INTERPERSONAL SKILLS UNTUK MERAIH SUKSES Oleh: Maryanto Widyaiswara Utama Balai Diklat Kepemimpinan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTERPERSONAL SKILLS UNTUK MERAIH SUKSES Oleh: Maryanto Widyaiswara Utama Balai Diklat Kepemimpinan"

Transkripsi

1 INTERPERSONAL SKILLS UNTUK MERAIH SUKSES Oleh: Maryanto Widyaiswara Utama Balai Diklat Kepemimpinan Abstrak Interpersonal Skills (IS) dimaksudkan untuk menciptakan situasi yang kondusif yaitu situasi menang-menang dengan memenuhi kebutuhan hubungan antar manusia dalam organisasi dengan tetap fokus pada pencapaian tujuan. Dengan demikian IS merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan tetap memperhatikan produktivitas kerja. Selanjutnya, untuk memahami IS perlu diketahui mitos-mitos IS yang terkadang mengganggu, yaitu (1) kompetensi teknis lebih penting dari pada human relation skills, (2) IS dipandang sebagai isu yang biasa-biasa saja dan sederhana, (3) perbedaan budaya bukan merupakan suatu masalah yang harus diperhatikan dalam IS, dan (4) IS tidak dapat dipelajari. IS dilakukan dengan pendekatan manusia, dan dapat dikembangkan dengan cara (1) berpikir optimis, (2) berpikir positif, (3) menghargai orang lain, dan (4) memberikan senyum dan humor. Kata kunci: Interpersonal Skills, mitos, pendekatan manusiawi, mengembangkan kemampuan IS. Terdapat pertanyaan penting yang jarang dijawab dalam berinteraksi dengan orang lain yaitu apakah keberhasilan saya juga ditentukan oleh orang lain? Pertanyaan ini sungguh tidak mudah untuk dijawab oleh karena sifat manusia yang berbeda. Namun para ahli human relation mengatakan bahwa semakin baik seseorang dalam bekerjasama dengan orang lain maka kehidupan individu dan kehidupan profesionalnya akan semakin baik pula. Oleh karena itu akhir-akhir ini materi Interpersonal Skills (IS) banyak diminati dan dijadikan salah satu mata pelajaran dalam pendidikan dan pelatihan bisnis. IS penting bagi siapa saja oleh karena setiap orang akan berinteraksi dengan orang lain, dimana saja dan kapan saja. Dengan demikian kemampuan IS merupakan kemampuan yang dapat membedakan orang satu dengan lainnya, sehingga kemampuan IS merupakan salah satu keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) bagi setiap profesi, baik sebagai dosen, dokter, pengacara, anggota legislatif, pebisnis, akuntan, insinyur, maupun pejabat pemerintah. Mitos tentang IS Terdapat empat mitos tentang IS: 1. Mitos ke satu, kompetensi teknis lebih penting dari pada human relation skills. Banyak orang mempercayai bahwa dalam meraih sukses, kompetensi teknis seperti kemampuan 1

2 mengoperasikan komputer, akuntansi dan ilmu keinsinyuran lebih penting dari pada kompetensi dalam berinteraksi dengan orang lain. Pernyataan tersebut merupakan mitos belaka oleh karena banyak orang-orang sukses mengakui bahwa IS merupakan modal penting baginya. Seperti disampaikan oleh Lussier (2010) bahwa hasil survey pada lulusan perguruan tinggi menyatakan bahwa pelajaran human relation merupakan mata pelajaran yang paling diminati dari pada pelajaran lainnya oleh karena materi human relation mempelajari cara-cara berinteraksi dengan orang lain, seperti dalam keluarga, pekerjaan, dan dalam pergaulan di masyarakat. Disamping itu human relation dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dimanapun dan kapan saja untuk menopang kebutuhan personal maupun karir. Dalam pekerjaan, bekerjasama merupakan suatu keharusan untuk memperoleh inovasi-inovasi baru baik dalam bidang teknologi, maupun bidang lainnya. Dengan bekerjasama kita mampu membangun kekuatan dan sinergi untuk menghadapi permasalahan dan tantangan dalam meningkatkan produktivitas kerja. Pentingnya kerjasama ini telah disadari oleh para pemimpin puncak sehingga mereka menggunakan 95% waktunya untuk menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan orang lain dan hanya 5 % untuk menyelesaikan permasalahan yang bersifat teknis (Lussier: 2010). Seperti dalam rekruitmen pegawai baru, kemampuan teknis bukan merupakan isu utama, tetapi mereka mencari kandidat yang memiliki kemampuan human relation yang kuat. Bahkan banyak organisasi terkenal yang menyatakan tidak merekrut pegawai tetapi merekrut tim kerja (team-work) 2. Mitos ke dua, IS dipandang sebagai isu yang biasa-biasa saja dan sederhana. Pertanyaannya adalah jika pernyataan tersebut benar, mengapa masih banyak masalah kepegawaian (SDM)? Mengapa masih terdapat pegawai yang jengkel, atau stress, dan merasa tidak diperhatikan dan dihargai? Jika IS merupakan sesuatu yang tidak penting, mengapa para manajer sering menemukan masalah tentang hubungan antar pribadi dalam organisasi? Bahkan banyak manajer menyatakan masalah tersebut sebagai masalah yang sangat mengganggu pencapaian produktivitas kerja mengingat manusia merupakan sumber organisasi yang paling penting. Seperti dikutip oleh Lussier (2010), hasil riset yang dilakukan oleh Carnegie Foundation menyatakan bahwa kontribusi manusia (SDM) untuk meraih keberhasilan dalam organisasi sebesar 85%. Lussier (2010) juga mengutip hasil 2

3 riset yang dilakukan oleh Harvard Bureau of Vocational Guidence bahwa 66 % mereka yang diberhentikan dari pekerjaannya disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam bekerjasama dengan orang lain. Mereka gagal dalam membina hubungan baik dengan atasan, bawahan, teman sejawat, dan pelanggan untuk menyelesaikan tugasnya. Ini semua menunjukkan bahwa IS bukan merupakan isu yang biasa-biasa saja tetapi merupakan isu penting terutama bagi pemimpin dalam mengatur pengikutnya untuk mencapai produktivitas kerja. 3. Mitos ke tiga mengatakan bahwa perbedaan budaya bukan merupakan suatu masalah yang harus diperhatikan dalam IS. Dengan globalisasi dan kemajuan teknologi ternyata interaksi antar manusia menjadi lebih luas, banyak orang secara rutin dan terus menerus berinteraksi dengan orang yang memiliki budaya yang berbeda. Kondisi tersebut meningkatkan kebutuhan kemampuan IS. 4. Mitos ke empat mengatakan bahwa IS tidak dapat dipelajari, dan hanya dapat diperoleh dari pengalaman bekerja atau sebagai pemimpin suatu organisasi. Namun pada kenyataannya perusahaan-perusahaan besar mengirimkan pegawainya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan terkait dengan peningkatan IS ke berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan. Bahkan IS juga dijadikan salah satu materi pelajaran pokok pada fakultasfakultas psikologi, perilaku organisasi, bisnis administrasi, dan ilmu sosial lainnya. Dengan demikian jelas bahwa IS merupakan kemampuan yang dapat dipelajari oleh siapa saja dan kemampuan IS merupakan kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman. Tujuan IS Istilah IS merupakan istilah yang dapat diartikan sebagai interaksi antar manusia atau interaksi dengan orang lain. Setiap orang pada waktu memasuki dunia kerja atau lingkungan yang baru, akan berpikir bahwa mereka akan bertemu dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Mereka mencoba menerka-nerka karakter dan perilaku orangorang yang akan ditemui. Mereka pasti akan merasa canggung dan ragu-ragu bagaimana mereka harus merespon perilaku orang yang baru ditemui tersebut. Keberhasilan mereka dalam berinteraksi akan menentukan keberhasilan dalam menciptakan situasi yang 3

4 kondusif pada masa transisi. Bagi mereka yang memiliki kemampuan IS yang baik, dapat mengadakan penyesuaian dengan mudah dan cepat, namun bagi mereka yang kemampuan ISnya kurang akan terasa berat untuk menyesuaikan dirinya dalam situasi yang baru tersebut. Dengan demikian IS mempunyai peran penting dalam meraih sukses dalam berorganisasi. IS dimaksudkan juga untuk menciptakan situasi yang kondusif yaitu situasi menangmenang dengan memenuhi kebutuhan hubungan antar manusia dalam organisasi dengan tetap fokus pada pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian IS bukan hanya membuat orang lain senang, tetapi juga harus memperhatikan produktivitas kerja. Situasi menangmenang harus diciptakan pada tingkat manapun. Menciptakan situasi menang-menang berlaku pada setiap tingkatan, tidak hanya terbatas pada hubungan pemimpin dengan bawahan, melainkan juga dengan anggota unit organisasi lainnya agar tidak menimbulkan permasalahan. Kondisi menang-menang akan meningkatkan kualitas hubungan dan memungkinkan seseorang untuk bersinergi dalam bekerja sehingga akan dapat diperoleh produktivitas yang tinggi. Penciptaan situasi menang-menang juga dimaksudkan untuk membangun persepsi adil diantara pegawai sehingga tidak terjadi saling menyalahkan, menganggap dirinya paling penting, dan perasaan lainnya yang tidak enak atau menurunkan kualitas hubungan antara pegawai yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Pendekatan manusia seutuhnya dalam IS Pendekatan manusia seutuhnya artinya, bahwa setiap orang, disamping sebagai anggota organisasi, juga berperan sebagai anggota keluarga, anggota organisasi lainnya, seperti anggota klub sepak bola, anggota masyarakat atau sebagai anggota organisasi tertentu. Tetapi dalam bekerja, setiap orang telah mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing sehingga tidak semua peran dibebankan kepada satu orang. Dengan demikian peran setiap pegawai terbatas pada tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Namun demikian peran pegawai dalam kehidupan yang lebih luas akan mempengaruhi dalam bekerja, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu berbagai perusahaan besar telah memberikan program remunerasi yang lebih baik agar kualitas kehidupan mereka secara 4

5 menyeluruh menjadi lebih baik pula. Kualitas hidup yang lebih baik akan memungkinkan pegawai mudah untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian dan meningkatkan toleransi dalam berinteraksi dengan orang lain. Mengembangkan kemampuan IS IS dapat dikatakan sebagai pembangkit perilaku (behavior) seseorang. Dengan memahami perilaku diri sendiri dan orang lain, akan membantu dalam berinteraksi dengan orang lain, menghindarkan dan mencegah masalah-masalah hubungan dalam bekerja. Dengan mengembangkan kemampuan IS akan diperoleh kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah hubungan yang kompleks dan spesifik. Setiap orang mempunyai karakteristik tersendiri yang bersifat kompleks dan spesifik oleh karena itu cara mengatasi masalah hubungan antara orang satu dengan orang lain harus dilakukan secara spesifik pula. Berikut disajikan perilaku-perilaku yang pada umumnya disukai oleh orang lain dan dapat meningkatkan kualitas hubungan mereka yaitu (1) berpikir optimis, (2) berpikir positif, (3) menghargai orang lain, dan (4) memberikan senyum dan humor. Berpikir optimis Optimis merupakan bagian penting dari sukses bagi siapa saja, terlebih bagi pemimpin yang diikuti oleh banyak orang. Jika seseorang mencari sesuatu, dengan disertai tekad yang optimis maka prosentase kemungkinan keberhasilan tinggi. Optimis dapat juga disebut senang, dan sebaliknya pesimis dapat diartikan sebagai sedih. Optimis atau senang merupakan pendorong seseorang untuk berekspresi dan berperilaku yang menyenangkan, sehingga memudahkan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam psikologi, optimis dikembangkan sebagai kekuatan pikiran (mind power), yang memungkinkan untuk mencapai keberhasilan dalam kehidupan berorganisasi maupun bermasyarakat. Dalam Lussier (2010), Winston Churcill mengatakan bahwa keberhasilan merupakan kemampuan untuk meninggalkan kegagalan menuju keberhasilan dengan tanpa kehilangan antusiasme (optimisme). Selanjutnya dikatakan bahwa meminimalisir perasaan gagal berarti membangun kebahagiaan, oleh karena itu perasaan pesimis harus dihentikan dan gantikan dengan pikiran dan tindakan yang optimis. 5

6 Berpikir positif Berpikir positif yang dimaksud adalah berpikir positif terhadap orang lain, yaitu dalam berinteraksi, seseorang harus berpersepsi baik atau positif terhadap orang yang sedang dihadapi. Persepsi positif terhadap orang lain tersebut harus dikembangkan agar kita dapat melihat orang lain sebagai orang yang baik, jujur, mau bekerja keras, inovatif, toleran, mau berkorban, hormat kepada orang lain dan mudah untuk bekerjasama. Dengan modal pemikiran positif kita akan mudah untuk menaruh simpati, empati dan menghargai orang lain. Pikiran positif tersebut penting oleh karena tercermin dalam ekspresi kita pada waktu kita berkomunikasi, seperti wajah yang ceria, kata-kata dan intonasi vokal yang enak didengar, dan gerakan tubuh yang penuh simpati, sehingga membuat orang lain senang. Namun berpikir positif bukan merupakan hal yang mudah, oleh karena merubah cara berpikir merupakan suatu proses yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh secara terus menerus. Orang-orang yang tidak sanggup mempolakan pikirannya menjadi positif, tidak banyak disenangi orang lain, oleh karena dalam benaknya telah dihinggapi pemikiran bahwa orang yang sedang dihadapi adalah orang bodoh, tidak jujur, tidak mau bekerja, sombong, tidak kreatif, tidak inovatif, pikiran negatif lainnya. Orang-orang yang tidak sanggup mengubah pikirannya biasanya tampak sinis terhadap orang lain, sehingga tidak disenangi. Ia lebih suka mengkritik dari pada memuji. Bukankah, sesungguhnya, setiap orang merasa jengkel, bersifat sinis dan tidak mau mendengarkan jika diberikan saran atau kritik? Orang-orang yang berpikir positif memberikan saran dengan tulus untuk memperbaiki keadaan, dan mereka memberikan saran dengan cara yang elegan, yaitu diwali dengan pujian, disampaikan dalam bentuk saran, tidak menggunakan kata namun, meskipun, walaupun, akan tetapi dan sejenisnya, dan diakhiri dengan pujian secara menyeluruh. Menghormati orang lain Menghormati orang lain merupakan rumus penting dalam IS, oleh karena setiap manusia pada prinsipnya senang dihormati. Dalam pergaulan sering terdapat pertanyaan mengapa Anda senang dengan pemimpin Anda? Pada umumnya jawabannya dapat digeneralisir karena ia memperhatikan saya. Itulah salah satu cara pemimpin menghormati orang lain. Dengan demikian memperhatikan orang lain merupakan bagian 6

7 penting yang harus dilakukan untuk membina hubungan baik. Cara mudah untuk mengembangkan daya tarik kita di hadapan orang lain adalah mengamati dan menirukan cara-cara orang-orang sukses dalam memperhatikan orang lain, seperti mempelajari cara berpikir, cara berbicara, cara mengajak, cara menyuruh, cara minta maaf, cara memuji, cara mengkritik, dan cara menolak manakala ia tidak setuju. Untuk memperhatikan diperlukan pemahaman tentang orang tersebut secara keseluruhan, seperti umur, latar belakang pendidikan, hobi, pekerjaan, minat, motivasi, harapan dan sebagainya agar respon kita tepat sasaran dan menyenangkan. Kiat selanjutnya untuk menghormti orang lain dapat dilakukan dengan memanggil namanya dengan benar, mendengarkan pembicaraannya dengan seksama, memberikan bantuan saat diperlukan dan menciptakan situasi menangmenang. Hal-hal tersebut mudah dilakukan tergantung kesanggupan kita masing-masing. Memberikan senyum dan humor Setiap orang senang berhadapan dengan orang yang suka tersenyum, oleh karena senyum menunjukkan ketertarikan dan perhatian kepada orang lain. Senyum lebih mudah dilakukan dari pada cemberut oleh karena kerja otot lebih ringan. Dengan demikian senyum bukan merupakan pekerjaan yang sulit untuk dilakukan, tetapi mengapa tidak semua orang mudah tersenyum? Banyak orang mengatakan, alasan tidak tersenyum disebabkan karena faktor ekonomi yang menghimpit kehidupan seseorang. Alasan ini ada benarnya, oleh orang-orang di negara maju pada umumnya lebih mudah tersenyum dari pada orang-orang di negara berkembang. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa tersenyum harus menunggu adanya pemicu, seperti kondisi ekonomi yang baik? Mengapa tersenyum harus menunggu hati yang gembira? Kebiasaan berpikir tersebut harus diubah menjadi tersenyum tidak perlu menunggu pemicu, bukan hati gembira baru tersenyum tetapi tersenyum membuat hati yang gembira. Dengan demikian tersenyum dapat dimulai sejak bangun pagi setiap hari, dan tidak perlu menunggu pemicunya, ini harus ditanamkan pada setiap pegawai agar mereka sadar bahwa tersenyum merupakan bagian penting dalam pergaulan. Senyum juga penting untuk dijadikan budaya organisasi dalam menciptakan iklim kerja yang kondusif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencanangkan program senyum, misalnya The Smilling Era dilengkapi dengan pin bagi setiap karyawan dan gambar 7

8 yang ditempel di tempat strategis. Program Senyum tersebut harus dikomunikasikan oleh pemimpin yang kredibel agar setiap pegawai dengan senang hati tersenyum pada setiap kesempatan. Karyawan yang tersenyum akan membuat karyawan lain membalas dengan tersenyum juga, atau paling tidak menghentikan kemarahan, sehingga akan terjadi interaksi positif, dengan suasana yang kondusif. Untuk meningkatkan kualitas senyum dapat dilakukan dengan mengevaluasi kualitas senyum kita, dapat dilakukan dengan melihat diri kita sendiri tersenyum di depan kaca, atau menanyakan sejujurnya kepada orang dekat kita, istri/suami, anak, teman untuk memberikan penilaian tentang senyum kita. Dari hasil evaluasi tersebut, dengan niat yang sungguh-sungguh pasti kualitas senyum kita akan lebih baik. Untuk meningkatkan kualitas hubungan juga dapat dilakukan dengan humor. Humor yang disampaikan dalam suasana yang tepat, antusias, dan dengan ekspresi yang sesuai, dapat mengubah suasana tegang menjadi santai dan akrab. Humor juga dapat meningkatkan kesegaran dan kesehatan fisik maupun mental, membuat orang lain tertawa, melupakan event yang menegangkan sehingga dapat menghilangkan stress dan kejenuhan. Humor merupakan bagian dari proses menjalin komunikasi sosial antar manusia, oleh karena itu humor sering digunakan sebagai media untuk meningkatkan hubungan baik sesama, bawahan, maupun atasan, bahkan dalam kehidupan berkeluarga maupun dalam pergaulan masyarakat luas. Kemampuan humor dapat ditingkatkan dengan cara menirukan orang-orang yang berbakat, mengamati kejadian-kejadian yang lucu dan menceritakan kembali di hadapan orang lain. Humor juga dapat dicari dari media. Dikatakan dalam mitos, bahwa humor hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu yang berbakat sehingga banyak orang enggan mencoba untuk menyampaikan cerita-cerita lucu yang membuat orang lain tertawa. Pendapat tersebut merupakan pendapat yang keliru oleh karena pada prinsipnya setiap orang dapat menyampaikan cerita lucu jika memang menginginkan, tentunya terlebih dahulu harus belajar, berlatih dan memperbaiki. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca terhormat 8

9 Daftar Pustaka Janasz de, Suzanne C dkk, 2002, Interpersonal Skills in Orgnizations, New York: McGraw- Hill Education. Kreitner, Robert & Kinicki, Angelo., 2010, Organizational Behavior, 9 th Ed., New York: McGraw-Hill Companies, Inc Lussier, Robert N, 2010, Human Relations in Organization, New York; McGraw-Hill Robbins, Stephen P, 2001, Organizational Behavior, New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Whetten, David, 2007, Developing Management Skills, New Jersey, Pearson Education, Inc Penyusun, Maryanto Widyaiswara Utama Balai Diklat Kepemimpinan, BPPK, Kementerian Keuangan Magelang 9

Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang

Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Pemimpin : Lakukan NetWORK Bukan NetSit Atau NetEat Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Dalam rangka meningkatkan nilai dan kualitas kehidupan,

Lebih terperinci

CARA MUDAH MEMBANGUN JEJARING KERJA (NETWORKING)

CARA MUDAH MEMBANGUN JEJARING KERJA (NETWORKING) CARA MUDAH MEMBANGUN JEJARING KERJA (NETWORKING) Oleh: Maryanto www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Sukses milik siapa saja dan kehadirannya didambakan oleh setiap insan. Setiap orang berhak dan berkesempatan

Lebih terperinci

Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan

Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan PERILAKU MEMPENGARUHI DAN HUMAN RELATION BAGI PERFORMAN KEPEMIMPINAN Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Kisah untuk kita renungkan; Mike

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan populasi di dunia yang sangat cepat, peluang bisnis yang terbuka juga semakin luas. Banyaknya bisnis-bisnis baru yang bermunculan memaksa perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya disamping sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya disamping sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya disamping sangat memerlukan kecanggihan teknologi, bahan baku, peralatan, keuangan yang memadai, hal terpenting lainnya

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASI : GAYA KEPEMIMPINAN MASA DEPAN. Oleh: Maryanto*

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASI : GAYA KEPEMIMPINAN MASA DEPAN. Oleh: Maryanto* KEPEMIMPINAN TRANSFORMASI : GAYA KEPEMIMPINAN MASA DEPAN Oleh: Maryanto* Abstrak Kepemimpinan transformasi merupakan gaya kepemimpinan yang menginspirasi dan memberdayakan individu, kelompok dan organisasi

Lebih terperinci

Angket Optimisme. Bayangkan anda mengalami situasi yang tergambar dalam setiap. persoalan, walaupun untuk beberapa situasi mungkin anda belum pernah

Angket Optimisme. Bayangkan anda mengalami situasi yang tergambar dalam setiap. persoalan, walaupun untuk beberapa situasi mungkin anda belum pernah LAMPIRAN Lampiran 1 Angket Optimisme Bayangkan anda mengalami situasi yang tergambar dalam setiap persoalan, walaupun untuk beberapa situasi mungkin anda belum pernah mengalaminya. Pilihlah salah satu

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

ATTITUDE. Disciple - Attitude

ATTITUDE. Disciple - Attitude ATTITUDE 13DISCIPLE BE EQUIPPED Tujuan: 1. Setiap peserta mendapatkan pengertian betapa pentingnya sikap. 2. Setiap peserta mengetahui dampak dari sikap. 3. Setiap peserta mengerti apa hambatan dari sikap

Lebih terperinci

Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan. Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan

Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan. Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Seseorang akan bisa menulis dengan baik kalau ia banyak membaca.

Lebih terperinci

KEPUASAN KERJA. Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi. DISUSUN OLEH : 1. Ulfa Qorrirotun Nafis ( ) 2. Dede Hidayat ( )

KEPUASAN KERJA. Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi. DISUSUN OLEH : 1. Ulfa Qorrirotun Nafis ( ) 2. Dede Hidayat ( ) KEPUASAN KERJA Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi DISUSUN OLEH : 1. Ulfa Qorrirotun Nafis (2016 804 059) 2. Dede Hidayat (2016 804 049) KEPUASAN KERJA 1. Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Hasibuan (2007)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang ini, semakin banyak individu yang menempuh pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi (PT) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Relations merupakan suatu hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator memperlakukan komunikannya secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. SEMANGAT KERJA 1. Pengertian semangat kerja Semangat kerja merupakan konsep multidimensional yang merefleksikan tingkat kesejahteraan fisik dan emosi yang dialami oleh individu

Lebih terperinci

63 Perpustakaan Unika A. Skala Penelitian

63 Perpustakaan Unika A. Skala Penelitian A. Skala Penelitian 63 A 1 Skala Problem Focused Coping 64 65 Identitas diri Pendidikan Lama bekerja Usia : D3 / S1 Keperawatan :... tahun :... tahun PETUNJUK MENGERJAKAN 1. Dibawah ini terdapat sejumlah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan setelah dikonfirmasikan dengan teori yang ada, peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai beberapa hal yang menjadi fokus dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. skills termasuk komunikasi dan kemampuan berinkteraksi, kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. skills termasuk komunikasi dan kemampuan berinkteraksi, kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) adalah hal yang paling penting bagi kelangsungan suatu organisasi. Karena persaingan organisasi yang semakin ketat dan kemajuan teknologi

Lebih terperinci

NAMA :ANDI SUBANDRIYO NIM. :Q

NAMA :ANDI SUBANDRIYO NIM. :Q PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI, DAN TINGKAT PENGHASILAN GURU TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU DI SD SEGUGUS MAJAPAHIT KECAMATAN KARTASURA T E S I S Disusun Oleh: NAMA :ANDI SUBANDRIYO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN. OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd

KEPEMIMPINAN. OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd KEPEMIMPINAN OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd Apa itu Kepemimpinan? Suatu kemampuan untuk berproses dari seseorang untuk dapat membawakan tujuan dari kelompok yang dipimpinnya. Profil Pemimpin Tanggung

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) TATAP MUKA KE : 1 s.d 2

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) TATAP MUKA KE : 1 s.d 2 1. Jurusan : Manajemen SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) TATAP MUKA KE : 1 s.d 2 5. Jumlah Tatap Muka : 2 kali 6. Standar Kompetensi : a. Kemampuan memahami teori-teori motivasi dan kepuasan kerja untuk menganalisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun yang melatarbelakangi mengapa peneliti merasa tertarik

BAB I PENDAHULUAN. Adapun yang melatarbelakangi mengapa peneliti merasa tertarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Adapun yang melatarbelakangi mengapa peneliti merasa tertarik untuk mengangkat topik penelitian ini bermula dari postulat atau asumsi bahwa setiap korporasi

Lebih terperinci

Perkembangan Kecerdasan Emosi Dan Iklim Organisasi Pengaruhnya Terhadap Disiplin Kerja (Studi Pada Staf Pengajar Jurusan Administrasi Bisnis)

Perkembangan Kecerdasan Emosi Dan Iklim Organisasi Pengaruhnya Terhadap Disiplin Kerja (Studi Pada Staf Pengajar Jurusan Administrasi Bisnis) Jurnal Eksos, Jan. 2011, hlm. 96-105 Vol. 7. N0. 1 ISSN 1693-9093 Perkembangan Kecerdasan Emosi Dan Iklim Organisasi Pengaruhnya Terhadap Disiplin Kerja (Studi Pada Staf Pengajar Jurusan Administrasi Bisnis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima belas tahun sampai dengan dua puluh dua tahun. Pada masa tersebut, remaja akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN. 4. Jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan diri Anda. Kerahasiaan jawaban Anda serta Identitas Anda akan di jamin sepenuhnya.

PETUNJUK PENGISIAN. 4. Jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan diri Anda. Kerahasiaan jawaban Anda serta Identitas Anda akan di jamin sepenuhnya. PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah dengan teliti sebelum menjawab. 2. Pengisian jawaban di lakukan secara urut. Usahakan agar jangan sampai ada jawaban yang terlewat. 3. Pilih salah satu dari 4 alternatif jawaban

Lebih terperinci

Hubungan Interpersonal Antara Petugas Pajak dan Wajib Pajak. Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004

Hubungan Interpersonal Antara Petugas Pajak dan Wajib Pajak. Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004 Hubungan Interpersonal Antara Petugas Pajak dan Wajib Pajak Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004 Pengantar Salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh

Lebih terperinci

Kata kunci : keterampilan kepemimpinan dasar, metode outbond, kualitas hidup remaja.

Kata kunci : keterampilan kepemimpinan dasar, metode outbond, kualitas hidup remaja. Analisis Keterampilan Kepemimpinan dasar dengan Metode Outbond sebagai faktor pendukung peningkatan kualitas hidup remaja MA. Primaningrum Dian Marthaningtyas Universitas PGRI Semarang primaningrum.dian@gmail.com

Lebih terperinci

KOMPILASI 25 CONTOH JAWABAN PERTANYAAN TES WAWANCARA KERJA (JOB INTERVIEW)

KOMPILASI 25 CONTOH JAWABAN PERTANYAAN TES WAWANCARA KERJA (JOB INTERVIEW) KOMPILASI 25 CONTOH JAWABAN PERTANYAAN TES WAWANCARA KERJA (JOB INTERVIEW) 1. Beritahukan kami tentang diri Anda? Biasanya ini merupakan pertanyaan pembuka wawancara kerja, karena itu jangan menghabiskan

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk John Doe ID UH555438 Tanggal Oktober 20, 2014 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan 1. Pengertian kepemimpinan Kepemimpinan memiliki arti yang lebih dalam daripada sekedar label atau jabatan yang

Lebih terperinci

Dasar-dasar Manajemen dan Kepemimpinan

Dasar-dasar Manajemen dan Kepemimpinan MODUL PERKULIAHAN Dasar-dasar Manajemen dan Kepemimpinan Pengertian dan Peranan Manajemen #2 Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Public Relations 02 MK42001

Lebih terperinci

: Fitria Rahmi, M. Psi., Psikolog

: Fitria Rahmi, M. Psi., Psikolog DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PRODI PSIKOLOGI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama Mata Kuliah Jumlah SKS Semester Fakultas Program Studi

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

What Happy Companies Know

What Happy Companies Know What Happy Companies Know Dan Baker Cathy Greenberg Collins Hemingway 1. Pengantar dan Latar Belakang Dasar dari suatu kesuksesan adalah kecintaan pada pekerjaan. Suatu organisasi dapat menjadi sukses

Lebih terperinci

PERAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA KONFLIK ORGANISASI

PERAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA KONFLIK ORGANISASI Peran Komunikasi Antar Pribadi pada Konflik Organisasi Inge PERAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA KONFLIK ORGANISASI Inge Hutagalung 1 1) Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana Jakarta Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sumber daya yang ada. Manusia yang bekerja dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. segala sumber daya yang ada. Manusia yang bekerja dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam setiap perusahaan peranan manusia sangatlah dominan karena melalui peranan manusia tersebut dapat saling bekerjasama atau dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

Profesionalisme di Tempat Kerja

Profesionalisme di Tempat Kerja Profesionalisme di Tempat Kerja Oleh: Iqbal Islami *) Pendahuluan Nilai yang kedua dari lima nilai-nilai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) adalah profesionalisme. Tidak salah bagi Kemenkeu menempatkan profesionalisme

Lebih terperinci

4 Temperamen Manusia

4 Temperamen Manusia 4 Temperamen Manusia Seseorang tidak mungkin seorang koleris murni, terkadang dipengaruhi juga oleh sifat melankolis sehingga temperamennya menjadi koleris-melankolis Di sisi lain seorang phlegmatis seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. human relation juga mengambil bagian pada kedaan ini yang berarti human relation

BAB I PENDAHULUAN. human relation juga mengambil bagian pada kedaan ini yang berarti human relation BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perusahaan semakin berorientasi pada pelanggan dan perubahan berskala besar. Perubahan besar akan selalu berkaitan dengan penentuan strategi. Salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, persaingan di dunia industri mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perusahaan yang bersaing dalam kondisi persaingan saat ini dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam suatu organisasi, manajemen adalah salah satu elemen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam suatu organisasi, manajemen adalah salah satu elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam suatu organisasi, manajemen adalah salah satu elemen penting untuk kelangsungan organisasi. Sistem manajemen yang dipakai oleh suatu organisasi adalah

Lebih terperinci

3 VIRUS POSITIF UNTUK MEMPERBAIKI BISNIS

3 VIRUS POSITIF UNTUK MEMPERBAIKI BISNIS Quote of The Day 12 Desember 2017 3 VIRUS POSITIF UNTUK MEMPERBAIKI BISNIS Kabar serangan siber yang melanda 125.000 sistem komputer di seluruh dunia pada Jumat (12/05) lalu mendadak viral. Akibat serangan

Lebih terperinci

Adang Daradjatun: Penjaga Harmoni Masyarakat. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah

Adang Daradjatun: Penjaga Harmoni Masyarakat. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah Adang Daradjatun: Penjaga Harmoni Masyarakat Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah Bayangkan seorang lelaki berumur 57 tahun dengan badan tegap, perut rata, dan wajah tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini banyak pihak semakin menyadari dalam menjalankan roda organisasi baik disuatu perusahaan atau lembaga, bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN A. Upaya Guru dalam Membentuk Kecerdasan Emosional Siswa di SMA N 1 Kajen Dalam pembentukan kecerdasan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill MODUL PERKULIAHAN Interpersonal Communication Skill Introduksi Umpan Balik dan Membujuk Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Bidang Studi Advertising and Marketing

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Budaya Kerja Humas yang Efektif. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

PROFESSIONAL IMAGE. Budaya Kerja Humas yang Efektif. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Budaya Kerja Humas yang Efektif Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Professional Image Modul - 10 Syerli

Lebih terperinci

BAB VII. Kepemimpinan Wirausaha

BAB VII. Kepemimpinan Wirausaha BAB VII Kepemimpinan Wirausaha Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang ke arah tercapainya suatu tujuan organisasi yang telah disepakati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, sering sekali muncul berbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain. Penafsiran tersebut, tergantung pada konteks dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian kecerdasan emosional Kecerdasan emosional, secara sederhana dipahami sebagai kepekaan mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan orang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 20 karyawan divisi HC (Human Capital) yang mempersepsi budaya perusahaan di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 20 karyawan divisi HC (Human Capital) yang mempersepsi budaya perusahaan di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data terhadap 20 karyawan divisi HC (Human Capital) yang mempersepsi budaya perusahaan di Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan suatu pelatihan atau yang sering disebut Kuliah Kerja Media

BAB I PENDAHULUAN. diberikan suatu pelatihan atau yang sering disebut Kuliah Kerja Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini sangat dipengaruhi oleh dampak perkembangan zaman yang sangat pesat, seperti majunya teknologi dan persaingan-persaingan di segala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

Lebih terperinci

MAKALAH TENTANG ATTENTION Pelayanan Prima Berdasarkan Konsep Perhatian ( ATTENTION ) SMK MUHAMMADIYAH 01 KELING TAHUN PELAJARAN 2015/2016

MAKALAH TENTANG ATTENTION Pelayanan Prima Berdasarkan Konsep Perhatian ( ATTENTION ) SMK MUHAMMADIYAH 01 KELING TAHUN PELAJARAN 2015/2016 MAKALAH TENTANG ATTENTION Pelayanan Prima Berdasarkan Konsep Perhatian ( ATTENTION ) SMK MUHAMMADIYAH 01 KELING TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk Sam Poole ID HC560419 Tanggal 23 Februari 2017 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Pada masa sekarang ini, manajemen bukan lagi merupakan istilah yang asing bagi kita. Istilah manajemen telah digunakan sejak dulu, berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan ilmu pengetahuan ini, dituntut orang-orang yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan ilmu pengetahuan ini, dituntut orang-orang yang berkualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang sudah sangat canggih dengan berbagai teknologi dan ilmu pengetahuan ini, dituntut orang-orang yang berkualitas dan berkompetisi tinggi.

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Rendahnya kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif dan efisien dalam suatu perusahaan. Apalagi bila dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif dan efisien dalam suatu perusahaan. Apalagi bila dikaitkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Produktivitas kerja karyawan pada sebuah perusahaan merupakan masalah yang selalu hangat dan tidak ada habis-habisnya untuk dibahas. Permasalahan yang terkait dalam

Lebih terperinci

Personality Plus : Mengenal Watak Sanguinis http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 Bagaimana Memahami Orang Lain dengan Memahami Diri Kita Sendiri : Mengenal Watak Sanguinis Berbicara

Lebih terperinci

MATERI PERILAKU ORGANISASI

MATERI PERILAKU ORGANISASI PRILAKU ORGANISASI MATERI PERILAKU ORGANISASI Apa itu Perilaku Organisasi Dasar Dasar Perilaku Organisasi Sikap dan Kepuasan Kerja Kepribadian dan Nilai Persepsi dan Pembuatan Keputusan Individual Motivasi

Lebih terperinci

Astry Evana P.Y.H. Universitas Sumatera Utara

Astry Evana P.Y.H. Universitas Sumatera Utara Dengan hormat, Dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Saya bermaksud mengadakan penelitian. Untuk itu Saya membutuhkan sejumlah data yang hanya Saya peroleh dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tentang penerapan sikap dan kepribadian wirausaha dilakukan di kalangan mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Kata kunci : Iklim, Iklim Organisasi, Litwin & Stringer

Kata kunci : Iklim, Iklim Organisasi, Litwin & Stringer ABSTRAK CHIKA ANINDYAH HIDAYAT. Gambaran Mengenai Iklim Organisasi pada Pegawai Biro Umum Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Iklim Organisasi merupakan sesuatu yang dihayati sebagai pengaruh subjektif

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

DATA PENELITIAN Responden No. Usia Status Pendidikan Status Jumlah Perkawinan Pekerjaan Anak

DATA PENELITIAN Responden No. Usia Status Pendidikan Status Jumlah Perkawinan Pekerjaan Anak DATA PENELITIAN Responden No. Usia Status Pendidikan Status Jumlah Perkawinan Pekerjaan Anak 1 36 Menikah S1 Tidak Bekerja 2 2 30 Menikah SMA Tidak Bekerja 2 3 36 Menikah SMA Tidak Bekerja 1 4 27 Menikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka (PT terbuka). Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan tersebut. Keberhasilan perusahaan

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: Interpersonal Communication Skill Perkenalan Mata Kuliah, Kontrak Belajar dan Pemahaman Soft Skill November 2016 Fakultas Ilmu Komunikasi Gadis Octory, S.Ikom, M.Ikom Program Studi Periklanan

Lebih terperinci

Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia

Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Dengan telah adanya struktur organisasi, manajer harus menemukan orang-orang untuk mengisi pekerjaan yang telah dibuat atau menyingkirkan orang dari pekerjaan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS EKONOMI S I L A B U S FRM/FISE/46-01 12 Januari 2009 Fakultas : Ekonomi Jurusan/Program Studi : Manajemen Mata Kuliah : Perilaku Keorganisasian Kode : SMJ309 SKS : 3 SKS Teori : 2 Lapangan : 1 Semester : 4 Mata

Lebih terperinci

Angket 1 No Pernyataan SS S TS STS

Angket 1 No Pernyataan SS S TS STS Identitas Diri Subyek : Nama : Usia : Berat Badan : Isilah dengan memberi tanda [ ] pada pernyataan yang sesuai dengan jawaban anda. Beri Tanda [ ] bila : SS : Menunjukkan bahwa pernyataan tersebut Sangat

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara Kecerdasan Emosi Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara DESKRIPSI SINGKAT Mata ajar ini membekali peserta dengan kemampuan menerapkan kecerdasan emosional melalui pembelajaran : Pengertian

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA CILACAP. M u t i a s a r i (ST IE Satri a P u rwokert o )

ANALISIS KINERJA DAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA CILACAP. M u t i a s a r i (ST IE Satri a P u rwokert o ) ANALISIS KINERJA DAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA K A N T O R D I S T RIK NAVIGASI KELAS III CILACAP M u t i a s a r i (ST IE Satri a P u rwokert o ) E-mail: sarimutia09@yahoo.co.id Abstraksi Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS Maisarah, S.S., M.Si Inmai5@yahoo.com Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang Abstrak Artikel ini berisi tentang pentingnya komunikasi non verbal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan era globalisasi menurut perusahaan untuk dapat menyesuaikan kondisi perusahaan dengan situasi yang ada. Perusahaan dituntut harus dapat mengembangkan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal-hal yang tidak terduga seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal-hal yang tidak terduga seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani siklus kehidupan, setiap individu akan menghadapi banyak hal-hal yang tidak terduga seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan kematian mendadak.

Lebih terperinci

2. Memberikan informasi untuk memperoleh pengaruh tertentu. 3. Menggunakan keterampilan kelompok dalam memimpin suatu kelompok

2. Memberikan informasi untuk memperoleh pengaruh tertentu. 3. Menggunakan keterampilan kelompok dalam memimpin suatu kelompok Lampiran 1- Kisi-kisi Alat Ukur Aspek Indikator Item 1. Menggunakan alasan, Saya menggunakan contoh-contoh nyata dalam fakta, data-data, contoh menerangkan suatu materi dalam kegiatan nyata, dan demonstrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, suatu perusahaan dituntut untuk selalu bekerja keras dalam menyelesaikan segala tantangan baik yang sudah ada maupun yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan sebagai sekretaris yang profesional di era global memang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan sebagai sekretaris yang profesional di era global memang tidak 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan sebagai sekretaris yang profesional di era global memang tidak bisa dihindarkan lagi. Dunia bisnis yang semakin hari semakin ketat persaingannya, mengharuskan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN KONGRES XXI PGRI DAN KONGRES GURU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keinginan individu bersumber pada kebutuhan masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keinginan individu bersumber pada kebutuhan masing-masing individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan individu bersumber pada kebutuhan masing-masing individu. Masing-masing individu meletakkan titik berat yang berlainan mengenai kebutuhan dan keinginannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa,

Lebih terperinci

KONSEP KESEHATAN MENTAL OLEH : SETIAWATI

KONSEP KESEHATAN MENTAL OLEH : SETIAWATI KONSEP KESEHATAN MENTAL OLEH : SETIAWATI PPB-FIP FIP-UPI PENGERTIAN KESEHATAN MENTAL KONDISI ATAU KEADAAN MENTAL YANG SEHAT SERTA TERWUJUDNYA KEHARMONISAN YANG SUNGGUH- SUNGGUH ANTARA FUNGSI JIWA UNTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global, perlu mempersiapkan sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang unggul diperlukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU A. Pengertian dan tugas-tugas Kepala Madrasah 1. Pengertian kepala madrasah Kata kepala madrasah berasal dari dua kata yaitu kepala dan madrasah. Kata kepala dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dalam suatu organisasi memiliki peranan yang sangat penting, karena tanpa didukung sumber daya manusia yang baik suatu organisasi akan menghadapi

Lebih terperinci

Strategi dan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan!

Strategi dan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan! Membangun : & Strategi dan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan! Bagian I Teori Kesuksesan dan Kekayaan Percaya Bahwa Anda Akan Kaya dan Sukses Percaya Anda akan sukses, maka sukseslah Anda. Berpikir positif

Lebih terperinci

Keluarga 117. Bab 11. Keluarga

Keluarga 117. Bab 11. Keluarga Keluarga 117 Bab 11 Keluarga Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) menirukan dialog drama yang dibacakan guru; 2) menceritakan peristiwa yang pernah dialami; 3) membaca

Lebih terperinci

MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK

MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK Materi pembelajaran 'Motivasi Berprestasi' bertujuan untuk membekali mahasiswa/i akan pengertian, pemahaman terhadap motivasi berprestasi sebagai aspek pendorong untuk mencapai

Lebih terperinci