BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BALIKPAPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BALIKPAPAN"

Transkripsi

1

2 Penyusunan Tabel Input Output I O Kota Balikpapan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BALIKPAPAN

3 PENYUSUNAN TABEL INPUT OUTPUT KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 Input Output Table Of Balikpapan City 2015 Nomor Katalog / Catalogue Number : Nomor Publikasi / Publication Number : Ukuran Buku / Book Size : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman / Pages : 126 Halaman / Pages Naskah / Manuscript : Sie Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan Penyunting / Editor : Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan Gambar kulit / Cover Design : Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan Diterbitkan oleh / Published by : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN DAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BALIKPAPAN Regional Development Planning Board of Balikpapan City and BPS Statistics of Balikpapan City Semua isi materi ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya: All Material of This Book May Be Cited with Reference to the Source

4 KATA SAMBUTAN Perencanaan yang baik terarah dan mantap selalu didukung oleh berbagai data indikator dan informasi yang akurat dan terbaru serta keterkaitan antar sektor. Salah satu indikator atau alat perencanaan yang menggambarkan keterkaitan antar sektor adalah Tabel InputOutput. Saya menyambut gembira terbitnya publikasi Tabel InputOutput (Tabel IO) Kota Balikpapan Tahun 2015 yang merupakan kerjasama Pemerintah Daerah/BAPPEDA Kota Balikpapan dengan Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan. Mengingat manfaat dan hasil perencanaan yang didasarkan pada Tabel IO ini sangat efisien dan efektif, maka saya mengharapkan sekaligus menginstruksikan kepada seluruh SKPD dan Dinas/Instansi Kota Balikpapan agar mempergunakan data yang tersusun dalam Tabel I O ini untuk perencanaan sektoral maupun multi sektoral. Kepada BAPPEDA Kota Balikpapan sebagai instansi perencana, saya minta agar dapat memanfaatkan Tabel IO ini semaksimal mungkin dalam setiap penyusunan perencanaan terutama perencanaan yang bersifat kuantitatif seperti pertumbuhan ekonomi, matriks investasi dan sebagainya. Semoga Buku Tabel IO Kota Balikpapan Tahun 2015 ini dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi perencanaan pembangunan daerah saat ini. Balikpapan, November 2015 WALIKOTA BALIKPAPAN H.M. RIZAL EFFENDI, SE

5 KATA PENGANTAR Publikasi Tabel InputOutput Kota Balikpapan Tahun 2015 ini merupakan sebuah alat analisis yang memperlihatkan keterkaitan antar sektor ekonomi serta berbagai aspek yang terlibat dalam pembangunan di Kota Balikpapan. Dalam Tabel InputOutput telah tercatat setiap transaksi barang dan jasa yang terjadi dan selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk melakukan analisis keterkaitan sektor dalam melakukan kegiatan produksinya. Data InputOutput yang disajikan pada publikasi ini dapat pula berfungsi sebagai landasan untuk menentukan setiap kebijaksanaan yang akan diambil pemerintah Kota Balikpapan dalam mengantisipasi pengaruh suatu sektor terhadap sektor lainnya dalam beberapa kegiatan perekonomian seperti produksi, konsumsi, ekspor dan impor. Publikasi ini diterbitkan dalam dua jilid, jilid pertama memuat laporan tentang hasil pelaksanaan lapangan Survey Khusus Tabel Input Output. Sedangkan buku II memuat latar belakang, kerangka dasar Tabel IO, metode penyusunan dan uraian sektor, tabeltabel dasar IO serta analisis. Dalam publikasi jilid dua ini disajikan pula beberapa analisis baik menyangkut struktur produksi, nilai tambah, arus barang dan jasa (supplydemand), analisis keterkaitan antar sektor dan beberapa analisis lainnya. Saran dan kritik bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan selanjutnya dan kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat tersusun. Balikpapan, November 2015 KEPALA BAPPEDA KOTA BALIKPAPAN, KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BALIKPAPAN, IR. NINING SURTININGSIH NUR WAHID i

6 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... i ii iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sistematika Penulisan... 3 BAB II BAB III PENGERTIAN TABEL INPUTOUTPUT A. Kerangka Dasar Tabel InpuOutput... 5 B. Konsep dan Definisi... 8 C. Manfaat Tabel InputOutput METODE PENYUSUNAN TABEL INPUTOUTPUT KOTA BALIKPAPAN A. Metode Penyusunan B. Jenis Tabel InputOutput BAB IV PENYUSUNAN KLASIFIKASI SEKTOR BAB V METODE PELAKSANAAN SURVEY KHUSUS INPUT OUTPUT BAB VI HASIL SURVEY KHUSUS INPUT OUTPUT BAB VII ANALISIS INPUTOUTPUT A. Analisis Deskriptif B. Analisis Dampak BAB VIII ANALISIS DESKRIPTIF PEREKONOMIAN KOTA BALIKPAPAN TAHUN A. Struktur Permintaan B. Struktur Penawaran C. Struktur Output D. Struktur Nilai Tambah Bruto E. Struktur Permintaan Akhir BAB IX ANALISIS DAMPAK PEREKONOMIAN KOTA BALIKPAPAN TAHUN A. Analisis Dampak Terhadap Penciptaan Output B. Analisis Dampak Terhadap Penciptaan Nilai Tambah Bruto ii

7 C. Analisis Dampak Terhadap Penciptaan Pendapatan D. Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran BAB X KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran LAMPIRAN DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Ilustrasi Tabel InputOutput 3 x 3 Sektor... 6 Tabel 2. Tabel 3. Struktur Permintaan Barang dan Jasa di Kota Balikpapan Tahun Struktur Penyediaan Barang dan Jasa di Kota Balikpapan Tahun Tabel 4. Output Sepuluh Sektor Terbesar di Kota Balikpapan Tahun Tabel 5. Nilai Tambah Bruto Sepuluh Sektor Terbesar di Kota Balikpapan Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Nilai Tambah Bruto Kota Balikpapan menurut Komponen Tahun Struktur Permintaan Akhir Kota Balikpapan menurut Komponen Tahun Angka Pengganda Output Sepuluh Sektor Ekonomi Terbesar di Kota Balikpapan 63 Tabel 9. Dampak Komponen Permintaan Akhir Domestik Terhadap Penciptaan Nilai Tambah Bruto dan Rasio NTB Terhadap Permintaan Akhir Tahun Tabel 10. Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Sepuluh Sektor Ekonomi Terbesar di Kota Balikpapan Tahun Tabel 11. Dampak Komponen Permintaan Akhir Domestik Terhadap Penciptaan Nilai Tambah Bruto dan Rasio NTB Terhadap Permintaan Akhir Tahun Tabel 12. Angka Pengganda Pendapatan Sepuluh Sektor Terbesar di Kota iii

8 Balikpapan Tahun Tabel 13. Dampak Komponen Permintaan Akhir Domestik Terhadap Pendapatan dan Rasio Pendapatan Terhadap Permintaan Akhir Tahun Tabel 14. Sepuluh Sektor Yang Mempunyai Derajat Kepekaan Tertinggi di Kota Balikpapan Tahun Tabel 15. Sepuluh Sektor Yang Mempunyai Daya Penyebaran Tertinggi di Kota Balikpapan Tahun Tabel 16. Kelompok Sektorsektor Ekonomi Menurut Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran Tabel InputOutput Kota Balikpapan Tahun iv

9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi daerah yang masih berjalan sampai saat ini, banyak memberikan perubahan yang berarti. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pendapatan regional di masingmasing daerah maupun pendapatan perkapita masyarakatnya. Di samping itu, pembangunan ekonomi juga telah membawa perubahan struktur ekonomi kearah yang lebih seimbang. Penghitungan Tabel I O Tahun 2008 dirasa sudah tidak relevan lagi dengan kondisi perekonomian saat ini, mengingat selama kurun waktu tersebut kemungkinan kemungkinan terjadinya perubahan didalam struktur perekonomian selalu ada dan tentunya sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang berlaku pada saat ini. Untuk menanggulangi masalah tersebut, perencana dan pengambil keputusan telah memulai skenario baru sebagai langkah pengambilan kebijakan dan keputusan kedepan dan untuk menunjang hal tersebut dibutuhkan berbagai jenis data yang dapat mencerminkan kondisi terkini yang semakin kompleks dan luas. Kompleksnya hubungan dan keterkaitan antar sektor ekonomi serta berbagai aspek yang terlibat dalam pembangunan, mengakibatkan perencanaan pembangunan baik pada tingkat regional, nasional maupun sektoral memiliki akses yang semakin luas. Oleh karena itu dirasa perlu melakukan penghitungan Tabel Input Output (I0) tahun 2015 yang akan dijadikan suatu kerangka analisis ekonomi yang terpadu dan menggambarkan hubungan atau keterkaitan antar sektor secara konsisten. Pada mulanya Tabel InputOutput (Tabel I0), disusun untuk skala nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan penyusunan Tabel I0 Indonesia secara berkala setiap lima tahun sekali, yaitu tahun 1971, 1975, 1980, 1985, 1990,1995, 2000, 2005, 2010 dan Sedangkan Kota Balikpapan mulai menyusun Tabel I0 1

10 pertama kali pada tahun 2000 yang dilanjutkan pada tahun 2008 untuk yang kedua kalinya dan pada tahun 2015 untuk ketiga kalinya. Dalam kaitan antara perencanaan dan analisis ekonomi tingkat regional, Tabel I0 Regional mulai dirasakan kebutuhannya oleh berbagai kalangan ekonomi. Beberapa lembaga penelitian, termasuk BPS sendiri telah mencoba beberapa studi tentang penyusunan Tabel I0 Regional ini. Bahkan beberapa provinsi telah melakukan penyusunan Tabel I0 secara reguler. Dengan latar belakang seperti diuraikan di atas, serta semakin dirasakan perlunya suatu kerangka dasar yang dapat digunakan untuk berbagai perencanaan maupun analisis, maka BAPPEDA Kota Balikpapan bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan telah berusaha untuk menyusun Tabel IO yang dimulai dengan penyusunan Klasifikasi Sektor Tabel IO Balikpapan 2015 serta penghitungan kontrol supply dan demand. B. Maksud dan Tujuan Secara umum maksud dan tujuan penyusunan Tabel InputOutput Kota Balikpapan 2015 yaitu : a. Menyediakan informasi yang lengkap dan menyeluruh tentang struktur penggunaan barang dan jasa pada masingmasing sektor ekonomi serta pola distribusi produksi yang dihasilkan di Balikpapan. b. Sebagai dasar perencanaan dan analisis makro terutama yang berkaitan dengan produksi, konsumsi, pembentukan modal, ekspor dan impor. c. Sebagai kerangka/model untuk studistudi kuantitatif seperti analisis dampak permintaan akhir (konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan ekspor) terhadap penciptaan output dan nilai tambah sektoral, tenaga 2

11 kerja serta kebutuhan impor, proyeksi ekonomi, serta studistudi yang bersifat khusus lainnya. C. Sistematika Penulisan Buku ini berisi analisis berdasarkan Tabel InputOutput Kota Balikpapan Tahun 2015 dan tabeltabel turunannya. Dalam buku ini disajikan beberapa analisis baik menyangkut struktur produksi, nilai tambah, arus barang dan jasa (supplydemand), analisis keterkaitan antar sektor dan beberapa analisis lainnya yang dibuat dengan sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan mencakup latar belakang yang menjelaskan perlunya Analisis Tabel I0 Kota Balikpapan, maksud dan tujuan penyusunan analisis serta sistematika penulisan. Bab II Memuat pengertian Tabel I0 berupa kerangka dasar mengenai Tabel I O, konsep dan definisi, serta manfaat dari Tabel IO. Berdasarkan uraian pada Bab II ini diharapkan pembaca dapat memahami apa yang dimaksud dengan Tabel I0 dan model kuantitatif yang dapat diturunkan dari tabel tersebut. Bab III Berisi penjelasan tentang metode dan teknis penyusunan Tabel IO Kota Balikpapan, yang mencakup tahapan penyusunan Tabel IO, penyusunan klasifikasi sektor dan tabeltabel yang disajikan. Bab IV Bab V Bab VI Berisi penjelasan mengenai penyusunan klasifikasi sektor Tabel IO di Kota Balikpapan, terutama mengenai cakupan dan sumber data tang digunakan. Menjelaskan mengenai metode survei Khusus Input Output yang dilaksanakan. Menguraikan secara ringkas hasil dari Surve Khusus Input Output yang telah dilaksanakan. Bab VII Analisis InputOutput berisi penjelasan tentang metode analisis Tabel I O, yang terdiri dari analisis deskriptif dan analisis dampak. Bab VIII Analisis Deskriptif Perekonomian Kota Balikpapan Tahun 2015, yang 3

12 mencakup analisis mengenai struktur permintaan dan penawaran, struktur output, nilai tambah dan permintaan akhir. BAB IX Analisis Dampak Perekonomian Balikpapan Tahun 2015, yang mencakup analisis dampak permintaan akhir terhadap penciptaan output, nilai tambah, pendapatan dan tenaga kerja, serta analisis mengenai sektor ekonomi unggulan berdasarkan indeks derajat kepekaan dan indeks daya penyebaran. Bab X Kesimpulan dan Saran, memuat kesimpulan dari seluruh analisis, baik analisis deskriptif maupun analisis dampak, dan saran saran yang dapat ditindak lanjuti dari kegiatan ini. 4

13 BAB II PENGERTIAN TABEL INPUTOUTPUT A. Kerangka dasar Tabel InputOutput Tabel I0 adalah suatu sistem informasi statistik yang disusun dalam bentuk matriks yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar sektorsektor ekonomi. Aspek yang ingin ditonjolkan oleh tabel I0 adalah bahwa setiap sektor mempunyai keterkaitan/ketergantungan dengan sektor lain. Seberapa besar ketergantungan suatu sektor ditentukan oleh besarnya input yang digunakan dalam proses produksinya. Dengan kata lain sasaran pengembangan suatu sektor tidak akan tercapai tanpa dukungan input yang memadai dari sektor lain. Oleh karena itu perencanaan suatu sektor harus pula memperhatikan prospek pengembangan sektorsektor terkait secara terintegrasi. Untuk memberikan gambaran Tabel InputOutput, berikut diberikan suatu ilustrasi tabel dengan menyederhanakan suatu sistem ekonomi menjadi tiga sektor produksi. Pada garis horizontal atau baris, isianisian angka memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate demand) sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permitaan akhir (final demand). Permintaan antara adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang digunakan untuk proses lebih lanjut pada sektor produksi. 5

14 Tabel 1. ILUSTRASI TABEL INPUTOUTPUT ( 3 X 3 ) SEKTOR Struktur Input Alokasi Output Permintaan Antara Sektor Produksi Permintaan Akhir Jumlah Output 1 Sektor 2 Produksi 3 X 11 X 12 X 13 F 1 X 21 X 22 X 23 F 2 X 31 X 32 X 33 F 3 X 1 X 2 X 3 Jumlah Input Primer V 1 V 2 V 3 Jumlah Input X 1 X 2 X 3 Sedangkan permintaaan akhir adalah permintaan untuk konsumsi akhir yang terdiri dari konsumsi rumahtangga, pemerintah, pembentukan modal dan ekspor. Isian angka menurut garis vertikal atau kolom, menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektorsektor lain untuk pelaksanaan produksi. Input primer dalam istilah yang lebih populer disebut nilai tambah. Setiap angka dalam sistem matriks tersebut mempunyai pengertian ganda. Misalnya di kuadran pertama yaitu transaksi antara (permintaan antara dan input antara), tiap angka dilihat secara horizontal merupakan alokasi output suatu sektor kepada sektor lainnya, dan pada waktu yang bersamaan dilihat secara vertikal merupakan input dari suatu sektor yang diperoleh dari sektor lainnya. Gambaran di atas menunjukkan bahwa susunan angkaangka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang kaitmengait (interdependent) di antara beberapa sektor. Dengan mengambil contoh dari ilustrasi di atas, dapat dijelaskan bahwa sektor 1, outputnya berjumlah X 1, dialokasikan secara baris sebanyak X 11, X 12, X 13 berturutturut kepada sektor 1, 2 dan 3 sebagai permintaan antara, serta sebanyak F 1, untuk memenuhi permintaan akhir. Output X 2 dan X 3 masingmasing dari sektor 2 dan 3, alokasinya dapat diperiksa dengan cara yang sama. Alokasi output itu secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut : 6

15 x 11 + x 12 + x 13 + F 1 = X 1 x 21 + x 22 + x 23 + F 2 = X 2...(1) x 31 + x 32 + x 33 + F 3 = X 3 Secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi : 3 x ij + F i = X i ; untuk i = 1, 2, 3... (2) J=1 dimana x ij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j, dan F i adalah permintaan akhir terhadap sektor i. Isian secara vertikal atau kolom, terutama di sektor produksi, menunjukkan struktur input suatu sektor. Dengan mengikuti cara membaca seperti di atas, persamaan aljabar secara keseluruhan dapat dirumuskan sebagai berikut : x 11 + x 21 + x 31 + V 1 = X 1 x 12 + x 22 + x 32 + V 2 = X 2... (3) x 13 + x 23 + x 33 + V 3 = X 3 3 x ij + V i = X i ; untuk j = 1, 2, 3... (4) i=1 dimana V j adalah input primer (nilai tambah) dari sektor j. Dalam analisa inputoutput sistem persamaanpersamaan tersebut di atas memegang peranan penting sebagai dasar analisa ekonomi yang akan dibuat. Apabila a ij = x ij / X j (a ij = koefisien input) atau x ij = a ij X j, maka persamaan (1) dapat disubstitusikan menjadi : 7

16 a 11 X 1 + a 12 X 2 + a 13 X 3 + F 1 = X 1 a 21 X 2 + a 22 X 2 + a 23 X 3 + F 2 = X 2... (5) a 31 X 1 + a 32 X 2 + a 33 X 3 + F 3 = X 3 Dalam bentuk persamaan matriks, persamaan (5) akan menjadi : a a a a a a a a a X X X F F F 1 2 = 3 X X X A X + F = X AX+F = X atau (IA) X = F atau X = (IA) 1 F...(6) Dari persamaan (6) ini terlihat bahwa output mempunyai hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (IA) 1 sebagai koefisien arahnya. (IA) 1 selanjutnya disebut sebagai matriks pengganda output dan menjadi dasar pengembangan model InputOutput. B. Konsep dan Definisi Dalam penyusunan tabel I0 maupun analisis ekonomi yang menggunakan model I0, terdapat beberapa besaran (variabel) yang perlu untuk dijelaskan. Besaran tersebut menyangkut output, input antara, input primer (nilai tambah), permintaan akhir dan impor. 1. Output Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektorsektor ekonomi yang ada di Kota Balikpapan. Ada tiga jenis produksi yang dicakup dalam penyusunan output setiap sektor, yaitu : (1) produksi utama (main 8

17 product), produksi yang memberikan nilai terbesar pada keseluruhan kegiatan usaha perusahaan, (2) produksi ikutan (by product), yaitu produksi yang dihasilkan bersama produksi utama dalam suatu proses yang tunggal, misal dedak yang dihasilkan bersama padi, guntingan kaleng/seng pada proses pembuatan ember/kompor minyak tanah, dan sebagainya, dan (3) produksi sampingan (secondary product), yaitu produksi yang dihasilkan bersama produksi utama tetapi tidak dari satu proses yang sama, dan produk ini biasanya berfungsi sebagai penunjang produksi utama, misal produksi botol untuk menunjang produksi kecap dan minuman, kemasan kotak yang digunakan dalam pabrik rokok. Dalam klasifikasi sektor pada tabel I0 Balikpapan, produksi ikutan dan produksi sampingan tidak selalu mempunyai kode sektor yang sama dengan produksi utamanya. Output dinilai atas dasar harga produsen (harga pabrik), yaitu harga yang benarbenar diterima oleh produsen. Penggunaan harga eceran atau harga pasar tentunya tidak tepat, sebab di dalamnya sudah termasuk margin distribusi yang seharusnya menjadi output dari sektor perdagangan dan pengangkutan. Sementara itu, output untuk kegiatan jasa merupakan nilai dari jasa yang diberikan pada pihak lain. Dalam kerangka model I0, output biasanya dinotasikan dengan X (X i atau X j ) sedangkan dalam penyajian Tabel I0 Kota Balikpapan, output diberikan kode Input Antara Input antara mencakup penggunaan berbagai barang dan jasa oleh suatu sektor dalam kegiatan produksi. Barang dan jasa tersebut berasal dari produksi sektorsektor lain, dan atau juga produksi sendiri. Barangbarang yang digunakan sebagai input antara biasanya habis sekali pakai, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan 9

18 bakar dan sejenisnya. Dalam model IO, penggunaan input antara diterjemahkan sebagai keterkaitan antara sektor dan dinotasikan dengan X ij, yaitu input antara yang berasal dari produksi sektori yang digunakan oleh sektorj dalam rangka menghasilkan output, X j. n x ij disebut sebagai total input antara sektor j, dan dalam tabel I0 Balikpapan i=1 diberikan kode 190. Dalam suatu tabel I0, input antara dinilai dengan dua jenis harga. Input antara atas dasar harga pembeli menggunakan harga beli konsumen sebagai dasarnya. Dalam harga tersebut tentunya margin distribusi (keuntungan pedagang dan ongkos angkut) sudah termasuk di dalamnya. Sebaliknya input antara atas dasar harga produsen penggunaan harga parbrik sebagai dasarnya, yang tentunya margin distribusi tidak termasuk di dalamnya. Margin distribusi selanjutnya diperlukan sebagai input yang berasal dari sektor perdagangan dan angkutan. Input antara sebenarnya mencakup dua komponen, komponen input yang berasal dari produksi Kota Balikpapan sendiri dan komponen impor (dari daerah lain dan luar negeri). Oleh karena itu suatu tabel I0 yang ingin menggambarkan secara langsung hubungan produksi Balikpapan (domestik) dengan berbagai sektor pemakai, harus memisahkan komponen impor dari setiap input antara. Dalam model I0, analisis dengan menggunakan input antara domestik lebih sering dipakai. 3. Input Primer (Nilai Tambah) Input primer atau lebih dikenal dengan nilai tambah merupakan balas jasa yang diciptakan/diberikan kepada faktorfaktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Balas jasa tersebut mencakup upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. 10

19 Upah dan gaji merupakan balas jasa yang diberikan kepada buruh/karyawan, baik dalam bentuk uang maupun barang, termasuk dalam upah dan gaji, semua tunjangan (perumahan, kendaraan, kesehatan) dan bonus, uang lembur yang diberikan perusahaan kepada pekerjanya. Semua pendapatan pekerja tersebut dalam bentuk bruto sebelum dipotong pajak penghasilan. Surplus usaha mencakup sewa properti (tanah, hak cipta/patent), bunga yang dibayar dan keuntungan perusahaan. Keuntungan perusahaan dalam bentuk bruto, yaitu sebelum dibagikan kepada pemilik saham berupa dividen dan sebelum dipotong pajak perseroan. Penyusutan merupakan nilai penyisihan keuntungan perusahaan untuk akumulasi pengganti barang modal yang dipakai. Sedangkan pajak tak langsung merupakan pajak yang dikenakan pemerintah untuk setiap transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan seperti pajak pertambahan nilai (PPN). Dalam model I0, nilai tambah biasanya dinotasikan dengan V j, dan untuk setiap komponennya menggunakan notasi h. Jadi V hj merupakan nilai tambah yang diciptakan di sektor j untuk komponen h. Untuk I0 Balikpapan, komponen nilai tambah berkode 201 sampai dengan 204. Sedangkan jumlah nilai tambah untuk setiap sektor diberi kode Permintaan Akhir dan Impor Permintaan akan barang dan jasa dibedakan antara permintaan oleh sektorsektor produksi untuk proses produksi (disebut permintaan antara) dan permintaan oleh konsumen akhir (disebut permintaan akhir). Dalam tabel I0, permintaan akhir mencakup pengeluaran konsumsi rumahtangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 11

20 Pengeluaran konsumsi rumahtangga (kode 301) mencakup semua pembelian barang dan jasa oleh rumahtangga baik untuk makanan maupun nonmakanan. Termasuk pula pembelian barangbarang tahan lama (durable goods) seperti perlengkapan rumahtangga, kendaraan bermotor dan sebagainya. Satusatunya pembelian yang tidak termasuk dalam konsumsi rumah tangga adalah bangunan tempat tinggal, karena dianggap sebagai pembentukan modal di sektor persewaan bangunan. Konsumsi rumahtangga mencakup pula barangbarang hasil produksi sendiri dan pemberian pihak lain. Pengeluaran konsumsi pemerintah (kode 302) mencakup semua pembelian barang dan jasa oleh pemerintah yang bersifat rutin (current expenditure), termasuk pembayaran gaji para pegawai (belanja pegawai). Sedangkan pengeluaran pembangunan untuk pengadaan sarana dan berbagai barang modal termasuk dalam pembentukan modal. Pembentukan modal tetap (kode 303) mencakup semua pengeluaran untuk pengadaan barang modal baik dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaanperusahaan swasta (bisnis). Barang modal dapat digolongkan menjadi bangunan/ kontruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan alat angkutan serta barang modal lainnya. Sedangkan perubahan stok (kode 304) sebenarnya juga merupakan pembentukan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok akhir dan stok awal periode penghitungan. Stok sendiri biasanya dipegang oleh produsen (hasil produksi yang belum sempat dijual), oleh pedagang (sebagai barang dagangan yang belum sempat dijual) dan oleh konsumen (sebagai bahanbahan/inventory yang belum sempat digunakan). Ekspor dan impor dan impor (kode 305 dan 409) merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk Kota Balikpapan dengan penduduk luar wilayah Balikpapan, baik penduduk daerah lain maupun luar negeri. Perbandingan 12

21 ekspor dan impor baik keseluruhan maupun untuk setiap kelompok komoditi menunjuk terjadinya surplus atau defisit perdagangan antara Balikpapan dengan daerah lain atau luar negeri. C. Manfaat Tabel InputOutput Tabel IO sangat bermanfaat bagi para perencana pembangunan maupun kalangan dunia usaha, diantaranya adalah : 1. Menyediakan informasi yang lengkap dan menyeluruh tentang struktur penggunaan barang dan jasa di masingmasing sektor serta pola distribusi produksi yang dihasilkan. 2. Sebagai dasar perencanaan dan analisis makro terutama yang berkaitan dengan produksi, konsumsi, pembentukan modal, ekspor dan impor. 3. Sebagai kerangka/model untuk studistudi kuantitatif, seperti analisis dampak permintaan akhir (konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan ekspor) terhadap penciptaan output dan nilai tambah sektoral, tenaga kerja serta kebutuhan impor; proyeksi ekonomi; serta studistudi yang bersifat khusus lainnya. 4. Proses penyusunan Tabel I0 sekaligus juga dipakai untuk tujuan pengecekan dan evaluasi terhadap konsistensi data sektoral antar berbagai sumber, sehingga berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan data dasar dalam penyusunan pendapatan regional. 13

22 BAB III METODE PENYUSUNAN TABEL INPUTOUTPUT KOTA BALIKPAPAN 2015 A. Metode Penyusunan Langkah pertama yang dilakukan dalam penyusunan Tabel InputOutput adalah penyusunan klasifikasi sektor, dimana seluruh kegiatan ekonomi dikelompokkan ke dalam sektorsektor ekonomi. Salah satu pertimbangan yang digunakan dalam penyusunan klasifikasi ini adalah didasarkan pada satuan komoditi atau kegiatan ekonomi yang mempunyai kesamaan dalam produk yang dihasilkan atau kesamaan dalam kegiatankegiatan yang dilakukan. Pertimbangan lain adalah bahwa kegiatan ekonomi yang mempunyai peran menonjol dan sangat penting atau dianggap cukup strategis juga dijadikan sebagai satu sektor tersendiri. Langkah kedua adalah pengumpulan data/informasi dari berbagai sumber yang cukup relevan untuk digunakan sebagai dasar dalam memperkirakan output, nilai tambah atau setidaktidaknya harus cukup memadai untuk menyusun struktur input dari masingmasing sektor berdasarkan klasifikasi yang telah disusun. Pengumpulan data untuk penyusunan Tabel I0 dapat dilakukan dengan teknik semi survei (semisurvey technique), dengan penjelasan sebagai berikut : a. Memanfaatkan sebesar mungkin data struktur input sektoral yang telah tersedia. Hasil Pendataan Perusahaan industri besar dan sedang, Survei Struktur Ongkos usaha tani padi dan palawija, Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) dan berbagai data dari sumber lain juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan ini. b. Memanfaatkan data sekunder dari berbagai sumber baik pemerintah maupun swasta. c. Melakukan Survei Khusus InputOutput (SKIO) dalam rangka menyusun struktur input sektoral. Kegiatan ini dilakukan secara terbatas, utamanya pada sektor 14

23 sektor yang tidak memiliki data sama sekali, disamping untuk melengkapi data yang ada. Langkah ketiga adalah melakukan penghitungan / perkiraan output (kontrol total), perkiraan nilai tambah bruto sektoral, penyusunan struktur (koefisien) input untuk masingmasing sektor serta penyusunan struktur input untuk masingmasing komponen permintaan akhir. Hasil yang diperoleh pada langkah ketiga akan menjadi bahan dasar (utama) dalam menyusun Tabel I0. Langkah keempat adalah pengolahan dan penyusunan tabel transaksi antara sektor ekonomi, sedemikian rupa sehingga terbentuk secara lengkap matriks Input Output yang lengkap dan seimbang (balance). Dalam tahap ini biasanya memakan waktu yang cukup lama karena setiap sektor ekonomi harus direkonsiliasi (dibuat menjadi layak) sehingga antara permintaan dan pewarannya menjadi seimbang. Langkah terakhir adalah pengecekan terhadap kelayakan dan konsistensi data serta rekonsiliasi kolom dan baris, yang kemudian dengan pembuatan tabeltabel analisis. B. Jenis Tabel InputOutput Rangkaian kegiatan penyusunan Tabel InputOutput, akan menghasilkan sejumlah tabel pokok dan tabel analisis yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli dan Harga Produsen Transaksi antar sektor ekonomi yang dinyatakan dalam satuan moneter (Juta rupiah) dapat diukur dalam dua cara, yaitu atas dasar harga produsen dan atas dasar harga pembeli. Letak perbedaan antara kedua jenis tabel tersebut adalah karena adanya margin distribusi yang terdiri dari berbagai unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Dalam tabel transaksi yang dinyatakan atas dasar harga pembeli, unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan tergabung dalam nilai input 15

24 sektor yang membeli. Sebaliknya dalam tabel yang dinyatakan atas dasar harga produsen, semua unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan dipisahkan dari nilai inputnya dan diperlukan sebagai input dari sektor perdagangan dan pengangkutan bagi masingmasing sektor yang membeli. Dalam kenyataan penyusunan Tabel InputOutput lebih mudah dilakukan jika transaksi dinyatakan dengan harga pembeli. Tetapi jenis tabel seperti ini mempunyai kegunaan yang terbatas sehingga penyusunan tabel atas dasar harga produsen lebih banyak dibutuhkan karena keunggulannya untuk keperluan analisis. Tabel InputOutput atas dasar harga produsen diharapkan dapat memberikan kestabilan pada koefisien input yang dihasilkan karena hubungan langsung antar sektor yang tidak dipengaruhi lagi oleh unsur margin distribusi. 2. Tabel Koefisien Input Tabel koefisien input harus dibaca secara vertikal (menurut kolom). Tabel ini memperlihatkan peranan setiap produk yang berasal dari berbagai sektor dalam memproduksi satu unit output sektor tertentu. Koefisien input tersebut masingmasing dihitung dari ketiga tabel transaksi (tabel dasar) dengan cara sebagai berikut : a ij = x ij / X j (i, j, = 1, 2..., n) V hj = V hj / X j, (j = 1, 2,... n ; h = ) dimana : X j = Output domestik sektorj; x ij = banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektorj untuk menghasilkan output sebesar X j ; V hj = besarnya nilai tambah sektor j, komponen h; a ij = koefisien input antara yang berasal dari sektor i terhadap output sektor j. 16

25 V hj = koefisien nilai tambah sektor j komponen h terhadap output sektor j. 3. Matriks Pengganda Output (MPO) Matriks pengganda output (MPO) dari suatu tabel inputoutput merupakan kerangka dasar untuk berbagai analisis ekonomi dan pengembangan model I0 lebih lanjut. MPO merupakan suatu inverse matrix yang pada prinsipnya digunakan sebagai suatu fungsi yang menghubungkan permintaan akhir dengan tingkat produksi. Oleh karena itu, MPO dapat dipakai untuk menghitung pengaruh terhadap berbagai sektor dalam perekonomian yang disebabkan oleh perubahan permintaan akhir. Misalnya jika diketahui tingkat konsumsi atau ekspor maka dengan menggunakan matriks tabel ini dapat dihitung tingkat output yang seharusnya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi atau ekspor tersebut. Ada dua jenis MPO yang keduanya diturunkan dari tabel transaksi atas dasar harga produsen. Pertama adalah MPO dimana impor diperlakukan sebagai exogenous variable bebas dari yang lain (impor setiap sektor dianggap proporsional terhadap tingkat penggunaan dari sektor yang bersangkutan). MPO jenis pertama adalah (I A d ) 1 sedangkan yang kedua adalah (IA) 1, (IA d ) 1 diturunkan dari tabel transaksi dengan perlakuakn impor secara nonkompetitif, sedangkan (IA) 1 dari tabel transaksi dengan perlakuan impor secara kompetitif. Dua fungsi persamaan yang menggunakan kedua MPO tersebut adalah : X = (IA) 1 (FM) dan X = (IA d ) 1 F d X = matriks output I = matriks identitas A = matriks koefisien input total 17

26 A d = matriks koefisien input domestik F = matriks permintaan akhir total F d = matriks permintaan akhir domestik M = matriks impor Dengan demikian maka apabila permintaan akhir seperti konsumen, investasi ataupun ekspor diketahui atau ditargetkan pada waktu tingkat tertentu, maka tingkat produksi yang diperlukan akan dapat dihitung. 18

27 BAB IV PENYUSUNAN KLASIFIKASI SEKTOR Klasifikasi sektor merupakan kerangka dasar penyusunan Tabel InputOutput yang sangat menentukan tahaptahap kegiatan selanjutnya. Klasifikasi sektor bertujuan untuk mengelompokkan kegiatan ekonomi yang sangat beraneka ragam ke dalam satuansatuan sektor yang sedapat mungkin mempunyai kesamaan dalam proses produksi dan menghasilkan output yang homogen. Dua kriteria pokok yang perlu diperhatikan dalam mengelompokkan kegiatan ekonomi ke dalam sektorsektor adalah : 1. Kegiatankegiatan ekonomi dikelompokkan menurut kesamaan dalam struktur inputnya, sekalipun penggunaan outputnya dapat berbeda. Sebaliknya kegiatan ekonomi yang menghasilkan output dengan menggunakan input yang sama, tetapi susunan inputnya berlainan, maka kegiatankegiatan tersebut tidak dapat dikelompokkan ke dalam satu sektor. Cara pengelompokan ini disebut sebagai pengelompokan horizontal. 2. Kegiatankegiatan ekonomi yang menghasilkan beberapa macam barang dan jasa, sekalipun jumlah output masingmasing jenis barang dan jasa berubahubah dalam proporsi yang sama, dapat dikelompokkan dalam satu sektor. Ini terjadi khususnya pada kegiatankegiatan ekonomi yang dilakukan menurut tahap yang berurutan dalam proses produksi, seperti pembersihan kapas, pembuatan benang tenun, pertenunan, pencelupan dan pencetakan tekstil serta pembuatan pakaian. Cara pengelompokan ini disebut pengelompokan vertikal. Sebagai dasar (referensi) utama dalam rangka pengelompokan kegiatan ekonomi sektor untuk penyusunan Tabel InputOutput kota Balikpapan yaitu Klasifikasi 19

28 Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), Klasifikasi Komoditi Indonesia (KKI), dan International Standar of Industrial Classification for All Economic Activities (ISIC) dan klasifikasi sektor Tabel InputOutput Indonesia beberapa seri penerbitan. Penyusunan Tabel InputOutput kota Balikpapan tahun 2015, sebagian besar menggunakan dua konsep satuan ekonomi, yaitu atas dasar satuan kelompok komoditas dan satuan aktivitas. Pengukuran output sektoral yang didasarkan pada satuan aktivitas sebenarnya terdiri dari satu atau sekelompok komoditas atau aktivitas yang berbeda. Untuk sektor pertanian dan pertambangan, karena pangkal tolak penyusunan klasifikasinya terutama didasarkan pada konsep satuan kelompok komoditas, maka susunan klasifikasi kedua sektor tersebut identik dengan klasifikasi komoditas. Untuk sektor industri pengolahan karena pemilihan mengenai jenis barang yang dicakup dalam suatu sektor bersumber pada survei perusahaanperusahaan industri, maka pengelompokannya lebih dekat pada kosep satuan aktivitas. Untuk sektorsektor lainnya kecuali sektor pemerintahan konsep satuan aktivitas lebih banyak digunakan, misalnya pada sektor bangunan, perdagangan, dan pengangkutan. Untuk sektor pemerintah dasarnya adalah konsep satuan kelembagaan. Klasifikasi sektor tidak saja menjadi basis dalam proses penyusunan Tabel InputOutput tetapi juga berguna untuk tujuantujuan analisis, sebab dampak suatu sektor terhadap perkembangan ekonomi nasional/regional atau sebaliknya, tidak akan dapat diketahui kalau sektor tersebut tidak berdiri sendiri dalam klasifikasi yang dipakai. Di samping itu melalui klasifikasi sektor dapat dipelajari pula jenisjenis barang, skala prioritas, peranannya, teknologi pembuatan dan kegunaannya. Bahkan klasifikasi yang lebih rinci akan memungkinkan pengenalan anatomi fisik yang lebih mendalam. Konversi dari suatu sistem ke sistem lainnya kebanyakan juga menggunakan klasifikasi. Dalam penyusunan klasifikasi sektor Tabel InputOutput Balikpapan 2015, beberapa kriteria dasar yang digunakan yaitu lengkap, jelas dan tanggap telah 20

29 diusahakan dapat dipenuhi. Lengkap artinya dapat mencakup seluruh komoditas / kegiatan yang ada di Balikpapan baik yang menyangkut produksi regional Balikpapan maupun impor dari luar Balikpapan. Jelas artinya tidak ada penafsiran ganda ataupun keraguan terhadap ruang lingkup dan cakupan komoditas pada masingmasing sektor, sedangkan tanggap maksudnya dapat dijadikan alat yang komprehensip bagi para perencana / pembuat keputusan, khususnya untuk komoditaskomoditas yang dianggap kunci. Dengan pertimbanganpertimbangan seperti diuraikan di atas, maka Tabel I0 Balikpapan 2015 disusun dengan klasifikasi 44 sektor. Pembagian sektor sebanyak ini dianggap cukup memadai untuk kepentingan berbagai perencanaan dan analisis sektoral. Uraian secara lengkap klasifikasi sektor Tabel I0 Balikpapan 2015 dapat disusun sebagai berikut : KLASIFIKASI SEKTOR TABEL INPUTOUTPUT KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2015 Kode IO Nama sektor / komoditi Uraian [1] [2] [3] 1 Sayursayuran 2 Tanaman bahan makanan lainnya 3 Tanaman Perkebunan 4 Ayam ras 5 Peternakan lainnya 6 Kehutanan Kacang panjang,buncis, sawi, cabe, tomat, bayam, kangkung dan tanaman sayuran lainnya Pertanian padi sawah dan padi gogo/ladang, ketela pohon, jagung, kacang tanah, rambutan, jeruk, pepaya, salak, pisang, nangka, dan buahbuahan lainnya, tanaman hias, ketela rambat dan tanaman pangan lainnya. Karet, kelapa, lada, kopi, coklat, cengkeh dan tanaman perkebunan lainnya Ayam ras pedaging dan ayam ras petelur Sapi/kerbau, kambing, ayam kampung dan lainnya sarang burung wallet, pembuatan arang dan hasil hutan lainnya 21

30 7 Perikanan tangkap 8 Perikanan budidaya 9 Pertambangan minyak dan gas bumi 10 Penggalian Industri pengilangan minyak bumi Industri makanan dan minuman Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit 14 Industri kayu, bambu dan rotan 15 Industri kertas dan barang cetakan 16 Industri kimia, karet dan plastik 17 Barang galian bukam logam Industri logam dasar, besi dan baja Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan Nelayan tangkap, ikan laut tangkap dan lainnya Nelayan budidaya, tambak bandeng laut dan lainnya Minyak mentah dan gas bumi Penggalian batu gunung, tanah uruk, pasir dan lainnya BBM dan non BBM Industri roti, makanan, minuman, sejenis kerupuk dan lainnya. Industri pertenunan, Industri penyempurnaan kain, industri percetakan kain, industri batik, industri barang tekstil jadi kecuali untuk pakaian, industri pakaian jadi (garmen) dari tekstil, industri tekstil lainnya, industri kulit binatang dan sejenisnya. Kayu gergajian dan awetan, kayu lapis dan sejenisnya, perabot dari kayu, bambu dan rotan. Industri kertas, kertas tissue dan lainnya, industri kemasan dari kotak dan kartun, industri dari kertas dan amplop yang tidak termasuk golongan manapun (amplop, kertas pembersih), industri percetakan dan penerbitan Industri kimia, industry vulkanisir ban dan industry tilam busa Barang keramik, tanah liat untuk keperluan rumah tangga, barang keramik tanah liat lainnya, batu bata, genteng, batako, porcelain barang dari semen, barang dari batu, batu tahan api dan sebagainya, barang galian bukan logam, semen, kapur dan barang dari kapur, barang dari gelas dan kaca lembaran Industri besi dan baja Mesin uap dan turbin (kincir), motor bakar dalam komponen dan suku cadang pemeliharaan dan perbaikan, mesin pertanian dan perlengkapannya, mesinmesin pengolahan/pekerjaan untuk logam, mesinmesin pengolahan/pekerjaan untuk kayu, 22

31 20 Industri Barang lainnya mesinmesin untuk tekstil, mesin untuk percetakan, mesinmesin pengolahan lainnya, pembuatan komponen dan suku cadang mesinmesin perbaikan dan pemeliharaan mesinmesin, mesinmesin kantor, komputer dan akuntansi, mesin jahit, alatalat berat, pembuatan mesin dan peralatan ytdl, perbaikan dan pemeliharaan perlengkapan dan alatalat berat, kapal, perahu dan galangan kapal, mesin kapal dan peralatan lainnya, perlengkapan kapal, repair dan salvage, perbaikan kapal, pesawat terbang dan perlengkapan lainnya, pembuatan film, pemancar radio dan televisi Industri permata, barang perhiasan berharga termasuk logam mulia, alat musik, perlengkapan dan alat untuk keperluan olah raga, mainan anakanak, alat tulis dan gambar. Industri dari besi dan baja dasar, penempaan besi dan baja, pembuatan logam dasar besi dan barang dari logam lainnya, industri kimia dan industri lainnya yang tidak termasuk dalam kegiatan sektorsektor industri terdahulu 21 Listrik Listrik PLN dan Non PLN 22 Air bersih 23 Bangunan / Konstruksi 24 Perdagangan Penjernihan penyediaan dan penyaluran air bersih / PDAM. Bangunan tempat tinggal, perkantoran, pertokoan, gedung pentas, gedung olah raga, rehabilitasi bangunan dan sejenisnya. Bangunan kolam pemeliharaan ikan, pencetakan tanah sawah, pembukaan hutan, bangunan, irigasi, perbaikan dan pemeliharaan irigasi, bangunan jalan dan jembatan, landasan pesawat terbang, bangunan dermaga, bangunan instalasi air minum, bangunan stasiun pembangkit tenaga listrik, transmisi dan distribusi, bangunan jaringan komunikasi, pengeringan dan pematangan sawah,bangunan air dan drinase, bangunan sanitasi, bangunan sipil lainnya Perdagangan besar dan eceran hasilhasil pertanian, pertambangan dan penggalian, hasil pengolahan, ekspor dan impor, perdagangan eceran lainnya termasuk didalamnya 23

32 penjualan pulsa. 25 Hotel berbintang Hotel bintang 26 Akomodasi Lainnya Hotel Non Bintang dan lainnya 27 Restoran dan Rumah Makan Restoran dan Rumah Makan. Cafe 28 Angkutan darat 29 Angkutan sungai dan penyeberangan 30 Angkutan laut 31 Angkutan udara 32 Jasa penunjang angkutan dan pergudangan 33 Pos dan Telekomunikasi Pos dan Telepon 34 Bank Perbankan Angkutan bermotor untuk penumpang, angkutan bermotor untuk barang dan angkutan darat tidak bermotor Angkutan speed boat dan ferry penyeberangan dan angkutan sungai lainnya baik untuk penumpang atau barang Angkutan samudra dan perairan pantai, pelayaran rakyat baik untuk penumpang atau barang Angkutan udara penumpang dan barang Jasa penumpang angkutan darat, angkutan air, angkutan udara, keagenan dan pegiriman, pergudangan 35 Lembaga keuangan lainnya Asuransi,koperasi dan pegadaian 36 Sewa bangunan 37 Jasa perusahaan 38 Pemerintahan dan pertahanan termasuk POLRI 39 Jasa pendidikan Usaha persewaan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal Jasa hukum, jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan data dan tabulasi, jasa bangunan, arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, usaha persewaan selain bangunan, jasa perusahaan lainnya Kegiatan pemerintahan, lembaga legislatif tingkat daerah, Dewan pertimbangan Agumg, Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa Keuangan, Lembaga eksekutif tingkat pusat, lembaga eksekutif tingkat daerah, perpajakan dan keuangan. Jasa keuangan, jasa kesehatan hewan, hubungan luar negeri, Lembaga riset Pendidikan tingkat pra sekolah, pendidikan sekolah dasar, pendidikan sekolah tingkat menengah dan atas, pendidikan sekolah tingkat tinggi/universitas, pendidikan pemerintah lainnya, pendidikan khusus/luar biasa, pendidikan luar sekolah 24

33 40 Jasa kesehatan 41 Jasa sosial dan kemasyarakatan 42 Jasa hiburan dan rekreasi Jasa perorangan dan rumahtangga Lainnya yang belum dikategorikan Rumah sakit swasta, rumah bersalin, dokter praktek, bidan praktek, dukun bayi dan jasa kesehatan lainnya Organisasi keagaman, panti asuhan, panti wreda, jasa bantuan hukum dan peradilan, jasa kemasyarakatan yang belum tercakup dalam golongan manapun, badan internasional dan badan non internasional termasul Parpol Pembuatan film (swasta), distribusi dan pemutaran film, foto studio termasuk fotografi komersial, jasa hiburan dan kebudayaan lain (pemerintah), jasa pemutaran film, pemancar radio swasta, pengelaran seni dan jasa hiburan, jasa penunjang hiburan, pengarang, pengubah lagu dan seniman lainnya yang tidak termasuk dalam golongan manapun Reparasi barang keperluan kaki dan barang dari kulit, reparasi alat dan pesawat listrik, reparasi kendaraan bermotor, reparasi macammacam jasa dan barang perhiasan, reparasi mesinmesin kantor, macammacam alat fotografi, reparasi lainnya yang tidak termasuk dalam golongan manapun, jasa rumahtangga, pemangkas rambut, salon kecantikan, jasa perorangan dan rumahtangga lainnya Kegiatan yang belum jelas batasannya dan tidak termasuk dalam sektor sektor sebelumnya 25

34 BAB V METODE PELAKSANAAN SURVEY KHUSUS INPUT OUTPUT Untuk menyusun Tabel Input Output dilakukan pengumpulan data sektorsektor yang telah diklasifikasikan. Data data yang terkumpul berupa data produksi, pendapatan dan pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan masing masing sektor. Data data yang dikumpulkan dapat berasal dari data skunder, dari dinas / instansi sektoral maupun data hasil survey sektoral. Adapun data data yang belum tersedia didapat dengan melaksanakan Survey khusus Input Output (SKIO). Teknik pengumpulan data SKIO dilakukan dengan teknik Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel bukan berdasarkan probabilita yang sama, tetapi berdasarkan kriteriakriteria tertentu. Tujuan utama dalam SKIO kota Balikpapan Tahun 2015 adalah memperoleh struktur input (cost strukture) seluruh kegiatan ekonomi, yang datanya belum tersedia. Karena tujuan utama survey ingin mengetahui struktur biaya, maka kriteriakriteria tertentu yang dimaksud diatas adalah bahwa sampel yang dipilih tidak terlalu kecil ukurannya atau dengan kata lain sampelnya diusahakan dipilih yang besar, sehingga dapat mencerminkan kegiatan/sektor ekonomi yang akan disurvey. I. ALOKASI SAMPEL Setelah klasifikasi sektor ditetapkan berdasarkan aturanaturan yang berlaku, dan dilakukan inventarisasi terhadap kegiatan ekonomi yang datanya perlu disurvey, serta ditetapkan jumlah sampel berdasarkan dana yang tersedia maka dibuat alokasi sampel SKIO kota Balikpapan menurut sektor/kegiatan ekonomi. Rincian dan jumlah sampel masingmasing sektor ekonomi SKIO kota Balikpapan Tahun 2015 dapat dilihat dalam lampiran. 26

35 II. JENIS KUESIONER Jumlah kuesioner yang digunakan dalam SKIO kota Balikpapan Tahun 2015 sebanyak 31 jenis kuesioner yang terdiri dari 5 blok, yaitu : 1. BLOK I : Pengenalan Tempat 2. BLOK II : Keterangan Umum 3. BLOK III : Produksi / Pendapatan 4. BLOK IV : Biaya 5. BLOK V : Catatan Khusus untuk Blok I, Blok IV dan Blok V setiap kuesioner memiliki pertanyaan yang sama. Sedangkan untuk Blok II dan III, sebagian besar dari kuesioner memiliki pertanyaan yang sama, dan untuk pertanyaan yang berbeda tergantung dari jenis kegiatan yang disurvei. Referensi waktu yang ditanyakan adalah selama tahun III. JADUAL KEGIATAN Penyusunan Tabel IO kota Balikpapan Tahun 2015 Tahap I yang berupa pengumpulan data melalui SKIO dijadualkan memakan waktu sekitar 8 bulan dengan rincian sebagai berikut : 1. Persiapan... Februari Penyusunan Kuesioner Maret Penarikan Sampel April Penggandaan Kuesioner April Briefing Petugas April Pengumpulan Data Primer dan Skunder 1 Mei 30 Juli Pemeriksaan Data Hasil Lapangan Agustus Revisit/Ricek/Klarifikasi dan konsistensi 27

36 Kuesioner Agustus Kegiatan Penghitungan Struktur Input September Oktober Penyerahan Laporan... November

37 BAB VI HASIL SURVEY KHUSUS INPUT OUTPUT Berdasarkan hasil pengolahan data dari pencacahan lapang Survey Khusus Input Output kota Balikpapan didapatkan struktur biaya setiap sektor ekonomi yang terdiri dari biaya antara dan biaya primer. Dari struktur biaya tersebut diketahui kemampuan masingmasing sektor dalam menciptakan nilai tambah bruto serta besaran penggunaan input dari sektorsektor lain dalam kegiatan sektor tersebut. A. Sektor Primer ( Pertanian dan Penggalian ) Sektor Primer yang terdiri dari sektor Pertanian dan sektor Penggalian memperlihatkan Output yang terdiri dari biaya antara dan biaya primer. Struktur biaya beberapa sektorsektor pertanian umumnya memperlihatkan biaya primer, yaitu biaya yang menciptakan nilai tambah, lebih besar dibandingkan biaya antara yang digunakan pada struktur input. Kondisi tersebut karena pengelolaan produksi pertanian masih bersifat tradisional dan banyak mengandalkan faktor alam, sehingga penggunaan sektorsektor lain sebagai biaya antara masih rendah. Hal ini menyebabkan nilai tambah yang diciptakan dari kegiatan produksi sektorsektor tersebut lebih besar daripada biaya antaranya. Berbeda dengan sektor pertanian, sektor penggalian memiliki biaya antara yang lebih besar dari biaya primer mengingat pada sektor penggalian telah menggunakan peralatan mesin sebagai alat bantu untuk mengeksplorasi hasilhasil penggalian. Dari total biaya sektor padi menggunakan 69,88 persen biaya primer yang didalamnya terdapat 61,47. Persen sebagai surplus usaha. Sementara biaya antara mencapai 30,12 persen yang terdiri dari 14,49 persen biaya umum dan 15,63 persen biaya khusus, seperti pembelian bibit, penggunaan pupuk dan obat obatan. 29

38 Sektor ketela pohon yang merupakan komoditi pertanian yang potensial dalam kegiatan produksinya menggunakan biaya antara 17,01 persen, yang berarti biaya primernya mencapai 82,99 persen yang keseluruhannya merupakan suplus usaha. Sektor sayursayuran dalam kegiatan produksinya menggunakan input yang terdiri dari 10,05 persen biaya antara dan 89,95 persen biaya primer. Dimana dari biaya primer tersebut 89,23 persen merupakan surplus usaha dan hanya 0,02 persen merupakan biaya pegawai. Sektor buah buahan dalam kegiatan produksinya menggunakan input yang terdiri dari 15,55 persen biaya antara dan 84,45 persen biaya primer. Dimana dari biaya primer tersebut 83,29 persen merupakan surplus usaha dan hanya 0,96 persen merupakan biaya pegawai. Struktur biaya sektor buah buahan ini hampir sama dengan sektor tanaman bahan makanan lainnya dimana biaya antara yang digunakan 15,55.persen dan biaya primer 84,45.persen yang diantaranya 83,29 persen merupakan surplus usaha. Sektor kelapa dalam kegiatan produksinya menggunakan input yang terdiri dari 22,34 persen biaya antara dan 77,66 persen biaya primer. Dimana dari biaya primer tersebut 74,01 persen merupakan surplus usaha dan hanya 0,72 persen merupakan biaya pegawai. Sektor lada dalam kegiatan produksinya menggunakan input yang terdiri dari 13,89 persen biaya antara dan 86,11 persen biaya primer. Dimana dari biaya primer tersebut 74,54 persen merupakan surplus usaha dan 11,25 persen merupakan biaya pegawai. Sektor tanaman perkebunan lainnya dalam kegiatan produksi menggunakan input yang terdiri dari 22,34 persen biaya antara dan 77,66 persen biaya primer. Dimana dari biaya primer tersebut 74,71 persen merupakan surplus usaha dan 0,72 persen merupakan biaya pegawai. 30

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah K a b u p a t e n K u t a i K a r t a n e g a r a

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah K a b u p a t e n K u t a i K a r t a n e g a r a No. Katalog : 9208.6403 Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah K a b u p a t e n K u t a i K a r t a n e g a r a B a d a n P u s a t S t a t i s t i k Kabupaten Kutai Kartanegara KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KODE KETERANGAN 000 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 011 PERTANIAN TANAMAN PANGAN, TANAMAN PERKEBUNAN, DAN HORTIKULTURA 012 PETERNAKAN 013 KOMBINASI PERTANIAN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Banyuwangi memiliki peran strategis dalam pembangunan daerah di Jawa Timur baik dari sisi ekonomi maupun letak geografis. Dari sisi geografis, Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR Keterkaitan Sektor Hulu dan Sektor Hilir Hasil dari analisis dengan menggunakan PCA menunjukkan sektor-sektor perekonomian pada bagian hulu dan sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIII, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR NOVEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,73 PERSEN Pada bulan November Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 70/11/Th. XIII, 1 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR NAIK 0,17 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai April 2010 di PPS Nizam Zachman Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 76/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR TURUN 0,07 PERSEN Pada bulan Oktober Indeks harga grosir/agen

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi

Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi 263 Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi Kode Nama Sektor 1 Padi 2 Jagung 3 Ubi Kayu 4 Ubi-Ubian Lainnya 5 Kacang-kacangan 6 Sayuran dataran ttinggi 7 Sayuran dataran rendah 8 Jeruk 9 Pisang 10 Buah-buahan

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 44/07/Th. XIII, 1 Juli PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI HARGA GROSIR NAIK 0,72 PERSEN Pada bulan Juni Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-321/PJ/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 24/04/Th. XIII, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR FEBRUARI HARGA GROSIR NAIK 0,04 PERSEN, HARGA GROSIR BAHAN BAKU NAIK 0,05 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 71/11/Th. XIV, 1 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR NAIK 0,20 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013*** 8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 30/05/Th. XIV, 2 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR APRIL HARGA GROSIR TURUN 0,07 PERSEN Pada Bulan April Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT OUTPUT SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL LEONTIF

ANALISIS INPUT OUTPUT SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL LEONTIF Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 83 90. ANALISIS INPUT OUTPUT SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL LEONTIF

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Zuhri Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma zuhri_muin@yahoo.com Abstrak. Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN 2005-2007 Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan Kerja Sama Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik Desember

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN PETANI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN PETANI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN PETANI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN PETANI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2013 ISSN : Nomor Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 15 x 21 cm : viii + 32 halaman

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar KLASIFIKASI INDUSTRI Industri adalah suatu usaha atau kegiatan yang melakukan proses atau aktivitas yang mengubah dari sesuatu atau bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi berupa barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Perusahaan Perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan kedalam sembilan sektor industri yang telah ditetapkan oleh JASICA (

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Statistik Departemen Statistik : Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

UPAH MINIMUM KOTA BATAM 2013 OLEH : DINAS TENAGA KERJA KOTA BATAM

UPAH MINIMUM KOTA BATAM 2013 OLEH : DINAS TENAGA KERJA KOTA BATAM UPAH MINIMUM KOTA BATAM 2013 OLEH : DINAS TENAGA KERJA KOTA BATAM UPAH MINIMUM Upah Bulanan Terendah : UPAH POKOK TERMASUK TUNJANGAN TETAP MASA KERJA KURANG DARI 1 (SATU) TAHUN (PASAL 8 PERMENAKER NO.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL BAB III URAIAN SEKTORAL alah satu kendala dalam memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Disamping

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan.  INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2014-2016 http://www.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL

Lebih terperinci

-2- Mesin dan/atau Peralatan Industri kecil dan/atau Industri menengah; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kement

-2- Mesin dan/atau Peralatan Industri kecil dan/atau Industri menengah; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kement No.440, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Restrukturisasi Mesin. Peralatan Industri Kecil Indis PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/M-IND/PER/3/2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 78/12/Th. XIII, 1 Desember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR NOVEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,36 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan

Lebih terperinci