PENENTUAN PRIORITAS INDUSTRI POTENSIAL UNTUK DIKEMBANGKAN DI KAWASAN INDUSTRI LAMONGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA INPUT OUTPUT DAN ELECTRE III

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN PRIORITAS INDUSTRI POTENSIAL UNTUK DIKEMBANGKAN DI KAWASAN INDUSTRI LAMONGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA INPUT OUTPUT DAN ELECTRE III"

Transkripsi

1 PENENTUAN PRIORITAS INDUSTRI POTENSIAL UNTUK DIKEMBANGKAN DI KAWASAN INDUSTRI LAMONGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA INPUT OUTPUT DAN ELECTRE III Fajar Budi Satriyo, Udisubakti Ciptomulyono, Naning Aranti Wessiani Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya Abstrak Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi sangat penting, namun dalam struktur perekonomian Kabupaten Lamongan kontribusi sektor ini masih relatif kecil. Untuk itu telah dilakukan suatu kajian tentang dibangunnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dalam menentukan sektor industri apa yang seharusnya dikembangkan, perlu dilakukan suatu studi akademik sehingga nantinya sektor yang dikembangkan dapat memberikan manfaat yang optimal. Penelitian ini menggunakan Location Quotient dalam menentukan sektor industri basis. Metode ELECTRE III digunakan untuk merangking alternatif sektor industri dan alternatif industri potensial dimana nilai performansi masing-masing alternatif sektor industri diperoleh dari analisa input output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri pengalengan ikan dan industri pengeringan/penggaraman ikan yang menduduki peringkat teratas dalam perangkingan prioritas pengembangan industri yang dilakukan. Kata Kunci : Analisa Input Output, ELECTRE III, Location Quotient. Abstract Eventhough the role of industrial sector in economic development is very important, the economic structure of Lamongan District contribution of this sector is still relatively small. This study aims to determine priority of potential industries to be development in the Lamongan District.. This research proposed to utilize Location Quotient to determined a base sector. The base sector would be an alternative of potential industrial sectors which is turn to be prioritized by ELECTRE III approach. Input output analysis is expected to be alternatives priority potential.the research output shows that the top of the higher priority industries that is fish canning industry and industrial drying / salting of fish. Keywords: ELECTRE III, Input Output Analysis, Location Quotient. 1. Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi sangat penting, karena secara strategis dapat menggerakkan usaha-usaha terciptanya landasan pembangunan yang kokoh bagi tahap pembangunan dalam jangka panjang. Hal ini sesuai dengan pattern of development yang dikemukakan oleh Chenery (1979) yang dalam Kuncoro (2007), bahwa perekonomian suatu negara akan bergeser dari semula yang mengandalkan sektor pertanian menuju sektor industri. Fenomena ini dapat kita lihat di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Lamongan. Kontribusi sektor primer utamanya sektor pertanian cenderung menurun yakni dari 42,91% (2004) menjadi 38,45% (2008) diikuti kenaikan kontribusi sektor industri dari 5,17% (2004) menjadi 5,43% (2008). Sektor Industri yang merupakan sektor strategis oleh karena sumber daya sektor ini dapat diperbarui secara cepat dan dapat menyerap tenaga kerja lebih besar, namun dalam struktur perekonomian Kabupaten Lamongan kontribusi sektor ini masih relatif kecil. Untuk itu telah dilakukan suatu kajian tentang dibangunnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dalam menentukan sektor industri apa yang seharusnya dikembangkan, perlu dilakukan suatu studi ilmiah sehingga nantinya sektor yang dikembangkan dapat memberikan manfaat yang optimal baik dari segi memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, menyediakan barang dan jasa yang bermutu dengan harga yang bersaing dipasar dalam negeri ataupun luar negeri, meningkatkan ekspor dan menghemat 1

2 biaya, menunjang pembangunan daerah dan sektor-sektor lainnya. 2. Timjauan Pustaka Dalam pemilihan sektor industri mana yang akan dijadikan alternatif untuk dikembangkan di suatu wilayah hendaknya dipilih dari sektor industri yang menjadi basis. Dimana Tarigan (2007) menyatakan bahwa investor kurang berminat untuk menanamkan modal pada sektor yang bukan merupakan sektor basis. Selain itu sektor yang menjadi basis tersebut apabia dikembangkan juga akan mendorong kenaikan investasi di sektor lainnya yang disebut induced investment (Tambunan, 2001). Hal ini akan menjadi pedoman penting baik bagi pemerintah maupun investor seperti dikemukakan oleh Rudana (2008). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis adalah dengan metode Location Quotient. Dalam melaksanakan perencanaan pembangunan industri mengetahui industri basis saja belum cukup, perlu dilakukan perencanaan sektor-sektor industri yang dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar dengan mempertimbangkan penggunaan input antara dari satu sektor usaha lain dan juga perlu dipertimbangkan kondisi ekspor (Aprilina, 2001). Untuk itu perlu dilakukan suatu analisa keterkaitan sektor-sektor industri basis tersebut dengan sektor-sektor lainnya dengan menggunakan Input-Output Analysis. Karena dalam melaksanakan perencanaan pembangunan industri kita tidak hanya terpaku pada satu faktor saja, dimana satu alternatif industri yang memiliki nilai lebih dari sektor industri yang lain, dimungkinkan memiliki nilai yang lebih rendah untuk faktor-faktor yang lain. Maka dalam penelitian ini pemilihan alternatif sektor industri terbaik dan pemilihan produk industri terbaik akan dilakukan suatu analisa pengambilan keputusan multi kriteria. 3. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan gambaran penelitian secara keseluruhan sehingga diketahui proses, metode dan hasil yang diperoleh dalam penelitian. 1. Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi dan teori-teori penunjang yang berkenaan dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber pustaka, baik berupa buku teks, artikel, ataupun jurnal yang bersumber dari media cetak maupun media elektronik. Adapun studi literatur ini meliputi Analisa Input Output (Nazara, 1997), Ekonomi Regional (Tarigan, 2005), MCDM (Figueira et all, 2005), dan ELECTRE (Buchanon et all, 1999). 2. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan dengan kunjungan langsung ke instansi-instansi terkait dengan pengembangan industri di Kabupaten Lamongan seperti BAPPEDA Lamongan, Disperindagkop Kabupaten Lamongan, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan transmigrasi Kabupaten Lamongan dan Badan Penelitian dan pengembangan kabupaten Lamongan. Dalam studi lapangan ini brainstroming dengan pihak yang terkait dengan penelitian. 3. Perumusan Masalah Setelah dilakukan studi literatur dan studi lapangan dapat dilakukan perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan masalah yang akan dibahas dan diselesaikan dalam penelitian ini. 4. Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dibedakan menjadi dua bagian besar yakni pengumpulan data I dan pengumputan data II. Pengumpulan data I merupakan pengumpulan data-data awal yang diperlukan untuk pengolahan data awal. Meliputi data input output Jawa Timur, PDRB Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Lamongan, data ketenagakerjaan Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Lamogan dan data-data terkait dengan analisa input output lainnya. Sedangkan untuk tahap pengumpulan data II merupakan tahap pengumpulan data lanjutan tentang preferensi pihak-pihak terkait dengan pembangunan industri di KIL yang dilakukan setelah didapatkan hasil dari pengolahan data dengan metode LQ dan analisa input output. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner. Kuisioner ini nantinya akan diisi oleh perwakilan dari pihak BAPPEDA Lamongan, Dinas Perindustrian Lamongan, Departemen Tenaga Kerja Lamongan, dan perwakilan dari akademisi dengan bidang Ekonomi/Industri, dimana pengisian kuisioner berlangsung dua kali yaitu untuk pemilihan sektor industri dan pemilihan industri potensial. 5. Penentuan Sektor Basis Pada tahap ini digunakan metode Location Quotient. Pada pengolahan data dengan Loction 2

3 Quotient akan dilakukan screening untuk mengetahui sektor-sektor industri basis yang ada di Kabupaten Lamongan. Dengan metode LQ ini kita membandingkan data PDRB suatu sektor ditingkat Kabupaten Lamongan terhadap PDRB semua sektor industri yang ada ditingkat Kabupaten Lamongan dengan PDRB suatu sektor ditingkat Propinsi Jawa Timur terhadap PDRB semua sektor industri yang ada di Jawa Timur. 6. Perangkingan Alternatif Program Pemasaran Pada pengolahan data dengan analisa input output dilakukan agregasi sektor, updating dan konversi tabel input output Jawa Timur menjadi tabel input output Kabupaten Lamongan dengan, dan kemudian dilakukan analisa pengaruh (impact analysis) dari sektor-sektor industri basis yang didapatkan dari hasil screening dengan metode LQ terhadap kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dalam penentuan sektor industri potensial. Setelah itu dilakukan metode pengambilan keputusan berdasarkan preferensi pihak-pihak terkait dalam pemilihan sektor industri yang akan dikembangkan di KIL. Berdasarkan data hasil impact analysis pada analisa input output dapat dilakukan pengolahan data selanjutnya dengan software ELECTRE III. Tahap implementasi ELECTRE III ini dilakukan dua kali, untuk perangkingan alternatif sektor industri dan perangkingan alternatif industri hasil breakdown dari sektor industri terpilih (rangking tertinggi). 7. Analisa dan Interpretasi Hasil Pada tahap ini akan dilakukan analisa dan interpretasi hasil pengolahan data. Analisa yang dilakukan antara lain : a. Analisa sektor basis b. Analisa nilai pengganda output c. Analisa nilai pengganda pendapatan d. Analisa nilai pengganda tenaga kerja e. Analisa pembobotan kriteria f. Analisa penilaian alternatif pada tiap kriteria g. Analisa pengolahan ELECTRE III. Analisa ini merupakan analisa dari output hasil pengolahan, yaitu analisa ranking matrix dan final graph. h. Analisa sensitivitas nilai threshold dan bobot kriteria 8. Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan secara umum dari hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan. Serta diberikan saran baik untuk perusahaan maupun untuk penelitian selanjutnya 4. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bagian ini dilakukan pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian. Data yang telah diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan penyelesaian permasalahan. 4.1 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dibedakan menjadi dua bagian besar yakni pengumpulan data I dan pengumputan data II. Pengumpulan data I merupakan pengumpulan data-data awal yang diperlukan untuk pengolahan data awal. Meliputi data input output Jawa Timur, PDRB Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Lamongan, data ketenagakerjaan Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Lamogan dan data-data terkait dengan analisa input output lainnya. Sedangkan untuk tahap pengumpulan data II merupakan tahap pengumpulan data lanjutan tentang preferensi pihak-pihak terkait dengan pembangunan industri di KIL yang dilakukan setelah didapatkan hasil dari pengolahan data dengan metode LQ dan analisa input output. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner. Kuisioner ini nantinya akan diisi oleh perwakilan dari pihak BAPPEDA Lamongan, Dinas Perindustrian Lamongan, Departemen Tenaga Kerja Lamongan, dan perwakilan dari akademisi dengan bidang Ekonomi/Industri. 4.2 Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan meliputi pengolahan data dengan Location Quotient, Analisa Input Output, dan perankingan alternatif menggunakan metode ELECTRE III baik untuk pemilihan sektor industri maupun pemilihan industri potensial. Location Quotient (LQ) Dengan metode LQ ini kita membandingkan data PDRB suatu sektor ditingkat Kabupaten Lamongan terhadap PDRB semua sektor industri yang ada ditingkat Kabupaten Lamongan dengan PDRB suatu sektor ditingkat Propinsi Jawa Timur terhadap PDRB semua sektor industri yang ada di Jawa Timur. 3

4 Perhitungan dengan metode LQ sendiri dapat dirumuskan sebagai berikut : dimana : Nmi : PDRB di Kabupaten-Kota m dalam Industri i Nm : Total PDRB di Kabupaten-Kota m di Ni N seluruh Industri : PDRB nasional dalam industri i : PDRB nasional dalam seluruh industri Hasil dari perhitungan LQ disajikan pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Hasil Perhitungan LQ a. Agregasi Sektor Agregasi sektor yang dilakukan berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia dan Klasifikasi Komoditi Indonesia yang disusun Badan Pusat Statistik berdasar kesamaan komoditi. Dalam penelitian ini, agregasi sektor untuk sektor industri pengolahan dilakukan berdasarkan KLUI dua digit. Dengan demikian, rincian subsektor-subsektor dalam industripengolahan terdiri dari 9 (sembilan) subsektor. Sedangkan untuk sektor-sektor lainnya digunakan berdasarkan KLUI satu digit. Tabel 4.3 Tabel agregasi 18 sektor Karena pengembangan industri merupakan rencana jangka menengah, maka perlu dilakukan peramalan tentang nilai LQ untuk beberapa tahun ke depan. Pada penelitian ini peramalan yang digunakan dengan metode time series mengikuti tren. Dengan menggunakan bantuan software Microsoft excel didapatkan hasil seperti disajikan pada table 4.2 berikut. Tabel 4.2. Hasil Peramalan Nilai LQ Analisa Input Output Pada pengolahan data dengan analisa input output ini akan dilakukan agregasi sektor dan regionalisasi tabel input output Jawa Timur menjadi tabel input output Kabupaten Lamongan dengan, dan kemudian dilakukan analisa nilai pengganda dan keterkaitan antar sektor dari sektor-sektor industri basis yang didapatkan dari hasil screening dengan metode LQ terhadap kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dalam penentuan sektor industri potensial. b. Regionalisasi Tabel Input Output Dikarenakan tabel input output yang ada hanya sampai tabel input output propinsi, dan tidak adanya tabel input output untuk tingkat kabupaten, maka dalam melakukan penelitian dalam lingkup kabupaten perlu dilakukan disagregasi tabel input output propinsi menjadi tabel input output kabupaten. c. Nilai Pengganda Output Analisis pengganda Output (Output Multiplier) bertujuan untuk melihat dampak perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap semua sektor yang ada tiap satuan perubahan jenis pengganda. Hasil perhitungan nilai pengganda output dapat dilihat pada tabel 4.4. d. Nilai Pengganda Pendapatan Analisis pengganda pendapatan merupakan suatu alat analisis untuk melihat pengaruh dari perubahanperubahan permintaan akhir di dalam satu sektor terhadap pendapatan di 4

5 sektor tersebut di dalam perekonomian (yang tercermin dalam nilai tambah bruto pada Table I-O).Hasil perhitungan nilai pengganda output dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.4 Nilai Pengganda Output merupakan keterkaitan dengan bahan mentah dan dihitung menurut kolom, dan (2) keterkaitan ke depan (forward linkages) yang merupakan keterkaitan penjualan barang jadi dan dihitung menurut baris. Hasil perhitungan disajikan pada tabel 4.7 : Tabel 4.6 Nilai Pengganda Tenaga Kerja Tabel 4.5. Nilai pengganda pendapatan Tabel 4.7. Nilai Keterkaitan e. Nilai Pengganda Tenaga Kerja Pengganda tenaga kerja (employment multiplier) menunjukkan efek total dari perubahan lapangan pekerjaan akibat adanya satu unit uang perubahan permintaan akhir di suatu sektor tertentu. Hasil perhitungan nilai pengganda output dapat dilihat pada tabel 4.6 f. Keterkaitan Keterkaitan untuk menentukan strategi kebijakan pembangunan. Dikenal dua jenis keterkaitan, yaitu (1) keterkaitan ke belakang (backward linkages) yang Perangkingan Alternatif Sektor Industri Dalam pengolahan data perangkingan alternatif, dilakukan beberapa tahap terlebih dahulu, berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam merangking alternatif pengembangan: - Pembobotan Kriteria Pembobotan kriteria penilaian dilakukan menggunakan metode entropi. Berikut adalah bobot dari tiap kriteria: 5

6 Tabel 4.8. Bobot dan Kode Kriteria Penilaian Sektor Industri - Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria Pengolahan hasil penilaian alternatif menggunakan normalisasi. Berikut adalah penilaian alternatif pada tiap kriteria: Tabel 4.9 Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria Keterangan : - Industri makanan, minuman dan tembakau (A1). - Industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (A2). - Industri barang kayu dan hasil hutan lainnya (A3). - Industri semen dan bahan galian bukan logam (A4). - Industri pengolahan lainnya (A5). - Penentuan Threshold Value Dalam pengolahan ELECTRE III ini juga membutuhkan nilai threshold yang dibedakan menjadi tiga yaitu indifference threshold (q j ), veto threshold (v j ), dan preference threshold (p j ) untuk setiap kriteria g j. Berikut adalah nilai threshold dari tiap kriteria. Tabel 3.10 Nilai Threshold Tiap Kriteria Gambar 4.1 Final Graph Perangkingan Alternatif Industri - Pembobotan Kriteria Pembobotan kriteria penilaian dilakukan menggunakan metode entropi. Berikut adalah bobot dari tiap kriteria: Tabel Bobot dan Kode Kriteria Penilaian Sektor Industri - Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria Pengolahan hasil penilaian alternatif menggunakan metode entropi. Berikut adalah penilaian alternatif pada tiap kriteria: Tabel 4.13 Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria - Output Pengolahan Dari hasil pengolahan menggunakan software ELECTRE III dihasilkan 2 output yaitu Ranking matrix dan Final Graph. Berikut adalah hasil pengolahan yang dilakukan: Tabel 4.11 Ranking Matrix Keterangan : - Industri Rokok (A0001) - Industri Pengalengan Ikan (A0002) - Industri Penggaraman/Pengeringan Ikan (A0003) - Industri Kerupuk (A0004) - Industri Furnitur (A0005) - Industri Kerajinan Anyaman (A0006) - Industri Batu Bata (A0007) - Industri Gerabah (A0008) - Industri Kapur (A0009) 6

7 - Penentuan Threshold Value Tabel 4.14 Nilai Threshold Tiap Kriteria - Output Pengolahan Tabel 4.15 Ranking Matrix Gambar 4.2 Final Graph 5. Analisa dan Pembahasan Bagian ini dilakukan menganalisa hasil yang diperoleh. 5.1 Analisa Sektor Basis Dari hasil perhitungan nilai LQ yang telah dilakukan seperti yang telah ditunjukkan pada tabel 4.1 dan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa yang menjadi sektor basis di Kabupaten Lamongan adalah sektor-sektor industri yang memiliki nilai LQ 1, yaitu sektor industri makanan, minuman dan tembakau; sektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; sektor industri semen dan bahan galian bukan logam; serta sektor industri pengolahan lainnya. 5.2 Analisa Input Output Pembahasan hasil pengolahan data untuk analisa input output meliputi analisa terhadap nilai pengganda output, nila pengganda pendapatan, nilai pengganda lapangan pekerjaan dan nilai keterkaitan antar sektor industri di Kabupaten Lamongan. Dari hasil pengolahan yang dilakukan dapat diketahui : Efek maksimal dalam hal output akan tercipta bila setiap satuan uang untuk permintaan akhir diprioritaskan dibelanjakan untuk membeli output sektor industri kayu dan hasil hutan lainnya dibandingkan dengan sektorsektor lainnya. Efek maksimal dalam hal pendapatan rumah tangga akan tercipta bila setiap satuan uang untuk permintaan akhir diprioritaskan dibelanjakan untuk membeli output sektor industri kertas dan barang cetakan dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Efek maksimal dalam hal peningkatan jumlah lapangan pekerjaan akan tercipta bila setiap satuan uang untuk permintaan akhir diprioritaskan dibelanjakan untuk membeli output sektor industri semen dan bahan galian bukan logam. Sektor nomor 5 (industri pupuk, kimia dan bahan dari karet) yaitu sebesar 2,2245. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pupuk, kimia dan bahan dari karet mempunyai kemampuan yang kuat untuk menarik pertumbuhan industri hulu dan mendorong perkembangan industri hilirnya karena untuk setiap satu-satuan peningkatan permintaan akhir pada sektor industri pupuk, kimia dan bahan dari karet akan mendorong peningkatan output pada sektor-sektor lainnya sebesar 2,2245 dengan rincian 1,4278 output pada sektor industri hulu yang digunakan sebagai input dan 0,7966 pada sektor industri hilir yang menggunakan output industri pupuk,, kimia dan bahan dari karet sebagai inputnya. 7

8 5.3 Analisa Perangkingan Alternatif Sektor Industri Pada sub bab ini akan dilakukan pembahasan penentuan alternatif sektor industri untuk dikembangkan di Kawasan Industri Lamongan sehingga diperleh solusi ideal alternatif sektor yang mengakomodasii kriteria-kriteria yang ditentukan Analisa Pembobotan Kriteria Kriteria peniliaian pada penelitian ini didapatkan dengan cara penyebaran kuisioner kepada pihak-pihak yag terkait dengan pengembangan industri di Kabupaten Lamongan.Pembobotan kriteria dilakukan dengan menggunakan entropi. Hasil dari pembobotan tingkat kepentingan masing-masing kriteria dengan metode entropi seperti disajikan pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa kriteria pendapatan memiliki bobot paling tinggi yaitu 0,3198 diikuti kriteria tenaga kerja (29,47), Output (0,2152) dan keterkaitan (0,1702). Hal ini dikarenakan menurut para pengambil keputusan, pengembangan industri di Kabupaten Lamongan lebih difokuskan untuk meningkatkan kesejahterahan masyarakat Lamongan, yaitu dengan peningkatan jumlah pendapatan dan ketersediaan lapangan pekerjaan Analisa Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria Berikut ini adalah tabel penilaian alternatif pada setiap kriteria yang merupakan nilai input pada penghitungan dengan ELECTRE III. Tabel 5.1 Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria Keterangan : Alternatif terburuk Alternatif terbaik Dari tabel diatas bisa diketahui bahwa alternatif yang memiliki penilaian total tertinggi dengan ke-empat kriteria tersebut sebagai faktor penilaian adalah pada alternatif ke-1 yaitu sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Sedangkan alternatif yang mendapatkan penilaian total terkecil adalah pada alternatif ke- 5 yaitu sektor industri tekstil, barang kulit dan alas kaki. Oleh karena itu, alternatif sektor industri makanan, minuman dan tembakau menjadi alternatif terbaik menurut penilaian pengambil keputusan Analisa Pengolahan ELECTRE III Pengolahan yang dilakukan menggunakan software ELECTRE III didapatkan dua output utama yaitu Ranking Matrix dan Final Graph. Pada hasil output ranking matrix, ada beberapa yang terjadi indifference pada dua alternatif yang dibandingkan, seperti pada perbandingan alternatif 1 dan 4. Hal ini berarti preferensi dari penilai yang dalam hal ini adalah pengambil keputusan, adalah bernilai sama. Untuk perbandingan alternatif 2 dan 3 memiliki nilai P -, ini berarti alternatif 3 lebih disukai dibandingkan alternatif 2 menerut preferensi pengambil keputusan. Hal ini berarti jika perbandingan alternatif 2 dan 3 memiliki nilai P -, maka perbandingan alternatif 3 dan 2 memiliki nilai sebaliknya yaitu P. Output kedua adalah final graph hasil perangkingan. Dari gambar hasil perangkingan seperti ditunjukkan pada gambar 3.1, terlihat bahwa prioritas utama dalam pemilihan alternatif sektor industri adalah pada alternatif 1 (sektor industri makanan, minuman dan tembakau), 3 (sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya) dan 4 (sektor industri semen dan bahan galian bukan logam) yang menempati posisi teratas. Hal ini sudah sesuai dengan kondisi sebenarnya, karena jika dilihat pada tabel 4.1, alternatif ke-1 memiliki nilai preferensi tertinggi untuk kriteria 3 (pendapatan) dimana kriteria ini memiliki bobot terbesar (0,3138). Hal ini juga berlaku untuk alternatif ke-2 yang memiliki nilai performansi tertinggi untuk kriteria output dan keterkaitan serta alternatif 4 yang memiliki nilai tertinggi untuk performansi pada kriteria tenaga kerja Analisa Sensitivitas Untuk melihat kekuatan dari hasil perangkingan, maka dilakukan analisa sensitivitas. Analisa sensitivitas ini dilakukan untuk melihat kriteria mana yang kritis artinya perubahan nilai threshold maupun bobot dari kriteria pada dapat merubah urutan alternatif pengembangan program pemasaran atau tidak. Berikut ini adalah analisa sensitivitas nilai threshold yang telah dilakukan. 8

9 Tabel 5.2 Analisa Sensitivitas Nilai Threshold Berdasarkan hasil sensitivitas threshold dapat diketahui bahwa kriteria keterkaitan merupakan kriteria yang kritis. Adanya perubahan urutan perangkingan dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut. Gambar 5.1 Perubahan Urutan Perangkingan alternatif sektor industri berubah. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil yang didapat sudah cukup baik. 5.4 Analisa Perangkingan Alternatif Industri Pada sub bab ini akan dilakukan pembahasan penentuan alternatif sektor industri untuk dikembangkan di Kawasan Industri Lamongan sehingga diperleh solusi ideal alternatif industri yang mengakomodasii kriteria-kriteria yang ditentukan Analisa Pembobotan Kriteria Hasil dari pembobotan tingkat kepentingan masing-masing kriteria dengan metode entropi seperti disajikan pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa kriteria pendapatan dan sarana prasarana memiliki bobot paling tinggi yaitu 0,144. Dan kriteria output memiliki bobot yang paling rendah yaitu 0,097. Hal ini dikarenakan menurut para pengambil keputusan, pengembangan industri di Kabupaten Lamongan selain karena difokuskan untuk meningkatkan kesejahterahan masyarakat, juga harus memperhatikan ketersedian sarana prasarana yang ada di Kabupaten Lamongan Analisa Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria Berikut ini adalah tabel penilaian alternatif pada setiap kriteria yang merupakan nilai input pada penghitungan dengan ELECTRE III. Tabel 5.4 Penilaian Alternatif pada Tiap Kriteria Analisa sensitivitas yang kedua adalah analisa bobot kriteria, seperti tampak pada tabel berikut ini: Tabel 5.3 Analisa Sensitivitas Bobot Kriteria Untuk analisa sensitivitas dengan mengubah bobot dari kriteria penilaian dengan cara menaikkan dan menurunkan setiap bobot kriteria, hasil perangkingan alternatif juga tidak Keterangan : Alternatif terburuk Alternatif terbaik Dari tabel diatas bisa diketahui bahwa alternatif yang memiliki penilaian total tertinggi dengan ke-empat kriteria tersebut sebagai faktor penilaian adalah pada alternatif ke-2 yaitu industri pengalengan ikan. Sedangkan alternatif yang mendapatkan penilaian total terkecil adalah pada alternatif ke-5 yaitu industri furnitur. Oleh karena itu, alternatif industri pengalengan ikan menjadi alternatif terbaik menurut penilaian pengambil keputusan. 9

10 5.4.3 Analisa Pengolahan ELECTRE III Pengolahan yang dilakukan menggunakan software ELECTRE III didapatkan dua output utama yaitu Ranking Matrix dan Final Graph. Pada hasil output ranking matrix. Pada hasil output ranking matrix, seperti ditunjukkan pada tabel 4.16, alternatif 1 tidak lebih disukai dibandingkan dengan alternatif 2 dan 3 tetapi lebih disukai bila dibandingan alternatif 4 sampai dengan 9. Alternatif 2 dan 3 sama-sama disukai (indefference), dan juga sama-sama lebih disukai dibandingkan dengan alternatifalternatif lainnya.alternatif 4 lebih disukai apabila dibandingkan dengan alternatif 5, 7, 8 dan 9 tetapi tidak lebih disukai bila dibandingkan dengan alternatif 1, 2, 3 dan 6. Alternatif 5, 7 dan 8 bersifat indefference bila dibandingkan satu dengan yang lain, dan tidak lebih disukai apabila dibandingkan dengan alternatif lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa alternatif yang paling disukai adalah alternatif 2 dan 3, sedangkan alternatif yang paling tidak disukai adalah alternatif 5, 7 dan 8. Output kedua adalah final graph hasil perangkingan. Dari gambar hasil perangkingan seperti ditunjukkan pada gambar 3.2, terlihat bahwa prioritas utama dalam pemilihan alternatif industri adalah pada alternatif 2 (industri pengalengan ikan) dan alternatif 3 (industri pengeringan/penggaraman ikan). Hal ini sudah sesuai dengan kondisi sebenarnya, karena jika dilihat pada tabel 5.2, alternatif yang memiliki penilaian total tertinggi dengan keempat kriteria tersebut sebagai faktor penilaian adalah pada alternatif ke-2. Jika dilihat perkriteriapun, kedua alternatif tersebut memiliki nilai performansi yang tertinggi dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang lain. Selain itu solusi ini feasible mengingat di kawasan kabupaten Lamongan bagian utara berbatasan dengan laut Jawa sehingga bahan baku untuk industri ini melimpah. Selain itu sarana dan prasarana untuk industri ini cukup memadai karena ditunjang adanya pelabuhan. Tabel 5.2 Analisa Sensitivitas Nilai Threshold Berdasarkan hasil sensitivitas threshold dapat diketahui bahwa kriteria transfer teknologi merupakan kriteria yang kritis. Adanya perubahan urutan perangkingan dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut Analisa Sensitivitas Sama seperti pada pemilihan sektor industri, pada pemilihan industri potensial juga dilakukan analisa sensitivitas terhadap threshold dan bobot kriteria. Gambar 5.2 Perubahan urutan perangkingan alternatif Industri 10

11 Dari hasil analisa sensitivitas bobot dengan mengubah bobot kriteria transfer teknologi dikombinasikan dengan kriteria-kriteria lainnya secara berpasangan, tidak terdapat perubahan urutan perangkingkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model perangkingan yang telah dihasilkan sudah cukup baik. 5. Kesimpulan dan Saran Dari pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Sektor industri basis yang ada di Kabupaten Lamongan berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode Location Quotient antara lain : sektor industri makanan, minuman dan tembakau; sektor industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; sektor industri semen dan bahan galian bukan logam; serta sektor industri pengolahan lainnya. 2. Berdasarkan hasil perangkingan alternatif sektor industri yang telah dilakukan dengan menggunakan metode ELECTRE III diperoleh kesimpulan bahwa sektor industri potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Lamongan yaitu : sektor industri makanan, minuman dan tembakau; sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya; dan sektor industri semen dan bahan galian bukan logam. 3. Berdasarkan hasil perangkingan alternatif industri yang telah dilakukan dengan menggunakan metode ELECTRE III diperoleh kesimpulan bahwa alternatif industri yang potensial untuk dikembangkan di Kawasan Industri Lamongan adalah industri pengalengan ikan dan industri pengeringan/penggaraman ikan. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan suatu analisa klaster industri yang akan dikembangkan. Sehingga nantinya industri sektor-sektor terkait, terutama yang berhubungan dengan rantai pasok dapat ikut berkembang. 6. Daftar Pustaka Aprilina, Nur Integrasi Metode Input Output dan Goal Programming untuk Optimasi Perencanaan Sektor Industri yang Berwawasan Lingkungan di Propinsi Jawa Timur. Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Amir, Hidayat dan Nazara, Suahasil Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000:Analisis Input- Output. Jurnal Ekonomi Pembangunan Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Badan Pusat Statistik Jawa Timur dan Lamongan (Berbagai terbitan) Buchanon, John et all Project Ranking Using ELECTRE III. New Zelland. Hennytasari, Evanindya Pemilihan Alternatif Perbaikan KinerjaLingkungan Sektor Industri Potensial di Jawa Timur dengan Metode Input Output Life Cycle Assesment (EIO-LCA) dan Analitic Network Process (ANP). Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Kuncoro, Mudrajad Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta : Erlangga. Kuncoro, Mudrajad Ekonomika Industri Indonesia : Menuju Negara Industri Baru 2030?. Yogyakarta : Andi. Kunhadi, Dedi Aplikasi Metode Input Output untuk Pemilihan Sektor Industri yang Potensial Dikembangkan pada Tahun 2005 di Gerbangkertasusila. Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Pratama, Aris Setyo Penerapan Metode Markov Chain dan ELECTRE III dalam Perangkingan Alternatif 11

12 Pengembangan Program Pemasaran Telkom Flexi PT. TELKOM DIVRE V. Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Nazara, Suahasil Analisis Input Output. Jakarta : LPFEUI Nino Prasetyo Pemilihan Sektor-Sektor Industri Potensial di Jawa Barat untuk Dikembangkan pada Tahun 2004 dengan Metode Input Output, Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri FTI ITS. Surabaya. Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Wardaya, Anissa V. P Perumusan Strategi dan Prioritas Pemilihan Alternatif Pengembangan Industri Sepatu dengan ELECTRE III. Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Industri. Surabaya: ITS. Pratiwi, Jessica Nina Implementasi Model Input Output dalam Penentuan Prioritas Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Timur. Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Miller, Ronald E. and Blair, Peter D Input Output Analysis. Prentice-Hall, Inc., New Jersey. Rudana, Nyoman Analisa LQ ( Location Quotient ) di Propinsi Bali Dalam Menentukan Sektor Ekonomi Unggulan. Magister Administrasi Publik Manajemen Pembangunan Daerah STIA LAN, Jakarta. Pratiwi, Reni A. B Perumusan Prioritas Pengembangan industri Pengolahan yang Sustainable dengan Pendekatan ELECTRE dan AHP. Laporan Penelitian Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya. Tabucanon, Mario. T Multiple Criteria Decision Making in Industri. Amsterdam : Elsevier Science. Tarigan, Robinson Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara. Tambunan, Tulus T.H Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris. Jakarta : Ghalia Indonesia. Utama, Putri Paramita Evaluasi Pemilihan Teknik pengolahan Sampah Padat di Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode ELECTRE III. 12

2/8/2010. Fajar Budi S ( ) Prof.Dr.Ir. Udisubakti C., M.Eng.Sc. Naning Arianti W., ST. MT.

2/8/2010. Fajar Budi S ( ) Prof.Dr.Ir. Udisubakti C., M.Eng.Sc. Naning Arianti W., ST. MT. Oleh: Fajar Budi S (2505100127) Dosen Pembimbing I : Prof.Dr.Ir. Udisubakti C., M.Eng.Sc. Dosen Pembimbing II : Naning Arianti W., ST. MT. JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

Oleh: Putri Narita Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M. Eng. Sc

Oleh: Putri Narita Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M. Eng. Sc PEMILIHAN PRIORITAS PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI KECIL MENENGAH POTENSIAL DI KABUPATEN BANGKALAN PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU DENGAN METODE DELPHI DAN ANP Oleh: Putri Narita 2505 100 117 Pembimbing:

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI

PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI Muhammad Hasan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar Email : hasdiansa@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara dengan berbagai potensi besar yang dimilikinya baik potensi alam, sumberdaya manusia, maupun teknologi tentunya memiliki berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Okto Dasa Matra Suharjo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneurship capital..., Eduardus Chrismas P., FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneurship capital..., Eduardus Chrismas P., FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran entrepreneurship dalam perekonomian selalu menjadi kontroversi. Menurut Schumpeter (1934), entrepreneurship memegang peranan yang vital dalam pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN 7.1. Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan Peran strategis suatu sektor tidak hanya dilihat dari kontribusi terhadap pertumbuhan output, peningkatan

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HILIR: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HILIR: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HILIR: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT THE ROLE OF THE AGROINDUSTRY SECTOR TO ECONOMY OF KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF THE INPUT-OUTPUT

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

Penentuan dan Pengembangan Komoditas Unggulan Argoindustri sub Sektor Perkebunan Berbasis Sistem Inovasi Daerah di Provinsi Aceh

Penentuan dan Pengembangan Komoditas Unggulan Argoindustri sub Sektor Perkebunan Berbasis Sistem Inovasi Daerah di Provinsi Aceh Penentuan dan Pengembangan Komoditas Unggulan Argoindustri sub Sektor Perkebunan Berbasis Sistem Inovasi Daerah di Provinsi Aceh Khairul Anshar 2510100706 Dosen Pembimbing: Putu Dana Karningsih, ST, M.Sc,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu. 1. Sektor industri pengolahan memiliki peranan penting terhadap perekonomian Jawa Barat periode

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013 ANALISIS BASIS EKONOMI SUBSEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DAN KEHUTANAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Economic Base Analysis of the industry Subsector of Product Processing of Agriculture and Forestry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengembangan sumber daya mineral yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan dapat mendukung bagi perekonomian

Lebih terperinci

Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output)

Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output) 1 Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output) Analysis of Service Sector Contribution to the Economy of East Java Province by Inputoutput Analysis

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH MUHAMMAD MARDIANTO 07114042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR Keterkaitan Sektor Hulu dan Sektor Hilir Hasil dari analisis dengan menggunakan PCA menunjukkan sektor-sektor perekonomian pada bagian hulu dan sektor-sektor

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Penerapan Analisis Input Output dan ANP dalam Penentuan Prioritas Pengembangan Sub Sektor Industri di Jawa Timur Try Mardiantony, Udisubakti Ciptomulyono

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 4 (3) (2015) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN ANALISIS

Lebih terperinci

Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg Okto Dasa Matra Suharjo NRP 3610 100 050 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg BAB I - Pendahuluan Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Timur Permasalahan Perekonomian Timur di Jawa 1. Pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS SUBSEKTOR AGROINDUSTRI UNGGULAN JAWA BARAT

ANALISIS SUBSEKTOR AGROINDUSTRI UNGGULAN JAWA BARAT ABSTRAK ANALISIS SUBSEKTOR AGROINDUSTRI UNGGULAN JAWA BARAT Oleh: Juri Juswadi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra Indramayu Provinsi Jawa Barat tidak lepas dari upaya pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR RI 1592

PRESENTASI TUGAS AKHIR RI 1592 PRESENTASI TUGAS AKHIR RI 1592 Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian di Wilayah Jawa Timur dengan Menggunakan Analisa Input-Output (Kata Kunci: Analisis Input-Output, Sektor Perekonomian, Jawa

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 2, September 2017

JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 2, September 2017 PERAN SEKTOR BERBASIS INDUSTRI PADA PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR (Pendekatan Input-Output) Edy Santoso FEB - Universitas Jember edysantoso@unej.ac.id Abstract The development of industrial sector strongly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL KORIDOR UTARA SELATAN PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2005 2009 Oleh: M. Sofyan Andiatma Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang ABSTRACT The research analyzes

Lebih terperinci

7.1. Potensi Lokal Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku. Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki

7.1. Potensi Lokal Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku. Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki VII. KONEKTIVITAS SEKTOR-SEKTOR EKONOMI UNGGULAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 7.1. Potensi Lokal Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki potensi sumberdaya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 2 (1) (2013) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj KONSENTRASI INDUSTRI PENGOLAHAN DI PROPINSI JAWA TENGAH Nevita Sari Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau Oleh Tince Sofyani ABSTRACT The objective of this study is to investigate the role of fishery sector in economic regional

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT OLEH: Abdul Kohar Mudzakir Dosen Lab Sosek Perikanan, Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi dinegara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS PRODUK PERTANIAN DI KABUPATEN-KABUPATEN PROVINSI JAWA BARAT

PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS PRODUK PERTANIAN DI KABUPATEN-KABUPATEN PROVINSI JAWA BARAT PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS PRODUK PERTANIAN DI KABUPATEN-KABUPATEN PROVINSI JAWA BARAT Oleh: Juri Juswadi Program Studi Agribisnis Universitas Wiralodra e-mail: yuswadi_yuri@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODEL PEMILIHAN SEKTOR INDUSTRI UNGGULAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTIC NETWORK PROCESS

PERANCANGAN MODEL PEMILIHAN SEKTOR INDUSTRI UNGGULAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTIC NETWORK PROCESS PERANCANGAN MODEL PEMILIHAN SEKTOR INDUSTRI UNGGULAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTIC NETWORK PROCESS Studi Kasus : Pemilihan Sektor Industri Unggulan di Jawa Barat TESTS MAGISTER Oleh Eko Liquiddanu 23400082

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MARKOV CHAIN DAN ELECTRE III DALAM PERANGKINGAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN PROGRAM PEMASARAN TELKOM FLEXI PT.

PENERAPAN METODE MARKOV CHAIN DAN ELECTRE III DALAM PERANGKINGAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN PROGRAM PEMASARAN TELKOM FLEXI PT. TUGAS AKHIR RI 1592 PENERAPAN METODE MARKOV CHAIN DAN ELECTRE III DALAM PERANGKINGAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN PROGRAM PEMASARAN TELKOM FLEXI PT. TELKOM DIVRE V ARIS SETYO PRATAMA NRP 2505 100 067 Dosen

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH ADINDA PUTRI SIAGIAN / NRP. 3609100701 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

Analisis Keterkaitan Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian... Keywords: the manufacturing industry and agriculture, input output

Analisis Keterkaitan Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian... Keywords: the manufacturing industry and agriculture, input output Analisis Keterkaitan Sektor Industri Pengolahan Dan Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Jawa Timur 1 (Analysis of Linkages Manufacturing Sector and Agricultural Sector in The East Java) Edi Prasetyawan,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari serangkaian perhitunganperhitungan dan analisa-analisa yang telah dilakukan sesuai dengan permasalahan yang ada. Disamping itu disampaikan

Lebih terperinci

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN 2005-2014 Sri Hidayah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Uniersitas Siliwangi SriHidayah93@yahoo.com Unang 2) Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Industri Negara-negara berkembang berkeyakinan bahwa sektor industri mampu mengatasi masalah-masalah perekonomian, dengan

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING Akhmad Rusli 1, *), dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1, 2) Program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

IV. METODOLOGI 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual IV. METODOLOGI 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Pendekatan klaster industri telah ditetapkan sebagai strategi pengembangan industri nasional dalam Undang-undang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini V. ANALISA SISTEM 5. Agroindustri Nasional Saat Ini Kebijakan pembangunan industri nasional yang disusun oleh Departemen Perindustrian (5) dalam rangka mewujudkan visi: Indonesia menjadi Negara Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Sektor unggulan yang terbentuk dari

Lebih terperinci

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO Judul : Dampak Pertumbuhan Industri Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Sidoarjo SKPD : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo Kerjasama Dengan : - Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 54/08/21/Th. VIII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 25 dimana : (dj + ) = jarak euclidian alternatif ke j kepada solusi ideal positif; (dj - ) = jalak euclidian alternatif ke j ke solusi ideal negatif. (5) Menghitung kedekatan dengan solusi ideal Perhitungan

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa macam analisis, yaitu analisis angka pengganda, analisis keterkaitan antar sektor, dan analisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. IX, 2 Mei 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro Kecil

Lebih terperinci

Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah. penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang

Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah. penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang dihasilkan, penghapusan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Multi Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas mencapai 153.564 km 2 (Badan Pusat Statistik, 2014) merupakan provinsi ketiga terbesar di Indonesia setelah Provinsi Papua dan Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di empat Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Gresik, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Bojonegoro.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI B A B BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berbagai upaya ditempuh untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan antarwilayah Dalam konteks pembanguan saat ini,

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Andry Kurniawan Saputra

PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Andry Kurniawan Saputra PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Andry Kurniawan Saputra kost31_project@yahoo.co.id Andri Kurniawan andrikur@ugm.ac.id Abstract Tourism is the dominant

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM KETERKAITANNYA PADA PERKONOMIAN DAERAH KABUPATEN SIAK (PENDEKATAN DENGAN MODEL INPUT-OUTPUT)

PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM KETERKAITANNYA PADA PERKONOMIAN DAERAH KABUPATEN SIAK (PENDEKATAN DENGAN MODEL INPUT-OUTPUT) PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM KETERKAITANNYA PADA PERKONOMIAN DAERAH KABUPATEN SIAK (PENDEKATAN DENGAN MODEL INPUT-OUTPUT) Herlina, Azwar Harahap, dan Deny Setiawan Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU STUDY OF BASIS AND PRIORITY IN AGRICULTURAL SECTOR FOR COASTAL AREA DEVELOPMENT IN BENGKULU Melli Suryanty, Sriyoto,

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SUPPLIER DENGAN INTEGRASI METODE DEMATEL, ANP DAN TOPSIS (STUDI KASUS: PT. XYZ)

EVALUASI KINERJA SUPPLIER DENGAN INTEGRASI METODE DEMATEL, ANP DAN TOPSIS (STUDI KASUS: PT. XYZ) EVALUASI KINERJA SUPPLIER DENGAN INTEGRASI METODE DEMATEL, ANP DAN TOPSIS (STUDI KASUS: PT. XYZ) Rista Dwi Novianto 1) dan Suparno 2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi Bidang keahlian Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terhadap Perekonomian Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terhadap Perekonomian Provinsi BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini akan membahas tentang analisis peran PT Aneka Tambang Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat. Bab ini menguraikan tentang

Lebih terperinci

Peran dan Strategi Pengembangan Sektor Perdagangan di Jawa Timur. The Role Strategy of Development the Trade Sector in East Java

Peran dan Strategi Pengembangan Sektor Perdagangan di Jawa Timur. The Role Strategy of Development the Trade Sector in East Java 1 Peran dan Strategi Pengembangan Sektor Perdagangan di Jawa Timur The Role Strategy of Development the Trade Sector in East Java Isrotin Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci