PENYETARAAN (EQUATING) SKOR BIOLOGI SMA BERDASARKAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2010/2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYETARAAN (EQUATING) SKOR BIOLOGI SMA BERDASARKAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2010/2011"

Transkripsi

1 PENYETARAAN (EQUATING) SKOR BIOLOGI SMA BERDASARKAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2010/2011 Rumondang Purwati Peneliti di Pusat Penilaian Pendidikan, Kemdikbud ABSTRACT National Exam (UN) 2011 is arranged in some parallel packages that assessed on three time zones (Western, Middle, and Eastern). To compare the scores obtained on different test packages, a process of equating scores is needed, using anchor (linking) item. The difficulty level of linking items is used to determine the difficulty level of test packages to arrange the conversion table. The conversion scores are used to compare the student ability. The aims of this study are to identify the characteristics of items linking, to compare the difficulty of tests packages, to make the conversion table, and to compare the scores before and after the equating process. Equating process is using data from all students responses on national exam (UN) 2011 of Biology in SMA.The data analysis is using Winstep program to determine the characteristics of item linking and the equating process is using fixed item parameter calibration. The lowest item linking difficulty level is on Eastern zone and the highest is on Western zone. For the nonlinking items, the lowest item difficulty is on the Western zone and the highest is on the Eastern zone. After the scores conversion, the SMA Biology scores on Westerns zone is higher than the scores on Middle zone to obtain the same scores from 0 to 3.89 and above In the Middle zone for scores , Middle scores is higher than Westerns scores. In all scores, Western scores is higher than Eastern scores. The average scores in all of provinces has increased after equating process. The lowest average score after equating is achieved by Nusa Tenggara Timur (6.39) and the highest is Bali (8.90). VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

2 Keywords: equating, difficulty level, linking, conversion, and national exam ABSTRAK Ujian Nasional (UN) 2011 disusun dalam beberapa paket tes yang paralel yang diujikan pada tiga zona waktu (Barat, Tengah, dan Timur). Agar skor antarpaket dapat dibandingkan, perlu dilakukan equating, yaitu proses penyetaraan paket tes dengan menggunakan soal-soal anchor (linking). Tingkat kesukaran soal-soal linking digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran paket tes untuk membuat tabel konversi. Skor konversi dapat digunakan untuk membandingkan kemampuan siswa. Studi penyetaraan paket tes Biologi SMA pada UN 2011 bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik butir soal-soal linking antarpaket, membandingkan tingkat kesukaran paket-paket tes, membuat konversi skor, dan membandingkan rata-rata skor sebelum dan sesudah equating. Proses equating menggunakan data yang berasal dari semua jawaban siswa pada UN 2011 terhadap mata pelajaran Biologi SMA. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan program winstep untuk mengetahui karakteristik soal lingking dan nonlinking dan selanjutnya dilakukan proses equating dengan menggunakan fixed item parameter calibration. Rata-rata tingkat kesukaran soal-soal linking Biologi terendah di zona Timur dan tertinggi di zona Barat. Soal-soal nonlinking Biologi memiliki tingkat kesukaran rata-rata terendah di zona Barat dan tertinggi di zona Timur. Setelah dikonversi, skor Biologi SMA zona Barat lebih tinggi daripada di zona Tengah untuk memperoleh nilai yang sama dari 0 hingga 3.89 dan di atas Pada skor zona Tengah , skor zona Tengah lebih tinggi daripada skor Barat. Pada semua skor, skor Barat lebih tinggi daripada skor Timur. Di semua provinsi, skor rata-rata ujian nasional Biologi murni mengalami kenaikan setelah dikonversikan. Skor rata-rata setelah equating yang terendah dicapai oleh Nusa Tenggara Timur (6.39) dan yang tertinggi Bali (8.90). Kata kunci: penyetaraan, tingkat kesukaran, linking, konversi, dan ujian nasional VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

3 PENDAHULUAN Undang Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab XVI pasal 57 sampai dengan 59 tentang evaluasi menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Evaluasi pendidikan dilaksanakan oleh guru, sekolah, dan pemerintah. Evaluasi yang dilakukan pemerintah disebut Ujian Nasional (UN) yang berfungsi untuk mengukur sejauh mana program pendidikan telah tercapai sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Soal-soal ujian nasional pada tahun 2011 disusun dalam beberapa paket yang berbeda yang diujikan di tiga zona waktu (Barat, Tengah, dan Timur. Semua paket tes UN ini disusun berdasarkan kisi-kisi yang sama untuk memperoleh paket-paket tes yang paralel dengan asumsi semua paket tes akan mengukur kompetensi yang sama. Dengan demikian, setiap siswa yang memiliki kemampuan yang sama akan memperoleh skor atau nilai yang sama, walaupun menempuh paket tes yang berbeda. Pada kenyataannya, selalu ditemukan perbedaan tingkat kesukaran pada beberapa paket tes yang dianggap paralel. Dengan adanya perbedaan tingkat kesukaran ini, akan dihasilkan skor yang berbeda dari dua orang siswa yang kemampuannya sama. Tes yang seperti ini tidak adil karena siswa yang menempuh tes yang lebih mudah akan diuntungkan, sedangkan siswa yang menempuh tes yang lebih sulit akan dirugikan. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan penyetaraan hasil tes dari beberapa paket tes yang paralel. Dalam proses penyetaraan ini, hasil tes (skor) dari semua paket tes diskalakan ke dalam satu skala yang sama. Selain itu, skor dari suatu paket tes harus ditransformasi atau diubah ke dalam skala skor paket tes yang lain yang dijadikan paket tes referensi (acuan). Proses VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

4 transformasi skor ini disebut sebagai equating (penyetaraan). Salah satu cara yang dapat dilakukan pada proses penyetaraan paket tes ini adalah dengan menggunakan soal-soal yang sama persis yang diletakkan di semua paket tes. Soal-soal yang sama persis ini disebut sebagai soal anchor (linking). Diharapkan siswa-siswa yang memiliki kemampuan sama akan memperoleh skor yang sama ketika menjawab soal-soal linking ini. Perbedaan kemampuan siswa yang mengerjakan paket tes yang berbeda tercermin dari perbedaan kemampuan siswa-siswa tersebut dalam menjawab soal-soal anchor (linking). Perbedaan tingkat kesukaran paket tes akan diperkirakan berdasarkan perbedaan tingkat kesukaran soal-soal linking. Setelah itu, akan dihasilkan konversi skor untuk semua paket tes. Dengan menggunakan tabel konversi skor, skor siswa yang mengerjakan paket tes paralel tertentu kemudian dikonversikan terhadap skor pada paket tes referensi. Skor hasil konversi inilah yang dapat digunakan untuk membandingkan kemampuan siswa antarpaket tes. Masalah yang ditemukan dari latar belakang di atas adalah (1) bagaimanakah karakteristik soal-soal anchor (linking) yang digunakan pada mata pelajaran Biologi SMA dalam UN 2011, (2) bagaimanakah perbandingan tingkat kesukaran paket-paket tes Biologi SMA dalam UN 2011, (3) bagaimanakah konversi skor menjawab benar (skor mentah) suatu paket tes Biologi SMA relatif terhadap skor mentah paket tes referensi, dan (4) bagaimanakah rata-rata nilai Biologi SMA di suatu wilayah setelah dilakukan konversi nilai? Studi penyetaraan paket tes Biologi SMA pada UN 2011 bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik butir soal-soal anchor (linking) antarpaket, (2) membandingkan tingkat kesukaran paketpaket tes, (3) membuat konversi skor satu paket tes paralel terhadap skor paket tes referensi, (4) membandingkan rat-rata nilai di suatu wilayah sebelum dan sesudah dilakukan proses equating. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

5 KAJIAN LITERATUR Desain Tes dengan Soal Anchor (Linking) Pada desain tes dengan soal anchor (linking), paket tes yang berbeda (misalnya, paket tes A dan paket tes B) diberikan kepada kelompok peserta yang berbeda, katakanlah kelompok 1 dan kelompok 2. Untuk menyetarakan skor dari beberapa paket tes yang berbeda ini, digunakan soal yang sama persis. Soal-soal yang sama di beberapa paket tes yang berbeda disebut common items (soal anchor-linking). Soal-soal linking mempresentasikan spesifikasi tes secara keseluruhan. Hambleton, Swaminathan, dan Rogers (1991) menyatakan bahwa pada desain tes dengan soal anchor (linking) peserta tes tidak perlu mengerjakan semua paket tes yang dapat menyebabkan waktu terlalu panjang dan timbulnya efek lelah. Dengan desain ini, tidak perlu membentuk kelompok peserta tes yang ekivalen karena di dalam praktiknya sangat sulit. Desain tes dengan menggunakan soal linking memungkinkan pengendalian jumlah serta frekuensi penggunaan butir soal. Kalibrasi Butir Soal dengan Model Rasch Model Rasch merupakan teori analisis modern yang membentuk pemodelan dari peluang seseorang menjawab benar suatu soal. Dalam model Rasch dikenal beberapa parameter, di antaranya tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal, dan faktor menebak soal. Model Rasch dengan satu parameter hanya memperhitungkan tingkat kesukaran soal sebagai parameter pembeda fungsi probabilitas butir soal. Peluang seseorang dapat menjawab benar suatu soal bergantung kepada tingkat kesukaran soal dan kemampuan orang tersebut. Hasil analisis dengan model Rasch berupa tabel konversi skor mentah ke kemampuan atau skor benar (true score) dalam skala -4 sampai +4. Dalam model Rasch semua peserta yang mendapatkan skor mentah sama maka estimasi skor benar (true score) akan sama. Artinya, jika jumlah soal yang dijawab benar sama, meskipun berasal dari nomor soal yang berbeda-beda, dianggap memiliki kemampuan (skor benar) sama. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

6 Gambar 1 menunjukkan model Rasch tiga butir soal yang berbeda tingkat kesukarannya. Gambar 1. Kurva karakteristik tiga butir soal yang berbeda tingkat kesukaran dengan model Rasch. 1 probability correctly answer theta scale Saat melakukan kalibrasi dengan model Rasch akan dihasilkan karakteristik soal dalam bentuk klasik seperti proportion correct, item tes correlation (item discrimination), serta statistik pilihan jawaban. Namun, hasil utama dari model Rasch adalah measure butir soal atau disebut sebagai tingkat kesukaran soal dalam skala -4 sampai +4. Pada model Rasch juga dihasilkan statistik item fit yang menunjukkan tingkat kecocokan data respon dengan model yang telah ditentukan. Statistik item fit dapat membantu kita menelaah kembali soal atau mendeteksi kesalahan dalam proses kalibrasi. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

7 Kalibrasi dengan Parameter Butir Soal Ditentukan Salah satu metode penyetaraan adalah mengkalibrasi suatu paket tes dengan menentukan nilai parameter butir soal anchor sama dengan nilai parameter butir soal anchor di paket tes referensi. Diasumsikan bahwa parameter butir soal-soal anchor adalah konstan untuk semua paket tes. Diagram Test Characteristic Curve (TCC) untuk menentukan konversi skor Jika parameter butir soal telah diskalakan dalam skala yang sama melalui kalibrasi dengan parameter butir soal anchor ditentukan (fixed anchor item parameter calibration), selanjutnya dapat dilakukan proses equating. Jika equating yang digunakan adalah true score equating, prosedurnya akan sama tanpa memedulikan metode scaling yang digunakan. Langkah true score equating ini dilakukan hanya jika nilai theta tidak digunakan sebagai skor peserta tes. Beberapa alasan nilai theta tidak digunakan sebagai skor siswa adalah 1) dengan menggunakan scoring pola, jumlah jawaban benar yang sama dapat menghasilkan nilai theta yang berbeda tergantung dari pola jawaban benarnya, hal ini sulit diterapkan pada tes yang bertujuan untuk penempatan, dan 2) untuk skor ekstrim (misal, skor yang sangat tinggi ataupun sangat rendah), kesalahan pengukuran seringkali menjadi lebih tinggi dibandingkan skor rentang tengah. Oleh karena itu, seringkali diperlukan tahapan equating true score. Equating true score meliputi tiga proses: 1) TCC dari paket tes A diplot sehingga terbentuk kurva yang menghubungkan estimasi theta dengan jumlah skor benar, 2) TCC untuk paket tes B juga diplot pada skala yang sama dengan paket tes A, kemudian dibuat tabel konversi yang menggunakan nilai estimasi theta sebagai anchor antara paket tes A dan paket tes B, 3) untuk setiap skor pada paket tes B, dihitung skor paket tes A dengan mencocokkan nilai thetanya. Proses ini VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

8 terlihat mudah untuk dijelaskan, namun sulit untuk dilakukan dan memerlukan proses iterasi. Proses ini dijelaskan secara mendetail dalam Kolen dan Brennan (2004). Gambar 2 menyajikan TCC (kurva karakteristik tes) untuk paket tes A dan B. Sementara itu, tabel 1 menyajikan tabel konversi true score (dan juga scaled score) yang dijelaskan oleh Kolen dan Brennan (2004). Tabel 1. Tabel Konversi True Score dan Scaled Score Paket A Theta Paket B (skala skor Paket A yang dikonversikan) Skala Skor Gambar 2. Kurva Karakteristik Tes untuk Paket A dan Paket B Pada prakteknya true score tidaklah benar-benar digunakan untuk mengubah skor, teori equating true score diaplikasikan untuk skor terobservasi. Namun demikian, Wingersky dan Lord (1984) melalui studi simulasi menemukan bahwa pada desain VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

9 equating NEAT akan diperoleh tabel konversi yang sama baik menggunakan true score ataupun observed score. Bertentangan dengan temuan ini, Kolen (1981) dan Han, Kolen, serta Pohlmann (1997) menemukan bahwa pada desain kelompok random, terdapat perbedaan antara penggunaan observed score dengan true score. Kelebihan menggunakan true score equating adalah kemudahan dalam hal komputasi dibandingkan metode lainnya. Selain itu konversi skor tidak bergantung pada distribusi kemampuan peserta tes (salah satu sifat dari observed score equating). Kelemahan true score equating adalah dalam prakteknya, tidak ada true score dan jika menggunakan model 3-parameter, ekivalen true score tidak diketahui untuk nilai di bawah total jumlah parameter-c serta untuk nilai sempurna. Skor jawaban benar juga jarang digunakan pada kehidupan nyata. Biasanya dilakukan transformasi skor lanjutan sampai dihasilkan skor baru untuk pelaporan hasil tes. Transformasi ini merupakan scaling tahap pasca equating yang mengonversi skor jawaban benar ke dalam skor skala baru. Konversi Skor dan Penskalaan Scaled scores lebih sering dilaporkan dibandingkan true score, hal ini terjadi untuk menghindari kebingungan publik akan cara menginterpretasi skor. Seringkali skor pelaporan diasosiakan sebagai persentase menjawab benar soal-soal dalam tes (misal, skala nilai 0-100). Dalam UN digunakan skala skor 0-10 yang juga merupakan konversi dari persentase menjawab benar soal relatif terhadap jumlah soal keseluruhan dalam setiap paket tes. Namun dapat pula melakukan konversi true score menjadi skor dalam skala baru dengan cara menetapkan nilai rata-rata dan standar deviasi dari skala yang baru yang akan digunakan untuk kepentingan pelaporan. Cara yang paling mudah melakukan konversi ini adalah transformasi linear. Pada transformasi linear, skor mentah (A) ditransformasi menjadi scaled scores VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

10 dengan mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi dari skor mentah sampel peserta tes. Pada contoh ini, nilai rata-rata skor mentah adalah 10,5 dan standar deviasi 2,3. Kemudian harus ditentukan nilai ratarata scaled score dan standar deviasinya. Jika nilainya ditetapkan sebagai 150 dan 10, persamaan berikut merumuskan transformasi raw score menjadi scaled score, hasil transformasi dapat dilihat pada tabel 1. Jambi, Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Banten, Jawa Barat, Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan. Provinsi yang termasuk zona Tengah: Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Bali, Sulawesi Barat, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah. Data METODE PENELITIAN Provinsi yang termasuk zona Timur: Maluku Utara, Maluku, Papua, Papua Barat, paket soal Luar negeri. Data berasal dari semua jawaban siswa pada UN 2011 terhadap mata pelajaran Biologi SMA. Pada mata pelajaran Biologi SMA jumlah soal yang diujikan sebanyak 40 soal. Paket tes Biologi di zona Barat adalah Paket 2, di zona Tengah Paket 5, dan di zona Timur Paket 4. Jumlah soal linking adalah 5 soal yang berada pada nomor 10, 17, 23, 28, dan 39. Provinsi yang termasuk zona Barat: Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Teknik Analisis Studi penyetaraan paket UN 2011 dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah analisis butir soal dengan menggunakan software Rasch model, yaitu Winstep. Setelah parameter butir soal dari masing-masing tes diketahui, kemudian dianalisis statistik deskriptif masing-masing tes berdasarkan tipe linking atau nonlinking. Perbandingan karakter soal linking juga disajikan dalam bentuk scatter plot item parameter. Kemudian dilakukan proses VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

11 equating dengan menggunakan fixed item parameter calibration (kalibrasi dengan parameter butir soal linking telah ditentukan). Hasil kalibrasi kedua dijadikan acuan untuk membuat test characteristic curve (TCC) paket tes yang akan disetarakan. Plot TCC paket yang akan disetarakan kemudian disandingkan dengan plot TCC paket referensi atau paket acuan. Berdasarkan hasil plot kedua paket tes tersebut dibuatlah tabel konversi dari raw score (skor mentah) suatu paket terhadap raw score (skor mentah) paket tes lainnya. Tabel konversi raw score to raw score kemudian dijadikan acuan untuk melakukan konversi skor Biologi peserta UN 2011 di zona Tengah dan zona Timur. Skor konversi kemudian diskalakan ke dalam skala nilai 0 sampai 10. HASIL DAN BAHASAN Perbandingan tingkat kesukaran soalsoal linking, soal-soal nonlinking, dan paket tes Soal-soal linking sebanyak lima soal berada pada nomor-nomor soal yang sama di setiap zona. Karena kelima soal linking ini sama persis di semua zona, seharusnya siswasiswa yang memiliki kemampuan sama di semua zona akan mendapatkan skor yang sama. Akan tetapi, pada kenyataannya setelah dilakukan analisis terhadap tingkat kesukaran soal-soal linking di setiap zona diperoleh hasil bahwa tingkat kesukaran soalsoal linking di setiap zona tidak sama. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, misalnya kemampuan siswa yang berbeda dan pengadministrasian tes yang mungkin tidak standar. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa ratarata tingkat kesukaran soal-soal linking Biologi yang terendah adalah di zona Timur. Siswa-siswa di zona Timur memiliki kemampuan Biologi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa-siswa di zona VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

12 Barat dan Tengah bila diukur dengan soalsoal linking. Tingkat kesukaran rata-rata soalsoal linking Biologi yang tertinggi adalah di zona Barat. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh siswa-siswa di zona Barat lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan Biologi siswa-siswa di zona Tengah dan Timur. link Tabel 2. Tingkat Kesukaran Soal-soal Biologi nonlink Biologi Barat Tengah Timur Mean Std. Dev Mean Std. Dev Soal-soal nonlinking Biologi memiliki tingkat kesukaran rata-rata yang terendah di zona Barat dan yang tertinggi di zona Timur, namun perbedaannya tidak terlalu nyata. Soal-soal Biologi linking dan nonlinking memiliki tingkat kesukaran rata-rata sedang pada semua zona. Gambar 3. Kurva Karakteristik Tes Biologi Skor Kemampuan siswa Pada kurva karakteristik tes Biologi dapat dilihat bahwa kurva karakteristik tes pada masing-masing zona hampir berimpit yang berarti dengan kemampuan yang relatif sama akan diperoleh skor yang hampir sama di semua zona. Dikatakan hampir sama karena selisihnya hanya kecil. Antara zona Barat dan Tengah, dari kemampuan -4.0 hingga -0.5 dan dari kemampuan -0.1 hingga 3.3 siswa-siswa di zona Barat memperoleh skor yang lebih tinggi daripada siswa-siswa di zona Tengah. Antara kemampuan -0.4 hingga -0.2, siswa-siswa di zona Barat dan Tengah memperoleh skor yang sama. Pada kemampuan di atas -3.4 siswa-siswa di zona Tengah memperoleh skor VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

13 yang sedikit lebih tinggi daripada siswa-siswa di zona Barat. Pada kemampuan -4.0 hingga 2.0 siswa-siswa di zona Tengah memperoleh skor yang relatif lebih tinggi daripada skor yang diperoleh oleh siswa-siswa di zona Timur dengan kemampuan yang sama. Di atas kemampuan 2.0, siswa-siswa di zona Timur mendapatkan skor yang sedikit lebih tinggi daripada siswa-siswa di zona Tengah. Karena selisih skornya sangat kecil, dapat dikatakan bahwa pada kemampuan di atas 2.0, siswasiswa di zona Tengah dan Timur memperoleh skor yang relatif sama, pada gambar terlihat kurva keduanya berimpit. Antara zona Barat dan Timur, siswasiswa di zona Barat memperoleh skor yang lebih tinggi daripada siswa-siswa di zona Timur pada kemampuan yang sama antara hingga 3.4. Di atas kemampuan 3.4, siswa-siswa di zona Timur memperoleh skor yang sedikit lebih tinggi daripada siswa-siswa di zona Barat. Identifikasi karakteristik soal-soal linking Posisi soal-soal linking antarzona (Barat - Tengah dan Barat - Timur) digambarkan melalui scatter plot tingkat kesukaran pada masing-masing nomor soal linking. Gambar 4. Scatter Plot Butir Soal Biologi SMA Pada gambar scatter plot soal-soal linking Biologi tampak penyebaran soal-soal linking berada paling dekat dengan garis regresi pada zona antara Barat dan Tengah. Antara Barat-Timur dan Timur-Tengah, posisi soal-soal linking menyebar jauh dari garis regresi. Berdasarkan tingkat kesukaran soalsoal linking, urutan nomor soal-soal linking VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

14 dari yang termudah hingga yang tersulit di zona Barat adalah 10 (-0.73), 17 (-0.7), 28 (- 0.34), 39 (0.51), dan 23 (0.69). Di zona Tengah, urutan soal-soal linking berdasarkan tingkat kesukarannya dari yang termudah hingga yang tersulit adalah 10 (-0.59), 17 (- 0.51), 28 (-0.19), 39 (0.11), dan 23 (0.44). Di zona Timur, urutan soal-soal linking berdasarkan tingkat kesukarannya dari yang termudah hingga yang tersulit adalah 17 (- 0.8), 23 (-0.39), 28 (-0.04), 10 (0.09), dan 39 (0.2). Di zona Barat dan tengah, urutan nomor soal berdasarkan tingkat kesukarannya adalah sama. Antara zona Barat dan Tengah, soalsoal linking nomor 10, 17, dan 28 memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah di zona Barat daripada di zona Tengah, sedangkan soal-soal linking nomor 23 dan 39 memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah di zona Tengah daripada di zona Barat. Perbedaan tingkat kesukaran soal-soal linking antara zona Barat dan zona Tengah yang tertinggi adalah 0.4 pada soal nomor 39 dan perbedaan yang terendah sebesar 0.14 pada soal nomor 10. Antara zona Tengah dan Timur, siswasiswa di zona Tengah memiliki kemampuan Biologi yang lebih tinggi daripada siswa-siswa di zona Timur ketika menjawab soal-soal nomor 10, 28, dan 39, tetapi siswa-siswa di zona Tengah memiliki kemampuan yang lebih rendah daripada siswa-siswa di zona Timur ketika menjawab soal-soal linking nomor 17 dan 23. Perbedaan tingkat kesukaran soalsoal linking antara zona Tengah dan Timur yang tertinggi adalah 0.83 pada soal nomor 23 dan perbedaan tingkat kesukaran yang terendah adalah 0.15 pada soal nomor 28. Antara zona Barat dan Timur, soal-soal linking nomor 10 dan 28 memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah pada zona Barat daripada zona Timur, sebaliknya soal-soal linking nomor 17, 23, dan 39 memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah di zona Timur daripada di zona Barat. Perbnedaan tingkat kesukaran soal-soal linking antara zona Barat dan Timur yang tertinggi adalah sebesar 1.08 pada soal nomor 23 dan yang terendah adalah sebesar 0.1 pada soal nomor 17. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

15 Tabel Konversi Berdasarkan hasil analisis terhadap soal-soal linking, skor siswa pada masingmasing zona diletakkan pada skala yang sama dengan referensi zona Barat dengan alasan jumlah provinsi yang terdapat di zona Barat paling banyak dibandingkan dengan jumlah provinsi di zona Tengah dan Timur. Apabila soal-soal linking lebih mudah di suatu zona, nilai siswa di zona tersebut akan lebih kecil daripada skor awal (skor mentah), tetapi bila soal-soal linking termasuk lebih sulit pada suatu zona nilai siswa akan lebih tinggi setelah dikonversikan. Pada uraian berikut akan digunakan istilah skor dan nilai. Skor adalah skor mentah yang diperoleh siswa dari jumlah jawaban benar. Secara umum, skor merupakan bilangan bulat, seperti 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. Nilai adalah angka yang diperoleh siswa setelah skor dikonversikan atau diubah ke dalam skala yang digunakan. Pada penilaian ujian nasional digunakan skala 0 10 sehingga seorang siswa yang mempunyai skor 10 dari 40 soal secara konvensional akan memperoleh nilai 10/40 x 10 = 2.5. Pada tabel konversi yang akan disajikan pada bagian berikut, skor merupakan skor dari seorang siswa di mana tabel konversi tersebut digunakan, misalnya tabel konversi untuk zona Tengah, berarti skor adalah jumlah jawaban benar seorang siswa di zona Tengah. Pada kolom kedua terdapat nilai dari seorang siswa dengan skor tersebut dan pada kolom ketiga tertulis skor Barat yang menunjukkan skor dari zona Barat yang setara dengan nilai pada zona yang dikonversi. Pada umumnya skor Barat tidak berupa bilangan bulat. Jumlah soal yang terdapat pada paket tes Biologi adalah 40. Skor terendah adalah 0 dan skor tertinggi 40. Skala nilai yang digunakan adalah 0 10, yang berarti nilai terendah 0 dan nilai maksimal 10. Pada tabel konversi Biologi zona Tengah terdapat skor untuk zona Tengah yang bergerak dari 0 hingga 40 (sesuai dengan jumlah soalnya). Siswa yang memperoleh skor 1 di zona Tengah akan memperoleh nilai Nilai 0.38 ini setara atau sama dengan nilai yang akan diperoleh oleh seorang siswa di zona Barat dengan skor VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

16 1.50. Siswa yang memperoleh skor 2 di zona Tengah akan mendapat nilai 0.60 yang setara dengan skor 2.41 di zona Barat, dan seterusnya. Untuk tabel konversi Biologi zona Tengah, skor Barat lebih tinggi daripada skor Tengah untuk memperoleh nilai yang sama dari 0 hingga 3.89 dan di atas Pada nilai zona Tengah , skor Tengah lebih tinggi daripada skor Barat. Untuk tabel konversi Biologi zona Timur, pada semua nilai yang sama antara zona Barat dan zona Timur, skor Barat lebih tinggi daripada skor Timur. Tabel 3. Tabel Konversi Biologi Zona Tengah dan Timur Skor Nilai_Tengah Skor_Barat Skor Nilai_Timur Skor_Barat VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

17 Skor Nilai_Tengah Skor_Barat Skor Nilai_Timur Skor_Barat VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

18 Perbandingan nilai Ujian Nasional murni dengan nilai ujian nasional setelah equating Nilai siswa setelah disetarakan (diequating) dapat dibandingkan karena nilai tersebut berada pada skala yang sama. Misalnya, nilai 5.0 di zona Barat sama dengan nilai 5.0 di zona Tengah maupun Timur yang berarti siswa-siswa yang memperoleh nilai 5.0 di semua zona diasumsikan memiliki kemampuan yang sama. Pada bagian berikut akan dibandingkan nilai rata-rata Bilogi SMA yang dicapai oleh siswa-siswa di 15 provinsi, yaitu provinsi yang berada di zona Tengah dan zona Timur. Provinsi-provinsi yang berada di zona Barat tidak dimasukkan dalam perbandingan ini karena zona Barat merupakan zona referensi (acuan) sehingga nilai di zona tersebut tidak mengalami perubahan (tidak dilakukan equating). Nilai hasil equating memiliki beberapa kemungkinan, yaitu naik, turun, atau tetap. Hal ini dapat dilihat dari kurva karakteristik tes di masing-masing zona. Karena zona Barat sebagai referensi, kurva karakteristik tes dari setiap zona dibandingkan dengan zona Barat. Bila kurva karakteristik tes suatu zona berada di atas kurva zona Barat, berarti siswa-siswa di zona tersebut memperoleh skor lebih rendah daripada siswa-siswa di zona Barat dengan kemampuan yang sama. Dalam hal ini, skor siswa di zona tersebut akan naik mengikuti skor zona Barat apabila dilakukan konversi skor. Demikian juga sebaliknya, bila dibandingkan dengan zona Barat, kurva karakteristik tes dari zona tertentu berada di atas kurva karakteristik tes zona Barat yang berarti dengan kemampuan yang sama siswasiswa pada zona tersebut memperoleh skor yang lebih tinggi daripada siswa-siswa di zona Barat. Dalam hal ini, setelah dilakukan proses konversi, skor siswa pada zona tersebut akan lebih rendah mengikuti skor siswa pada zona Barat. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

19 Gambar 5. Perbandingan Nilai UN Murni dan Setelah Equating Biologi Di semua provinsi, nilai rata-rata ujian nasional Biologi murni mengalami kenaikan setelah dikonversikan, walaupun kenaikannya relatif kecil antara 0.07 hingga Kenaikan 0.07 terjadi di provinsi Nusa Tenggara Timur dan kenaikan 0.17 terjadi di provinsi Papua Barat dan Papua. Provinsi yang mencapai nilai rata-rata ujian nasional setelah equating di atas 8 hanyalah Bali, yaitu 8.90 dan ini merupakan nilai tertinggi. Tidak ada provinsi VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

20 yang memperoleh nilai rata-rata di bawah 6. Nilai rata-rata setelah equating yang terendah dicapai oleh Nusa Tenggara Timur, yaitu Perbandingan nilai rata-rata ujian nasional di semua provinsi Pada tabel 2 tercantum nilai rata-rata ujian nasional Biologi SMA sebelum dan sesudah konversi (equating). Karena zona yang merupakan referensi adalah zona Barat, nilai rata-rata ujian nasional di provinsiprovinsi yang termasuk zona Barat tidak mengalami perubahan, nilai rata-rata sebelum dan setelah equating adalah sama. Bila nilai rata-rata di zona Barat mengalami perubahan, perubahan ini terjadi karena adanya pembulatan dan sangat kecil sehingga bisa diabaikan. Tabel 4. Perbandingan nilai rata-rata ujian nasional Biologi SMA NO PROPINSI PESERTA SEBELUM EQUATING SETELAH EQUATING 1 Dki jakarta 22, Jawa barat 87, Jawa tengah 62, Di yogyakarta 8, Jawa timur 86, Aceh 32, Sumatera utara 62, Sumatera barat 17, Riau 17, Jambi 9, Sumatera selatan 24, Lampung 18, VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

21 NO PROPINSI PESERTA SEBELUM EQUATING SETELAH EQUATING 13 Kalimantan barat 6, Kalimantan tengah 5, Kalimantan selatan 7, Kalimantan timur 8, Sulawesi utara 6, Sulawesi tengah 8, Sulawesi selatan 32, Sulawesi tenggara 10, Maluku 7, Bali 11, Nusa tenggara barat 14, Nusa tenggara timur 8, Papua 5, Bengkulu 5, Maluku utara 5, Bangka belitung 2, Gorontalo 2, Banten 21, Kepulauan riau 2, Sulawesi barat 2, Papua barat 2, VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

22 Pada pelajaran Biologi, nilai rata-rata sebelum equating yang terendah diperoleh oleh NTT (6.32), Kalimantan Tengah (6.60), dan Sumatera Barat (6.68), sedangkan nilai rata-rata Biologi tertinggi dicapai oleh Riau (8.31), Jambi (8.35), dan Bali (8.77). Posisi provinsi berdasarkan nilai rata-rata setelah equating tidaklah berubah, namun nilai ratarata Biologi NTT mengalami sedikit kenaikan menjadi 6.39 dan Bali pun mengalami kenaikan menjadi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rata-rata tingkat kesukaran soal-soal linking Biologi terendah di zona Timur dan tertinggi di zona Barat. Soal-soal nonlinking Biologi memiliki tingkat kesukaran rata-rata terendah di zona Barat dan tertinggi di zona Timur. Soal-soal linking nomor 10, 17, dan 28 lebih mudah di zona Barat daripada di zona Tengah, nomor 23 dan 39 lebih mudah di zona Tengah daripada di zona Barat. Soal-soal linking nomor 10, 28, dan 39 lebih mudah di zona Tengah daripada di zona Timur, nomor 17 dan 23 lebih mudah di zona Timur daripada di zona Tengah. Soal-soal linking nomor 10 dan 28 lebih mudah di zona Barat daripada zona Timur, sebaliknya soal-soal linking nomor 17, 23, dan 39 lebih mudah di zona Timur daripada di zona Barat. Untuk tabel konversi Biologi, skor Barat lebih tinggi daripada skor Tengah untuk memperoleh nilai yang sama dari 0 hingga 3.89 dan di atas Pada nilai Tengah , skor Tengah lebih tinggi daripada skor Barat. Pada semua nilai, skor Barat lebih tinggi daripada skor Timur. Di semua provinsi, nilai rata-rata ujian nasional Biologi murni mengalami kenaikan setelah dikonversikan. Nilai rata-rata setelah equating yang terendah dicapai oleh Nusa Tenggara Timur (6.39) dan yang tertinggi Bali (8.90). Saran 1. Proses equating sebaiknya dilakukan pada ujian nasional sehingga diperoleh nilai yang setara di semua provinsi. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

23 2. Melalui equating akan diperoleh tabel konversi. Sosialisasi penerapan tabel konversi perlu dilakukan oleh dinas pendidikan di seluruh provinsi sebelum pelaksanaan ujian nasional agar masyarakat mengerti perlunya penyetaraan skor dan mau menerimanya. DAFTAR PUSTAKA American Educational Research Association, American Psychological Association, & National Council on Measurement in Education. (1999). Standards for educational and psychological testing. Washington, DC: American Educational Research Association. Brennan, R. L., & Kolen, M. J. (1987). Some practical issues in equating. Applied Psychological Measurement, 11(3), Hambleton, R. K., & Swaminathan, H. (1985). Item response theory: Principles and Applications. Boston, MA: Kluwer-Nijhoff Publishing. Hambleton, R. K., Swaminathan, H., & Rogers, H. J. (1991). Fundamentals of item response theory. Newbury Park, CA: Sage. Han, T., Kolen, M. J., & Pohlmann, J. (1997). A comparison among IRT true- and observed score equating and traditional equipercentile equating. Applied Measurement in Education, 10, Kolen, M. J., & Brennan, R. L. (2004). Test equating, scaling and linking: Methods and practices. (2nd ed.). New York: Springer. Lord, F. M. (1980). Practical applications item response theory. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum. VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.II/No.01/Juni/

ANALISIS BUTIR SOAL DAN KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA SISWA SMK DALAM UJIAN NASIONAL TAHUN 2011

ANALISIS BUTIR SOAL DAN KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA SISWA SMK DALAM UJIAN NASIONAL TAHUN 2011 ANALISIS BUTIR SOAL DAN KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA SISWA SMK DALAM UJIAN NASIONAL TAHUN 2011 Fahmi Peneliti Muda di Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemdikbud E-mail: ffahmi6@gmail.com ABSTRACT The

Lebih terperinci

Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011

Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011 Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011 Fahmi Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011

Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011 Perbandingan Nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika SMA Program IPA Tahun Pelajaran 2010/2011 Fahmi Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

Penyetaraan (Equating) Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Dengan Teori Tes Klasik

Penyetaraan (Equating) Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Dengan Teori Tes Klasik Penyetaraan (Equating) Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Dengan Teori Tes Klasik Arniati Prasedyawati Herkusumo Peneliti pada Pusat Penilaian Pendidikan Abstrak: Sejak diberlakukannya Ujian

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan KARAKTERISTIK METODE PENYETARAAN SKOR TES UNTUK DATA DIKOTOMOS PMIPA FKIP UNS nonoh_nst@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menemukan: 1) akurasi estimasi parameter item pada test equating

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENYETARAAN SKOR TES MENGGUNAKAN BUTIR BERSAMA DAN TANPA BUTIR BERSAMA

PERBANDINGAN METODE PENYETARAAN SKOR TES MENGGUNAKAN BUTIR BERSAMA DAN TANPA BUTIR BERSAMA PERBANDINGAN METODE PENYETARAAN SKOR TES MENGGUNAKAN BUTIR BERSAMA DAN TANPA BUTIR BERSAMA Heri Retnawati Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta email: heri_retnawati@uny.ac.id

Lebih terperinci

METODE KALIBRASI DAN DESAIN TES BERDASARKAN TEORI RESPONS BUTIR (IRT) 2

METODE KALIBRASI DAN DESAIN TES BERDASARKAN TEORI RESPONS BUTIR (IRT) 2 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 3, September - Desember 2015 STKIP PGRI Banjarmasin METODE KALIBRASI DAN DESAIN TES BERDASARKAN TEORI RESPONS BUTIR (IRT) 2 Dina Huriaty

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH/MADRASAH 12/14/2016

UJIAN SEKOLAH/MADRASAH 12/14/2016 //0 UJIAN SEKOLAH/MADRASAH merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran dan muatan lokal sesuai dengan standar kompetensi lulusan US/M diselenggarakan pada

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA PENDIDIK DALAM PENGEMBANGAN TES MENGGUNAKAN METODE EQUATING

PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA PENDIDIK DALAM PENGEMBANGAN TES MENGGUNAKAN METODE EQUATING SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL A ISBN : 978-602-73159-1-4 PENINGKATAN

Lebih terperinci

PENYETARAAN HASIL UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PENDAHULUAN Pendidikan nasional diselenggarakan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia

PENYETARAAN HASIL UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PENDAHULUAN Pendidikan nasional diselenggarakan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia PENYETARAAN HASIL UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PENDAHULUAN Pendidikan nasional diselenggarakan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk mendukung pembangunan nasional. Peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Statistik skor mahasiswa UAS TPB IPB mata kuliah Fisika

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Statistik skor mahasiswa UAS TPB IPB mata kuliah Fisika 6 c. Menghitung sebaran pilihan jawaban dan reliabilitas soal. 3. Penerapan teori respon butir dengan menggunakan model IRT 1PL, IRT 2PL, dan IRT 3PL. a. Pengujian asumsi model IRT b. Menghitung parameter

Lebih terperinci

Penyetaraan (Equating) Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Dengan Teori Tes Klasik

Penyetaraan (Equating) Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Dengan Teori Tes Klasik Arniati Prasedyawati Herkusumo, Penyetaraan (Equating) Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Dengan Teori ttes Klasik Penyetaraan (Equating) Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Dengan

Lebih terperinci

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara. LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMILIHAN BUTIR ALTERNATIF PADA TES ADAPTIF UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN TES

STRATEGI PEMILIHAN BUTIR ALTERNATIF PADA TES ADAPTIF UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN TES STRATEGI PEMILIHAN BUTIR ALTERNATIF PADA TES ADAPTIF UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN TES Agus Santoso FMIPA Universitas Terbuka Jakarta email: aguss@mail.ut.ac.id ABSTRAK Rancangan tes adaptif terkomputerisasi

Lebih terperinci

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154 ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETEPATAN ESTIMASI TINGKAT KESUKARAN BUTIR TES PILIHAN GANDA PADA PENSKORAN KOREKSI DAN KONVENSIONAL DENGAN PENERAPAN MODEL RASCH

PERBEDAAN KETEPATAN ESTIMASI TINGKAT KESUKARAN BUTIR TES PILIHAN GANDA PADA PENSKORAN KOREKSI DAN KONVENSIONAL DENGAN PENERAPAN MODEL RASCH PERBEDAAN KETEPATAN ESTIMASI TINGKAT KESUKARAN BUTIR TES PILIHAN GANDA PADA PENSKORAN KOREKSI DAN KONVENSIONAL DENGAN PENERAPAN MODEL RASCH Purwo Susongko (Universitas Pancasakti Tegal) Kusumatirto@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BUTIR ANCHOR TERHADAP HASIL PENYETARAAN TES BERDASARKAN TEORI RESPON BUTIR

PENGARUH JUMLAH BUTIR ANCHOR TERHADAP HASIL PENYETARAAN TES BERDASARKAN TEORI RESPON BUTIR PENGARUH JUMLAH BUTIR ANCHOR TERHADAP HASIL PENYETARAAN TES BERDASARKAN TEORI RESPON BUTIR Syahrul, Mansyur, dan Rosdiyanah Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Email: syahrulab@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

2

2 2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011 TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BUTIR ANCHOR TERHADAP HASIL PENYETARAAN TES BERDASARKAN TEORI RESPON BUTIR

PENGARUH JUMLAH BUTIR ANCHOR TERHADAP HASIL PENYETARAAN TES BERDASARKAN TEORI RESPON BUTIR PENGARUH JUMLAH BUTIR ANCHOR TERHADAP HASIL PENYETARAAN TES BERDASARKAN TEORI RESPON BUTIR Syahrul, Mansyur, dan Rosdiyanah Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar email: syahrulab@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015 . 1 ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015 Dra. Th. Nuraeni Ekaningrum, MPd. MARET 2016 Kategori hasil UN dapat dikelompokkan sebagai berikut: 2 NILAI KETERANGAN N > 85 A = SANGAT

Lebih terperinci

ANALISIS ITEM DENGAN PENDEKATAN IRT

ANALISIS ITEM DENGAN PENDEKATAN IRT ANALISIS ITEM DENGAN PENDEKATAN IRT (DENGAN BANTUAN APLIKASI PROGRAM BILOG-MG) A. PENDAHULUAN Analisis butir soal secara modern menggunakan Item Response Theory (IRT) merupakan suatu teori yang menggunakan

Lebih terperinci

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014 HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat Tahun Ajaran 213/21 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 13 Juni 21 1 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP Tahun 213/21 Peserta UN 3.773.372 3.771.37 (99,9%) ya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Aplikasi IRT dalam Analisis Aitem Tes Kognitif

Aplikasi IRT dalam Analisis Aitem Tes Kognitif Buletin Psikologi ISSN 0854-7108 2016, Vol. 24, No. 2, 64 75 Aplikasi IRT dalam Analisis Aitem Tes Kognitif Firmanto Adi Nurcahyo 1 Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan Surabaya Abstract Item

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN NO PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 ACEH 197 435 632 2 SUMATERA UTARA 1,257 8,378 9,635 3 SUMATERA BARAT 116 476 592

Lebih terperinci

PEMILIHAN BUTIR ALTERNATIF PADA TES ADAPTIF UNTUK PENINGKATAN KEAMANAN TES. Agus Santoso FMIPA Universitas Terbuka

PEMILIHAN BUTIR ALTERNATIF PADA TES ADAPTIF UNTUK PENINGKATAN KEAMANAN TES. Agus Santoso FMIPA Universitas Terbuka PEMILIHAN BUTIR ALTERNATIF PADA TES ADAPTIF UNTUK PENINGKATAN KEAMANAN TES Agus Santoso FMIPA Universitas Terbuka email: aguss@ut.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan mendesksripsikan pengaruh pemilihan

Lebih terperinci

METHOD OF SCORE EQUALITY AND SAMPLE SIZE

METHOD OF SCORE EQUALITY AND SAMPLE SIZE Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 2, No. 1, Maret 2011, 101-114 METHOD OF SCORE EQUALITY AND SAMPLE SIZE Tri Rijanto Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Jl. Ketintang,

Lebih terperinci

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR TES OBJEKTIF UJIAN AKHIR SEMESTER MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA BERDASARKAN TEORI TES MODERN

ANALISIS BUTIR TES OBJEKTIF UJIAN AKHIR SEMESTER MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA BERDASARKAN TEORI TES MODERN ANALISIS BUTIR TES OBJEKTIF UJIAN AKHIR SEMESTER MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA BERDASARKAN TEORI TES MODERN Dewi Juliah Ratnaningsih (djuli@ut.ac.id) Isfarudi FMIPA-UT, Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang

Lebih terperinci

ABSTRAK.

ABSTRAK. 1 PERBEDAAN FUNGSI INFORMASI ITEM PADA TES PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA BENTUK PILIHAN GANDA YANG MENGGUNAKAN PENSKORAN KONVENSIONAL DAN KOREKSI Purwo Susongko Universitas Pancasakti Tegal Kusumatirto@gmail.com

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

Jurnal Evaluasi Pendidikan Volume 3, No 1, Maret 2015 (12-25) Online:

Jurnal Evaluasi Pendidikan Volume 3, No 1, Maret 2015 (12-25) Online: Jurnal Evaluasi Pendidikan Volume 3, No 1, Maret 2015 (12-25) Online: http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/jep PENYETARAAN VERTIKAL TES MATEMATIKA SMP DENGAN TEORI RESPONS BUTIR MODEL RASCH Prodi

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. ANALISIS BENCANA DI INDONESIA BERDASARKAN DATA BNPB MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA MINING MAHESA KURNIAWAN 54412387 Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. Bencana merupakan peristiwa yang dapat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam skripsi ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku saku Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2016/2017. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Data

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI COMPUTERIZED ADAPTIVE TESTING PADA SISTEM UJIAN AKHIR SEMESTER UNIVERSITAS TERBUKA

EFISIENSI DAN AKURASI COMPUTERIZED ADAPTIVE TESTING PADA SISTEM UJIAN AKHIR SEMESTER UNIVERSITAS TERBUKA EFISIENSI DAN AKURASI COMPUTERIZED ADAPTIVE TESTING PADA SISTEM UJIAN AKHIR SEMESTER UNIVERSITAS TERBUKA Agus Santoso (aguss@ut.ac.id) Jurusan Statistika FMIPA Universitas Terbuka ABSTRACT Universitas

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan

Lebih terperinci

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013) Lampiran Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013) Berikut ini beberapa contoh perhitungan dari variabel riskesdas yang menyajikan Sampling errors estimation

Lebih terperinci

AKURASI METODE CONCORDANCE BERDASARKAN PANJANG TES DAN UKURAN SAMPEL

AKURASI METODE CONCORDANCE BERDASARKAN PANJANG TES DAN UKURAN SAMPEL Jurnal Evaluasi Pendidikan Volume 8, Nomor 1, Maret 2017 DOI: doi.org/10.21009/jep.081.01 AKURASI METODE CONCORDANCE BERDASARKAN PANJANG TES DAN UKURAN SAMPEL Imbuh Yuwono Pusdiklat BMKG Jakarta FMIPA

Lebih terperinci

No : 0062/SDAR/BSNP/IX/ September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015

No : 0062/SDAR/BSNP/IX/ September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015 No : 0062/SDAR/BSNP/IX/2015 25 September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015 Yang terhormat 1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi 2. Kepala Kantor Wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL ISMUBA (AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB) KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 5

ANALISIS BUTIR SOAL ISMUBA (AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB) KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 5 ANALISIS BUTIR SOAL ISMUBA (AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB) KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 5 Lismawati Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 No. 41/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 GINI RATIO PROVINSI BANTEN MARET 2017 MENURUN Pada 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Banten yang diukur

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen III-2017 Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 10/11/53/Th. XX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen III-2017 Secara umum kondisi ekonomi dan tingkat optimisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ariani Arsad, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ariani Arsad, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2011 tentang Kriteria kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan penyelenggaraan ujian sekolah/madrasah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. No.1562, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 PANDUAN Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PENGARUH METODE DAN UKURAN SAMPEL TERHADAP VARIANSI SKOR HASIL PENYETARAAN. Tri Rijanto

PENGARUH METODE DAN UKURAN SAMPEL TERHADAP VARIANSI SKOR HASIL PENYETARAAN. Tri Rijanto PENGARUH METODE DAN UKURAN SAMPEL TERHADAP VARIANSI SKOR HASIL PENYETARAAN Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya hari_tri001@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 103 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

HASIL SELEKSI SNMPTN 2017

HASIL SELEKSI SNMPTN 2017 HASIL SELEKSI SNMPTN 2017 Ketua Panitia Pusat SNMPTN-SBMPTN 2017 Jakarta, 26 April 2017 TAHAP PENGISIAN DATA PDSS Data yang digunakan untuk pemeringkatan dan kelayakan adalah data yang diisikan oleh sekolah

Lebih terperinci

Partial Credit Model (PCM) dalam Penskoran Politomi pada Teori Respon Butir

Partial Credit Model (PCM) dalam Penskoran Politomi pada Teori Respon Butir Vol. 9, No.1, 39-48, Juli 2012 Partial Credit Model (PCM) dalam Penskoran Politomi pada Teori Respon Butir Safaruddin 1, Anisa, M. Saleh AF Abstrak Dalam pelaksanaan tes uraian, penskoran biasanya dilakukan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI BUPATI DAN WAKIL BUPATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi, yang Tersedia pada Menurut, 2000-2015 2015 yang Tersedia pada ACEH 17 1278 2137 SUMATERA UTARA 111 9988 15448 SUMATERA BARAT 60 3611 5924 RIAU 55 4912 7481 JAMBI 29 1973 2727 SUMATERA SELATAN 61 4506 6443

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, www.bpkp.go.id PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 786/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-58/K/SU/2011

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan. No.526, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2

Lebih terperinci

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK. 29/03/Th. XIX, 15 Maret 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016 RUPIAH TERAPRESIASI 3,06 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah terapresiasi 3,06 persen

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 - 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 454, 2016 ANRI. Dana. Dekonsentrasi. TA 2016. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

Analisis Dan Simulasi Dengan Program Win-Gen (Strategi Dalam Mengkonstruk Instrumen Soal)

Analisis Dan Simulasi Dengan Program Win-Gen (Strategi Dalam Mengkonstruk Instrumen Soal) Analisis Dan Simulasi Dengan Program Win-Gen (Strategi Dalam Mengkonstruk Instrumen Soal) Risky Setiawan FIP IKIP Veteran Semarang Email : setiawan.risky@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Keakuratan Hasil Analisis Butir Menurut Teori Tes Klasik dan Teori Respons Butir Ditinjau dari Ukuran Sampel

Keakuratan Hasil Analisis Butir Menurut Teori Tes Klasik dan Teori Respons Butir Ditinjau dari Ukuran Sampel Keakuratan Hasil Analisis Butir Menurut Teori Tes Klasik dan Teori Respons Butir Ditinjau dari Ukuran Sampel Kana Hidayati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 1 PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 SURVEI NASIONAL 2013 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1652, 2014 KEMENDIKBUD. Mutu Pendidikan. Aceh. Sumatera Utara. Riau. Jambi. Sumatera Selatan. Kepulauan Bangka Belitung. Bengkulu. Lampung. Banten. DKI Jakarta. Jawa

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis Butir Tes, Teori respons butir, soal matematika

Kata Kunci: Analisis Butir Tes, Teori respons butir, soal matematika Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui kualitas karakteristik Butir Tes Matematika pada Tes Buatan MGMP Kota Makassar Didasarkan pada Teori Respons Butir. Penelitian ini adalah penelitian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 78/08/Th. XVIII, 18 Agustus 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015 JULI 2015 RUPIAH TERDEPRESIASI 1,25 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah terdepresiasi 1,25 persen

Lebih terperinci

Nomor : 0094/SDAR/BSNP/III/ Maret 2018 Lampiran : satu berkas Perihal : Revisi Kedua POS UN Tahun Pelajaran 2017/2018

Nomor : 0094/SDAR/BSNP/III/ Maret 2018 Lampiran : satu berkas Perihal : Revisi Kedua POS UN Tahun Pelajaran 2017/2018 Nomor : 0094/SDAR/BSNP/III/2018 5 Maret 2018 Lampiran : satu berkas Perihal : Revisi Kedua POS UN Tahun Pelajaran 2017/2018 Yang terhormat: 1. Kepala Dinas Provinsi 2. Kepala Kantor Wilayah Kementerian

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, BAB III METODELOGI PENELTIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2100, 2014 KEMENKEU. Perbendaharaan. Anggaran Negara. Sistem. Pelaksanaan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 278/PMK.05/2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi Tabel 39., dan Bawang Merah Menurut 6.325 7.884 854.064 7,4 7,4 2 Sumatera 25.43 9.70 3.39 2.628 7,50 7,50 3 Sumatera Barat 8.57 3.873.238.757 6,59 7,90 4 Riau - - - - - - 5 Jambi.466.80 79 89 8,9 6,24

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI Oleh : Direktur Pengelolaan Air Irigasi Lombok, 27 29 November 2013 1 REALISASI KEGIATAN PUSAT DIREKTORAT

Lebih terperinci

Abstrak Pengembangan Bank Soal Matematika. Oleh : Heri Retnawati Jurdik Matematika FMIPA UNY Yogyakarta. Abstrak

Abstrak Pengembangan Bank Soal Matematika. Oleh : Heri Retnawati Jurdik Matematika FMIPA UNY Yogyakarta. Abstrak Abstrak Pengembangan Bank Soal Matematika Oleh : Heri Retnawati Jurdik Matematika FMIPA UNY Yogyakarta Abstrak Evaluasi memegang peranan penting bagi dunia pendidikan. Dengan adanya evaluasi, peserta didik

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017 KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017 TENTANG ALOKASI KUOTA AKREDITASI BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2018

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK No. 35/07/91 Th. XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,390 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI BELITUNG TIMUR, KEPUTUSAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR : 188.45-074 TAHUN 2016 TENTANG BESARAN STANDAR SATUAN HARGA BIAYA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

Perbandingan Penskoran Dikotomi dan Politomi dalam Teori Respon Butir untuk Pengembangan Bank Soal Matakuliah Matematika Dasar

Perbandingan Penskoran Dikotomi dan Politomi dalam Teori Respon Butir untuk Pengembangan Bank Soal Matakuliah Matematika Dasar Vol. 9, No.2, 95-113, Januari 2013 Perbandingan Penskoran Dikotomi dan Politomi dalam Teori Respon untuk Pengembangan Bank Soal Matakuliah Matematika Dasar Anisa 1 Abstrak Teori Respon merupakan pendekatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Kriteria Sampel Nama Provinsi

DAFTAR LAMPIRAN. Kriteria Sampel Nama Provinsi DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Proses Pemilihan Sampel Penelitian Kriteria Sampel No Nama Provinsi Sampel 1 2 3 4 1 Provinsi Aceh 1 2 Provinsi Sumatera Utara 2 3 Provinsi Sumatera Barat 3 4 Provinsi Riau 4

Lebih terperinci

Ujian Nasional. Kebijakan Perubahan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Anies R. Baswedan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Ujian Nasional. Kebijakan Perubahan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Anies R. Baswedan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kebijakan Perubahan Ujian Nasional Anies R. Baswedan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan disampaikan dalam konferensi pers Jakarta, 23 Januari 2015

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 897/KPTS/M/2017 TENTANG BESARAN REMUNERASI MINIMAL TENAGA KERJA KONSTRUKSI PADA

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013 Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada

Lebih terperinci