TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012"

Transkripsi

1 TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012 Pada periode telah terjadi 13 (tiga belas) kali perubahan harga bersubsidi bahan bakar minyak (bensin premium, minyak tanah, dan minyak solar). Dari 13 kali perubahan tersebut, terjadi 9 (sembilan) kali berupa penaikan harga dan 4 (empat) kali penurunan harga. Tabel berikut ini menyajikan perubahan harga bersubsidi bahan bakar minyak sejak tahun 1993 sampai tahun TABEL 1. PERUBAHAN HARGA BERSUBSIDI BBM SEJAK TAHUN Tinjauan kebijakan harga bersubsidi BBM ini difokuskan terhadap faktor penyebab utama dari penyesuaian (penaikan atau penurunan) harga bersubsidi BBM, yaitu faktor harga minyak mentah dan faktor perubahan nilai tukar Rupiah. Di dalam analisis ini harga minyak mentah yang digunakan adalah harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) yang dipublikasikan oleh Kementerian ESDM dan perkembangan nilai tukar Rupiah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Grafik berikut ini menyajikan perkembangan harga minyak mentah Indonesia atau ICP periode 1993 sampai tahun 2011, serta perkembangan nilai tukar Rupiah untuk periode yang sama. Data pada tabel ini digunakan untuk menganalisis apakah kebijakan kenaikan harga bersubsidi BBM sejak tahun 1993 sampai tahun 2011 sepenuhnya ditentukan oleh kedua faktor tersebut diatas atau oleh faktor lain yang menjadi pertimbangan didalam mengambil keputusan kebijakan harga BBM.

2 GRAFIK 1. PERKEMBANGAN HARGA MINYAK MENTAH INDONESIA (USD/BARREL) GRAFIK 2. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR RUPIAH (Rp/USD) Selain faktor perubahan harga minyak mentah dan perubahan nilai tukar Rupiah, tinjauan ini juga menggunakan neraca antara realisasi penerimaan minyak bumi dan realisasi subsidi BBM sebagai alat analisis. Grafik berikut ini menyajikan neraca tersebut untuk periode tahun anggaran 1989/1990 sampai tahun anggaran 1999/2000 dan untuk periode tahun anggaran 2000 sampai tahun anggaran GRAFIK 3. REALISASI PENERIMAAN MINYAK BUMI DAN SUBSIDI BBM 1989/ /2000 GRAFIK 4. REALISASI PENERIMAAN MINYAK BUMI DAN SUBSIDI BBM

3 Catatan: Realisasi subsidi BBM 2011 merupakan angka sementara. Masa Pemerintahan Presiden Soeharto (27 Maret 1968 â 21 Mei 1998) Pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto tercatat kenaikan harga BBM dilakukan sebanyak 19 (sembilan belas) kali, yaitu pada tahun 1968, 1970, 1972, 1973, 1974, 1975, 1976, 1979 ( 2 kali kenaikan harga), 1980, 1982, 1983, 1984, 1985, 1986, 1990, 1991, 1993 dan 5 Mei 1998 serta 1 (satu) kali penurunan harga BBM yaitu pada tanggal 15 Mei Periode merupakan periode terpanjang yang tercatat dimana harga bersubsidi BBM tidak dinaikkan. Hal ini terjadi karena harga minyak mentah dan nilai tukar Rupiah yang relatif stabil pada periode tersebut. Pada periode harga minyak mentah Indonesia berkisar antara USD 16/barrel sampai USD 20/barrel dan kurs Rupiah berada pada kisaran Rp 2.096/USD sampai Rp 2.342/USD. Kebijakan harga bersubsidi BBM pada masa ini pada dasarnya memberikan subsidi harga yang relatif lebih besar terhadap minyak tanah, mengingat minyak tanah adalah bahan bakar rumah tangga sehingga subsidi harga diharapkan dapat meringankan beban pengeluaran keluarga berpendapatan rendah. Selanjutnya minyak solar juga mendapatkan subsidi harga yang cukup besar karena minyak solar digunakan untuk transportasi umum dan angkutan barang, sehingga dampak kenaikan harga minyak solar terhadap kenaikan harga barang atau inflasi selalu menjadi bahan pertimbangan dalam memutuskan harga bersubsidi minyak solar. Subsidi harga untuk bensin premium pada periode tersebut relatif lebih kecil dibandingkan subsidi harga minyak tanah dan minyak solar, karena bensin premium lebih banyak digunakan oleh kendaraan pribadi yang pemiliknya relatif memiliki kondisi perekonomian yang lebih baik. Kebijakan harga bersubsidi BBM pada periode 1993/1994 sampai tahun 1997/1998 menetapkan harga bensin premium Rp 700/liter, harga minyak tanah Rp 280/liter dan harga minyak solar Rp 380/liter. Dengan harga BBM ini realisasi subsidi pada tahun anggaran 1993/1994 dan 1995/1996 nihil, artinya untuk kedua tahun anggaran tersebut harga BBM ini bukanlah harga bersubsidi. Akibat krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan memuncak pada tahun 1998, Pemerintah pada tanggal 5 Mei 1998 memutuskan untuk menaikkan harga BBM sehingga harga bensin premium menjadi Rp 1.200/liter, harga minyak tanah Rp 350/liter dan harga minyak solar Rp 600/liter. Pada tanggal 15 Mei 1998 harga BBM tersebut diturunkan sehingga harga bensin premium ditetapkan menjadi Rp 1.000/liter (142,8% dibanding harga 1993), harga minyak tanah kembali ke harga tahun 1993 yaitu Rp 280/liter dan harga minyak solar menjadi Rp 550/liter (144,7% dibanding harga tahun 1993). Harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau ICP pada tahun 1997 sebesar USD 19,10/barrel atau 110,7% dibanding

4 harga minyak mentah tahun 1993 sebesar USD 17,25/barrel. Nilai tukar Rupiah rata-rata tahun 1997 Rp 2.955/USD atau terdepresiasi sebesar 140,9% dibanding nilai tukar Rupiah tahun 1993 sebesar Rp 2.096/USD. Berdasarkan tingkat kenaikan harga minyak mentah dan tingkat depresiasi nilai tukar rupiah pada tahun 1997 maka harga BBM seharusnya menjadi (110,7% x 140,9%)= 155,9% dibanding harga tahun 1993 dengan rincian harga bensin premium menjadi Rp 1.090/liter, harga minyak tanah menjadi Rp 435/liter dan harga minyak solar menjadi Rp 590/liter. Namun pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan harga bersubsidi BBM sehingga pada tahun anggaran 1997/1998 realisasi subsidi BBM mencapai Rp 9,8 triliun atau 593% dibanding realisasi subsidi BBM tahun anggaran 1996/1997 sebesar Rp 1,4 triliun. Kenaikan harga bersubsidi BBM pada tahun anggaran 1998/1999 yang diputuskan pada tanggal 5 Mei 1998 dengan harga bensin premium ditetapkan menjadi Rp 1.200/liter, harga minyak tanah Rp 350/liter dan harga minyak solar menjadi Rp 600/liter pada dasarnya sudah mendekati faktor tingkat kenaikan harga minyak mentah dan faktor depresiasi nilai tukar Rupiah yang terjadi selama tahun 1997 seperti terlihat pada Tabel 2. Namun atas situasi politik yang terjadi pasca kerusuhan tanggal 12 Mei 1998 harga bersubsidi BBM ini diturunkan untuk bensin premium Rp 1.000/liter, minyak tanah tidak dinaikkan atau tetap Rp 280/liter dan minyak solar Rp 550/liter. TABEL 2. PERBANDINGAN HARGA BBM TANGGAL 5 MEI 1998 DENGAN HARGA BBM 1993 SETELAH FAKTOR KOREKSI HARGA MINYAK DAN DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TAHUN 1998 Jenis BBM Harga Bersubsidi BBM Taanggal 5 Mei 1998 (Rp/liter) Harga Bersubsidi BBM Tahun 1993 Setelah Faktor Koreksi Kenaikan Harga Minyak dan Depresiasi Nilai Tukar Rupiah (Rp/liter) Pada Tahun 1998

5 Bensin Premium Minyak Tanah Minyak Solar Masa Pemerintahan Presiden B.J Habibie (21 Mei 1998 â 20 Oktober 1999)

6 Presiden B.J Habibie dilantik sebagai Presiden R.I pada tanggal 21 Mei 1998 atau beberapa hari setelah kerusuhan tanggal 12 Mei 1998 dan setelah Pemerintah memutuskan menurunkan harga BBM pada tanggal 15 Mei Pada masa pemerintahanan Presiden B.J Habibie pemerintah tidak menaikkan harga bersubsidi BBM. Harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau ICP pada tahun 1998 sebesar USD 12,48/barrel atau 72,35% dibanding harga minyak mentah tahun 1993 sebesar USD 17,25/barrel. Sementara nilai tukar Rupiah rata-rata tahun 1998 sebesar Rp /USD atau terdepresiasi menjadi 499,2% dibanding nilai tukar rupiah tahun 1993 sebesar Rp 2.096/USD. Jika hanya mempertimbangkan faktor harga minyak mentah dan faktor nilai tukar Rupiah dan menggunakan harga bersubsidi BBM tahun 1993 sebagai acuan, maka pada tahun 1998 harga bersubsidi BBM seharusnya menjadi (499,2% x 72,35%) atau 361,17% dibanding harga bersubsidi BBM tahun 1993 sehingga harga BBM seharusnya untuk bensin premium menjadi Rp 2.530/liter, harga minyak tanah seharusnya menjadi Rp 1.010/liter dan harga minyak solar seharusnya menjadi Rp 1.375/liter. Namun dalam kenyataannya kenaikan harga bersubsidi BBM pada tahun 1998 beberapa hari sebelum pelantikan Presiden B.J Habibie jauh dibawah tingkat perubahan harga minyak dan perubahan nilai tukar Rupiah sebesar 361,17%. Akibatnya subsidi BBM pada tahun anggaran 1998/1999 melonjak sangat tinggi mencapai Rp 28,6 triliun atau 292% dari subsidi BBM tahun anggaran 1997/1998 sebesar Rp 9,8 triliun. Pada tahun anggaran 1998/1999 realisasi penerimaan minyak bumi mencapai Rp 25,9 triliun sedangkan realisasi subsidi sebesar Rp 28,6 triliun sehingga terjadi defisit terhadap penerimaan minyak bumi sebesar Rp 2,7 triliun. Memasuki tahun anggaran 1999 tepatnya periode April sampai 20 Oktober 1999, pemerintah tidak menaikkan harga bersubsidi BBM. Kondisi ini memberikan kelanjutan tekanan fiskal pada pemerintahan berikutnya yaitu pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dan pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 â 23 Juli 2001) Pada masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid tercatat 2 (dua) kali kenaikan harga BBM yaitu pada tanggal 1 Oktober 2000 dan tanggal 16 Juni Dalam melanjutkan sisa tahun anggaran 1999/2000, pemerintah tidak menaikkan harga BBM. Realisasi subsidi BBM pada tahun anggaran 1999/2000 mencapai Rp 40,9 triliun atau 143% dibanding realisasi defisit tahun anggaran 1998/1999. Realisasi penerimaan minyak bumi pada tahun anggaran 1999/2000 mencapai Rp 33,1 triliun setelah dikurangi realisasi subsidi BBM sebesar Rp 40,9 triliun maka terjadi defisit sebesar Rp 7,8 triliun. Pada tahun anggaran 2000 (April-Desember 2000) harga minyak mentah Indonesia mengalami kenaikan mencapai USD 28,39/barrel atau 227,5% dibanding harga minyak tahun 1998 sebesar USD 12,48/barrel. Sementara itu nilai tukar Rupiah tahun 2000 mencapai Rp 8.402/USD atau mengalami penguatan menjadi 80,3% dibanding nilai tukar Rupiah tahun 1998 sebesar Rp /USD, sehingga harga bersubsidi BBM tahun 2000 seharusnya naik menjadi (227,5% x 80,3%) atau 182,7% dari harga bersubsi BBM di tahun Pemerintah memutuskan kenaikan harga bersubsidi BBM pada tahun 2000 jauh dibawah tingkat kenaikan harga minyak mentah dan faktor pelemahan nilai tukar rupiah tersebut,

7 dimana harga bensin premium hanya dinaikkan menjadi Rp 1.150/liter (115% dari harga 15 Mei 1998), harga minyak tanah menjadi Rp 350/liter (125% dari harga 15 Mei 1998) dan harga minyak solar menjadi Rp 600/liter (109,10% dari harga 15 Mei 1998). Dengan kenaikan harga bersubsidi BBM tersebut yang jauh dibawah faktor kenaikan harga minyak mentah dan perubahan nilai tukar Rupiah tersebut, maka subsidi BBM pada tahun anggaran 2000 (April-Desember) meningkat menjadi Rp 53,8 triliun atau 131,8% dari subsidi BBM tahun 1999/2000 sebesar Rp 40,9 triliun. Pada tahun 2000 realisasi penerimaan minyak bumi sebesar Rp 50,9 triliun sehingga terjadi defisit penerimaan minyak bumi sebesar Rp 2,9 triliun setelah dikurangi realisasi subsidi BBM. Pada tahun 2001 harga minyak mentah Indonesia turun menjadi USD 23,89/barrel atau 84,15% dibanding harga minyak mentah tahun 2000 sebesar USD 28,39/barrel. Sementara itu nilai tukar Rupiah tahun 2001 mencapai Rp /USD atau terdepresiasi menjadi 121,92% dibanding nilai tukar tahun 2000 sebesar Rp 8.402/USD, sehingga faktor kenaikan harga BBM pada tahun 2001 sebesar (84,15% x 121,92%) atau 102,6% dibanding harga BBM tahun Kali ini pemerintah menaikkan harga bensin premium menjadi Rp 1.450/liter (126,09% dari harga tahun 2000), harga minyak tanah menjadi Rp 400/liter (114,28% dari harga tahun 2000) dan harga minyak solar menjadi Rp 900/liter (150% dari harga tahun 2000). Kenaikan harga BBM tahun 2001 lebih tinggi dibandingkan faktor perubahan harga minyak dan nilai tukar Rupiah karena kenaikan harga tahun 2000 masih jauh dibawah kenaikan harga yang seharusnya jika mengacu pada harga BBM tahun Meski telah dilakukan kenaikan harga bersubsidi BBM, namun realisasi anggaran subsidi BBM tahun 2001 masih meningkat yaitu mencapai Rp 68,4 triliun atau 127,1% dari subsidi BBM tahun 2000 sebesar Rp 53,8 triliun. Dengan realisasi penerimaan minyak bumi pada tahun 2001 sebesar Rp 58,9 triliun dikurangi realisasi subsidi BBM sebesar Rp 68,4 triliun maka terjadi defisit sebesar Rp 9,5 triliun. Bersamaan dengan penetapan harga bersusibdi BBM yang berlaku sejak tanggal 16 Juni 2001, Pemerintah melalui Keputusan Presiden No. 73 Tahun 2001 tanggal 15 Juni 2001 tentang Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Dalam Negeri telah menetapkan harga MOPS+5% sebagai acuan harga pasar BBM dalam negeri. MOPS adalah singkatan dari Mean of Plattâ s Singapore yaitu harga rata-rata FOB produk BBM yang diperdagangkan di pasar spot Singapore sebagaimana dicatat oleh Plattâ s Singapore. Dalam perjalanannya besar penetapan harga BBM ditetapkan sebesar MOPS + Alpha. Besaran Alpha ini setiap tahun dinegosiasikan antara Pemerintah dan PT.Pertamina (Persero). Dapat disimpulkan bahwa pada akhir pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid realisasi subsidi BBM masih lebih tinggi dibandingkan realisasi penerimaan negara yang berasal dari minyak bumi. Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri (23 Juli 2001 â 20 Oktober 2004) Pada masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri tercatat 2 (dua) kali kenaikan harga bersubsidi BBM yaitu pada tanggal 17 Januari 2002 dan tanggal 2 Januari Pada tahun 2002 harga rata-rata minyak mentah Indonesia mencapai USD 24,53/barrel atau 102,68% dibanding harga minyak mentah tahun 2001 sebesar USD 23,89/barrel. Nilai tukar Rupiah tahun 2002 sebesar Rp 9.318/USD atau menguat 90,96% dibanding nilai tukar tahun 2001 sebesar Rp /USD. Dengan demikian maka pada tahun 2002 faktor tingkat kenaikan harga bersubsidi BBM sebesar (102,68% x 90,96%) atau 93,4% dari harga tahun 2001 atau tidak perlu dinaikkan. Namun demikian mengingat kenaikan harga BBM pada periode sebelumnya jauh dibawah tingkat kenaikan harga minyak mentah dan pelemahan nilai tukar Rupiah serta realisasi anggaran subsidi yang melampaui

8 penerimaan minyak bumi, maka Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga bersubsidi BBM pada 17 Januari 2002 untuk bensin premium Rp (106,9% dari harga tahun 2001), untuk minyak tanah Rp 600 (150% dari harga tahun 2001) untuk minyak solar Rp (127,28% dari harga tahun 2001). Kebijakan kenaikan harga bersubsidi ini berhasil menurunkan subsidi BBM menjadi Rp 31,2 triliun, atau 45,6% dibanding realisasi subsidi BBM tahun 2001 sebesar Rp 68,4 triliun. Realisasi penerimaan minyak bumi tahun 2002 mencapai Rp 47,7 triliun sehingga setelah dikurangi realisasi subsidi BBM terdapat surplus sebesar Rp 16,5 triliun. Pada tahun 2003 harga rata-rata minyak mentah Indonesia mencapai USD 28,65/barrel atau 116,8% dibanding harga tahun 2002 sebesar USD 24,53/barrel. Sedangkan nilai tukar Rupiah tahun 2003 mencapai Rp 8.577/USD atau 92,05% dibanding nilai tukar tahun 2002, sehingga faktor tingkat kenaikan harga bersubsidi BBM dibanding tahun sebelumnya sebesar (116,8% x 92,05%) atau 107,5%. Pemerintah memutuskan kenaikan harga BBM pada tanggal 2 Januari 2003 untuk bensin premium Rp 1.810/liter (naik 116,67% dari harga tahun 2002), untuk minyak tanah Rp 700/liter (116,67% dari harga tahun 2002) dan untuk minyak solar Rp ( 164,35% dari harga tahun 2002). Realisasi subsidi BBM pada tahun 2003 mencapai Rp 30,04 triliun atau sedikit lebih rendah dari realisasi subsidi BBM tahun 2002 sebesar Rp 31,2 triliun. Realisasi penerimaan minyak bumi tahun 2003 mencapai Rp 42,9 triliun sehingga setelah dikurangi realisasi subsidi BBM terdapat surplus sebesar 12,9 triliun. Pada tahun 2004 harga minyak mentah Indonesia naik mencapai USD 37,18/barrel atau 129,78% dibanding harga minyak mentah tahun 2003 dan nilai tukar rupiah sebesar Rp 8.289/USD atau 96,64% dibanding nilai tukar tahun 2003 sebesar Rp 8.577, sehingga faktor tingkat kenaikan harga bersubsidi BBM tahun 2004 menjadi (129,78% x 96,64%) atau 125,4% dibanding harga bersubsidi BBM tahun Walaupun demikian pemerintah tidak menaikkan harga bersubsidi BBM pada tahun 2004, sehingga beban subsidi BBM kembali meningkat menjadi Rp 69 triliun atau 229,9% dibanding subsidi BBM tahun 2003 sebesar Rp 30,04 triliun. Realisasi penerimaan minyak bumi tahun 2004 mencapai Rp 63 triliun sehingga setelah dikurangi realisasi subsidi BBM terdapat defisit sebesar Rp 6 triliun. Dapat disimpulkan bahwa pada akhir pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri realisasi subsidi BBM masih lebih tinggi dibandingkan realisasi penerimaan negara dari minyak bumi. Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004 â 20 Oktober 2009) Pada masa Kabinet Indonesia Bersatu I, pemerintah memutuskan 3 (tiga) kali kenaikan harga bersubsidi BBM yaitu pada tanggal 1 Maret 2005 dan tanggal 1 Oktober 2005 serta tanggal 24 Mei 2008 dan 2 (dua) kali penurunan harga bersubsidi BBM yaitu pada tanggal 1 Desember 2008 dan tanggal 15 Desember Harga rata-rata minyak mentah Indonesia pada tahun 2005 mencapai USD 53,44/barrel atau naik 186,5% lebih tinggi dibanding harga minyak tahun 2003 sebesar USD 28,65/barrel. Sementara nilai tukar Rupiah pada tahun 2005 mencapai Rp atau terdepresiasi menjadi 113,15% dibanding nilai tukar pada tahun 2003, sehingga faktor tingkat kenaikan harga bersubsidi BBM tahun 2005 menjadi (186,5% x 113,15%) atau 211% dibanding harga BBM tahun Pada tanggal 1 Maret 2005 Pemerintah memutuskan menaikkan harga bersubsidi BBM dengan rincian harga bensin premium Rp 2.400/liter (132,60% dari harga tahun 2003), harga minyak tanah Rp 2.200/liter (314,3% dari harga tahun 2003), harga minyak solar Rp 2.100/liter (111,11% dari harga tahun 2003).

9 Pada tanggal 1 Oktober 2005, pemerintah kembali memutuskan kenaikan harga BBM dengan rincian harga bensin premium Rp 4.500/liter (187,5% dari harga 1 Maret 2005), harga minyak tanah Rp 2.000/liter (90,9% dari harga 1 Maret 2005), harga minyak solar Rp 4.300/liter ( 204,8% dari harga 1 Maret 2005). Kenaikan harga bersubsidi BBM yang cukup tinggi pada bulan Oktober tahun 2005 telah mengakibatkan inflasi pada bulan Oktober mencapai 8,70%. Walaupun sudah menaikkan harga bersubsidi BBM sebanyak 2 (dua) kali dengan tingkat kenaikan tertinggi dalam sejarah kenaikan harga BBM, realisasi subsidi BBM tahun 2005 meningkat menjadi Rp 95,6 triliun atau 138,6% dibanding realisasi subsidi BBM tahun 2004 sebesar Rp 69 triliun. Realisasi penerimaan minyak bumi tahun 2005 mencapai Rp 72,8 triliun sehingga setelah dikurangi realisasi subsidi BBM terdapat defisit sebesar Rp 22,8 triliun. Harga rata-rata minyak mentah Indonesia pada tahun 2008 mencapai USD 97,02/barrel atau 181,6% dibanding harga minyak tahun 2005 sebesar USD 53,44/barrel. Sementara nilai tukar Rupiah pada tahun 2008 mencapai Rp 9.706/USD atau relatif sama dengan nilai tukar tahun 2005 sebesar Rp 9.705/USD, sehingga faktor tingkat kenaikan harga bersubsidi tahun 2008 sebesar 181,6% dibanding harga BBM tahun Pada tanggal 24 Mei 2008 Pemerintah memutuskan menaikkan harga bersubsidi BBM dengan rincian harga bensin premium Rp 6.000/liter (133,33% dibanding harga tahun 2005), harga minyak tanah Rp 2.500/liter (125% dibanding harga tahun 2005), harga minyak solar Rp 5.500/liter (atau 127,9% dibanding harga tahun 2005). Kemudian pada tanggal 1 Desember 2008 dan dilanjutkan pada tanggal 15 Desember 2008 pemerintah menurunkan harga bersubsidi BBM, sehingga pada akhir 2008 harga bensin premium menjadi Rp 5.000/liter (turun 16,66%), harga minyak tanah tetap Rp 2.500/liter dan harga minyak solar menjadi Rp 4.800/liter (turun 12,73%). Penurunan harga bersubsidi BBM pada akhir tahun 2008 tersebut diputuskan berdasarkan pada kenyataan bahwa harga minyak mentah Indonesia yang sempat mencapai USD 135/barrel pada bulan Juli 2008 turun menjadi USD 38,45/barrel pada bulan Desember Dengan kenaikan harga pada bulan Mei 2008 dan penurunan harga bersubsidi BBM pada bulan Desember 2008, maka realisasi anggaran subsidi BBM tahun 2008 mencapai 139,1 triliun. Realisasi penerimaan minyak bumi pada tahun 2008 mencapai Rp 169,02 triliun sehingga terdapat surplus sebesar Rp 29,92. Untuk mengurangi ketergantungan energi rumah tangga terhadap BBM khususnya minyak tanah maka sejak akhir tahun 2006 pemerintah memutuskan untuk melakukan pengalihan minyak tanah ke LPG. Program ini cukup berhasil menurunkan konsumsi minyak tanah dan menurunkan beban subsidi harga minyak tanah. Ada fakta yang cukup menarik dari program pengalihan minyak tanah ke LPG ini yang ditemukan setelah seluruh wilayah Jabodetabek selesai dilaksanakan program pengalihan diketahui bahwa realisasi pemakaian 1 liter minyak tanah setara dengan 0,25 kg LPG, padahal berdasarkan hasil percobaan dan penelitian menunjukkan 1 liter minyak tanah setara dengan 0,57 kg LPG. Fakta ini setidaknya menunjukkan bahwa lebih dari 50% minyak tanah yang didistribusikan di wilayah Jabodetabek selama ini dinikmati oleh masyarakat yang tidak termasuk kelompok berpenghasilan rendah. Hal ini mengkonfirmasi teori yang menyatakan bahwa suatu komoditi apabila dijual dibawah harga pasar maka akan terjadi misalokasi sumber daya (miss-allocation of resources).

10 Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2009 â 20 Oktober 2014) Pada tanggal 15 Januari 2009, pemerintah memutuskan penurunan kembali harga bersubsidi BBM setelah sebelumnya secara berturut-turut menurunkan harga bersubsidi BBM pada tanggal 1 dan tanggal 15 Desember 2008, sehingga harga bersubsidi bensin premium menjadi Rp 4.500/liter (turun 10%), harga minyak tanah tetap Rp 2.500/liter dan harga minyak solar menjadi Rp 4.500/liter (turun 6,25%). Harga rata-rata minyak mentah Indonesia pada tahun 2009 mencapai USD 61,58/barrel atau turun 36,52% dibanding harga minyak mentah tahun 2008 sebesar USD 97,02/barrel. Sementara nilai tukar Rupiah pada tahun 2009 mencapai Rp /USD atau terdepresiasi sebesar 7,15% dibanding nilai tukar tahun 2008 sebesar Rp 9.706/USD. Dengan kondisi tersebut pemerintah tidak menaikkan harga BBM pada tahun Realisasi subsidi BBM tahun 2009 mencapai Rp 45,09 triliun turun 67,62% dibanding realisasi subsidi tahun 2008 sebesar Rp 139,1 triliun. Jika mengacu pada harga bersubsidi yang diputuskan pada tanggal 1 Oktober 2008, maka harga minyak mentah pada tahun 2011 sebesar % dibanding harga minyak mentah tahun 2008 dan nilai tukar Rupiah tahun 2011 sebesar 90,42% dibanding nilai tukar tahun 2008, sehingga faktor tingkat kenaikan harga bersubsidi BBM tahun 2011 menjadi (114,97% x 90,42%) atau 103,9% atau paling tidak sama dengan harga BBM tahun 2008 sehingga harga bensin premium pada tahun 2011 seharusnya naik menjadi Rp 6.000/liter, harga minyak tanah tetap Rp 2.500/liter dan harga minyak solar menjadi Rp 5.500/liter. Dengan tidak dinaikkannya harga bersubsidi BBM tahun 2011 maka realisasi sementara subsidi BBM tahun 2011 mencapai Rp 165,2 triliun, jauh melampaui anggaran subsidi BBM APBN-P 2011 yaitu Rp 129,7 triliun atau 100% lebih tinggi dibanding subsidi BBM tahun 2010 sebesar Rp 82,3 triliun. KESIMPULAN: Dari tinjauan kebijakan harga bersubsidi BBM tersebut diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: - Harga minyak mentah dan nilai tukar Rupiah merupakan faktor utama yang mendorong pemerintah untuk menaikkan atau menurunkan harga bersubsidi BBM. Namun dalam realisasinya keputusan tentang besaran kenaikan harga

11 bersubsidi BBM tidak mengikuti secara linier tingkat kenaikan harga minyak maupun tingkat perubahan nilai tukar Rupiah. Tidak dinaikkannya harga BBM pada tahun 2004 dan tahun 2011 merupakan realitas dalam kebijakan harga bersubsidi BBM walaupun harga minyak pada kedua tahun tersebut meningkat cukup signifikan dan terjadinya defisit yang cukup besar antara penerimaan minyak bumi dengan realisasi anggaran subsidi BBM. - Selain perubahan harga minyak mentah dan perubahan nilai tukar Rupiah, realisasi subsidi BBM yang melampaui realisasi penerimaan minyak bumi merupakan faktor yang dipertimbangkan pemerintah dalam memutuskan kenaikan harga BBM seperti yang terjadi pada tahun 2000 dan tahun 2001 serta tahun Penggunaan MOPS (Mean of Platts Singapore) sebagai acuan harga pasar BBM secara formal untuk pertama kali ditetapkan pemerintah pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid melalui Keputusan Presiden No. 73 Tahun 2001 tanggal 15 Juni 2001 tentang Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Dalam Negeri. - Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dan Presiden B.J Habibie subsidi harga minyak tanah dan minyak solar relatif lebih tinggi dibandingkan subsidi harga bensin premium. Selanjutnya secara bertahap porsi subsidi harga minyak solar berkurang sampai saat ini, dimana harga bersubsidi minyak solar sama dengan harga bersubsidi bensin premium. - Untuk mengurangi ketergantungan energi rumah tangga terhadap BBM khususnya minyak tanah maka sejak akhir tahun 2006 pemerintah memutuskan untuk melakukan pengalihan minyak tanah ke LPG. Program ini cukup berhasil menurunkan konsumsi minyak tanah dan menurunkan beban subsidi harga minyak tanah. Keberhasilan ini kiranya dapat menjadi pendorong untuk mendiversifikasi BBM ke bahan bakar gas (BBG) maupun LPG (Vigas) sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. ( Chairil Abdini / Adyawarman ) download: Tinjauan Kebijakan Harga Bersubsidi Bahan Bakar Minyak dari Masa ke Masa

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dunia saat ini berada pada posisi tiga kejadian penting yaitu harga minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika Serikat.

Lebih terperinci

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014 Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014 Ringkasan Dengan menggunakan besaran harga MOPS yang bersumber dari perhitungan

Lebih terperinci

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro SIMULASI SEDERHANAA : PERHITUNGAN HARGA SUBSIDI BBM BERSUBSIDI Pendahuluan Definisi subsidi BBM adalah selisih harga keekonomian BBM dengan harga subsidi. Harga keekonomian dipengaruhi oleh besaran ICP

Lebih terperinci

Ketidakwajaran perhitungan Pemerintah dan DPR (dugaan markup), terkait rencana kenaikan harga BBM 2012

Ketidakwajaran perhitungan Pemerintah dan DPR (dugaan markup), terkait rencana kenaikan harga BBM 2012 Ketidakwajaran perhitungan Pemerintah dan DPR (dugaan markup), terkait rencana kenaikan harga BBM 2012 Indonesia Corruption Watch ICW www.antikorupsi.org Jakarta,28 Maret 2012 Perhitungan Biaya Subsidi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Akhir-akhir ini di berbagai media ramai dibicarakan bahwa â œindonesia sedang mengalami krisis energiâ atau â œindonesia sedang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci

Mengapa Harga BBM Harus Naik?

Mengapa Harga BBM Harus Naik? Mengapa Harga BBM Harus Naik? Pro dan kontra perihal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terus menjadi hal yang panas dan memanaskan dalam pembahasan masyarakat Indonesia beberapa bulan belakangan

Lebih terperinci

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013 BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013 I. PENDAHULUAN Dalam Undang-undang No.19 Tahun 2012 tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar Rp193,8 triliun meningkat Rp56,4 triliun bila dibandingkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan Negara yang semakin berat dalam penyediaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban

Lebih terperinci

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah I. Pendahuluan Harga Minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) merupakan salah satu

Lebih terperinci

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi A. Pendahuluan Volume konsumsi BBM bersubsidi dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2008 realisasi konsumsi BBM bersubsidi 1 menjadi

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhi

2015, No Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhi No.1715, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Bahan Bakar Minyak. Harga. Jual Eceran. Perhitungan. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan

Lebih terperinci

10JAWABAN BBM BERSUBSIDI HARGA TENTANG KENAIKAN

10JAWABAN BBM BERSUBSIDI HARGA TENTANG KENAIKAN TENTANG KENAIKAN 10JAWABAN HARGA BBM BERSUBSIDI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JAKARTA 2012 2 10 JAWABAN TENTANG KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JAKARTA

Lebih terperinci

Subsidi BBM pada APBN. Komposisi Subsidi pada APBN 55% 50% 44% 44% 43% 35% 33% 33% APBN APBN LKPP LKPP LKPP APBN. Perkembangan Subsidi BBM ( )

Subsidi BBM pada APBN. Komposisi Subsidi pada APBN 55% 50% 44% 44% 43% 35% 33% 33% APBN APBN LKPP LKPP LKPP APBN. Perkembangan Subsidi BBM ( ) Subsidi BBM pada Komposisi Subsidi pada Subsidi BBM selalu menjadi issue yang menarik perhatian jika dikaitkan dengan total beban subsidi pada. Hal tersebut dikarenakan subsidi BBM memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI

PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI 1. Permasalahan Penerapan aturan PBBKB yang baru merupakan kebijakan yang diperkirakan berdampak

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan

Lebih terperinci

PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA harga minyak DUNIA David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan davidf_silalahi@djk.esdm.go.id SARI Kecenderungan penurunan harga minyak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat,

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Kajian Kebijakan BBM Bersubsidi Oleh: Uka Wikarya Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas it Indonesia Yayasan Institut Indonesia untuk Ekonomi

Lebih terperinci

24/11/2014. ICW - Catatan Kritis terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi

24/11/2014. ICW - Catatan Kritis terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi ICW - Catatan Kritis terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi Indonesia Corruption Watch (ICW) www.antikorupsi.org Jakarta, 19 November 2014 1 Harga Pasar (MOPS) Gasoline 95 & Diesel Berdasarkan publikasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MUNGKINKAH ADA HARGA BBM BERAZAS KEADILAN DI INDONESIA?

MUNGKINKAH ADA HARGA BBM BERAZAS KEADILAN DI INDONESIA? MUNGKINKAH ADA HARGA BBM BERAZAS KEADILAN DI INDONESIA? Seminar Nasional Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia Oleh: Anthony Budiawan Rektor Kwik Kian Gie School of Business Jakarta, 24 September,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

Faktor Minyak & APBN 2008

Faktor Minyak & APBN 2008 Oil Hedging Strategy Sebuah Terobosan Untuk Mengamankan APBN Minggu, 27 Pebruari 2011 1046 Mengingat tingginya harga minyak dunia saat ini (yang sempat tembus US$110 per barel), sejumlah pihak meminta

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

Mencari formula subsidi BBM yang adil dan fleksibel

Mencari formula subsidi BBM yang adil dan fleksibel Mencari formula subsidi BBM yang adil dan fleksibel I M A N S U G E M A I N T E R N A T I O N A L C E N T E R F O R A P P L I E D F I N A N C E & E C O N O M I C S I N S T I T U T P E R T A N I A N B O

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HARGA BBM 1 APRIL 2016

PERKEMBANGAN HARGA BBM 1 APRIL 2016 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN HARGA BBM 1 APRIL 2016 Jakarta, 30 Maret 2016 Penetapan Harga BBM 1 April 2016 Harga ICP & MOPS US$ per bbl Harga BBM Premium

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN I. PEMOHON Mohamad Sabar Musman II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 47

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA Rabu, 19 Oktober 2011

ANALISIS KEBIJAKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA Rabu, 19 Oktober 2011 ANALISIS KEBIJAKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA Rabu, 19 Oktober 2011 Data perkembangan Produk Domestik Bruto ditinjau dari sisi penggunaan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir digunakan sebagai data dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1791, 2014 KEMEN ESDM. Harga Jual. Eceran. Bahan Bakar Minyak. Konsumen. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN

Lebih terperinci

Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Perekonomian Nasional di Era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Perekonomian Nasional di Era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Perekonomian Nasional di Era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Diajukan sebagai tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar DISUSUN OLEH: AHMAD FAUZI JAMHUR

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005

Lebih terperinci

JIKA SUBSIDI BBM DIPATOK RP PER LITER

JIKA SUBSIDI BBM DIPATOK RP PER LITER JIKA SUBSIDI BBM DIPATOK RP 2.000 PER LITER Kebijakan kenaikan BBM selalu memunculkan dua permasalahan utama yaitu beban fiskal yang semakin berat 1 dan penurunan daya beli masyarakat akibat inflasi. Selain

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PMK.02/2006 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PMK.02/2006 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PMK.02/2006 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAYARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK JENIS BAHAN BAKAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan Negara yang semakin berat

Lebih terperinci

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti. Pengantar: Pemerintah kembali akan menaikkan harga BBM. Berbagai opsi dilempar ke masyarakat. Berbagai penolakan pun muncul. Kenaikan itu ditunda beberapa kali. Ada apa sebenarnya di balik rencana itu?

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Lembaran Ne

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Lembaran Ne BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 KEMEN-ESDM. Harga Jual Eceran. BBM. Perhitungan. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Cecep Winata FEB Fakultas Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA Periode Reformasi Masa Orde Baru Orde Reformasi -Sejarah Perekonomian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI

KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI Oleh: Dr.-Ing. Evita H. Legowo Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi disampaikan pada:

Lebih terperinci

Copyright BPH Migas 2014, All Rights Reserved

Copyright BPH Migas 2014, All Rights Reserved 2 A. KUOTA JENIS BBM TERTENTU TAHUN 2014 Kuota Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT) sesuai dengan APBN Tahun 2014 sebesar 48,00 Juta KL, dan Kuota Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT) sesuai dengan

Lebih terperinci

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah pasti mengundang protes. Ini adalah kebijakan yang sangat tidak populer. Banyak orang menilai, keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar Menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah pasti mengundang protes. Ini adalah kebijakan yang sangat tidak populer. Banyak orang menilai, keputusan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan

Lebih terperinci

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia SEMINAR NASIONAL Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia ENNY SRI HARTATI Auditorium Kampus Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie Rabu, 24 September 2014 INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber daya energi dan mempunyai sifat sebagai barang publik yang mendekati kategori barang privat yang disediakan pemerintah (publicly provided

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan Negara yang semakin berat dalam penyediaan

Lebih terperinci

Konsep KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI BBM

Konsep KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI BBM tatus: 10012007 DEPARTEMEN ENERGI DAN UMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GA BUMI Konsep KEBIJAKAN PENGURANGAN UBIDI BBM www.migas.esdm.go.id Jakarta, Januari 2006 KEBIJAKAN UBIDI BBM tatus:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

HARGA (SELALU) BARU BBM DAN DAMPAKNYA (SELALU) BAGI KONSUMEN. Zamroni Salim, Ph.D The Habibie Center - LIPI

HARGA (SELALU) BARU BBM DAN DAMPAKNYA (SELALU) BAGI KONSUMEN. Zamroni Salim, Ph.D The Habibie Center - LIPI HARGA (SELALU) BARU BBM DAN DAMPAKNYA (SELALU) BAGI KONSUMEN Zamroni Salim, Ph.D The Habibie Center - LIPI Dialog BBM: Mekanisme Harga Baru dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat The Habibie Center, Jakarta,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BESARAN DAN PENGGUNAAN IURAN BADAN USAHA DALAM KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN PENGANGKUTAN GAS BUMI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak. No.555, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : TIM AKU PEDULI CAK! Di tulis Adhitya Kurniawan Pasca H. Winanda Gemelfour A S

DISUSUN OLEH : TIM AKU PEDULI CAK! Di tulis Adhitya Kurniawan Pasca H. Winanda Gemelfour A S DISUSUN OLEH : TIM AKU PEDULI CAK! Di tulis Adhitya Kurniawan Pasca H. Winanda Gemelfour A S 1. kekuatan politik suatu negera sangat ditentukan oleh penguasaannya atas minyak. Negara yang menguasai minyak

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a bahwa dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri menyebabkan perubahan perekonomian Indonesia secara drastis. Apabila pemerintah tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tetap rendah. Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization)

I. PENDAHULUAN. tetap rendah. Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization) 26 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsidi menurut ilmu ekonomi adalah bantuan keuangan dari pemerintah untuk membantu sektor industri atau bisnis guna menjaga harga barang atau jasa tetap rendah. Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi sehingga perubahan dalam harga BBM secara otomatis

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi sehingga perubahan dalam harga BBM secara otomatis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia tergolong memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi sehingga perubahan dalam harga BBM secara otomatis akan membawa perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI

SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI Triwulan II 2017 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017 Diperkirakan Membaik Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME) Bank Indonesia periode triwulan II-2017 mengindikasikan

Lebih terperinci

IDE. Institute of Development & Energy Economics. Bagian 2dari 3

IDE. Institute of Development & Energy Economics. Bagian 2dari 3 Arus Minyak, Subsidi BBM dan APBN Indonesia: Beberapa Hal Yang Perlu Kita Ketahui Bagian 2dari 3 menyebarluaskan naskah ini untuk memperkaya pemahaman masyarakat mengenai masalah Subsidi BBM. Dalam pandangan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BESARAN DAN PENGGUNAAN IURAN BADAN USAHA DALAM KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN PENGANGKUTAN GAS BUMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembangunan di berbagai bidang terutama bidang ekonomi. Hasil dari

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembangunan di berbagai bidang terutama bidang ekonomi. Hasil dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dimana pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan tarif hidup masyarakat dengan melalui pembangunan

Lebih terperinci

Buku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya

Buku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya Edisi Tanya Jawab Bersama-sama Selamatkan Uang Bangsa Disusun oleh: Tim Sosialisasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak Sampul Depan oleh: Joko Sulistyo & @irfanamalee dkk. Ilustrator oleh: Benny Rachmadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

Negara Hadapi Risiko Likuiditas

Negara Hadapi Risiko Likuiditas http://sinarharapan.co/news/read/140528037/negara-hadapi-risiko-likuiditas-span-span- Negara Hadapi Risiko Likuiditas 28 Mei 2014 Saiful Rizal/Faisal Rachman Ekonomi Kemampuan membayar utang pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK: SEJARAH, PERMASALAHAN DAN USULAN SOLUSI. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" 2)

SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK: SEJARAH, PERMASALAHAN DAN USULAN SOLUSI. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS 2) SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK: SEJARAH, PERMASALAHAN DAN USULAN SOLUSI Imam B. Sosrowidjojo 1), Darsa Permana 2), Hermansyah 3) 1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan bakar minyak yang biasa digunakan pada kendaraan bermotor adalah bensin dan solar. Bahan bakar minyak itu diambil dari dalam tanah dan berasal dari fosil

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BESARAN DAN PENGGUNAAN IURAN BADAN USAHA DALAM KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN PENGANGKUTAN GAS BUMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergerakan ekonomi dunia dan naik turunnya harga minyak mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005 sampai 2009, salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan meningkatnya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA BBM PADA PEMERINTAHAN SBY-JK PERIODE

BAB II LATAR BELAKANG KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA BBM PADA PEMERINTAHAN SBY-JK PERIODE BAB II LATAR BELAKANG KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA BBM PADA PEMERINTAHAN SBY-JK PERIODE 2004-2009 Pemilihan legislatif dan eksekutif tahun 2004 yang lalu menjadi pemilihan yang bersejarah bagi negeri ini dimana

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, jumlah keperluan energi secara nasional cenderung mengalami peningkatan dari

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 2005

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 2005 PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi Modul ke: 04Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi S1 MANAJEMEN Sejarah Perkembangan Perekonomian Indonesia Periode Revormasi Krisis ekonomi di Indonesia Fundamental ekonomi nasional pengaruh

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan II 2008 Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2008 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan III-2007, tingkat inflasi diperkirakan diatas 10%, dan nilai tukar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci