Serba Serbi Pengurangan Subsidi BBM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Serba Serbi Pengurangan Subsidi BBM"

Transkripsi

1 Serba Serbi Pengurangan Subsidi BBM Oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEUI 1. Meningkatnya Subsidi BBM di Indonesia Dalam perkembangannya, subsidi BBM semakin meningkat dan memakan porsi cukup besar dalam anggaran. Terlebih lagi semenjak tahun 2004, produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan dan menjadikan Indonesia sebagai Net Importir minyak. Hal ini juga diperparah oleh konsumsi maysrakat semakin tinggi terhadap BBM. Dengan meningkatnya konsumsi, meningkatnya harga minyak dunia, dan melemahnya rupiah beberapa tahun terakhir, menjadikan subsidi BBM yang ditanggung semakin besar. Tingginya subsidi BBM di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain: Pertumbuhan Ekonomi yang meningkat Salah satu faktor penting yang mempengaruhi besaran subsidi BBM adalah konsumsi BBM. Selama 10 tahun terakhir, konsumsi BBM meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 7% pertahun. Berikut grafik yang menunjukan volume konsumsi BBM dalam beberapa tahun terakhir:

2 Semakin tinggi tingkat konsumsi akan semakin tinggi pula besaran anggaran yang harus disiapkan oleh APBN. Terlebih lagi, subsidi diberikan berdasarkan realisasi, bukan pagu yang ditetapkan. Oleh karena itu, hampir tiap tahun pagu yang ditetapkan oleh APBN lebih kecil dibandingkan realisasi. Melesetnya realisasi subsidi disebabkan nilai tukar rupiah yang fluktuatif dan patokan harga BBM dalam negeri yang lebih tinggi dari harga yang direncanakan. Pada 31 Desember , subsidi energi sudah mencapai Rp 310 triliun atau 103,4 persen dari pagu APBN-P Rp 299,8 triliun. Karena subsidi yang sifat pembayarannya adalah berdasar realisasi, maka pemerintah harus membayar berapapun jumlah subsidi sesuai konsumsi BBM meskipun telah melewati pagu (acuan batas maksimal) yang ditetapkan APBN. Salah satu faktor utama meningkatnya konsumsi masyarakat adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu positif dalam 10 tahun terakhir. Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat, kebutuhan akan energy semakin meningkat pula. Pertumbuhan dalam sektor industry memerlukan energy yang lebih banyak pula untuk menopang industry tersebut. Ekonomi yang lebih maju juga memerlukan mobilitas yang lebih intensif.. Konsumen juga memerlukan lebih banyak konsumsi BBM karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih tinggi. Hasil estimasi yang dilakukan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) 2 dengan model regresi antara tahun memberikan angka elastisitas sebesar 1.8 untuk PDB Riil. Hal ini menunjukan ketika pertumbuhan naik sebesar 1%, maka konsumsi BBM akan naik pula sebesar 1.8% Kebijakan Harga Harga BBM cenderung tetap setiap tahunnya. Namun jika dilihat secara Riil harga tersebut justru mengalami penurunan. Dengan inflasi yang terus meningkat, harga BBM yang tidak berubah cenderung terus turun secara Riil. Yang dimaksud oleh harga Riil disini adalah harga yang sudah Damuri, Yose Rizal et al. (2014). Untuk Indonesia : Agenda Ekonomi. Jakarta: Centre For Strategic and International Studies (CSIS).

3 disesuaikan oleh faktor inflasi. Harga nominal BBM pada tahun 2009 berada pada angka Rp ,-sampai dengan tahun Namun, jika dilihat secara Riil harga ini turun sampai dengan dibawah Rp Dengan meningkatnya daya beli masyarakat karena pertumbuhan ekonomi, konsumsi BBM terus meningkat karena secara Riil masyarakat dapat membeli lebih banyak BBM. Faktor Ekonomi Global Saat ini Indonesia merupakan net Importir minyak, walaupun masih melakukan ekspor beberapa produk minyak bumi. Akibatnya harga perolehan BBM sangat tergantung dari harga internasional. Pada periode , harga rata-rata minyak dunia untuk 11 tipe minyak mentah di Indonesia terus meningkat 4. Pada tahun 2004 harga rata-rata minyak dunia berada pada angka US$/Barel, namun pada tahun 2012 sudah berada pada angka US$/Barel. Dalam kurun waktu 6 tahun sudah meningkat sebesar lebih dari 3 kali dibandingkan dengan tahun Walaupun pada tahun 2013 dan 2014 harga minyak dunia cenderung stabil 5, namun justru pada tahun-tahun tersebut kurs rupiah terhadap dolar meningkat secara signifikan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh sehingga besaran subsidi BBM terus membengkak. Depresiasi terhadap rupiah akan meningkatkan harga perolehan dalam rupiah, sementara penerimaan dari penjualan APBN cenderung tetap 2. Pemberian Subsidi Tidak Tepat Sasaran (Penikmat Subsidi BBM Didominasi oleh Orang Kaya) Meski Indonesia bukan negara sejahtera, jenis dan kuantitas subsidi yang dialokasikan pemerintah bagi masyarakat tidak bisa dikatakan kecil. Nilai subsidi 2012 mencapai Rp 346,4 triliun atau 34,33% dari belanja pemerintah pusat. Tidak kurang dari 61,17% dari total subsidi dialokasikan untuk BBM (Rp 211,9 triliun). 3 Statistik Energi, Kementerian ESDM, diperoleh dalam berbagai tahun 4 Pusat Data dan Informasi, Kementerian ESDM 5 Rata-rata minyak dunia pada tahun ,84 US$/Barel dan pada tahun 2014 (sampai dengan bulan Juli) 106,3 US$/Barel. Data Statistik Energi Kementerian ESDM.

4 Subsidi idealnya disalurkan kepada kelompok tepat sasaran, yaitu masyarakat yang berpenghasilan rendah atau miskin. Tingkat kemiskinan mencapai 11,66% atau 28,6 juta orang dengan tingkat garis kemiskinan Rp ,-/bulan untuk setiap orangnya (Badan Pusat Stastistika, September 2014). Dengan total subsidi yang mencapai Rp346,4 triliun dan disalurkan tepat sasaran, idealnya tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dengan perhitungan sederhana, jika dilakukan penyaluran subsidi langsung kepada 28,6 juta rakyat miskin sebesar Rp ,-/orang setiap bulannya, total biaya subsidi per tahun hanya Rp34,32 triliun. Jika angka ini dilipatduakan, total subsidi yang diperlukan Rp 68,64 triliun per tahun. Jika kita ingin menghilangkan angka kemiskinan caranya mudah, salurkan Rp ,- /bulan untuk setiap orangnya kepada 28,6 juta rakyat miskin sehingga tidak akan ada lagi orang di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Strategi terakhir ini hanya perlu Rp 96,44 triliun per tahun atau 45,51% dari subsidi BBM atau 27,84% dari total subsidi Selain itu, alasan dari jumlah orang miskin masih 28,6 juta sementara total subsidi 2012 mencapai Rp 346,4 triliun dan meningkat jadi Rp 358,2 triliun di APBN Perubahan 2013 karena sebagian besar subsidi yang disalurkan salah sasaran. Proporsi subsidi BBM sebesar Rp 211,9 triliun (61,17%) namun sebagian besar dinikmati oleh para pemilik kendaraan bermotor yang tidak dapat dikategorikan sebagai orang miskin. Ketika subsidi dikenakan pada harga barang, dan barang bisa diakses bebas, maka semakin tinggi seseorang mengonsumsi barang itu, semakin tinggi subsidi yang dinikmatinya. Penikmat di balik subsidi BBM Proporsi BBM bersubsidi dinikmati oleh: 1) pemilik mobil (53%) dibandingkan pemilik motor (47%); 2) masyarakat di Jawa dan Bali (59%); dan 3) angkutan darat (89%). Tercatat 25% rumah tangga berpenghasilan tertinggi menikmati 77% subsidi BBM dibandingkan 25% rumah tangga berpenghasilan terendah yang hanya menikmati 15% subsidi BBM (Kementerian Keuangan, 2012).

5 Penggunaan BBM bersubsidi bersifat konsumsi yang terkompensasi (berapa pun konsumsi BBM bersubsidi, tidak peduli oleh siapa dan untuk keperluan apa, pemerintah pasti menyubsidinya). Semakin banyak mengonsumsi BBM bersubsidi, semakin besar subsidi yang dinikmati. Alih-alih subsidi disalurkan kepada rakyat miskin, fakta menunjukkan subsidi BBM justru dinikmati masyarakat berpendapatan menengah ke atas, para pelaku pasar gelap dan penyelundup BBM bersubsidi. Bahkan, koruptor pun, yang notabene berpendapatan menengah ke atas, disubsidi para pembayar pajak yang budiman. Ironi dari kemiskinan yang menurun sementara ketimpangan semakin membesar Salah satu indikator orang-orang dikategorikan sebagai kelompok miskin adalah yang berpenghasilan Rp7000,- per harinya. Faktanya, jumlah penduduk di bawah Garis Kemiskinan semakin berkurang. Pada September 2012, jumlah penduduk miskin berjumlah 28,6 juta orang, 28,55 juta orang pada September 2013, dan semakin menurun sampai pada angka 28,28 juta di bulan Maret Namun hal ini tidak menutup kemukinan orang-orang yang berada di atas garis kemiskinan masih rentan untuk jatuh ke dalam garis kemiskinan. Di samping tren kemiskinan yang semakin menurun, ternyata Rasio Gini (alat mengukur ketidakmerataan distribusi penduduk) Indonesia pada tahun 2011 mencapai angka 0,41. Rasio ini merupakan yang tertinggi selama sepuluh tahun terakhir. Hal ini berarti kesenjangan antara si miskin dan si kaya semakin meningkat karena pertumbuhan yang condong kepada kelompok menengah atas dan kaya.

6 Indeks Gini Angka Kemiskinan Tabel peningkatan Indeks Gini dan penurunan Angka Kemiskinan (Sumber: Badan Pusat Statistik) Menurut studi yang pernah dilakukan, 70% penikmat subsidi BBM adalah orang kaya dan hanya 6% orang miskin yang menikmatinya. Jadi, masih tepatkah pengurangan subsidi BBM ini ditolak? Jangan sampai kita yang berniat membela rakyat terjebak dengan alih-alih pengurangan subsidi BBM sama dengan mencabut hak rakyat. Pengurangan subsidi BBM tidak sama dengan mencabut hak rakyat, lebih tepatnya mencabut hak si kaya. Kalau bukan mahasiswa yang menyadarkan subsidi BBM ini dinikmati oleh siapa selama ini, siapa lagi? 3. Defisit Anggaran APBN Jebol? Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2015, dari tahun 2010 APBN Indonesia selalu mengalami deficit. Deficit anggaran yang terjadi selama 5 tahun terakhir tidak bersifat constant atau pun fluktuatif, tetapi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dalam jumlah yang sangat besar.

7 Tahun Defisit (dalam triliun rupiah) % pada PDB ,7 0, ,5 1, ,6 1, ,7 2, (APBN-P) ,3 2,40 Sumber : Kementrian Keuangan Dari data diatas dapat dilihat bahwa deficit anggaran di Indoensia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya bahkan ketika pemerintah telah mengurangi subsidi BBM dalam beberapa tahun terakhir.ada beberapa cara untuk menghindari deficit 1. Meningkatkan penerimaan pendapatan Negara Untuk menutup deficit sangat benar bahwa kita harus meningkatkan penerimaan dengan berbagai cara yang pemerintah harus lakukan. Namun, dalam menganalisa penerimaan pendapatan, kita harus melihat pendapatan yang pasti, bukan berpotensi. Artinya, pemerintah harus menganggarkan pendapatan yang sifatnya pasti akan diterima, bukan hanya pendapatan yang mungkin bisa didapatkan. Pendapatan yang potensial dan tidak pasti tentu tidak akan menjamin memberikan jaminan terhadap keselamatan anggaran. Tetapi, pendapatan potensial tersebut tetap harus dicoba untuk dilakukan. 2. Penghematan terhadap anggaran itu sendiri. Agar tidak difecit maka hemat pengeluaran. Lalu anggaran manakah yang harus dilakukan penghematan?

8 Sumber : Kementrian Keuangan Data diatas menunjukkan belanja pemerintah pusat dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa anggaran belanja terbesar adalah subsidi, dimana subsidi ini mencakup subsidi energy dan subsidi non energy. Anggaran manakah yang akan dihemat? mungkinkah kita menghemat belanja pegawai? belanja barang? belanja moda? pembayaran utang? belanja hibah? bantuan sosial? belanja lain lain? Melakukan penghematan perlu melihat indicator produktivitas. Dari data di atas, salah satu anggaran yang sifatnya lebih konsumtif dan minim akan produktivitas adalah anggaran subsidi. Dalam anggaran subsidi terdapat 2 pembagian, yaitu energy dan non energy. Untuk yang non energy, anggaran subsidi ini berupa pangan, pupuk,benih dan lain lain yang bersifat produktif. Sementara, subsidi energy terdapat pada BBM dan listrik. Antara BBM dan listrik, yang lebih tidak produktif adalah subsidi BBM.

9 Melihat kurva permintaan di atas, harga barang yang disubsidi lebih murah dibandingkan dengan tanpa subsidi. Sehingga, hal ini memicu konsumen untuk bersifat konsumtif dengan membeli barang lebih banyak pada saat diberi subsidi. Dibandingkan dengan pada saat tanpa disubsidi, penghematan terhadap barang dapat dilakukan. Karena harga barang yang meningkat, permintaan terhadap barang tersebut jadi berkurang. Apabila harga BBM tidak dinaikkan dari sekarang, maka permintaan akan BBM ini akan semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam melakukan penghematan anggaran, belanja subsidi yang bisa dihemat adalah subsidi BBM dengan cara menaikkan harga BBM. Subsidi BBM tidak tepat sasaran? Permintaan akan subsidi BBM terbesar adalah terdapat pada kalangan yang memiliki pendapatan lebih di atas rata rata. Data kementrian keuangan ( 2012 ) menunjukkan 77% subsidi dinikmati oleh kalangan rumah tangga berpenghasilan tinggi. Sehingga, subsidi menjadi tidak tepat sasaran karena didominasi oleh kalangan berpenghasilan tinggi. Lalu kenapa tidak cabut subsidi bagi mereka yang berpenghasilan tinggi? Membuat 2 harga dalam 1 pasar yang sama akan berdampak sangat buruk. Pada saat ada barang yang memiliki nilai fungsi yang sama dan harga berbeda, maka kecenderungan konsumen pasti akan memilih barang dengan harga lebih murah. Misalkan harga BBM bagi kendaraan umum dan kendaraan bermotor lebih murah daripada BBM kendaraan pribadi. Maka, perilaku konsumen kendaraan pribadi pasti akan cenderung mencari

10 cara untuk mendapatkan BBM yang bersubsidi. Sehingga, hal ini akan berdampak penimbunan BBM bersubsidi dengan berbagai cara. Dan pedagang eceran akan menimbun BBM bersubsidi dan dijual kepada pengguna kendaraan pribadi. Dampak yang seperti ini akan menyebabkan tindak kejahatan yang sulit dihindari disebabkan oleh 2 harga yang berbeda dengan barang yang sama. 4. Isu Tapering Off Quantitative Easing dilakukan untuk merangsang ekonomi AS, dengan cara memberikan uang langsung ke dalam sistem keuangan. Caranya adalah, the Fed (Federal Reserve) mengeluarkan uang untuk membeli obligasi jangka panjang, baik itu obligasi berupa surat utang AS dan obligasi kredit perumahan. Harapannya adalah, uang itu kemudian bisa digunakan oleh perusahaan untuk keperluan lainnya dan akan membuka lapangan kerja karena pengangguran meningkat pada resesi Sedangkan Tapering Off merupakan proses pemberhentian stimulus tersebut yang dilakukan secara berkala karena membaiknya ekonomi AS. Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (the Fed) membuat keputusan terkait pengurangan stimulus pada akhir The Fed memutuskan mengurangi stimulus (tapering off) dari semula US$ 85 miliar per bulan menjadi US$ 75 miliar per bulan berlaku Januari 2014 lalu. Keputusan itu diambil setelah the Fed menyimpulkan adanya perbaikan ekonomi AS usai mengalami resesi sejak Quantitative easing dibagi menjadi dua, yakni: US$ 40 miliar untuk membeli surat utang AS dan US$ 35 miliar untuk membeli obligasi kredit perumahan yang dilakukan pada Januari 2014 lalu. Sejak itu, The Fed mengurangi pembelian secara bertahap dan akhirnya pada akhir Oktober mengakhiri pembelian obligasi yang sudah menjadi US$ 15 miliar per bulan itu dari awalnya sebesar US$ 85 miliar per bulan. Apa dampaknya bagi Indonesia? Pada Juli 2013, indeks harga saham gabungan (IHSG) jatuh sangat dalam. Bahkan saat itu, IHSG jatuh lebih dari 20%. Salah satu penyebab dari tumbangnya IHSG saat itu berasal dari rencana the Fed mengurangi stimulus. Padahal, saat itu The Fed baru saja mengeluarkan rencananya Tapering Off, belum benar-benar akan melakukannua. Keinginan the Fed mengurangi stimulus atau tapering off telah membuat dana asing yang berada di Indonesia keluar dari Indonesia secara bersamaan. Berdasarkan data 6

11 Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang tahun 2014, investor asing yang mencatatkan net sell asing di pasar saham sebesar Rp triliun. Nilai dana asing yang keluar itu hampir sama dengan nilai dana asing yang masuk tahun 2012 (dimulainya Quantitative Easing), sebesar Rp 15.2 triliun. Dengan meningkatnya uang asing yang keluar (Capital Outflow), hal ini memiliki efek besar, yaitu Defisit Neraca Modal sehingga akan mengakibatkan depresiasi rupiah. Dengan rupiah yang terus melemah, uang yang harus disiapkan untuk membayar minyak menjadi lebih besar, sehingga akan memunculkan defisit APBN. Keadaan ini disebut sebagai Defisit Ganda, yakni defisit transaksi berjalan (yang didalamnya memuat Defisit Neraca Modal) dan Defisit Fiskal (APBN). Indonesia, di tahun 2012, mengalami fenomena defisit ganda, di mana neraca perdangangan dan neraca fiskal sama-sama mengalami defisit. Indonesia mengalami defisit neraca fiskal sebesar 1.77%, dari sebelumnya ditargetkan defisit sebesar 2.23%. Pengeluaran pemerintah yang terjadi di 2012 sebesar Rp1,487.7 Triliun, lebih kecil dari yang ditargetkan oleh pemerintah yaitu sebesar Rp1,548.3 Triliun. Namun, kebanyakan defisit neraca fiskal disebabkan oleh subsidi bahan bakar minyak yang makin membesar tiap tahunnya. Ditambah dengan rupiah yang selama 2 tahun belakangan ini melemah. Berikut ilustrasinya secara sederhana:

12 5. Antara Subsidi BBM dan Kemiskinan Kenaikan harga BBM hampir selalu diprotes oleh masyarakat awam. Pandangan awam mereka menyatakan bahwa peningkatan harga BBM akibat adanya pengurangan subsidi akan meningkatkan kemiskinan karena harga-harga yang semakin mahal dan mendorong daya beli masyarakat yang menurun. Tetapi. Kenaikan harga barang dan inflasi lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis akibat pemberitaan media yang berlebihan. Pengalaman terdahulu mengatakan bahwa peningkatan harga BBM hanya berdampak sementara bagi inflasi. Hasil perhitungan CSIS 7 menunjukan bahwa kenaikan BBM sebesar 50% hanya akan berdampak pada inflasi sebesar 2-3% dan hanya 20-40% dari harga itu yang akan diteruskan oleh inflasi keseluruhan. Jika dilihat dari sumbangan komoditas, peningkatan harga BBM terhadap meningkatnya garis kemiskinan juga hanya terbilang kecil dibandingkan dengan komoditas lainnya. Berikut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) oleh BPS: 7 Damuri, Yose Rizal et al. (2014). Untuk Indonesia : Agenda Ekonomi. Jakarta: Centre For Strategic and International Studies (CSIS).

13 Jika melihat data diatas, inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya harga beras jauh lebih berperan dalam memberikan sumbangan terhadap garis kemiskinan. Bahkan, kenaikan harga rokok justru jauh lebih berperan dibandingkan kenaikan harga BBM. Hal ini mematahkan mitos bahwa kenaikan harga BBM akan memiskinkan rakyat. Pemerintah dalam hal ini lebih baik mensubtitusi subsidi bbm dan memberbesar alokasi subsidi pangan. Hal ini berbanding terbalik dengan akibat yang ditimbulkan oleh adanya subsidi yang semakin membesar di APBN, yang dalam jangka panjang justru akan meningkatkan pengangguran dan kemiskinan yang ditujukan oleh ilustrasi berikut: Sumber: Nota Keuangan RAPBNP 2013

14 Lalu bagaimana dengan angka kemiskinan? Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat kemiskinan semenjak tahun 2006 selalu mengalami penurunan. Bahkan, dari masa tersebut telah terjadi pengurangan subsidi BBM. Apakah benar yang kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin? Barangkali, yang paling benar adalah yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin kaya. Subsidi BBM yang dialihkan ke pembangunan infrastruktur telah memicu berbagai hal. Agenor dan Moreno-Dodson (2006) menyatakan bahwa infrastruktur berdampak dalam pertumbuhan ekonomi dalam beberapa cara: 1. Infrastruktur menurunkan biaya faktor input dalam proses produksi. Efek ini disebut direct productivity effect. 2. Infrastruktur meningkatkan produktivitas pekerja, dan efek ini dikenal sebagai indirect effect. 3. Dampak infrastruktur terhadap pertumbuhan diperoleh melalui proses pembangunan dan konstruksi: tempat kerja yang dibuat dalam konstruksi dan terkait industri. Sebagai investasi infrastruktur membutuhkan perawatan, lebih lanjut meningkatkan penciptaan jangka panjang pekerjaan.

15 4. Infrastruktur juga berpengaruh positif terhadap hasil pendidikan dan kesehatan: kesehatan yang baik dan pendidikan tinggi pada angkatan kerja meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 6. Meredam Efek Kejut Akibat Kenaikan Harga BBM Setiap kebijakan pasti memiliki konsekuensi, termasuk pengurangan subsidi BBM. Salah satu efek penyesuaian harga BBM subsidi adalah inflasi yang tidak terencana. Kajian Kementerian Keuangan yang disampaikan Chatib Basri selaku Menteri Keuangan pada kabinet sebelumnya menunjukkan, dinaikkannya harga BBM bersubsidi sebesar Rp 3.000/liter pada awal 2015 akan menyumbang inflasi sebesar 8,9 persen. Ketika hal ini terjadi, perlu alat untuk meredam efek kejut sampai inflasi dapat dikendalikan dan berada di level normal. Apabila harga BBM bersubsidi dinaikkan, memang dampaknya bukan pada harga membeli BBM nya tetapi pada kenaikan harga barang lain dikarenkan inflasi yang ditimbulkan. Harga barang lain ini merupakan harga bahan pokok seperti makanan. Kenaikan BBM hampir selalu berujung kepada kenaikan komoditas lainnya, terutama bahan makanan pokok yang memakai BBM dari proses produksi hingga distribusi. Faktanya, persen pengeluaran untuk penduduk miskin dan hampir miskin dialokasikan untuk kebutuhan makanan, di mana persennya dialokasikan untuk beras. Sementara di sisi lain, sebesar 25 persen kelompok rumah tangga dengan penghasilan per bulan terendah hanya menerima alokasi subsidi sebesar 15 persen, sedangkan 25 persen kelompok rumah tangga dengan penghasilan per bulan tertinggi menerima alokasi subsidi sebesar 77 persen (ESDM, 2010). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efek samping pengurangan subsidi BBM berasal dari penurunan daya beli masyarakat miskin akibat kenaikan harga bahan makanan pokok, bukan dari semakin membengkaknya pengeluaran mereka untuk mengonsumsi BBM. Oleh karena itu, untuk menghindari agar orang miskin terkena dampak dari pengurangan subsidi BBM, maka pemerintah memberikan raskin serta BLSM sebagai bentuk konversi subsidi BBM kepada orang miskin. Cash Transfer

16 Pada Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat sebanyak 28,07 juta orang. Jumlah tersebutlah yang kemudian paling merasakan dampak langsung dari inflasi yang disebabkan kenaikan harga BBM subsidi. Meski sebagian besar dari mereka tidak menggunakan BBM bersubsidi, namun daya beli yang menurun menyebabkan mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan yang paling mendasar, yaitu makanan. Untuk mengurangi dampak buruk inflasi, sudah tentu pemerintah akan menerapkan berbagai kebijakan. Namun, tentunya perlu waktu agar kebijakan yang dilakukan pemerintah dapat mengembalikan daya beli masyarakat. Dalam waktu tunggu inilah diperlukan kebijakan cash transfer yang mampu meredam efek kejut, yaitu pemberian sejumlah uang selama selang waktu tertentu yang bersifat sementara dengan maksud mengembalikan daya beli rumah tangga akibat inflasioner kenaikan harga BBM. Cash transfer ini pernah diterapkan di Indonesia dengan nama BLSM (bantuan langsung tunai sementara) yang diberikan kepada 15,5 juta rumah tangga dengan besaran Rp ,- per bulan selama empat bulan. Penerima program ini merupakan 25% rumah tangga dengan status termiskin di Indonesia. Perhitungan besarannya didapat dari inflasi barang-barang konsumsi rumah tangga miskin dikalikan rata-rata pengeluaran bulanan mereka. BLSM memang hanya bersifat meringankan sementara, karena memang tujuan program ini hanya mengembalikan daya beli rumah tangga miskin sampai kebijakan jangka panjang berhasil diterapkan. Sedangkan bantuan untuk mengurangi kemiskinan terstruktur diberikan pemerintah melalui bantuan dalam bidang ketahanan pangan, kesehatan, pendidikan, dan pelatihan. Untuk hal-hal tersebut, tentu ada program lain seperti raskin, PKH, beasiswa pendidikan, BPJS dan lain-lain. 7. Subsidi BBM dari Tinjauan Internasional dan Alam Subsidi BBM yang dilakukan pemerintah di pasar yang sedang berkembang mencapai 500 miliar US dollar per tahun dan merupakan kontributor utama dalam perubahan iklim menurut International Energy Agency (IEA) dan International Monetary Fund (IMF). Jumlah tersebut setara dengan 0,3 persen dari GDP global atau 0,9 persen dari pendapatan pemerintah di seluruh dunia, secara harfiah dihabiskan menjadi asap.

17 Negara yang melakukan subsidi terkonsentrasi di negara-negara Timur-Tengah, Afrika Utara, Asia, dan sebagian negara Amerika Latin menurut database IEA tentang subsidi bahan bakar fosil. Negara yang paling banyak mengeluarkan anggaran untuk melakukan subsidi adalah Iran, Arab Saudi, dan Rusia, yang mana semuanya merupakan produsen utama minyak bumi. Total subsidi dari ketiga negara tersebut mencapai 180 miliar US dollar per tahun di ( Menurut IEA, menyesuaikan subsidi minyak bumi, gas alam, dan listrik setahap demi setahap serta menyejajarkan harga dengan standar yang berlaku di internasional akan mengurangi pertumbuhan permintaan energi sebesar 5 persen dan emisi karbon dioksida sebanyak 2 miliar ton di tahun Setara dengan gabungan emisi yang dihasilkan Jerman, Perancis, dan Inggris saat ini. Subsidi bahan bakar fosil juga mempercepat penurunan jumlah bahan bakar itu sendiri karena merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Menurut perhitungan IMF, jika semua negara mulai menghilangkan subsidi setahap demi setahap, maka harganya akan lebih rendah 8 persen dibandingkan jika tetap melakukan subsidi di tahun Meningkatkan tarif bensin, solar, dan minyak tanah ke level pasar akan menghemat 4,7 juta barel minyak bumi per hari di akhir dekade ini (World Energy Outlook 2011). Memotong subsidi juga akan meningkatkan anggaran pemerintah. Dari 58 negara yang mensubsidi bensin, solar, dan minyak tanah di 2010, 46 negara diantaranya mengalami defisit anggaran dan 27 kasus defisit lebih dari 3 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Hal tersebut tentu sangat membebani para pembayar pajak. Subsidi membuat pengeluaran untuk pengembangan infrastruktur dan kesejahteraan sosial menjadi berkurang. Menurut APBN-P 2014, anggaran yang dikeluarkan pemerintah Indonesia untuk subsidi (energi dan non energi) jauh lebih besar daripada anggaran untuk pendidikan dan kesehatan. Subsidi juga mendorong konsumsi yang berlebihan. Harga minyak dan listrik yang murah yang berlaku di Arab Saudi membuat negara tersebut menjadi salah satu negara dengan penggunaan energi per kapita tertinggi di dunia dan membuat jumlah minyak yang tersedia untuk ekspor menjadi semakin terbatas. Kausalitas klasik bahan bakar fosil adalah selama harganya masih rendah maka orang-orang tidak akan pernah tertarik menggunakan transportasi publik dan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Serupa tapi tak sama, insentif untuk mengadakan energi terbarukan pun tidak akan terwujud. Masyarakat tidak akan menjadi inovatif

18 dan green-thinking. Selama bahan bakar masih murah maka akan terus mendorong masyarakat cenderung menjadi boros atau overconsumption. Jika anggaran subsidi dialihkan ke kesehatan, pendidikan, atau infrastruktur, apakah kondisi over kesehatan, over pendidikan, atau over infrastruktur itu buruk? Masalah lain dari subsidi adalah mendorong adanya penyelundupan. Solar di Iran dijual seharga 12 US sen per liter sedangkan di negara yang berbatasan langsung yaitu Pakistan, solar dijual seharga 1,2 US dollar. Akibatnya menurut perkiraan IEA, barel solar diselundupkan dari Iran ke Pakistan dan Afganistan setiap harinya. Menurut data Oil Change International, diperkirakan total subsidi secara global mencapai 1 triliun US dollar. Laporan terbaru dari International Monetary Fund (IMF) subsidi secara global dapat mencapai 1,9 triliun US dollar jika ditambahkan eksternalitas negatif (biaya tambahan yang harus ditanggung sebagai akibat dari adanya kegiatan konsumsi atau produksi barang tersebut). Maka ketika emisi gas rumah kaca sudah makin tinggi, pemerintah di negara-negara seluruh dunia malah menggelontorkan ratusan miliar US dollar dalam bentuk subsidi bahan bakar fosil, mengembangkan insentif buruk untuk melanjutkan kehidupan kearah iklim yang lebih buruk. Menghapus subsidi bahan bakar fosil dapat menjadi induk dari semua win-win scenarios. Kemenangan bagi pembayar pajak, kemenangan bagi pemerintah, dan kemenangan bagi planet ini tentunya.

19 Sumber Referensi: Badan Pusat Statistik K. Donelacio dan Laisves, Sosio-Ecnomic Impact of Infrastructure Investment, Inzinerine Ekonomika-Engineering Economics (3).2009 Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBN 2014, 2013, Jakarta Kementerian Keuangan, Nota Keuangan dan RAPBN 2015, 2014, Jakarta un

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Akhir-akhir ini di berbagai media ramai dibicarakan bahwa â œindonesia sedang mengalami krisis energiâ atau â œindonesia sedang

Lebih terperinci

Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara Oleh: Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEUI 2014

Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara Oleh: Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEUI 2014 Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara Oleh: Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEUI 2014 Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah, demi mensejahterakan hajat hidup rakyat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia SEMINAR NASIONAL Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia ENNY SRI HARTATI Auditorium Kampus Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie Rabu, 24 September 2014 INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

Buku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya

Buku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya Edisi Tanya Jawab Bersama-sama Selamatkan Uang Bangsa Disusun oleh: Tim Sosialisasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak Sampul Depan oleh: Joko Sulistyo & @irfanamalee dkk. Ilustrator oleh: Benny Rachmadi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergerakan ekonomi dunia dan naik turunnya harga minyak mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005 sampai 2009, salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran internasional tidak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan fiskal pemerintah. Pada dasarnya, kebijakan fiskal mempunyai keterkaitan yang erat dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat,

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Kajian Kebijakan BBM Bersubsidi Oleh: Uka Wikarya Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas it Indonesia Yayasan Institut Indonesia untuk Ekonomi

Lebih terperinci

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013 BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013 I. PENDAHULUAN Dalam Undang-undang No.19 Tahun 2012 tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar Rp193,8 triliun meningkat Rp56,4 triliun bila dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah pasti mengundang protes. Ini adalah kebijakan yang sangat tidak populer. Banyak orang menilai, keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dunia saat ini berada pada posisi tiga kejadian penting yaitu harga minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika Serikat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi

Lebih terperinci

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya.

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya. EdisiBukuSaku Bersama-samaSelamatkanUangRakyat Disusunoleh: Tim SosialisasiPenyesuaianSubsidi BahanBakarMinyak JokoSulistyo(TataLetak) Komikoleh: @irfanamalee(creativedirector) ZahraSafirah(Naskah) Isnaeni(Ilustrator)

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global 2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal

Lebih terperinci

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah pasti mengundang protes. Ini adalah kebijakan yang sangat tidak populer. Banyak orang menilai, keputusan

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perekonomian Indonesia sedang mengalami pertumbuhan industri yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah I. Pendahuluan Harga Minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) merupakan salah satu

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

10JAWABAN BBM BERSUBSIDI HARGA TENTANG KENAIKAN

10JAWABAN BBM BERSUBSIDI HARGA TENTANG KENAIKAN TENTANG KENAIKAN 10JAWABAN HARGA BBM BERSUBSIDI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JAKARTA 2012 2 10 JAWABAN TENTANG KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JAKARTA

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012 TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012 Pada periode 1993-2011 telah terjadi 13 (tiga belas) kali perubahan harga bersubsidi bahan bakar minyak (bensin

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada

Lebih terperinci

Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak

Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Struktur Kalimat Pengantar, isu, masalah Besaran subsidi energi pada tahun anggaran 2014 mencapai 297,4 triliun. Angka tersebut didasarkan pada realisasi

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

Konsolidasi Fiskal dan Komitmen Indonesia pada G20 1

Konsolidasi Fiskal dan Komitmen Indonesia pada G20 1 I. Pendahuluan Konsolidasi Fiskal dan Komitmen Indonesia pada G20 1 Kebijakan konsolidasi fiskal dipandang sangat mendesak untuk mengatasi krisis keuangan global. Para pemimpin pemerintahan negara anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian A. Pasar Valuta Asing Pasar Valuta Asing menyediakan mekanisme bagi transfer daya beli dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Pasar ini bukan entitas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi A. Pendahuluan Volume konsumsi BBM bersubsidi dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2008 realisasi konsumsi BBM bersubsidi 1 menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan fiskal secara keseluruhan. Indikator kerentanan fiskal yang dihadapi adalah meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan fiskal secara keseluruhan. Indikator kerentanan fiskal yang dihadapi adalah meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah di seluruh dunia pada dasarnya dihadapkan dengan kerentanan fiskal. Hemming (2000) mendefinisikan kerentanan fiskal adalah ketika pemerintah gagal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016 Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti. Pengantar: Pemerintah kembali akan menaikkan harga BBM. Berbagai opsi dilempar ke masyarakat. Berbagai penolakan pun muncul. Kenaikan itu ditunda beberapa kali. Ada apa sebenarnya di balik rencana itu?

Lebih terperinci

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012 1. Pendahuluan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012 Pemerintah akan mengalokasikan dana tunai sebesar Rp 25,6 triliun kepada 18,5 juta keluarga miskin atau 74 juta jiwa sebagai kompensasi

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014

Lebih terperinci

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

RINGKASAN APBN TAHUN 2017 RINGKASAN APBN TAHUN 2017 1. Pendahuluan Tahun 2017 merupakan tahun ketiga Pemerintahan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mewujudkan sembilan agenda priroritas (Nawacita)

Lebih terperinci

UTANG PEMERINTAH EKONOMI POLITIK KEBIJAKAN FISKAL

UTANG PEMERINTAH EKONOMI POLITIK KEBIJAKAN FISKAL UTANG PEMERINTAH EKONOMI POLITIK KEBIJAKAN FISKAL Oleh: Anthony Budiawan Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Disampaikan pada Seminar Nasional Menyikapi Polemik Utang Pemerintah

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran rutin serta dengan berbagai pertimbangan yang lain, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran rutin serta dengan berbagai pertimbangan yang lain, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan Bahan Bakar Minyak di Indonesia pada tahun 2013 dirasakan cukup tinggi, hal tersebut dikarenakan terjadinya kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Mengarahkan kembali belanja publik April

Lebih terperinci

PROFIL EKONOMI AMERIKA SERIKAT

PROFIL EKONOMI AMERIKA SERIKAT PROFIL EKONOMI AMERIKA SERIKAT UNITED STATES of AMERICA Populasi: 309.349.689 Import Utama: Pasokan industri ( minyak mentah, dll ), barang modal ( komputer, peralatan telekomunikasi, otomotif, mesin kantor,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber daya energi dan mempunyai sifat sebagai barang publik yang mendekati kategori barang privat yang disediakan pemerintah (publicly provided

Lebih terperinci

REFORMULASI KEBIJAKAN ANGGARAN SEBAGAI UPAYA MENGATASI KESENJANGAN EKONOMI. Oleh: Ahmad Heri Firdaus

REFORMULASI KEBIJAKAN ANGGARAN SEBAGAI UPAYA MENGATASI KESENJANGAN EKONOMI. Oleh: Ahmad Heri Firdaus REFORMULASI KEBIJAKAN ANGGARAN SEBAGAI UPAYA MENGATASI KESENJANGAN EKONOMI Oleh: Ahmad Heri Firdaus Abstrak Di tengah melambatnya kinerja perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga Triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tren yang fluktiasi dengan indikator-indikator yang mempengaruhinya.

BAB I PENDAHULUAN. tren yang fluktiasi dengan indikator-indikator yang mempengaruhinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada periode sebelumnya yaitu 2010-2014, pembangunan ekonomi Indonesia difokuskan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), dalam kurun waktu 4 tahun

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen) 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini pertumbuhan ekonomi dunia mengalami

Lebih terperinci

PERAN APBN-P 2014 TERHADAP DISKUSI INDEF 20 MEI 2014

PERAN APBN-P 2014 TERHADAP DISKUSI INDEF 20 MEI 2014 PERAN APBN-P 2014 TERHADAP PERCEPATAN INFRASTRUKTUR DISKUSI INDEF 20 MEI 2014 Kondisi Infrastruktur di Indonesia (1) Perkembangan Infrastruktur di Indonesia relatif lambat Infrastruktur Indonesia menempati

Lebih terperinci

PRUlink Newsletter. Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia. Kuartal II Beberapa Catatan Ekonomi Penting selama Kuartal II 2008

PRUlink Newsletter. Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia. Kuartal II Beberapa Catatan Ekonomi Penting selama Kuartal II 2008 PRUlink Newsletter Kuartal II 2008 Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal perusahaan Beberapa Catatan Ekonomi Penting selama Kuartal

Lebih terperinci

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Lembaran Ne

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Lembaran Ne BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 KEMEN-ESDM. Harga Jual Eceran. BBM. Perhitungan. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dalam menggunakan pinjaman baik dari dalam maupun dari luar negeri merupakan salah satu cara untuk menutupi defisit anggaran yang terjadi. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012 REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Pada APBN-P tahun 2012 volume belanja negara ditetapkan sebesar Rp1.548,3 triliun, atau meningkat Rp112,9 triliun (7,9

Lebih terperinci

DRS. LAURENS BAHANG DAMA KETUA KOMISI V DPR-RI. Aspek Ekonomi Politik, Subsidi BBM, APBN dan Transportasi Massal dalam Kerangka Ekonomi Hijau

DRS. LAURENS BAHANG DAMA KETUA KOMISI V DPR-RI. Aspek Ekonomi Politik, Subsidi BBM, APBN dan Transportasi Massal dalam Kerangka Ekonomi Hijau 1 DRS. LAURENS BAHANG DAMA KETUA KOMISI V DPR-RI Aspek Ekonomi Politik, Subsidi BBM, APBN dan Transportasi Massal dalam Kerangka Ekonomi Hijau Disampaikan pada acara dialog publik Pusat Penelitia Perubahan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci