B. MELIHAT KE DEPAN: PEMULIHAN BERTAHAP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B. MELIHAT KE DEPAN: PEMULIHAN BERTAHAP"

Transkripsi

1 B. MELIHAT KE DEPAN: PEMULIHAN BERTAHAP 1. Prospek ekonomi Indonesia telah membaik Prospek ekonomi Indonesia telah membaik Prospek ekonomi Indonesia telah membaik dalam tiga bulan terakhir. Ekonomi diperkirakan tumbuh,3 persen di tahun 29, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5 persen. Tahun 21, pertumbuhan diperkirakan meningkat menjadi 5, persen, sebelum kembali ke tingkat pertumbuhan potensial Indonesia saat ini sebesar sampai,5 persen mulai 211. (Gambar 33, Tabel 5) Perkiraan pertumbuhan lintas tujuan ekspor Indonesia pun menguat Bersamaan dengan menguatnya pertumbuhan di Indonesia, pemulihan global pun terjadi lebih awal daripada perkiraan, dibarengi perbaikan prospek untuk mitra dagang utama (MTP) Indonesia. Output lintas MTP Indonesia diproyeksikan turun sebesar 1,7 persen secara keseluruhan di tahun 29, jauh lebih sedikit daripada kontraksi sebesar 3 persen yang diproyeksikan terjadi bulan Juni (Gambar 3). Walaupun pengisian ulang barang dan stimulus fiskal tampaknya sampai saat ini telah mendukung pemulihan bertahap, belanja swasta diperlukan untuk menggantikan belanja publik dalam memastikan berlanjutnya pemulihan. Walaupun telah direvisi naik, perkiraan pertumbuhan MTP tahun 21 masih jauh lebih lemah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sementara risiko negatif telah jauh melunak. Gambar 33: Pertumbuhan Indonesia naik menuju tingkat potensialnya di tahun 211 (perubahan persentase tahunan) 8 8 Gambar 3: Mitra dagang utama Indonesia diproyeksikan terus pulih secara bertahap dalam dua tahun mendatang (perubahan persentase tahunan) Forecasts Jun-9 Sep Sumber: BPS, CEIC dan Bank Dunia Catatan dan sumber: Perkiraan pertumbuhan PDB MTP No 211 yang diterbitkan dalam Economic Quarterly bulan Juni. CEIC dan Bank Dunia Pertumbuhan tahun 29 diperkirakan akan didukung oleh konsumsi domestik yang kuat dengan pemulihan investasi di tahun 21 Pendorong utama pertumbuhan Indonesia tahun 29 diperkirakan tetap berasal dari permintaan domestik, didukung oleh pemulihan di sektor eksternal (Gambar x). Pengeluaran konsumsi swasta diperkirakan tetap kuat, naik sekitar,5 persen di tahun 29 dengan belanja terkait pemilihan umum di paruh pertama ditambah dengan stimulus fiskal di paruh kedua. Pertumbuhan investasi diperkirakan tetap lemah di tahun 29, konsisten dengan harga komoditas, permintaan eksternal, dan pertumbuhan kredit yang lebih lemah dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Konsumsi pemerintah diperkirakan terus berkembang bersamaan dengan terus dikeluarkannya stimulus fiskal dan pencairan dana. Di seluruh sektor produksi, kontraksi sektor industri di KUARTAL KEEMPAT 28 pulih di kuartal berikutnya dan kegiatan industri diperkirakan akan lebih kuat dibandingkan perkiraan sebelumnya di sepanjang tahun 29. Di tahun 21, pertumbuhan diperkirakan akan kembali mengalami akselerasi didukung oleh investasi yang kuat, dibantu oleh kredit yang lebih mudah tersedia dan peningkatan kepercayaan investor saat harga komoditas dan pertumbuhan global pulih. Produksi jasa diperkirakan meningkat di atas tren setelah melambat di tahun 29, karena konsumsi 2

2 swasta tetap kuat dan kredit konsumsi tetap meningkat. Pertumbuhan di sektor pertanian mengalami sedikit dampak dari pola cuaca El Nino yang diperkirakan sedang terjadi oleh para ahli meteorologi. (Kotak ) 211 akan menyaksikan kembalinya pertumbuhan potensial Saat ekonomi dunia mulai mendekati tingkat pertumbuhan yang lebih normal di tahun 211, ekonomi Indonesia diperkirakan untuk mendekati potensi pertumbuhan tahunannya sebesar sampai,5 persen. Tabel 5: Indikator fiskal dan makroekonomi Indonesia Perubahan persen kecuali jika dinyatakan lain Annual Year on Year (a) Main economic indicators Total Consumption expenditure Private consumption expenditure Government consumption Gross fixed capital formation Exports of goods and services Imports of goods and services Gross Domestic Product Agriculture Industry Services External indicators Trade balance (USD bn) n/a n/a n/a n/a Balance of payments (USD bn) n/a n/a n/a n/a Financial account balance (b) n/a n/a n/a n/a 3. Other economic measures Consumer price index Poverty basket Index GDP Penurun laju inflasi Nominal GDP Economic assumptions Exchange rate (IDR/USD) Interest rate (SBI, 1 month) Oil price (Indonesian crude price) (c) Major trading partner growth Catatan: Proyeksi ini adalah untuk arus perdagangan yang dilaporkan dalam akun nasional yang mungkin lebih saji dalam pergerakan sebenarnya dalam volume dagang dan kurang saji dalam pergerakan harga. Akun nasional melaporkan nilai rupiah ekpor turun sebesar 15 persen sampai pertengahan 29 - konsisten dengan data neraca pembayaran - sementara volume ekspor turun sekitar 1 persen menyatakan bahwa harga ekspor Indonesia dalam rupiah naik 1,3 persen terlepas dari jatuhnya harga komoditas dalam periode ini dan depresiasi rupiah sebesar 12 persen. Skenario alternatif untuk lingkungan sekitar ekonomi Indonesia menunjukkan serangkaian jalur pertumbuhan potensial, terutama tahun 21 Karena besarnya ketidakpastian yang menyelimuti prospek ekonomi Indonesia dan global, skenario pertumbuhan alternatif telah dipertimbangkan. (Tabel dan Gambar 35) 'Skenario tinggi' mengasumsikan pemulihan ekonomi global lebih besar dari yang diantisipasikan saat ini. Dalam skenario ini, harga ekspor dan kredit domestik diperkirakan akan berakselerasi. Skenario tinggi juga memperkirakan Rupiah mengalami apresiasi ke tingkat yang sebelumnya pernah tercapai sebelum terjadi penghindaran risiko di bulan Oktober tahun lalu. Skenario tinggi dapat menambahkan 1 poin persentase ke pertumbuhan PDB dari 29 sampai 211 dibandingkan dengan skenario rujuukan. 21

3 Dalam skenario 'rendah', pemulihan dunia diasumsikan terjadi lebih lama dibandingkan perkiraan saat ini. Sebagai tambahan, diasumsikan adanya masa penghindaran risiko pada akhir tahun ini dan awal tahun depan, yang walaupun tidak separah di bulan Oktober 28, masih mengakibatkan stagnasi pertumbuhan ekonomi global. Kredit domestik diasumsikan tetap lemah, konsisten dengan pertumbuhan yang lemah di tahun 29. Harga ekspor Indonesia pun diasumsikan turun secara signifikan bersamaan dengan penurunan harga komoditas global. Rupiah diasumsikan terdepresiasi ke tingkat yang dialami tahun lalu. Skenario rendah dapat mengurangi sampai 1¼ poin persentase ke pertumbuhan PDB dari 29 sampai 211 dibandingkan dengan skenario rujuukan. Tabel : Distribusi luas lingkungan pertumbuhan potensial diprediksikan terjadi tahun 21 (Perubahan persen) Gambar 35: dan hal ini menghasilkan distribusi jalur potensial yang luas untuk ekonomi Indonesia (Perubahan persen) MTP* Credit Export prices Rupiah (USD/IDR) 29 Reference High Low Reference High Low Reference High Low High Low Reference Catatan dan sumber: * MTP merujuk pada pertumbuhan mitra dagang utama. BPS melalui CEIC dan Bank Dunia. Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia 2. Neraca pembayaran Indonesia diproyeksikan tetap mendekati keseimbangan, dengan kondisi neraca saat ini dan kebutuhan pembiayaan eksternal yang berkelanjutan Prospek arus perdagangan Indonesia tahun 29 telah membaik a. Pemulihan pertumbuhan di tujuan ekspor Indonesia ditambah harga komoditas yang tinggi diperkirakan akan mendongkrak arus perdagangan Indonesia Turunnya arus perdagangan Indonesia tahun 29 dibandingkan 28 kemungkinan lebih sedikit dari perkiraan awal tahun. Lingkungan eksternal Indonesia pulih lebih cepat daripada perkiraan dan prospek sepanjang sisa tahun membaik. (Tabel 5) Dalam setahun penuh, impor diproyeksikan turun lebih besar daripada ekspor. Hal ini karena pengurangan biaya impor pada pergantian tahun yang lebih besar menyeimbangkan pemulihan impor di paruh kedua yang didorong peningkatan prospek permintaan domestik dan harga impor. dan arus perdagangan harus berbalik dengan kuat di tahun 21 dan 211 dengan pertumbuhan yang lebih kuat dalam impor mempersempit surplus perdagangan Pemulihan bertahap ekonomi dunia diperkirakan terus mendukung pertumbuhan volume dan harga ekspor Indonesia. (Tabel 5) Pada akhir 21, volume akan mencapai di atas tingkat sebelum krisis. Nilai harus naik lebih cepat, berakselerasi sampai 211, karena proyeksi harga komoditas yang lebih tinggi. Impor diperkirakan terus pulih lebih cepat daripada ekspor karena ekonomi domestik tumbuh lebih cepat daripada tujuan ekspor Indonesia dan pemulihan produksi barang ekspor memerlukan lebih banyak input impor. Neraca perdagangan 29 diperkirakan sebesar 17 miliar dolar Amerika, lebih besar dua pertiga daripada 28. (Tabel 7) Penurunan impor terhadap ekspor pada pergantian tahun 29 mendorong perluasan surplus dagang. Arus impor dan ekspor yang lebih kuat di pertengahan 29 meningkatkan nilai nominal proyeksi neraca perdagangan untuk tahun ini. Surplus ini akan turun dalam tahun-tahun mendatang saat impor terus pulih lebih cepat daripada ekspor. 22

4 Neraca pembayaran secara keseluruhan tampaknya akan surplus di tahun b. Pembiayaan eksternal harus berkelanjutan, dan risiko modal mengalir keluar dalam jumlah besar dan secara mendadak telah berkurang Neraca Pembayaran diperkirakan akan mencatatkan surplus di KUARTAL KETIGA dan KUARTAL KEEMPAT 29 karena pihak asing terus berinvestasi dalam pasar aset lancar domestik,d an program pinjaman resmi pemerintah dicairkan. Hal ini sebagian akan diimbangi dengan mempersempit transaksi berjalan yang didorong dengan mempersempit neraca perdagangan saat nilai impor pulih menjadi sedikit lebih kuat daripada nilai ekspor. Digabungkan dengan surplus yang tercatat di KUARTAL PERTAMA dan KUARTAL KEDUA, Neraca Pembayaran diperkirakan untuk mencatatkan surplus di atas 1 miliar dolar Amerika di tahun 29. sebelum menyempit di tahun 21 dan 211, saat pemulihan harga komoditas dan impor membawa transaksi berjalan mendekati keseimbangan pada akhir 21 Ke depan, Neraca Pembayaran diperkirakan mendekati keseimbangan di tahun 21 dan 211, bersama dengan transaksi berjalan. Penyeimbangan sebagian diperkirakan oleh adanya surplus pada transaksi keuangan, dengan surplus sekitar miliar dolar Amerika diperkirakan terjadi di tahun 21, sebelum sedikit menyempit di tahun 211 (Tabel 7). Penyempitan transaksi berjalan dikarenakan surplus perdagangan diperkirakan jatuh bersama dengan meluasnya defisit pendapatan. Defisit pendapatan bersih diperkirakan meluas karena dikeluarkannya laba oleh pemegang saham asing dalam produksi minyak dan gas meningkat bersamaan dengan tingginya harga energi global. Transfer diperkirakan akan stabil. Transaksi keuangan diperkirakan akan didukung oleh harapan bahwa arus modal di Indonesia relatif moderat - mencerminkan pemulihan bertahap dalam pasar kredit global dan keyakinan investor (asing dan domestik) - bersama dengan prospek positif atas arus masuk investasi langsung asing (FDI). Prospek FDI bersih mengikuti laporan tidak resmi mengenai sejumlah besar proyek FDI, mulai dari lahan minyak, pengoperasian kertas dan serpihan kayu, investasi India di pabrik tekstil dan pengolahan aluminium, serta perluasan investasi dalam pabrikan sepeda motor. Kredit perdagangan diperkirakan akan naik dengan volum perdagangan yang tinggi. Selama lebih dari 12 bulan sampai pertengahan 21, total kewajiban pembiayaan eksternal terjadwal Indonesia saat ini adalah 22 miliar dolar Amerika, berdasarkan laporan BI mengenai jumlah utang jatuh tempo saat ini (Tabel 8). Proyeksi kebutuhan pembiayaan tidak terjadwal (misalnya, penjualan umum aset lancar keuangan historis), ditambah proyeksi arus masuk modal berdasarkan asumsi yang cukup konservatif, menghasillkan proyeksi arus masuk bersih sekitar 32 miliar dolar Amerika dalam 12 bulan sampai pertengahan 21. Semuanya ini menghasilkan surplus Neraca Pembayaran sekitar 1 miliar dolar Amerika, konsisten dengan proyeksi yang dipresentasikan dalam Tabel 7. Tabel 7: Surplus Neraca Pembayaran diperkirakan menyempit karena transaksi berjalan menjadi defisit (miliar dolar Amerika) Balance of Payments Current Account Trade Balance Income Balance Current Transfers Balance Capital and Financial Accounts Capital Account.5.3 Financial Account Direct Investment Portfolio Investment Other Investment Foreign Reserves (a) Catatan dan sumber: (a) Nilai cadangan devisa 29 pada awal September. BI dan Bank Dunia Asumsi yang mendasari proyeksi ini selaras dengan tren terbaru. 95 persen tingkat perpanjangan SBIs lebih rendah daripada tingkat realisasi sepanjang paruh pertama persen tingkat perpanjangan utang swasta jangka pendek mencerminkan kondisi kredit global yang masih rentan, ditambah pengurangan beberapa proyek sejalan dengan penurunan investasi setelah terjadi penurunan kegiatan ekonomi global dan harga komoditas. Tingkat perpanjangan ini dibandingkan dengan tingkat perpanjangan tersirat pada total utang eksternal, yang melampaui 1 persen di paruh pertama 29, menunjukkan bahwa sektor publik dan swasta mampu mempertahankan akses ke utang eksternal bahkan dalam kondisi pasar keuangan yang penuh gejolak baru-baru ini (Gambar 3). 23

5 Tabel 8: Pembiayaan eksternal terjadwal Indonesia saat ini memerlukan 22 miliar dolar Amerika dalam 12 bulan mendatang (miliar dolar Amerika) Tabel 9: Proyeksi sumber pembiayaan menghasilkan surplus Neraca Pembayaran sekitar 1 miliar dolar Amerika (miliar dolar Amerika) EXTERNAL FINANCING NEEDS 22.3 PROJECTED EXTERNAL FINANCING SOURCES 32.3 Maturing short-term FCU private debt Current account balance Trade balance 12. Amortization of medium and long-term FCU debt 9.7 Net income and transfers balance -8.8 Public.5 Net FDI Inflows (a) 2.8 Private (a) 3.1 Official Foreign Financing -1. Short-term IDR liabilities to non-residents 3. Drawings 5. Amortization of medium and long-term IDR debt to nonresidents.7 Repayments -.3 Catatan dan sumber: (a) Tidak termasuk utang tidak bergerak sebesar,5 miliar dolar Amerika. BI dan Bank Dunia Gambar 3: Tingkat perpanjangan utang eksternal Indonesia tinggi di paruh pertama 29 (peluncuran dan pembayaran pokok bulanan) USD billion Net Issuance Repayment Jan Feb Mar Apr May Jun Sumber: BI dan Bank Dunia Issuance USD billion New Debt Issuances 2.7 Short-Term Debt Instruments 9.9 Public (SBIs) (b) 2.5 Private (notes) 7. IDR debt (c).7 FCU debt.8 o/ w loans 8. o/ w trade credits (d) -2.3 Medium and Long-Term Bonds 1.8 Public (SUN).8 Foreign investment in IDR bonds (e) 1.8 FCU bonds 3. Private (bonds). Non-residents' net purchases of debt and equity on secondary markets (f).9 Public (SUN and SBIs) 3. Private (debt and equity) 3.9 Net investment offshore by residents (g) -. 5 o/w outflows on currency and deposits (g,h).9 Catatan dan sumber: (a) mencerminkan peningkatan arus masuk FDI; (b) mengasumsikan tingkat perpanjangan 95 persen; (c) mengasumsikan tingkat perpanjangan 9 persen; (d) diperkirakan naik bersama kenaikan arus perdagangan; (e) mengasumsikan kepemilikan asing 1 persen atas SUN baru; (f) mencerminkan peningkatan pembelian bersih aset domstik oleh pihak asing; (g) negatif mencerminkan arus keluar; dan (h) mencerminkan penduduk yang memasukkan kembali aset dari rekening bank asing. Perhitungan Bank Dunia. Terlepas dari perkembangan positif yang sedang berjalan, Indonesia tetap rentan terhadap arus keluar modal walaupun risiko itu telah menurun dalam setengah tahun lalu Di pertengahan 29, tidak ada pemicu domestik yang signifikan yang mengakibatkan arus keluar transaksi modal yang besar dan mendadak. Walaupun demikian, transaksi modal terbuka Indonesia, pasar keuangan yang bergerak tipis, jumlah simpanan yang sedang dan pengalaman historis menunjukkan tetap adanya risiko arus keluar. Banyak penduduk yang memiliki kekayaan bersih tinggi mempunyai rekening bank di luar negeri dan secara historis cenderung memindahkan dana ke luar negeri. Serangkaian besar faktor dapat memicu hal ini, walaupun risiko hal ini terus menurun dalam bulan-bulan terakhir. Gelombang kedua gejolak pasar keuangan global juga akan menekan transaksi modal Indonesia. Kejadian seperti ini akan kembali menimbulkan penarikan diri investor asing secara besar-besaran dari aset lancar domestik dan dapat mengakibatkan arus keluar modal oleh penduduk Indonesia seperti yang dijelaskan di atas. 2

6 3. Inflasi kemungkinan akan meningkat seiring dengan penguatan permintaan dn naiknya harga komoditas global Laju inflasi untuk tahun 29 diperkirakan akan lebih lemah dari perkiraan sebelumnya, pada,7 persen Laju inflasi kuartal kedua yang lebih lemah dari yang diperkirakan dan penguatan rupiah menunjukkan bahwa inflasi tahun 29 dapat lebih lemah dari perkiraan sebelumnya. Laju inflasi tahunan untuk 29 akan berkisar pada,7 persen, di tengah sasaran inflasi BI sebesar,5 persen (±1 persen). Laju inflasi bulanan diperkirakan akan meningkat menjelang menjelang akhir tahun dengan menipisnya dampak peredam karena harga energi yang rendah dan dampak peningkatan harga komoditas dunia mulai dirasakan oleh konsumen. Dengan proyeksi bahwa pertumbuhan ekonomi baru kembali pada laju potensialnya pada tahun 211, tekanan harga karena terbatasnya penawaran tampaknya sulit terjadi dalam waktu dekat. Perkiraan inflasi yang rendah tampaknya juga akan membatasi inflasi jangka pendek. Perkiraan inflasi konsumen untuk enam bulan ke depan tetap berada pada titik paling rendahnya sejak tahun 25 ketika inflasi yang terjadi hampir menyentuh 5 persen pada bulan Juli, walaupun perkiraan itu telah meningkat dari nilai rendahnya di bulan Februari. Sektor usaha juga telah menyusutkan perkiraan inflasi mereka, walaupun mereka tetap memperkirakan laju inflasi yang lebih tinggi dari laju yang terjadi. Hampir sepertiga dari peserta dalam survei kuartal kedua BI memperkirakan inflasi di bawah 7 persen pada paruh tahun kedua, dibandingkan dengan seperdelapan yang memperkirakan angka yang sama ketika BI melakukan survei pada kuartal ketiga tahun 28. dengan inflasi bagi masyarakat miskin lebih tinggi 1 persen Harga komoditas dan pertumbuhan permintaan yang lebih kuat pada tahun 21 diperkirakan akan mengangkat inflasi menjadi antara 5 dan persen Inflasi yang dihadapi oleh keluarga berpenghasilan rendah tampaknya akan tetap berada di atas laju inflasi IHK sampai akhir tahun, rata-rata sekitar 5,7 persen untuk tahun 29. Dengan peningkatan harga bahan pangan yang mendorong harga konsumen Indonesia pada kuartal-kuartal yang akan datang, dampaknya akan lebih besar pada inflasi masyarakat miskin dibanding pada inflasi IHK. Harga perkulakan produk pertanian meningkat pada kuartal kedua dan mungkin merupakan salah satu faktor yang meningkatkan harga eceran bahan pangan pada bulan Juli dan Agustus, selain dampak lanjutan dari tingginya harga gula dunia. Pada tahun 21, peningkatan harga-harga komoditas yang masih berlangsung dan tertundanya dampak penciutan suku bunga BI tampaknya akan meningkatkan laju inflasi menjadi antara 5 dan persen. Dengan berakhirnya dampak dari biaya transportasi yang lebih rendah pada laju inflasi IHK dan harga komoditas energi dan nonenergi mulai meningkat dalam rupiah pada awal tahun 21, tampaknya laju inflasi IHK akan bergerak di atas laju inflasi inti. Inflasi masyarakat miskin diperkirakan akan menyatu dengan inflasi IHK pada akhir tahun 21 dengan asumsi harga bahan pangan telah mencapai titik stabil, yang membentuk bagian IHK agregat yang lebih besar, yang lebih cepat mendorong meningkatnya inflasi IHK. Pada tahun 211, inflasi diperkirakan akan mencapai titik stabil pada kisaran,5 persen, sejalan dengan berlanjutnya pemulihan global. BI mungkin dapat menurunkan laju inflasi struktural pada jangka menengah Sejauh mana BI berusaha untuk mengatur perkiraan inflasi pada tingkatnya yang rendah sekarang dan untuk menurunkan laju inflasi struktural Indonesia yang tinggi akan menjadi penentu utama bagi prospek inflasi jangka menengah. Jika BI tetap memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga inflasi agar mendekati sasaran yang telah diumumkan, biaya output jangka pendek yang dibutuhkan untuk kegiatan penjagaan tersebut tampaknya akan menurun dan Indonesia dapat menikmati manfaat jangka panjang dari stabilnya pertumbuhan dan pasar keuangan yang dekat hubungannya dengan inflasi yang rendah dan stabil. Tidak seperti mitra dagang wilayahnya, Indonesia tidak mampu menekan laju inflasinya setelah krisis keuangan Asia. Indonesia bahkan tercatat sebagai satu-satunya kekuatan ekonomi di wilayahnya yang mencatat laju inflasi yang lebih tinggi dari rata-rata sejak masa krisis. (Gambar 37) 25

7 Gambar 37: Indonesia satu-satunya kekuatan ekonomi utama di wilayahnya dengan laju inflasi yang lebih tinggi dari ratarata sejak krisis Asia tahun 1997/98, dibandingkan dengan inflasi sebelum krisis (rata-rata inflasi harga konsumen tahunan) 12 8 Pre-crisis ( ) Post-crisis ( ) 12 8 Gambar 38: Penurun laju inflasi PDB tumbuh lebih cepat dibanding harga-harga konsumen, dan pemisahan ini diperkirakan akan terus berlanjut (rata-rata tahunan inflasi harga konsumen dan persentase perubahan dalam penurun laju inflasi PDB implisit) 2 15 Forecast Japan Korea Malaysia Philippines Taiwan Thailand US Indonesia CPI GDP Deflator Sumber: Badan statistik nasional melalui CEIC dan Bank Dunia Sumber: BPS melalui CEIC dan Bank Dunia Terdapat peningkatan risiko untuk masa depan harga konsumen dan harga-harga pada keseluruhan ekonomi tampaknya akan terus meningkat lebih cepat dari HKI Ketidakpastian akan kekuatan pemulihan global pada tahun 21 dan 211 menempatkan risiko pada peramalan inflasi. Pemulihan permintaan global yang lebih kuat dari perkiraan, atau suatu penyamaan yang berarti dari kurs valuta asing, kemungkinan besar akan meningkatkan harga-harga komoditas dan meningkatkan inflasi. Pada sisi domestik, jika likuiditas pasar modal terus meningkat dan pertumbuhan kredit kembali pada tingkatnya pada awal tahun 28, maka harga konsumen akan mendapat tekanan yang cukup berarti. Dampak dari peristiwa El-Nino yang tingkat menengah sampai parah (lebih parah dari tingkat jinak yang diramalkan oleh ahli meteorologi) pada produksi pertanian dapat menyebabkan peningkatan harga bahan pangan pada akhir tahun 29 dan awal 21. (Kotak ) Dengan penanaman telah tertunda selama dua bulan, risiko akan peningkatan harga bagi para produsen beras cukup tinggi, terutama bagi mereka yang tinggal pada daerah-daerah yang lebih terpencil (yang umumnya lebih miskin). Selain itu, pemerintah juga telah menunjukkan rencananya untuk meningkatkan beberapa harga yang dikelola, termasuk harga LNG, setelah bulan Ramadan, dan sedang mempertimbangkan suatu program subsidi dengan sasaran yang lebih terpusat yang pada akhirnya akan meningkatkan rata-rata harga. Harga-harga pada keseluruhan ekonomi, seperti diukur oleh penurun laju inflasi PDB agregat yang implisit, telah meningkat lebih cepat dari biaya-biaya untuk barang-barang yang umum dibeli oleh konsumen selama bertahun-tahun. (Gambar 38) Tren ini cenderung berlanjut walaupun saat ini harga konsumen dan perdagangan lemah. Penurun laju inflasi PDB pada tahun 29 diperkirakan bertumbuh sedikit di atas 11 persen, dibanding 18,2 persen pada tahun 28, karena peningkatan yang cepat dalam investasi dan harga layanan pemerintah memisahkannya dengan inflasi IHK. Pada tahun 21, penurunan laju inflasi PDB diperkirakan berada di bawah 1 persen, berdasarkan prospek pertumbuhan rata-rata pada harga komoditas dan pengaturan pada biaya-biaya lain, terutama pertumbuhan upah nominal setelah melambatnya pertumbuhan harga-harga konsumen. 2

8 . Semua faktor ini menunjukkan bahwa defisit pemerintah kemungkinan lebih sedikit daripada yang dianggarkan Prospek 29 pemerintah tentang pendapatan yang sedikit melemah dan pengurangan belanja menunjukkan defisit sedikit di bawah anggaran Dalam revisi usulan anggaran tengah tahun, pemerintah memproyeksikan pendapatan 29 mendekati anggaran awal walaupun pertumbuhan diperkirakan lebih lemah dalam ekonomi riil dan harga. Pemerintah memperkirakan realisasi belanja sedikit berkurang dari anggaran awal walaupun perbedaannya kemungkinan lebih kecil daripada tahuntahun sebelumnya. Asumsi harga minyak mentah yang lebih tinggi (rata-rata 1 dolar Amerika per barel terhadap proyeksi awal 5 dolar Amerika) akan mengangkat proyeksi pendapatan minyak dan gas tapi hal ini kemungkinan lebih dari sekadar menyeimbangkan biaya subsidi energi dan transfer dana ke pemerintah daerah. Semua faktor ini menunjukkan bahwa defisit anggaran untuk 29 mungkin sedikit lebih kecil daripada proyeksi APBN-P di bulan Februari sebagai persentase PDB dan sekitar 2 triliun Rupiah lebih kecil dalam nominal, karena perkiraan terakhir pemerintah atas nominal PDB 29 berada di bawah asumsi anggaran (Tabel 1). Pemerintah mengusulkan defisit yang lebih kecil di tahun 21 Usulan anggaran 21 pemerintah yang dipresentasikan kepada DPR di awal Agustus memproyeksikan defisit anggaran akan berkontraksi menjadi 1, persen PDB. (Lihat Kotak 3) Hal ini sejalan dengan ekspektasi pemulihan sedang dalam pertumbuhan PDB nominal menjadi 11,5 persen yang berarti titik balik total pendapatan hanya,5 persen. Pertumbuhan yang relatif rendah dalam proyeksi pendapatan didorong ekspektasi Pemerintah Indonesia atas pendapatan nonpajak yang lebih sedikit daripada 29 terutama dari minyak dan gas dengan penurunan 17, persen dari 29 ke 21. Pendapatan pajak, yang lebih mirip dengan PDB nominal diperkirakan tumbuh sekitar 12 persen dengan pemulihan dalam ekonomi riil dan pertumbuhan harga. Di sisi pengeluaran, pemerintah mengusulkan pertumbuhan belanja hanya, persen. Pertumbuhan yang rendah ini tercapai melalui pemotongan subsidi agregat (-9,8 persen), bantuan sosial (-11,2 persen) dan pengeluaran 'lain' (-,3 persen), yang diimbangi oleh pertumbuhan kuat dalam pengeluaran untuk gaji pemerintah (21, persen). 27

9 Tabel 1: Proyeksi defisit anggaran pemerintah tahun 29 dan 21 sensitif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi nominal yang diasumsikan, dengan pertumbuhan harga yang lebih cepat yang menunjukkan defisit yang lebih kecil (f) (p) Actual Actual Proposed revised WB estimate Proposed (RAPBN) WB estimate A. State revenues and grants 77,88 981,9 872,32 85,9 911,7 97,98 1. Tax revenues 9,989 58,71 52,122 2, ,15 753,95 a. Domestic tax 7,53 22,359 32,99 22,915 72,3 72,32 i. Income tax 238,31 327,98 3,37 332,885 3, ,852 - Oil and gas, 77,19 9,5 52,27 39,883 5,73 - Non oil and gas 19,31 25,79 29,87 28,257 3,39 321,779 ii. Other domestic tax 231,22 29,81 291,723 29,3 31,712 38,58 b. International trade tax 2,93 3, ,912 27,131 27,23 i. Import duties 1,99 22,7 18,2 18,12 19,98 2,92 ii.export tax,237 13,578 1, 1,3 7,3, Non Tax Receipts 215,121 32,5 219,518 21,789 18, ,581 o/w natural resources 132,893 22,3 139, , ,5 11,9 i. Oil and gas 12,78 211,17 129,88 115,98 11, ,3 ii. Non Oil and gas 8,19 12,8 1,99 1,81 1,195 11,51 B. Expenditures 757,51 985,731 1,5,7 979,827 1,9,8 1,2,37 1. Central government 5,25 93,35 9,11 7,25 99,88 71, - Personnel 9,25 112,83 133,79 127,113 11,73 153,757 - Material expenditure 5,511 55,9 87, 75,93 1,17 87,389 - Capital expenditure,289 72,773 7,281 72,3 7,893 7,911 - Interest payments 79,88 88,3 11,51 11,51 115, ,595 - Subsidies 15, , ,951 15,92 1, ,9 - Grants expenditure Social expenditure 9,75 57,71 77,75 77,75 9,78 9,78 - Other expenditures 15,21 3,328 53,39 5,11 31,827 29, Transfers to the regions 253,2 292,3 39,572 39,572 39,798 39,798 C. Primary Balance 29,95 8,39 (22,991) (15,17) 17,585 9,85 D. SURPLUS / DEFICIT (9,83) (,122) (133,2) (125,218) (98,1) (5,739) Deficit (% of GDP) (1.3) (.1) (2.5) (2.2) (1.) (.7) Economic assumptions/outcomes Domestic product (Bruto) 3,957,,95,29 5,25,5 5,35,52,5,55,,772 Economic growth (%) Inflation (%) Exchange rate (Rp/US$) 9,19 9,91 1, 1,51 1, 1, Crude-oil price (US$/Barrel) Oil production (barrel per day) % of civil service wages increase Interest rate of SBI (average %) Catatan dan sumber: Proyeksi Pemerintah Indonesia untuk 29 dan 21 merupakan presentasi anggaran resmi kepada DPR. Presentasi ini direvisi berkonsultasi dengan DPR pada saat laporan ini dicetak. Revisi akhir anggaran 29 dan 21 kemungkinan berbeda dari angka yang disajikan di atas. Proyeksi Depkeu dan Bank Dunia. Jika ekonomi nominal tumbuh lebih cepat daripada proyek pemerintah, defisit anggaran kemungkinan lebih rendah di tahun ini dan berikutnya Proyeksi pertumbuhan ekonomi riil, penurun laju inflasi PDB, dan harga minyak mentah disajikan yang dalam Tabel 5 berbeda dari proyeksi pemerintah. Proyeksi ini menunjukkan bahwa ekonomi nominal akan tumbuh lebih cepat dariapda proyeksi pemerintah dalam revisi usulan anggaran 29 (RAPBN-P) dan usulan anggaran (RAPBN) 21. Penggunaan pengukuran harga yang berbeda mendasari proyeksi pertumbuhan PDB nominal yang lebih kuat. Proyeksi dalam Tabel 5 mendasarkan pertumbuhan PDB nominal pada total proyeksi pertumbuhan dalam PDB riil ditambah pertumbuhan dalam penurun laju inflasi PDB. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan PDB nominal sebagai total proyeksi pertumbuhan riil ditambah peningkatan inflasi harga konsumen. Walaupun lebih dikenal dan lebih umum dipahami, IHK merupakan indikator harga yang lebih sempit daripada penurun laju inflasi PDB. Penurun laju inflasi PDB melaporkan perubahan bukan hanya dalam harga konsumen, tapi juga harga dagang, biaya investasi, dan bahkan biaya penyediaan layanan pemerintah. Pertumbuhan dalam 28

10 pendapatan pemerintah tergantung pertumbuhan nominal faktor-faktor ini. Dalam tahuntahun terakhir, defaltor PDB tumbuh lebih cepat daripada IHK, dan perbedaan ini tampaknya akan berlanjut (Gambar 38). Pendekatan yang berbeda dalam memperkirakan pertumbuhan PDB nominal menunjukkan bahwa pendapatan kemungkinan tumbuh lebih kuat daripada proyeksi pemerintah saat ini untuk 29 dan 21. Di tahun 29, dengan berasumsi bahwa belanja mendekati rencana yang diumumkan pemerintah, dengan pengecualian pada subsidi energi yang kemungkinan akan lebih sedikit daripada yang diumumkan karena harga minyak dunia diasumsikan lebih rendah, pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat mengurangi defisit anggaran di tahun 29 menjadi 2,2 persen PDB. Proyeksi ini menjelaskan realisasi pendapatan dan belanja sampai Juli 29 dengan proyeksi hanya untuk lima bulan terakhir tahun ini. Di bulan-bulan ini, alokasi diberikan untuk perkiraan kenaikan dalam ekonomi nominal. Pertumbuhan PDB nominal yang lebih kuat dan harga minyak yang lebih tinggi diproyeksikan terjadi di tahun 21 (Tabel 5), menghasilkan proyeksi defisit yang lebih rendah tahun itu, yaitu,7 persen PDB. Proyeksi pertumbuhan dalam PDB nominal lebih cepat daripada proyeksi pemerintah menunjukkan bahwa pendapatan juga akan tumbuh lebih cepat. Asumsi harga minyak yang lebih tinggi juga kemungkinan akan mengangkat pendapatan. Proyeksi defisit yang lebih kecil ini mengasumsikan bahwa realisasi belanja 21 mendekati rencana yang diumumkan pemerintah, kecuali subsidi energi yang disesuaikan utnuk menjelaskan asumsi harga minyak mentah yang tinggi. 5. Penurunan terbatas dalam tingkat kemiskinan kemungkinan berlanjut Kemiskinan kemungkinan terus turun walaupun penurunan tersebut cenderung terbatas setelah pengakhiran program BLT Perkiraan pertumbuhan PDB dan inflasi yang disajikan di Tabel 5, ditambah usulan anggaran pemerintah untuk 21, menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan akan terus turun walaupun lebih lambat daripada tahun lalu. (Tabel 11) Perlambatan penurunan kemiskinan sebagian besar dikarenakan penghentian program BLT tapi pendapatan riil dan pertumbuhan lapangan kerja diproyeksikan terus berlanjut. Berdasarkan skenario pertumbuhan alternatif yang disajikan di Tabel dan Gambar 35, tingkat kemiskinan kemungkinan tetap terus turun tapi dengan kecepatan yang lebih lambat dan lebih cepat secara berurutan untuk kasus lemah dan kuat. Tabel 11: Tingkat kemiskinan diproyeksikan terus turun Reference projection High scenario Low scenario Sumber: Estimasi dan perkiraan BPS dan Bank Dunia 29

11 Kotak 2: Usulan anggaran pemerintah 21 Pemerintah mengumumkan proposal anggaran 21 dalam pidato kepresidenan tanggal 3 Agustus. Total anggaran mencapai 1.9 triliun Rupiah dalam nominal (atau 1,7 persen PDB),,5 persen lebih tinggi dari revisi anggaran 29. Proyeksi defisit fiskal adalah sebesar 1, persen PDB. Dua pertiga anggaran akan dilaksanakan pemerintah pusat dan sepertiga sisanya akan diimplementasikan oleh pemerintah daerah. Beberapa fitur utama usulan anggaran 21 mencakup: Pengeluaran gaji dan bahan diantisipasi naik 21 persen dan 15 persen dibandingkan tahun 29, mencerminkan reformasi birokrasi yang sedang berjalan dan peningkatan gaji secara keseluruhan sebesar 5 persen. Dua poin anggaran ini akan meningkatkan konsumsi pemerintah menjadi,3 persen PDB dari,1 persen tahun lalu. Pengeluaran modal hanya naik 3,5 persen, menjadi 1,3 persen PDB. Subsidi tetap besar dan akan menghabiskan sekitar 2 persen anggaran pemerintah psuat walaupun jumlah (yang diproyeksikan dengan buruk dalam draf anggaran di bawah sistem subsidi energi saat ini) yang dianggarkan diproyeksikan turun sebesar 1 persen dibandingkan 29. Gambar 39: Anggaran pemerintah pusat memproyeksikan pergeseran sumber daya dari subsidi ke biaya gaji, pembayaran bunga dan bahan (triliun Rupiah) Komposisi belanja sektoral tidak berubah. Administrasi pemerintah tetap merupakan poin terbesar yang mengonsumsi 15 persen anggaran pemerintah pusat, diikuti dengan pendidikan (11 persen), dan infrastruktur (,3 persen). Pertahanan akan mendapat persen peningkatan anggaran sementara kesehatan hanya mendapatkan tambahan 7, persen dibandingkan dengan revisi anggaran 29. Sumber: Departemen Keuangan dan Bank Dunia Notes and source: * proposed mid-year revised budget. ** proposed budget. Ministry of Finance 3

12 Kotak 3: Estimasi dampak El Niño terhadap kemiskinan El Niño adalah peningkatan suhu permukaan bagian timur Samudra Pasifik yang signifikan dan berkepanjangan yang mengakibatkan pola cuaca ekstrem yang mengganggu produksi dan harga pertanian. Hal ini menimbulkan risiko signifikan terutama bagi masyarakat miskin yang sebagian besar sangat rentan terhadap guncangan di sektor pertanian. Penilaian terbaru Australian Bureau of Meteorology mengindikasikan bahwa tahun 29 akan menjadi tahun El Niño. Namun, nilai Southern Oscillation Index untuk bulan September yang mengukur tekanan ketinggian laut relatif antara Tahiti dan Darwin mengindikasikan bahwa perkembangan El Niño di awal September 29 tidak seakut di bulan Juli. Walaupun tahun-tahun El Niño yang ekstrem, misalnya 1997/98 dan 2 yang tidak terlalu ekstrem, dapat memiliki dampak serius terhadap sektor pertanian, 29/1 tidak dianggap masuk dalam kategori tersebut. Tahun 29/1 diperkirakan akan ada El Niño yang tidak terlalu kuat dengan dampak terbatas pada hasil ekonomi dan sosial. Walaupun begitu, dampak harga dan kemiskinan patut dipertimbangkan dalam kejadian yang tidak terduga jika El Niño ternyata lebih parah daripada yang diperkirakan. Di antara dampak lain, El Niño cenderung mengakibatkan cuaca kering di Indonesia yang menunda musim tanam padi. Panen di musim kemarau, setelah panen musim hujan, cenderung memberikan hasil yang lebih baik daripada biasanya. Walaupun demikian, penurunan sementara pada produksi beras dapat mengakibatkan peningkatan harga jangka pendek. Hal ini akan mengurangi daya beli konsumen, terutama mereka yang memiliki alokasi pangan besar dalam keseluruhan konsumsi mereka - mereka yang berada di bawah atau di sekitar garis kemiskinan. Panen lain yang memerlukan irigasi dan sensitif terhadap curah hujan yang rendah juga akan terkena dampaknya, misalnya pohon sawit muda. Departemen Pertanian memperkirakan produksi kelapa sawit mentah dapat turun 15 sampai 2 persen dari target jika El Niño mengakibatkan kerusakan menengah atau parah, walaupun total produksi diperkirakan masih terus naik tahun ini karena peningkatan area perkebunan. Simulasi atas dampak berulangnya kondisi cuaca El Niño tahun 1998 dan 2 pada harga beras di tahun 29/1 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan 21 akan naik menjadi 1,3 dan 15,5 persen secara berurutan dari perkiraan dasar. (Tabel 12) Dalam mengantisipasi El Niño, Pemerintah Indonesia telah menggandakan cadangan beras daruratnya untuk menjaga harga. Biaya peredaman efek El-Niño terhadap kemiskinan, sebelum memperhitungkan penjagaan harga dari cadangan darurat, menggunakan program BLT adalah 2. Rupiah per rumah tangga/bulan berdasarkan skenario El Niño 2. Dalam kedua skenario, biaya pemulihan dampak lebih kecil dari BLT awal sebesar 1. Rupiah per rumah tangga/bulan. Tabel 12: El Niño yang lebih parah dari proyeksi saat ini untuk 29/1 akan menghapuskan penurunan kemiskinan yang belakangan ini terjadi Scenarios Base 21 forecast given current EL Niño projection El Niño (1998) El Niño (2) Southern Oscillation Index(a) Poverty Basket Inflation(b) Poverty rate BLT per household per month that would be - 91, 2, needed to maintain poverty at base levels (IDR) a) Pembacaan puncak SOI saat terjadi El-Niño. b) Tingkat year on year Maret 21. Sumber dan catatan: Bank Dunia. Skenario mengasumsikan kondisi cuaca yang sama seperti yang diukur Southern Oscillation Index pada saat terjadi El Niño tahun 1998 dan 2. Model mengukur dampak perubahan dalam SOI dan dampak terkait pada harga beras kualitas rendah di Indonesia dan dampak berikutnya pada inflasi masyarakat miskin dan tingkat kemiskinan. Sumber: Using El Niño/Southern Oscillation Climate Data to predict rice production in Indonesia. Naylor, R.L., Falcon, W.P., Rochberg, D., Wada, N. Climatic Change 5: ,

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

LAMPIRAN: GAMBARAN EKONOMI INDONESIA

LAMPIRAN: GAMBARAN EKONOMI INDONESIA LAMPIRAN: GAMBARAN EKONOMI INDONESIA Gambar Lampiran : Pertumbuhan PDB (persen pertumbuhan) Year on year Gambar Lampiran : Kontribusi terhadap PDB (pengeluaran) (pertumbuhan trimulan-ke-triwulan), seasonally

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist Isi Presentasi Mengapa perlu kenaikan harga BBM? Beban Anggaran Kemiskinan dan BLSM Benarkah keputusan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Desember Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Desember Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Desember 212 Menyoroti kebijakan Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia 18 Desember 212 World Bank and The Habibie Center Joint

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

Perkembangan Triwulanan Ekonomi Indonesia Tantangan saat ini, peluang masa depan

Perkembangan Triwulanan Ekonomi Indonesia Tantangan saat ini, peluang masa depan Perkembangan Triwulanan Ekonomi Indonesia Tantangan saat ini, peluang masa depan Shubham Chaudhuri Ekonom Senior Indonesia Bank Dunia 28 Juni 211 BKPM, Jakarta Ikhtisar Agenda pembahasan Outlook ekonomi

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Indonesia sedang mengalami penyesuaian ekonomi yang cukup berarti yang didorong oleh perlemahan neraca eksternalnya yang membawa perlambatan pertumbuhan dan peningkatan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DISCLAIMER

DAFTAR ISI DISCLAIMER DAFTAR ISI 1. Tujuan dan Kebijakan Pengelolaan Utang 2. Realisasi APBNP 2017 dan Defisit Pembiayaan APBN 3. Perkembangan Posisi Utang Pemerintah Pusat dan Grafik Posisi Utang Pemerintah Pusat 4. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Terbitlah Terang September 9 Pengantar

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Utang Pemerintah Pusat berperan dalam mendukung pembiayaan APBNP 2017. Penambahan utang neto selama bulan September 2017 tercatat sejumlah Rp40,66 triliun, berasal dari penerbitan Surat

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: menjaga ketahanan. P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a

Ringkasan eksekutif: menjaga ketahanan. P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a Ringkasan eksekutif: Menjaga ketahanan Tantangan dalam menjaga ketahanan di tengah melambatnya perekonomian dunia, yang mendorong pembaruan ekspansi moneter Di tengah lemahnya permintaan eksternal dan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak Neraca pembayaran yaitu catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk suatu negara dengan

Lebih terperinci

Perkembangan Triwulan Ekonomi Indonesia Kesinambungan di tengah goncangan

Perkembangan Triwulan Ekonomi Indonesia Kesinambungan di tengah goncangan Perkembangan Triwulan Ekonomi Indonesia Kesinambungan di tengah goncangan World Bank Enrique Blanco Armas 9 June 1 Agenda pembahasan KESINAMBUNGAN: Ekonomi Indonesia tetap berjalan dengan baik Pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Pembiayaan APBNP 2017 masih didukung oleh peran utang Pemerintah Pusat. Penambahan utang neto selama bulan Agustus 2017 tercatat sejumlah Rp45,81 triliun, berasal dari penarikan pinjaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI STATISTIK EKONOMI KEUANGAN INDONESIA KATA PENGANTAR TABEL-TABEL

DAFTAR ISI STATISTIK EKONOMI KEUANGAN INDONESIA KATA PENGANTAR TABEL-TABEL STATISTIK EKONOMI KEUANGAN INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR TABEL-TABEL I. UANG DAN BANK I.1. Uang Beredar dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya... 2 I.2. Neraca Analitis Otoritas Moneter ( Uang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

MATRIKS PENYEMPURNAAN STATISTIK EKONOMI DAN KEUANGAN INDONESIA (SEKI) INDONESIAN FINANCIAL STATISTICS ENHANCEMENT MATRIX

MATRIKS PENYEMPURNAAN STATISTIK EKONOMI DAN KEUANGAN INDONESIA (SEKI) INDONESIAN FINANCIAL STATISTICS ENHANCEMENT MATRIX MATRIKS PENYEMPURNAAN STATISTIK EKONOMI DAN KEUANGAN INDONESIA () Judul Tabel pada Lama Lama Title on Baru I. UANG DAN BANK/MONEY AND BANKING 1 Uang Beredar dan Faktor - Faktor yang I.1. I.1. Tetap Mempengaruhinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara masih menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi perekonomian negara dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Sistem Moneter Internasional

Sistem Moneter Internasional Materi 2 Sistem Moneter Internasional http://www.deden08m.com 1 Sistem Moneter Internasional dapat didefinisikan sebagai struktur, instrumen, institusi, dan perjanjian yang menentukan kurs atau nilai berbagai

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dalam menggunakan pinjaman baik dari dalam maupun dari luar negeri merupakan salah satu cara untuk menutupi defisit anggaran yang terjadi. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1 LPEM FEB UI LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1 Highlight Ÿ Petumbuhan PDB Q1 2017 sekitar 5.0% (y.o.y.), PDB 2017 diprediksi akan tumbuh pada kisaran 5.1-5.3% (y.o.y.); Ÿ Pertumbuhan konsumsi domestik

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Oktober 2012 Menjaga Ketahanan

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Oktober 2012 Menjaga Ketahanan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Oktober 1 Menjaga Ketahanan Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia 15 Oktober 1 Paramadina Public Policy Institute www.worldbank.org/id

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebagai negara small open economy yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap serangan krisis

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk menunjukan kuat atau lemahnya fundamental perekonomian suatu negara. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global 2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT A. INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π =

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL

A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL 1. Beberapa Sumber ketidakpastian dalam perekonomian global Pembangunan selama kuartal terakhir menunjukkan ketidakpastian yang masih berlangsung dalam lingkungan ekonomi

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh

Lebih terperinci

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA September 21 Kata Pengantar Perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2

SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2 SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2 Eric Sugandi Chief Economist eric.sugandi@skhaconsulting.com Ekonomi Indonesia mungkin akan segera memasuki tahap ekspansi pada siklus bisnisnya. Skha Institute

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

Pusat Kebijakan Ekonomi Makro. Badan Kebijakan Fiskal. Jakarta, Kamis 14April Badan Kebijakan Fiskal. Kementerian Keuangan 1

Pusat Kebijakan Ekonomi Makro. Badan Kebijakan Fiskal. Jakarta, Kamis 14April Badan Kebijakan Fiskal. Kementerian Keuangan 1 SKENARIO DAMPAK PEREKONOMIAN GLOBAL 2014 Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Jakarta, Kamis 14April 2014 Kementerian Keuangan 1 Awal QE3 tapering diperkirakan akan terjadi pada Maret 2014 Indikator Barclays

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi

Lebih terperinci

PROSPEK EKONOMI 2016: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 2015 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF

PROSPEK EKONOMI 2016: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 2015 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF PROSPEK EKONOMI 216: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 215 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF PERKEMBANGAN TERKINI 3Q6 3Q7 3Q8 3Q9 3Q1 3Q11 3Q12 3Q13 3Q14 3Q15 EKONOMI GLOBAL: PERTUMBUHAN EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi perekonomian global, ditandai dengan meningkatnya harga minyak dunia sampai menyentuh harga tertinggi $170

Lebih terperinci