6,69 7,59 0,85 0,17 3. Jakbar 6,95 7,64 0,55 0,23 4. Jaksel 7,61 7,62 0,61 0,00 5. Jaktim 6,95 7,68 0,40 0,15 Total 7,02 7,63 0,54 0,13 c. Mata Pelajaran Matematika Nilai UN dan NS untuk mata pelajaran Matematika dilima wilayah DKI dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut. Untuk kelima wilayah di DKI yaitu wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, NS selalu lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnya US= 7,53 UN=6,49. b. Mata Pelajaran Bahasa Inggris Nilai UN dan NS untuk mata pelajaran Bahasa Inggris di lima wilayah DKI dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut. Untuk kelima wilayah di DKI yaitu wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 8

17 Safari Tabel 4. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan Nilai Sekolah Mata Pelajaran Matematika di Lima Wilayah DKI Jakarta No. DKI Nilai UN Mean Nilai Sekolah Nilai UN Std Deviasi Nilai Sekolah 1. Jakpus 6,41 7,50 0,35 0,16 2. Jakut 6,18 7,53 0,98 0,12 3. Jakbar 6,23 7,57 0,62 0,19 4. Jaksel 7,23 7,59 0,69 0,02 5. Jaktim 6,41 7,59 0,27 0,13 Total 6,49 7,53 0,62 0,11 d. Mata Pelajaran IPA Nilai UN dan NS untuk mata pelajaran IPA di lima wilayah DKI dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut. Untuk kelima wilayah di DKI yaitu wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, NS selalu lebih besar daripada UN yang nilai ratarata totalnya US= 7,61 UN=6,90. Tabel 5. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan Nilai Sekolah Mata Pelajaran IPAdi Lima Wilayah DKI Jakarta No. DKI Nilai UN Mean Nilai Sekolah Nilai UN Std Deviasi Nilai Sekolah 1. Jakpus 6,55 7,57 0,10 0,11 2. Jakut 6,55 7,60 0,47 0,11 3. Jakbar 7,01 7,62 0,49 0,14 4. Jaksel 7,37 7,59 0,59 0,02 5. Jaktim 7,00 7,69 0,45 0,08 Total 6,90 7,61 0,47 0,09 Nilai Ujian Nasional (UN) dan Nilai Sekolah (NS) di SMPN dan SMPS DKI a. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP negeri dan swasta DKI dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia baik di SMP negeri maupun swasta NS lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnyans=7,82 UN=6,95. Tabel 6. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan NS Mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta No. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Mean Std Deviasi Nilai UN Nilai Sekolah Nilai UN Nilai Sekolah 1. SMPN 7,21 7,81 0,27 0,05 2. SMPS 6,69 7,83 0,16 0,07 Total 6,95 7,82 0,35 0,06 b. Mata Pelajaran Bahasa Inggris Nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) untuk mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP negeri dan swasta DKI dapat dilihat dalam Tabel 7 berikut. Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris baik di SMP negeri maupun swasta NS lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnyans=7,63 UN=7,02. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 9

18 Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011. No. Tabel 7. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan NS Mata Pelajaran Bahasa Inggris siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta Mata Pelajaran Bahasa Inggris Mean Std Deviasi Nilai UN Nilai Sekolah Nilai UN Nilai Sekolah 1. SMPN 6,93 7,52 0,74 0,07 2. SMPS 7,10 7,73 0,27 0,07 Total 7,02 7,63 0,54 0,13 c. Mata Pelajaran Matematika Nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) untuk mata pelajaran Matematika di SMP negeri dan swasta DKI dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut. Untuk mata pelajaran Matematika baik di SMP negeri maupun swasta NS lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnyans=7,53 UN=6,49. Tabel 8. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan NS Mata Pelajaran Matematika siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta Untuk mata pelajaran IPA baik di SMP negeri maupun swasta NS lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnyans=7,61 UN=6,90. Tabel 9. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan NS Mata Pelajaran IPA siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta No. Mata Pelajaran IPA Nilai UN Mean Nilai Sekolah Nilai UN Std Deviasi Nilai Sekolah 1. SMPN 6,89 7,55 0,64 0,06 2. SMPS 6,90 7,67 0,29 0,07 Total 6,90 7,61 0,47 0,09 Perbedaan Nilai Ujian Nasional (UN) dan Nilai Sekolah (NS) di SMPN dan SMPS DKI a. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Hasil anova pada perbedaan nilai UN dan NS untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada SMPN dan SMPS dapat dilihat pada Tabel 10. No. Mata Pelajaran Matematika Mean Std Deviasi Nilai UN Nilai Sekolah Nilai UN Nilai Sekolah 1. SMPN 6,35 7,45 0,87 0,05 2. SMPS 6,62 7,61 0,24 0,09 Total 6,49 7,53 0,62 0,11 d. Mata Pelajaran IPA Nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) untuk mata pelajaran IPA di SMP negeri dan swasta DKI dapat dilihat dalam Tabel 9 berikut. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

19 Safari Tabel 10. Hasil Anova pada Perbedaan Nilai UN dan NS untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta perbedaan hasil NS bila ditinjau dari status skolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini. NILAI_BIN_U N Between Groups Within Groups Sum of Squares df Mean Square F Sig.,713 1,713 14,275,005,400 8,050 b. Mata Pelajaran Bahasa Inggris Hasil anova pada perbedaan nilai UN dan NS untuk mata pelajaran Bahasa Inggris pada SMPN dan SMPS dapat dilihat pada Tabel 11. NILAI_BIN_US Total 1,112 9 Between Groups Within Groups,001 1,001,363,564,027 8,003 Total,028 9 Tabel 11. Hasil Anova pada Perbedaan Nilai UN dan NS untuk Mata Pelajaran Bahasa Inggris siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta Sum of Squares df Mean Square F Sig. Nilai uji F faktor nilai UN mata pelajaran Bahasa Indonesia pada Tabel 4 adalah 14,28 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P- value= 0,005. Karena P-value lebih kecil daripada α 0,05, maka H0 ditolak dan diterima H1. Artinya terdapat perbedaan pada nilai UN di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah terdapat perbedaan nilai UN bila ditinjau dari status sekolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini. Nilai uji F faktor nilai NS mata pelajaran Bahasa Indonesia pada Tabel 4 adalah 0,36 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P- value= 0,564. Karena P-value lebih besar daripada α 0,05, maka H1 ditolak dan diterima Ho. Artinya tidak terdapat perbedaan pada nilai NS di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah tidak terdapat NILAI_BING _UN NILAI_BING _US Between Groups,079 1,079,253,628 Within Groups 2,501 8,313 Total 2,581 9 Between Groups,106 1,106 22,264,002 Within Groups,038 8,005 Total,144 9 Nilai uji F faktor nilai UN mata pelajaran Bahasa Inggris pada Tabel 11 adalah 0,253 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P- value= 0,628. Karena P-value lebih besar daripada α 0,05, maka H0 diterima dan ditolak H1. Artinya tidak terdapat perbedaan pada nilai UN di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan nilai UN bila ditinjau dari status sekolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

20 Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011. Nilai uji F faktor nilai NS mata pelajaran Bahasa Inggris pada Tabel 11 adalah 22,264 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P- value= 0,002. Karena P-value lebih kecil daripada α 0,05, maka H1 diterima dan ditolak Ho. Artinya terdapat perbedaan pada nilai NS di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah terdapat perbedaan hasil NS bila ditinjau dari status skolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini. c. Mata Pelajaran Matematika Hasil anova pada perbedaan nilai UN dan NS untuk mata pelajaran Matematikapada SMPN dan SMPS dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Anova pada Perbedaan Nilai UN dan NS untuk Mata Pelajaran Matematika siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta NILAI_MA T_UN Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups,193 1,193,471,512 Within Groups 3,285 8,411 value= 0,512. Karena P-value lebih besar daripada α 0,05, maka H0 diterima dan ditolak H1. Artinya tidak terdapat perbedaan pada nilai UN di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan nilai UN bila ditinjau dari status sekolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini. Nilai uji F faktor nilai NS mata pelajaran Matematika pada Tabel 12 adalah 12,53 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P- value= 0,008. Karena P-value lebih kevcil daripada α 0,05, maka H1 diterima dan ditolak Ho. Artinya terdapat perbedaan pada nilai NS di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah terdapat perbedaan hasil NS bila ditinjau dari status skolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini. d. Mata Pelajaran IPA Hasil anova pada perbedaan nilai UN dan NS untuk mata pelajaran IPA pada SMPN dan SMPS dapat dilihat pada Tabel 13. Total 3,478 9 NILAI_MA T_US Between Groups,067 1,067 12,533,008 Within Groups,043 8,005 Total,110 9 Nilai uji F faktor nilai UN mata pelajaran Matematika pada Tabel 12 adalah 0,471 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P- VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

21 Safari Tabel 13. Hasil Anova pada Perbedaan Nilai UN dan NS untuk Mata Pelajaran IPA siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta NILAI_IPA_ UN NILAI_IPA_ US Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups,000 1,000,001,976 Within Groups 1,997 8,250 Total 1,998 9 Between Groups,035 1,035 8,681,019 Within Groups,032 8,004 Total,067 9 Nilai uji F faktor nilai UN mata pelajaran IPA pada Tabel 13 adalah 0,001 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P-value= 0,976. Karena P-value lebih besar daripada α 0,05, maka H0 diterima dan ditolak H1. Artinya tidak terdapat perbedaan pada nilai UN di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan nilai UN bila ditinjau dari status sekolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini. Nilai uji F faktor nilai NS mata pelajaran IPA pada Tabel 13 adalah 8,681 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P-value= 0,019. Karena P-value lebih kecil daripada α 0,05, maka H1 diterima dan ditolak Ho. Artinya terdapat perbedaan pada nilai NS di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah terdapat perbedaan hasil NS bila ditinjau dari status skolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini. Adanya perbedaan nilai UN dan NS dimungkinkan terdapat 2 hal. (1) Karena kisikisi tesnya berbeda. Kisi-kisi untuk NS disusun berdasarkan lingkup sekolah, sedangkan kisikisi UN didasarkan pada SKL. (2) Tingkat kesukaran kedua tes berbeda. Untuk soal UN sebelum dipergunakan, soal diujicobakan kepada responden yang tepat sehingga soal bisa disusun 80% soal sedang, 10% masingmasing untuk soal mudah dan sukar, sedangkan untuk soal yang dipergunakan ujian sekolah belum diketahui apakah soalnya diujicobakan terlebih dahulu atau tidak. Tingkat kesukaran butir sangat penting dalam perangkat tes. Karena tingkat kesukaran soal merupakan peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,00 (Aiken (1994: 66). Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar soal dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar soal. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran (Nitko, 1996: ).Kegunaannya bagi guru adalah: (1) sebagai pengenalan konsep VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

22 Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011. terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka, (2) memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang bias. Adapun kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah: (a) pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang, (b) tandatanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah, (c) memberi masukan kepada siswa, (d) tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang bias, (e) merakit tes yang memiliki ketepatan data soal. Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat: (1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal), (2) berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisien alfa dan KR-20, semakin tinggi korelasi antarsoal, semakin tinggi reliabilitas (Nunnally, 1978: ). SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis varian dari data UN SMP tahun 2011 di 5 wilayah DKI Jakarta,diperoleh beberapa hasil penelitian seperti berikut ini. Pertama, nilai UN dan nilai sekolah untuk 4 mata pelajaran di wilayah DKI Jakarta adalah seperti berikut ini. Nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional pada mata pelajaran yang di-un-kan. Nilai total rata-rata untuk mata pelajaran: Bahasa Indonesia NS= 7,82 UN=6,95; Bahasa Inggris NS= 7,63 UN= 7,02;Matematika NS= 7,53 UN= 6,49; IPA NS= 7,61 UN= 6,90. Kedua, nilai UN dan nilai sekolah untuk 4 mata pelajaran di SMPN dan SMPS adalah seperti berikut. Nilai sekolah baik di SMPN maupun di SMPS selalu lebih tinggi daripada nilai UN. Nilai total rata-rata untuk mata pelajaran: Bahasa Indonesia NS= 7,82 UN= 6,95;Bahasa Inggris NS= 7,63 UN= 7,02; Matematika NS= 7,53 UN= 6,49; IPA NS= 7,61 UN= 6,90. Ketiga, perbedaan nilai UN dan nilai sekolah untuk 4 mata pelajaran di SMPN dan SMPS adalah seperti berikut. Nilai mata pelajaran yang terdapat perbedaan secara signifikan adalah: (1) nilai UN Bahasa Indonesia, P-value= 0,005, (2) NS Bahasa Inggris, P-value= 0,002, (3) NS Matematika, P- value= 0,008, dan (4) NS IPA, P-value= 0,019. Adapun nilai mata pelajaran yang tidak terdapat perbedaan adalah: (1) NS Bahasa Indonesia, P- value= 0,564, (2) UN Bahasa Inggris, P-value= 0,628, (3) UN Matematika, P-value= 0,512, dan (4) UN IPA, P-value= 0,976. Berdasarkan ketiga hasil penelitian di atas, maka sebagai penutup penelitian ini ada dua saran penting seperti berikut ini. Pertama, untuk memperkecil subjektifitas nilai sekolah, Direktur Pendidikan Menengah dan BSNP perlu membuat pedoman yang dipergunakan dalam ujian sekolah secara standar. Kedua, kepada guru khususnya guru yang mengajar mata pelajaran yang di-unkan: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA perlu memaksimalkan kemampuan siswa terhadap materi urgen karena nilai UN 2011 menunjukkan bahwa nilai UN untuk semua mata VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

23 Safari pelajaran nilai rata-ratanya di bawah7 di semua wilayah di DKI Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Aiken, Lewis R. (1994). Psychological Testing and Assessment,(Eighth Edition). Boston: Allyn and Bacon. Haladyna, Thomas M. (1994). Developing and Validating Multiple-Choice Test Items. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Imansjah. (1984). Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional. Matakupan. (1992). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Dinas Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta. Nitko, Anthony J. (1996). Educational Assessment of Students, Second Edition. Ohio: Merrill an imprint of Prentice Hall Englewood Cliffs. Nunally, Jum C. (1978). Psychometric Theory, Second Edition. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. Surakhmad, W. (1984).Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Widjaja, AW. (1993). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

24 ANALISIS BUTIR SOAL DAN KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA SISWA SMK DALAM UJIAN NASIONAL TAHUN 2011 Fahmi Peneliti Muda di Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemdikbud ABSTRACT The aim of the research is to compare the proportional correct and the vocational senior high school students ability in the National Final Examination. There are three sets of test analyzed in the research. The analysis done by using Bigsteps software. The sample of the research is students each set of test. The result of the analysis shows that the proportional correct of Indonesian Language subject is medium. The proportional correct of set 1 of the test is 0,000, set 2 is 0,295, and set 3 is 0,000. The average of the linking items proportional correct in set 1 is -0,800, set 2 is -1,096, and set 3 is -0,800. Meanwhile, the proportional correct of non linking items in set 1 is 0,088, set 2 is 0,416, and set 3 is 0,088. North Sumatera Province gets the highest average of the National Final Examination grade for Indonesian Language subject. The average is 7,77. Meanwhile, the lowest average is 6,36, reached by Central Sulawesi Province. Keywords: proportional correct, mean, equating, linking item (anchor item) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan tingkat kesukaran butir soal dan kemampuan siswa SMK dalam Ujian Nasional (UN). Paket tes yang dianalisis sebanyak 3 paket dan analisis butir soal dilakukan menggunakan software Bigsteps. Sampel dalam penelitian ini sebanyak siswa setiap paket tes. Dari hasil analisis diperoleh informasi bahwa tingkat kesukaran Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMK termasuk kategori sedang. Tingkat kesukaran Ujian Nasional paket 1adalah 0,000, paket 2adalah 0,295, dan paket 3adalah 0,000. Rata-rata tingkat kesukaran soal linking paket 1adalah -0,800, paket 2 adalah -1,096, paket 3 adalah - 0,800. Tingkat kesukaran butir soal non linking paket 1 adalah 0,088, paket 2 adalah 0,416, dan paket 3 adalah 0,088. Rata-rata nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia nasional tertinggi adalah Provinsi Sumatera Utara (7,77) dan nilai rata-rata terendah adalah Provinsi Sulawesi Tengah (6,36) Kata kunci: Tingkat kesukaran, mean, equating(penyetaraan), linking(anchoritem) VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

25 Fahmi LATAR BELAKANG Dalam Undang Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab XVI pasal 57 sampai dengan 59dijelaskan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi penilaian sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi peserta didik dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Kegiatan evaluasi tersebut dapat dilaksanakan secara baik bila dilakukan secara profesional dan melembaga. Evaluasi pendidikan dilaksanakan oleh guru, sekolah, dan pemerintah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2005 diamanatkan bahwa Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional mempunyai tugas untuk mengembangkan sistem penilaian pendidikan. Dalam rangka menilai pencapaian standar nasional, Pusat Penilaian Pendidikan (PUSPENDIK) dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah melakukan penilaian yang bersifat nasional yaitu Ujian Nasional (UN) mulai dari jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK. Ujian Nasional berfungsi untuk mengukur sejauh mana program pendidikan telah tercapai sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.selain itu, Ujian Nasional SMP, SMA, dan SMK, maupun Ujian UN SD berfungsi sebagai alat penentu keberhasilan (sertifikasi) siswa dalam menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sebagai alat seleksi bagi siswa yang hendak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, serta sebagai masukan untuk perbaikan mutu pendidikan bagi pengelola pendidikan, baik di tingkat sekolah, daerah, maupun di tingkat pusat. Salah satu alat ukur yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai siswa terhadap materi pelajaran adalah dalam bentuk tes prestasi belajar. Hasil tes prestasi belajar (hasil pengukuran) diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi yang akurat, serta dapat dipercaya. Tes prestasi belajar dituntut untuk memenuhi segala persyaratan bagi sebuah alat ukur yang baik. Menurut Saifudin Azwar (1987), mutu informasi yang didapat dari hasil pengetesan ditentukan oleh mutu tes, sedangkan mutu tes ditentukan oleh mutu butir soal yang dirakit dalam testersebut. Pengujian mutu setiap butir soal dilakukan melalui analisis butir soal, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Penggunaan tes objektif khususnya tes pilihan ganda sudah banyak dilakukan guru atau lembaga, misalnya pada tes formatif, tes subsumatif ataupun tes sumatif. Sedangkan dalam skala yang lebih besar, misalnya pada Ujian Nasional. Tes sebagai alat ukur dalam Ujian Nasional untuk jenjang SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK disusun di tingkat pusat dan untuk jenjang SD/MI disusun di tingkat provinsi. Paket tes terdiri dari paket tes utama, paket tes susulan, dan paket tes cadangan yang disusun dan dirakit dari kisi-kisi yang sama sehingga seluruh paket tes yang digunakan diharapkan tetap dalam koridor paralel VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

26 Analisis Butir Soal dan Kemampuan Bahasa Indonesia Siswa SMK Dalam Ujian Nasional Tahun 2011 secara sempurna. Dalam Ujian Nasional tahun 2011 paket tes yang digunakan dikelompokkan ke dalam tiga zone, yaitu cluster Barat, cluster Tengah, dan cluster Timur. Namun demikian sangat sulit membuat tes yang paralel secara sempurna. Tes yang paralel tidak menjamin tingkat kesulitan setiap paket tes akan sama dengan paket tes lainnya. Selalu ada perbedaan tingkat kesulitan, walaupun kecil sekali. Di lain pihak, hasil tes seharusnya memberikan informasi kemampuan peserta tesyang tidak diintervensi oleh perbedaan tingkat kesukaran paket tes. Dua orang siswa yang kemampuan matematikanya sama, maka nilai tes matematikanya harus setara terlepas dari paket tes mana yang dikerjakannya. Oleh karena itu, jika beberapa paket tes digunakan pada suatu penilaian, maka sangat penting dilakukan penyetaraan antar paket tes. Penyetaraan (equiting) antara paket tes dilakukan untuk meletakkan hasil tes berupa tingkat kesukaran dan skor siswa dalam satu skala yang sama. Dalam Ujian Nasional jenjang SMK tahun 2011 khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia perlu penyetaraan antara paket tes, sehingga kemampuan siswa yang mengerjakan paket tes yang berbeda dapat dibandingkan. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas terdapat beberapa masalah mengenai paket tes yang digunakan dalam Ujian Nasional (UN) SMK tahun 2011 yaitu: 1. Bagaimanakah penyebaran tingkat kesukaran butir soal mata pelajaran Bahasa Indonesia UN SMK tahun 2011? 2. Bagaimanakah penyebaran nilai mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa SMK dalam UNSMK tahun 2011? 3. Bagaimanakah perbandingan nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam UN SMK tahun 2011 antar provinsi? Tujuan Studi Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari studi ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi penyebaran tingkat kesukaran soal pada perangkat Ujian Nasional yang berbeda untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia UN SMK tahun Mengidentifikasi penyebaran nilai mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa SMK dalam UN tahun Membandingkan kemampuan Bahasa Indonesia siswa SMK dalam UN tahun 2011 antar provinsi. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

27 Fahmi Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan kepada semua pihak tentang tingkat karakteristik butir soal khususnya tingkat kesukaran dan keterbandingan kemampuan siswa antarprovinsi dan nasional serta dapat menjadi masukan bagi pengelola pendidikan untuk memperbaiki sistem dan mutu pendidikan. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMKyang mengikuti Ujian Nasional (UN)utama Tahun Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik stratified random sampling dan jumlah siswa yang menjadi sampel sebanyak siswa dari tiap paket Ujian Nasional. Provinsi yang menggunakan paket Ujian yang sama dikelompokkan dalam cluster yang sama. Cluster 1 sebanyak 15 provinsi, cluster 2 sebanyak 11 provinsi, dan cluster 3 sebanyak 4 provinsi. Penyetaraan skor menggunakan teori Rasch Model (satu parameter). Skema tes mengikuti pola Non Equavalent Anchor Test (NEAT). Disebut tidak ekuivalenkarenaada tiga kelompok siswa dari 3 paket tes yang digunakan, kelompok siswa pertama (cluster 1), kelompok siswa kedua (cluster 2), dan kelompok siswa ketiga (cluster 3)masingmasing kelompok mengerjakan paket tes berbeda dan diasumsikan ketiga kelompok siswa tersebut mempunyai kemampuan yang berbeda atau tidak sama. Untuk mengukur perbedaan kemampuan ketiga kelompok siswa tersebut digunakan soal anchor (soal linking) dan untuk menganalisis tingkat kesukaran soal dan kemampuan siswa menggunakan software BIGSTEPS dan Microsoft Excel. Pertama-tama dilakukan analisis butir soal paket 1 sebagai paket tes referensi, kemudian dilakukan proses equiting (penyeteraan) dengan menggunakan fixed item parameter calibration (kallibrasi dengan parameter butir soal anchor telah ditentukan) dengan paket 2 dan paket 3. KAJIAN LITERATUR Menurut Crocker dan Algina (1986), menyatakan bahwa dua skor hasil pengukuran yang menggunakan instrumen X dan instrumen Y dapat disetarakan skornya jika kedua instrumen mengukur kemampuan atau trait yang sama. Menurut Hambleton (1991) penyetaraan skor adalah membandingkan skor yang diperoleh dari perangkat tes yang satu (X) dan skor yang diperoleh dari perangkat tes lainnya (Y) yang dilakukan melalui proses penyetaraan skor pada kedua perangkat tes tersebut. Berdasarkan pengertian di atas, penyetaraan merupakan prosedur yang dilakukan secara sistematis berdasarkan data empiris untukmenyetarakan skor dari dua perangkat tes berbeda sehingga skor tersebut barada pada skala yang sama dan dapat dilakukan perbandingan secara langsung. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

28 Analisis Butir Soal dan Kemampuan Bahasa Indonesia Siswa SMK Dalam Ujian Nasional Tahun 2011 HASIL DAN PEMBAHASAN Paket tes dan jumlah soal mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Ujian Nasional SMK seperti pada tabel 1 berikut: Tabel 1.Mata Pelajaran, Paket Tes, Jumlah Soal UNBahasa Indonesia. No Kelompok Mata Pelajaran Kode Mata Uji Jumlah Soal Total Link 1 SMK-Tek B. Indonesia E SMK-Par B. Indonesia E SMK-Akun B. Indonesia E No. Soal Linking 1,5,20,2 2,24 1,5,20,2 2,24 1,5,20,2 2,24 Kode Paket Tes Utama Cluster 1 Cluster Cluster Dari tabel 1, seluruh siswa SMK dari bidang keahlian kelompok teknik, kelompok pariwisata, dan kelompok akuntansi mengikuti Ujian Nasional Bahasa Indonesia. Tiap kelompok keahlian dalam Ujian Nasional SMK menggunakan paket tes yang sama pada setiap cluster. Provinsi pada cluster 1 menggunakan paket 1, provinsi pada cluster 2 menggunakan paket 2, dan provinsi pada cluster 3 menggunakan paket 3. Jumlah soal Bahasa Indonesia dalam Ujian Nasional sebanyak 50 butir soal termasuk 5 soal linking (anchor item). Hasil analisis butir soal linking tersebut setelah diequiting dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Rata-rata Tingkat Kesukaran Soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMK Antar Cluster Mata Pelajaran Statistik Cluster Bahasa Indonesia Linking Mean -0,800-1,096-0,800 SD 0,588 0,490 0,470 Non Linking Mean 0,088 0,416 0,088 SD 1,066 1,055 1,038 Total Mean 0,000 0,295 0,000 SD 1,059 1,078 1,034 Soal linking mata pelajaran Bahasa Indonesia termudah adalah cluster 2 dan tersulit adalah cluster 1 dan 3. Standar deviasi tingkat kesukaran soal linking pada cluster 1 lebih besar dibandingkan dengan standar deviasi tingkat kesukaran soal linking pada cluster 2 dan cluster 3, hal ini menunjukkan penyebaran tingkat kesukaran soal linking pada cluster 1 lebih bervariasi dibandingkan dengan penyebaran soal linking pada cluster 2 dan cluster 3. Soal non linking mata pelajaran Bahasa Indonesia termudah adalah cluster 1 dan 3, sedangkan yang tersulit adalah cluster 2. Standar deviasi tingkat kesukaran soal non linking pada cluster 1 lebih besar dibandingkan dengan standar deviasi tingkat kesukaran soal non linking pada cluster 2 dan cluster 3, hal ini menunjukkan penyebaran tingkat kesukaran soal non linking pada cluster 1 lebih bervariasi dibandingkan dengan cluster 2 dan cluster 3. Total soal (50 soal) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yang termudah adalah Cluster 1 VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

29 Fahmi dan 3, sedangkan yang tersulit adalah cluster 2. Standar deviasi tingkat kesukaran di ketiga cluster relatif sama, hal ini menunjukkan penyebaran tingkat kesukaran diketiga cluster relatif sama. Penyebaran soal linking tiap mata pelajaran antar cluster disajikan dalam grafik berikut: Grafik 4.1 Perbandingan Tingkat Kesukaran soal linking Bahasa Indonesia Ujian Nasional SMK Antara Cluster 1 dan Cluster 2. 1,01) lebih mudah dibandingkan dengan soal linking pada cluster 1 (-0,56). Tingkat kesukaran soal linking nomor 20 pada cluster 1 (-1,53) lebih mudah dibandingkan dengan soal linking pada cluster 2 (-0,97). Tingkat kesukaran soal linking nomor 22 pada cluster 2 (-0,57) lebih mudah dibandingkan dengan soal linking pada cluster 2 (- 0,3). Tingkat kesukaran soal linking nomor 24 pada cluster 1 (-0,42) lebih sulit dibandingkan dengan soal linking pada cluster 2 (-0,70). Grafik 4.2 Perbandingan Tingkat Kesukaran Soal Linking Bahasa Indonesia Ujian Nasional SMK Antara Cluster 2 dan Cluster 3. Dari grafik 4.1 di atas, tingkat kesukaran soal linking Bahasa Indonesia termudah pada cluster 1 adalah butir soal nomor 20 (-1,75) dan butir soal tersulit adalah nomor 22 (-0,3). Tingkat kesukaran soal linking termudah pada cluster 2 adalah butir soal nomor 20 (-1.67) dan butir soal tersulit adalah nomor 22 (-0,57). Tingkat kesukaran soal linking nomor 1 pada cluster 2 (-1,53) lebih mudah dibandingkan dengan soal linking pada cluster 2 (-0,97). Tingkat kesukaran soal linking nomor 5 pada cluster 2 (- Dari grafik 4.2 di atas, tingkat kesukaran soal linking Bahasa Indonesia termudah pada cluster 2 adalah butir soal nomor 20 (-1,67) dan butir soal tersulit adalah nomor 22 (-0,57). Tingkat kesukaran soal linking termudah pada cluster 1 adalah butir VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

30 Analisis Butir Soal dan Kemampuan Bahasa Indonesia Siswa SMK Dalam Ujian Nasional Tahun 2011 soal nomor 20 (-1.27) dan butir soal tersulit adalah nomor 24 (-0,38). Tingkat kesukaran soal linking nomor 1 pada cluster 2 (-1,53) lebih sulit dibandingkan dengan soal linking pada cluster 3 (-1,34). Tingkat kesukaran soal linking nomor 5 pada cluster 2 (- 1,01) lebih mudah dibandingkan dengan soal linking padacluster 3 (-0,61). Tingkat kesukaran soal linking nomor 20 pada cluster 2 (-1,67) lebih mudah dibandingkan dengan soal linking pada cluster 3 (-1,27). Tingkat kesukaran soal linking nomor 22 pada cluster 2 (-0,57) lebih mudah dibandingkan dengan soal linking pada cluster 3 (- 0,40). Tingkat kesukaran soal linking nomor 24 pada cluster 2 (-0,70) lebih mudah dibandingkan dengan soal linking pada provinsi cluster 3 (-0,38). Grafik 4.3 Perbandingan Tingkat Kesukaran Soal Linking Bahasa Indonesia Ujian Nasional SMK Antara Cluster 1 dan Cluster 3. Dari grafik 4.3 di atas, tingkat kesukaran soal linking Bahasa Indonesia termudah pada cluster 1 adalah butir soal nomor 20 (-1,75) dan butir soal tersulit adalah nomor 22 (-0,3). Tingkat kesukaran soal linking termudah pada cluster 3 adalah butir soal nomor 20 (-1.27) dan butir soal tersulit adalah nomor 24 (-0,38). Tingkat kesukaran soal linking nomor 1 pada cluster 1 (-0,97) lebih sulit dibandingkan dengan tingkat kesukaran soal linking pada cluster 3 (- 1,34). Tingkat kesukaran soal linking nomor 5 pada cluster 1 (-0,56) lebih sulit dibandingkan dengansoal linking pada cluster 3 (-0,61). Tingkat kesukaran soal linking nomor 20 pada cluster 1 (- 1,75) lebih mudah dibandingkan dengan soal linking pada cluster 3 (-1,27). Tingkat kesukaran soal linking nomor 22 pada cluster 1 (-0,30) lebih sulit dibandingkan dengansoal linking pada provinsi cluster 3 (-0,40). Tingkat kesukaran soal linking nomor 24 pada cluster 1 (-0,42) lebih mudah dibandingkan dengan soal linking pada provinsi cluster 3 (-0,38). Tingkat Kesukaran Butir Soal Non Linking Tingkat kesukaran dan selisih tingkat kesukaran antar cluster dapat dilihat pada grafik dan tabel berikut. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

31 Fahmi Grafik 4.16 Tingkat Kesukaran Soal Non Linking Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMK Antar Cluster 1 dan Cluster 2. Grafik 4.17Tingkat Kesukaran Soal Non Linking Ujian Nasional Bahasa IndonesiaSMK Antar Cluster 2 dan Cluster 3. Dari grafik 4.16 di atas, tingkat kesukaran soal Bahasa Indonesia tersulit yang digunakan pada cluster 1 adalah butir soal nomor 41 (2,01) dan termudah adalah butir soal nomor 28 (-2,19). Tingkat kesukaran soal Bahasa Indonesia yang digunakan padacluster 2 tersulit adalah butir soal nomor 49 (2,70) dan termudah adalah butir soal nomor 28 (-1,55). Butir soal pada cluster 1 lebih sulit dari cluster 2, yaitu butir soal nomor 3, 4, 10, 11, 12, 16, 18, 19, 21, 26, 27, 29, 32, 34, 35, 37, 38, 40, 42, 45, 48, dan 50. Butir soal pada provinsi cluster 1 lebih mudah dari cluster 2, yaitu butir soal nomor 2, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 17, 23, 25, 28, 30, 31, 33, 36, 39, 41, 43, 44, 46, 47, dan 49. Dari grafik 4.17 di atas, tingkat kesukaran soal Bahasa Indonesia tersulit yang digunakan pada cluster 2 adalah butir soal nomor 49 (2,70) dan termudah adalah butir soal nomor 28 (-1,55). Tingkat kesukaran soal Bahasa Indonesia yang digunakan padacluster 3 tersulit adalah butir soal nomor 35 (2,60) dan termudah adalah butir soal nomor 23 (-1,85). Butir soal pada cluster 2 lebih sulit dari cluster 3 adalah butir soal nomor 2, 4, 6, 7, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 23, 30, 32, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, dan 49. Butir soal pada cluster 2 lebih mudah dari cluster 3 adalah butir soal nomor 3, 8, 9, 10, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 33, 34, 35, dan 50. Selisih tingkat kesukaran butir soal pada cluster 1 dan cluster 3 seperti ditunjukkan pada tabel 4.3. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

32 Analisis Butir Soal dan Kemampuan Bahasa Indonesia Siswa SMK Dalam Ujian Nasional Tahun 2011 Grafik 4.18Tingkat Kesukaran Soal Non Linking Ujian Nasional Bahasa IndonesiaSMK Antar Cluster 1 dan Cluster 3. Nilai rata-rata Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMK setelah diequiting dengan cluster 1 sebagai referensi dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Nilai rata-rata Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMK. NO. PROVINSI NILAI RATA-RATA 1 DKI JAKARTA 7,36 2 JAWA BARAT 7,60 3 JAWA TENGAH 7,75 4 DI YOGYAKARTA 7,68 5 JAWA TIMUR 7,75 6 ACEH 6,80 Dari grafik 4.18 di atas, tingkat kesukaran soal Bahasa Indonesia tersulit yang digunakan pada cluster 1 adalah butir soal nomor 41 (2,01) dan termudah adalah butir soal nomor 28 (-2,19). Tingkat kesukaran soal Bahasa Indonesia yang digunakan padacluster 3 tersulit adalah butir soal nomor 35 (2,60) dan termudah adalah butir soal nomor 23 (-1,85). Butir soal pada cluster 1 lebih sulit dari cluster 3, yaitu butir soal nomor 4, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 23, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, dan 48. Butir soal padacluster 1 lebih mudah dari cluster 3,yaitu butir soal nomor 2, 3, 8, 9, 13, 14, 15, 17, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 43, 47, 49, dan 50. Selisih tingkat kesukaran butir soal pada cluster 1 dan cluster 3 seperti ditunjukkan pada tabel SUMATERA UTARA 7,77 8 SUMATERA BARAT 7,06 9 RIAU 7,24 10 JAMBI SUMATERA SELATAN LAMPUNG 7,34 13 KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH 7,01 15 KALIMANTAN SELATAN 6,90 16 KALIMANTAN TIMUR 7,00 17 SULAWESI UTARA 7,23 18 SULAWESI TENGAH 6,36 19 SULAWESI SELATAN 7,23 20 SULAWESI TENGGARA 6,65 21 MALUKU 7,18 22 BALI 7,39 VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

33 Fahmi 23 NUSA TENGGARA BARAT 6,57 24 NUSA TENGGARA TIMUR 6,56 25 PAPUA 7,09 26 BENGKULU 7,17 27 MALUKU UTARA 7,08 28 BANGKA BELITUNG 6,99 29 GORONTALO 6,88 30 BANTEN 7,45 31 KEPULAUAN RIAU 7,16 32 SULAWESI BARAT 6,62 33 PAPUA BARAT 7,02 NASIONAL 7,49 Dari Tabel 4.2 di atas, nilai rata-rata Ujian Nasional Bahasa Indonesia tertinggi adalah Provinsi Sumatera Utara (7,77) dan nilai terendah adalah Provinsi Sulawesi Tengah (6,36). Nilai rata-rata Ujian Nasional Bahasa Indonesia di bawah nilai rata-rata nasional terdapat di Provinsi DKI Jakarta, Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, Bengkulu, Maluku Utara, Bangka Belitung, Gorontalo, Banten, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, dan Provinsi Papua Barat. Nilai rata-rata Ujian Nasional Bahasa Indonesia di atas rata-rata nasional terdapat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Di Yagyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. SIMPULAN Secara umum tingkat kesukaran soal Bahasa Indonesia SMK dalam Ujian Nasional 2011 adalah sedang kecuali paket soal yang digunakan pada cluster 2. Tingkat kesukaran soal linking diketiga cluster adalah sedang, penyebaran tingkat kesukaran soal antar cluster seperti pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Tingkat Kesukaran Soal Linking Antar Cluster. No. Soal Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Ratarata 1-0,97-1,53-1,34-1,28 5-0,56-1,01-0,61-0, ,75-1,67-1,27-1, ,3-0,57-0,04-0, ,42-0,7-0,38-0,50 Soal linking Bahasa Indonesiatersulit adalah nomor 22 (-0,30) dan termudah adalah butir soal nomor 20 (-1,56). Paket soal Ujian Nasional diketiga cluster adalah sedang, paket soal yang paling mudah adalah paket soal yang digunakan pada cluster 1 (0,00) dan cluster 3 (0,00) dan paket soal termudah adalah pada cluster 2 (0,295). Nilai rata-rata Nasional Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMK adalah 7,49. Nilai rata-rata tertinggi adalah Provinsi Sumatera Utara (7,77) dan nilai rata-rata terendah adalah Provinsi Sulawesi Tengah (6,36). VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

34 Analisis Butir Soal dan Kemampuan Bahasa Indonesia Siswa SMK Dalam Ujian Nasional Tahun 2011 SARAN Dari hasil simpulan di atas diperlukan saran-saran sebagai berikut: 1) Paket soal yang digunakan dalam Ujian Nasional sedapat mungkin dibuat/disusun separalel mungkin, sehingga tingkat kesukaran paket soal antar provinsi relatif sama, 2) Provinsi dengan nilai Ujian Nasional di bawah ratarata nasional atau masih rendah perlu melakukan pembinaan kepada sekolah-sekolah agar nilai Ujian Nasional tahun depan dapat ditingkatkan. DAFTAR PUSTAKA Crosker, Linda dan James Algina. Introduction To Classical & Modern Test Theory. New York: Holt, Rinehart and Wiston. Inc Saifudin Azwar, 1987.Test Prestasi, Liberty, Yogyakarta. Hambleton, R. K., Swaminathan, H., & Rogers, H. J. (1991). Fundamentals of item response theory. Newbury Park, CA: Sage. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

35 Studi Internasional Keterbacaan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) 2010 ABSTRACT The aim of the study is doing PIRLS 2011 s test instrument and questioner trial. The result of PIRLS study is used for measuring fourth grade students reading literacy which will be compared with the result of other PIRLS 2011 s participant countries. The study uses systematic random sampling. There are 26 sample schools cosist of 34 classes with 1001 students as the respondents of this study. The sample schools are spread out in 15 provinces in Indonesia. Randomly sampling intact class technique is used for determining sample class. The result of the analysis shows that the proportional correct s average of reading literature is 0,03 (scale -5 till +5), meanwhile the proportional correct s average of reading informative text is 0,37 (scale -5 till +5). The proportional correct s average of multiple choice test is 0,54 (the lowest is -3,85 and the higest is 2,72), meanwhile the proportional correct s average of essay test is 0,63 (the lowest is 0,63 (the lowest is -3,20 and the highest is 3,00). Keywords: reading literacy, proportional correct, literacy Benny Widaryanto & Erika Afiani Perekayasa di Pusat Penilaian Pendidikan ryanbenk@gmail.com ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk melakukan ujicoba keterbacaan instrumen tes dan kuesioner PIRLS Hasil studi utama PIRLS digunakan untuk mengukur kemampuan membaca siswa kelas empat jenjang sekolah dasar yang akan dibandingkan dengan negara lain peserta PIRLS Teknik sampling yang digunakan adalah systematic random sampling. Jumlah sekolah sampel adalah 26 sekolah dengan total kelas sampel 34 kelas yang terdiri dari 1001 responden siswa yang menyebar di 15 propinsi di Indonesia. Untuk teknik penentuan sampel kelas digunakan teknik randomly sampling intact classes. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kesukaran tes membaca cerita sastra sebesar 0.03 (skala -5 s.d +5), sedangkan rata-rata tingkat kesukaran tes membaca teks informasi sebesar 0.37 (skala -5 s.d +5). Dilihat dari bentuk soal, rata-rata tingkat kesukaran soal bentuk pilihan ganda sebesar 0.54 (paling rendah -3.85;paling tinggi 2.72), sedangkan rata-rata tingkat kesukaran soal bentuk isian sebesar 0.63 (paling rendah -3.20; paling tinggi 3.00). Kata kunci: kemampuan membaca, tingkat kesukaran, dan literasi. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

36 Studi Internasional KeterbacaanProgress in International Reading Literacy Study (PIRLS) PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden nomor 47 tahun 1979 dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 022F/10/1980 membentuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian, dibawah naungan Balitbang Kementerian Pendidikan. Secara umum misi Puspendik adalah mengembangkan dan menyelenggarakan sistem penilaian pendidikan dalam rangka pengawasan dan pengendalian mutu pendidikan yang diwujudkan dalam salah satu aktivitasnya memantau mutu pendidikan melalui survei nasional dan internasional. Mutu pendidikan bisa dinilai salah satunya dari kebiasaan masyarakat gemar membaca. Membaca adalah kegiatan awal setiap anak untuk mempelajari sesuatu. Dimulai sejak usia dini setiap anak diwajibkan untuk belajar membaca.proses belajar yang efektif untuk seluruh bidang studi antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca menambah pengetahuan dan wawasan yang dapat meningkatkan kecerdasan yang mampu memberi solusi tantangan hidup dimasa kini maupun masa mendatang. Sejak tahun 2005 Puspendik bekerjasama dengan IEA (The international Association for The Evaluation of Educational Achievement) membantu Pemerintah dalam meningkatkan proses pembelajaran membaca dengan mengembangkan studi penilaian kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar Kelas 4. IEA adalah lembaga internasional yang menyelenggarakan studi-studi komperatif berfokus pada kebijakan dan implementasi pendidikan, yang memiliki kantor sekretriat di Amsterdam, Netherland dan Pusat Pengolahan Data di Hamburg, Jerman. Studi ini dikenal dengan sebutan PIRLS (The Progress In International Reading and Literacy Study). PIRLS memberikan kesempatan setiap negara peserta untuk membandingkan data secara internasional tentang perkembangan membaca anak usia dini sampai tahun ke empat di jenjang sekolah dasar. Selain itu setiap negara memperoleh informasi perihal dukungan lingkungan rumah dan sekolah dalam proses pembelajaran membaca. Pada tahun 2011 untuk kedua kalinya Indonesia berpartisipasi dalam studi ini, PIRLS 2011 setelah PIRLS 2006.Sebelum melakukan studi PIRLS 2011, seperti negara peserta lainnya, Indonesia di bawah pengelolaan Puspendik Balitbang Depdikbud melakukan Field Trial atau ujicoba PIRLS Dalam melakukan ujicoba ini, setiap negara peserta harus mengikuti prosedur baku yang telah ditetapkan oleh IEA, antara lain: pelaksanaan survey, penggunaan instrumen tes dan Kuesioner yang sama, penentuan sampel, pengelolaan data, dan quality control. Pengembangan instrumen tes dan kuesioner dilaksanakan oleh International Study Internasional Center, School of Education College yang berpusat di Boston, USA; penentuan sampel ditetapkan oleh Statistics Canada di Ottawa Canada, dan pengolahan data dilakukan oleh Data Processing and Research Center di Hamburg, Jerman. Berikut ini adalah daftar negara-negara peserta PIRLS VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

37 Benny Widaryanto & Erika Afiani Tabel 1. Daftar Negara Peserta PIRLS 2011 No Negara No Negara 1 Australia 27 Kuwait 2 Austria 28 Libya 3 Azerbaijan 29 Lithuania 4 Belgium, French 30 Malta 5 Botswana 31 Mongolia 6 Bulgaria 32 Morocco 7 Canada 33 Netherlands 8 Chinese Taipei 34 New Zealand 9 Colombia 35 Northern Ireland 10 Croatia 36 Norway 11 Czech Republic 37 Oman 12 Denmark 38 Poland 13 England 39 Portugal 14 Finland 40 Qatar 15 France 41 Romania 16 Georgia 42 Russian Federation 17 Germany 43 Saudi Arabia 18 Guatemala 44 Singapore 19 Honduras 45 Slovak Republic 20 Hong Kong SAR 46 Slovenia 21 Hungary 47 South Africa 22 Indonesia 48 Spain 23 Iran, Islamic Rep. Of 49 Sweden 24 Ireland 50 Trinidad and Tobago 25 Israel 51 United Arab Emirates 26 Italy 52 United States Tujuan Ujicoba Ujicoba ini bertujuan untuk : 1. Membantu IEA dalam penyusunan instrumen tes untuk studi utama PIRLS Melakukan uji keterbacaan instrumen tes dan Kuesioner PIRLS 2011 di negara peserta 3. Melakukan adaptasi prosedur teknis pelaksanaan studi yang ditetapkan IEA di negara peserta METODE UJICOBA Indonesia memilih siswa Sekolah Dasar Kelas 4 menjadi sampel studi karena anak-anak pada tahun ke empat masa sekolah dasar merupakan masa transisi perkembangan membaca anak, pada masa ini anak-anak sudah belajar membaca dan memulai dengan membaca untuk belajar. Informasi dasar yang akan diperoleh dari study PIRLS adalah tidak hanya informasi yang berkaitan dengan prestasi kemampuan membaca melalui tes membaca secara tertulis, melainkan juga informasi yang berkaitan dengan proses perkembangan pembelajaran membaca melalui beberapa faktor seperti; kebiasaan siswa, lingkungan rumah, dan lingkungan sekolah melalui Kuesioner yang diberikan kepada siswa, orangtua, guru, dan sekolah. Untuk menjaring informasi tersebut dibutuhkan pengakuan siswa, guru membaca atau guru kelas, orangtua, dan kepala sekolah menjadi responden dalam studi ini. Sampel sekolah telah ditetapkan oleh IEA, Puspendik bertugas memberikan data seluruh VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

38 Studi Internasional KeterbacaanProgress in International Reading Literacy Study (PIRLS) Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah baik negeri maupun swasta di seluruh indonesia yang diperoleh dari data UASBN 2008/2009, kecuali sekolah dasar di Propinsi Papua dan seluruh SLB tidak termasuk dalam populasi studi ini. Hal ini disebabkan lemahnya kondisi teknis pelaksanaan studi untuk sekolah kategori tersebut. Secara umum kegiatan tersebut meliputi: 1. Penyusunan Instrumen Tes 2. Pengumpulan Biodata Siswa 3. Proses Sampling dan Penyusunan Formulir Identifikasi Siswa serta guru 4. Pengumpulan Data Tes 5. Penskoran Hasil Tes 6. Entri Data 7. Verifikasi dan Analisis 8. Data Penyusunan Laporan Ujicoba dilakukan pada bulan april Jumlah sekolah sampel adalah 26 sekolah dengan total kelas sampel 34 kelas yang terdiri dari 1001 responden siswa yang menyebar di 15 propinsi. Untuk memperoleh 26 sekolah tersebut, IEA melakukan teknik sampling dengan pendekatan systematic random sampling untuk data survei ujicoba dan kemudian menentukan setidaknya satu kelas untuk setiap sekolah sampel, sering disebut dengan istilah sampling kelas utuh secara random (randomly sampling intact classes). Tabel 1. Daftar sekolah sampel ujicoba PIRLS No ID Sek Nama Sekolah Provinsi SD NEGERI 10 SIMEULUE TENGAH Aceh SD 1 PUJUNGAN Bali SDN 04 TAPUS Bengkulu SD NO. 164/III TANJUNG GENTING Jambi SD NEGERI PAKUWON SD NEGERIKARSANAGARA Jawa Barat SD NEGERI SUKAMULYA SD NEGERI PASIRTANJUNG III SDN 1 BEJI SDN 02 BOTOSARI SD 2 SOJOMERTO Jawa Tengah SD KUSUMA BHAKTI MI MUHAMMADIYAH SUMBER MENDEN MI SIROJUL MUTA'ALIMIN SDN KROPOH SDN MINDI I Jawa Timur SDN WARUNGDOWO I SD ISLAM SD NEGERI 014 KUARO Kalimantan Timur SD NEGERI 3 HALONG Maluku SD NEGERI 1 TOTODOKU Maluku Utara SD NEGERI 001 KABUN Riau SDN INPRES 3/77 PATTIMPA Sulawesi Selatan SDN 1 WASILOMATA II Sulawesi Tenggara SDN 4 SURULANGUN Sumatera Selatan SDN SAMBI REJO TIMUR Sumatera Utara VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

39 Benny Widaryanto & Erika Afiani Dalam kerangka kerja PIRLS 2011, survei kemampuan membaca ini dirancang untuk mengetahui kemampuan anak Sekolah Dasar dalam memahami bermacam ragam bacaan dengan cara melibatkan anak-anak dalam proses membaca. Penilaian difokuskan pada tiga aspek dalam belajar membaca siswa, yaitu: a) tujuan membaca, b) proses pemahaman, dan c) kebiasaan dan perilaku membaca Setiap orang yang gemar membaca dikarenakan adanya suatu ketertarikan terhadap sesuatu, ingin mendapatkan kesenangan, membutuhkan informasi di kalangan sosial, atau membaca untuk mempelajari sesuatu. PIRLS membagi aspek tujuan membaca menjadi dua hal, yaitu; 1) Membaca cerita atau karya sastra, 2) Membaca untuk memperoleh dan menggunakan informasi. Tujuan membaca menjadi panduan dalam memilih bahan bacaan yang ada dalam masing-masing soal. Masing-masing bacaan yang terpilih memiliki karakteristik yang berbeda yang digunakan sesuai dengan salah satu dari kedua tujuan membaca di atas. Persentase masingmasing aspek tujuan, dan proses pemahaman bahan bacaan, yang diberikan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Persentase Pembagian Aspek Membaca dalam Buku Tes TUJUAN MEMBACA Membaca cerita/karya sastra 50% Membaca untuk memperoleh dan menggunakan informasi PROSES PEMAHAMAN 50% Mencari informasi yang dinyatakan secara eksplisit 20% Menarik kesimpulan secara langsung 30% Menginterpretasikan dan mengiintegrasikan gagasan dan informasi Menilai dan menelaah isi bacaan, penggunaan bahasa, dan unsur-unsur teks 30% 20% Ujicoba dilakukan dengan memberikan tes pada siswa dibagi menjadi dua bagian, sesuai dengan buku tes yang terdiri dari dua bagian. Kedua bagian tes tersebut harus dikerjakan oleh siswa pada hari yang sama dengan jeda waktu istirahat diantaranya.masing-masing bacaan diberi waktu 40 menit dan waktu istirahat tidak lebih dari 20 menit. Berdasarkan temuan PIRLS Reading Development Group, asesmen yang valid untuk menguji kemampuan membaca dengan kedua aspek membaca adalah setidaknya enam jam menempuh asesmen. Dikarenakan faktor manajerial asesmen dan kesanggupan siswa menempuh waktu yang cukup lama, akhirnya diputuskan waktu asesmen adalah 80 menit untuk masing-masing siswa dengan waktu pengisian kuesioner menit. Untuk merangkum enam jam menjadi 80 menit, PIRLS melakukan teknik matrix sampling, dengan cara membagi bacaan ke VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

40 Studi Internasional KeterbacaanProgress in International Reading Literacy Study (PIRLS) dalam beberapa blok. Dalam PIRLS 2011, sama dengan PIRLS 2006, lebih dari lebih dari enam jam waktu tes dibagi menjadi 40 menit untuk setiap bacaan, sehingga didapat 10 blok bacaan. Untuk ujicoba digunakan hanya delapan blok. Tipe pertanyaan yang diberikan pada bacaan PIRLS adalah pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice) dan uraian (constructed response). PIRLS menggunakan kedua tipe soal dengan tujuan untuk menjaring informasi pemahaman dan kesulitan siswa, tidak hanya memberikan perangkat penilaian yang mudah dengan pilihan ganda tetapi menggunakan tipe soal uraian supaya dapat melihat hasil pemikiran siswa. Setiap pertanyaan pilihan ganda bernilai satu, sedangkan untuk pertanyaan uraian bernilai satu, dua, atau tiga tergantung dengan seberapa jauh pemahaman bacaan yang dibutuhkan.di bawah ini framework bacaan yang diteskan pada ujicoba PIRLS Tabel 4. Tabel Matrik Bacaan Buku Tes Ujicoba PIRLS 2011 Judul Bacaan Soal Pilihan Ganda Soal Uraian Jumlah Soal Buku Tes Blok Sang Pemburu L1 Misteri Gigi Raksasa Wawancara dengan Seorang Ilmuwan Kisah Pot yang Kosong I I L2 Monster Laut L3 Dimana Ada Madu Mengendarai Angin Kue Untuk Musuh I I L4 Tabel 3. Tabel Desain Buku Tes Ujicoba PIRLS 2011 Tujuan Membaca BLOK Membaca cerita/karya sastra (Literasi) L1 L2 L3 L4 Membaca untuk memperoleh dan menggunakan informasi (Informasi) I1 I2 I3 I4 VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

41 Benny Widaryanto & Erika Afiani HASIL UJICOBA DAN PEMBAHASAN Bacaan Ujicoba PIRLS Berdasarkan hasil analisis data ujicoba PIRLS, diperoleh informasi sebagai berikut: 1. Ketepatan jawaban siswa dalam membaca teks dan tingkat kesukaran soal. a. Rata-rata ketepatan jawaban siswa berkaitan dengan tes membaca, hanya 34.12%siswa yang menjawab secara tepat. Rata-rata angka ketepatan jawaban yang paling rendah adalah 3.4%, sedangkan rata-rata angka ketepatan jawaban yang paling tinggi adalah 94.1%. Rata-rata angka ketepatan jawaban siswa untuk soal pilihan ganda lebih tinggi daripada soal isian. b. Dilihat dari tingkat kesukaran soal, ratarata tingkat kesukaran tes membaca sebesar 0.01 Tingkat kesukaran soal yang paling rendah adalah sebesar-3.85,(soal mudah) sedangkan yang paling tinggiadalah sebesar 3.00 (soal sukar). Rata-rata tingkat kesukaran bentuk soal pilihan ganda lebih rendah daripada bentuk soal isian. c. Rata-rata ketepatan jawaban siswapada membaca cerita/karya sastra (literacyexperience) hanya sebesar 38.32%. Rata-rata angka ketepatan jawaban yang paling rendah adalah 3.4%, sedangkan rata-rata angka ketepatan jawaban yang paling tinggi adalah 94.1%. Rata-rata angka ketepatan jawaban untuk soal pilihan ganda lebih tinggi daripada soal isian. d. Rata-rata tingkat kesukaran tes membaca cerita/karya sastra (literacyexperience)sebesar 0.03 (skala -5 s.d. +5).Tingkat kesukaran soal yang paling rendah adalah sebesar -3.85, sedangkan yang paling tinggiadalah sebesar Rata-rata tingkat kesukaran bentuk soal pilihan ganda lebih rendah daripada bentuk soal isian. e. Rata-rata ketepatan jawaban siswa pada membaca teks yang berjenis memperoleh dan menggunakan informasi (acquire, use info) hanya sebesar 29.53%. Rata-rata angka ketepatan jawaban yang paling rendah adalah 4.10%, sedangkan rata-rata angka ketepatan jawaban yang paling tinggi adalah 88.00%. Rata-rata angka ketepatan jawaban untuk soal pilihan ganda lebih tinggi daripada soal isian. f. Rata-rata tingkat kesukaran tes membaca teks yang berjenis memperoleh dan menggunakan informasi (acquire, use info)sebesar 0.37 (skala -5 s.d. +5).Tingkat kesukaran soal yang paling rendah adalah sebesar -3.20, sedangkan yang paling tinggiadalah sebesar Jika dilihat dari bentuk soal, maka rata-rata tingkat kesukaran bentuk soal pilihan ganda lebih rendah daripada bentuk soal isian 2. Kemampuan siswa dalam proses pemahaman teks a. Rata-rata ketepatan jawaban siswa dalam proses pemahaman teks yang berkaitan VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

42 Studi Internasional KeterbacaanProgress in International Reading Literacy Study (PIRLS) dengan mengambil informasi secara eksplisit merupakan rata-ratayang paling tinggi, sedangkan proses pemahaman teks yang berkaitan dengan menginterpretasikan dan mengintegrasikan gagasan dan informasi merupakan rata-rata yang paling rendah. b. Kemampuan siswa dalam memahami teks yang berjenis literacy experience (berpengalaman sastra) yang berkaitan dengan mengambil informasi secara eksplisit merupakan rata-rata yang paling tinggi yaitu 55.45%, sedangkanyang paling rendah adalah pemahaman teks yang berkaitan dengan menginterpretasikan dan mengintegrasikan gagasan dan informasi, yaitu sebesar 27.31%. c. Kemampuan siswa dalam memahami teks yang berjenis Acquire, Use Info (memperoleh dan menggunakan informasi) yang berkaitan dengan mengambil informasi secara eksplisit merupakan rata-rata yang paling tinggi yaitu 50.21%, sedangkanyang paling rendah adalah pemahaman teks yang berkaitan dengan menginterpretasikan dan mengintegrasikan gagasan dan informasi, yaitu sebesar 17.88%. d. Jika dibandingkan antar-pemahaman teks berjenis berpengalaman bersastra, dalam mengambil informasi secara eksplisit, maka besar rata-rata pemahaman siswa terhadap teks adalah Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks HUNTER paling tinggi yaitu sebesar 64.86, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks PIE, yaitu sebesar e. Dalam pemahaman teks yang membuat kesimpulan secara langsung, maka besar rata-rata pemahaman siswa terhadap teks adalah Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks MONSTER paling tinggi yaitu sebesar 48.56, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks PIE, yaitu sebesar f. Dalam pemahaman teks yang menginterpretasikan dan mengintegrasikan gagasan dan informasi, maka besar rata-rata pemahaman siswa terhadap teks adalah Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks HUNTER paling tinggi yaitu sebesar 35.10, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks PIE, yaitu sebesar g. Dalam pemahaman teks yang mengevaluasi isi, bahasa, dan unsur teks, besar rata-rata pemahaman siswa terhadap teks adalah Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks POT paling tinggi yaitu sebesar 50.00, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks MONSTER, yaitu sebesar h. Jika dibandingkan antar-pemahaman teks berjenis Acquire, Use Info, dalam mengambil informasi secara eksplisit, maka besar rata-rata pemahaman siswa VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

43 Benny Widaryanto & Erika Afiani terhadap teks adalah Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks INTERVIEW paling tinggi yaitu sebesar 55.07, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks WIND, yaitu sebesar i. Dalam pemahaman teks berjenis Acquire, Use Info yang membuat kesimpulan secara langsung, besar rata-rata pemahaman siswa terhadap teks adalah Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks WIND paling tinggi yaitu sebesar 42.33, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks GIGI, yaitu sebesar j. Dalam pemahaman teks berjenis Acquire, Use Info yang menginterpretasikan dan mengintegrasikan gagasan dan informasi, maka besar rata-rata pemahaman siswa terhadap teks adalah Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks WIND paling tinggi yaitu sebesar 23.93, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks HONEY, yaitu sebesar k. Dalam pemahaman teks berjenis Acquire, Use Info yang mengevaluasi isi, bahasa, dan unsur teks, maka besar rata-rata pemahaman siswa terhadap teks adalah Rata-rata pemahaman siswa terhadap teks WINDpaling tinggi yaitu sebesar 28.95, sedangkan yang paling rendah adalah rata-rata pemahaman siswa terhadap teks HONEY, yaitu sebesar Tingkat kesukaran soal ditinjau dari bentuk soal. a. Dilihat dari bentuk soal, rata-rata TK soal bentuk pilihan ganda lebih mudah daripada soal TK bentuk isian. Rata-rata TK soal bentuk pilihan ganda sebesar (paling rendah -3.85; paling tinggi 2.72), sedangkan rata-rata TK soal bentuk isian sebesar 0.63 (paling rendah-3.20; paling tinggi 3.00). b. Dilihat dari perbandingan jenis teks, ratarata TK soal berpengalaman bersastra lebih mudah daripada soal TKmemperoleh dan menggunakan informasi. Rata-rata TK berpengalaman bersastra sebesar (paling rendah-3.85; paling tinggi 3.00), sedangkan rata-rata TK soal memperoleh dan menggunakan informasi sebesar 0.37 (paling rendah-3.20; paling tinggi 2.72). c. Soal-soal tersebut adalah soal pilihan ganda nomor P31I02M yang menunjukkan angka discrimination -0.05, dan soal pilihan ganda nomor P31I14M yang menunjukkan angka discrimination 0.13 pada bacaan Interview. d. Pada bacaan Riding The Wind terdapat satu soal yaitu soal nomor P31R12M yang memperlihatkan angka discrimination sebesar Demikian pula, pada bacaan Enemy Pie, ada satu soal yang angka discrimination hanya sebesar 0.02 yaitu soal nomor P31P04M. Selanjutnya pada VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

44 Studi Internasional KeterbacaanProgress in International Reading Literacy Study (PIRLS) bacaan Honey, terdapat 3 soal yang angka discriminationnya rendah yaitu soal nomor P31W05M sebesar 0.13, soal nomor P31W12M sebesar 0.14, dan soal nomor P31W14M sebesar Kuesioner Ujicoba PIRLS Berdasarkan hasil analisis data ujicoba PIRLS 2011, diperoleh informasi bahwa: a. Dalam angket siswa, nomor item yang perlu dievaluasi adalah jenis kepemilikan. Untuk kepemilikian TV, DVD/VCD, apakah kepemilikan ketiga benda tersebut ataukah cukup diwakili salah satu. Kemudian kepemilikan alat transportasi yang mengukur tingkat SES seseorang. Usul yang perlu dipertimbangkan untuk Negara Indonesia adalah kepemilikan ternak. Detil kecil seperti pada hari sekolah, di luar jam sekolah, hendaknya ditonjolkan jika penjelasan tersebut penting, dengan cara memberi garis bawah atau huruf miring, sehingga siswa tidak mengabaikannya ketika merespon pertanyaan.apakah responden mengerti bedanya buku cerita dan dongeng merupakan pertanyaan dari penulis. b. Dalam angket orangtua, nomor item 1 yang membuat kerancuan data, nomor 2-6 orangtua diminta mengingat kejadian 4 sampai 5 tahun yang lalu. Nomor 7 tentang penguasaan menghitung sampai dengan 100 atau lebih sepertinya tidak terlalu penting ditanyakan karena materi itu akan diajarkan ketika mereka masuk sekolah. Nomor 18 pilihan jawaban tidak relevan dan lain-lain sepertinya tidak perlu ditawarkan karena tidak akan memberikan informasi apapun. c. Dalam angket guru, nomor 5A dan 5B hendaknya direvisi bentuk pertanyaan agar tidak memperoleh informasi ganda. Nomor 16 (Tentang Pengajaran di Kelas PIRLS) dan pilihan jawaban soal nomor 3 (Mengajarkan membaca pada kelas PIRLS) hendaknya dikaji ulang. d. Dalam angket Sekolah, tidak ditemukan adanya item yang mencurigakan. e. Selain itu untuk keempat angket mohon dipertimbangkan dan diperhatikan tentangpilihan jawaban yang menyatakan persetujuan. Karena sangat setuju, agak setuju, agak tidak setuju, dan sangat tidak setuju, gradasi tingkat persetujuannya belum tentu dimengerti oleh responden. Demikian juga dengan sangat baik, cukup baik, tidak terlalu baik, dan tidak baik sama sekali. Selain itu penyusun angket harus mempertimbangkan tingkat kemampuan membaca responden. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

45 Benny Widaryanto & Erika Afiani SIMPULAN DAN SARAN Ujicoba PIRLS 2011 telah dilaksanakan dan diorganisir dengan baik oleh Puspendik sesuai prosedur yang telah ditentukan oleh IEA. Data hasil ujicoba PIRLS 2011 menunjukkan bahwa siswasiswi Indonesia merasa kesulitan untuk memahami soal-soal tes membaca yang panjang bacaannya beberapa halaman. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembiasan memberi tes membaca yang bacaannya panjang-panjang di sekolah. Selain itu, siswa-siswi Indonesia juga merasa kesulitan untuk soal-soal tes membaca yang berjenis berpengalaman bersastra, terutama yang isi bacaannya TERSIRAT, bukan TERSURAT. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembiasan memberi tes membaca yang pertanyaannya tentang hal yang tersirat. Data hasil analisis ujicoba PIRLS juga menunjukkan bahwa soal bentuk isian dirasa sulit bagi siswa-siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan pembiasaan tes membaca dengan bentuk isian/uraian. Dalam angket siswa, nomor item yang perlu dievaluasi adalah jenis kepemilikan barang di rumah. Untuk kepemilikian TV, DVD/VCD, apakah kepemilikan ketiga benda tersebut ataukah cukup diwakili salah satu. Kemudian kepemilikan alat transportasi yang mengukur tingkat SES seseorang. Usul yang perlu dipertimbangkan untuk Negara Indonesia adalah kepemilikan ternak. Detil kecil seperti pada hari sekolah, di luar jam sekolah, hendaknya ditonjolkan jika penjelasan tersebut penting, dengan cara memberi garis bawah atau huruf miring, sehingga siswa tidak mengabaikannya ketika merespon pertanyaan. Dalam angket orangtua, untuk pertanyaan, seperti pertanyaan tentang orangtua diminta mengingat kejadian 4 sampai 5 tahun yang lalu, membuat kerancuan data. Pertanyaan tentang penguasaan menghitung sampai dengan 100 atau lebih sepertinya tidak terlalu penting ditanyakan karena materi itu akan diajarkan ketika mereka masuk sekolah. Dalam angket guru, ada pertanyaan yang mengulang, hendaknya direvisi bentuk pertanyaan agar tidak memperoleh informasi ganda. Pertanyaan tentang Pengajaran di Kelas PIRLS dan tentangcara mengajarkan membaca pada kelas PIRLS hendaknya dikaji ulang. Dalam angket Sekolah, tidak ditemukan adanya item yang mencurigakan. Selain itu untuk keempat angket perlu dipertimbangkan dan diperhatikan tentangpilihan jawaban yang menyatakan persetujuan. Karena sangat setuju, agak setuju, agak tidak setuju, dan sangat tidak setuju, gradasi tingkat persetujuannya belum tentu dimengerti oleh responden. Demikian juga dengan sangat baik, cukup baik, tidak terlalu baik, dan tidak baik sama sekali. Selain itu penyusun angket harus mempertimbangkan tingkat kemampuan membaca responden. Dengan hasil analisis nasional ini, semoga dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam melakukan terjemahan dan adaptasi instrumen main survey PIRLS VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

46 Studi Internasional KeterbacaanProgress in International Reading Literacy Study (PIRLS) DAFTAR PUSTAKA Ina V. S Mullis, Michael O. Martin, Ann M. Kennedy dan Pierre Foy, PIRLS 2006 International Report (2007) Michael O Martin, Ina V.S. Mullis, Ann M. Kennedy, PIRLS 2006 Technical Report (2007) Ina V.S Mullis, Michael O, Martha, Ann M. Kennedy, Kathleen L. Trong, dan Marian Sainsbury, PIRLS 2011 Assesment Framework. (2009). VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

47 KEMAMPUAN SISWA SMP DAN MTs DALAM MEMPERBAIKI KALIMAT TIDAK EFEKTIF DALAM PARAGRAF BERDASARKAN HASIL UN 2010/2011 Safari Peneliti Utama di Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemdikbud ABSTRACT The aim of this research is to know if there is a correlation between the ability of the student of junior high school/ Islamic junior high school and the ability of the students in correcting ineffective sentences within the paragraph of a discourse in the 2010/2011 Junior High School/ Islamic Junior High School s National Final Examination. The results of the analysis are as follows. First, the ability of Junior High School and Islamic Junior High School students in correcting ineffective sentences within the paragraph of a discourse in the 2010/2011 Junior High School/ Islamic Junior High School National Final Examination is good (60,54 and 60,53). The ability of the students in some provinces varies from very good to very poor (very good, good, poor, and very poor. Second, the Junior High School students ability in correcting ineffective sentences (Mean 60,54 and SD 13,27) is better than Islamic Junior High School students ability (Mean 60,53 and SD 15,13).Third, the difference between Junior High School and Islamic Junior High School students ability and their ability in correcting ineffective sentences is insignificant (P-value= 0,996). Keywords: students ability, effective sentence, paragraph, National Final Examination. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

48 ABSTRAK Tujuan utama studi ini adalah menjawab pertanyaan berikut. Apakah terdapat perbedaan tingkat kemampuan siswa SMP dan MTs terhadap kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf pada Ujian Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran 2010/2011 di 33 Provinsi. Berdasarkan hasil analisis varian diperoleh hasil seperti berikut. Pertama,Klasifikasi kemampuan secara nasional, baik siswa SMP maupun MTs, kemampuan dalam memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf adalah baik (60,54 dan 60,53) walaupun ada beberapa provinsi yang termasuk dalam klasifikasi baik sekali, sedang, kurang, atau kurang sekali. Kedua, klasifikasi kemampuan siswa SMP dan MTs menunjukkan bahwa kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf pada siswa SMP (Mean 60,54 dan SD 13,27) adalah lebih baik daripada siswa MTs (Mean 60,53 dan SD 15,13). Ketiga, perbedaan kemampuan siswa SMP dan MTs terhadap kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf adalah tidak signifikan. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa SMP dan MTs terhadap kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf (Pvalue= 0,996). Kata kunci: kemampuan siswa, kalimat efektif, paragraf, dan UN. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

49 Safari LATAR BELAKANG Dalam ujian nasional (UN) SMP/MTs tahun pelajaran 2010/2011 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat butir soal yang memberi tugas untuk memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf. Menulis kalimat secara efektif termasuk salah satu tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa SMP dan MTs. Karena suatu tulisan yang efektif menunjukkan bahwa penulisnya memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Dalam kurikulum SMP/MTs, menulis efektif dijabarkan ke dalam empat kompetensi dasar (KD). (1) Pada aspek berbicara, menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif (Kls 7 semester 1). (2) Pada aspek berbicara, bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun (Kls 7 semester 2). (3) Pada aspek menulis, Menulis pesan singkat sesuai dengan isi dengan menggunakan kalimat efektif dan bahasa yang santun (Kls 7 semester 2). (4) Pada aspek menulis, menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif (Kls 8 semester 1). (4) Pada aspek menulis, menulis teks pidato/ceramah/khotbah dengan sistematika dan bahasa yang efektif (Kls 9 semester 2). Secara sederhana, kalimat efektif itu adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Namun masalahnya tidak sesederhana seperti ini. Apakah siswa SMA/MA dan mahasiswa di perguruan tinggi tidak memiliki masalah dalam hal penulisan kalimat efektif? Kalau mereka saja masih banyak menulis kalimat yang tidak efektif, bagaimana dengan siswa SMP/MTs? Kemudian apakah terdapat perbedaan kemampuan dalam menulis kalimat efektif pada siswa SMP dan MTs? Masalah yang sering muncul dalam penulisan kalimat sehingga menjadi kalimat yang tidak efektif adalah masalah: kesepadanan atau kesatuan, kesejajaran bentuk (paralelisme), penekanan dalam kalimat, kehematan, kevariasian, dan kelogisan. Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi penyebab kalimat tidak efektif ini, siswa harus sering latihan menulis atau mengedit tulisan. Karena keterbatasan waktu belajar di kelas, guru menyuruh siswanya agar belajar mandiri. Penerapan metode belajar mandiri untuk penulisan kalimat efektif terdapat keunggulan dan keterbatasannya bagi siswa. Keunggulan belajar mandiri di antaranya adalah siswa lebih keras belajarnya, siswa mampu lebih lama untuk mengingat hal yang dipelajarinya, siswa memiliki rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi dapat. Adapun kelemahannya di antaranya adalah kurang adanya interaksi antara guru dengan siswa atau antarsiswa dengan siswa, apabila hanya dipakai metode satu jalur, kegiatan belajar bisa membosankan dan tidak menarik, program belajar mandiri belum tentu cocok untuk semua siswa atau semuaguru. Sekarang pertanyaannya adalah Apakah siswa SMP dan MTs peserta ujian 2010/2011 sudah memenuhi syarat ketuntasan belajarnya untuk VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

50 Kemampuan Siswa SMP dan MTs Dalam Memperbaiki Kalimat Tidak Efektif Dalam Paragraf Berdasarkan Hasil UN 2010/2011. semua materi pelajaran khususnya materi kalimat efektif? Bila jawabannya sudah, siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan UN karena peluang menjawab benar soal pasti tinggi. Bila jawabannya belum, siswa pasti akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan UN karena peluang menjawab benar soal tergantung pada tingkat kemampuan siswanya. Bagaimana tingkat ketuntasan belajar siswa di setiap propinsi? Apakah mereka sama-sama tuntas atau sebaliknya? Bagaimana tingkat ketuntasan belajar antara siswa SMP dan MTs? Sesuai dengan lingkup penelitian ini, Apakah siswa peserta ujian sudah memenuhi ketuntasan belajarnya untuk materi memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf? Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Pertama, apakah tingkat kemampuan siswa SMP dan MTs dalam memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf di 33 provinsi di Indonesia adalah sama? Kedua, apakah kemampuan siswa SMP lebih baik daripada kemampuan siswa MTs dalam hal memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf? Ketiga, apakah terdapat perbedaan tingkat kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf antara siswa SMP dan MTs? Oleh karena itu, permasalahan ini merupakan tujuan utama dalam penelitian ini. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah seperti berikut ini. Pertama, untuk menentukan apakah tingkat kemampuan siswa SMP dan MTs dalam memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf di 33 provinsi di Indonesia adalah sama. Kedua, untuk menentukan apakah kemampuan siswa SMP lebih baik daripada kemampuan siswa MTs dalam hal memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf. Ketiga, untuk menentukan apakah terdapat perbedaan tingkat kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf antara siswa SMP dan MTs. KAJIAN LITERATUR Kalimat (sentence) adalah sekelompok kata yang mengungkapkan pemikiran lengkap dan arti yang dapat dipahami secara umum (jelas), (Hariyanto dan Hariyono, 2009:11). Kalimat juga merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pikiran ataugagasan kepada orang lain agar dapat dipahami dengan mudah. (Widjono, 2007:153). Adapun ciri-ciri kalimat adalah: (1) dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya atau tanda seru, (2) kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, (3) predikat transitif disertai objek, predikat intransitive dapat disertai pelengkap, (4) mengandung pikiran yang utuh, (5) mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok yang mendukung fungsi disusun dalam satuan menurut fungsinya, menggunakan VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

51 Safari satuan makna, ide, atau pesan yang jelas, (Widjono, 2007:147). Pada prinsipnya kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Badudu (1995:188) menyatakan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau penulis. Ada sebuah penelitian tentang kalimat efektif yaitu penelitian tentang Kalimat Efektif: Struktur, Tenaga, dan Variasi yang ditulis oleh Epraim (1992) menyimpulkan bahwa struktur kalimat yang benar merupakan dasar kalimat efektif, tenaga kalimat ialah kemampuan kalimat untuk menimbulkan pengertian-pengertian yang terkandung dalam kalimat sesuai dengan yang diinginkan penulis. Setelah memiliki struktur dan tenaga masih dibutuhkan adanya variasi. Putrayasa (2007 : 2) juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif yaitu suatu kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, informasi, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logikanya. Menyimak beberapa definisi di atas, kalimat efektif memiliki ciri-ciri: kesepadanan atau kesatuan, kesejajaran bentuk (paralelisme), penekanan dalam kalimat, kehematan, kevariasian dan kelogisan. Untuk mengaplikasikan ciri-ciri ini diperlukan kemampuan siswa dalam praktik menyusun kalimat yang efektif. Karena kemampuan adalah kemahiran individu untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya (Sanjaya, 2006: 70). Di samping itu, kemampuan merupakan rahmat insaniah yang dapat digolongkan sebagai rahmat umum karena seluruh potensi ini telah dianugerahkan Tuhan secara imanen dan inharen ketika manusia belum lahir ke dunia (Sinarno, 2010: 11). METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode survei. Dasar penggunaan metode survei adalah disesuaikan dengan tujuan utama penelitian ini di antaranya adalah untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual berdasarkan data penelitian ini. Populasi penelitian ini adalah semua butir soal Bahasa Indonesia pada UN SMP/MTs 2011, sedangkan sampelnya adalah 1 butir soal tentang kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf. Alasan pemilihan sampel adalah dari 50 butir soal yang diujikan hanya satu butir soal yang menanyakan kalimat efektif. Data dalam penelitian ini berbentuk skor tes yang dijawab siswa SMP dan MTs di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah siswa SMP yang mengikuti Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2010/2011 adalah siswa yang belajar di SMP dan MTs siswa yang belajar di MTs. Jumlah siswa setiap provinsi dapat dilihat pada tabel 1 berikut. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

52 Kemampuan Siswa SMP dan MTs Dalam Memperbaiki Kalimat Tidak Efektif Dalam Paragraf Berdasarkan Hasil UN 2010/2011 Tabel 1 Jumlah Siswa dan Sekolah SMP dan MTs Peserta Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011 di 33 Provinsi Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis varian. Analisis varian dipergunakan untuk menghitung perbedaan tingkat tingkat kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf pada siswa SMP dan MTs. Agar hasil analisis penelitian ini dapat diperoleh secara akurat, maka semua data dalam penelitian ini diolah atau dianalisis dengan mempergunakan program SPSS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Klasifikasi Kemampuan Setiap Provinsi Klasifikasi kemampuan pada setiap provinsi dapat dilihat pada hasil analisis Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Nilai Rata-rata Persentase Menjawab Benar pada Pertanyaan tentang Kemampuan Memperbaiki Kalimat Tidak Efektif dalam Paragraf pada Ujian Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran 2010/2011 di 33 Provinsi Sumber: Puspendik, Balitbang Kemdikbud 2011 VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

53 Safari Tabel 3. Klasifikasi nilai UN RATA-RATA NILAI UN KODE KLASIFIKASI Rata-rata nilai UN > 7,50 A Baik Sekali 6,50 < Rata-rata nilai UN 7,50 B Baik 5,50 < Rata-rata nilai UN 6,50 C Sedang 4,50 < Rata-rata nilai UN 5,50 D Kurang Rata-rata nilai UN 4,50 E Kurang Sekali Sumber: Puspendik, Balitbang Kemdikbud 2011 Untuk mengetahui apakah nilai rata-rata dalam Tabel 1 di atas termasuk klasifikasi baik sekali, baik, sedang, kurang, atau kurang sekali, nilai-nilai itu dikonversi atau disesuaikan dengan klasifikasi nilai pada Tabel 3 berikut (Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 2007: 7). Berdasarkan klasifikasi Tabel 3, data dalam Tabel 2 dengan mudah terlihat provinsi yang termasuk klasifikasi A= baik sekali, B= baik, C= sedang, D= kurang atau E=kurang sekali.secara nasional, baik siswa SMP maupun MTs, kemampuan dalam memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf adalah baik (60,54 dan 60,53) walaupun ada beberapa provinsi yang termasuk dalam klasifikasi baik sekali, sedang, kurang, atau kurang sekali. Klasifikasi baik sekali, untuk SMP terdapat pada Provinsi: Sumatera Utara, Lampung, dan Papua Barat; untuk MTs terdapat pada Provinsi: Jawa Barat, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung. Klasifikasi baik, untuk SMP terdapat pada Provinsi: DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Papua, Bengkulu, Maluku Utara, dan Kepulauan Riau; untuk MTs terdapat pada Provinsi: Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Papua, Bengkulu, Banten, dan Papua Barat. Klasifikasi sedang, untuk SMP terdapat pada Provinsi: Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Maluku, Bangka Belitung, VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

54 Kemampuan Siswa SMP dan MTs Dalam Memperbaiki Kalimat Tidak Efektif Dalam Paragraf Berdasarkan Hasil UN 2010/2011. Gorontalo, dan Banten; untuk MTs terdapat pada Provinsi: DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Aceh, Kalimantan Tengah, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Barat. Klasifikasi kurang, untuk SMP terdapat pada Provinsi: Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Timur; untuk MTs terdapat pada Provinsi: Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, dan Bangka Belitung. Klasifikasi kurang sekali, untuk SMP terdapat pada Provinsi: Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Barat; untuk MTs terdapat pada Provinsi: Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan informasi di atas, kita dapat melihat seberapa jauhpara guru telah memaksimalkan kemampuan siswa terhadap materi/kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf. Kompetensi ini termasuk kategori UKRK khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. UKRK adalah materi/kemampuan yang: Urgensi (wajib dikuasai siswa), Kontinuitas (merupakan kemampuan/materi lanjutan), Relevansi (manfaatnya terhadap mata pelajaran lain tinggi), Keterpakaian (keterpakaian dalam kehidupan seharihari tinggi). Seharusnya setiap siswa belajar berkemampuan maksimal/tinggi terhadap materi yang diajarkan guru. Ini sering disebut dengan belajar tuntas. Bila ada siswa yang berkemampuan menengah dan rendah, maka ini menjadi kewajiban guru untuk memaksimalkannya atau menuntaskannya. Penulis yakin, bila belajar tuntas dilaksanakan guru di sekolah, Insya-Allah, para guru malu meluluskan anak didiknya dengan kriteria kurang dari 50,01 melainkan 100,00. Karena nilai 50,1 menunjukkan belum tuntas materi yang dikuasainya. Klasifikasi Kemampuan Siswa SMP dan MTs Bila dilihat dari nilai rata-rata nasional, antara kemampuan siswa SMP dan MTs dalam memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf adalah sama walaupun nilai standar deviasinya tidak sama. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Skor Siswa pada Pertanyaan tentang Kemampuan Memperbaiki Kalimat Tidak Efektif dalam Paragraf pada Ujian Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran 2010/2011 di 33 Provinsi Group Statistics SMP_MTs N Mean Std. Deviation Std. Error Mean NILAI_RATA2 1. SMP 33 60, , , MTs 33 60, , ,63396 Berdasarkan data dalam tabel 4 menunjukkan bahwa kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf pada siswa SMP (Mean 60,54 dan SD 13,27) adalah lebih baik daripada siswa MTs (Mean 60,53 dan SD 15,13). Perbedaan Kemampuan Siswa SMP dan MTs Tabel 5 berikut merupakan hasil uji homogenitas setiap data dalam variabel sebelum VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

55 Safari dianalisis dengan analisis varian satu jalur. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua variabel adalah homogen (Sig. > 0,05). Tabel 5 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig., ,753 Karena kedua variabel adalah homogen, variabel itu dapat dianalisis dengan analisis varian satu jalur dengan hasilnya seperti pada tabel 6 berikut ini. Tabel 6 ANOVA Between Groups Sum of Squares df Mean Square F Sig.,004 1,004,000,996 Within Groups 12964, ,568 Total 12964, Tabel 6 menunjukkan bahwa perbedaan kemampuan siswa SMP DAN MTs terhadap kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf adalah tidak terbukti. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan siswa SMP DAN MTsterhadap kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf (Pvalue= 0,996). SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan semua uraian di atas, hasil penelitian dapat disimpulkan dengan adanya temuan-temuan dan saran seperti berikut ini. Pertama, Klasifikasi kemampuan secara nasional, baik siswa SMP maupun MTs, kemampuan dalam memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf adalah baik (60,54 dan 60,53) walaupun ada beberapa provinsi yang termasuk dalam klasifikasi baik sekali, sedang, kurang, atau kurang sekali. Klasifikasi baik sekali, untuk SMP terdapat pada Provinsi: Sumatera Utara, Lampung, dan Papua Barat; untuk MTs terdapat pada Provinsi: Jawa Barat, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung. Klasifikasi baik, untuk SMP terdapat pada Provinsi: DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Papua, Bengkulu, Maluku Utara, dan Kepulauan Riau; untuk MTs terdapat pada Provinsi: Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Papua, Bengkulu, Banten, dan Papua Barat. Klasifikasi sedang, untuk SMP terdapat pada Provinsi: Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Maluku, Bangka Belitung, Gorontalo, dan Banten; untuk MTs terdapat pada Provinsi: DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Aceh, Kalimantan Tengah, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Barat. Klasifikasi kurang, untuk SMP terdapat pada Provinsi: Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Timur; untuk MTs terdapat pada Provinsi: Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, dan Bangka Belitung. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

56 Kemampuan Siswa SMP dan MTs Dalam Memperbaiki Kalimat Tidak Efektif Dalam Paragraf Berdasarkan Hasil UN 2010/2011. Klasifikasi kurang sekali, untuk SMP terdapat pada Provinsi: Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Barat; untuk MTs terdapat pada Provinsi: Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Kedua, klasifikasi kemampuan siswa SMP dan MTs menunjukkan bahwa kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf pada siswa SMP (Mean 60,54 dan SD 13,27) adalah lebih baik daripada siswa MTs (Mean 60,53 dan SD 15,13). Ketiga, perbedaan kemampuan siswa SMP dan MTs terhadap kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf adalah tidak terbukti. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa SMP dan MTsterhadap kemampuan memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf (P-value= 0,996). Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada dua saran penting seperti berikut ini. Pertama, kepada guru khususnya guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu mata pelajaran yang di-unkan perlu memberi contoh dan praktik memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf dari jenis teks bacaan yang berbeda-beda, seperti jenis teks kontinyus (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dll.) dan non-kontinyus (tabel, grafik, gambar, dll.). Dalam penerapannya di kelas, gunakanlah contoh konkret penyebab utama kalimat tidak efektif di antaranya karena: kontaminasi, pleonasme, ambiguitas, tidak jelas unsur subjek/predikat, preposisi yang mubazir, kesalahan logika, ketidaktepatan bentuk kata tau makna kata, pengaruh bahasa daerah atau asing. Kedua, kepada para siswa kelas 9SMP dan MTs baik sekolah negeri maupun swasta yang sedang mempersiapkan ujian perlu meningkatkan kemampuan dalam hal-hal yang menyebabkan kalimat tidak efektif dan praktik memperbaiki kalimat tidak efektif dalam paragraf. Selamat belajar! DAFTAR PUSTAKA Badudu, J.S Inilah Bahasa Indonesia yang Benar IV. Jakarta: GramediaPustaka Utama Epraim Kalimat Efektif: Struktur, Tenaga, dan Variasi(Skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU Hariyanto, Doni and Rudy Hariyono English Grammar for General Application. Yogyakarta: Gita Media Press Putrayasa, I.B Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung: ReflikaAditama Sanjaya, Wina Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media. Sinamo, Jansen Etos Keguruan. Bogor : Grafika Mardi Yuana. Widjono, Hs Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

57 KUALITAS TES BUATAN GURU PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SD NEGERI KOTA KENDARI Zamsir Dosen FKIP Universitas Haluoleo, Sulawesi Tenggara ABSTRACT The aim of this research is to know the quality of the test structured by the Mathematics teachers of governmental elementary schools in Kota Kendari. The indicators of the test quality are appropriateness, proportional correct and point biserial. This research also reveals the difficulties faced by the teachers in structuring the test and the students conception towards the learning evaluation given by their teacher. This research is a descriptive explorative research which is conducted in six elementary schools in Kota Kendari. The sample of the research is formative test in the first semester in The research uses both qualitative and quantitative data analysis methods. Descriptive statistics is used in the qualitative data analysis. The result of the research shows that Mathematics test structured by the teachers, based on the appropriateness, proportional correct and point biserial, have a good quality. 90% of the questions are appropriate with the specific aim of the learning process. 55,7% of the questions have medium proportional correct. Meanwhile, 78,8% of the questions have a good and quite point biserial. In structuring the test, the teachers face problems in measuring the quality of the test, determining the number of the questions compared with the allocated time, and structuring the scoring manual or the criteria of the answers. The students conception toward the learning evaluation given by their teacher is good. It means that the teachers have done the planning, implementation, test quality, feedback, and follow-up after the evaluation. Keywords: test, proportional correct, point biserial, evaluation, assessment.. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

58 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tes buatan guru pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri Kota Kendari. Indikator kualitas tes dibatasi pada tiga aspek, yaitu: kesesuaian isi soal-soal dengan tujuan khusus pengajaran (TKP), tingkat kesukaran, dan daya beda. Di samping itu, diungkap pula kesulitankesulitan yang dialami guru dalam membuat tes serta tanggapan siswa tentang evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan oleh guru. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif di laksanakan pada 6 SD Negeri di Kota Kendari. Sampel penelitian adalah tes formatif (ulangan harian) pada semester I Tahun Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kuantitatif menggunakan statistik deskriptif. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa Tes Matematika buatan guru dilihat dari segi kesesuaian isi soal-soal dengan tujuan khusus pengajaran, tingkat kesukaran, dan daya pembeda memiliki kualitas yang baik. Proporsi soal-soal yang sesuai dengan tujuan khusus pengajaran adalah 0,9. Sebanyak 55,7% soal mempunyai tingkat kesukaran sedang, dan sebanyak 78,8% soal mempunyai daya pembeda cukup dan baik. Kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam membuat tes terutama dalam tiga hal, yaitu: menilai kualitas tes, menentukan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia, dan membuat pedoman pemberian skor/kriteria jawaban. Tanggapan/pendapat siswa tentang evaluasi yang dilaksanakan oleh guru adalah baik. Hal ini berarti bahwa guru dalam melaksanakan kegiatan evaluasi telah dilakukan dengan baik mulai dari persiapan, pelaksanaan, kualitas tes, umpan balik, dan tindak lanjut setelah kegiatan evaluasi itu selesai. Kata kunci: tes, tingkat kesukaran, daya pembeda, evaluasi, penilaian VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

59 Zamsir Latar Belakang PENDAHULUAN Melakukan evaluasi merupakan salah satu tugas pokok seorang guru dalam dunia pendidikan formal. Evaluasi berkaitan dengan pencapaian hasil dari proses belajar mengajar. Pencapaian kualitas hasil belajar di sekolah menuntut pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang berkualitas. Oleh karena itu,guru sebagai orang yang bertanggungjawab secara langsung terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut dituntut untuk memiliki sekurang-kurangnya tiga kemampuan pokok yakni kemampuan merencanakan kegiatan belajar mengajar, kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, dan kemampuan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar (Gagne & Leslie, 1979). Ketiga tugas pokok di atas merupakan suatu rangkaian tugas yang menjadi tanggungjawab guru untuk dilaksanakan di sekolah. Perencanaan kegiatan pengajaran menunjuk pada pembuatan satuan pelajaran (SP) untuk materi yang telah ditetapkan dalam silabus mata pelajaran dan memberikan arah pada pelaksanaannya di kelas. Pengelolaan menyangkut pada manajemen pembelajaran, sedangkan evaluasi menunjuk pada upaya mengukur dan menilai keberhasilan pengajaran yang telah dilaksanakan. Evaluasi sebagai upaya mengukur dan menilai keberhasilan pengajaran yang dilaksanakan, menduduki posisi yang tidak kalah pentingnya dari kegiatan merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Salah satu bagian dari kegiatan evaluasi ini adalah pembuatan tes prestasi belajar atau tes hasil belajar. Tes yang dimaksud adalah tes buatan guru (teacher made test) untuk menilai keberhasilan belajar siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah. Tes buatan guru merupakan tes hasil belajar yang disusun oleh guru sendiri untuk pengukuran dan penilaian hasil belajar siswa, baik pada ujian formatif (ulangan harian) maupun ujian sumatif (Popham, 1981: Arikunto, 1992). Tesbuatan guru mempunyai fungsi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Fungsipertama terfokus pada perbaikan program pembelajaran yang sedang dikembangkan (orientasi proses), sedangkan fungsi yang kedua terfokus pada pengukurandanpenilaiantentangkeberhasilansiswa dalammeraih tujuan-tujuan pembelajaran tertentu (orientasi hasil). Sudjana (1991), mengemukakan bahwa urgensi tes buatan guru pada esensinya tercakup pada kedua fungsi evaluasi di atas. Penilaian kualitas tes buatan guru meliputi kriteria-kriteria seperti: (a) tarafkesesuaian dengan tujuan khusus pengajaran (validitas isi), (b) kelayakan tingkat kesukarannya, (c) kelayakan daya pembedanya, (d) tingkat kehandalannya, dan (e) kecermatan rakitan soal-soalnya. Di samping itu, tes harus memiliki sifat-sifat: objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis, serta mudah untuk dilaksanakan (Djemari Mardapi, 1991; Arikunto, 1992). Kelemahan tes buatan guru di sekolah SD sampai SLTA antara lain terungkap melalui soalsoal ujian formatif dan ujian sumatif yang sudah diujikan seperti: konstruksi soal yang umumnya kurang tepat menurut kaidah penulisan soal, pemakaian jenis soal objektif pada umumnya VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

60 Kualitas Tes Buatan Guru Pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Kota Kendari belum tepat, pemakaian soal esai yang cenderung terlampau sempit dan amat luas (kabur) sasarannya, dan naskah tes yang terkesan tanpa didesain atau lebih merupakan duplikasi dari soalsoal terdahulu tanpa review dan revisi. Sementara itu, tes buatan guru dalam mata pelajaran Matematika, khususnya di SD selain mengandung kelemahan yang dipaparkan di atas, juga masih terdapat kekurangan-kekurangan seperti: (1) umumnya masih kurang relevan dengan tujuan pengajaran Matematika, (2) isi dan bentuk soal-soalnya umumnya lebih merupakan duplikasi dari soal-soal yang ada dalam buku pelajaranmatematika(buku paket)ataubukubukuyang beredar di pasaran, (3) orientasi soalsoalnya masih kurang diarahkan pada penguasaan konsep, pemahaman,penerapan,sintesis dan evaluasi. Hudoyo (1989), mengemukakan bahwa tesmatematikasemacamitu umumnya masih ditemukan pada jenjang SD hingga SLTA. Penelitian tentang kualitas tes buatan guru, khususnya mata pelajaran Matematika sampai saat ini belum banyak dilakukan, padahal urgensi serta permasalahannya seperti telah dikemukakan tidak kalah pentingnya dengan masalah-masalah kependidikan lainnya. Tes buatan guru adalah salah satu instrumen evaluasi untuk pengukuran pencapaian tujuan pembelajaran sekaligus sumber masukan yang akurat untuk perbaikan proses pembelajaran. Oleh karena itu, masalah tentang kualitas tes buatan guru menarik untuk dikaji. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini mencoba untuk mengkaji sejauhmana kualitas tes buatan guru pada mata pelajaran Matematika, khususnya di SD Negeri Kota Kendari. Dengan mengetahui sejauhmana kualitas tes buatan guru, diharapkan menjadi bahan masukan bagi kepala sekolah dan Diknas kota/kabupaten dalam upaya peningkatan kemampuan guru dalam melakukan evaluasi hasil belajar siswa, khususnya bagi guru SD di KotaKendari. Rumusan Masalah Masalah yang dikaji dalam penelitian ini, adalah: (1) Bagaimanakah kualitas tes buatan guru pada mata pelajaran matematika di SD Negeri Kota Kendari?, (2) Hambatan atau kesulitan apa yang dialami guru dalam membuat tes?, dan (3) Bagaimana pendapat siswa tentang evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan oleh guru? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kualitas tes buatan guru pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri Kota Kendari, (2) kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam membuat tes, dan (3) pendapat siswa tentang evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan oleh guru. KAJIAN LITERATUR Evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehrens & Lehmann, 1973). Sesuai dengan pengertian ini VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

61 Zamsir maka setiap kegiatan evaluasi merupakan proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data. Berdasarkan data itu, kemudian dicoba untuk membuat suatu keputusan. Dalam hubungannya dengan kegiatan pengajaran atau pendidikan, Gronlund (1976: 6) merumsukan pengertian evaluasi sebagai berikut: Evaluation a systematic process of determining the exient to which instructional objectives are achieved by pupils. Menurut pengertian tersebut, evaluasi merupakan suatu kegiatan yang sistematis. Ini berarti bahwa evaluasi dalam pendidikan merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan akhir atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung, dan pada akhir program setelah program itu dianggap selesai. Program yang dimaksud adalah program satuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam satu pertemuan atau lebih dalam kegiatan belajar mengajar, program semester, dan program yang dirancang untuk periode satu tahun pembelajaran. Kegiatan evaluasi memerlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi. Dalam kegiatan pendidikan, data yang dimaksud mungkin berupa perilaku atau penampilan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran, hasil ulangan harian atau tugastugas pekerjaan rumah, nilai ulangan semester, dan sebagianya. Di samping itu, kegiatan evaluasi khususnya evaluasi hasil belajar tidak terlepas dari tujuantujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Berkaitan dengan hal ini, Purwanto (1984) mengemukakan bahwa tanpa merumuskan atau menentukan tujuan-tujuan terlebih dahulu tidak mungkin menilai sejauh mana pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena setiap kegiatan penilaian memerlukan suatu kriteria tertentu sebagai acuan dalam menentukan batas ketercapaian objek yang dinilai. Pendidikan merupakan suatu usaha yang disengaja dengan tujuan agar peserta didik mengalami perkembangan melalui proses belajar.program pembelajaran dibuat sedemikian rupa, kemudian dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Hopkins dan Stanley (1990) mengemukakan bahwa pendidikan sebagai suatu proses di dalamnya paling tidak ada tiga unsur pokok yang saling berhubungan erat,yaitu: tujuan pendidikan (learning purposes), pengalaman belajar (learning experiences), dan prosedur evaluasi (evaluation procedures). Dengan demikian, evaluasi merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada akhir suatu program pendidikan untuk menilai seberapa jauh tujuan pendidikan telah tercapai dengan menggunakan prosedur tertentu. Anderson (1976) mengemukakan bahwa tujuan evaluasi belajar adalah penyiapan informasi untuk pengambilan keputusan mengenai efektivitas dan efisiensi perolehan suatu kegiatan pengajaran diukur dari tujuan yang hendak dicapai. Dinyatakan pula bahwa proses penyiapan informasi dalam evaluasi belajar idealnya memenuhi ukuran- VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

62 Kualitas Tes Buatan Guru Pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Kota Kendari ukuran objektivitas, reliabilitas, dan validitas. Dengan demikian, faktor subjektivitas yang kerap mencemari evaluasi bisa diredam. Evaluasi belajar dalam wawasan sementara guru dewasa ini, sering lebih diartikan sebagai kegiatan berkala berupa ujian formatif dan sumatif. Hal ini merupakan refleksi kekeliruan persepsi sebagian guru mengenai evaluasi belajar, seperti diungkapkan di atas. Dalam wawasan semacam ini menurut Nitko (1983), makna evaluasi belajar cenderung sebagai pengulangan kegiatan rutin dalam menetapkan siswa yang naik kelas atau tinggal kelas, lulus atau gagal dalam ujian akhir pada suatu jenjang pendidikan. Evaluasi hasil belajar tidak sesempit dengan makna yang berorientasi pada hasil ujian sematamata. Maknanya lebih luas, meliputi siswa, guru, konselor, sekolah, serta orang tua siswa. Makna evaluasi belajar bagi siswa terutama berkenaan dengan penumbuhan motivasi belajar siswa. Siswa yang berprestasi baik, diharapkan akan lebih terpacu meraih prestasi yang lebih baik lagi, sedangkan siswa yang berprestasi rendah diharapkan bangkit memperbaiki prestasinya. Hal ini memang tidak selalu terwujud, karena masalahnya ada sejumlah faktor yang selalu berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa. Salah satu faktor diantaranya adalah tidak semua guru dapat menilai hasil belajar siswa secara akurat. Oleh sebab itu, masih sering ditemukan nilai hasil belajar seorang siswa tidak sesuai dengan kemampuannya. Menurut Raka Joni (1986) nilai seperti itu hilang makna motivasinya dalam proses belajar siswa. Makna evaluasi belajar bagi guru terutama untuk perbaikan dan perkembangan sistem pembelajaran. Hasil belajar siswa menjadi acuan dalam penilaian menyangkut: (1) ketepatan disain pembelajaran yang digunakan oleh guru, (2) konsistensi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan disain yang dipilih, (3) pencapaian tujuantujuan pembelajaran yang ditetapkan, (4) kesulitan belajar yang dialami siswa, dan (5) tindak lanjut berupa program perbaikan dan atau pengayaan bagi siswa yang memerlukannya (Tuchman, 1979; Arikunto, 1992).Dalam konteks ini, terungkap bahwa evaluasi belajar berdimensi ganda, yaitu menilai hasil belajar siswa sekaligus menilai kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pelaksanaan evaluasi dalam proses belajar mengajar dapat dilakukan melalui tes formatif, tes penempatan serta tes diagnostik. Dalam penelitian ini hanya akan ditinjau pelaksanaan evaluasi formatif dalam bentuk ulangan harian. Bentuk tes yang digunakan adalah tes uraian (esai). Pelaksanaan ulangan harian dilakukan oleh guru setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran satu atau lebih kompetensi dasar. Tes Buatan Guru sebagai Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar dalam pendidikan formal, dibedakan atas dua macam, yakni: tes baku (standardized tests), dan tes buatan guru. Tes baku terutama ditandai oleh kesempurnaan isi, terkalibrasi, serta cara pengadministrasiannya, sehingga hasilnya benar-benar sahih dan handal. Segi-segi kesempurnaan tes itu pula yang amat lemah pada tes buatan guru sekaligus sebagai cirri- VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

63 Zamsir ciri utama yang membedakan antara kedua macam tes tersebut. Tes hasil belajar yang baku di sekolahsekolah kita dari SD hingga SLTA relatif belum ada. Tes Ebtanas atau sekarang disebut tes ujian nasional saat ini relatif baru pada pembakuan isi dan bentuk soal-soalnya (Raka Joni, 1986). Tes buatan guru merupakan tes hasil belajar yang disusun dan dirakit sendiri oleh guru untuk keperluan sendiri, khususnya digunakan untuk evaluasi formatif dan sumatif. Wujudnya berupa tes formatif, tes ulangan harian, dan tes sumatif dalam ragam soal-soal esai dan atau soal-soal objektif. Tes ini mengacu pada tujuan khusus pengajaran (TKP) atau target kompetensi. Jadi, fungsi utama tes ini adalah sebagai instrumen pengukuran tentang pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena tujuan pembelajaran adalah operasionalisasi pencapaian standar kompetensi, maka tes buatan guru pada akhirnya bermuara pada penilaian mengenai pencapaian kompetensi dasar. Untuk dapat mewujudkan fungsi yang demikian itu, maka tes ini diharapkan dapat memenuhi syarat-syarat tes yang baik, yaitu: sahih, handal, praktis, dan ekonomis. Selanjutnya, untuk memperjelas gambaran peranan tes buatan guru dalam proses belajar mengajar (PBM) dapat diperhatikan Gambar 1 dari Furst (Mehrens & Lehmann, 1973). Educational Objectives Evaluation Gambar 1. Hubungan Pengajaran, Tujuan dan Evaluasi Berdasarkan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa tujuan pendidikan berupa hasil belajar siswa dapat dicapai melalui proses belajar mengajar dan kualitas proses belajar mengajar menentukan baik dan buruknya hasil belajar siswa. Agar diperoleh informasi keefektifan pembelajaran dan tercapainya tujuan maka evaluasi harus dilakukan. Dalam hal inilah tes buatan guru mengambil peranan penting (Gronlund, 1982). Jadi, terdapat hubungan yang sangat erat antara proses belajar mengajar, tujuan pengajaran, dan sistem evaluasi. Sistem evaluasi yang dilakukan di sekolah pada dasarnya adalah program sekolah yang digunakan untuk mengukur kemajuan belajar siswa dan menentukan keefektifan PBM. Sistem ini berisi tujuan yang akan dicapai, alat yang digunakan dan ukuran serta kriteria yang dijadikan panduan dalam menentukan prestasi belajar siswa dan keberhasilan guru dalam mengelola PBM yang diselenggarakan di sekolah. Tes buatan guru di sekolah, digunakan untuk evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Peranan masing-masing evaluasi ini sangat penting di dalam PBM untuk menjadi panduan guru dalam menentukan tingkat keberhasilan program pembelajarannya dan menjadi indikator tingkat keberhasilan belajar siswa. Tes formatif digunakan untuk mengevaluasi kemajuan belajar siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar di sekolah. Hasil tes ini menjadi indikator penguasaan siswa atas materi VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

64 Kualitas Tes Buatan Guru Pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Kota Kendari. pelajaran yang diajarkan (Prawironegoro, 1980). Jadi, penilaian tes formatif terletak pada pengukuran daya serap siswa dalam setiap unit pembelajaran yang diajarkan. Siswa yang gagal dalam mengerjakan tes formatif akan diberikan pengajaran remidial, demikian pula siswa yang mengalami kesulitan yang bersifat tetap. Siswa ini akan diketahui kesulitan belajar yang dialaminya setelah mengikuti tes diagnostik. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Gronlund (1982) bahwa tes diagnostik merupakan bagian dari tes formatif. Bersama-sama dengan siswa yang telah memperoleh pengajaran remidial, siswa yang berhasil dalam tes formatif, selain memperoleh pengajaran tambahan untuk memperkaya pengetahuannya juga akan diberi pelajaran selanjutnya yang sudah direncanakan. Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa tes formatif umumnya digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang penguasaan siswa, guru harus mempunyai kriteria tertentu yang menjadi indikator sampai sejauh mana siswa sudah memahami materi pelajaran yang diajarkan. Dalam hal ini penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan patokan (Mehrens & Lehmann, 1973). Tes sumatif digunakan untuk menentukan nilai siswa pada setiap akhir program pembelajaran dalam periode waktu tertentu. Hasil tes sumatif digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menyerap materi pelajaran selama satu semester, penentuan kenaikan kelas dan indikator prestasi siswa dalam kelompoknya (Prawironegoro, 1980). Cakupan materi pada tes sumatif lebih luas dan hasilnya digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa dalam satu semester. Sistem penilaian yang digunakan dalam tes sumatif pada umumnya penilaian acuan norma (Mehrens & Lehmann, 1973). Dengan memperhatikan prinsip dasar tes hasil belajar dan fungsinya dalam evaluasi belajar di sekolah, maka jelaslah bahwa tes buatan guru yang digunakan untuk evaluasi formatif dan sumatif sangat penting peranannya dalam menentukan prestasi belajar siswa, keberhasilan PBM yang dikelola guru, dan menentukan mutu pendidikan. Oleh karena itu, dalam menyusun dan mengembangkan tes guru harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baik dan benar. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif, sampel penelitian adalah guru-guru dan siswa-siswa pada 6 SD Negeri di Kota Kendari. Objek penelitian adalah naskah tes formatif (ulangan harian) pada semester I tahun pembelajaran 2008/2009 yang ditulis oleh 6 orang guru. Naskah tes yang diambil sebagai sampel sebanyak 33 buah tes bentuk uraian (esai) dengan jumlah soal 203. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, format kartu telaah soal, angket, dan wawancara. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data hasil uji coba instrumen VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

65 Zamsir angket untuk guru dan siswa menggunakan Program SPSS for Windows pada sub program analisis faktor. Analisis data hasil penelitian menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk nilai rerata, proporsi, modus, grafik/diagram, dan tabeltabel distribusi skor. Analisis tes secara kualitatif dilakukan dengan berpedoman pada data respons penilai yang diperoleh dengan menggunakan kartu telaah soal, sedangkan analisis tes secara kuantitatif menggunakan teori tes klasik berdasarkan data hasil uji empiris. Kriteria suatu butir soal dikatakan baik dilihat dari segi adanya kesesuaian dengan tujuan khusus pengajaran, kelayakan tingkat kesukaran, dan kelayakan daya pembedanya. Tabel 1Jumlah dan Persentase Butir Soal yang Diterima, Direvisi, dan Ditolak Sekolah Diterima Direvisi Ditolak N % N % N % SDN 03 Kendari Barat 26 70, ,0 1 2,7 SDN 07 Kendari Barat 21 58, ,2 3 8,3 SDN 01 Mandonga 27 64, ,3 1 2,4 SDN 04 Poasia 25 59, ,7 2 4,8 SDN 12 Baruga 24 77,4 4 12,9 3 9,7 SDN 10 Mandonga 5 33,3 9 60,0 1 6,7 Jumlah , ,5 11 5,4 P 0,6 0,3 0,1 Hasil Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis kualitatif berdasarkan telaah yang dilakukan oleh tiga orang ahli (pakar) terhadap 33 naskah tes yang diamati, diperoleh sebanyak 128 butir (63,1%) yang baik (diterima tanpa revisi), 64 butir (31,5%) diterima dengan revisi, dan 11 butir (5,4%) ditolak (drop). Proporsi soal-soal yang diterima, direvisi, dan ditolak masing-masing adalah: 0,6 : 0,3 : 0,1. Persentase butir soal yang diterima tanpa revisi, diterima dengan revisi, dan ditolak berdasarkan hasil telaah soal dapat dilihat pada Tabel 1. Selanjutnya, soal-soal yang diterima dengan direvisi dapat diuraikan lebih lanjut menurut bidang/aspek telaah, yaitu: aspek materi, aspek konstruksi, dan aspek bahasa. Rangkuman jumlah dan persentase butir soal yang direvisi berdasarkan bidang telaah dapat dilihat pada Tabel 2. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

66 Kualitas Tes Buatan Guru Pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Kota Kendari Tabel 2Jumlah dan Persentase Butir Soal yang Direvisi Menurut Bidang Telaah Sekolah Materi Konstruksi Bahasa N % N % N % SDN 03 Kendari Barat 7 70, ,0 SDN 07 Kendari Barat 5 41, ,3 SDN 01 Mandonga 9 64,3 2 14,3 3 21,4 SDN 04 Poasia 6 40,0 3 20,0 6 40,0 SDN 12 Baruga 1 25,0 1 25,0 2 50,0 SDN 10 Mandonga 3 33,3 1 11,1 5 55,6 Jumlah 31 48,4 7 10, ,6 P 0,5 0,1 0,4 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa butir soal yang direvisi pada aspek materi sebanyak 31 butir (48,4%), yang direvisi pada aspek konstruksi sebanyak 7 butir (10,9%), dan yang direvisi pada aspek bahasa sebanyak 26 butir (40,6%). Dengan demikian, kecenderungan kelemahan penulisan tes buatan guru terjadi pada aspek materi dan bahasa. Proporsi butir soal yang direvisi menurut bidang telaah materi, konstruksi, dan bahasa adalah 0,5 : 0,1 ; 0,4. I. Grafik persentase soal-soal yang direvisi menurut bidang telaah disajikan pada Gambar 2. Hasil analisis selanjutnya adalah untuk mengetahui tentang ada tidaknya kesesuaian antara butir soal dengan tujuan khusus pengajaran (TKP) atau target kompetensi. Indikator tentang kesesuaian ini terlihat dari sesuai tidaknya butir soal yang ditulis dengan target kompetensi yang ingin dicapai. Butir soal yang baik adalah butir yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah telah ditetapkan. Rangkuman hasil analisis kesesuaian soal-soal dengan TKP nya dapat dilihat ditabel 3. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/

ANALISIS BUTIR SOAL DAN KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA SISWA SMK DALAM UJIAN NASIONAL TAHUN 2011

ANALISIS BUTIR SOAL DAN KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA SISWA SMK DALAM UJIAN NASIONAL TAHUN 2011 ANALISIS BUTIR SOAL DAN KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA SISWA SMK DALAM UJIAN NASIONAL TAHUN 2011 Fahmi Peneliti Muda di Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemdikbud E-mail: ffahmi6@gmail.com ABSTRACT The

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMAMPUAN SISWA SMP NEGERI DAN SWASTA TERHADAP HASIL UN

PERBEDAAN KEMAMPUAN SISWA SMP NEGERI DAN SWASTA TERHADAP HASIL UN PERBEDAAN KEMAMPUAN SISWA SMP NEGERI DAN SWASTA TERHADAP HASIL UN 2011-2012 Safari Peneliti Utama di Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemdikbud. E-mail: safari_puspendik@yahoo.com. ABSTRACT The objective

Lebih terperinci

Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011

Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011 Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011 Fahmi Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011

Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011 Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011 Fahmi Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TEST. Classical Theory Test. Tingkat Kesukaran(

ANALISIS HASIL TEST. Classical Theory Test. Tingkat Kesukaran( 1 ANALISIS HASIL TEST by Juair mail: juair_jateng@yahoo.co.id Ulangan harian, mid semester, semester atau try out, uji SKL (TEST) adalah merupakan sarana untuk mengetahui kemampuan atau daya serap penguasaan

Lebih terperinci

PENYETARAAN HASIL UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PENDAHULUAN Pendidikan nasional diselenggarakan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia

PENYETARAAN HASIL UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PENDAHULUAN Pendidikan nasional diselenggarakan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia PENYETARAAN HASIL UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PENDAHULUAN Pendidikan nasional diselenggarakan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk mendukung pembangunan nasional. Peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Statistik skor mahasiswa UAS TPB IPB mata kuliah Fisika

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Statistik skor mahasiswa UAS TPB IPB mata kuliah Fisika 6 c. Menghitung sebaran pilihan jawaban dan reliabilitas soal. 3. Penerapan teori respon butir dengan menggunakan model IRT 1PL, IRT 2PL, dan IRT 3PL. a. Pengujian asumsi model IRT b. Menghitung parameter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informasi kepada lembaga, maupun kepada pihak-pihak lain yang. dengan mata pelajaran yang telah diberikan.

I. PENDAHULUAN. informasi kepada lembaga, maupun kepada pihak-pihak lain yang. dengan mata pelajaran yang telah diberikan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilakukan oleh guru. Dikatakan wajib karena setiap guru pada akhirnya harus dapat memberikan informasi kepada

Lebih terperinci

PENYETARAAN (EQUATING) SKOR BIOLOGI SMA BERDASARKAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2010/2011

PENYETARAAN (EQUATING) SKOR BIOLOGI SMA BERDASARKAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2010/2011 PENYETARAAN (EQUATING) SKOR BIOLOGI SMA BERDASARKAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2010/2011 Rumondang Purwati Peneliti di Pusat Penilaian Pendidikan, Kemdikbud E-mail: rumondangpurwati@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ariani Arsad, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ariani Arsad, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2011 tentang Kriteria kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan penyelenggaraan ujian sekolah/madrasah

Lebih terperinci

VALIDITAS ISI DAN KETEPATAN KONSTRUKSI BUTIR TES SOAL UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

VALIDITAS ISI DAN KETEPATAN KONSTRUKSI BUTIR TES SOAL UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 VALIDITAS ISI DAN KETEPATAN KONSTRUKSI BUTIR TES SOAL UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Masyrifatul Khairiyyah 1 ) Heri Suwignyo 2 ) Imam Agus Basuki E-mail: risma.aries@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis komparatif. Pengertian metode deskriptif menurut Nazir (2003:54) adalah suatu metode dalam

Lebih terperinci

TEORI RESPONSI BUTIR. Penulis: : Dr. Ir. Sudaryono, M.Pd. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013

TEORI RESPONSI BUTIR. Penulis: : Dr. Ir. Sudaryono, M.Pd. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 TEORI RESPONSI BUTIR Penulis: : Dr. Ir. Sudaryono, M.Pd Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian

Lebih terperinci

Kajian Butir Soal Ujian Sekolah Matematika SMA Negeri 1 Gondanglegi Tahun 2012

Kajian Butir Soal Ujian Sekolah Matematika SMA Negeri 1 Gondanglegi Tahun 2012 Kajian Butir Soal Ujian Sekolah Matematika SMA Negeri 1 Gondanglegi Tahun 2012 M. Zuhdi Rachman Pembimbing: (I) Dr. Edy Bambang Irawan, M.Pd, (II) Dr. Sisworo, M.Si ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Wijayanti, et al., Analisis Butir Soal Objektif UAS...

Abstrak. Abstract. Wijayanti, et al., Analisis Butir Soal Objektif UAS... 1 ANALISIS BUTIR SOAL BJEKTIF UAS SEMESTER GENAP KELAS VII PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DI SMP NEGERI 3 BALUNG Hani Wijayanti, Bambang Hari, Hety Mustika

Lebih terperinci

Peta Kompetensi Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi

Peta Kompetensi Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi Peta Kompetensi Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi Menjelaskan karakteristik Bidang Studi Biologi Kemampuan Prasyarat Merumuskan Tujuan Pembelajaran Membedakan berbagai Jenjang Berfikir Menjelaskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di 24 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di Jl. Turi Raya No.1 Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian dan Pengembangan Penelitian ini termasuk dalam penelitian pengembangan dengan mengembangkan instrumen penilaian hasil belajar kognitif matematika berdasarkan

Lebih terperinci

BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 I. Dasar 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 58 ayat (2);

Lebih terperinci

Laporan Penelitian. Analisis Kualitas Butir Soal Mata Kuliah Membaca 2 (PBIN4329)

Laporan Penelitian. Analisis Kualitas Butir Soal Mata Kuliah Membaca 2 (PBIN4329) Laporan Penelitian Analisis Kualitas Butir Soal Mata Kuliah Membaca 2 (PBIN4329) Oleh B. Esti Pramuki esti@ut.ac.id dan Nunung Supratmi nunung@ut.ac.id LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TERBUKA DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu Negara. Semakin baik pendidikan di suatu Negara, maka Negara tersebut semakin baik pula. Undang-Undang

Lebih terperinci

KUALITAS SOAL UJIAN SEKOLAH MATEMATIKA PROGRAM IPA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP HASIL UJIAN NASIONAL

KUALITAS SOAL UJIAN SEKOLAH MATEMATIKA PROGRAM IPA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP HASIL UJIAN NASIONAL Volume 20, No 1, Juni 2016 (1-10) Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpep KUALITAS SOAL UJIAN SEKOLAH MATEMATIKA PROGRAM IPA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP HASIL UJIAN NASIONAL SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

Lebih terperinci

PENYETARAAN VERTIKAL TES KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA SMP DI KABUPATEN SLEMAN

PENYETARAAN VERTIKAL TES KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA SMP DI KABUPATEN SLEMAN PENYETARAAN VERTIKAL TES KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA SMP DI KABUPATEN SLEMAN Disusun Oleh Etyk Nurhayati NIM. 10701251005 Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister

Lebih terperinci

KAJIAN UPAYA PERSIAPAN PENGUASAAN MATERI FISIKA SMA BERDASARKAN HASIL PROPORSI JAWABAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN 2008, 2009, 2010 ARTIKEL.

KAJIAN UPAYA PERSIAPAN PENGUASAAN MATERI FISIKA SMA BERDASARKAN HASIL PROPORSI JAWABAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN 2008, 2009, 2010 ARTIKEL. KAJIAN UPAYA PERSIAPAN PENGUASAAN MATERI FISIKA SMA BERDASARKAN HASIL PROPORSI JAWABAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN 2008, 2009, 2010 ARTIKEL Oleh: Hovi Abdillah NIM 070210192101 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

Panduan Penggunaan AnBuso 2015

Panduan Penggunaan AnBuso 2015 COVER DAFTAR ISI COVER...i DAFTAR ISI... ii Pendahuluan...1 Hal yang Baru...1 Kerangka Isi...2 Input Data...3 Menu Identitas... 3 Menu Jawaban... 7 Laporan Peserta...7 Menu Laporan Objektif... 8 Menu Laporan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen, subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan dan perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa yang akan datang semakin besar dan kompleks. Hal ini disebabkan adanya perubahan tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Boyolali Jalan Perintis Kemerdekaan, Boyolali, pada kelas XI IA semester genap

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI

ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI 1 ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI Skripsi Oleh : Anggesta Yulita Ristaniva Putri X 2306017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

KUALITAS TES PRA OLIMPIADE BIDANG STUDI MATEMATIKA TINGKAT SMP DI KOTA BAUBAU

KUALITAS TES PRA OLIMPIADE BIDANG STUDI MATEMATIKA TINGKAT SMP DI KOTA BAUBAU Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 KUALITAS TES PRA OLIMPIADE BIDANG STUDI MATEMATIKA TINGKAT SMP DI KOTA BAUBAU La Eru Ugi 1, Darma Ekawati 2 Universitas Dayanu Ikhsanuddin 1,

Lebih terperinci

r P1, r P2,..., r p30 r R1, r R2,..., r R30

r P1, r P2,..., r p30 r R1, r R2,..., r R30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Metode Penelitian ini merupakan perbandingan reliabilitas tes hasil belajar matematika berdasar metode penskoran number-right score dan metode

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL A. PENDAHULUAN

ANALISIS BUTIR SOAL A. PENDAHULUAN ANALISIS BUTIR SOAL A. PENDAHULUAN Tes adalah suatu pernyataan, tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau atribut pendidikan dan psikologi. Setiap butir

Lebih terperinci

Penggunaan Model Kooperatif Tipe CIRC Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Penggunaan Model Kooperatif Tipe CIRC Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Penggunaan Model Kooperatif Tipe CIRC Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Yusak I. Bien 1) 1) Prodi Pendidikan Matematika STKIP SOE, NTT, Indonesia E-mail:yusakbien87@gmail.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 108 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian didahului dengan meneliti penguasaan matematika dan konten pedagogik

Lebih terperinci

PSIKOMETRI. Oleh: Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd. Pascasarjana Undiksha Singaraja

PSIKOMETRI. Oleh: Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd. Pascasarjana Undiksha Singaraja PSIKOMETRI Oleh: Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd. Pascasarjana Undiksha Singaraja 1 BAB I PENGUKURAN A. PENGERTIAN 1. PSIKOMETRI a. PSIKOMETRI ADALAH KOMBINASI DARI PENGUKURAN DAN STATISTIKA (KERLINGER b.

Lebih terperinci

Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjenis deskriptif. Peneliti hanya menggambarkan kondisi di lapangan sesuai fakta yang terjadi tanpa ada perlakuan terhadap variabel. Metode

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL PILIHAN GANDA UJIAN AKHIR SEMESTER MAHASISWA DI UNIVERSITAS TERBUKA DENGAN PENDEKATAN TEORI TES KLASIK

ANALISIS BUTIR SOAL PILIHAN GANDA UJIAN AKHIR SEMESTER MAHASISWA DI UNIVERSITAS TERBUKA DENGAN PENDEKATAN TEORI TES KLASIK ANALISIS BUTIR SOAL PILIHAN GANDA UJIAN AKHIR SEMESTER MAHASISWA DI UNIVERSITAS TERBUKA DENGAN PENDEKATAN TEORI TES KLASIK Dewi Juliah Ratnaningsih (djuli@ut.ac.id) Isfarudi Nuraini Soleiman FMIPA-UT,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 108 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan menggunakan penelitian eksperimen diharapkan, setelah menganalisis hasilnya kita dapat melihat

Lebih terperinci

AKTERISTIK BUTIR TES MATEMATIKA PADA TES BUATAN MGMP MATEMATIKA KOTA PALOPO BERDASARKAN TEORI KLASIK

AKTERISTIK BUTIR TES MATEMATIKA PADA TES BUATAN MGMP MATEMATIKA KOTA PALOPO BERDASARKAN TEORI KLASIK Pedagogy Volume 1 Nomor 1 ISSN 2502-3802 AKTERISTIK BUTIR TES MATEMATIKA PADA TES BUATAN MGMP MATEMATIKA KOTA PALOPO BERDASARKAN TEORI KLASIK Syamsir Sainuddin 1, Muhammad Ilyas 2 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL

ANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL ANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL Risya Pramana Situmorang 1, Andriyani Dea 2, Susanti Pudjihastuti 3, Lenni Oktarina

Lebih terperinci

HUBUNGAN NILAI UN MATEMATIKA SD DENGAN KEMAMPUAN HITUNG NUMERIK KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH

HUBUNGAN NILAI UN MATEMATIKA SD DENGAN KEMAMPUAN HITUNG NUMERIK KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH HUBUNGAN NILAI UN MATEMATIKA SD DENGAN KEMAMPUAN HITUNG NUMERIK KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH Dwi Ratna Kustiyah, Bambang Priyo Darminto, Isnaeni Maryam Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES GEOMETRI DAN PENGUKURAN PADA JENJANG SMP

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES GEOMETRI DAN PENGUKURAN PADA JENJANG SMP ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 2, Mei - Agustus 2016 STKIP PGRI Banjarmasin PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES GEOMETRI DAN PENGUKURAN PADA JENJANG SMP Titin Muliyani, Dina

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah yang terkait dalam permasalahan penelitian ini, di antaranya: 1. Pengembangan tes tertulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan),

Lebih terperinci

TINGKAT KESUKARAN DAN DAYA BEDA BUTIR-BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 1 BATU TAHUN AJARAN 2011/2012

TINGKAT KESUKARAN DAN DAYA BEDA BUTIR-BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 1 BATU TAHUN AJARAN 2011/2012 TINGKAT KESUKARAN DAN DAYA BEDA BUTIR-BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 1 BATU TAHUN AJARAN 2011/2012 ARTIKEL SKRIPSI OLEH HIGUITA SANTOS NIM 208211416540 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian efektivitas penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV B SD Negeri Karangtengah 01 yaitu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komparasi Estimasi Reliabilitas Pada Mata Pelajaran Sejarah Ditinjau Dari Homogenitas Dan Heterogenitas Kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komparasi Estimasi Reliabilitas Pada Mata Pelajaran Sejarah Ditinjau Dari Homogenitas Dan Heterogenitas Kelompok BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengukuran berarti pemberian angka pada objek-objek atau kejadiankejadian menurut sesuatu aturan (Kerlinger, 1990, hlm. 687). Pengukuran dalam bidang pendidikan lebih

Lebih terperinci

TOPIK UTAMA. Kasno (Pengawas Sekolah di Kabupaten Brebes) ABSTRAK

TOPIK UTAMA. Kasno (Pengawas Sekolah di Kabupaten Brebes) ABSTRAK TOPIK UTAMA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DALAM MENYUSUN BUTIR SOAL PILIHAN GANDA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DI SEKOLAH BINAAN DI KABUPATEN BREBES Kasno (Pengawas Sekolah di

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PADANG GELUGUR KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PADANG GELUGUR KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PADANG GELUGUR KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. beberapa guru PAI yang belum tersertifikasi dan guru PAI yang sudah. dan 15 item untuk penilaian kompetensi professional.

BAB IV HASIL PENELITIAN. beberapa guru PAI yang belum tersertifikasi dan guru PAI yang sudah. dan 15 item untuk penilaian kompetensi professional. 126 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Maret sampai dengan 12 Mei 2016 terhadap penilaian siswa yang diajar guru PAI yang belum tersertifikasi dan sudah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN GI (Studi Pada SMA NEGERI 14 BandarLampung)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN GI (Studi Pada SMA NEGERI 14 BandarLampung) PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN GI (Studi Pada SMA NEGERI 14 BandarLampung) Novia Nalom Larasati Email: vhia_luv321@yahoo.com No Hp 0857 6824 9824 I Komang Winatha

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 697-704 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesulitan belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono. menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono. menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono menyatakan bahwa penelitian

Lebih terperinci

E-JURNAL. oleh Septi Haryani

E-JURNAL. oleh Septi Haryani KEEFEKTIFAN STRATEGI ESTIMATE, READ, RESPOND, AND QUESTION DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS ULASAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WATES, D.I. YOGYAKARTA E-JURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

Abstrak Pengembangan Bank Soal Matematika. Oleh : Heri Retnawati Jurdik Matematika FMIPA UNY Yogyakarta. Abstrak

Abstrak Pengembangan Bank Soal Matematika. Oleh : Heri Retnawati Jurdik Matematika FMIPA UNY Yogyakarta. Abstrak Abstrak Pengembangan Bank Soal Matematika Oleh : Heri Retnawati Jurdik Matematika FMIPA UNY Yogyakarta Abstrak Evaluasi memegang peranan penting bagi dunia pendidikan. Dengan adanya evaluasi, peserta didik

Lebih terperinci

Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010

Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010 Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010 P 32 Oleh : Nely Indra Meifiani Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini diperoleh dari item-item tes dan lembar jawaban

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini diperoleh dari item-item tes dan lembar jawaban BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dalam penelitian ini diperoleh dari item-item tes dan lembar jawaban siswa peserta try out 1 UN Matematika SMA/MA jurusan IPA tahun pelajaran 2010/2011 di Kota

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 0 B. TUJUAN 0 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 0 D. UNSUR YANG TERLIBAT 06 E. REFERENSI 06 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 06 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 08 LAMPIRAN : ALUR PROSEDUR KERJA PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian Quasi Experimental dengan bentuk desain Nonequivalent Control Group Design, dimana subyek penelitian tidak dikelompokkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH, SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yaitu penelitian yang tidak mengalami pengacakan murni melainkan peneliti menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian pendidikan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan

Lebih terperinci

PENGUASAAN MATEMATIKA SD PADA MAHASISWA PGSD (Penelitian Pada Mahasiswa PGSD FIP Universitas Negeri Gorontalo Semester VII Tahun Akademik 2013/2014)

PENGUASAAN MATEMATIKA SD PADA MAHASISWA PGSD (Penelitian Pada Mahasiswa PGSD FIP Universitas Negeri Gorontalo Semester VII Tahun Akademik 2013/2014) LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL PENGUASAAN MATEMATIKA SD PADA MAHASISWA PGSD (Penelitian Pada Mahasiswa PGSD FIP Universitas Negeri Gorontalo Semester VII Tahun Akademik 2013/2014) Oleh:Donald Qomaidiansyah

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Kerangka Penelitian Dilihat dari sudut keilmuan, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian terapan, yaitu penerapan ilmu kebahasaan dalam pengajaran dan pembelajaran

Lebih terperinci

2015 Vol. 8 No. 2, Juli-Desember Jurnal Al-Ta dib MENYUSUN DAN MENGANALISIS TES HASIL BELAJAR

2015 Vol. 8 No. 2, Juli-Desember Jurnal Al-Ta dib MENYUSUN DAN MENGANALISIS TES HASIL BELAJAR 2015 Vol. 8 No. 2, Juli-Desember Jurnal Al-Ta dib MENYUSUN DAN MENGANALISIS TES HASIL BELAJAR Abdul Kadir Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari Email : abdir_edu@yahoo.co.id Abstrak Tes merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengambilan sampel

BAB III METODE PENELITIAN. antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengambilan sampel BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dua kelompok, yaitu antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Letak sekolah ini mudah diakses dan sangat strategis yang berada di tengah kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl. III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl. Teuku Cik Ditiro No. 2 Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung. Populasi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PERBEDAAN PEMBERIAN MODUL PEMBELAJARAN DAN BUKU PAKET IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTsN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan 60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang diambil dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan

Lebih terperinci

BEBERAPA KRITERIA EMPIRIK PADA ANALISIS BUTIR. Oleh Dali S. Naga

BEBERAPA KRITERIA EMPIRIK PADA ANALISIS BUTIR. Oleh Dali S. Naga BEBERAPA KRITERIA EMPIRIK PADA ANALISIS BUTIR Oleh Dali S. Naga Abstract. Aside of the theoretical framework, item analysis has established several empirical criteria for the determination of the quality

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH/SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMP/MTs/SMPLB), SEKOLAH MENENGAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan dalam meneliti status suatu objek, kondisi, atau

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR TES OBJEKTIF UJIAN AKHIR SEMESTER MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA BERDASARKAN TEORI TES MODERN

ANALISIS BUTIR TES OBJEKTIF UJIAN AKHIR SEMESTER MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA BERDASARKAN TEORI TES MODERN ANALISIS BUTIR TES OBJEKTIF UJIAN AKHIR SEMESTER MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA BERDASARKAN TEORI TES MODERN Dewi Juliah Ratnaningsih (djuli@ut.ac.id) Isfarudi FMIPA-UT, Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian Secara garis besar variabel penelitian mengenai keterbandingan reliabilitas berdasar metode penskoran number-right score dengan metode penskoran correction

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (00:07) penelitian ekperimental

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Subjek dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Wirosari Kabipaten Grobogan yang beralamat di jalan Gajah Mada No.144

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII ini BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS) berbasis pendekatan saintifik pada materi lingkaran untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang analisis butir soal Ulangan Akhir Semester (UAS) mata pelajaran Fisika kelas XI SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Ajaran 2015/2016 ini sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan sampel tidak secara random, tetapi menerima keadaan sampel apa adanya. Desain penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. website, uji validitas dan reabilitas, uji asumsi, analisis regresi linear berganda.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. website, uji validitas dan reabilitas, uji asumsi, analisis regresi linear berganda. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai hasil dari analisis yang dilakukan. Hasil dan pembahasan ini terdiri dari gambaran umum responden, kualitas website, uji validitas dan reabilitas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo kelas XI semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 yang beralamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang saat ini diberlakukan oleh pemerintah Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan bagian dari upaya peningkatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG Anita Puspita Handayani 1, Muhardjito 2, Sumarjono 3,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari Bandung yang terletak di jalan Palasari No. 46 Bandung, Jawa Barat. Sekolah yang berdiri di bawah naungan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis Butir Tes, Teori respons butir, soal matematika

Kata Kunci: Analisis Butir Tes, Teori respons butir, soal matematika Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui kualitas karakteristik Butir Tes Matematika pada Tes Buatan MGMP Kota Makassar Didasarkan pada Teori Respons Butir. Penelitian ini adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia, yang beralamat di Jalan Setiabudhi No. 229 Bandung, Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment. 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment. Menurut Panggabean (1996: 21) Pre-Experiment yaitu penelitian yang secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Menurut Panggabean (1996:27) penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS), 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen. Dikarenakan subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi menerima keadaan

Lebih terperinci

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL Oleh Etik Khoirun Nisa NIM 090210102023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Statistik deskriptif digunakan sebagai dasar untuk menguraikan kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai kompetensi guru, motivasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di SMAN 4 Bandung, yang berlokasi di Jl. Gardujati No. 20 Bandung. Waktu penelitian dilakukan selama berlangsungnya pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam merespon soal tes diagnosis serta latar belakang siswa yang mempengaruhi kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran variabel yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini adalah penjelasan operasionalnya: 1. Model Pembelajaran

Lebih terperinci