FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)
|
|
- Erlin Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor) S A P A R SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor) S A P A R Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
3 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Bogor) benar adanya sebagai hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua informasi dan data yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas di tesis ini. Demikian tesis ini dibuat untuk digunakan dan diketahui sebagaimana mestinya. Bogor, Januari 2006 S a p a r
4 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Mawa Kota Palopo tanggal 1 Januari 1977 sebagai anak pertama dari enam bersaudara pasangan Bapak Drs. Syafruddin (alm) dan Ibu Sitti Fatimah (alm). Pendidikan SD ditempuh di SDN No. 70 Mawa, Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Palopo dan SMA Negeri 1 Palopo. Pendidikan sarjana di tempuh di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Palopo Sulawesi Selatan jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) lulus tahun Pada tahun 2000, penulis diangkat sebagai staf akademik pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Palopo Sulawesi Selatan. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan studi Magister Sains pada Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2004, Penulis menikah dengan Imelda Rosa, SP di Jakarta.
5 RINGKASAN SAPAR. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor). Dibimbing oleh : RICHARD W.E. LUMINTANG dan DJOKO SUSANTO. Tujuan penelitian adalah: (1) mengkaji faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima, (2) mengkaji perilaku kewirausahaan pedagang kakilima, dan (3) mengkaji hubungan antara faktor-faktor internal dan eksternal dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan rancangan dekriptif korelasional. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni September Populasi penelitian adalah pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan di Kota Bogor. Sampel penelitian sebanyak 40 responden yang berprofesi sebagai pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan. Analisis data menggunakan korelasi Rank Spearman (rs) untuk melihat hubungan antara variabel yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal pedagang kakilima menunjukkan responden berumur tahun, berpendidikan formal sedang, berpendidikan non formal rendah, pengalaman berusaha tinggi serta motivasi rendah. Pada faktor-faktor eksternal tergolong sedang dalam hal: keluarga, lingkungan tempat kerja. Perilaku kewirausahaan pedagang kakilima tergolong dalam kategori tinggi, dalam hal: sikap dan keterampilan dan sedang dalam hal pengetahuan. Pada aspek sikap dan keterampilan tergolong tinggi karena pedagang kakilima dituntut oleh lingkungan yang harus berusaha agar tetap survive dan banyaknya pengalaman dalam berusaha dagang, sedangkan pada aspek pengetahuan yang berkategori sedang disebabkan karena rendahnya pendidikan formal dan non formal. Faktor-faktor internal dan eksternal berhubungan secara nyata dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima, ialah umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, motivasi, modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, peluang pembinaan usaha, ketersediaan bahan dan jumlah konsumen. Penyuluhan perilaku kewirausahaan terhadap pedagang kakilima perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pedagang kakilima.
6 PRAKATA Dengan menghaturkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, tesis penelitian yang berjudul : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor) dapat terselesaikan Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Richard WE. Lumintang, MSEA., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ign Djoko Susanto, SKM, APU, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang selama ini tidak pernah bosan untuk selalu membimbing, mengarahkan dan mengangkat motivasi penulis untuk selalu fokus dalam menyelesaikan tesis penelitian ini. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang-orang yang penulis cintai dan sayangi serta orang-orang yang membantu penulis dalam menyelesaikan tesis penelitian ini, yaitu: (1) Almarhum bapak, almarhumah ibu yang selalu memberikan dukungan moril dan spiritual kepada penulis (2) Istri tercinta serta bapak dan ibu mertua yang telah banyak memberikan dorongan moril dan material dalam penyelesaian tesis penelitian ini (3) Adik-adik penulis ( Hasrul, Syamsinar, Muh. Sainal dan St. Fauziah) yang selalu memberikan dukungan agar terus bersemangat dalam menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor (4) Ibu Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc selaku Dekan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu penulis (5) Bapak Dr. Ir. Amri Jahi, MSc selaku ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) yang selalu memonitoring studi penulis agar cepat selesai (6) Seluruh staf pengajar pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu penyuluhan kepada penulis (7) Rekan-rekan keluarga besar mahasiswa PPN Khususnya Syafruddin dan Herawati yang telah banyak memberikan banyak wawasan lewat diskusidiskusi sehingga tesis penelitian ini dapat terselesaikan
7 (8) Para Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha makanan yang menjadi responden dalam membantu penyelesaian tesis ini Usaha yang maksimal dari penulis agar tesis penelitian ini dapat sesempurna mungkin, namun diakui sebagaimana manusia biasa pasti ada kelemahan dan kekurangan, Semoga tesis penelitian dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Bogor, Januari 2006 S A P A R
8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL Halaman... i DAFTAR LAMPIRAN... ii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Masalah Penelitian... 3 Tujuan Penelitian... 4 Kegunaan Hasil Penelitian... 4 Definisi Istilah... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 6 Wirausaha Dan Kewirausahaan... 6 Perilaku Kewirausahaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Operasionalisasi dan Cara Pengukuran Variabel Pengumpulan Data Instrumentasi Analisis Data... 34
9 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Daerah Penelitian Faktor-Faktor Internal Pedagang Kakilima Faktor-Faktor Eksternal Pedagang Kakilima Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima Hubungan antara Faktor-Faktor Internal Pedagang Kakilima dengan Perilaku Kewirausahaan Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal Pedagang Kakilima dengan Perilaku Kewirausahaan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 49
10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Faktor-Faktor Internal Pedagang Kakilima Faktor-Faktor Eksternal Pedagang kakilima Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima... 46
11 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan nasional pada dasarnya ditujukan untuk menyejahterakan kehidupan seluruh warga masyarakatnya, dan umumnya sangat diharapkan dari pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan. Jumlah orang yang menganggur akibat krisis ekonomi sejak tahun 1997 terus bertambah. Tahun 2001 jumlah penganggur sebanyak 6.1 juta orang, tahun 2002 meningkat menjadi 8.6 juta orang. Tahun 2003 jumlah penganggur sudah mencapai 10.3 juta orang yang merupakan bagian dari 42 juta orang pengangguran terbuka dan setengah terbuka. Center for Labor and Development Studies mencatat bahwa pengangguran sudah mencapai 42 juta orang dan 1.9 juta orang di antaranya adalah pengangguran intelektual sarjana lulusan perguruan tinggi. Diproyeksikan pengangguran terdidik lulusan perguruan tinggi menjadi 2.5 juta orang (3.7 %) pada tahun Para penganggur bukan saja menjadi beban keluarga tetapi juga menjadi beban bagi masyarakat dan negara. Pada awalnya menganggur menjadikan seseorang tersingkir dalam masyarakat, merasa tidak dihargai, dan tidak berarti, menganggur pada saat ini telah menjadi suatu gejala sosial, sehingga mind set negatif tentang pengangguran harus berubah menjadi tantangan untuk menciptakan lapangan kerja baru. Wirausaha kecil di sisi lain yang merupakan usaha rakyat justru menunjukkan keterandalannya dan memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan usaha menengah dan besar. Usaha-usaha pertanian rakyat yang bergerak dan berorientasi pada komoditi ekspor yang diabaikan keberadaannya, tampaknya banyak membantu pengadaan devisa negara. Indonesia ternyata masih memiliki kekuatan atau potensi usaha kecil sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 sebesar 0.28%, sedang usaha menengah dan besar tidak berkembang bahkan berkurang. Pertumbuhan
12 wirausaha kecil secara kuantitas berada dalam jumlah sangat banyak dan memiliki keunggulan komparatif dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan usaha yang lebih besar. Wirausaha kecil bersifat luwes dalam usaha maupun kemampuan sumber daya manusianya, berperan sebagai penyedia barang-barang murah kebutuhan keluarga, memiliki efisiensi dan fleksibilitas usaha yang tinggi, serta keuntungan dapat diraih dalam waktu yang relatif pendek. Wirausaha kecil kurang memiliki kemampuan manajerial dalam pengembangan usaha, sehingga wirausaha kecil hanya mampu bertahan. Pedagang kakilima adalah merupakan salah satu bentuk wirausaha yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia, Pedagang Kakilimalah yang sebenarnya cukup membantu pemerintah dalam memutar roda perekonomian, karena itu keberadaan mereka sepantasnya tetap diberi penghargaan bukan dianggap sebagai penyebab kemacetan maupun biang kesemrawutan namun harus ada kebijakan yang berpihak kepada Pedagang Kakilima. Kemampuan kewirausahaan pedagang kakilima sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut, diduga berasal dari dalam diri pedagang kakilima (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor internal yang dipandang penting yaitu umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman usaha, dan motivasi sedangkan faktor eksternal yang dipandang esensial adalah modal, keluarga, lingkungan kerja, jumlah konsumen, peluang pembinaan usaha dan ketersediaan bahan-bahan untuk usaha pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan. Oleh karena itu, perilaku kewirausahaan pedagang kakilima di kota Bogor keterkaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya menarik untuk diteliti.
13 Masalah Penelitian Banyak faktor yang mempengaruhi pedagang kakilima dalam meningkatkan kemampuan kewirausahaannya. Namun dari sekian banyak faktor tersebut, penelitian ini memfokuskan pada beberapa faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan kewirausahaan, yaitu dari segi sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini pedagang kakilima sebagai pelaku usaha. Faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan pedagang kakilima adalah umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, dan motivasi sebagai faktor internal, sementara modal, keluarga, lingkungan kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan sebagai faktor eksternal. Tjakrawerdaya (1997) mengemukakan bahwa sebagian besar pengusaha kecil di Indonesia belum dapat memenuhi ciri-ciri kewirausahaan yang ideal. Sejumlah penelitian ditemukan 10 % dari potensi kewirausahaan yang secara alamiah terwujud di dalam masyarakat, sebagian besar lainnya potensi kewirausahaan masih berupa sleepy entrepreneur belum bangkit. Oleh karena itu, terjadi kesenjangan antara potensi dan aktualisasi, antara lain ditunjukkan dengan banyaknya industri yang masih berbentuk industri informal. Sejalan dengan yang telah dikemukakan pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu 1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima 2. Bagaimana perilaku kewirausahaan pedagang kakilima 3. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan perilaku kewirausahaan pedagang kaki lima
14 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah: (1) Mengkaji faktor-faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima. (2) Mengkaji perilaku kewirausahaan pedagang kakilima (3) Mengkaji hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima Kegunaan Penelitian Hasil temuan yang diperoleh dari penelitian mempunyai kegunaan: 1) Secara akademis, sebagai salah satu sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam mengembangkan konsep teoritik mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima.. 2) Secara praktis, memberikan masukan bagi pihak terkait dalam merumuskan kebijaksanaan pembangunan, khususnya dalam hal pemberdayaan kewirausahaan pedagang kakilima.
15 Definisi istilah Konsep-konsep atau istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Perilaku Kewirausahaan adalah kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dimana polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu sikap mental, pengetahuan, dan keterampilan (2) Pedagang kaki lima pemakai gerobak usaha makanan adalah seluruh pedagang yang memakai gerobak usaha makanan yang volume perdagangannya setiap individu relatif kecil dengan mobilitas perdagangan yang sangat terbatas jangkauannya (3) Umur adalah usia responden (4) Pendidikan formal adalah jumlah tahun pendidikan sekolah yang pernah diikuti (5) Pendidikan non formal adalah pendidikan di luar sekolah yang pernah diikuti (6) Pengalaman berusaha adalah lamanya melaksanakan kegiatan usaha yang sejenis (7) Motivasi adalah dorongan yang membuat melakukan usahanya (8) Modal adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha (9) Keluarga adalah jumlah anggota keluarga dengan kondisi keluarga (10) Lingkungan tempat kerja adalah keadaan lingkungan tempat berusaha (11) Peluang pembinaan usaha adalah kesempatan untuk mendapatkan pembinaan usaha (12) Ketersediaan bahan adalah bagaimana responden mendapatkan bahan
16 TINJAUAN PUSTAKA Wirausaha dan Kewirausahaan Istilah entrepreneur sudah dikenal orang dalam sejarah ilmu ekonomi sebagai ilmu pengetahuan sejak tahun Cantillon memberikan peranan utama kepada konsep entrepreneurship dalam ilmu ekonomi. Cantillon menyatakan seorang entrepreneur sebagai seorang yang membayar harga tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan harga yang tidak pasti (an Uncertain Price), sambil membuat keputusan-keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber daya, dan menerima resiko berusaha. (Winardi, 2003) Konsep entrepreneur di Indonesia mulai dikenal pada sekitar tahun 70an, istilah yang digunakan adalah wiraswasta sebagai terjemahan dari entrepreneur, dan jiwa kewiraswastaan merupakan terjemahan dari entrepreneurship (Suparman 1980). wiraswasta merupakan istilah yang berasal dari kata wira dan swasta, wira berarti berani, utama atau perkasa. Swasta merupakan paduan dari dua kata swa dan sta, swa artinya sendiri dan sta berarti berdiri. Swasta dapat diartikan sebagai berdiri menurut kekuatan sendiri. Bertolak dari segi etimologis pengertian wiraswasta adalah keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri (Mustofa, 1996). Menurut Zemmerer dalam Suryana (2001), wirausaha adalah penerapan kreativitas dan keinovatifan untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Sukardi (1991) menggunakan istilah entrepreneur, yang artinya seseorang yang dapat memanfaatkan, mengatur, mengarahkan sumber daya tenaga kerja, alat produksi untuk menciptakan produk tertentu, di mana produk tersebut ditukarkan atau dijual
17 dalam situasi pasar, dan dengan demikian mendapatkan penghasilan untuk kelangsungan hidupnya. Pekerti (1988) memakai istilah kewirausahaan, yang diartikan tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam perangkat tindakan serta membuahkan hasil karya berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif. Pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang mendirikan, mengelola, mengembangkan dan melembagakan usaha yang dimilikinya, dan dilakukan dengan penuh kreatif, inovatif, mempertimbangkan kemampuan diri (swakendali), mampu mengambil resiko, mampu melihat kedepan, mampu memanfaatkan peluang, mampu bergaul, suka bekerja keras, penuh keyakinan dan bersikap mandiri. Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa kewirausahaan mempunyai karakteristik yang umum serta berasal dari kelas yang sama (Suparman, 1980). Bronner ( Tawardi, 1999) mengemukakan bahwa rata-rata wirausahawan adalah anak dari orang tua yang kondisi keuangan memadai, tidak miskin dan tidak kaya. Wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi berasal dari semua kelas sosial. Cantilon (Tjakrawerdaya, 1997) mengatakan bahwa fungsi risk bearing sebagai ciri utama wirausaha, dan scumpeter memperkenalkan fungsi inovasi dalam kewirausahaan. Meiner dkk (1980) mengemukakan bahwa ada lima ciri utama sifatsifat kewirausahaan yaitu: (a) Self achievement, yaitu keinginan untuk selalu memiliki prestasi yang lebih baik, (b) Risk taking, yaitu kemampuan mengambil resiko tertentu demi mempercepat mencapai tujuan, (c) Feed back of result, yaitu keinginan untuk segera mendapatkan umpan balik dari apa yang telah dikerjakan, (d) Personal inovation, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berorientasi kearah
18 perbaikan dan kemajuan, dan (e) Planning for the future, yaitu sikap untuk bertindak berdasarkan rencana yang telah disusun terlebih dahulu. Sukardi (1991), mendefenisikan entrepreneur adalah seseorang yang dapat memanfaatkan, mengatur, mengarahkan sumber daya tenaga kerja, alat produksi untuk menciptakan suatu produk tertentu, yakni produk tersebut ditukarkan, atau dijual dalam suatu pasar, dan dengan demikian mendapatkan sumber penghasilan untuk kelangsungan hidupnya. Senada dengan pendapat Pekerti (1988), bahwa perilaku kewirausahaan adalah sikap selalu tanggap terhadap peluang usaha-usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil karya berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif. Clelland (1987) mengemukakan ciri yang dimiliki perilaku kewirausahaan adalah mempunyai kemiripan dengan orang yang mempunyai motif berprestasi (need of achievement) yaitu: (a) senantiasa berusaha untuk mempeoleh hasil yang lebih baik dari apa yang telah diperoleh, (b) berani mengambil resiko pada taraf rata-rata, (c) mempunyai tanggungjawab pribadi, dan (d) senantiasa menginginkan segera umpan balik hasil pekerjaannya untuk mengevaluasi dan memperbaiki tindakannya dimasa depan. Lebih lanjut Mc. Clelland mengatakan, ciri orang yang mempunyai sikap kewirausahaan, salah satu diantaranya penuh semangat dan kreatif. Miner (1989) berpendapat bahwa ciri utama perilaku kewirausahaan adalah (a) mempunyai self achievement, yaitu keinginan untuk selalu memiliki prestasi yang lebih baik, (b) Feed back of result, yaitu keinginan untuk segera mendapatkan umpan balik dari apa yang telah dikerjakan. Meredith (1996) mengemukakan bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki sikap kewirausahaan, yaitu: (a) fleksibel dan supel dalam bergaul, (b) mampu dan dapat memanfaatkan peluang usaha yang ada, (c) memiliki pandangan kedepan,
19 cerdik dan lihai, (d) tanggap terhadap situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, (e) mempunyai kepercayaan diri dan mampu bekerja mandiri, (f) mempunyai pandangan yang optimis dan dinamis, serta mempunyai jiwa kepemimpinan, (g) mempunyai motivasi yang kuat untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik dan teguh dalam pendiriannya, (h) sangat mengutamakan prestasi, dan memperhitungkan faktor-faktor yang menghambat dan faktor penunjang, (i) memiliki disiplin diri yang tinggi, dan (j) berani mengambil resiko dengan memperhitungkan tingkat kegagalnnya. Timmons (1974) berpendapat tentang karakteristik wirausahawan yang berhasil adalah adanya keyakinan pada dirinya, bahwa segala jerih payahnya akan membawa hasil. Keyakinan diri ini termasuk kepercayaan bahwa keberhasilannya tidaklah ditentukan oleh faktor diluar dirinya. Disamping itu mempunyai sikap kesediaan untuk secara terus menerus mencurahkan tenaganya setiap harinya untuk mencapai keberhasilan usahanya, serta kesediaan dan kesungguhan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Disini terkandung arti kekuatan kehendak pribadi (self determination) untuk menyelesaikan pekerjaan. Disamping itu, memiliki keluwesan bergaul yang merujuk pada ketersediaan wirausaha untuk berhubungan dengan semua lapisan dalam masyarakat, aneka ragam individu demi keberhasilan berusaha. Sukardi (1991) berpendapat bahwa ciri-ciri utama perilaku kewirausahaan seseorang adalah selalu terlibat dalam setiap situasi kerja, tidak mudah menyerah, tidak memberi kesempatan berpangku tangan. Lebih lanjut dikatakan bahwa ada sembilan ciri psikologik yang selalu dijumpai dan tampil pada perilaku wirausaha yang berhasil, yaitu: (1) selalu tanggap terhadap peluang dan kesempatan berusaha yang berkaitan dengan peluang kinerjanya, (2) selalu berusaha memperbaiki prestasi,
20 menggunakan umpan balik, menyenangi tantangan dan berupaya agar hasil kerjanya selalu lebih baik dari sebelumnya, (3) selalu bergaul dengan siapa saja, membina kenalan, mencari kenalan baru dan berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi, (4) dalam berusaha selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Tidak pernah memberi dirinya kesempatan berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada pekerjaan, dan memiliki tenaga terlibat terus menerus dalam pekerjaannya, (5) optimisme bahwa usahanya akan berhasil. Percaya diri dengan bergairah langsung terlibat dalam kegiatan konkrit, jarang terlihat ragu-ragu. Sukardi (1991) melanjutkan ciri psikologik perilaku wirausaha yang berhasil adalah (6) tidak khawatir menghadapi situasi yang serba tidak pasti, usahanya belum tentu membuahkan keberhasilan. Berani mengambil antisipasi terhadap kemungkinan-kemungkinan kegagalan. Segala tindakan diperhitungkan secara cermat, (7) benar-benar memperhitungkan apa yang harus dilakukan dan bertanggungjawab pada dirinya sendiri, menunjukkan swakendali dalam mengarahkan tingkah lakunya, (8) selalu bekerja keras mencari cara-cara baru untuk memperbaiki kinerjanya.terbuka untuk gagasan, pandangan, penemuan-penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya. Tidak terpaku pada masa lampau, gagasan-gagasan lama, tetapi berpandangan ke depan dan mencari ideide baru, dan (9) apa yang dilakukan merupakan tanggungjawab pribadinya. Keberhasilan atau kegagalan dikaitkan dengan tindakan-tindakan pribadinya. Lebih menyenangi kebebasan dalam mengambil keputusan untuk bertindak dan tidak tergantung pada orang lain. Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai karakteristik atau ciri-ciri yang selalu muncul pada perilaku wirausaha yang berhasil. Pada wirausaha yang
21 berhasil banyak memiliki cara yang sama, antara lain penuh energi, inovatif, berani mengambil resiko serta keinginan untuk berprestasi, selain itu juga sifat optimis dan percaya akan masa depan. Kata kewirausahaan hingga saat ini diakui belum memiliki defenisi yang utuh dan tegas, mengingat kedua kata tersebut memiliki makna yang bersifat universal. Wirausaha pada prinsipnya memiliki makna yang khas yaitu mencerminkan karakter yang tekun, giat dan relative dalam bekerja atau berusaha, mampu mengambil prakarsa dari peluang usaha dengan mengandalkan kemampuan orang lain, berani mengambil resiko kerugian atau kegagalan tanpa harus putus asa namun bertindak sebagai motivator dan inovator (Pambudy, 1999) Perilaku Kewirausahaan Perilaku wirausaha mencakup tiga hal yaitu pengetahuan, sikap mental dan keterampilan serta sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan sikap mental terhadap masa yang akan datang (Wijandi, 1988). Atmakusuma dalam Setiawan (2003) mengenai perilaku wirausaha tersebut, pengetahuan didefenisikan sebagai tingkat kemampuan berpikir seseorang. Pada umumnya kemampuan berpikir lebih banyak ditentukan oleh tingkat pendidikan baik formal maupun non formal, meskipun secara langsung tidak ada kaitan antara pengetahuan/pendidikan dengan semangat berusaha, dalam menjalankan usahanya seorang wirausahawan perlu memiliki beberapa pengetahuan dasar yang memadai agar usahanya berhasil. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berkembang seiring dengan majunya zaman, sebagai pelaku usaha maka pengetahuan yang terkini harus didapat dan diikuti agar usahanya maju.
22 Douglas dalam Pambudy (1999) menjelaskan ciri-ciri dari wirausaha yang berhasil antara lain: (a) memiliki tujuan yang berkelanjutan, (b) pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar tentang bagaimana suatu bisnis dapat bertahan dan berhasil, (c) memiliki kemampuan memecahkan masalah secara efektif dengan banyak akal, (d) percaya diri terhadap kemampuan untuk mencapai tujuan bisnis, (e) inovasi untuk menemukan hal-hal yang baru, (f) memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan (g) memiliki kemampuan menjual terhadap produk barang. Sikap mental yang diperlukan seorang wirausahawan adalah unsur mencirikan respon, tanggapan atau situasi mental/psikologis jika dihadapkan pada situasi, sikap mental ini bersifat dinamis. Gagasan, karsa, inisiatif, kreatifitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja keras dan sebagainya dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan diri seseorang yang secara langsung atau tidak mempengaruhi sikap mental seseorang, sikap mental berbeda dengan kepribadian. Kepribadian menunjukkan watak seseorang atau sikap mental yang relatif mantap dan tetap (Wijandi, 1988). Selanjutnya Pambudy (1999) menjelaskan sikap dasar seorang wirausahawan adalah kemauan, kemampuan dan memiliki kesempatan untuk selalu memperhatikan usahanya. Keterampilan adalah suatu kemauan dan kemampuan serta kesempatan yang ada pada diri seseorang untuk selalu menggunakan semua organ fisiknya dalam mengembangkan usahanya tersebut, unsur ini berhubungan dengan kerja fisik anggota badan terutama tangan, kaki dan mulut (suara) untuk bekerja (Pambudy, 1999).
23 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Mc Clelland (1987) mengemukakan bahwa motif berprestasi atau need for achievement akan mendorong timbulnya perilaku kewirausahaan, dan motif berprestasi dapat dipelajari dan dikembangkan. Penting diadakan pendidikan dan latihan yang dapat menumbuh dan mengembangkan motif berprestasi sejak dini. Pembentukan wiraswasta yang tangguh akan lebih dimudahkan apabila sistem pendidikan yang berlaku dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan wiraswasta, disamping tentunya juga diperlukan adanya sistem yang baik pada bidang-bidang yang lain, seperti sistem perbankan, sistem perdagangan, sistem kerjasama, dan lain sebaginya (Suparman, 1980). Rogers (1980) menyatakan seseorang dalam merubah perilakunya dipengaruhi oleh: (1) kemampuan membaca dan menulis, (2) sifat kosmopolit, (3) tingkat pendidikan, (4) status sosial ekonomi, dan (5) umur. Dari beberapa konsep tentang karakteristik pedagang kakilima dan karakteristik lainnya, hanya beberapa karakteristik tertentu saja yang akan diteliti, yaitu: (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) pendidikan non formal, (4) pengalaman berusaha, (4) motivasi (5) modal, (6) keluarga, (7) lingkungan tempat kerja, (8) peluang pembinaan usaha dan (9) ketersediaan bahan Umur Menurut Anggraini (1995), usia berhubungan nyata dengan tumbuh kembangnya perilaku kewirausahaan pengusaha kecil. Dahama dan Bhatnagar (1980) berpendapat bahwa, umur seseorang berkaitan dengan kapasitas belajarnya terus naik sejak anak mengenal lingkungannya, dan pada awal dewasa yaitu usia tahun, kemudian menurun. Kemudian penurunan itu dengan drastis dimulai sejak
24 seseorang itu berusia 50 tahun. Napitupulu (1975) mengemukakan bahwa umur tahun memiliki produktivitas tinggi. Pendidikan Menurut Suparman (1980), kewiraswastaan hanya dapat dipelajari dari seorang wiraswasta, dengan demikian jelas bahwa kewiraswastaan dapat diajarkan, wiraswasta dapat dibentuk, dan ditempa, asal pada alamat dan wadah yang tepat. Pendidikan minimum sebagai perlindungan minimum bagi setiap orang perlu digali dan disajikan. Tulisan ini berkeyakinan bahwa pendidikan minimum itu adalah pendi dikan wiraswasta. Selanjutnya rendahnya produktifitas tenaga kerja disebabkan faktor rendahnya pendidikan formal yang dimiliki, yang berkendala dalam menyerap informasi baru, khususnya yang berkaitan dengan proses difusi-inovasi teknologi baru sehingga upah yang diterima tenaga kerja, inilah yang menjadi salah satu sumber kemiskinan yang ada dewasa ini. Masalah kualitas tenaga kerja tersebut diatasi dengan berbagai pendidikan lanjutan seperti pelatihan, kursus-kursus, penyuluhan, magang kerja, studi lapangan, dan sebagainya (Sukartawi, 1996). Pengalaman Pengalaman belajar sebagai interaksi, antara yang belajar dengan lingkungannya, dimana yang belajar tersebut dapat memberi reaksi terhadap stimuli yang diterimanya (Soekanto, 1986). Dahama dan Bhatnagar (1980) mengatakan bahwa pengalaman seseorang akan memberikan kontsribusi terhadap minat dan harapannya untuk belajar lebih banyak. Mustofa (1996) mengatakan bahwa pengalaman masa kecil, serta pola asuh keluarga, tuntutan keluarga, kemungkinan besar ikut berpengaruh terhadap pemilihan pekerjaan meskipun hal ini kadangkadang tidak disadari oleh individu yang bersangkutan.
25 Motivasi Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls. Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan yang sangat besarlah yang akan menentukan perilaku seseorang. Motif yang kuat ini seringkali berkurang apabila telah mencapai kepuasan ataupun karena menemui kegagalan. Fasilitas (Modal) Probosutedjo (1977) menjelaskan bahwa pemerintah menyediakan fasilitas terhadap pemodal besar dapat menghasilkan pengusaha-pengusaha raksasa. Pemerintah memberikan Kredit Candak Kulak kepada usaha ekonomi lemah telah dapat dirasakan oleh masyarakat walaupun masih kecil sekali. Sumarlin (1977) menyatakan bahwa pembinaan usaha golongan ekonomi lemah dengan bantuan kredit, penyuluhan, bantuan keahlian, peyederhanaan perijinan telah dapat mendorong berkembangnya segi kewirausahaan bagi pengusaha ekonomi lemah. Tawardi (1999) menegaskan bahwa pembentukan sikap kewirausahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, fasilitas, pembinaan dan pola asuh orang tua. Variabel ekonomi berupa perangsang pasar dan stok modal sebagai penyokong tumbuh kembangnya kewiraswastaan. Keluarga Keluarga akan memberikan motivasi bagi rumah tangga yang bersangkutan untuk lebih banyak menggali sumber pendapatan lainnya. Ayah sebagai kepala Rumah Tangga mempunyai kewajiban untu memberikan nafkah kepada anggota keluarganya.
26 Lingkungan Tempat Kerja Salah satu ciri utama pedagang kakilima adalah dalam melakukan usahanya selalu berada pada tempat keramaian, dimana calon pembeli hilir mudik, karena itu dalam kota-kota besar, Pedagang Kakilima biasanya diidentikkan dengan penyebab kesemrawutan dan kemacetan. Penertiban dan penggusuran Pedagang Kakilima sering menjadi pekerjaan berat bagi aparat pemerintahan setempat. Peluang Pembinaan Usaha Pembinaan usaha pada Pedagang kakilima dapat dilakukan pada aspek usaha Pedagang kakilima dan Pedagang Kakilima itu sendiri. Tujuan dari pembinaan usaha ini agar terjadi pengembangan unit usaha dari informal menjadi usaha formal sedangkan pada Pedagang Kakilima itu sendiri agar terjadi peningkatan taraf hidup. Ketersediaan Bahan Ciri utama Pedagang kakilima adalah berlokasi pada daerah yang ramai, dekat pasar dimana calon pembeli hilir mudik pada daerah tersebut. Selain karena pertimbangan calon pembeli, dengan dekat pada pasar maka akan memudahkan Pedagang Kakilima khususnya yang berjualan usaha makanan untuk mendapatkan bahan baku.
27 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Menumbuh-kembangkan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima merupakan langkah awal dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menuju manusia sebagai subyek penggerak pembangunan bukannya sebagai obyek pembangunan. Tingkat perilaku kewirausahaan yang tinggi diharapkan terjadi peningkatan pendapatan pedagang kakilima. Tingginya perilaku kewirausahaan merupakan manifestasi dari semua faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan pedagang kakilima. Berbagai faktor internal dan eksternal yang mungkin berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan pedagang kalilima di kota Bogor perlu diidentifikasi, yang pada akhirnya mampu memberikan sumbangan bagi peningkatan pendapatannya. Suparman dalam Tawardi (1999), menyatakan bahwa ada hubungan antara perilaku kewirausahaan, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, minat, lama berusaha dan latar belakang keluarga dengan tingkat keberhasilan pengusaha industri kecil. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku kewirausahaan pedagang kakilima, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor internal seperti (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha dan motivasi) dan faktor eksternal yang meliputi modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan Dugaan bahwa tingkat perilaku kewirausahaan tergantung dari umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha dan motivasi
28 pedagang kakilima sebagai faktor internal; dan modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan sebagai faktor eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai peubah bebas, sedangkan variabel yang dipengaruhi sebagai peubah terikat. Faktor internal (X1) - Umur - Pendidikan formal - Pendidikan non formal - pengalaman berusaha - Motivasi Perilaku Kewirausahaan - Pengetahuan - Sikap - Keterampilan Pendapatan Faktor eksternal (X2) - Modal - Keluarga - Lingkungan tempat kerja - Peluang pembinaan usaha - Ketersediaan bahan
29 Hipotesis Penelitian Hipotesis umum penelitian ini adalah terdapat hubungan yang nyata antara faktor internal (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, dan motivasi), faktor eksternal (modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan) dengan perilaku kewirausahaan Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan. Hipotesis di atas dapat dijabarkan ke dalam hipotesis kerja sebagai berikut: (1) Terdapat hubungan yang nyata antara faktor-faktor internal dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima. (2) Terdapat hubungan yang nyata antara faktor-faktor eksternal dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima
30 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian berusaha menemukan gambaran tentang perilaku kewirausahaan pedagang kakilima dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima. Oleh karena itu, penelitian dirancang secara deskriptif korelatif dengan metode survai. Peubah independent (bebas) dalam penelitian terdiri dari peubah, umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, motivasi, modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan sedangkan peubah dependentnya (terikat) adalah perilaku kewirausahaan. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Bogor sekitar wilayah Pasar Anyar, Jembatan Merah, Terminal Baranangsiang, Stasiun Kereta Api Bogor, dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan daerah yang jumlah pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan dan populasi usahanya cukup menonjol perkembangannya. Pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan terhitung Juni - September Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian adalah pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan yang sampai pada saat penelitian bertempat tinggal di kodya Bogor dengan perincian:
31 NO JENIS USAHA JUMLAH 1. Pedagang kakilima penjual es Pedagang kakilima penjual nasi goreng Pedagang kakilima penjual gorengan Pedagang kakilima penjual bubur ayam 137 Jumlah Total 913 Sampel Penelitian menggunakan tehnik pengambilan sample acak distrafikasi (stratified random sampling) dengan jumlah sample 40 pertimbangan bahwa jenis pedagang kakilima pemakai gerobak yang berusaha makanan beragam jenis berdasarkan jenis makanan yang dijual. (Singarimbun dan Effendi, 1989). Penarikan sampelnya sebagai berikut: NO JENIS USAHA JUMLAH SAMPEL 1. Pedagang kakilima penjual es 378/913 X Pedagang kakilima penjual nasi goreng 152/913 X Pedagang kakilima penjual gorengan 246/913 X Pedagang kakilima penjual bubur ayam 137/913 X 40 6 Jumlah Total 40 Operasionalisasi dan Cara Pengukuran Variabel Penelitian ini mempunyai dua variabel atau peubah, yaitu faktor-faktor internal dan eksternal sebagai peubah bebas (independent variabel) dan perilaku kewirausahaan sebagai peubah terikat (dependent variabel). Faktor-faktor internal
32 tersebut dilihat dari umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, dan motivasi, sedangkan modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan sebagai faktor eksternal. Perilaku kewirausahaan dalam penelitian ini adalah sebagai peubah terikat dengan mengukur komponen pengetahuan, sikap mental dan keterampilan Pedagang kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Pedagang kaki lima pemakai gerobak usaha makanan adalah seluruh pedagang yang memakai gerobak usaha makanan yang volume perdagangannya setiap individu relatif kecil dengan mobilitas perdagangan yang sangat terbatas jangkauannya. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Faktor-faktor internal dan eksternal adalah hal-hal yang berasal dari dalam dan dari luar individu responden yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan pedagang kakilima. Untuk masing-masing peubah diukur dengan skala ordinal. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kewirausahaan diukur dengan skala ordinal dalam bentuk indeks. Indeks merupakan nilai gabungan skor yang disusun untuk mengukur peubah. Indeks merupakan akumulasi skor dari tiap pertanyaan sehingga dapat mengurutkan responden dalam urutan yang tepat menurut peubah tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1989). Faktor internal dan eksternal diukur dengan mengetahui jumlah skor dari sembilan komponen yang diamati. Pengukuran dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang mengacu skala peringkat dengan memberi tiga alternatif jawaban. Jawaban dengan skor tiga mengarah pada perilaku paling baik, jawaban dengan skor satu mengarah kepada perilaku paling rendah atau jelek (Singarimbun dan Effendi, 1989)
33 (1) Faktor Internal Pedagang Kakilima Faktor internal adalah ciri-ciri pribadi, status sosial dan ekonomi pedagang kakilima dalam periode waktu tertentu. Dalam penelitian ini ciri pribadi dan social ekonomi pedagang kakilima yang diteliti antara lain: (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) pendidikan non formal, (4) pengalaman berusaha, dan (5) motivasi. X1.1 Umur Umur adalah usia responden dan dinyatakan dalam tahun. Peubah ini diukur berdasarkan usia responden pada saat pengisian kuestionare dikonversikan dalam tahun. Dalam hal ini, umur dibagi tiga kategori yaitu : (1) muda (X<20 tahun), (2) Sedang (20 tahun < X < 30 tahun), (3) Tua (X > 30 tahun). X1.2 Pendidikan Formal Pendidikan Formal adalah jumlah tahun pendidikan sekolah yang pernah diikuti oleh responden. Dalam hal ini, pendidikan formal dibagi tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < 5 tahun), (2) sedang (5 tahun < X < 11 tahun), dan (3) tinggi (X > 11 tahun). X1.3 Pendidikan Non Formal Pendidikan non formal adalah pendidikan di luar sekolah yang pernah diikuti pedagang kakilima (pelatihan, kursus). Dalam hal ini, pendidikan non formal dibagi tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < 1 kali/th), (2) sedang (1 kali < X < 4 kali/th), dan (3) tinggi (X > 4 kali/th)
34 X1.4 Pengalaman Berusaha Pengalaman berusaha adalah lamanya responden melaksanakan kegiatan usaha yang sejenis yang dihitung dalam bulan. Dalam hal ini, pengalaman berusaha dibagi tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < 3 tahun), (2) sedang (3 tahun < X < 5 tahun) dan (3) tinggi (X > 5 tahun). X1.5 Motivasi Motivasi adalah dorongan yang membuat responden melakukan usaha dagang sebagai pedagang kakilima. Dalam hal ini, motivasi dibagi tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 1), (2) sedang (1 < X < skor 3) dan (3) tinggi (X > skor 3) (2) Faktor Eksternal Pedagang Kakilima Faktor eksternal adalah ciri-ciri selain dari diri pribadi pedagang kakilima, yang meliputi: status sosial dan ekonomi pedagang kakilima dalam periode usaha dagang yang dilakukannya. Dalam penelitian ini faktor eksternal yang diteliti adalah: (1) modal, (2) Keluarga, (3) lingkungan tempat kerja, (4) peluang pembinaan usaha, dan (5) ketersediaan bahan. X2.1 Modal Modal adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam menjalankan usaha responden. Peubah ini diukur dengan banyaknya modal yang dimiliki responden dihitung dengan jumlah uang yang dipakai untuk menjalankan usaha dalam setiap hari. Dalam hal ini, modal dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < Rp /hari), (2) sedang (Rp /hari < X < Rp /hari), dan (3) tinggi (X > Rp /hari)
35 X2.2 Keluarga Keluarga yaitu jumlah anggota keluarga responden dengan kondisi keluarga responden. Peubah ini diukur berdasarkan banyaknya jumlah tanggungan responden dalam keluarga, sikap anggota keluarga terhadap usaha yang digeluti responden. Dalam hal ini, lingkungan tempat tinggal dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 4,69), (2) sedang (skor 4,69 < X < skor 13,05), dan (3) tinggi (X > 13,05) X2.3 Lingkungan Tempat berusaha Lingkungan tempat berusaha yaitu bagaimana keadaan lingkungan dapat mendukung usaha, apakah banyak pembeli usaha makanan, ada tidaknya penggusuran, dsb. Indikator peubah ini adalah letaknya yang strategis untuk berjualan, banyaknya pembeli, jaminan tidak ada penertiban dan penggusuran dari aparat. Dalam hal ini, lingkungan tempat kerja dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 3,81), (2) sedang (skor 3,81 < X < skor 6,03), dan (3) tinggi (X > 6,03) X2.4 Peluang pembinaan usaha Peluang pembinaan usaha yaitu kesempatan responden untuk mendapatkan pembinaan usaha baik dari pemerintah maupun swasta. Indikator peubah ini adalah pernahkah responden mendapatkan pembinaan usaha seperti pelatihan kewirausahaan, bantuan-bantuan usaha. Dalam hal ini, peluang pembinaan usaha dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 0,74), (2) sedang (skor 0,74 < X < skor 1,36), dan (3) tinggi (X > skor 1,36)
36 X2.5 Ketersediaan bahan Ketersediaan bahan yaitu bagaimana responden dalam mendapatkan bahanbahan baku yang dijadikan usaha jualannya. Indikator peubah ini diukur dengan kemudahan responden dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut dan tersedia atau tidaknya bahan-bahan tersebut dalam usahanya. Dalam hal ini, ketersediaan bahan dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 1,82), (2) sedang (skor 1,82 < X < skor 2,12), dan (3) tinggi (X > skor 2,12) (3) Perilaku Kewirausahaan Perilaku kewirausahaan adalah kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan responden dimana polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu sikap mental, pengetahuan, dan keterampilan. Perilaku kewirausahaan diukur dengan mengetahui jumlah skor dari indikatorindikator yang diamati, sedangkan pengukuran dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang mengacu skala berjenjang dengan memberi tiga alternatif jawaban dengan skala 1 3. Adapun indikator peubah perilaku kewirausahaan tersebut meliputi: (1) pengetahuan, (2) sikap, dan (3) keterampilan X3.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah tingkat kemampuan berpikir responden dan pada umumnya ditentukan oleh tingkat pendidikan. Parameter untuk pengetahuan adalah pengetahuan bahan baku, pengetahuan strategi berdagang, pengetahuan tentang konsumen dan pengetahuan manajemen uang. Dalam hal ini, pengetahuan dibagi dalam tiga kategori yaitu:
37 (1) rendah (X < skor 7,53), (2) sedang ( skor 7,53 < X < 8,77), dan (3) tinggi (X > 8,77) X3.2 Sikap Sikap adalah tanggapan atau situasi mental/psikologis responden jika dihadapkan pada situasi tertentu. Parameter tersebut adalah sikap dalam berusaha, pandangan dalam menjalankan usaha dan semangat dalam berusaha. Dalam hal ini, sikap dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 10,95), (2) sedang ( skor 10,95 < X < 12,45), dan (3) tinggi (X > skor 12,45) X3.3 Keterampilan Keterampilan adalah suatu kemauan serta kesempatan yang ada pada diri responden untuk selalu menggunakan semua organ fisiknya dalam mengembangkan usaha. Parameter keterampilan adalah kemampuan dalam memilih bahan baku, keterampilan dalam merencanakan usaha, keterampilan dalam menggunakan modal dan keterampilan dalam melayani konsumen. Dalam hal ini, keterampilan dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 9,2), (2) sedang (skor 9,2 < X < 11,9) dan (3) tinggi (X > skor 11,9) Pengumpulan Data Beragamnya sampel baik dari segi pengetahuan, maupun segi lainnya, perlu menggunakan metode yang benar-benar mampu mengungkap data yang diperoleh sesuai dengan pokok permasalahan penelitian. Penelitian ini digunakan metode pengumpulan data dengan wawancara bebas terpimpin, pengamatan, dan dokumentasi.
38 Metode wawancara bebas terpimpin digunakan karena metode ini merupakan gabungan dari wawancara bebas atau tak terpimpin dengan wawancara terpimpin. Metode ini mengatasi kelemahan wawancara bebas yang acapkali tidak terarah, dan wawancara terpimpin yang bersifat kaku dan kadang-kadang kurang dimengerti oleh responden. Metode ini masih tetap berpedoman pada serangkaian daftar pertanyaan yang telah disiapkan, tetapi dalam penyampaiannya kepada responden tidak selalu sama persis seperti di dalam pertanyaan, tetapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, tanpa menyimpang dari data yang ingin dituju. Metode wawancara bebas terpimpin digunakan sebagai metode pokok dalam pengumpulan data, karena dapat menggali data yang seobyektif mungkin dengan mengetahui reaksi langsung secara spontan dari responden. Selain itu, menjelaskan apabila kata-kata atau kalimat yang kurang jelas dalam instrumen, juga dapat berhubungan langsung secara harmonis dan horisontal, sehingga data diperoleh dengan akurat. Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dari dekat secara seksama akan fenomena yang timbul. Metode ini untuk mengungkap data yang belum terjaring melalui wawancara bebas terpimpin. Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui jumlah pedagang kaki lima, potensi daerah, jumlah penduduk, lembaga ekonomi dan jenis lainnya yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Metode ini digunakan untuk memperkuat metode wawancara misalnya tentang keaktifan anggota dalam organisasi masyarakat. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer mencakup berbagai variabel yang diteliti, diperoleh dari pedagang kaki lima setempat. Data sekunder meliputi gambaran umum wilayah penelitian diperoleh dari monografi yang ada di kantor walikota Bogor, kantor BAPEDA, dan kantor Statistik kodya Bogor.
39 Instrumentasi Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan peubah-peubah yang diteliti dalam kegiatan penelitian. Validitas instrument adalah sebagai tingkat kesesuaian antara konsep dengan hasil pengukuran dari konsep yang bersangkutan. Dikatakan ada kesesuaian karena mengadakan semacam perbandingan antara konsep nominal dengan defenisi operasional. Validitas daftar pertanyaan diperlukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan. Validitas yang telah dilakukan adalah bangun pengertian (Construct validity), berkenaan dengan kesanggupan alat ukur mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya. Menurut Ancok dalam Singarimbun dan Effendi (1989) bahwa alat ukur dikatakan sahih (valid) bila alat ukur tersebut dapat mengukur yang sebenarnya ingin diukur. Selanjutnya dikemukakan bahwa terdapat beberapa cara untuk menetapkan kesahihan suatu alat ukur yang dipakai, yaitu (1) validitas konstruk, artinya peneliti menyususn tolok ukur operasional dari kerangka suatu konsep yang akan diukur tersebut, (2) validitas isi, dimana alat ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep, dan (3) validitas eksternal, artinya alat ukur baru yang akan digunakan tidak berbeda hasilnya jika dibandingkan dengan alat ukur yang sudah valid. Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan cara validitas konstruk, yaitu menyusun tolok ukur operasional dari kerangka suatu konsep dengan cara pemahaman atau logika berpikir atas dasar pengetahuan ilmiah di mana isi
40 kuesioner disesuaikan dengan konsep dan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, disamping itu melakukan konsultasi secara intensif dengan pihak yang dianggap menguasai tentang materi daftar kuesioner yang digunakan. Reliabilitas instrument adalah tingkat kemantapan atau konsistensi suatu alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur tersebut mempunyai sifat konsisten, stabil atau ketepatan jika alat tersebut digunakan berulangkali terhadap suatu gejala yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini diuji dengan test-retest, yaitu pengujian alat ukur terhadap responden yang sama dalam waktu yang berbeda. Pengukuran ini dilakukan untuk mendapatkan alat ukur yang memiliki reliabilitas yang tinggi. Pengujian alat ukur dilaksanakan di Jakarta dan Bogor terhadap 4 orang responden yang kedudukannya sebagai pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan dengan selang waktu 7 hari. Hasil pengukuran menggunakan korelasi product moment untuk mengetahui reliabilitas dan kelayakan instrument/kuesioner dengan rumus sebagai berikut: RXY = N XY ( X) ( Y) { N X² - ( X ) ² } { N Y² - ( Y)² } Keterangan: Rxy X Y N = koefisien korelasi product moment = Variabel bebas = Variabel terikat = banyaknya kasus Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 1.
TINJAUAN PUSTAKA. Istilah entrepreneur sudah dikenal orang dalam sejarah ilmu ekonomi sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Wirausaha dan Kewirausahaan Istilah entrepreneur sudah dikenal orang dalam sejarah ilmu ekonomi sebagai ilmu pengetahuan sejak tahun 1755. Cantillon memberikan peranan utama kepada konsep
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)
JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Juni 2006, Vol. 2, No. 2 Abstract FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Program Kejar Paket B memiliki sasaran untuk memberikan pendidikan bagi siswa lulus SD dan sederajat yang tidak melanjutkan ke SLTP, serta siswa putus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN. #### Selamat Mengerjakan ####
Lingkarilah pilihan identitas yang sesuai dengan keadaan Anda: Apakah Anda mahasiswa Unika Soegijapranata Semarang? Apakah Anda tidak memiliki usaha secara mandiri? Apakah Orangtua Anda tidak memiliki
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Populasi penelitian ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) miskin kota
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) miskin kota di Kecamatan Bogor Timur yang berada di bawah pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, pembangunan merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara Indonesia dalam melakukan pembangunan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel
41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data
III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel
38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan
Lebih terperinciLatar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5
Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5 Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) Bagian I (dari 5 bagian) Oleh, Dadang Yunus L, S.Pd.
Lebih terperinciNURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Tentunya fenomena ini menjadi sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Menurut Ciputra
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan pada
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Waktu Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk ditetapkan, hal ini untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
METODE PENELITIAN Populasi Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi penyuluh yang ada di Kota
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan
I. PENDAHULUAN TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan ABSTRAK Pilihan masa depan buat negara kita, dalam mengatasi persoalan tenaga kerja, tidak lain adalah membuka lapangan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Lokasi, populasi dan Sampel Penelitian. Selatan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. KPH Bandung Selatan
METODE PENELITIAN Lokasi, populasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian adalah Desa Pulosari dan Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan yang termasuk dalam wilayah kerja BKPH Pangalengan, KPH Bandung
Lebih terperinciA. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA
A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era globalisisasi yang penuh dengan tantangan, dan persaingan yang dimana dalam mengatasi berbagai tantangannya
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel
31 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih
Lebih terperinciBAB III PERUMUSAN MASALAH
BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Perubahan lingkungan bisnis telah menantang perusahaan-perusahaan untuk dapat bersaing dengan ketat. Perusahaan yang dapat menerapkan strategi bisnisnya
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian
36 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah populasi yang homogen yaitu pembudidaya ikan patin yang berada di Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu Kabupaten Muaro Jambi,
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Pribadi Terhadap
Lebih terperinciPUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN
1 KEWIRAUSAHAAN Disampaikan dalam Siaran Langsung Interaktif TV Edukasi 18 AGUSTUS 2010 oleh : Dr. Siti Nurjanah, SE, M.Si DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Lebih terperinciMETODE. Desain, Tempat dan Waktu
25 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini merupakan metode sensus menggunakan kuesioner dengan lokasi penelitian di STPP Bogor. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan STPP Bogor adalah lembaga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Sampel Penelitian 3.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi No.229,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemakmuran suatu negara bisa dinilai dari kemampuan negara tersebut untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna dan mendistribusikannya ke seluruh penduduk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedudukan manusia di muka bumi adalah sebagai wakil Allah yang harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta mengelola kekayaan alam untuk
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain Penelitian
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai metode survei yang menurut Singarimbun dan Effendi (2011) adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,
I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,
Lebih terperinciSikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3
Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Pengenalan Diri Instropeksi SALAH Dilazimkan Menyalahkan: Orang lain Lingkungan akibatnya Tidak percaya diri Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan kerja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap organisasi memiliki sumber daya manusia yang saling mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia sebagai tenaga penggerak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah lapangan kerja yang tersedia di Indonesia lebih sedikit dibandingkan para pencari kerja. Lebih banyak orang memilih untuk bekerja dengan orang lain dibandingkan
Lebih terperinciPENGARUH MODAL DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA USAHA PEDAGANG KAIN
PENGARUH MODAL DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA USAHA PEDAGANG KAIN (Studi kasus : Pasar Kota Sragen) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi
Lebih terperinciHUBUNGAN MINAT BERWIRAUSAHA DENGAN PRESTASI PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XII TEKNIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN
HUBUNGAN MINAT BERWIRAUSAHA DENGAN PRESTASI PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XII TEKNIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 2008/2009 Isky Fadli Fu adi Prodi Pendidikan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai hampir 150 % untuk setiap item makanan apabila dikelola dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bisnis rumah makan adalah bisnis yang memiliki banyak potensi serta prospek untuk berkembang dengan cepat yang dapat membawa keuntungan yang mencapai hampir
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan Suryana (2003) menyatakan bahwa istilah kewirausahaan dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Tidak semua orang terlahir dengan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel
29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor
Lebih terperinciDisain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
37 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yaitu data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan untuk memperoleh karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan untuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimilikinya.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) penelitian survai adalah penelitian
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN
ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN NURJANNAH YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,
Lebih terperinci1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala
108 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang signifikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani oleh individu, salah satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan, tantangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Tentunya fenomena ini menjadi sesuatu yang harus
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survey yang bersifat deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan yang terjadi dari peubah-peubah yang diteliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi tidak disertai dengan peningkatan jumlah lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang jasa boga, maka setiap perusahaan perlu menciptakan konsep
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat dewasa ini dan seiring dengan semakin banyaknya perusahaan pesaing yang bermunculan khususnya di bidang jasa boga, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu pendekatan yang bersifat ilmiah yang dilakukan pada pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007). Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciBAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian akan selalu berhadapan dengan objek penelitian. Penelitian ini
BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian akan selalu berhadapan dengan objek penelitian. Penelitian ini mempelajari dua variabel. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pemilihan Tanah Abang sebagai lokasi penelitian karena sekitar 80% pedagang yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis moneter yang terjadi secara mendadak dan di luar perkiraan pada akhir 1990-an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. Dampak
Lebih terperinciSTRATEGI BISNIS WARUNG SOTO AYAM CAK SUEP PADA PERUMAHAN DELTA SARI INDAH DI WARU SIDOARJO SKRIPSI
STRATEGI BISNIS WARUNG SOTO AYAM CAK SUEP PADA PERUMAHAN DELTA SARI INDAH DI WARU SIDOARJO SKRIPSI Oleh : RHIZAL FERDIANSYAH C 0642010050 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi
41 METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan
Lebih terperinciBAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel Komitmen
BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Objek Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel Komitmen Organisasi sebagai variabel bebas (X), dan variable Prestasi Kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan disisi lain
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, perekonomian dunia juga telah mengalami perubahan serta kemajuan cukup pesat. Hal ini pasti membawa
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian
41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu
Lebih terperinciHUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN)
HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) (Penelitian di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor) NADIA JA FAR ABDAT
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain Penelitian
14 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu penelitian yang titik beratnya diletakkan pada penelitian relasional: yakni mempelajari hubungan variabel-variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PEELITIA A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dalam bentuk korelasional, yang akan melihat kemampuan prediksi dari variabel independent terhadap variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini dalam dunia usaha terjadi persaingan yang ketat dan tajam, sehingga berbagai peluang pasar akan menjadi ajang perebutan yang seru.
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciKewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.
EKO HANDOYO MEMBANGUN KADER PEMIMPIN BERJIWA ENTREPRENEURSHIP DAN BERWAWASAN KEBANGSAAN 12-12 2012 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan,
Lebih terperinciBAB I KONSEP DAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN
BAB I KONSEP DAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN 1.1 Definisi Wirausaha dan Kewirausahaan Wirausaha adalah orang yang mengambil resiko dengan jalan membeli barang sekarang dan menjual kemudian dengan harga
Lebih terperinciBEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENGUSAHA KECIL ATAS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DI DAERAH KABUPATEN TUBAN
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENGUSAHA KECIL ATAS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DI DAERAH KABUPATEN TUBAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena diperlukan hasil penelitian mengenai motivasi berprestasi siswa. Pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara dan juga untuk menambahkan lapangan pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya kesadaran manusia tentang pentingnya pendidikan maka di zaman saat ini, negara kita mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
Lebih terperinciEntrepreneurship and Inovation Management
Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management KEWIRAUSAHAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR) Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id 1.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya populasi usia produktif di Indonesia yang tak berbanding lurus dengan ketersediaan jumlah lapangan pekerjaan, mendorong orang Indonesia berlomba-lomba menciptakan
Lebih terperinciANALISIS PERBEDAAN MENTAL WIRAUSAHA MAHASISWA DENGAN NON PARAMETRIK
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 Pendahuluan ANALISIS PERBEDAAN MENTAL WIRAUSAHA MAHASISWA DENGAN NON PARAMETRIK Suranto 1 dan Defi Apriliani 2 Abstrak: Terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung
Lebih terperinciParadigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan
BAB II PARADIGMA WIRAUSAHA PELAJAR SMK Pengetahuan tentang wirausaha di kalangan pelajar SMK saat ini sangat minim, hal ini disebabkan karena SMK dibuat untuk mencetak lulusan-lulusan yang siap bekerja.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian PT. Advantage SCM. Yang beralamat di Jl. Cideng Barat No. 48-49 Jakarta Pusat 10150. 3.2 Desain Penelitian Penelitian McClelland terhadap para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Gelar sarjana atau DIV merupakan hal yang diinginkan oleh setiap mahasiswa untuk mempermudah dalam mencari pekerjaan. Semakin banyak sarjana yang dilahirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) ialah ciri-ciri atau sifat kemandirian yang dimiliki seseorang atau individu, baik itu kalangan usahawan maupun masyarakat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI. b. Kebebasan (lebih menyukai pekerjaan yang berdiri sendiri /
PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI PROFIL DAN CIRI-CIRI WIRAUSAHA 1. KEPERCAYAAN DIRI a. Keyakinan b. Kebebasan (lebih menyukai pekerjaan yang berdiri sendiri / individualitas) c. Optimisme (Keyakinan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pembicaraan mengenai pentingnya wirausaha telah didengar dan diketahui diberbagai tempat di dunia. Ini menunjukkan masyarakat semakin sadar akan adanya dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan laba yang optimal agar perusahaan tersebut dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, setiap perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan ataupun industri sejenisnya, pada umumnya mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba yang optimal
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan kegunaan tertentu.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian menurut Sugiyono (2006 : 1) pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan kegunaan tertentu. Penelitian tentang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2008 di Desa Jono Oge dan Desa Tondo Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.
Lebih terperinciMETODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian
METODOLOGI Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei dalam bentuk penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini berusaha menggambarkan karakteristik
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciMAKALAH HUKUM KEWIRAUSAHAAN
MAKALAH HUKUM KEWIRAUSAHAAN DISUSUN OLEH: MUTHIA FIRDA SARI 1012011060 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
Lebih terperinciHUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN SIKAP BERWIRAUSAHA Oleh : Nugraha Saefudin dan Restu Adtyawarman
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN SIKAP BERWIRAUSAHA Oleh : Nugraha Saefudin dan Restu Adtyawarman ABSTRAK Perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami keterpurukan, dimana krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh globalisasi bukan hanya membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan juga membawa
Lebih terperinci