ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M."

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. FAHREZA H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 RINGKASAN M. FAHREZA. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Permintaan Tepung Terigu Di Indonesia (dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI A) Sejak repelita I pemerintah menaruh perhatian khusus pada pengembangan industri pangan. Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh lapisan masyarakat, terjangkau secara fisik dan ekonomis setiap saat untuk meningkatkan status gizinya, guna meningkatkan kualitas sumber daya dan taraf hidupnya. Untuk memenuhi sasaran tersebut pemerintah melakukan berbagai upaya antara lain pengadaan bahan pangan pokok (program ketahanan pangan), termasuk tepung terigu. Penyediaan tepung terigu sebagai bahan pangan pokok adalah untuk mengurangi ketergantungan pada beras yang pada saat itu produksinya sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri, dan pasokan beras di pasar dunia sangat terbatas, sementara itu pasokan tepung terigu dan gandum di pasar dunia cukup berlimpah bahkan bantuan luar negeri pun diberikan dalam bentuk tepung terigu atau gandum. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor harga tepung terigu, harga barang substitusi tepung terigu, dan perubahan pendapatan per kapita masyarakat terhadap permintaan tepung terigu di Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 terhadap permintaan tepung terigu di Indonesia. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data tahunan dari tahun 1982 sampai tahun Sumber data berasal dari Badan Urusan Logistik (BULOG) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Data diperoleh juga dari referensi studi kepustakaan yang diperoleh dari buku, perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, APTINDO, perpustakaan LSI IPB, dan internet. Data-data yang digunakan adalah data jumlah permintaan tepung terigu (Q), harga tepung terigu (PT), harga beras (PB) dan pendapatan masyarakat perkapita (Y). Selanjutnya data-data tersebut diolah dengan bantuan software e-views 4.1 dan menggunakan metode analisis Ordinary Least Squares (OLS). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempengaruhi permintaan tepung terigu adalah pendapatan per kapita, harga tepung terigu, dan dummy krisis ekonomi, karena probabilitasnya lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Sedangkan variabel harga tepung beras secara statistik tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen, hal ini menjelaskan bahwa tepung beras bukan merupakan barang substitusi bagi tepung terigu. Dari hasil estimasi OLS dapat diketahui bahwa koefisien determinasi sebesar Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel bebas (harga tepung terigu, harga tepung beras, pendapatan masyarakat per kapita dan dummy krisis) mampu dijelaskan sebesar persen, sedangkan sisanya sebesar 4.78 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

3 Variabel PT yang signifikan pada taraf nyata 5 persen dengan nilai koefisien sebesar menunjukkan bahwa PT berpengaruh negatif, sehingga sesuai hipotesis bahwa PT bersifat inelastis. Variabel PB yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen dengan nilai koefisien sebesar mempunyai hubungan negatif. Temuan empiris ini tidak sesuai dengan hipotesis yaitu tepung terigu dan beras bersubsidi. Hasil estimasi yang diperoleh koefisien elastisitas silang menunjukkan bahwa hubungan tepung beras dan tepung terigu tidak bersifat substitusi. Jadi tepung beras bukan merupakan alternatif bahan substitusi tepung terigu untuk menekan laju impor gandum, sehingga perlu dicari alternatif bahan substitusi lain untuk menekan laju impor gandum. Variabel Y yang signifikan pada taraf nyata 5 persen dengan nilai koefisien sebesar 0.68 menunjukkan bahwa pendapatan mempunyai hubungan positif. Temuan ini sesuai dengan hipotesis bahwa tepung terigu adalah barang normal. Variabel dummy krisis berpengaruh negatif yang signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap jumlah permintaan terigu di Indonesia dengan nilai koefisien sebesar menunjukkan bahwa setelah terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 menurunkan permintaan akan tepung terigu di Indonesia, asumsi cateris paribus. Temuan ini sesuai dengan hipotesis bahwa krisis ekonomi akan berdampak negatif terhadap permintaan tepung terigu. Hal ini disebabkan situasi politik dan makroekonomi yang semakin tidak menentu setelah terjadinya krisis berakibat pada konsumsi. Dari hasil yang telah ada maka terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk pemerintah yaitu perlu adanya peningkatkan kontrol terhadap perkembangan industri tepung terigu, terutama masalah menurunkan permintaan tepung terigu, sehingga masyarakat tidak tergantung pada tepung terigu dan permintaan impor gandum akan menurun.

4 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. FAHREZA H Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : M. FAHREZA Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Permintaan Tepung Terigu Di Indonesia (Periode ) Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Muhammad Findi A, S.E, M.E. NIP. IPB Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP Tanggal Kelulusan:

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Januari 2007 M. FAHREZA H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama M. FAHREZA lahir pada tanggal 27 Juni 1983 di Bireun, yang tepatnya berada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penulis lahir sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Marzuki dan Nurhayati. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri 5 Bireun pada tahun 1995 dan melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bireun dan lulus tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 1 Bireun dan lulus pada tahun Pada tahun 2001 penulis meninggalkan kota yang tercinta untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), penulis berhasil diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas segala Rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Permintaan Tepung Terigu di Indonesia (Periode ). Industri tepung terigu merupakan topik yang sangat menarik untuk diteliti, karena tepung terigu merupakan komoditi pangan yang semakin penting di Indonesia, sehingga untuk mengurangi ketergantungan pada beras yang pada saat itu produksinya sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, terutama kepada: 1. Bapak Muhammad Findi A, S.E., M.E. yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak Dr. M. P. Hutagaol selaku penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ibu Fifi D. Thamrin, M.Si. selaku komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Marzuki H Budiman dan Ibu Nurhayati serta kakak-kakak dan adik-adik penulis yang telah memberikan dorongan dan doa untuk kesehatan, kelancaran dan keselamatan dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. 5. Esi Dewi Tirtayasi, SE yang telah memberikan motivasi dan perhatiannya dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Le Granson T.L., SE. sebagai teman curhat terutama dalam pengolahan data skripsi ini. 7. Ruth S, SE., Devi, SE. dan Kokom, Amd. yang telah membantu penulis dalam mempersiapkan konsumsi dan yang sabar menunggu selama penulis ujian sidang.

9 8. Teman-teman IE 38 dan IE 39 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan semuanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kelemahan serta kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, namun demikian semoga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, Januari 2007 M. Fahreza H

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1. Tinjauan Umum Ekonomi Industri Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Permintaan Elastisitas Kerangka Pemikiran Konseptual Tinjauan Penelitian Terdahulu Hipotesis Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Metode Analisis Data Model Dasar Penelitian Uji Ekonometrika Uji Statistik Model IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Industri Tepung Terigu di Indonesia Hasil Estimasi Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Permintaan Tepung Terigu di Indonesia... 42

11 xi V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 54

12 xii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 2.1. Kombinasi Harga dan Jumlah Barang Perkembangan Permintaan dan Harga Tepung Terigu di Indonesia Tahun Uji Multikolinieritas Uji Autokolerasi Uji Heteroskedastisitas Uji Normalitas Hasil Estimasi Regresi... 46

13 xiii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1. Perkembangan Harga Tepung Terigu Tingkat Konsumen di Indonesia Penggunaan Tepung Terigu di Indonesia Tahun Perkembangan Impor Gandum di Indonesia Tahun Kurva Permintaan Individu Kurva Permintaan Pasar Perubahan Permintaan Bentuk-bentuk Kurva Permintaan (Berkaitan Dengan Elastisitas Harga) Permintaan Tepung Terigu di Indonesia Tahun 1982: Bagan Kerangka Pemikiran Konseptual... 26

14 xiv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data Variabel penelitian Data Variabel penelitian Dalam Logaritma Perhitungan Harga Tepung Beras Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokolerasi Uji Normalitas... 59

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan industri merupakan salah satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Pembangunan industri bertujuan pokok untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai kemapanan fisik saja. Hal ini disebabkan produk-produk industrial selalu memiliki dasar tukar (term of trade) yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini karena Industri mempunyai peranan sebagai leader sector (sektor pemimpin). Sektor pemimpin ini adalah sektor yang dapat memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lain seperti, sektor pertanian, sektor jasa, dan lain-lain. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahanbahan baku bagi industri. Sejak repelita I pemerintah menaruh perhatian khusus pada pengembangan industri pangan. Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh lapisan masyarakat, terjangkau secara fisik dan ekonomis setiap saat untuk meningkatkan status gizinya, guna meningkatkan kualitas sumber daya dan taraf hidupnya. Untuk memenuhi sasaran tersebut, pemerintah melakukan berbagai upaya antara lain pengadaan bahan pangan pokok (program ketahanan pangan), termasuk tepung terigu.

16 2 Tepung terigu dianggap dapat menjadi pelengkap atau pengganti sumber karbohidrat yang cukup penting di Indonesia. Kenyataan bahwa tepung terigu telah menjadi bahan pangan penting di Indonesia telah diakui sejak lama. Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah melalui program ketahanan pangan tersebut. Penyediaan tepung terigu sebagai bahan pangan pokok adalah untuk mengurangi ketergantungan pada beras yang pada saat itu produksinya sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri, dan juga pasokan beras di pasar dunia sangat terbatas. Sementara itu pasokan tepung terigu dan gandum di pasar dunia cukup berlimpah bahkan bantuan luar negeri pun diberikan dalam bentuk tepung terigu atau gandum. Keterlibatan pemerintah dalam pengadaan dan penyaluran gandum serta tepung terigu yang telah dilakukan sejak tahun 1966 tersebut terbukti dapat menjaga kontinuitas ketersediaan dan kestabilan harganya. Harga tepung terigu ditingkat konsumen relatif stabil meskipun dalam jangka panjang mulai terlihat cenderung meningkat (Gambar 1.1). Data biro analisis harga dan pasar bulog tahun 2003 selama kurun waktu 11 tahun ( ) menunjukkan bahwa harga tepung terigu setiap tahunnya rata-rata mengalami peningkatan.

17 HARGA TAHUN HARGA TEPUNG TERIGU Sumber: Biro Analisis Harga dan Pasar, BULOG (2003) Gambar 1.1. Perkembangan Harga Tepung Terigu Tingkat Konsumen di Indonesia. Perubahan peran itu tidak terlepas dari berbagai kebijakan pemerintah yang telah berpengaruh terhadap keputusan konsumen atau tingkat konsumsi terigu, serta pesatnya perkembangan industri penggilingan gandum. Peralihan pola konsumsi kelompok berpendapatan bawah dan menengah begitu cepat ke makanan yang berasal dari gandum, terutama mie instan dan roti, telah mendorong peningkatan impor gandum atau tepung terigu, serta berkurangnya permintaan pangan yang berasal dari sumberdaya dalam negeri. Cepatnya pertumbuhan permintaan terhadap makanan berasal dari terigu untuk kelompok tersebut tidaklah lazim di negara-negara Asia. Umumnya yang terjadi adalah laju peningkatan permintaan terigu dan tingginya tingkat konsumsi terigu per kapita untuk kelompok berpendapatan tinggi. Seperti yang terjadi di banyak negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Malaysia. Pada saat sekarang, tingkat konsumsi terigu dan makanan berasal dari terigu terbanyak dikonsumsi oleh kelompok berpendapatan tinggi, 40 sampai 60

18 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok berpendapatan terendah. Tidak saja tepung terigu, tetapi juga mie instan, mie lainnya, roti tawar atau roti manis. Indonesia telah menjadi negara ke dua terbesar di dunia setelah Cina dalam tingkat konsumsi mie instan. Tingkat konsumsi mi instan masyarakat Indonesia telah mencapai 8,9 milyar bungkus per tahun. Dibandingkan dengan Thailand dan Filipina, masing-masing hanya 1,5 dan 1,4 milyar bungkus per tahun. Penelitian di 4 kota di Jawa terungkap bahwa mie instan telah menjadi makanan siap saji yang populer. Enam puluh empat persen responden mengaku sebagai makanan mendadak, 32 persen sebagai makanan selingan, dan hanya 4 persen sebagai makanan pokok sehari-hari. Sebagian besar mie instan dihasilkan oleh industri besar, yang terbesar adalah Indofood Sukses Makmur yang menguasai persen dari total produksi mi instan dalam negeri, dan dominan menguasai pasar dalam negeri. Diperkirakan ada 50 merek dagang mie instan, mampu berproduksi 8,2 milyar bungkus pada tahun 2000 (Majalah Asian Week, 25 Mei 2001) Perumusan Masalah Industri tepung terigu kini merupakan industri strategis penyedia pangan pokok kedua setelah beras. Konsumsi tepung terigu hampir selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena kegunaan tepung terigu yang semakin berkembang. Selain untuk membuat mie, roti, dan biskuit, tepung terigu juga digunakan untuk pembuatan berbagai macam kue dan pangan lainnya. Dengan menggunakan tepung terigu dapat dihasilkan jenis-jenis makanan yang beraneka ragam.

19 5 Menurut data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) pada tahun 2003, penggunaan tepung terigu di Indonesia antara lain untuk bahan dasar pembuatan mie basah dan mie kering sebesar 30 persen, pembuatan roti sebesar 25 persen, mie instan sebesar 20 persen, makanan kecil dan biskuit sebesar 15 persen, industri kecil pembuatan gorengan sebesar 5 persen dan untuk kebutuhan rumah tangga sebesar 5 persen (lihat Gambar 1.2.). Industri Kecil Rumah Tangga Biskuit 15% 5% 5% Mie Basah dan Kering 30% Mie Instan 20% Roti 25% Sumber: APTINDO, 2003 Gambar 1.2. Penggunaan Tepung Terigu di Indonesia Tahun 2003 Tepung terigu merupakan komoditi pangan yang penting di Indonesia, karena tepung terigu banyak diperlukan oleh masyarakat. Secara umum diketahui bahwa tepung terigu merupakan bahan dasar bagi mie, roti dan berbagai jenis kue yang dikonsumsi hampir di setiap rumah tangga dan meliputi segala lapisan masyarakat, mulai dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Tingginya permintaan terhadap tepung terigu dan makanan berbahan baku tepung terigu secara langsung berdampak pada peningkatan impor gandum, sehingga perkembangan impor gandum di Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 1985 impor gandum sebesar 1,3 juta ton, kemudian dari tahun 1986 sampai tahun 1996, impor gandum mengalami peningkatan. Sedangkan dari tahun impor gandum berfluktuatif. Meningkatnya impor gandum dari tahun ke

20 6 tahun disebabkan karena tingginya permintaan terhadap tepung terigu. Peningkatan permintaan yang berbahan baku tepung terigu akan berdampak pada peningkatan impor gandum. TON TAHUN Impor Gandum (Ton) Sumber: Badan Pusat Statistik, Gambar 1.3. Perkembangan Impor Gandum di Indonesia Tahun Peningkatan impor gandum sebagai dampak lanjutan dari peningkatan permintaan gandum di Indonesia akan berakibat pada peningkatan permintaan terhadap devisa. Pada saat sebelum krisis peningkatan permintaan devisa untuk membiayai impor gandum kemungkinan tidak menjadi masalah. Namun dengan terjadinya krisis moneter, peningkatan impor gandum sangat berpengaruh terhadap neraca pembayaran serta akan membebani keuangan negara. Sesuai teori ekonomi peningkatan permintaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga barang itu sendiri, harga barang subtitusi, letak

21 7 geografis, selera, pendapatan masyrakat, dan lain-lain. Permintaan barang yang bersubtitusi akan menurun dengan meningkatnya harga barang tersebut dan sebaliknya, permintaan barang tersebut akan meningkat jika harga barang subtitusinya meningkat. Berdasarkan permasalahan diatas, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh faktor harga tepung terigu (elastisitas harga), harga barang subtitusi tepung terigu/tepung beras (elastisitas silang), dan perubahan pendapatan perkapita masyarakat (elastisitas pendapatan) terhadap permintaan tepung terigu di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 terhadap permintaan tepung terigu di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor harga tepung terigu, harga barang subtitusi tepung terigu, dan perubahan pendapatan perkapita masyarakat terhadap tingkat permintaan tepung terigu di Indonesia 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 terhadap permintaan tepung terigu di Indonesia

22 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini tidak hanya dapat dipergunakan untuk penulis, tetapi juga dapat dipergunakan oleh pihak lain yang terkait, seperti pemerintah. dimana penelitian ini dapat dijadikan dasar, evaluasi, dan arah kebijakan industri tepung terigu di Indonesia. Bagi penulis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran yang dapat memberikan pengetahuan dan wawasan terutama dalam faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan tepung terigu di Indonesia. Sedangkan bagi pihak lain yang berkepentingan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Ekonomi Industri Pengertian industri sangat luas, baik dalam lingkup mikro maupun dalam lingkup makro. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaanperusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen atau mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat, misalnya industri sepatu, walaupun sepatu yang lain tidak sama tetapi kita tetap menyebutnya sebagai industri sepatu. Namun demikian dari segi pembentukan pendapatan, yakni yang cenderung bersifat makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah (Hasibuan, 1993). Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 3 tahun 2002 menyebutkan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Menurut Sumarni (1998) industri merupakan kegiatan pengadaan suatu barang ekonomi (economic goods) untuk keperluan dan kesejahteraan manusia dari orang-orang tertentu di suatu tempat tertentu. Barang ekonomi dapat berupa bahan atau barang, misalnya tekstil, mobil, hasil pertanian atau dapat pula berupa jasa seperti perbankan. Jadi pengertian industri secara luas merupakan suatu unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi dimana barang dan jasa tersebut mempunyai tujuan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dimana unit usaha tersebut terletak pada suatu bangunan atau

24 10 lokasi tertentu serta mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya. Selain itu, ada seseorang atau yang lebih bertanggung jawab atas resiko usaha tersebut. Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ekonomi industri membantu menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisir dan bagaimana pengorganisasiannya mempengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku dan kinerja pasar. Koch dalam Jaya (2001) mendefinisikan ekonomi industri sebagai studi teoritis dan empiris tentang bagaimana struktur pasar dan tingkah laku penjual-pembeli mempengaruhi kinerja dan kesejahteraan ekonomi Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Permintaan Kurva permintaan adalah garis menunjukkan berbagai kombinasi harga dan jumlah barang yang diminta atau berbagai kemungkinan harga per satuan waktu tertentu, misalnya per hari, per bulan, atau per dekade. Sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1. Kombinasi Harga dan Jumlah Barang Harga (Rp) Jumlah Barang Kombinasi (unit) E D C B A Sumber: Iswardono SP, 1994

25 11 Dari Tabel 2.1 diatas nampak bahwa adanya kenaikan harga barang akan menyebabkan jumlah barang yang diminta menurun, dengan anggapan ceteris paribus. Hubungan tersebut diatas dapat digambarkan pada Gambar 2.2: RP 45 A 44 B 43 C 42 D 41 E JUMLAH (UNIT) Sumber: Iswardono, 1994 Gambar 2.1. Kurva Permintaan Individu Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Permintaan juga merupakan pokok bahasan dalam ekonomi mikro. Meskipun ekonomi mikro yang analisisnya bersifat individual, akan tetapi bukan hal yang sederhana dan mudah untuk mengetahui konsep-konsep dasar permintaan secara individual. Permintaan individual menggambarkan permintaan orang perorang terhadap suatu barang tertentu. Sedangkan gabungan dari seluruh permintaan perorangan tersebut disebut permintaan pasar. Kurva permintaan pasar didapat dengan menjumlahkan (secara horinzontal) kurva permintaan individu-individu yang ada di pasar, misalnya ada 2 individu (konsumen) di pasar yang membeli suatu barang mempunyai bentuk kurva permintaan sebagai berikut:

26 12 P X P X P X B d 1 H E d 2 G A C F d 2 DD 0 X 1 X 2 X 0 INDIVIDU 2 X 3 X 0 PASAR X 4 X Sumber : Iswardono, Gambar 2.2. Kurva Permintaan Pasar Cara mendapatkan kurva permintaan pasar yang diperlihatkan dalam Gambar 2.1 yaitu titik A didapat dari titik B pada permintaan individu 1, karena pada harga tersebut belum ada jumlah yang diminta baik oleh individu 1 maupun oleh individu 2. Titik C didapat dengan menjumlah barang X yang diminta oleh individu 1 dan 2, dimana individu 1 meminta sejumlah X 1 sedangkan individu 2 belum meminta barang X. Titik F didapat dari titik H dan G dimana pada harga itu individu 1 dan 2 meminta sejumlah X 2 + X 3 = X 4. Sehingga kalau titik A, C dan F dihubungkan akan didapat kurva permintaan pasar DD yang merupakan penjumlahan horizontal dari kurva permintaan yang ada di pasar. Hukum permintaan berbunyi pada tingkat harga yang lebih tinggi, jumlah barang yang diminta akan semakin berkurang, atau sebaliknya pada harga yang lebih rendah, jumlah barang yang diminta akan semakin bertambah, dengan asumsi cateris paribus atau hal-hal lain yang mempengaruhi dianggap konstan (Iswardono, 1994). Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah yang diminta berhubungan terbalik (inverse) dengan harga barang tersebut dengan anggapan bahwa hal-hal lain dianggap konstan pada berbagai kemungkinan harga.

27 13 Harga tidak merupakan satu-satunya yang menentukan berapa banyak masyarakat mau membeli barang-barang dan jasa. Disamping harga permintaan dipengaruhi oleh pendapatan. Misalnya, jika harga barang sesuatu meningkat, tetapi pendapatan juga meningkat tidak dapat diketahui bagaimana perubahan jumlah barang yang diminta. Akan tetapi kalau harga konstan dan parameter nonprice juga konstan maka dapat ditentukan arah perubahan jumlah barang yang diminta. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan akan suatu barang, diantaranya yaitu harga barang sendiri, pendapatan konsumen, harga terkait baik yang bersifat substitusi maupun komplementer terhadap barang tersebut, selera atau kebiasaan konsumen, jumlah penduduk, dan perkiraan harga di masa mendatang. (Iswandono, 1994 ) 1. Perubahan Harga Barang Itu Sendiri Perubahan harga barang sendiri akan menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta dengan asumsi cateris paribus. Ini dicerminkan oleh pergerakkan pada satu kurva permintaan. Pada Gambar 2.2 nampak adanya perubahan jumlah barang yang diminta jika ada perubahan harga. Perubahan dari titik A ke B atau ke C disebabkan karena perubahannya harga barang itu sendiri. Ini berarti bahwa setiap kurva permintaan, jumlah barang yang diminta berubah sebagai akibat dari perubahan harga barang itu sendiri. Semakin tinggi harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang yang diminta, dan semakin rendah harga suatu barang semakin banyak jumlah barang yang diminta. Pernyataan ini sering disebut sebagai hukum permintaan yang berlaku dengan asumsi cateris paribus.

28 14 Hal yang perlu diingat bahwa perubahan harga akan menyebabkan pergerakan sepanjang kurva permintaan. 2. Pendapatan Konsumen Adanya perubahan faktor lain selain harga barang itu sendiri akan menimbulkan terjadinya perubahan permintaan yang ditunjukkan oleh bergesernya kurva permintaan ke kanan atau ke kiri. HARGA RP D 1 D D 2 D 2 D D 1 0 JUMLAH (UNIT) Sumber: Iswardono, 1994 Gambar 2.3. Perubahan Permintaan Dalam Gambar 2.3 diatas, nampak bahwa kurva permintaan mula-mula adalah DD, kemudian berubah menjadi D 1 D 1 dan D 2 D 2. Perubahan ini yang disebut sebagai perubahan permintaan. Permintaan bertambah (meningkat) dicerminkan oleh D 1 D 1 dan permintaan berkurang (menurun) ditunjukkan oleh D 2 D 2. Oleh karena itu, kenaikan pendapatan cenderung meningkatkan permintaan. Ini berarti bahwa kurva permintaan menunjukkan kuantitas (jumlah) yang diminta lebih besar pada setiap harga. Sehingga kenaikan pendapatan akan menggeser kurva permintaan kekanan (DD-D 1 D 1 ) dan sebaliknya menurunnya

29 15 pendapatan akan menggeser kurva permintaan kekiri (DD-D 2 D 2 ). Kenaikan permintaan mungkin disebabkan meningkatnya pendapatan dan sebaliknya menurunnya permintaan karena menurunnya pendapatan. Ini berarti ada hubungan positif antara pendapatan dengan permintaan. 3. Harga Barang Terkait : Substitusi dan Komplementer Adanya perubahan harga barang lain juga akan menyebabkan perubahan permintaan. Dalam menggambarkan kurva permintaan selalu dianggap bahwa harga barang itu sendiri yang berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta sedangkan harga barang tersebut (prices of related goods) dianggap konstan. Ada dua macam barang terkait yaitu barang substitusi dan barang komplementer. Kedua macam barang tersebut dapat didefinisikan dalam kaitannya dengan perubahan harga tersebut terhadap permintaan akan sesuatu barang. Misalnya, ada 2 (dua) barang X dan Y. Jika barang X dan barang Y substitusi, maka jika harga barang Y turun dan harga barang X tetap, kurva permintaan barang X akan bergeser kekiri atau ada penurunan permintaan. Contohnya: beras dan jagung. Dengan perkataan lain hubungannya positif artinya kenaikan harga beras (barang Y) cenderung meningkatkan permintaan akan jagung (barang X) dan sebaliknya. Sedang barang X dan barang Y komplementer, maka hubungannya negatif. Ini berarti bahwa jika harga barang Y naik cenderung akan menurunkan permintaan akan barang dan sebaliknya. Contohnya raket tenis dengan bola tenis. Ini berarti bahwa kalau harga raket tenis meningkat maka permintaan akan bola

30 16 tenis menurun dan sebaliknya kalau harga raket tenis menurun maka permintaan akan bola tenis meningkat. 4. Selera atau Kebiasaan Konsumen Selera atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang. Misalnya, selera wanita berubah, tidak menyukai rok mini lagi, ini akan berakibat bergesernya kurva permintaan rok mini kekiri dalam. Dan sebaliknya kalau selera wanita terhadap rok mini meningkat maka kurva permintaan rok mini akan bergeser kekanan atas. Para ekonom tidak banyak membicarakan peranan selera pada perubahan permintaan. Hal ini disebabkan karena para ekonom tidak mampu mendefinisikan dan memberi tolak ukur terhadap selera serta tidak menjelaskan faktor-faktor apa yang menentukan selera. Ringkasnya, karena ada kesulitan dalam pengukuran dan teori tentang perubahan selera maka dianggap bahwa selera konstan, walaupun sebenarnya tidak, khususnya kalau ada pengenalan produk baru di pasar. 5. Jumlah Penduduk Robert Malthus dalam Sukirno (1985) mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk merupakan deret geometri (ukur) sedangkan pertumbuhan pangan adalah merupakan deret aritmetika (hitung). Artinya adalah bahwa pertumbuhan pangan tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk yang pesat. Semakin banyak jumalah penduduk maka pangan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup akan semakin meningkat pesat (permintaan pangan meningkat) sedangkan persediaan pangan relatif meningkat secara perlahan. Kelemahan teori ini kurang memperhitungkan faktor tekhnologi dalam proses peningkatan produktivitas.

31 17 6. Perkiraan Harga di Masa Mendatang Teory of Rational Expectation atau teori perkiraan yang rasional yang dikemukakan olh Lucas dalam The economics of Money, Banking, and Financial Markets menyatakan bahwa masyarakat umumnya berperilaku berjaga-jaga dalam mengantisi kondisi yang akan terjadi di masa mendatang. Artinya adalah kejadian yang diperkirakan terjadi pada masa yang akan datang akan mempengaruhi situasi saat ini. Sebagai contoh harga suatu barang yang diperkirakan akan naik di masa yang akan datang yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi makroekonomi dan politik yang kurang stabil maka masyarakat akan menambah stok sebagai persediaan di masa yang akan datang. Keadaaan ini mendorong masyarakat untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa yang akan datang. Apabila kita memperkiraan bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih baik membeli barang itu sekarang. Keadaaan ini mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa mendatang Elastisitas Ekonom sering ingin mengetahui bagaimana perubahan harga mempengaruhi permintaan akan suatu barang tertentu, atau bagaimana pengaruh perubahan pendapatan terhadap pengeluaran. Suatu hal yang menghambat untuk mengetahui hal tersebut adalah kedua unsur tersebut tidak menggunakan ukuran yang sama. Misalnya perubahan dalam suatu variabel adalah A, sementara efek

32 18 yang ditimbulkannya adalah B. Padahal A dan B tidak diukur dalam ukuran yang sama. Padahal A dan B tidak diukur dalam ukuran yang sama. Sebagai contoh, jumlah tepung terigu dalam ton, sedangkan harganya diukur dalam rupiah. Naiknya harga tepung terigu Rp ,- per ton mengakibatkan turunnya permintaan akan tepung terigu tersebut sebanyak 2 ton per minggu. Turunnya harga beras Rp ,- per ton menyebabkan naiknya permintaan akan beras tersebut sebanyak 3 ton per minggu. Dalam hal ini tidaklah mudah untuk menjawab mana yang lebih responsif antara tepung terigu dan beras tersebut. Hal ini disebabkan karena tepung terigu dan beras tidak diukur dalam unit ukur yang sama. Untuk mencari jalan keluarnya, para ahli ekonomi telah mengembangkan sebuah konsep yang dikenal dengan konsep elastisitas. Anggap suatu variabel B tergantung pada variabel lain (A). Hal ini bisa ditulis sebagai: B = f(a...), dimana titik dalam tanda kurung menunjukkan bahwa B juga tergantung dari variabel atau faktor-faktor peubah lainnya. Elastisitas B terhadap A adalah: E B, A = persentase persentase perubahan perubahan dalam dalam B A Δ = Δ B B A A B A =. A B (2.1) Persamaan diatas menunjukkan bagaimana respons B jika terjadi perubahan dalam peubah A. Dari contoh tepung terigu dan beras diatas, misalkan sekarang terjadi perubahan sebanyak 10 persen dalam harga tepung terigu,

33 19 menyebabkan terjadinya perubahan sebanyak 20 persen dalam pembelian tepung terigu tersebut, sedang perubahan sebesar 10 persen dalam harga beras menyebabkan berubahnya permintaan akan beras sebanyak 15 persen. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa respons terhadap perubahan harga tepung terigu lebih besar (20 persen) daripada respons perubahan harga beras (15 persen) (Nicholson, 2001). Elastisitas merupakan berapa persen suatu variabel akan berubah, bila satu variabel lain berubah satu persen. Angka elastisitas adalah bilangan yang menunjukkan berapa persen satu variabel tak bebas akan berubah, sebagai reaksi karena satu variabel lain (variabel bebas) berubah satu persen. Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (ceteris paribus). Pada uraian diatas telah dibahas bahwa ada tiga faktor penting yang mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang, yaitu barang itu sendiri disebut elastisitas harga, harga barang lain disebut elastisitas silang, dan pendapatan disebut elastisitas pendapatan. 1. Elastisitas Harga Konsep elastisitas harga menunjukkan bahwa perubahan harga akan menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta. Konsep ini disebut juga sebagai elastisitas harga permintaan yang didefinisikan sebagai derajat kepekaan perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat perubahan harga. Elastisitas merupakan angka murni (pure number), sehingga tidak ada satuannya. Adapun rumus umum elastisitas harga adalah:

34 20 Ep = Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan harga atau Δq x qx Ep = ΔPx P x Δq x Px =. ΔP q x x (2.2) dimana: Ep = elastisitas harga, Δq x = perubahan jumlah barang x yang diminta, ΔP x = perubahan harga barang x, P = harga barang x, q = kuantitas barang x. Hukum permintaan menunjukan bahwa adanya hubungan negatif (inverse) antara harga dengan jumlah barang yang diminta. Ini berakibat bahwa elastisitas harga bertanda negatif artinya kenaikan harga suatu barang ceteris paribus, akan menurunkan jumlah barang yang diminta. Sebaliknya, penurunan harga suatu barang, asumsi ceteris paribus, akan menaikkan jumlah barang yang diminta. Persentase perubahan jumlah barang yang diminta merupakan variabel yang dipengaruhi (dependent variable), sedangkan persentase perubahan harga (per unit) adalah variabel mempengaruhi (independent variable). Suatu perubahan dalam harga menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta dalam arah yang berlawanan. Angka elastisitas harga merupakan nilai mutlak. Artinya elastisitas harga Ep = 2 sama artinya dengan elastisitas harga Ep = -2. Begitu juga sebaliknya. Semakin besar nilai negatifnya, semakin elastis permintaannya, sebab perubahan permintaan jauh lebih besar dibanding perubahan harga. Angka-angka elastisitas harga, yaitu:

35 21 a) Inelastis (Ep < 1) Perubahan permintaan (dalam persentase) lebih kecil daripada perubahan harga. Jika harga naik sebesar 10 persen menyebabkan permintaan turun sebesar 6 persen. Permintaan barang kebutuhan pokok umumnya inelastis. Misalnya perubahan harga beras di Indonesia, tidak berpengaruh besar terhadap perubahan permintaan terhadap beras. b) Elastis (Ep > 1) Permintaan terhadap suatu barang dikatakan elastis bila perubahan harga suatu barang menyebabkan perubahan permintaan yang besar. Misalnya, bila harga turun 10 persen menyebabkan permintaan naik 20 persen. Karena itu nilai Ep lebih besar daripada satu. Barang mewah seperti mobil umumnya permintaan elastis. c) Elastis unitari (Ep = 1) Jika harga naik sebesar 10 persen, menyebabkan permintaan turun sebesar 10 persen juga. d) Inelastis sempurna (Ep = 0) Berapapun harga suatu barang, orang akan tetap membeli jumlah yang dibutuhkan. Contohnya adalah permintaan terhadap garam. e) Elastis tak terhingga (Ep = ) Perubahan sedikit saja menyebabkan perubahan permintaan tak terhingga besarnya. Secara grafis tingkat elastisitas harga terlihat dari slope (kemiringan) kurva permintaan yang terlihat pada gambar 2.4. Bila kurva permintaan tegak lurus,

36 22 permintaan inelastis sempurna. Artinya perubahan harga tidak mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Bila kurva sejajar sumbu datar, permintaan elastis tak terhingga. Artinya perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta tak terhingga besarnya. Permintaan dikatakan elastis unitari, bila slope kurvanya minus satu (kurvanya membentuk sudut 45 ). Artinya bahwa semakin datar kurva maka semakin elastis permintaan akan suatu barang. Harga Ep = 0 Ep = Makin Elastis Ep = 1 0 Kuantitas Sumber: Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2002 Gambar 2.4. Bentuk-bentuk Kurva Permintaan (Berkaitan Dengan Elastisitas Harga) 2. Elastisitas Harga Silang Dampak perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat perubahan harga barang lain diukur dengan elastisitas harga silang yang menunjukkan derajat kepekaan perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat perubahan harga barang lain. Adanya perubahan harga barang lain, misalnya penurunan harga barang lain, akan menyebabkan pergeseran kekiri atas atau kekanan bawah kurva permintaan suatu barang. Dari definisi elastisitas harga silang akan dapat diklasifikasikan hubungan antara suatu barang dengan barang lainnya, apakah substitusi (saling mengganti)

37 23 atau komplementer (sama-sama dipakai bersama). Rumus Umum yang digunakan adalah sebagai berikut: atau Ec = Persentase perubahan jumlah barang X yang diminta Persentase perubahan harga Y ΔQx Q Ec= ΔPy P y x ΔQ P x y =. ΔP Q y x (2.3) dimana: Ec = elastisitas harga silang, Δq x = perubahan jumlah barang x yang diminta, ΔP y = perubahan harga barang y, P = harga barang y, q = kuantitas barang x. Jika elastisitasnya bertanda positif, maka hubungan kedua barang tersebut X dan Y adalah substitusi (Ec > 0), artinya kenaikan harga barang Y menyebabkan harga relatif X lebih murah, sehingga permintaan terhadap X meningkat. Misalkan, bila harga daging ayam naik, maka permintaan terhadap daging sapi akan meningkat (cateris paribus), karena harga daging sapi relatif menjadi lebih murah dibandingkan harga daging ayam. Dan sebaliknya jika elastisitasnya bertanda negatif, maka hubungan kedua barang tersebut X dan Y adalah komplementer (Ec < 0), artinya X hanya bisa digunakan bersama-sama Y. Penambahan atau pengurangan terhadap X, menyebabkan penambahan atau pengurangan terhadap Y. Kenaikan harga Y menyebabkan permintaan terhadap Y menurun, yang menyebabkan permintaan terhadap X ikut menurun. Misalkan, bila harga BBM naik (cateris paribus), maka dapat diduga permintaan terhadap mobil berkurang.

38 24 3. Elastisitas dan Total Pendapatan Elastisitas pendapatan mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila pendapatan berubah sebesar satu persen. atau Ei = Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan pendapatan ΔQ Q ΔQ I Ei = =. ΔI ΔI Q I (2.4) dimana: Ei = elastisitas pendapatan, Δq = perubahan jumlah barang x yang diminta, Δi = perubahan pendapatan, Pada umumnya nilai Ei positif, karena kenaikan pendapatan (nyata) akan meningkatkan permintaan. Makin besar nilai Ei, elastisitas pendapatannya makin besar. Barang dengan Ei > 0 merupakan barang normal. Bila nilai Ei antara 0 sampai 1, barang tersebut merupakan kebutuhan pokok. Barang dengan nilai Ei > 1 merupakan barang mewah. Barang dengan Ei < 0, permintaan terhadap barang tersebut justru menurun pada saat pendapatan nyata meningkat, sehingga barang ini disebut barang inferior Kerangka Pemikiran Konseptual Tepung terigu merupakan olahan dari gandum. Permintaan teoung terigu di Indonesia mempunyi tren yang meningkat dari tahun 1982 hingga tahun 1997, namun pada tahun 1998 seiring dengan terjadi krisis ekonomi permintaan tepung

39 25 terigu di Indonesia turun pada tahun 1998 dan tahun 1999, tetapi pada akhirnya meningkat tajam pada tahun 2000 dan berikutnya ribu ton tahun Sumber: APTINDO, 2003 Gambar 2.5. Permintaan Tepung Terigu Di Indonesia tahun 1982:2003 Teori permintaan dalam ekonomi mikro dijelaskan bahwa permintaan dipengaruhi oleh harga barang tersebut, harga barang substitusi, dan tingkat pendapatan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis melihat apakah permintaan tepung terigu di Indonesia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut diatas. Sedangkan kerangka pemikiran konseptualnya dijelaskan dalam Gambar 2.5 berikut ini:

40 26 Permintaan Tepung Terigu di Indonesia (AD) Harga Tepung Terigu Harga Tepung Beras Pendapatan Dummy Krisis Regresi (OLS) Interpretasi Keimpulan dan Saran Gambar 2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual Dari Gambar 2.5 dapat dijelaskan bahwa penawaran tepung terigu (AS) sama dengan permintaan tepung terigu (AD) di Indonesia. Permintaan tepung terigu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya dalam penelitian ini adalah harga tepung terigu itu sendiri, harga tepung beras sebagai subtitusi dari tepung terigu, perubahan pendapatan perkapita masyarakat, dan dummy krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun Untuk meramalkan faktorfaktor yang telah disebutkan diatas terhadap jumlah permintaan tepung terigu di indonesia maka digunakan analis regresi. Dari hasil output regresi dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) akan di analisis secara statistik dan ekonomi yang akan didapatkan kesimpulan. Dari hasil kesimpulan akan ditarik saran yang relevan.

41 Tinjauan Penelitian Terdahulu Achmad Kusasi (1982) dengan melakukan analisa permintaan tepung terigu yang dipergunakan untuk memperkirakan harga tepung terigu lima tahun ke depan untuk menekan laju konsumsi ( ). Variabel dummy dan selera tidak dimasukkan dalam model karena dianggap tidak berpengaruh. Data yang digunakan adalah data time series tahun Dari analisis tersebut diperoleh elastisitas pendapatan terhadap permintaan terigu adalah 4.926, elastisitas harga permintaan terigu adalah , dan elastisitas silang terhadap harga beras adalah Dengan demikian pada periode tahun tepung terigu termasuk barang mewah, inelastis permintaannya dan mempunyai hubungan substitusi erat dengan beras. Bambang Djanuwardi (1988) melakukan penelitian tepung terigu, dengan judul Analisis Permintaan Tepung Terigu di Indonesia, dengan menitikberatkan pada elastisitas permintaan tepung terigu dengan menggunakan data time series tahun Dalam penelitiannya menyimpulkan adanya peningkatan nilai elastisitas tepung terigu. Dibandingkan dengan perhitungan sebelumnya yang dijadikan acuan Djanuwardi, perhitungan Bambang Djanuwardi ( ) menunjukkan nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan terigu adalah 1.767, elastisitas harga permintaan terigu adalah , dan elastisitas silang terhadap harga beras adalah Dengan demikian pada periode tahun tepung terigu masih tergolong barang mewah, kurang inelastis permintaannya dan hubungan substitusi dengan beras mulai berkurang. Dalam penelitian Djanuardi

42 28 ini terdapat kekurangan yaitu tidak diperhatikannya upaya meminimalkan terjadinya autokorelasi. Andy Harfa (1996) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permintaan tepung terigu di Indonesia beserta arah perubahannya (pada analisis kwantitatifnya) dengan periode tahun Dari persamaan perhitungan menunjukkan bahwa nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan terigu adalah , elastisitas harga permintaan terigu adalah , dan elastisitas silang terhadap harga beras adalah Dengan demikian pada periode tahun tepung terigu di masa mendatang mengalami peningkatan konsumsinya seiring dengan peningkatan pendapatan, permintaannya yang semakin elastis dan hubungan substitusi dengan beras mulai berkurang. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa permintaan tepung terigu telah mengalami perubahan pola yaitu dari pola konsumsi langsung menuju pola konsumsi tidak langsung/bentuk olahannya (seperti dalam bentuk mie, roti). Sawit (2003) meneliti tentang kebijakan gandum/tepung terigu yang harus menumbuhkembangkan industri pangan dalam negeri. Dalam penelitiannya Sawit menjelaskan kebijakan tepung terigu orde baru, kebijakan liberalisasi, dan skenario pembatasan impor tepung terigu. Menurutnya kebijakan penerapan bea masuk beras, akan berdampak pada peningkatan permintaan impor gandum, karena eratnya substitusi antara tepung terigu dan beras. Semakin efektifnya penerapan bea masuk beras akan membuat harga beras dalam negeri menjadi tinggi, akan mendorong impor gandum atau tepung terigu.

43 29 Oleh karena itu, menurut Sawit (2003) agar bea masuk untuk gandum diberlakukan juga, paling tidak setengah dari tingkat bea masuk ditetapkan untuk beras. Apabila bea masuk beras ditetapkan Rp 400/kg, mungkin tepat bila bea masuk gandum atau tepung terigu sekitar Rp 200/kg. Dengan cara ini diharapkan dapat membendung impor gandum/tepung terigu yang terlalu berlebih dan harganya akan tinggi, sehingga akan mengurang/memperlambat laju konsumsi tepung terigu, dan masyarakat akan beralih ke pangan produksi dalam negeri yang lebih murah seperti ubi-ubian, jagung, atau sagu Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, permasalahan, dan tujuan penelitian, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam skripsi ini sebagai berikut: 1. Harga tepung terigu berpengaruh negatif terhadap permintaan tepung terigu di Indonesia. 2. Harga tepung beras berpengaruh positif terhadap permintaan tepung terigu di Indonesia. 3. Pendapatan perkapita masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan tepung terigu di Indonesia. 4. Dummy krisis berpengaruh yang negatif terhadap permintaan tepung terigu di Indonesia.

44 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang didapat dari hasil penelitian lain atau organisasi yang sudah jadi dan dipublikasikan. Sedangkan jenis data yang digunakan adalah data Time Series tahunan pada rentang waktu antara 1982 sampai tahun Sumber data berasal dari Badan Urusan Logistik (BULOG) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Data diperoleh juga dari referensi studi kepustakaan yang diperoleh dari buku, perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, APTINDO, perpustakaan LSI IPB, dan internet. Data-data yang digunakan adalah data jumlah permintaan tepung terigu (Q), harga tepung terigu (PT), harga tepung beras sebagai harga barang substitusi (PB), dan pendapatan masyarakat perkapita (Y) Metode Analisis Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode ekonometrika. Model ekonometrika yang digunakan adalah model regresi linier dengan menggunakan Ordinary Least Squares (OLS), yang diolah dengan menggunakan software e- views 4.1. Menurut Gujarati (1995), metode OLS biasa dapat digunakan jika dipenuhi asumsi sebagai berikut:

45 31 1. Variasi unsur sisa menyebar normal, dimana OLS cenderung akan mendekati distribusi normal apabila sampel semakin besar, yaitu n mendekati tak hingga ( ). 2. Nilai rata-rata dari unsur sisa sama dengan nol. Maksudnya adalah kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu E (e i ) = Ragam merupakan bilangan tetap (homoskedastisitas). 4. Tidak ada autokolerasi antara kesalahan pengganggu. 5. Tidak ada kolinier sempurna antara viriabel bebas (multikolinearitas) Model Dasar Penelitian Model ekonometrika yang dipakai dalam menjelaskan penelitian mengenai Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Terigu Di Indonesia (Periode ) adalah sebagai berikut: LQ = c + a 1 LPT +a 2 LPB + a 3 LY per kapita + a 4 Dummy + et Dimana : LQ = Logaritma Jumlah Permintaan Tepung Terigu di Indonesia LPT = Logaritma Harga Tepung Terigu LPB = Logaritma Harga Tepung Beras LY = Logaritma Pendapatan per Kapita Dummy = Dummy Krisis Ekonomi ( 0 untuk sebelum krisis ekonomi, 1 untuk setelah krisis ekonomi) et = error term = Parameter dugaan a i 3.4. Uji Ekonometrika 1. Multikoliniearitas Multikoliniearitas dapat diartikan sebagai hubungan linear diantara beberapa atau semua variabel bebas dalam sebuah model regresi. Asumsi bahwa

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN Jika terjadi kegagalan panen maka dapat digambarkan sebagai pergeseran kurva penawaran kekiri, yaitu dari S ke S Gambar 4.1(i) menggambarkan suatu kasus

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beras Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan alat penggiling serta alat

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA i ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA OLEH DESI PUSPO RINI H14102080 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ii

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA Oleh DEKY KURNIAWAN H14103122 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H14103088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh DIYAH RATNA SARI H14102075 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

Harga (Pq) Supply (S)

Harga (Pq) Supply (S) I. MEKANISME HARGA Fokus pembicaraan dalam ekonomi mikro adalah membahas bagaimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dalam memperoleh barang dan jasa. Kesepakatan dalam interaksi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI OLEH CENITA MELIANI H

ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI OLEH CENITA MELIANI H ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI OLEH CENITA MELIANI H14103045 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H14102061 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO Yopi Nisa Febianti 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai konsumen selalu melakukan berbagai permintaan untuk berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE 1971-2006 OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H14050232 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penduduk di Indonesia kini mulai meminati makan mi sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan harga yang terjangkau

Lebih terperinci

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan 2.1. Pengertian Permintaan Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Hukum permintaan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang ikut serta dalam kerjasama internasional, maka dari itu perekonomian Indonesia tidak lepas dari yang namanya ekspor dan impor.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

BAB III Elastisitas Permintaan dan Penawaran

BAB III Elastisitas Permintaan dan Penawaran BAB III Elastisitas ermintaan dan enawaran 1.1. engertian Elastisitas Dari bab sebelumnya telah kita ketahui bersama bahwa perubahan suatu variabel misalnya harga, dapat mengakibatkan perubahan variabel

Lebih terperinci

HARGA KESEIMBANGAN harga keseimbangan harga ekuilibrium harga bebas 1. Pengertian Elastisitas Permintaan Penyelesaian

HARGA KESEIMBANGAN harga keseimbangan harga ekuilibrium harga bebas 1. Pengertian Elastisitas Permintaan Penyelesaian HARGA KESEIMBANGAN Dalam ilmu ekonomi, harga keseimbangan atau harga ekuilibrium atau harga bebas adalah harga yang terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran. Terbentuknya harga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti

Lebih terperinci

Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN

Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN Salah satu pokok bahasan yang paling penting dari aplikasi ekonomi adalah elastisitas. Pemahaman elastisitas dari permintaan dan penawaran

Lebih terperinci

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONES SIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWA ARAN OLEH I MADE SANJAYA H14053726 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PROYEKSI

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH DI KOTA BOGOR OLEH DIO HAKKI H

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH DI KOTA BOGOR OLEH DIO HAKKI H ANALISIS PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH DI KOTA BOGOR OLEH DIO HAKKI H14103068 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 7.1 Permintaan LPG Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Permintaan LPG pedagang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Penawaran Teori penawaran secara umum menjelaskan ketersediaan produk baik itu barang dan jasa di pasar yang diharapkan dapat memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE 1987 2007 OLEH TRI PURWANTO H14094001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan 49 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup seluruh pengertian yang digunakan untuk keperluan analisis dan menjawab tujuan yang telah

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PADA INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh ANDI ARDIANSYAH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PADA INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh ANDI ARDIANSYAH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PADA INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA Oleh ANDI ARDIANSYAH H14102053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT OLEH DEVI RETNOSARI H

ANALISIS PENGARUH KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT OLEH DEVI RETNOSARI H ANALISIS PENGARUH KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT OLEH DEVI RETNOSARI H14102093 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Permintaan Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan pada kebutuhan saja atau sering disebut dengan permintaan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA INDONESIA PERIODE OLEH: NUNGSRI TRI HAPSARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA INDONESIA PERIODE OLEH: NUNGSRI TRI HAPSARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA INDONESIA PERIODE 1983-2006 OLEH: NUNGSRI TRI HAPSARI H 14102116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang didasarkan pemecahan masalah-masalah aktual yang

Lebih terperinci

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA 161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 04 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Elastisitas Permintaan dan Penawaran Bahan Ajar dan E-learning Definisi Elastisitas Suatu pengertian yang menggambarkan derajat kepekaan perubahan suatu variabel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Permintaan Dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H14103029 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

II. PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA

II. PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA Kardono-nuhfil 1 II. PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA Teori permintaan menjelaskan sifat para pembeli dalam permintaan suatu barang, sedangkan teori penawaran menjelaskan sifat para penjual dalam penawaran

Lebih terperinci

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Elastisitas Permintaan dan Penawaran Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP HARGA Elastisitas Permintaan Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE 1983 2005 (PendekatanTotal Factor Productivity) OLEH ATERIS BILADA H14104021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ADITYA HADIWIJOYO.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Termasuk dalam tujuan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

ARI SUPRIYATNA A

ARI SUPRIYATNA A ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK, SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA Oleh: ARI SUPRIYATNA A14303050 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi, Libria Widiastuti (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Batik Surakarta) Email: triardewi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H

ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H14103002 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan diperuntukan bagi konsumsi manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri beras merupakan kebutuhan pokok paling penting dimasyarakat Indonesia. Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H01400104 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis LPG bagi pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah bahan bakar utama dalam proses produksinya. Kerangka pemikiran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pangan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan wilayah,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H14050603 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN DIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS ENERGI INDUSTRI MENENGAH-BESAR INDONESIA OLEH HARRY GUSTARA PAMBUDI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS ENERGI INDUSTRI MENENGAH-BESAR INDONESIA OLEH HARRY GUSTARA PAMBUDI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS ENERGI INDUSTRI MENENGAH-BESAR INDONESIA OLEH HARRY GUSTARA PAMBUDI H14054200 DEPERTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Elastisitas Permintaan dan Penawaran

Elastisitas Permintaan dan Penawaran Elastisitas Permintaan dan Penawaran Pertemuan ke-enam Pengantar Ilmu Ekonomi Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-6 Koefisien elastisitas permintaan Elastisitas harga dan kurva permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN 1 Pokok Bahasan 1. Pendahuluan 2. Elastisitas harga permintaan 3. Hal-hal yang mempengaruhi elastisitas permintaan 4. Elastisitas penawaran 5. Elastisitas silang 6.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI OLEH RATNA VIDYANI H14102077 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Implementasi kebijakan..., Nursantiyah, FISIP UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Implementasi kebijakan..., Nursantiyah, FISIP UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tepung terigu dari waktu ke waktu semakin menjadi komoditi pangan penting di Indonesia. Hal ini disebabkan karena tepung terigu semakin menguasai kebutuhan

Lebih terperinci