BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Agresif Pembahasan perilaku agresif dijabarkan kedalam subbab berikut ini meliputi (1) pengertian perilaku agresif, (2) aspek-aspek perilaku agresif, (3) bentuk-bentuk perilaku agresif, (4) mengurangi perilaku agresif Pengertian Perilaku Agresif Perilaku agresif adalah perilaku atau kecenderungan perilaku yang niatnya untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku agresif akan terbentuk dan diulang oleh individu karena dengan melakukan perilaku agresif individu memperoleh efek yang menyenangkan, dan sebaliknya individu tidak akan mengulang perilaku agresif apabila perilaku tersebut menimbulkan efek yang tidak menyenangkan bagi dirinya (Buss & Perry, 1992). Barbara (2005) menjelaskan bahwa motif utama perilaku agresif bisa jadi adalah keinginan menyakiti orang lain untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif Aspek-Aspek Perilaku Agresif yaitu; Buss & Perry (1992) menyebutkan ada empat aspek perilaku agresi, 1) Physical Aggression (agresi fisik) Physical aggression merupakan agresi yang dapat diamati. Physical anggression (PA) adalah kecenderungan individu untuk melakukan serangan secara fisik untuk mengekspresikan kemarahan atau agresi.bentuk serangan fisik tersebut seperti memukul, mendorong, mencubit. 2) Verbal Aggression (agresif verbal) Verbal aggression merupakan perilaku agresi yang dapat diamati (didengar). Verbal Aggresion adalah kecenderungan untuk menyerang orang lain untuk memberikan stimulus yang merugikan dan menyakitkan kepada organisme lain secara verbal, yaitu melalui kata-kata atau penolakan. Bentuk serangan verbal tersebut seperti cacian, ancaman, mengumpat atau penolakan. 3) Anger (kemarahan) 6

2 Anger adalah perasaan marah, kesal, sebal dan bagaimana cara mengontrol hal tersebut. Termasuk di dalamnya adalah irritability, yaitu mengenai temperamental, kecenderungan untuk cepat marah, dan kesulitan untuk mengendalikan amarah. 4) Hostility (permusuhan) Hostility tergolong dalam agresi covert (tidak nampak).hostility terdiri dari dua bagian yaitu Resentmen seperti cemburu dan iri hati terhadap orang lain, dan Suspicion seperti adanya ketidak kepercayaan, kekhawatiran, dan proyeksi dari rasa permusuhan terhadap orang lain Bentuk-bentuk Perilaku Agresif Menurut Moore dan Fine (Koeswara, 1988) yang membagi perilaku agresif dalam dua bentuk yaitu secara fisik dan secara verbal, antar lain: 1) Agresif verbal yaitu agresif yang dilakukan dengan cara menyerang secara verbal seperti mengejek, membentak, menghina, dan lain-lainnya. 2) Agresif fisik yaitu agresif yang dilakukan dengan menggunakan kemampuan fisik seperti menendang, menggigit, mencubit, melempar dan lain-lainnya Mengurangi Perilaku Agresif Krahe (2005) menyatakan bahwa perilaku agresif dilakukan oleh pelaku individual. Dengan demikian, sebagian besar upaya intervensi diarahkan pada pengurangan kemungkinan individu untuk memperlihatkan perilaku agresif.krahe (2005) menjelaskan empat mekanisme yang dapat mencegah perilaku agresif, yaitu : 1) Katarsis Freud (1920) dan Lorenz (1974) menyatakan bahwa ventilasi perasaan bermusuhan dapat melepaskan impuls-impuls agresif yang secara temporer mengurangi kemungkinan perilaku agresif. Namun temuan dari para peneliti selanjutnya, seperti Baron & Richardson (1994), Bushman, dkk (1999), menunjukkan bahwa katarsis tidak efektif dalam mengurangi agresi, tetapi justru meningkatkan. Mengingat efek stimuli agresif dalam penetapan prima kognitif agresi, maka tidak mengherankan bahwa terlibat dalam bentuk-bentuk agresi imajiner atau agresi yang tidak merugikan atau melihat perilaku kekerasan orang lain bisa menjadi pencetus agresi dalam bentuk perilaku di masa mendatang.ekspresi agresi terbuka dalam bentuk verbal maupun fisik diketahui bisa

3 mengurangi rangsangan afektif negatif. Tetapi, bukannya bertindak mencegah perbuatan agresi selanjutnya, pengalaman bahwa perasaan negatif dapat dikurangi melalui perilaku agresif itu justru bisa meningkatkan dan bukan menghambat agresi di masa mendatang. 2) Hukuman Penjelasan tentang agresi sebagai hasil proses belajar menekankan peran penguatan dan hukuman dalam mengatur performa perilaku agresif. Agresi dianggap bisa meningkat sejauh pelakunya (atau orang lain yang diobservasinya) mendapatkan akibat positif atas tindakan agresifnya, begitu pula sebaliknya. Namun, parapengkritik berpendapat bahwa respon punitif itu sendiri merupakan tindakan agresi. Seperti yang dikemukakan dalam agenda penelitian untuk mengurangi kekerasan yang dibuat oleh the American Psychological Society (1997), Hukuman bisa menekan perilaku antisosial dalam jangka pendek, tetapi modifikasi perilaku yang lebih kekal hanya akan muncul setelah cara-cara alternatif untuk mengatasi masalah-masalah sosial dipelajari. Berdasarkan alur penalaran ini, program-program yang diarahkan pada pencegahan gangguan perbuatan agresif pada anak-anak difokuskan pada strategi pendisiplinan nonkekerasan oleh orang tua (Coie dan Dodge, 1998). 3) Mengelola kemarahan Fokus pendekatan mengelola kemarahan adalah menujukkan kepada individu agresif tentang model kemarahan yang bisa dimengerti dan hubungannya dengan kejadian, pikiran, serta perilaku kekerasan yang dipicu olehnya (Howell, 1989). Pendekatan manajemen kemarahan banyak mendasarkan diri pada prinsip-prinsip terapi kognitif-perilaku, khususnya stress inucolation training (latihan inokulasi stress) Meichenbaum (1975) yang diadaptasi untuk mengelola kemarahan oleh Novaco (1975). Howells (1989) mengemukakan metode manajemen kemarahan bisa berfungsi pada individu yang menyadari kenyataan bahwa perilaku agresif mereka adalah akibat kegagalan mengontrol implus agresif dan pada individuyang termotivasi untuk mengubah cara mereka yang tidak kuat dalam menangani implus. Selain itu, kontrol terhadap kemarahan dapat ditingkatkan dengan melatih individu-individu ini agar mampu menyadari tentang penyebab-penyebab potensial dan keadaan-keadaan yang dapat mengurangi perilaku orang lain yang negatif dan menyebabkan frustasi. 4) Belajar melalui observasi Menyaksikan tokoh panutan nonagresif dimaksudkan untuk mendapatkan repertoar perilaku baru di mana pola-pola respons agresif dapat digantikan untuk jangka waktu yang lebih lama.

4 Mengamati orang-orang yang berperilaku nonagresif bisa mengurangi performa tindakan agresif pengamatannya (Baron & Richardson 1994). Cara yang lebih efektif untuk mencegah dan mengurangi agresif fisik dan kemarahan adalah dengan menghilangkan stressor yang diketahui meningkatkan kecederungan agresif fisik dan kemarahan melalui pencetusan afek negatif, misalnya suhu udara yang tinggi, kebisingan atau kondisi tempat tinggal. 2.2 Bimbingan Kelompok Pembahasan bimbingan kelompok dijabarkan ke dalam subbab berikut: Pengertian Bimbingan Kelompok Gazda (dalam Prayitno 1995) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa (Romlah, 2001) Tujuan Bimbingan Kelompok Tujuan bimbingan kelompok dikemukakan oleh Bennett (dalam Romlah, 2001) sebagai berikut: a) Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial. b) Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok Teknik Teknik Bimbingan Kelompok Teknik-teknik Bimbingan Kelompok menurut Romlah (2001) adalah sebagai berikut: a) Teknik Pemberian Informasi (Expository Techniques) yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Pemberian informasi tidak hanya diberikan secara lisan, tetapi juga dapat diberikan secara tertulis. Pemberian informasi secara tertulis dapat dilakukan melalui berbagai media, misalnya papan bimbingan, majalah sekolah, rekaman, selebaran, video, dan film (Romlah, 2001).

5 Pelaksanaan teknik pemberian informasi (Jacobsen,dkk,1985) yaitu: 1) Tahap perencanaan, terdapat tiga langkah yaitu: (a) merumuskan tujuan apa yang hendak dicapai dengan pemberian informasi tersebut; (b) menentukan bahan yang akan diberikan apakah berupa fakta, konsep atau generalisasi; (c) menentukan dan memilih contoh-contoh sesuai dengan bahan yang diberikan. 2) Tahap pelaksanaan, penyajian materi disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. 3) Tahap penilaian, dapat dilakukan secara lisan dengan menanyakan pendapat siswa mengenai materi yang diterimanya, tetapi dapat juga dilakukan secara tertulis baik dengan tes subjektif ataupun objektif. b) Diskusi Kelompok Bloom (dalam Romlah, 2001) mendefinisikan diskusi kelompok merupakan usaha bersama untuk memecahkan suatu masalah, yang didasarkan pada sejumlah data, bahan-bahan dan pengalaman-pengalaman, di mana masalah ditinjau selengkap dan sedalam mungkin. Dinkmeyer dan Muro (dalam Romlah, 2001) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok, yaitu: (a) untuk mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri; (b) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antara manusia; (c) untuk mengembangkan kesadaran tentang diri dan orang lain. c) Teknik Pemecahan Masalah (Problem-Solving Technique ) yaitu suatu proses yang kreatif dimana individu- individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan- tujuan dan nilai-nilai hidupnya (Romlah, 2001). Langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis adalah: (1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah, (2) Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah, (3)Mencari alternatif pemecahan masalah, (4) Menguji kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan masing-masing alternatif, (5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan, (6) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai. d) Permainan Peranan (Role playing) Bennett (dalam Romlah, 2001) mengemukakan bahwa permainan peranan adalah suatu alat belajar yang mengembangkan keterampilan keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Cosini, (1966) menyatakan bahwa permainan peranan dapat digunakan sebagai: (a) Alat untuk mengdiagnosis dan mengerti seseorang dengan cara mengamati perilakunya waktu

6 memerankan secara spontan situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya; (b) Media pengajaran, melalui proses modeling anggota kelompok dapat belajar dengan lebih efektif keterampilan-keterampilan hubungan antara pribadi dengan mengamati berbagai macam cara dalam memecahkan masalah; (c) Metode latihan untuk melatih keterampilanketerampilan tertentu; melalui keterlibatan secara aktif dalam proses permainan peranan, anggota kelompok dapat mengembangkan pengertian pengertian baru dan mempraktekkan keterampilan-keterampilan baru. Bennet, 1963 menyebutkan dua macam permainan peranan, yaitu sosiodrama dan psikodrama. 1) Sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Konflik sosial yang disosiodramakan adalah konflik kepribadian seperti pertentangan antar kelompok sebaya, perbedaan nilai individu dengan nilai lingkungan, perbedaan nilai antara anak dengan orang tua. 2) Psikodrama merupakan permainan peranan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya (Corey, dalam Romlah, 2001). e) Permainan Simulasi (Simulation Games ) Menurut Adams (dalam Romlah, 2001) simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya. Permainan simulasi dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya membantu siswa untuk mempelajari pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan aturan-aturan social. f) Karyawisata (Field Trip) Karyawisata merupakan kegiatan yang diprogamkan oleh sekolah untuk mengunjungi objek-objek yang berkaitan dengan bidang studi yang dipelajari siswa, dan dilaksanakan untuk tujuan belajar secara khusus. Tujuan karyawisata ini adalah siswa diharapkan mendapat pengalaman pengalaman baru dan wawasan-wawasan baru terhadap situasi tertentu (Pietrofesa,dkk, dalam Romlah, 2001). g) Teknik Penciptaan Suasana Kekeluargaan (Homeroom) Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom) adalah teknik untuk mengadakan pertemuan dengan sekelompok siswa di luar jam jam pelajaran dalam suasana kekeluargaan dan dipimpin oleh seorang guru atau konselor (Pietrofesa,dkk, dalam Romlah, 2001).

7 Kegiatan homeroom mempunyai dua fungsi yaitu : menyediakan program bimbingan yang sistematis; dan merupakan suatu proses penyaringan yang efektif terhadap siswa-siswa yang mempunyai masalah yang lebih mendalam yang perlu dikirim ke konselor (Romlah, 2001) Teknik yang Digunakan Teknik-teknik Bimbingan Kelompok yang digunakan penulis dalam penelitian adalah teknik bimbingan kelompok menurut Romlah (2001) adalah sebagai berikut: a) Teknik Pemberian Informasi (Expository Techniques) yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Pemberian informasi tidak hanya diberikan secara lisan, tetapi juga dapat diberikan secara tertulis. Pemberian informasi secara tertulis dapat dilakukan melalui berbagai media, misalnya papan bimbingan, majalah sekolah, rekaman, selebaran, video, dan film (Romlah, 2001). b) Diskusi Kelompok Bloom (dalam Romlah, 2001) mendefinisikan mengenai diskusi kelompok merupakan usaha bersama untuk memecahkan suatu masalah, yang didasarkan pada sejumlah data, bahan-bahan dan pengalamanpengalaman, di mana masalah ditinjau selengkap dan sedalam mungkin. Dinkmeyer dan Muro (dalam Romlah, 2001) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok, yaitu: (1) untuk mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri; (2) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antara manusia; (3) untuk mengembangkan kesadaran tentang diri dan orang lain. 2.3 Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian Simanjuntak Julian (2012) Mengurangi Perilaku Agresif Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun Ajaran 2011/2012. Memperoleh hasil observasi pada siklus I diketahui bahwa perilaku agresif seperti mudah marah, sering frustasi, mudah emosi dan sering berkelahi

8 dapat dikatakan sedang, hal ini diketahui 50% perilaku agresif siswa berkurang. Selanjutnya observasi siklus II diketahui bahwa perilaku agresif siswa yang mudah marah, sering frustasi, mudah emosi, dan sering berkelahi dapat dikatakan sudah berkurang, hal ini diketahui 10% siswa sudah berkurang perilaku agresifnya. Siwinarti (2012), Model Bimbingan Kelompok Teknik Fun Game untuk Mengurangi Perilaku Agresif Verbal Siswa. Fun game efektif dan dapat mengurangi perilaku agresif verbal siswa. Hasil tes menunjukkan menurunnya skor pre-test dan post-test pada skala perilaku agresif verbal siswa mencapai 28,29% dibandingkan sebelum diberi perlakuan bimbingan kelompok. Dari kedua hasil penelitian itu menunjukkan terjadinya pengurangan perilaku agresif siswa setelah mengikuti bimbingan kelompok dan diberikan treatment pada kelompok siswa yang tingkat agresifitasnya tinggi. Oleh karena itu, peneliti juga optimis bahwa penelitian ini juga akan berhasil untuk mengurangi perilaku agresif siswa kelas XI IS 2 di SMAN 2 Salatiga. 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, peneliti mengajukan hipotesis: Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa dapat mengurangi perilaku agresi Kelas XI IS 2 SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian disiplin belajar Disiplin merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk mendididk dan membentuk perilaku siswa menjadi orang yang berguna

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresivitas 2.1.1 Definisi Agresivitas Agresi adalah pengiriman stimulus tidak menyenangkan dari satu orang ke orang lain, dengan maksud untuk menyakiti dan dengan harapan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan di jabarkan mengenai variabel penelitian, definisi operasional, hipotesis, subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, prosedur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bullying 2.1.1 Pengertian Bullying Agresifitas menurut Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) menyatakan bahwa agresi adalah segala bentuk perilaku yang ditujukan untuk menyakiti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3. 1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3. 1. 1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel 1 : Persepsi Stres Definisi Operasional : Tinggi rendahnya persepsi terhadap stres

Lebih terperinci

BAB II LADASAN TEORI. Buss & Perry 1992 yang mengacu pada teori belajar behavioral Thorndike dan

BAB II LADASAN TEORI. Buss & Perry 1992 yang mengacu pada teori belajar behavioral Thorndike dan BAB II LADASAN TEORI 1.1. Perilaku Agresif 1.1.1 Pengertian Perilaku Agresif Perilaku agresif adalah perilaku atau kecenderungan perilaku yang niatnya untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Smith (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti sampel

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOMEROOM UNTUK PENURUNAN PERILAKU AGRESIF SISWA. Ainun Nafiah Arri Handayani

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOMEROOM UNTUK PENURUNAN PERILAKU AGRESIF SISWA. Ainun Nafiah Arri Handayani LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOMEROOM UNTUK PENURUNAN PERILAKU AGRESIF SISWA Ainun Nafiah Arri Handayani Abtrak: Siswa SMP merupakan masa transisi dari anak-anak menuju remaja. Pada masa perkembangan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA AGRESIF VERBAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

PEDOMAN WAWANCARA AGRESIF VERBAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling AGRESIF VERBAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh: DESY WISMASARI 16713251012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yang kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers Ragnarok Online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak menimbulkan perubahan dan perkembangan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat

Lebih terperinci

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari sekolah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak kriminalitas dilakukan oleh remaja (Republika, 2 0 0 5 ). Tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian Perilaku Agresi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agresi adalah perbuatan bermusuhan yang bersifat menyerang secara fisik maupun psikis kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu. Menurut Azwar (1999) penelitian eksperimental semu adalah jenis penelitian yang meniru kondisi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. terdorong untuk menghindari perlakuan itu. 1

BAB II KAJIAN TEORI. terdorong untuk menghindari perlakuan itu. 1 1 BAB II KAJIAN TEORI A. AGRESIF 1. Pengertian Agresif Baron dan Richardson, agresif adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2002) bahwa penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. metode pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2002) bahwa penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian dalam suatu penelitian ilmiah digunakan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAY SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 10 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016

MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAY SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 10 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016 MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAY SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 10 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Oleh Fitriana Pratiwi 132012026 PROGRAM STUDI BIMBINGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungannya. Berbicara

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN TIDWELL DAN BACHUS DALAM LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP AGRESIVITAS PESERTA DIDIK KELAS VIII PAGI SMPN 9 TAMBUN

PENGARUH PENDEKATAN TIDWELL DAN BACHUS DALAM LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP AGRESIVITAS PESERTA DIDIK KELAS VIII PAGI SMPN 9 TAMBUN 65 PENGARUH PENDEKATAN TIDWELL DAN BACHUS DALAM LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP AGRESIVITAS PESERTA DIDIK KELAS VIII PAGI SMPN 9 TAMBUN Istianah 1 Dra. Endang Setyowati 2 Herdi, M. Pd. 3 Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak RINGKASAN SKRIPSI A. PENDAHULUAN Sudah menjadi rahasia umum bahwa dunia persilatan memang sangat identik dengan perilaku kekerasan atau agresi. Mulai dari latihan pencak silat yang tampak terlihat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka mulai memperluas pergaulan sosial dengan teman-teman sebayanya. Menurut Santrock (2003:

Lebih terperinci

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto ) METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Oleh : Ari Yanto ) Email : ari.thea86@gmail.com Abstrak Salah satu masalah yang dihadapi oleh tenaga pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal 2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2010), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA PADA MATA DIKLAT MELAKSANAKAN PELAYANAN PRIMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA PADA MATA DIKLAT MELAKSANAKAN PELAYANAN PRIMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING Meningkatkan Keterampilan Siswa (Ike Apriliani) MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA PADA MATA DIKLAT MELAKSANAKAN PELAYANAN PRIMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING Ike Apriliani Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa awal periode akhir masa remaja (Hurlock, 1999). Buss dan Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. pada masa awal periode akhir masa remaja (Hurlock, 1999). Buss dan Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini juga sering disebut sebagai masa transisi dimana remaja memiliki keinginan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat ditimbulkan oleh dua faktor yaitu faktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif pada Siswa 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Siswa Sobur (2009) Agresif adalah mengekspresikan pikiran, perasaa dan keyakinan kita dengan cara yang kurang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Stress Akademik Stres yang terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikan biasanya disebut dengan stres akademik. Olejnik dan Holschuh (2007) mengambarkan stres akademik ialah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Buss dan Perry (1992) menyebutkan perilaku agresi adalah keinginan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Buss dan Perry (1992) menyebutkan perilaku agresi adalah keinginan untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresi Buss dan Perry (1992) menyebutkan perilaku agresi adalah keinginan untuk menyakiti orang lain, mengekspresikan perasaan sifat negatifnya seperti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas VII G dan VII C SMP Negeri 9 Salatiga yang memiliki keterampilan sosial rendah yang masing-masing berjumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kematangan Emosional 2.1.1. Pengertian Kematangan Emosional Kematangan emosional dapat dikatakan sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik korelasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional. Menurut Arikunto (1998), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Sosial. tersebut cocok bagi suatu kelompok atau lingkungan sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Sosial. tersebut cocok bagi suatu kelompok atau lingkungan sosial. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keterampilan Sosial 2.1.1. Pengertian Keterampilan Sosial Penyesuaian sosial merupakan salah satu aspek psikologis yang perlu dikembangkan dalam kehidupan individu, mencakup

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF VERBAL SISWA SMP

EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF VERBAL SISWA SMP 68 Jurnal Jurnal Kajian Kajian Bimbingan Bimbingan dan dan Konseling Konseling Vol. 1, No. 2, 2016, hlm. 68 73 Vol 1, No. 2, 2016, hlm. 68 73 Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/bk eissn:

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandung yang bertempat di Jl. Geger Arum No.11 A, Telp. 022-2012579 Bandung 40154.

Lebih terperinci

Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Volume 1 Nomor 1 Juni Hal ISSN:

Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Volume 1 Nomor 1 Juni Hal ISSN: Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Volume 1 Nomor 1 Juni 2015. Hal 66-76 ISSN: 2443-2202 PERILAKU AGRESIF DAN PENANGANANNYA (STUDI KASUS PADA SISWA SMP NEGERI 8 MAKASSAR) Salmiati Bimbingan dan Konseling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku agresif kini dilakukan oleh berbagai usia baik itu anak anak, remaja, maupun dewasa, bahkan lansia. Perilaku agresif ini pula dilakukan oleh perseorangan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan di Taman Kanak-kanak 47 PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Bimbingan perkembangan merupakan suatu bentuk layanan bantuan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying 1. Pengertian perilaku bullying Randall (2002) berpendapat bahwa Bullying dapat didefinisikan sebagai tindakan atau perilaku agresif yang disengaja untuk menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam psikologi sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006).

BAB II LANDASAN TEORI. dalam psikologi sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006). BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian Konformitas Manusia mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat bertahan hidup. Cara yang termudah adalah melakukan tindakan sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel yang akan diteliti. Tinjauan pustaka berisi teori-teori relevan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel yang akan diteliti. Tinjauan pustaka berisi teori-teori relevan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini digunakan untuk menerangkan tentang variabel yang akan diteliti. Tinjauan pustaka berisi teori-teori relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB ll KAJIAN TEORI. bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua makhluk vertebrata,

BAB ll KAJIAN TEORI. bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua makhluk vertebrata, BAB ll KAJIAN TEORI 2.1 Perilaku Agresif 2.1.1 Pengertian perilaku agresif Pengertian secara umum agresi dapat diartikan sebagai suatu serangan yang di lakukan oleh suatu organisme terhadap oranisme lain,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dimanipulasi atau diubah ubah. Dengan teknik regresi linier sederhana, peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. dimanipulasi atau diubah ubah. Dengan teknik regresi linier sederhana, peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian regresi. Menurut Sugiyono (2007) regresi adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Agresivitas Perilaku Agresivitas menurut Buss (1961) adalah suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin berkumpul untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1),

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1), keluarga adalah

Lebih terperinci

TEORI KEPRIBADIAN MATANG

TEORI KEPRIBADIAN MATANG 8 TEORI KEPRIBADIAN MATANG Teori Kepribadian Matang - Model Allport Menurut Allport, individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya

Lebih terperinci

Bab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran

Bab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran Bab 5 Simpulan, Diskusi dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada

Lebih terperinci

JURNAL THE EFECTIVENESS OF SOCIODRAMA TECHNIQUE TO MINIMIZE HIGH BULLYING BEHAVIOR AT EIGHT GRADE OF SMPN 2 PAPAR ACADEMIC YEAR 2016/2017

JURNAL THE EFECTIVENESS OF SOCIODRAMA TECHNIQUE TO MINIMIZE HIGH BULLYING BEHAVIOR AT EIGHT GRADE OF SMPN 2 PAPAR ACADEMIC YEAR 2016/2017 Artikel Skripsi JURNAL EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MEMINIMALISIR PERILAKU BULLYING TINGGI PADA SISWA KELAS VIII F DI SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFECTIVENESS OF SOCIODRAMA

Lebih terperinci

PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI SISWA KELAS XII IPS 3 DI SMA NEGERI 12 MEDAN

PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI SISWA KELAS XII IPS 3 DI SMA NEGERI 12 MEDAN PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI SISWA KELAS XII IPS 3 DI SMA NEGERI 12 MEDAN Betsaidah Riaty Guru SMA Negeri 12 Medan Surel : betsa_ida@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Agresi 2.1.1. DefinisiPerilaku Agresi Menurut Scheneiders (1955) perilaku agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja, dalam bidang pendidikan pun, keluarga merupakan sumber pendidikan utama karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola, maka globalisasi yang paling sukses disepanjang

Lebih terperinci

Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Disekolah. Nartoyo ( ) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang

Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Disekolah. Nartoyo ( ) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Disekolah Nartoyo (09220221) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang masalah yang di teliti adalah (1) Masih banyak siswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1. Pengertian Self Disclasure Keterbukaan diri cenderung bersifat timbal balik dan menjadi semakin mendalam selama hubungan komunikasi berlangsung. Hubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Agresif 2.1.1 Pengertian Perilaku Agresif Secara umum, Sarason (dalam Dayakisni, 2009) agresi dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh suatu organisme

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016 EFEKTIVITAS PEMBERIAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALITA UNTUK MENGURANGI PRILAKU AGRESIF SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GROGOL TAHUN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi

Lebih terperinci

yang melihat bagaimana perilaku konseli secara langsung. Teknik analisa tingkah laku sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan.

yang melihat bagaimana perilaku konseli secara langsung. Teknik analisa tingkah laku sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan. 119 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING MELALUI SIKAP PEDULI DALAM MENGATASI PERILAKU AGRESIF ANAK DI DESA KETEGAN, TANGGULANGINSIDOARO Dalam penelitian ini, konseli menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia pada era modern seperti saat ini sangat berbeda jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia, berdampak pada psikologis anak, anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119

Lebih terperinci

skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK (Penelitian Pada Siswa Kelas 8 Di SMP N 11 Semarang Tahun Ajaran 2008/ 2009) skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hal ini pendidikan bukan lagi diterjemahkan sebagai bentuk pelajaran formal semata yang ditujukan untuk mengasah kemampuan berpikir saja. Pendidikan juga

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dikenal sebagai pelaku utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan pembaharuan. Mahasiswa memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual

Lebih terperinci

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok Pengertian layanan bimbingan kelompok

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok Pengertian layanan bimbingan kelompok BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok 2.1.1 Pengertian layanan bimbingan kelompok Menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Yang Otoriter

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Yang Otoriter 1 II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Yang Otoriter Dengan Perilaku Agresif Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukadana Lampung Timur Tahun Pelajaran 2010/2011. Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Setiap aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel yang terdapat dalam sebuah penelitian berfungsi untuk menentukan alat pengumpulan data dan teknik analisis yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berguna dan bermanfaat untuk memperlancar dan memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. sangat berguna dan bermanfaat untuk memperlancar dan memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kelangsungan perkembangan dan pertumbuhan anak didik, berbagai pelayanan di selenggarakan. Masing-masing pelayanan itu memiliki peran yang sangat berguna dan bermanfaat

Lebih terperinci

BULLYING. I. Pendahuluan

BULLYING. I. Pendahuluan BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam koefisien korelasi. Di dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam koefisien korelasi. Di dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional. Menurut Arikunto (998), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah di pelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci