Panduan pembiakan sapi. Sebuah panduan untuk manajemen pembiakan sapi di Asia Tenggara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Panduan pembiakan sapi. Sebuah panduan untuk manajemen pembiakan sapi di Asia Tenggara"

Transkripsi

1 Panduan pembiakan sapi Sebuah panduan untuk manajemen pembiakan sapi di Asia Tenggara

2 Tentang panduan ini Melahirkan anak sapi secara teratur dan membesarkan anak sapi sangat penting untuk produksi daging sapi potong yang menguntungkan. Tidak ada anak sapi berarti tidak ada penghasilan. Panduan ini mengidentifikasikan hal hal manajemen utama yang dapat membantu peternak dan penasihat hewan untuk memaksimalkan kinerja hewan ternak Australia di Asia Tenggara. Hal hal tersebut meliputi pemberian pakan sapi yang tepat untukbisa menghasilkan anak sapi, mengenali saat kapan sapi betina siap untuk kawin dan mengenali serta mengobati masalah yang timbul pada sapi dan anak sapi pada saat dan setelah melahirkan anak sapi. Catatan: Panduan lapangan ini melengkapi Manual untuk produksi sapi potong di Asia Tenggara. Gambar-gambar yang ditampilkan hanya sebagai panduan saja, dan saran sebaiknya diperoleh dari petugas produksi ternak dan dokter hewan yang terlatih. Tanggung jawab bagi kesejahteraan hewan tetap berada pada orang yang menangani hewan tersebut. Informasi Penerbitan Diterbitkan oleh Meat & Livestock Australia Limited ABN Oktober 2010 Meat & Livestock Australia 2010 ISBN Kehati hatian telah dilakukan untuk memastikan keakuratan informasi yang terkandung dalam publikasi ini. Namun LiveCorp dan Meat & Livestock Australia tidak dapat menerima tanggung jawab atas keakuratan atau kelengkapan informasi atau opini yang terdapat dalam publikasi ini. Andasebaiknya mencari keterangan sendiri sebelum membuat keputusan sesuai minat Anda. LiveCorp dan MLA tidak berkewajiban untuk setiap kerugian yang terjadi jika anda hanya mengandalkan publikasi ini. MLA and LiveCorp mengakui dana pendamping yang disediakan oleh Pemerintah Australia untuk mendukung penelitian dan pengembangan yang terinci dalam publikasi ini. Reproduksi secara keseluruhan atau sebagian dari publikasi ini dilarang tanpa persetujuan sebelumnya dan pengakuan terhadap MLA. 2

3 Panduan pembiakan sapi Daftar Isi Fakta-fakta reproduksi sapi betina 4 Mempersiapkan pembiakan 6 Pemberian pakan untuk pembiakan 8 Tanda-tanda awal birahi 10 Tanda-tanda ( standing heat ) 12 Perkawinan 14 Penyebab umum infertilitas 16 Manajemen melahirkan anak sapi persiapan 18 proses melahirkan 19 Permasalahan sapi induk dan anak sapi distokia 20 plasenta yang tertinggal 22 mastitis 23 metritis 24 Permasalahan anak sapi pneumonia 26 mencret 28 Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 3

4 Fakta-fakta reproduksi sapi betina Siklus birahi Pada sapi dara siklus birahi bisa dimulai pada umur 11 bulan. Jangan dikawinkan sampai mencapai berat badan paling sedikit 280kg (Bibit lokal yang lebih kecil akan memulai siklusnya pada berat badan yang lebih rendah.) Sapi yang menyusui anak sapi perlu memiliki berat badan minimal 350kg sebelum dikawinkan. Jarak rata-rata antar periode birahi adalah 21 hari (18-24) seringkali lebih pendek pada sapi dara dibandingkan pada sapi induk yang lebih tua. mungkin hanya 15 hari jarak antara siklus birahi pertama dan kedua setelah melahirkan anak sapi. Periode kebuntingan rata-rata adalah 280 hari. Sapi dara yang melahirkan pertama kali mengalami banyak masalah dalam: melahirkan mengasuh anak sapi menjadi bunting kembali 4

5 Fakta-fakta reproduksi sapi betina Sapi induk yang lebih tua dengan kondisi yang baik akan lebih mudah untuk bunting daripada sapi yang lebih muda dan sapi dara. Untuk menghasilkan anak sapi setiap tahun sapi harus bunting lagi dalam waktu 75 hari setelah melahirkan. Sapi yang melahirkan dengan nilai kondisi tubuh 3 dan diberi pakan yang baik dapat kembali bunting pada siklus birahi pertama atau yang kedua. Siklus birahi pertama setelah melahirkan terjadi setelah sekitar 36 hari. Siklus birahi kedua terjadi 15 sampai 21 hari kemudian. Jadi hanya ada 40 hari, atau 2 siklus birahi, untuk menjadi bunting kembali. Sapi dengan kondisi badan yang buruk dan masa menyusui dapat tidak bersiklus sama sekali. Mereka akan membutuhkan tambahan pakan yang baik, atau anak sapinya harus disapih, sampai mereka menunjukkan birahi lagi. Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 5

6 Mempersiapkan pembiakan Nilai kondisi tubuh (Body condition score/bcs) dan pembiakan BCS 1 2 terlalu kurus Beri lebih banyak pakan. BCS 3 tepat BCS 5 terlalu gemuk Kurangi pakan. 6

7 Mempersiapkan pembiakan Nilai kondisi tubuh (Body Condition Score/BCS) Periksa apakah nilai kondisi tubuh sapi telah tepat untuk pembiakan selama masa kebuntingan. Akan terlambat bila memperbaiki BCS dilakukan pada trimester terakhir kebuntingan. Sapi dara seharusnya memiliki berat paling sedikit kg pada saat pembiakan pertama untuk meminimalkan risiko sulit melahirkan. Pengaruh Nilai Kondisi Tubuh (Body Condition Score /BCS) pada reproduksi Terlalu kurus Terlalu gemuk 1. Tidak bersiklus birahi 1. Makanan banyak terbuang 2. Tidak bisa bunting 2. Mungkin tidak bersiklus, mungkin tidak bisa bunting 3. Jarak waktu untuk birahi meningkat 3. Lebih banyak kemungkinan distokia 4. Jarak antar melahirkan lebih panjang 4. Lebih banyak kemungkinan metritis 5. Produksi susu sedikit 5. Produksi susu dan kolustrum lebih sedikit 6. Anak sapi lebih lemah 6. Kurang bergerak, lebih banyak stres panas Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 7

8 Pemberian pakan untuk pembiakan Sapi terlalu gemuk Kemungkinan tidak beranak pada tahun sebelumnya Kemungkinan tidak bersiklus, kemungkinan tidak bisa bunting setelah dikawinkan Perlu menurunkan berat badan sebelum trimester ketiga Lebih banyak kemungkinan distokia Lebih banyak kemungkinan metritis Lebih banyak kemungkinan distokia Sapi yang diberi makan terlalu banyak pada akhir masa kebuntingan menghasilkan anak sapi yang besar sementara itu timbunan lemak akan mempersempit lubang panggul. Kelebihan lemak juga menyerap hormon utama yang diperlukan dalam kelahiran sehingga sinyal yang ke uterus menjadi lemah. Kurangi jumlah energi pakan pada sapi yang dikandangkan sebelum menjadi terlalu gemuk atau berikan banyak latihan gerak. 8

9 Pemberian pakan untuk pembiakan Sapi terlalu kurus Anak sapi yang lahir lemah Susunya sedikit untuk anak sapi Tidak bersiklus anoestrus laktasi Jarak antar melahirkan panjang Pakan untuk pembiakan sapi betina Sapi yang dibiakkan membutuhkan pakan yang berbeda dari sapi yang digemukkan. Rangsum memerlukan: level energi dengan BCS mineral yang lebih tinggi (Ca dan P) serat yang lebih banyak protein yang lebih banyak pada akhir masa kebuntingan untuk pertumbuhan anak sapi Sapi yang kurus akan menghasilkan sedikit susu dan tidak akan kembali bunting. Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 9

10 Tanda-tanda awal birahi Mengendus urine sapi yang sedang birahi Vulva bengkak dan merah Kegelisahan 10

11 Tanda-tanda awal birahi Tanda-tanda bahwa sapi betina akan birahi: melenguh berteriak menyenggol dan meletakkan dagu pada sapi lain mengendus area kelamin sapi betina lainnya mengernyitkan hidungnya dan mencibirkan bibirnya vulva bengkak merah sering kencing Dengan adanya kelompok koperasi pembiakan, sekarang sapi betina bisa dibawa ke pejantan supaya tidak stres karena penanganan. Mendeteksi birahi bisa sulit pada sapi Bos indicus karena birahi sering terjadi pada malam hari pada saat sapi ditambatkan yang artinya mereka tidak dapat menunggangi. Sapi pejantan adalah detektor terbaik untuk beirahi Kumpulkan sapi sapi yang tertambat dalam kawanan dua kali sehari dengan sapi pejantan. Kawin malam kumpulkan semua sapi dara dan sapi induk yang tidak bunting di kandang arena (yard) setiap malam bersama dengan sapi pejantan. Dengan membawa sapi betina ke sapi pejantan akan meningkatkan libido pejantan dan merangsang sapi dara dan sapi induk tersebut. Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 11

12 Tanda-tanda ( standing heat ) Tanda-tanda ( standing heat ) saat untuk dikawinkan Membiarkan sapi yang lain untuk menaiki Keluar lendir bening dari vulva 12

13 Tanda-tanda ( standing heat ) Tanda-tanda selama ( standing heat ): tanda-tanda awal terus berlanjut berdiri diam waktu ditunggangi oleh sapi lain lendir bening dan tipis keluar dari vulva lendir teroles di atas tulang-tulang pin dan area ekor nafsu makan berkurang Standing heat bisa berlangsung hanya 12 jam. Tanda-tanda birahi sudah lewat tidak lagi berdiri diam kalau ditunggangi bagian samping (flank) kotor berlumpur dan pangkal ekor tidak rapi akibat ditunggangi lendir kering di bawah vulva sudah terlambat untuk dikawinkan. Sementara tanda-tanda lain dapat dilihat selama awal periode birahi, satu satunya tanda pasti untuk menentukan kapan saat untuk dikawinkan adalah standing heat. Catat tanggal tanggal ini atau tandai tanggal-tanggal pada kalender. Standing heat adalah tanda birahi yang paling terpercaya, dan adalah saat dimana harus dikawinkan. Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 13

14 Perkawinan Kapan Bawa sapi betina ke ke sapi pejantan segera setelah tanda-tanda awal birahi terdeteksi. Biarkan sapi betina berkumpul dengan sapi pejantan selama 5 6 malam untuk memastikan bahwa masa12 jam standing heat tercakup semua. Kemudian bawa sapi betina kembali hari kemudian ke sapi jantan untuk mendeteksi birahi. Jika tidak menunjukkan birahi, berarti menjadi bunting pada perkawinan pertama. Jika menunjukkan birahi, dapat dikawinkan lagi. Inseminasi buatan AI menawarkan pejantan yang lebih baik daripada sapi pejantan lokal, dan bahkan bibit (breed) yang berbeda. Petugas AI menginseminasi sapi betina, tetapi sapinya harus pada saat standing heat. Setelah inseminasi, biarkan sapi betina di kandang jauh dari sapi pejantan selama sekitar 48 jam. Jika sapi kembali birahi sekitar 21 hari kemudian, dia dapat diinseminasi kembali atau dikawinkan dengan sapi pejantan lokal. 14

15 Perkawinan Kawin Ulang Kawinkan kembali semua sapi dara dan sapi induk 18 hari setelah standing heat, dan biarkan mereka berkumpul dengan sapi pejantan selama 5 hari. Kawin setelah melahirkan anak sapi Untuk menghasilkan pedet setiap tahun, sapi harus bunting lagi dalam waktu 75 hari setelah melahirkan. Birahi pertama setelah melahirkan harus muncul sekitar 36 hari, namun tingkat konsepsi cenderung rendah. Lebih baik kembali mengawinkan sapi pada birahi kedua setelah melahirkan. Sapi induk dengan kondisi buruk mungkin tidak menunjukkan siklus birahi kedua sampai berat badannya bertambah atau pedetnya telah disapih. Setelah kawin, catat tanggalnya. Amati tanda-tanda birahi 18 hingga 24 hari kemudian dan lagi 18 sampai 24 hari setelah itu. Jika dua periode birahi terlewatkan, sapi tersebut semestinya bunting. Jika tidak bunting, sapi tersebut mungkin mengalami gangguan reproduksi. Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 15

16 Penyebab-penyebab umum infertilitas Pakan yang jelek Sapi terlalu kurus atau terlalu gemuk (Lihat halaman mengenai kondisi tubuh dan pemberian pakan) Metritis Metritis telah diobati tetapi uterus masih rusak. Prolapsus uterus atau serviks Uterus belum pulih. Gangguan fisik Sapi tidak dapat menahan berat sapi pejantan karena cedera kuku atau kaki. Kuku sapi yang secara permanen dikandang dengan tanah lunak, tumbuh terlalu panjang dan perlu dipotong. Infeksi bakteri dan virus Cacat fisik kuku tumbuh terlalu besar 16

17 Penyebab-penyebab umum infertilitas Infeksi bakteri dan virus Leptospirosis Infeksi bakteri yang disebarkan melalui urin dan kontak langsung; dapat menyebabkan aborsi; dapat menginfeksi manusia; dapat dicegah dengan vaksinasi. Brucellosis Sapi bunting yang terserang brucellosis akan menggugurkan janin sekitar 3 6 bulan setelah konsepsi; disebarkan oleh sekresi dan cairan saat kelahiran; dapat menginfeksi manusia. Vaksinasi anak sapi dara saat berumur 6-8 bulan untuk mengontrol penyebaran brucellosis. Vibriosis Vibrio adalah penyakit kelamin yang menyebabkan kemandulan sementara, terutama pada sapi dara. Mereka selalu kembali ke sapi jantan untuk kawin ulang. Hanya sekitar 5% dari kawanan sapi akan aborsi. Sapi pejantan tetap terinfeksi seumur hidupnya. Sapi dara dan sapi pejantan dapat divaksinasi. Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) IBR atau hidung merah dapat juga disebarkan oleh infeksi kelamin. Jika IBR terjadi pada trimester terakhir kebuntingan, janin kemungkinan akan diaborsi dan bisa seperti mumi. Pedet yang hidup akan menjadi lemah. Cari bantuan dokter hewan jika sapi betina selalu kawin ulang atau mengalami aborsi. Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 17

18 Manajemen melahirkan anak sapi persiapan Sapi betina melahirkan 280 hari ( ) setelah konsepsi. Dua jam sebelum melahirkan lendir keluar dari vagina yang bengkak, dan ambing yang membengkak. Tanda-tanda sebelum melahirkan Pada 7 10 hari sebelum melahirkan, ambing membesar, vulva menjadi bengkak, mungkin mengalami perubahan warna dan sering mengeluarkan lendir. Sapi sebaiknya berbaring di atas jerami bersih dan tidak terganggu sekecil mungkin. Biarkan sapi untuk melahirkan secara alami tetapi lakukan pemeriksaan setiap 30 menit. Sapi Bos indicus umumnya melahirkan dengan mudah. 18

19 Manajemen melahirkan anak sapi persiapan Posisi normal anak sapi dalam uterus Melahirkan anak sapi Sapi melengkungkan punggungnya dan menegang. Sapi betina akan mengeluarkan cairan dari dua kantong ketuban dengan cairan yang kedua lebih kental daripada yang pertama. Dalam waktu dua jam dari pecahnya kantong air kedua, dua kaki depan anak sapi seharusnya akan nampak. Biarkan dia melahirkan secara alami tetapi periksa setiap 30 menit. Hindari penanganan pedet untuk jam pertama supaya ikatan awal antara induk dan anak terjalin. Dia akan menjilati anaknya hingga bersih dan membiarkan anaknya untuk menyusu. Susu pertama (kolostrum) sangat penting untuk kekebalan anak sapi. Biarkan anak sapi menyusu selama minimal 24 jam, sebaiknya 2 3 hari. Beri yodium pada tali pusar untuk mencegah infeksi. Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 19

20 Permasalahan sapi dan anak sapi distokia Distokia Permasalahan pada saat melahirkan anak sapi sungsang Permasalahan pada saat melahirkan anak sapi terputar 20

21 Permasalahan sapi dan anak sapi distokia Distokia Jika kaki depan tidak menonjol keluar dalam waktu 2 3 jam, anak sapi mungkin terputar di dalam uterus Jika anak sapi hanya terputar, sering kali dapat diputar kembali sehingga tulang belakangnya sejajar dengan tulang belakang induknya, dan kemudian ditarik keluar dengan cara biasa, kaki depan terlebih dahulu. Jika hanya satu kaki depan yang menonjol, dorong kepala kembali ke dalam, kemudian ambil kedua kakinya ke depan. Jika kepala terputar ke samping, dorong anak sapi kembali kedalam, kemudian bawa kepala dan kaki depannya ke dalam posisi normal. Jika anak sapi menghadap ke belakang di dalam uterus dengan kaki di bawahnya (sungsang), mungkin membutuhkan operasi caesar. Jika kaki anak sapi menonjol, tarik anak sapi keluar dengan cepat supaya tidak tercekik. Jika anak sapi lahir mati, bersihkan sapi dengan segera. Jika dia sakit, berikan antibiotik selama 3 hari dan bolus intrauteri (Terramycin) atau infus intrauteri. Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 21

22 Permasalahan sapi dan anak sapi plasenta Plasenta yang tertinggal Plasenta akan tertinggal jika tidak dikeluarkan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan. Pengobatan Jika plasenta tidak keluar secara alami, jangan mencoba untuk menariknya keluar karena hal ini dapat menyebabkan perdarahan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian. Periksa jam kemudian dan, jika perlu, tunggu sampai hari berikutnya. Berikan antibiotik, dan cari bantuan dokter hewan. Plasenta yang tertinggal setelah melahirkan 22

23 Permasalahan sapi dan anak sapi mastitis Mastitis Mastitis adalah infeksi ambing. Puting membengkak, anak sapi tidak cukup mendapat susu yang baik dan akan tumbuh lamban. Pengobatan Ikat kedua kaki belakang sapi agar tidak menendang. Perah putingnya hingga kosong dan masukkan seluruh isi tabung antibiotik langsung kedalam saluran puting. Cari bantuan dokter hewan untuk mendapatkan antibiotik yang terbaik. Ambing dengan mastitis menunjukkan puting yang meradang dan bengkak. Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 23

24 Permasalahan sapi dan anak sapi metritis Metritis Penyebab Infeksi uterus pada saat melahirkan karena tempat melahirkan yang kotor dan kontaminasi lingkungan. Sapi dengan BCS tinggi lebih rentan karena proses melahirkan yang lama. Tanda-tanda Tidak mau makan, lesu dan sekresi dari vagina yang ringan selama 7 hari setelah melahirkan, kemudian bertambah dengan suhu badan yang tinggi, menegang, dan sekresi vagina berwarna gelap yang berbau busuk. Sapi yang tidak diobati akan mati. Kondisi selama kelahiran yang tidak higienis meningkatkan risiko metritis pada sapi induk dan infeksi pada anak sapi. 24

25 Permasalahan sapi dan anak sapi Pengobatan Obati segera bila terlihat sekresi atau bau busuk dengan antibiotik dosis tinggi (misalnya dengan injeksi intramuscular long-acting oksitetrasiklin dan uterine pessaries) dan prostaglandin. Pindahkan sapi dari kelompok pembiakan ternak ke kandang pengobatan. Pencegahan Gunakan tempat melahirkan yang bersih. Berikan pakan agar mencapai BCS (3) yang tepat pada saat melahirkan untuk memudahkan melahirkan anak sapi. Kondisi melahirkan yang bersih mengurangi risiko sapi dan anak sapi tidak sehat. Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 25

26 Permasalahan anak sapi pneumonia Penyebab Jumlah sapi terlalu banyak dan kontaminasi tempat melahirkan dan kandang pedet. Anak sapi tidak mendapat kekebalan alami melalui kolostrum dari induknya selama 2 3 hari pertama kehidupan, terutama 24 jam pertama. Tanda-tanda Dimulai dengan keluarnya ingus dari hidung yang ringan kemudian meningkat hingga sulit bernapas. Anak sapi menjadi dehidrasi. Begitu anak sapi terbaring, angka kematian adalah 100%. Pencegahan melalui manajemen Menjaga kebersihan tempat untuk melahirkan dan tempat untuk membesarkan anak sapi Biarkan anak sapi menyusu kolostrum dari induknya setidaknya selama 24 jam pertama setelah lahir. Pneumonia keluar kotoran dari hidung Minum saat pertama kali adalah hal yang paling penting dalam kehidupan anak sapi. 26

27 Permasalahan anak sapi pneumonia Pengobatan Pindahkan anak sapi ke kandang sakit dengan segera begitu tanda-tanda pernapasan terdeteksi. Suntikkan intermuskular Ceftiofur (Excenel) selama 3 hari. Suntikkan obat anti-inflamasi non-steroid selama 3 hari. Berikan 2 liter larutan elektrolit diikuti dengan 2 liter susu pengganti untuk anak sapi, selang 4 jam, pagi dan malam. Jika anak sapi tidak aktif menghisap cairan atau susu, berikan melalui selang/sonde lambung. Biarkan anak sapi tetap di kandang sakit sampai gejala hilang dan kemudian kembalikan ke area Anak sapi harus dipeihara anak sapi. di kandang yang bersih dan Jika anak sapi tidak menyembuh, pindahkan ke kering. kandang infeksi kronis. Lakukan vaksinasi sapi dengan MH Bovilis sebelum melahirkan. Mintalah bantuan dokter hewan. Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 27

28 Permasalahan anak sapi mencret Penyebab Jumlah sapi terlalu banyak, dan tempat melahirkan dan kandang anak sapi yang terkontaminasi. Anak sapi tidak mendapat kekebalan alami melalui kolostrum dari induk selama 2 3 hari pertama, terutama 24 jam pertama setelah lahir. Tanda-tanda Diare ringan dan berkembang menjadi diare parah. Anak sapi menjadi dehidrasi. Begitu anak sapi terbaring, angka kematian adalah 100%. Pencegahan melalui manajemen Menjaga kebersihan tempat untuk melahirkan dan membesarkan anak sapi. Biarkan anak sapi menyusu kolostrum dari induknyanya setidaknya 24 jam pertama kehidupannya. Scour (mencret) pada anak sapi Menyusu yang pertama kali adalah hal yang paling penting dalam kehidupan anak sapi. 28

29 Permasalahan anak sapi mencret Pengobatan Begitu gejala dari scouring terlihat, pindahkan anak sapi ke kandang sakit untuk mengurangi penyebaran penyakit; hentikan pemberian susu pada anak sapi. Hari 1. Berikan hanya larutan elektrolit ditamba dengan bikarbonat (2 liter setiap 4 jam). Hari 2. Pindahkan anak sapi ke kandang bersih dan berikan 2 dosis elektrolit lagi di pagi hari. Bersihkan dan disinfeksi kandang yang sebelumnya. Hari 3. Berikan 2 liter larutan elektrolit diikuti oleh 2 liter susu anak sapi pengganti, selang 4 jam, pagi dan malam. Jika anak sapi tidak aktif meyusui, berikan cairan melalui selang lambung. Biarkan anak sapi tetap di kandang sakit sampai gejala selesai dan kemudian kembalikan ke area anak sapi umum. Jika anak sapi tidak menyembuh, pindahkan ke kandang infeksi kronis. Lakukan vaksinasi sapi dengan Bovac dan Bovilis S sebelum melahirkan. Mintalah bantuan dokter hewan. Catatan: Informasi ini hanya sebuah panduan. Tanggung jawab untuk kesejahteraan hewan berada pada orang yang mengurusnya. 29

30 Level 1, 165 Walker Street, North Sydney, NSW 2060 Ph: Fax:

Panduan pengobatan sapi feedlot

Panduan pengobatan sapi feedlot Panduan pengobatan sapi feedlot Tentang panduan ini Menjaga kondisi kesehatan dan kesejahteraan hewan adalah penting bagi keberhasilan dan keuntungan perusahaan. Merupakan hal yang penting bahwa staf feedlot

Lebih terperinci

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB). CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB). Peningkatan produktifitas ternak adalah suatu keharusan, Oleh karena itu diperlukan upaya memotivasi

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

PENANGANAN KELAHIRAN PADA KAMBING

PENANGANAN KELAHIRAN PADA KAMBING PENANGANAN KELAHIRAN PADA KAMBING Didik Yusuf, SPt*) Pendahuluan Kelahiran adalah saat yang ditunggu oleh peternak. Namun seringkali terjadi permasalahan kesulitan kelahiran (distokia) yang disebabkan

Lebih terperinci

disusun oleh: Willyan Djaja

disusun oleh: Willyan Djaja disusun oleh: Willyan Djaja 28 I PENDAHULUAN Salah satu bagian dari lingkungan adalah tatalaksana pemeliharaan. Peternak sebaiknya memperhatikan cara pemeliharaan agar memperoleh hasil yang diinginkan.

Lebih terperinci

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat UKURAN KRITERIA REPRODUKSI TERNAK Sekelompok ternak akan dapat berkembang biak apalagi pada setiap ternak (sapi) dalam kelompoknya mempunyai kesanggupan untuk berkembang biak menghasilkan keturunan (melahirkan)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein Sapi peranakan Fresian Holstein (PFH) merupakan sapi hasil persilangan sapi-sapi jantan FH dengan sapi lokal melalui perkawinan alam (langsung)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya yaitu perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat (Sudono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Daging sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dibutuhkan konsumen, namun sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus meningkat sehingga membutuhkan ketersediaan makanan yang memiliki gizi baik yang berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging dan merupakan komoditas peternakan yang sangat potensial. Dalam perkembangannya, populasi sapi potong belum mampu

Lebih terperinci

APBD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 KODE REKENING

APBD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 KODE REKENING KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN SERTA FASILITASI PENERAPAN KEAMANAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN APBD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 KODE REKENING 2.01.03.82.01.5.2 j APA YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu: Aspek dinilai buruk jika nilai < 3 Aspek dinilai cukup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Populasi sapi PO terbesar berada di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Bali Sapi Bali merupakan plasma nutfah dan sebagai ternak potong andalan yang dapat memenuhi kebutuhan daging sekitar 27% dari total populasi sapi potong Indonesia.

Lebih terperinci

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat Problem utama pada sub sektor peternakan saat ini adalah ketidakmampuan secara optimal menyediakan produk-produk peternakan, seperti daging, telur, dan susu untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat akan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Rangsangan seksual libido Berkembang saat pubertas dan setelah dewasa berlangsung terus selama hidup Tergantung pada hormon testosteron

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI Terbatasnya sapi pejantan unggul di Indonesia, merupakan persoalan dalam upaya meningkatkan populasi bibit sapi unggul untuk memenuhi kebutuhan daging yang masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laktasi atau mendekati kering kandang (Ramelan, 2001). Produksi susu sapi perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laktasi atau mendekati kering kandang (Ramelan, 2001). Produksi susu sapi perah 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Produksi Susu Produksi susu yang fluktuatif selama sapi laktasi hal ini disebabkan kemampuan sel-sel epitel kelenjar ambing yang memproduksi susu sudah menurun bahkan beberapa

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai Perbedaan Intensitas Berahi pada Generasi Pertama

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai Perbedaan Intensitas Berahi pada Generasi Pertama 17 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai Perbedaan Intensitas Berahi pada Generasi Pertama (F1) dan Generasi Kedua (F2) Sapi Hasil Persilangan SimPO ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental Peranakan Ongole (SimPO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental Peranakan Ongole (SimPO) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Persilangan Simmental Peranakan Ongole (SimPO) Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) di Peternakan rakyat masih sekedar menyilangkan sapi lokal (terutama induk sapi PO)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN PENINGKATAN POPULASI DAN MUTU GENETIK SAPI DENGAN TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO. DOSEN PENGAMPU Drh.

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN PENINGKATAN POPULASI DAN MUTU GENETIK SAPI DENGAN TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO. DOSEN PENGAMPU Drh. MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN PENINGKATAN POPULASI DAN MUTU GENETIK SAPI DENGAN TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO DOSEN PENGAMPU Drh. BUDI PURWO W, MP SEMESTER III JUNAIDI PANGERAN SAPUTRA NIRM 06 2 4 10 375

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karateristik Sapi Bali Bangsa (breed)) sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, ternak-ternak tersebut

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 USAHA PEMBIBITAN TERNAK BABI MAULAFA Tri Anggarini Y. Foenay, Theresia Nur Indah Koni Jurusan Peternakan - Politani Negeri Kupang Email: anggarini.foenay@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari kegiatan IbM adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Gambaran Umum BBPTU-HPT Baturraden Jawa Tengah. Lokasi Balai Benih Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Gambaran Umum BBPTU-HPT Baturraden Jawa Tengah. Lokasi Balai Benih Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum BBPTU-HPT Baturraden Jawa Tengah Lokasi Balai Benih Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden berada pada wilayah yang meliputi 3 (tiga) area, yaitu

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG Oleh : Ir. BERTI PELATIHAN PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE TA. 2014 1. Sapi Bali 2. Sapi Madura 3.

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Disusun oleh : Wasis Budi Hartono ( Penyuluh Pertanian BP3K Sanankulon ) A. Pendahuluan Pola peternakan kambing dan domba potong atau pedaging di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi lokal. Sapi ini tahan terhadap iklim tropis dengan musim kemaraunya (Yulianto

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi perah Fries Holland (FH) merupakan bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia. Bangsa sapi ini bisa berwarna putih dan hitam ataupun merah

Lebih terperinci

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut BAB XXI Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah Nyeri perut hebat yang mendadak Jenis nyeri perut Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut 460 Bab ini membahas berbagai jenis nyeri di perut bawah (di bawah

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI LOU AYY ALZAMAKHSYARI D

PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI LOU AYY ALZAMAKHSYARI D MK : Produksi Ternak Babi dan Kuda Dosen : Dr. Ir. Salundilk, M Si Asisten : Desmawita K Barus, S Pt, M Si Jadwal : Kamis, 07.00-10.00 WIB PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein) 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein) Sapi perah yang umum digunakan sebagai ternak penghasil susu di Indonesia adalah sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH). Sapi PFH merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) :

Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) : LAMPIRAN 46 47 Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) : Laki-laki Perempuan 3. Pendidikan formal

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Juli 2007. Lokasi penelitian berada pada dua kenagarian yaitu Kenagarian Sungai

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara

Lebih terperinci

Manajemen Perkawinan. Suhardi, S.Pt.,MP

Manajemen Perkawinan. Suhardi, S.Pt.,MP Manajemen Perkawinan Suhardi, S.Pt.,MP Tujuan Manajemen Perkawinan peningkatan populasi dengan cara meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan calon induk ternak dalam jumlah besar pada usaha peternakan rakyat

Lebih terperinci

MENANGANI ANJING BETINA PADA MASA BIRAHI (HEAT)

MENANGANI ANJING BETINA PADA MASA BIRAHI (HEAT) MENANGANI ANJING BETINA PADA MASA BIRAHI (HEAT) (19 May 2017) Menangani Anjing Betina pada Masa Birahi (Heat) Tidak hanya anjing jantan, anjing betina juga mengalamibirahi. Siklus birahi pada anjing merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi Geografis Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur memiliki potensi curah hujan antara 1.000-3.500

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen. Pembibitan sapi perah dimaksudkan untuk meningkatkan populasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen. Pembibitan sapi perah dimaksudkan untuk meningkatkan populasi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembibitan Sapi Perah Dalam kerangka budidaya sapi perah, pembibitan merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari ketiga pilar bidang peternakan yaitu, pakan, bibit dan manajemen.

Lebih terperinci

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS OLEH: DWI LESTARI NINGRUM, S.Pt Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dimulai dari bulan Agustus sampai

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

PEMBIBITAN SAPI BRAHMAN CROSS EX IMPORT DIPETERNAKAN RAKYAT APA MUNGKIN DAPAT BERHASIL?

PEMBIBITAN SAPI BRAHMAN CROSS EX IMPORT DIPETERNAKAN RAKYAT APA MUNGKIN DAPAT BERHASIL? PEMBIBITAN SAPI BRAHMAN CROSS EX IMPORT DIPETERNAKAN RAKYAT APA MUNGKIN DAPAT BERHASIL? Trinil Susilawati (email : Trinil_susilawati@yahoo.com) Dosen dan Peneliti Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya-

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar

Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar LAMPIRAN 47 Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar KUISIONER PETERNAK SAPI PERAH Wilayah Kabupaten : Kecamatan : Tanggal Wawancara : Nama Enumerator : I.Identitas Peternak 1. Nama Pemilik : 2.

Lebih terperinci

BAB II TINGKAH LAKU TERNAK RIMINANSIA

BAB II TINGKAH LAKU TERNAK RIMINANSIA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB II TINGKAH LAKU TERNAK RIMINANSIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum KPSBU Lembang

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum KPSBU Lembang 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum KPSBU Lembang Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung yang berjarak sekitar 22 km di sebelah utara Kota

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk mencapai swasembada protein asal ternak khususnya swasembada daging pada tahun 2005, maka produkksi ternak kambing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada peningkatan pendapatan, taraf hidup, dan tingkat pendidikan masyarakat yang pada akhirnya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFISIENSI REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS YANG DIINSEMINASI TAHUN **** DAN TAHUN *** DI KECAMATAN (X) KABUPATEN (Y) PROPINSI (Z)

PERBANDINGAN EFISIENSI REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS YANG DIINSEMINASI TAHUN **** DAN TAHUN *** DI KECAMATAN (X) KABUPATEN (Y) PROPINSI (Z) PROPOSAL PENELITIAN PERBANDINGAN EFISIENSI REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS YANG DIINSEMINASI TAHUN **** DAN TAHUN *** DI KECAMATAN (X) KABUPATEN (Y) PROPINSI (Z) I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. penting bagi masyarakat Indonesia. Kerbau memiliki keunggulan tersendiri untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. penting bagi masyarakat Indonesia. Kerbau memiliki keunggulan tersendiri untuk 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kerbau Kerbau (Bubalus bubalis) merupakan ternak ruminansia besar yang penting bagi masyarakat Indonesia. Kerbau memiliki keunggulan tersendiri untuk dikembangkan karena dapat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Karakteristik Sapi Perah FH (Fries Hollands) Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan dengan ternak perah lainnya. Sapi perah memiliki kontribusi

Lebih terperinci

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA PERTEMUAN II * Persalinan - Tanda - tanda persalinan - Tanda bahaya pada persalinan - Proses persalinan - Inisiasi Menyusui Dini (IMD) * Perawatan Nifas - Apa saja

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktur Pembibitan Ternak. Ir. Abu Bakar.SE.MM. Nip

KATA PENGANTAR. Direktur Pembibitan Ternak. Ir. Abu Bakar.SE.MM. Nip KATA PENGANTAR Bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya pengembangan sapi potong. Kemampuan penyediaan atau produksi bibit sapi potong dalam negeri masih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali berasal dari banteng (Bibos banteng) yang telah didomestikasi berabad-abad lalu. Beberapa sinonim sapi bali yaitu Bos javanicus, Bos banteng dan Bos sondaicus. Sapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BODY SCORING CONDITION (BCS) PADA SAPI PERAH

PERHITUNGAN BODY SCORING CONDITION (BCS) PADA SAPI PERAH PERHITUNGAN BODY SCORING CONDITION (BCS) PADA SAPI PERAH Oleh : MEDIK VETERINER MUDA Drh.RINA PUJIASTUTI., MSi Body Scoring Condition atau BCS adalah metode perhitungan semikuantitatif dengan menggunakan

Lebih terperinci

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Kala I Bantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan Jika ibu tampak kesakitan, dukungan yg dapat dierikan : Perubahan posisi, tetapi jika

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan 19 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah peternak sapi perah yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,

Lebih terperinci

PUBERTAS DAN ESTRUS 32 Pubertas 32 Estrus 32 Waktu kawin 33

PUBERTAS DAN ESTRUS 32 Pubertas 32 Estrus 32 Waktu kawin 33 PUBERTAS DAN ESTRUS 32 Pubertas 32 Estrus 32 Waktu kawin 33 HORMON KEBUNTINGAN DAN KELAHIRAN 33 Peranan hormon dalam proses kebuntingan 33 Kelahiran 34 MASALAH-MASALAH REPRODUKSI 35 FERTILITAS 35 Faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya daging sapi dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya daging sapi dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah.ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan

Lebih terperinci

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK KOMPETENSI KEAHLIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Keuntungan usaha peternakan sapi perah adalah peternakan sapi perah merupakan usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

Perkawinan Sapi Potong di Indonesia

Perkawinan Sapi Potong di Indonesia Perkawinan Sapi Potong di Indonesia Perkawinan Sapi Potong di Indonesia Penyusun: Lukman Affandhy Aryogi Bess Tiesnamurti BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 PERKAWINAN

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sumber-sumber Risiko pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver Pada kegiatan usaha pembiakan anjing Labrador di D Sunflower Kennel, terdapat beberapa risiko produksi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Ternak Sapi Potong. Menurut Susiloriniet al., (2008) Sapi termasuk dalam genus Bos, berkaki

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Ternak Sapi Potong. Menurut Susiloriniet al., (2008) Sapi termasuk dalam genus Bos, berkaki II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Ternak Sapi Potong Menurut Susiloriniet al., (2008) Sapi termasuk dalam genus Bos, berkaki empat, tanduk berongga, memamah biak. Sapi juga termasuk dalam

Lebih terperinci

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru. Ayam kampong atau kita kenal dengan nama ayam buras (bukanras) merupakan salah satu potensi unggas lokal, yang mempunyai prospek dikembangkan terutama masyarakat di perdesaan. Ayam buras, selain memiliki

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak A. DASAR KOMPETENSI KEJURUAN. Menjelaskan potensi sektor pean 2. Menjelaskan dasardasar budidaya 3. Menjelaskan sistem organ

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Sapi Perah Baturraden, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Purwokerto, Jawa Tengah. Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sebagai sumber protein hewani karena hampir 100% dapat dicerna.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah FH Sapi perah Fries Holland (FH) sering dikenal dengan nama Holstein Friesian. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

MENGENAL PYOMETRA PADA ANJING & KUCING

MENGENAL PYOMETRA PADA ANJING & KUCING MENGENAL PYOMETRA PADA ANJING & KUCING (25 Apr 2017) Mengenal Pyometra pada Anjing & Kucing Definisi Pyometra berasal dari kata pyo yang artinya nanah dan metra yang artinya uterus (rahim). Pyometra merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

Inovasi Anyar Penggemukan Sapi

Inovasi Anyar Penggemukan Sapi Inovasi Anyar Penggemukan Sapi Pemeliharaan sapi potong khususnya untuk penggemukan saat ini berkembang pesat karena memberikan keuntungan dalam waktu relatif singkat (4-6 bulan) dan dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum PT. UPBS Pangalengan 4.1.1. Kondisi Lingkungan Perusahaan PT. UPBS (Ultra Peternakan Bandung Selatan) berlokasi di Desa Marga Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sumber tenaga kerja sebagai

I. PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sumber tenaga kerja sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang dikembangkan dengan tujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sumber tenaga kerja sebagai hasil utama serta pupuk organik

Lebih terperinci

KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI

KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI Tema Teknis Fangsional :`'on PenelHt 2002 KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI LWAYAN PASEK SUMADIA DAN R.DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak,Po.Box 221 Bogor 16002 Usaha Pemerintah dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah merupakan sapi yang dapat menghasilkan susu yang dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas susu sapi perah dipengaruhi

Lebih terperinci