InfoPOM PERAN SERTA KONSUMEN DALAM MENJAGA KEAMANAN PANGAN ISSN DAFTAR ISI PERAN SERTA KONSUMEN DALAM MENJAGA KEAMANAN PANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "InfoPOM PERAN SERTA KONSUMEN DALAM MENJAGA KEAMANAN PANGAN ISSN DAFTAR ISI PERAN SERTA KONSUMEN DALAM MENJAGA KEAMANAN PANGAN"

Transkripsi

1 InfoPOM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Volume XI, No.3 Mei - Juni 2010 BADAN POM RI ISSN DAFTAR ISI PERAN SERTA KONSUMEN DALAM MENJAGA KEAMANAN PANGAN TINJAUAN UMUM TENTANG KEAMANAN KEMASAN PANGAN PROFIL BALAI BESAR POM DI PEKANBARU PERAN SERTA KONSUMEN DALAM MENJAGA KEAMANAN PANGAN Permasalahan Keamanan Pangan Menurut UU Pangan No 7 Tahun 1996, pangan merupakan kebutuhan dasar manusia y a n g p e m e n u h a n n y a m e n j a d i h a k a s a s i s e t i a p r a k y a t I n d o n e s i a d a l a m m e w u j u d k a n s u m b e r d a y a m a n u s i a y a n g berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Pangan yang kita konsumsi haruslah pangan yang bebas dari bahaya fisik, kimia dan mikrobiologi. Salah satu masalah utama keamanan pangan yang sering dijumpai di sekitar kita adalah pangan yang tercemar oleh mikroba. Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan Badan POM RI dari tahun menunjukkan bahwa rata-rata persentase penyebab KLB keracunan pangan adalah akibat cemaran mikroba sebesar 23,41 % dan jenis pangan penyebab keracunan terbanyak adalah masakan rumah tangga dengan rata-rata persentase sebesar 38,69% (Grafik di akhir artikel). Data tersebut mengindikasikan bahwa praktek higiene dan sanitasi oleh konsumen (rumah tangga) masih memprihatinkan. Oleh karena itu, program komunikasi, informasi, dan edukasi keamanan pangan yang komprehensif terus dikembangkan oleh Badan POM RI bekerjasama dengan instansi terkait guna meningkatkan kesadaran dan kepedulian konsumen untuk menerapkan praktek keamanan pangan dalam kehidupan seharihari. Sejumlah tantangan dalam meningkatkan keamanan pangan di Indonesia antara lain cakupan area pengawasan yang luas, beragamnya jenis produk pangan yang harus diawasi, keterbatasan pengetahuan dan kesadaran produsen maupun konsumen akan keamanan pangan, keterbatasan tenaga pengawas dan penyuluh keamanan pangan yang kompeten,

2 dan keterbatasan infrastruktur pendukung. Partisipasi dan peran serta semua pihak sangat diperlukan dalam meningkatkan keamanan pangan nasional, termasuk peran serta masyarakat sebagai konsumen pangan. Tanggung Jawab Keamanan Panga Menurut Peraturan Pemerintah No 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, keamanan p a n g a n m e r u p a k a n tanggungjawab bersama antara pemerintah, industri pangan dan k o n s u m e n. P e m e r i n t a h b e r t a n g g u n g j a w a b u n t u k melaksanakan sistem pengawasan k e a m a n a n p a n g a n m e l a l u i pengaturan, standardisasi, penilaian dan inspeksi keamanan pangan serta edukasi kepada konsumen dan i n d u s t r i p a n g a n m e n g e n a i keamanan pangan. Industri pangan bertanggung jawab untuk menjaga mutu dan keamanan produk yang dihasilkannya. Konsumen berperan dalam melindungi dirinya sendiri dari pangan yang tidak bermutu dan tidak aman, Oleh sebab itu k o n s u m e n p e r l u m e m i l i k i p e n g e t a h u a n y a n g c u k u p mengenai keamanan pangan diantaranya pengetahuan tentang praktek higiene yang baik saat menangani, mengolah, menyajikan dan menyimpan pangan. Sinergi diantara ketiga pihak ini dengan tanggung jawabnya masing-masing sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan keamanan pangan secara nasional. Pesan Keamanan Pangan untuk Konsumen Pendidikan keamanan pangan bagi masyarakat konsumen pada hakikatnya merupakan kegiatan penyampaian pesan keamanan pangan. Melalui informasi atau pesan keamanan pangan tersebut, d i h a r a p k a n m a s y a r a k a t mendapatkan pengetahuan yang lebih baik sehingga dapat menggugah dan memotivasi masyarakat agar merubah perilaku untuk mendapatkan keamanan pangan yang lebih terjaga Kurangnya pengetahuan mengenai pengolahan pangan yang baik menyebabkan konsumen terbiasa mengolah pangan dengan cara yang salah sehingga pangan yang dihasilkan memiliki risiko terhadap kesehatan. Untuk itu konsumen harus berperan aktif dengan melakukan tindakan agar pangan yang dikonsumsi berkurang bahayanya sehingga dapat melindungi diri dan keluarganya dari keracunan pangan. World Health Organization (WHO) telah mengembangkan pesan keamanan pangan yang bertajuk Lima Kunci untuk Keamanan P a n g a n. K e g i a t a n p e n y e b a r l u a s a n p e s a n i n i diharapkan dapat mengurangi praktek higiene dan sanitasi yang buruk, dengan demikian dapat mengurangi terjadinya keracunan pangan. P e s a n L i m a K u n c i u n t u k Keamanan Pangan memuat praktek-praktek penanganan 2 I EDITORIAL I INFOPOM Vol. XI /No. 1/Edisi Mei - Juni 2010 Editorial Pembaca yang terhormat, Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia. Masalah utama keamanan pangan yang sering dijumpai di sekitar kita adalah pangan yang tercemar oleh mikroba. Artikel Peran Serta Konsumen dalam Menjaga Keamanan Pangan berusaha menyajikan informasi keamanan pangan yang komprehensif guna meningkatkan kesadaran dan kepedulian konsumen untuk menerapkan praktek keamanan pangan dalam kehidupan seharihari. Terkait dengan masalah keamanan pangan, pada edisi ini kami juga menyajikan artikel mengenai Tinjauan Umum tentang Keamanan Kemasan Pangan. Kemasan pangan dibuat dari berbagai bahan dasar dan bahan tambahan yang dapat menyebabkan interaksi kimia pada pangan yang dikemas di dalamnya. Mengingat kemasan pangan yang paling banyak digunakan saat ini adalah kemasan pangan yang terbuat dari plastik, maka titik berat pembahasan pada tulisan ini adalah kemasan dari bahan plastik. Artikel ini disajikan untuk menambah wawasan pembaca mengenai jenis kemasan pangan dan bahaya yang mungkin terjadi serta bagaimana cara meminimalisir kemungkinan bahaya tersebut. Edisi ini ditutup dengan menampilkan Profil Balai Besar POM di Pekanbaru. Semoga InfoPOM edisi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca semua. Selamat membaca. Penasehat Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Pengarah Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan Penanggung jawab Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan Redaktur Ketua Kepala Bidang Informasi Obat Redaktur Eksekutif Budi Djanu Purwanto, SH,MH; Dra. Deksa Presiana, Apt, Mkes; Yustina Muliani, SSi, Apt; Dra. Lucky Hayati, Apt; Dra. Tri Asti I, Apt, Mpharm; Dra. Sri Mulyani, Apt; Ellen Simanjuntak, SE; Galih Prima Arumsari, SFarm, Apt; Dewi Sofiah, Ssi, Apt; Dra. Dyah Nugraheni, Apt; Dra. Sri Hariyati, Msc; Suyanto, SP, Msi; Dra. Murti Hadiyani Editor Yulinar, SKM, Msi; Denik P, Sfarm, Apt; Eriana Kartika, Ssi, Apt; Arlinda Wibiayu, Ssi, Apt Desain grafis Sandhyani ED, Ssi, Apt; Indah W, Ssi, Apt Sekretariat Ridwan Sudiro, Ssos; Surtiningsih; Netty Sirait

3 pangan yang benar dan mudah diterapkan agar dapat mencegah t e r j a d i n y a k o n t a m i n a s i d a n perkembangbiakan mikroba di dalam pangan, sehingga pangan yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi. Isi pesan Lima Kunci untuk Keamanan Pangan sebagai berikut: 1. Jagalah kebersihan Mikroba termasuk bakteri, virus, jamur, parasit atau kuman penyakit merupakan mahluk hidup yang tidak dapat dilihat d e n g a n m a t a t e l a n j a n g. Beberapa mikroba memberikan keuntungan bagi manusia, diantaranya dimanfaatkan dalam proses pembuatan pangan pembuatan obat dan diperlukan dalam proses pencernaan. Disamping mikroba yang memberi keuntungan, banyak mikroba yang merugikan bagi manusia, misalnya mikroba yang membusukkan pangan sehingga menyebabkan pangan tidak layak untuk dikonsumsi, mikroba patogen yang tidak mengubah penampilan pangan tetapi menyebabkan penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian. Kita hidup dikelilingi oleh mikroba, oleh karena itu k e b e r s i h a n l i n g k u n g a n, pengolah dan penyaji makanan ISI PESAN yang bersentuhan langsung dengan pangan yang akan dikonsumsi sangat penting untuk diperhatikan untuk m e n g h i n d a r i t e r j a d i n y a kontaminasi silang. Salah satu cara untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang adalah dengan mencuci tangan karena tangan yang kotor merupakan media perpindahan mikroba dari satu tempat ke tempat lain. B e b e r a p a k o n d i s i y a n g mengharuskan kita mencuci tangan sebelum dan saat menangani pangan adalah: sesudah dari toilet, setelah menangani daging atau unggas mentah, setelah mengganti popok bayi, setelah bersin, setelah merokok, setelah bermain dengan hewan piaraan setelah menangani sampah, d a n s e t e l a h m e n a n g a n i pestisida atau bahan kimia lain. LIMA KUNCI UNTUK KEAMANAN PANGAN 1. JAGALAH KEBERSIHAN 2. PISAHKAN PANGAN MENTAH DARI PANGAN MATANG 3. MASAKLAH DENGAN BENAR 4. JAGALAH PANGAN PADA SUHU AMAN 5. GUNAKAN AIR DAN BAHAN BAKU YANG AMAN 10 LANGKAH CARA MENCUCI TANGAN 1. BASAHI TANGAN 2. TUANGKAN SABUN KE TELAPAK TANGAN 3. GOSOK TELAPAK TANGAN 4. GOSOK PUNGGUNG TANGAN 5. GOSOK SELA-SELA JARI 6. GOSOK UJUNG JARI 7. GOSOK IBU JARI & PERGELANGAN TANGAN 8. BERSIHKAN KUKU 9. BILAS SAMPAI BERSIH 10. KERINGKAN TANGAN DENGAN TISU ATAU LAP KERING BERSIH Selain mencuci tangan, pastikan pada saat mengolah dan menyajikan pangan, tidak a d a k o m p o n e n y a n g mencemari pangan yang berasal dari tubuh kita dan segala sesuatu yang kita pakai. Oleh karena itu kesehatan dan kebersihan pengolah serta penyaji p a n g a n h a r u s s a n g a t diperhatikan. Hal penting lain yang perlu d i p e r h a t i k a n a d a l a h pembersihan kotoran, seperti d e b u d a n l e m a k p a d a permukaan peralatan yang kontak langsung dengan pangan (misalnya talenan, p i s a u ) m e n g g u n a k a n deterjen. Dapat juga dilakukan s a n i t a s i p e r a l a t a n menggunakan air panas (suhu o diatas 77 C) selama 30 detik untuk membunuh kuman. Serangga, lalat, kecoa, tikus, dan burung perlu dikendalikan agar tidak mengontaminasi p a n g a n d e n g a n c a r a m e n g h i n d a r i p a n g a n berserakan, mencegah air t e r g e n a n g, m e n y i m p a n pangan dalam wadah tertutup, menutup tempat sampah, menjaga area dapur tetap bersih, menjaga pintu selalu tertutup, menggunakan kassa atau kawat untuk menutup lubang ventilasi, selokan dan saluran air dari tikus, kecoa, dan lalat, menjaga pangan dalam keadaan tertutup, serta 3 INFOPOM I ARTIKEL I Vol. XI /No. 1/Edisi Mei - Juni 2010

4

5

6

7

8 1. Pisahkan pangan mentah dari pangan matang Pangan mentah terutama daging, unggas, dan pangan asal laut, serta cairannya, mengandung mikroba patogen yang mungkin berpindah ke pangan lain selama persiapan, pengolahan dan penyimpanan pangan (kontaminasi silang). Oleh karena itu, pada saat menyiapkan, mengolah dan menyimpan pangan mentah, peralatan dan wadah yang digunakan untuk pangan mentah harus terpisah dari pangan matang. Jika menggunakan peralatan yang sama, maka setelah digunakan untuk menyiapkan pangan mentah harus dibersihkan, disanitasi dan dikeringkan sebelum digunakan untuk pangan matang. Pangan matang harus disimpan dalam wadah tertutup dan terpisah dengan pangan mentah untuk menghindari kontaminasi silang antara pangan mentah dengan pangan matang. 3. Masaklah dengan benar Memasak pangan sampai panas merata dapat membunuh mikroba o patogen. Pangan yang dimasak dengan suhu internal 70 C dapat menjamin pangan aman untuk dikonsumsi. Pangan yang benar-benar harus diperhatikan adalah daging, terutama daging cincang, daging panggang utuh, tetelan, unggas dan potongan daging besar, sup dan pangan lain yang Direbus harus dimasak sampai mendidih dan dilanjutkan mendidihkan selama sedikitnya satu menit. Apabila pangan dipanaskan kembali, maka dilakukan pemanasan sampai panasnya menyeluruh. Namun sebaiknya makanan di rumah tangga dimasak dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan konsumen untuk menghindari terjadinya kerusakan pada pangan. 4. Jagalah pangan pada suhu aman Suhu merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada pangan. Mikroba umumnya berkembang biak dengan cepat pada suhu ruang dan sebaliknya relatif terhambat perkembangbiakannya pada o o suhu di bawah 5 C atau di atas 60 C. Oleh karena itu, jangan membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih o dari 2 jam. Pangan sedapat mungkin dipertahankan suhunya di atas 60 C sebelum disajikan. Sedangkan pangan yang cepat atau mudah rusak agar segera disimpan dalam lemari pendingin, sebaiknya pada suhu di o bawah 5 C. Namun demikian pangan jangan disimpan terlalu lama dalam lemari pendingin dan jangan biarkan pangan beku mencair pada suhu ruang. 4 I ARTIKEL I INFOPOM Vol. XI /No. 1/Edisi Mei - Juni Gunakan air dan bahan baku yang aman Bahan baku, termasuk air dan es, dapat terkontaminasi oleh mikroba patogen maupun bahan kimia berbahaya. Racun dapat terbentuk pada pangan yang rusak dan berjamur. Memilih bahan baku yang aman dengan perlakuan yang sederhana seperti mencuci dan mengupas bahan baku dapat mengurangi risiko pada pangan. Air yang digunakan untuk menyiapkan atau memasak makanan haruslah air yang aman yaitu air yang bebas dari mikroba dan bahan kimia toksik yang dapat membahayakan kesehatan kita. Beberapa cara untuk menjadikan air aman adalah dengan perebusan, penyaringan, klorinasi, dsb. Bila kita memiliki air aman di dalam sebuah wadah, jangan mengkotorinya dengan mencelupkan tangan kita ke dalam air melainkan menggunakan sendok/gelas bergagang panjang untuk mengambil air dari wadah tersebut. Selain itu pilihlah bahan pangan yang segar dan bermutu baik sehingga kita dapat meminimalkan bahaya mikrobiologi dan bahaya kimia beracun pada pangan yang dapat berasal dari udara, tanah, dan air, dan tempat-tempat lainnya yang kotor. Pada saat akan mengolah pangan mentah, pilihlah cara pengolahan yang dapat menghasilkan pangan yang aman untuk digunakan atau dikonsumsi, misalnya memasak sampai daging benar-benar matang seluruhnya. Untuk buah-buahan dan sayuran yang akan dikonsumsi mentah hendaknya dicuci menggunakan air yang aman. Cuci berulang-ulang sampai air bilasannya mengalir jernih. Untuk jenis pangan kemasan, pastikan bahwa kemasan pangan tersebut tidak menggembung atau penyok, apalagi bocor, serta perhatikan tanggal kedaluwarsa yang tercantum pada kemasan pangan tersebut, pada

9 Selain pesan 5 (lima) kunci keamanan pangan tersebut, konsumen perlu memperhatikan bahwa wadah, tempat, atau alat makan yang digunakan harus terbuat dari bahan yang aman untuk pangan (food grade). Jangan menggunakan peralatan yang mudah berkarat dan wadah kertas bekas seperti kertas koran, kertas majalah, atau kertas bertinta seperti kertas berkas kantor, sebagai alas atau pembungkus pangan. Sikap kritis dan cerdas konsumen terhadap informasi maupun praktek yang terkait dengan keamanan pangan akan sangat membantu dalam mewaspadai pangan yang berisiko bagi kesehatan sehingga upaya-upaya preventif dapat dilakukan. Yustina Muliani, Ssi, Apt - Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Mikroba Persentase Penyebab KLB Keracunan Pangan 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 37% 28% 26% 27% 23% 22% 15% 16% 16% Tahun Masakan Rumah Tangga Persentase Jenis Pangan P enyebab K LB 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 19% 19% 32% 54% 42% 43% 58% 42% 39% Tahun 5 INFOPOM I ARTIKEL I Vol. XI /No. 1/Edisi Mei - Juni 2010

10 TINJAUAN UMUN TENTANG KEAMANAN KEMASAN PANGAN 6 I ARTIKEL I INFOPOM Vol. XI /No. 1/Edisi Mei - Juni 2010 PENDAHULUAN

11 Contoh Kemasan Pangan dari Plastik 7 INFOPOM I ARTIKEL I Vol. XI /No. 1/Edisi Mei - Juni 2010

12 TABEL IKHTISAR JENIS KODE IDENTIFIKASI RESIN, JENIS PLASTIK DAN SIFAT KODE JENIS PLASTIK SIFAT CONTOH PEMAKAIAN Polyethylene Terephthalate (PET atau PETE) Jernih, kuat, tahan pelarut, kedap gas dan air, melunak pada suhu 800C Botol air mineral dan minuman karbonasi, minyak goreng, selai peanut butter, kecap dan sambal, tray biskuit High Density Polyethylene (HDPE) Kaku hingga semi fleksibel; kuat; tahan tyerhadap bahan kimia dan kelembaban; permeabel terhadap gas; permukaan berlilin (waxy); buram; mudah diwarnai, diproses dan dibentuk; melunak pada suhu 750C Botol air mineral, botol susu cair dan jus, tutup plastik, kantong belanja dan wadah es krim Polyvinyl Chloride (PVC) Kuat, keras, jernih, bentuk mudah diubah, melunak pada suhu 800C Botol jus, air mineral, minyak sayur, kecap, sambal, \lapisan tipis pembungkus pangan (cling film) Low Density Polyethylene (LDPE) Mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air, permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya, mudah dilekatkan dengan pemanasan (ease of sealing), melunak pada suhu 700C Pot yoghurt, kantong belanja (kresek); kantong roti; kantong pangan beku; botol yang dapat ditekan misalnya yang berisi madu, saos; lapisan tipis pembungkus pangan (cling film), penutup fleksibel untuk wadah 8I ARTIKEL I INFOPOM Vol. XI /No. 1/Edisi Mei - Juni 2010 Polypropylene (PP) Polystyrene (PS) Lainnya (biasanya polycarbonate /PC atau ABS) Keras tapi fleksibel; kuat kedap air; permukaan berlilin; tidak jernih tapi tembus cahaya; tahan terhadap bahan kimia, panas dan minyak; melunak pada suhu 1400C Jernih seperti kaca, kaku, getas, buram, terpengaruh lemak dan pelarut, mudah dibentuk, melunak pada suhu 950C Polikarbonat mempunyai sifat jernih seperti kaca, mempunyai titik leleh tinggi Wadah memasak yang cocok untuk oven microwave, peralatan dapur, wadah yoghurt, tube margarine, piring dan cangkir sekali pakai, pembungkus biskuit, kantong chips kentang, krat serelia, pita perekat kemasan dan sedotan Wadah untuk pangan beku dan sayur, toples, kemasan kacang, cangkir (cup) sekali pakai, karton telor, baki dan tatakan, wadah take-away sekali pakai Galon air mineral, botol minuman, botol susu bayi

13 CONTOH KEMASAN BERDASARKAN KODE JENIS PLASTIKNYA 9 INFOPOM I ARTIKEL I Vol. XI /No. 1/Edisi Mei - Juni 2010

14 10 I PROFIL BALAI I INFOPOM Vol. XI /No. 1/Edisi Mei - Juni 2010 PROFIL BALAI BESAR POM DI PEKANBARU alai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru merupakan salah satu Unit Pelaksana BTeknis (UPT) Badan POM yang menjalankan tugas pokok dan fungsi yang sejalan dengan tugas pokok dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kegiatan utama Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru, antara lain sampling (pengambilan contoh), pengujian laboratorium, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidikan dan penegakan hukum serta peningkatan infrastruktur. Kegiatan prioritas Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru antara lain pemeriksaan sarana produksi dan distribusi serta sarana pelayanan kesehatan Farmakes dan Napza, penyidikan kasus pemalsuan, peredaran gelap dan pelanggaran yang dilakukan oleh distributor dan produsen Farmakes, Pengembangan Sistem Deteksi Dini dan Tindak Lanjut (Early Warning System), pengambilan contoh dan pengujian secara laboratoris, sertifikasi dan layanan informasi konsumen. Lingkungan Internal Jumlah Pegawai Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru berjumlah 93 orang serta 7 orang tenaga honorer. Sebagian besar pegawai Balai Besar POM di Pekanbaru berada pada golongan III dan berumur tahun. Pegawai yang berusia kurang dari 25 tahun berjumlah 8 orang dan pegawai yang berusia lebih dari 51 tahun sebanyak 14 orang. Sebagian besar pegawai Balai Besar POM di Pekanbaru memiliki latar belakang pendidikan SMF (31 orang) dan Apoteker (27 orang). Pegawai golongan IV berjumlah 9 orang, golongan III 60 orang, dan golongan II 14 orang. Jumlah total pegawai di Sub. Bag. TU adalah 20 orang, Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan 21 orang, Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi 20 orang, Bidang Pengujian Produk Terapetik, OT, Kosmetik dan Produk Komplemen 23 orang serta Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen 8 orang. Pejabat Struktural berjumlah 11 orang. Terdapat 4 saluran telepon untuk menghubungi Balai Besar POM di Pekanbaru yaitu (0761) 21496, 26016, 47879, Faximili (0761) Sedangkan alamat yang dapat dihubungi adalah balaipom_pku@yahoo.com. HASIL KEGIATAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN TAHUN 2009 A. Pengawasan Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan Produk terapetik / Obat Pemeriksaan Saranan Distribusi Produk terapetik Pada tahun 2009 Balai Besar POM di Pekanbaru telah melaksanakan pemeriksaan ke sarana distribusi produk terapetik yang ada di wilayah Provinsi Riau. Pemeriksaan dilaksanakan terhadap 425 sarana atau 67,36% dari target sarana. Sarana yang diperiksa terdiri dari PBF sebanyak 19 sarana, Apotek 201 sarana, Toko Obat Berizin 199 sarana, Rumah Sakit Pemerintah 3 sarana, Puskesmas 2 sarana, Pustu/ Balai Pengobatan/ Rumah Bersalin 1 sarana. Dari 425 sarana yang diperiksa 64,95% memenuhi ketentuan dan 35,06% tidak memenuhi ketentuan. Pengujian Produk Terapetik Pada tahun 2009 Laboratorium pengujian terapetik telah melakukan pengujian produk terapetik sebanyak 1035 sampel atau 100% dari 1035 sampel yang direncanakan dan PKRT 30 sampel atau 100% dari 30 sampel yang direncanakan. Jumlah parameter yang telah diuji untuk sampel produk terapetik adalah 3784 parameter dengan hasil uji 3781 MS & 3 TMS B. Pengawasan Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan Narkotika dan Psikotropika Pemeriksaan Sarana Distribusi Narkotika dan Psikotropika Pemeriksaan distribusi narkotika dan psiktropika dilaksanakan di sarana PBF, Apotek, Klinik, Puskesmas dan Rumah Sakit, Gudang Farmasi Kabupaten. Sarana yang diperiksa pada tahun 2009 sebanyak 184 sarana (48,42%) dari total 380 sarana yang ada dan 43,42% dari 165 target sarana. Hasil pemeriksaan menunjukkan 92 sarana (50%) yang memenuhi ketentuan dan 90 sarana (50%) tidak memenuhi ketentuan. Pengujian Narkotika dan Psikotropika Selama tahun 2009 telah melakukan pengujian 596 sampel (100%). Sampel berasal dari kasus kepolisian sejumlah 536 dan 60 merupakan sampel rutin dengan parameter uji yang telah dilakukan sebanyak 3223 parameter. B. Pengawasan Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan Obat Tradisional dan Produk Komplemen Pemeriksaan Sarana Distribusi Obat Tradisional Dari 423 sarana distribusi obat tradisional yang diperiksa yaitu meliputi; Toko Obat, Balai Pengobatan, Apotek, Pengobatan Alternatif, Pedagang kaki lima, Toko/Swalayan/Minimarket, Distributor, Pondok Jamu dan PBF, 290 sarana (68.56%) memenuhi ketentuan sedangkan 133 sarana (31.44%) tidak memenuhi ketentuan. Pemeriksaan Sarana Distribusi Produk Komplemen Dari 515 sarana distribusi produk komplemen yang

15 diperiksa 370 (72.04%) sarana memenuhi ketentuan sedangkan 145 (27.96%) sarana tidak memenuhi ketentuan. Pelanggaran yang dilakukan adalah ditemukannya produk komplemen dengan nomor fiktif (palsu) dan tanpa izin edar. Pengujian Obat Tradisional & Produk Komplemen Pada tahun 2009 laboratorium pengujian obat tradisional telah melakukan pengujian sebanyak 466 sampel obat tradisional (100%) dari 466 sampel yang telah direncanakan dan 90 sampel produk komplemen (100%) dari 90 sampel yang telah direncanakan. Hasil pengujian sampel obat tradisional yang memenuhi syarat (MS) sebanyak 456 sampel (97,85%) dan yang tidak memenuhi syarat (TMS) sebanyak 10 sampel (2,15%) dimana sampel tersebut mengandung BKO. Parameter yang telah diuji untuk sampel obat tradisional dan produk komplemen adalah sebanyak 4514 parameter dengan hasil pengujian 4504 MS & 10 TMS terhadap Obat Tradisional. pengujian sebanyak 1102 sampel atau 100% dari 1102 sampel yang telah direncanakan dengan jumlah parameter yang telah diuji 4720 parameter. Hasil pengujian produk pangan yang memenuhi syarat (MS) sebanyak 960 sampel (87,11%) dan yang tidak memenuhi syarat (TMS) sebanyak 142 sampel (12,89%) dengan parameter uji 4588 MS (97,20%) & 132 TMS (2,80%) dari 4720 parameter yang diuji. Pada Bulan Puasa (September 2009) dilaksanakan pengujian sampel jajanan buka puasa yaitu terhadap pewarna berbahaya Rhodamin B. Hasil yang didapat adalah 25.00% dari sampel yang diuji tersebut mengandung pewarna Rhodamin B. Pengujian Laboratorium Mikrobiologi Laboratorium pengujian Mikrobiologi selama tahun 2009 telah melakukan pengujian sebanyak 667 sampel atau 100% dari 667 sampel yang telah direncanakan dengan jumlah parameter yang telah diuji 2967 parameter. Hasil pengujian sampel yang memenuhi syarat (MS) sebanyak 638 sampel (95.65%) dan yang tidak memenuhi syarat (TMS) sebanyak 29 sampel (4.35%) dengan parameter uji 2927 MS & 40 TMS. C. Pengawasan Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan Kosmetika Pemeriksaan Sarana Distribusi Kosmetika Dari 932 sarana distribusi kosmetik yang diperiksa ditemukan 603 sarana (64,70%) yang memenuhi ketentuan dan 329 (35,30%) sarana tidak memenuhi ketentuan. Pengujian Kosmetika Laboratorium pengujian kosmetika selama tahun 2009 telah melakukan pengujian sebanyak 360 sampel kosmetika atau 100% dari 360 sampel yang telah direncanakan dengan jumlah parameter yang telah diuji 2301 parameter. Untuk tahun 2009 tidak ditemukan hasil pengujian kosmetika yang tidak memenuhi syarat. D. Pengawasan Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan Produk Pangan Pemeriksaan Sarana Produksi Produk Pangan Pemeriksaan sarana produksi pangan dilaksanakan terhadap Industri Pangan, Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), dan Industri Pangan Non IRTP. Dari hasil pemeriksaan terhadap 4 sarana Industri Pangan terdapat 3 sarana (75.00%) yang memenuhi ketentuan dan 1 sarana (25.00%) yang tidak memenuhi ketentuan. Untuk Industri Rumah Tangga Pangan P-IRT, dari 17 sarana yang diperiksa dimana 1 sarana tidak memenuhi ketentuan dan 16 sarana memenuhi ketentuan. Sedangkan untuk Industri Rumah Tangga Pangan non P-IRT, dari 44 sarana yang diperiksa, 44 sarana (100%) memenuhi ketentuan. Pemeriksaan Sarana Distribusi Produk Pangan Bidang pemeriksaan dan penyidikan Balai Besar POM di Pekanbaru pada tahun 2009 telah melakukan pemeriksaan ke 945 sarana distribusi pangan yang ada di Provinsi Riau. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 584 sarana (61.80%) memenuhi ketentuan sedangkan sisanya 361 sarana (38.20%) ditemukan pelanggaran. Pengujian Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya Laboratorium pengujian pangan dan bahan berbahaya selama tahun 2009 telah melakukan E. Penyidikan Dari 154 kasus yang dilakukan penyelidikan dan penyidikan, 145 kasus (94,81%) ditindaklanjuti secara non projustitia dan 9 kasus (5,84%) secara projustitia. Dari 9 kasus yang diprojustitia dirinci 2 kasus di Bidang Obat, 5 kasus di Bidang Pangan dan 2 Kasus di Bidang Kosmetik. F. Pemberdayaan Masyarakat/konsumen Dalam rangka pemberdayaan masyarakat/ konsumen maka ULPK Balai Besar POM di Pekanbaru telah mengadakan beberapa kegiatan seperti penyebaran informasi melalui TVRI, radio, dan koran, juga ikut berpartisipasi pada kegiatan pameran yang dilakukan instansi-instansi pemerintah daerah. Pertanyaan, keluhan dan pengaduan dari masyarakat yang masuk ke ULPK Balai Besar POM di Pekanbaru pada tahun 2009 yang berkaitan dengan obat dan makanan berjumlah 438 buah. Kepala Balai Besar POM Pekanbaru : Drs. Surmayanta, Apt, M.Si Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen : Dra. Sri Martini, M.Si Kepala Bidang Pengujian Pangan Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi : Dra. Syarnida Kepala Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya: Dra. Linda Yeni, Apt Kepala Seksi Laboratorium Mikrobiologi : Martarina, S.Si Kepala Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan : Drs. Maruap Lumban Gaol, Apt. Kepala Seksi Pemeriksaan : Veramika Ginting, S.Si, Apt. Kepala Seksi Penyidikan : Drs. Adrizal, Apt Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen : Drs. Ibrahim, Apt. Kepala Seksi Sertifikasi : Dra. Syelviyane Pelle, Apt, MPPM Kepala Seksi Layanan Informasi Konsumen : Dra. Evi Mardini, Apt Kepala Sub Bagian Tata Usaha : Hj. Chairiah Nila Kesuma 11 I PROFIL BALAI I INFOPOM Vol. XI /No. 1/Edisi Mei - Juni 2010

16 BALAI BESAR POM DI PEKANBARU Alamat Redaksi : Pusat Informasi Obat dan Makanan - Badan pengawas Obat dan Makanan, Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat; Telp: ; Fax: ; informasi@pom.go.id Redaksi menerima naskah yang berisi informasi yang terkait dengan obat, kosmetika, obat tradisional, produk komplemen, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan melalui alamat redaksi dengan format minimal MS. Word 97, spasi single maksimal 4 halaman A4

Volume 10, No.4 Juli 2009 ISSN

Volume 10, No.4 Juli 2009 ISSN InfoPOM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN POM RI Volume 10, No.4 Juli 2009 ISSN 1829-9334 KAJIAN KHASIAT & KEAMANAN DAERAH ABU-ABU ANTARA OBAT DAN MAKANAN : Bagaimana Kebenaran Disampaikan

Lebih terperinci

PROPIL BALAI BESAR POM DI PEKAN BARU

PROPIL BALAI BESAR POM DI PEKAN BARU PROPIL BALAI BESAR POM DI PEKAN BARU Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru Drs, Sumaryanta,Apt.MSI NIP. 19620401 199202 1 001 Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru mempunyai

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

Oleh : Endang Warsiki

Oleh : Endang Warsiki PENJAMINAN PANGAN AMAN MELALUI Bogor Agricultural University (IPB) PEMILIHAN BAHAN, PROSES DAN KEMASAN Oleh : Endang Warsiki Disampaikan pada Workshop Standar Food Safety Untuk Bisnis Makanan, Jakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. Ada berbagai alasan sehingga orang menggunakan kemasan plastik sebagai pembungkus pada makanan

Lebih terperinci

Botol Plastik. Sustainable Design Monica Tjenardi Putri Anastasia Sonia Olivia Sylvia Bellani

Botol Plastik. Sustainable Design Monica Tjenardi Putri Anastasia Sonia Olivia Sylvia Bellani Botol Plastik Sustainable Design Monica Tjenardi Putri 10120210198 Anastasia Sonia 10120210208 Olivia Sylvia Bellani 10120210320 Definisi Definisi, Material, Proses Pembuatan, Sistem Segel Sebuah wadah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

BALAI BESAR POM DI PONTIANAK

BALAI BESAR POM DI PONTIANAK BALAI BESAR POM DI PONTIANAK Balai POM di Pontianak berdiri sejak tahun 1978 dan berkedudukan di ibukota Propinsi Kalimantan Barat, Pontianak. Selain itu terdapat 1 (satu) Pos POM yang berkedudukan di

Lebih terperinci

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine BOTOL PLASTIK Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine Botol Plastik wadah untuk benda cair, yg berleher sempit dan terbuat dari plastik. Jenis-jenis botol plastik 1. PETE atau PET (polyethylene

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP)

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP) PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP) BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Aspek Perlindungan dan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN

KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA

Lebih terperinci

AMANKAH PANGAN ANDA???

AMANKAH PANGAN ANDA??? AMANKAH PANGAN ANDA??? BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan KEAMANAN PANGAN Pangan yang tidak

Lebih terperinci

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi)

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi) PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi) 1. PENDAHULUAN Pengembangan industri plastik mempunyai peranan yang besar dalam menunjang cabang industri lainnya, mulai

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

Pertanyaan yang sering ditanyakan. Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak?

Pertanyaan yang sering ditanyakan. Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak? Pertanyaan yang sering ditanyakan Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak? 1 2 Bagaimana ASI diproduksi? Ibaratnya pabrik: 1. Pabrik 2. Jalur distribusi

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)Pekanbaru. Pembentukan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Pekanbaru diawali oleh terbentuknya

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TATA CARA

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN DI KANTIN SEKOLAH

KEAMANAN PANGAN DI KANTIN SEKOLAH KEAMANAN PANGAN DI KANTIN SEKOLAH DIREKTORAT SURVEILAN DAN PENYULUHAN KEAMANAN PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI Jl Percetakan Negara

Lebih terperinci

PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN

PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN Dalam kehidupan sehari-hari, pangan merupakan salah satu. kebutuhan primer manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi, produk pangan pun mengalami perkembangan, antara

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Persyaratan Karyawan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BINA HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGAWASAN NORMA KERJA NO. : SE.86/BW/1989

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BINA HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGAWASAN NORMA KERJA NO. : SE.86/BW/1989 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BINA HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGAWASAN NORMA KERJA NO. : SE.86/BW/1989 TENTANG PERUSAHAAN CATERING NG MENGELOLA MAKANAN BAGI TENAGA KERJA Dalam rangka tindakan lanjut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Sistem pengolahan limbah botol diharapkan dapat dimanfaatkan kembali sebagai suatu bahan baru. Dengan suatu teknologi pembuatan, hasil pemanfaatan sampah secara

Lebih terperinci

PBKP KANTIN SEKOLAH. Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah Jakarta: Direktorat SPKP, Deputi III, Badan POM RI, 2012

PBKP KANTIN SEKOLAH. Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah Jakarta: Direktorat SPKP, Deputi III, Badan POM RI, 2012 Piagam Bintang SPKP, III, Ba POM RI, 2012 26 hal 148 x 210 mm 978-602-8781-12-1 cipta dilindungi oleh ung-ung. memperbanyak bentuk elektronik, rekaman izin tertulis Diterbitkan oleh Big an Bahan Berbahaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tempat Penjualan Daging Ayam Sampel daging ayam yang diteliti diperoleh dari pasar-pasar di Kota Tangerang Selatan. Selama pengambilan kuisioner terdapat 24 pedagang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT JAKARTA Jl. Balai Rakyat No.2 Cakung Timur Jakarta Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan hanya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN

KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN Balai Besar POM di Palembang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan POM yang dibentuk berdasarkan SK Kepala Badan POM No. 05018/SK/KBPOM tanggal 17 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

Pangan dengan potensi bahaya. Bahan Pangan Apa yang Mudah Terkontaminasi? BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

Pangan dengan potensi bahaya. Bahan Pangan Apa yang Mudah Terkontaminasi? BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA FISIK BAHAYA KIMIA BEBAS BAHAYA Mengapa Keamanan Pangan Penting? Melindungi

Lebih terperinci

BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Mengapa Keamanan Pangan Penting? Melindungi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SURABAYA

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SURABAYA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SURABAYA Email : bpom_surabaya@pom.go.id Alamat : Jln. Karangmenjangan 20, Surabaya - Jawa Timur, Telp. : 031-5020575 Fax. : 031-5020575 Visi : Menjadi Institusi

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Persentase Analisis Univariat Masing-masing Variabel Berdasarkan Kepmenkes No.715 Tahun 2008 Penelitian di Universitas X (n=100)... 38 Tabel 5.2.1 Hubungan Sanitasi Kantin Dengan

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

Sanitasi Peralatan. Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

Sanitasi Peralatan. Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Sanitasi Peralatan Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Definisi Sanitasi Peralatan : Tujuan : membunuh mikroba vegetatif yg tinggal di permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Pendahuluan Sanitasi : pencegahan penyakit dengan menghilangkan/mengatur

Lebih terperinci

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN 97 Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi di

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL 18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL 2.1 Pengawasan 2.2.1 Pengertian Pengawasan Pengawasan secara umum merupakan serangkaian kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan badan. Makanan yang dikonsumsi harus aman dan

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG II. KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG 2.1 Sejarah dan Perkembangan BPOM RI Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bertugas untuk mengawasi obat dan makanan sehingga dapat melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan

Lebih terperinci

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik Prerequisite Program #7 Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan, pengendalian, deteksi kontaminasi; kontaminasi mikrobiologik, fisik, dan kimiawi Bahaya biologis: cacing, protozos, bakteri, cendawan/fungi

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN)

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN) KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN) TANTAN R. WIRADARYA Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Pangan produk peternakan yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pangan yang aman,

Lebih terperinci

PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT.

PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT. 1 PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT. 2 Regulasi terkait Pencemaran Tanah Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah PP No. 150 th. 2000 ( Kerusakan tanah untuk produksi

Lebih terperinci

BAB III CARA PENGOLAHAN MAKANAN YANG BAIK

BAB III CARA PENGOLAHAN MAKANAN YANG BAIK - 11 - BAB III CARA PENGOLAHAN MAKANAN YANG BAIK Pengelolaan makanan pada jasaboga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan mulai dari pemilihan bahan makanan sampai dengan penyajian makanan.

Lebih terperinci

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi Fokus Menghindari Pencemaran dan Penurunan Mutu Produk Pemeliharaan dan Pembersihan Prosedur Pembersihan dan Sanitasi Program Pengendalian Hama (Mencegah, Pemasangan

Lebih terperinci

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Marselinus Laga Nur Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Bacilus cereus Gram-positif Aerobik membentuk endospora Tahan terhadap panas kering dan disinfektan kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Lebih terperinci

MATERI PEDULI OBAT DAN PANGAN AMAN EDUKASI TENTANG 2015 ANAK-ANAK

MATERI PEDULI OBAT DAN PANGAN AMAN EDUKASI TENTANG 2015 ANAK-ANAK MATERI EDUKASI TENTANG PEDULI OBAT DAN PANGAN AMAN 2015 ANAK-ANAK 1 Term on condition Dilarang mengubah konten dan isi tanpa seizin Badan POM. Pelaku usaha, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi

Lebih terperinci

Segitiga pada Plastik. 5 April 2013 Linda Windia Sundarti

Segitiga pada Plastik. 5 April 2013 Linda Windia Sundarti Segitiga pada Plastik 5 April 2013 Mutu Kemasan Industri Kemasan Daya saing Pasar Global Pilar Industri Pangan interaksi kontaminasi Kemasan produk Memahami kemasan solusi Kebijakan penggunaan kemasan

Lebih terperinci

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 FUNGSI KEMASAN WADAH PERLINDUNGAN FISIK PERLINDUNGAN BARRIER KOMUNIKASI KEAMANAN KENYAMANAN Identifikasi dan informasi produk Isi Ukuran Keamanan

Lebih terperinci

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) ,

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) , Disampaikan oleh Pada tanggal : Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) 561038, Fax (0274) 552250, 519052 VISI OBAT DAN MAKANAN AMAN MENINGKATKAN

Lebih terperinci

Penyehatan Makanan dan Minuman Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar

Penyehatan Makanan dan Minuman Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar Penyehatan Makanan dan Minuman Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud makanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keamanan pangan memegang peranan yang sangat strategis. Terjaminnya kondisi keamanan pangan di Indonesia berarti telah memenuhi hak-hak masyarakat Indonesia untuk memperoleh

Lebih terperinci

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik 1 Hidup Sehat untuk Jadi Anak Hebat Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Kesehatan juga merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluknya. Dengan

Lebih terperinci

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah ikan teri asin kering yang berkualitas dan higienis. Indikator Keberhasilan: Mutu ikan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PERMASALAHAN

BAB 4 ANALISIS PERMASALAHAN 54 BAB 4 ANALISIS PERMASALAHAN 4.1 Permasalahan Yang Dihadapai Konsumen Akibat Penggunaan Produk Plastik Sebagai Kemasan Pangan Plastik merupakan kemasan pangan yang banyak digunakan oleh pelaku usaha

Lebih terperinci

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food Safety Food (keamanan pangan) diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Safety Food secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN SEGAR TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

Lebih terperinci

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai negara termasuk Indonesia. Ditinjau dari aspek keamanan pangan, globalisasi tersebut dapat memperbesar

Lebih terperinci

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

Ilmu Bahan. Bahan Polimer Ilmu Bahan Bahan Polimer Bahan Polimer Polimer disebut juga makromolekul merupakan molekul besar yang dibentuk dengan pengulangan molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer berasal dari dua kata :

Lebih terperinci

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan.

Lebih terperinci

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan pokok yang penting dalam kehidupan manusia. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, makanan dan minuman dibutuhkan manusia untuk hidup,

Lebih terperinci

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab : Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo Indonesia, Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3 BAKTERI PENCEMAR MAKANAN Modul 3 PENDAHULUAN Di negara maju 60% kasus keracunan makanan akibat Penanganan makanan yg tidak baik Kontaminasi makanan di tempat penjualan Di negara berkembang tidak ada data

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/ LEMBAGA : BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) 1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM 1.1

Lebih terperinci

Philips NL9206AD-4 Drachten

Philips NL9206AD-4 Drachten Philips NL9206AD-4 Drachten 4213.354.3927.1 Keterangan umum Dot Natural terletak pada bagian atas botol Natural dan merupakan tempat keluarnya cairan. Dot terbuat dari silikon yang memiliki 1 atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produk yang dikatakan berkualitas adalah produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk berupa

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang lnfeksi saluran cerna memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia, dengan angka kejadian tertinggi didapatkan di negara berkembang terutama

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari

Lebih terperinci

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Tahap Awal Proses Pengolahan (1) Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tindakan Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Tindakan mempunyai beberapa

Lebih terperinci

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN PELABELAN DAN IKLAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan Pengertian (1) Label

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN Pendahuluan PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

PENANGANAN SAMPEL KLB KERACUNAN PANGAN

PENANGANAN SAMPEL KLB KERACUNAN PANGAN PENANGANAN SAMPEL KLB KERACUNAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Winiati P. Rahayu, Roy A. Sparringa dan C.C. Nurwitri

Lebih terperinci