Inovasi Anyar Penggemukan Sapi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Inovasi Anyar Penggemukan Sapi"

Transkripsi

1 Inovasi Anyar Penggemukan Sapi Pemeliharaan sapi potong khususnya untuk penggemukan saat ini berkembang pesat karena memberikan keuntungan dalam waktu relatif singkat (4-6 bulan) dan dapat dilaksanakan secara perorangan atau berkelompok. Tetapi umumnya usaha tersebut dilakukan secara tradisional dan metode pengelolaannya masih menggunakan teknologi seadanya dan hanya bersifat sambilan, karena itu hasil yang didapatkan tidak maksimal. Penggemukan sapi merupakan suatu rangkaian proses kegiatan pemeliharaan dengan menggunakan input terutama pakan guna menghasilkan pertambahan berat badan secara cepat dalam waktu singkat. Untuk itu perlu peningkatan teknologi dan pengetahuan serta keterampilan peternak dalam penggemukan sapi khususnya teknologi pakan dan pemberiannya dengan tidak mengabaikan faktor lainnya seperti cara memilih bakalan, sistem pemeliharaan dan pengawasan terhadap kesehatan ternak. Secara umum diskripsi pemeliharaan sapi potong untuk penggemukan dapat dilihat pada tabel-1. berikut : Diskripsi Budidaya Penggemukan Sapi Bangsa sapi Lokal dan impor Kondisi bakalan Lama penggemukan Manajemen pemeliharaan Pakan Perkandangan Kesehatan Jenis kelamin jantan, umur 2 2,5 tahun 5-6 bulan Dikandangkan Rumput, konsentrat dan teknik pemberian. Lokasi, tipe, konstruksi dan ukuran kandang. Sanitasi, pencegahan dan pengobatan penyakit. PEMILIHAN SAPI BAKALAN UNTUK PENGGEMUKAN Sapi jantan maupun sapi betina dapat digunakan sebagai bakalan dalam usaha penggemukan sapi tapi pemilihan sapi betina tidak dianjurkan bahkan dilarang untuk betina produktif. Selain itu, karena pertambahan bobot sapi jantan lebih cepat dibandingkan betina. Sapi yang akan digemukkan dapat dipilih dari beberapa jenis sapi yang telah ada di Indonesia, antara lain: sapi lokal, sapi impor dan sapi hasil persilangan. Edisi Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII

2 A. Jenis Sapi Bakalan Sapi bakalan untuk penggemukan yang terdapat di Indonesia antara lain : Sapi Bali Berat lahir (kg) Pubertas (bln) Pertambahan berat 0,35-0,66 badan harian (kg/ hr) Efisiensi pakan 9,8 % Karkas (%) Berat betina (kg) Berat jantan (kg) Sapi Madura Berat lahir (kg) Pubertas (bln) Pertambahan berat badan harian (kg/hr) Efisiensi pakan 13 % Karkas (%) Berat betina (kg) Berat jantan (kg) Beda dengan sapi Bali Punya Punuk Sapi Peranakan Ongole Berat lahir (kg) Pubertas (bln) Pertambahan berat 0,40-0,85 badan harian (kg/hr) Efisiensi pakan 13 % Karkas (%) Berat betina (kg) Berat jantan (kg)

3 Sapi Simental Pertambahan berat badan harian (kg/hr) Efisiensi pakan 13 % Karkas (%) >58 Berat betina (kg) Berat jantan (kg) Sapi Brahman Pertambahan berat badan harian (kg/hr) Efisiensi pakan 13 % Karkas (%) >58 Berat betina (kg) 550 Berat jantan (kg) 800 B. Pemilihan Bakalan Pemilihan bakalan merupakan faktor penting karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Untuk sapi bakalan sebaiknya dipilih yang sehat, yang ditandai dengan ciri-ciri seperti berikut: 1. Berumur di atas 2,5 tahun. 2. Jenis kelaminnya jantan. 3. Bulu licin dan mengkilap. 4. Selaput lendir pada gusi dan mulut berwarna merah muda cerah dan lidahnya mudah digerakkan. 5. Kulit mudah dilipat dan jika dilepaskan segera kembali ke bentuk semula. 6. Hidungnya tidak kotor, basah dan tidak panas. 7. Suhu tubuhnya berkisar antara 39 o -40 o C. 8. Sapi tampak bergairah, aktifitas makannya cukup baik dan cepat bereaksi terhadap gangguan. 9. Apabila sedang istirahat kemudian diganggu, ia akan cepat bangkit sebagai reaksi atas gangguan tersebut. 10. Kotorannya normal. Pilih sapi yang kurus tetapi sehat, karena kalau sudah gemuk pemberian pakan berkualitas tinggipun akan sulit menaikkan berat badannya. Bila dipilih sapi yang kurus, diharapkan akan terjadi pertumbuhan kompensasi, artinya bila bakalan yang kurus dipelihara dengan kondisi yang baik dengan diberi pakan berkualitas baik, pertumbuhan kompensasi akan melebihi pertambahan bobot badan normal.

4 C. Pemberian Pakan. Sebelum menyusun ransum untuk seekor ternak sapi perlu diketahui terlebih dahulu: 1. Umur ternak. 2. Bobot badan ternak. 3. Tujuan pemeliharaan. 1. Penentuan Umur Ternak Sapi Untuk menentukan umur ternak sapi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : 1. Menentukan umur sapi dengan mengetahui tanggal kelahiran. 2. Menentukan umur sapi dengan memperhatikan perubahan gigi geligi. 3. Menentukan umur sapi dengan memperhatikan pembentukan cincin tanduk. Menentukan umur dengan mengetahui tanggal kelahiran merupakan cara yang paling tepat, tetapi pada umumnya peternak jarang sekali membuat catatan kelahiran hewan ternaknya. Menentukan umur berdasarkan perubahan gigi geligi. Merupakan cara yang lebih akurat jika dibandingkan dengan pengamatan lingkar tanduk. Tetapi cara ini relatif sulit dilakukan. Jumlah gigi sapi sebanyak 32 buah yang tersusun seperti gambar di bawah ini: rahang atas rahang bawah Keadaan ini dicapai ternak sapi yang telah dewasa. Sapi mempunyai 8 gigi seri susu yang tumbuh hanya pada rahang bawah. Gigi seri susu ini akan ditukar dengan gigi seri permanen sesuai dengan pertambahan usia ternak sapi. Selanjutnya gigi seri permanen akan mengalami pergesekan sesuai dengan peningkatan umur. Pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri permanen akan selesai setelah sapi berumur 4-5 tahun. Secara umum bila ternak sapi sudah berumur 1 bulan semua gigi susu telah tumbuh. Pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri permanen dimulai dari depan artinya mulai dari S1 sampai dengan S4. Cara pertukaran gigi tersebut adalah sebagai berikut: 1. S1 susu bertukar dengan S1 permanen, umur sapi 1,5-2 tahun. 2. S2 susu bertukar dengan S2 permanen, umur sapi 2,5-3 tahun. 3. S3 susu bertukar dengan S3 permanen, umur sapi 3,5-4 tahun. 4. S4 susu bertukar dengan S4 permanen, umur sapi 4,5-5 tahun. 5. Dasar gigi sama tinggi, umur sapi 5-6 tahun. Menentukan umur sapi dengan memperhatikan pembentukan cincin tanduk khusus dilakukan untuk betina induk dan sangat dipengaruhi oleh umur pertama kali dikawinkan dan selang kelahiran anaknya. Apabila sapi betina dikawinkan pada umur 2 tahun maka pada umur 3 tahun induknya telah beranak 1 kali dan pada tanduk akan terbentuk 1 buah cincin tanduk demikian seterusnya. Edisi Juli 2013 No.3519 Tahun XLIII

5 2. Penentuan Bobot Badan Sapi Cara terbaik dan paling akurat untuk menentukan bobot badan sapi adalah dengan menimbangnya. Sayangnya cara ini tergolong tidak praktis karena jarang sekali ditemui peternak mempunyai alat timbangan ternak, karena harganya mahal. Untuk mengatasi hal ini para peneliti di bidang peternakan telah berhasil membuat rumus pendekatan dalam peramalan bobot badan sapi seperti berikut : Bobot badan = (LD+22)2 100 LD = Lingkar dada Pendugaan berat badan dengan metode di atas memiliki angka bias 5-10% 3. Tujuan Pemeliharaan Tujuan pemeliharaan erat hubungannya dengan umur ternak, apakah ternak masih dalam periode pertumbuhan atau dewasa tubuh sudah tercapai. Pada umumnya ternak sapi mencapai dewasa tubuh pada umur sekitar 4-6 tahun. Pertumbuhan yang terbesar pada ternak sapi terjadi pada umur 1,5-4 tahun, setelah umur ini pertambahan bobot badannya sudah sedikit. Setelah ketiga poin di atas diketahui, maka kebutuhan pakan ternak sapi dihitung sesuai dengan bobot badannya. Sebagai patokan di lapangan, untuk pakan hijauan diberikan 10-12% dari bobot badan. Sedangkan pakan konsentrat 1-2% dari bobot badannya. Patokan pemberian hijauan 10% dilakukan bila hijauan yang diberikan terdiri dari rumput unggul dan leguminosa. Sedangkan kalau hijauan yang diberikan rumput lapangan berkualitas rendah maka patokan yang digunakan 12% dari bobot badan. Contoh formula pakan untuk sapi kereman yang merupakan hasil pengkajian BPTP Sumbar tahun 1998 adalah, pakan hijauan diberikan sebanyak 10% dari bobot badan, terdiri dari campuran rumput dan daun gamal. Di mana hijauan tersebut terdiri dari 80% rumput dan 20% gamal. Sedangkan pakan konsentrat diberikan 1% dari bobot badan yang terdiri dari dedak, jagung dan bungkil kelapa dengan perbandingan 2 bagian dedak, 2 bagian jagung dan 1 bagian bungkil kelapa serta ditambahkan ultra mix 1 kg pada setiap 100 kg konsentrat. Formula pakan tersebut memberikan pertambahan bobot badan 1,01 kg per ekor per hari pada sapi PO. D. Teknik Pemberian Pakan Sapi yang akan digemukkan dan memperoleh pakan yang terdiri dari hijauan dan konsentrat, harus diatur pemberiannya agar tercapai hasil yang diinginkan. Pemberian konsentrat dan hijauan diatur dalam suatu cara pemberian pakan agar memberikan tingkat kecernaan yang lebih tinggi, karena pemberian konsentrat dan Edisi Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII

6 hijauan secara bersamaan akan mengurangi kecernaan hijauan dalam rumen. Hal ini terjadi karena mikroorganisme rumen akan mencerna konsentrat lebih dahulu daripada hijauan, karena konsentrat lebih mudah dicerna daripada hijauan. Pemberian hijauan dua jam setelah pemberian konsentrat akan meningkatkan kecernaan dari hijauan karena konsentrat yang banyak mengandung pati sudah dicerna oleh mikro organisme rumen pada saat hijauan masuk ke rumen. Cara pemberian hijauan pada penggemukan sapi potong sebaiknya dihindari pemberian yang sekaligus dalam jumlah yang banyak. Karena pemberian yang demikian akan menyebabkan banyaknya hijauan yang terbuang dan tidak dimakan sapi. Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur jarak pemberian antara konsentrat dan hijauan. Di mana konsentrat dapat diberikan 2 atau 3 kali sehari. Sedangkan hijauan diberikan pertama kali 2 jam setelah pemberian konsentrat. Untuk lebih jelasnya waktu pemberian konsentrat dan hijauan dapat dilihat pada gambar berikut ini: Teknik pemberian pakan penggemukan sapi potong yang menggunakan konsentrat dan hijauan.

7 Beberapa Inovasi Tekologi Pakan Sapi Penggemukan Sesuai dengan Tupoksinya melaksanakan pengkajian pakan sapi dengan memanfaatkan bahan pakan potensi lokal beberapa di antaranya terlihat pada tabel berikut : Inovasi Teknologi Komponen Teknologi Hasil 1. Pemanfaatan daun gamal 2. Pemanfaatan limbah keripik sanjai 3. Formulasi pakan tambahan sapi penggemukan 4. Pemanfaatan kulit singkong 5. Penggunaan onggok (limbah tapioka) Hijauan : 20% daun gamal + 80% rumput lapangan diberikan 10% dari berat badan Konsentrat : 40% dedak + 40% jagung+20% bungkil kelapa + 1 kg ultra mix per 100 kg konsentrat diberikan 1% dari berat badan Hijauan : 20% daun diberikan 10% dari berat badan Konsentrat : 20% limbah sanjai + 40% dedak + 20% jagung + 20% bungkil kelapa + 1 kg ultra mix per 100 kg konsentrat diberikan 1% dari berat badan Pemberian pakan tambahan 3 kg /ekor/hari Mengganti/mengurangi pemakaian tepung ikan komposisi 45% dedak halus + 25% jagung + 22% bungkil kelapa + 2% mineral + 1% ultra mix Dedak halus 40% + konsentrat 511 5% + bungkil kelapa 12% + mineral 2% dan garam 1% Pemberian Onggok (0%, 15% dan 20%) pengganti jagung dengan kandungan protein sama Pemberian pada sapi PO yang dikandangkan memberikan pertambahan berat badan 1,01 kg/hari Pemberian pada sapi simental yang dikandangkan memberikan pertambahan berat badan 1,3 kg/hari Memberikan pertambahan berat badan 1,07 kg/hari Pemberian pada sapi persilangan Simental berumur 1,5-2 tahun memberikan pertambahan berat badan 1,67 kg/ekor Onggok dapat digunakan sampai 20% menggantikan jagung

8 6. Pemanfaatan ampas tahu sebagai pakan tambahan 7. Pemanfaatan tepung kulit kakao fermentasi 8. Pemanfaatan kulit kakao fermetasi 2 kg ampas tahu + 2,5 kg konsentrat (50% dedak + 22% jagung halus + 20% bungkil kelapa + 5% mineral + 1% garam) 50% dedak + 20% tepung kulit kakao fermentasi + 15% bungkil kelapa + jagung 5% + tepung ikan 5% + mineral 5% 10 kg jerami fermentasi + 5 kg kulit kakao fermentasi + 5 kg ampas tahu + 0,1 kg mineral 10 kg jerami segar + 5 kg kulit kakao fermentasi + 7 kg ampas tahu + 0,1 kg mineral Pemberian pada sapi Simental berumur 2,5-3,5 tahun memberikan pertambahan berat badan rata-rata 0,8 kg/hari Pemberian pada sapi Bali selama 5 bulan memberikan pertambahan berat badan rata-rata 0,43 kg hari dibandingkan pemberian petani Pemberian pada sapi jantan Simental berumur 1,5-2 tahun memberikan pertambahan berat badan 1,3 kg/ekor/hari dan 0,8 kg/ekor/hari Pakan hijauan diberikan 2 jam setelah pemberian pakan konsentrat, jumlah pemberiannya 10% dari berat badan. Edisi Juli 2013 No.3519 Tahun XLIII

9 III. PENCEGAHAN DAN MENGATASI PENYAKIT A. Pencegahan Penyakit Dalam pengendalian penyakit yang utama dilakukan adalah pencegahan penyakit dari pada pengobatan. Karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah: 1. Menggunakan Kandang Karantina Sapi bakalan yang baru datang hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat pembelian. Di samping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Waktu sapi dikarantina sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan bobot badan, ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah 1 minggu untuk sapi yang sehat, sedangkan untuk sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sehat. Kandang karantina juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat. 2. Menjaga Kebersihan Sapi dan Kandang Sapi yang digemukkan dengan sistem dry lot fattening dan sistem kereman akan menghasilkan kotoran yang banyak, karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat guna mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit. Selain dari hijauan sapi potong juga diberi pakan konsentrat dengan jumlah pemberian 1% dari berat badan. Edisi Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII

10 Vaksinasi untuk Bakalan Baru Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Penyakit pada Sapi dan Cara Pencegahannya Berbagai penyakit yang menyerang sapi umumnya disebabkan oleh mikroorganisme yang sulit dilihat oleh mata telanjang. Seringkali penyakit masih muncul meskipun upaya pencegahan sudah dilaksanakan. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai jenis penyakit yang biasa menjangkiti ternak sapi, beserta beberapa tanda yang spesifik dan cara mengatasinya. Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak sapi adalah sebagai berikut: Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Penyebab Virus Gejala Adanya gelembung pada lidah, bibir, kuku, ambing, dan puting susu. Bila gelembung ini pecah menimbulkan luka di tempat tersebut. Bibir bengkak disertai lendir yang lengket, air liur ke luar terus menerus. Bagi sapi potong menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang menonjol. Bagi sapi perah terjadi penurunan produksi susu dan bagi sapi yang sedang bunting dapat menimbulkan keguguran. Pencegahan Vaksinasi, sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah. Peyakit Ngorok (Septicaemia epizooticae =SE) Penyebab Bakteri Pasturella multocida. Gejala Kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan. Leher, anus dan vulva membengkak, paru-paru meradang. Demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Pencegahan Vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan serta diberi antibiotik. Penyakit Antrax Penyebab Gejala Basil Antrax Sulit terlihat sebab berlangsung cepat. Ada kematian mendadak, dan dari lubang tubuh keluar darah merah kehitaman.

11 Penanggulangan - Bangkai dikubur dengan diberi kapur atau dibakar. - Tempat hewan yang sakit didesinfektan (dihapus hamakan). - Daerah dinyatakan tertutup untuk lalu lintas ternak dan hasil ternak. - Vaksinasi hewan yang sehat. Penyakit Radang Kuku Penyebab Mikroba Fusiformis nectophorus Gejala - Di sekitar celah kuku dan tumit membengkak, mengeluarkan cairan putih keruh dan berbau tidak sedap. - Kulit kuku mengelupas. - Tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit. Sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh. - Penanggulangan Penyakit Scabies Penyebab Gejala Penanggulangan Menjaga kebersihan kandang, membuang benda-benda yang bisa menimbulkan luka seperti paku, pecahan kaca dan pecahan batu. Tidak membiarkan adanya genangan air dalam kandang. Bila sapi sudah terlanjur terserang penyakit ini, pisahkan dari kelompoknya. Selanjutnya kuku dibersihkan dengan merendamnya dalam larutan formalin 5-10%. Pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan antibiotik. Tungau - Menimbulkan rasa gatal yang mengganggu aktifitas sapi. - Turunnya nafsu makan. Menjaga kebersihan kandang dan lingkungannya. - - Jika ada sapi yang terindikasi scabies segera pisahkan dari kelompoknya. - Sapi disemprot dengan insektisida, secara tradisional dapat juga dilakukan dengan mengoleskan oli bekas pada bagian yang terserang. IV. PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI HASIL PENGGEMUKAN Pengelolaan kotoran sapi pada penggemukan sapi potong perlu diperhatikan, terlebih lagi jika pemeliharaannya dilakukan dalam skala besar. Apabila kotoran itu tidak dikelola dengan baik maka kotoran itu akan menyebabkan polusi air, tanah dan udara. Oleh karena itu kotoran tersebut harus diproses menjadi bentuk lain, sehingga tidak menumpuk begitu saja di sekitar kandang

12 Pengelolaan yang dapat dilakukan di antaranya adalah: A. Membuat Pupuk Organik Padat Pupuk organik padat dari limbah kotoran sapi dalam bentuk kompos dapat dibuat dengan cara sebagai berikut: 1. Buat lubang di tanah dengan panjang 2 m lebar 1 m dan dalam 1-1,5 m, lapisi lubang tersebut dengan plastik hingga melebihi permukaan tanah agar nantinya dapat dilipatkan untuk menutupi tumpukan kompos. 2. Pencampuran limbah kotoran sapi dilakukan dengan cara menyusun limbah dengan sisa pakan dan jerami secara berlapis-lapis. Lapisan paling bawah berupa limbah kotoran sapi setinggi 25 cm kemudian dilapisi sisa-sisa pakan atau jerami setinggi 25 cm, demikian seterusnya hingga lubang penuh. 3. Tumpukan campuran tersebut ditutup rapat dengan plastik, lalu di atasnya ditimbun dengan tanah. Maksud dari perlakuan ini adalah agar tumpukan terbebas dari udara sehingga kompos terbentuk secara fermentasi. 4. Biarkan selama 1 bulan dan siap untuk digunakan. B. Membuat Pupuk Organik Cair Pupuk organik cair dapat dibuat dengan cara sebagai berikut: 1. Masukkan 1 liter EM 4, 50 kg kotoran sapi, 4 kg gula permolasses, 10 kg dedak padi dan 170 liter air ke dalam tong ukuran 250 liter, aduk rata hingga larut. 2. Tutup tong dengan rapat hingga udara tidak bisa masuk. Buat pipa pengeluaran gas yang ujungnya dimasukkan ke dalam botol yang berisi air. Biarkan tong selama 15 hari. 3. Buka tutup tong, saring pupuk cair hingga didapat larutan yang bersih bebas padatan. 4. Setelah disaring pupuk cair dikemas dalam botol atau digunakan langsung untuk penyemprotan tanaman. 5. Bagian yang padat dikering anginkan dan dikemas dalam kantong plastik. V. ANALISA USAHA TANI Dalam pemeliharaan skala usaha tani sederhana dan merupakan usaha sambilan dengan jumlah ternak 4 ekor maka analisa usaha taninya dibuat dengan asumsi sebagai berikut 1. Lahan yang digunakan merupakan tanah pekarangan yang tidak digunakan dan tidak disewa. 2. Sapi yang dipelihara jenis PO sebanyak 4 ekor, beratnya rata-rata 200 kg dengan harga Rp ,- per kg berat badan sapi hidup. 3. Sapi dipelihara selama 4 bulan dengan pertambahan bobot badan 0,8 kg per ekor per hari. 4. Kandang yang dibutuhkan 20 m² dengan biaya pembuatan kandang Rp ,- per m². Edisi Juli 2013 No.3519 Tahun XLIII

13 Untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit, kebersihan sapi dan kandang harus dijaga. 5. Penyusutan kandang dihitung 20% per tahun sehingga untuk satu periode penggemukan (4 bulan) penyusutannya 6,67%. 6. Pakan yang diperlukan selama pemeliharaan adalah - Pakan hijauan sebanyak kg dicari atau ditanam sendiri. - Konsentrat 240 kg dengan harga Rp 1.500,- per kg. - Ampas tahu 480 kg dengan harga Rp 400,- per kg. 7. Obat-obatan untuk sapi seharga Rp ,-per ekor per 4 bulan. 8. Tenaga kerja 1 orang dengan gaji Rp ,-per bulan. 9. Dibutuhkan peralatan kandang yang terdiri dari sapu, sekop, arit, tambang dan selang seharga Rp ,- selama 3 periode pemeliharaan sehingga untuk 1 periode biayanya menjadi Rp Selama pemeliharaan, sapi menghasilkan kotoran sebanyak 5 ton yang harganya Rp 100,- per kg. Edisi Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII

14 A. Modal Usaha a. Biaya investasi - Pembuatan kandang 20 x Rp Pembelian peralatan kandang seperti sapu cangkul, sekop, selang, tambang dll b. Biaya tidak tetap - Sapi 4 ekor x 200 kg x Rp ,- - Pakan hijauan dicari atau ditanam sendiri - Konsentrat 240 kg x Rp Ampas tahu 480 kg x Rp 400,- - Obat-obatan Total Biaya tidak tetap c. Biaya tetap - Tenaga kerja 1 x 4 x Rp ,- - Penyusutan kandang 6,67% x Rp ,- (dibulatkan) - Penyusutan peralatan Total Biaya Tetap d.total Biaya produksi = Biaya tidak tetap + biaya tetap B. Penerimaan a. Penjualan sapi Pertambahan bobot badan 0,8 kg x 30 hr x 4 bln = 96 kg Setelah dipelihara 4 bulan bobotnya jadi 96 kg kg = 296 kg Hasil penjualan sapi = 4 ekor x 296 kg x Rp ,- per kg b. Penjualan kotoran ternak Hasil penjualan kotoran ternak= 5000 kg x Rp 100,- per kg c. Total penerimaan Rp ,- Rp ,- Rp ,- - Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp 500,000,- Rp ,-

15 Keuntungan Keuntungan = Penerimaan total biaya produksi = Rp ,- - Rp ,- = Rp ,- B/C Ratio = Penerimaan : Total Biaya Produksi = Rp ,- : Rp ,- = 1,224 Artinya dalam satu periode produksi (4 bulan) dari setiap modal Rp 100,- yang dikeluarkan diperoleh pendapatan sebanyak Rp 122,4,- Disusun oleh : Ir.Harmaini (Penyuluh BPTP Sumatera Barat) Diolah dari berbagai sumber Petunjuk Cara Melipat: Cover Cover Cover Cover Cover 1. Ambil dua Lembar halaman 13,14, 19 dan Lipat sehingga cover buku (halaman warna) ada di depan. 3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali 5. Potong bagian bawah 4. Lipat dua membujur ke dalam buku sehingga sehingga cover buku ada menjadi sebuah buku di depan

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG Oleh : Ir. BERTI PELATIHAN PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE TA. 2014 1. Sapi Bali 2. Sapi Madura 3.

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

BUDIDAYA SAPI PERAH. kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.

BUDIDAYA SAPI PERAH. kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa. BUDIDAYA SAPI PERAH Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan terhadap daging khususnya daging sapi di Propinsi Sumatera Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Barat

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tatap muka ke 13 14 Pokok Bahasan : ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tujuan Instruksional Umum : Agar mahasiswa mengetahui dan mampu membuat analisis usaha penggemukan sapi potong. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

PENGGEMUKAN SAPI Oleh : Arif fachul anam BP3K Binangun

PENGGEMUKAN SAPI Oleh : Arif fachul anam BP3K Binangun . I. Syarat lokasi kandang PENGGEMUKAN SAPI Oleh : Arif fachul anam BP3K Binangun Sumber air tercukupi 1. Minum 2. Mandi 3. Sanitasi atau Kebersihan Terpisah dari rumah hunian atau padat penduduk Perijinan

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP INTENSIF SEMI INENSIF EKSTENSIF SAPI Karbohidrat yg mudah larut Hemiselulosa Selulosa Pati Volatile Vatti Acids Karbohidrat By pass

Lebih terperinci

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Disusun oleh : Wasis Budi Hartono ( Penyuluh Pertanian BP3K Sanankulon ) A. Pendahuluan Pola peternakan kambing dan domba potong atau pedaging di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Kelinci, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013 Dari bermacam-macam limbah pertanian yang mempunyai

Lebih terperinci

USAHA YANG MENJANJIKAN

USAHA YANG MENJANJIKAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG USAHA YANG MENJANJIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TENGAH 2012

Lebih terperinci

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN Oleh: Siti Marwati Jurusan Penidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Pendahuluan Disadari atau tidak,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung Madu Plantation Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada

Lebih terperinci

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang KIAT PENGGEMUKAN SAPI POTONG HARRY PURWANTO, DEDI MUSLIH DAN KETUT PUSTAKA Balai Penelitian Ternak Ciawi, P0 Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Suatu pengamatan yang bertujuan untuk mengevaluasi penerapan kiat

Lebih terperinci

BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH ( Bos sp. )

BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH ( Bos sp. ) BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH ( Bos sp. ) 1. SEJARAH SINGKAT Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan

Lebih terperinci

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS OLEH: DWI LESTARI NINGRUM, S.Pt Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga

Lebih terperinci

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut: PENDAHULUAN Alternatif pengobatan tradisional pada ternak merupakan suatu solusi yang tentunya sangat bermanfaat bagi peternak kecil.disamping mudah didapatkan disekitar kita serta biayanya relatif murah,

Lebih terperinci

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA Tatap muka ke 6 POKOK BAHASAN : PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program penggemukan dan cara penggemukan sapi potong di Indonesia. Tujuan Instruksional Khusus : Mengetahui

Lebih terperinci

memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi

memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bangsa-bangsa Sapi Potong Sapi Limousin merupakan sapi tipe potong yang berasal dari prancis. Ciri-ciri dari sapi limousin adalah warna bulu merah coklat, tetapi pada sekeliling

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20. PENDAHULUAN Selama ini para petani telah banyak memanfaatkan bahan organik sebagai pupuk di lahan pertanian, karena bahan tersebut merupakan bahan yang cepat melapuk. Salah satu contoh bahan organik yang

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm CV. Anugrah Farm terletak di Simpang Curug RT.02/04 Kampung Baru, Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan digilib.uns.ac.id 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos Indikus (zebu : berpunuk), Bos Taurus dan Bos Sondaikus (Sugeng, 2001). Dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony berada di Desa Karang

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony berada di Desa Karang 57 IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Lokasi dan Organisasi Perusahaan Lokasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony berada di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Provinsi

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI Volume 15, Nomor 2, Hal. 51-56 Juli Desember 2013 ISSN:0852-8349 KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kontrol lingkungan kandang sangat penting untuk kenyamanan dan kesehatan sapi, oleh karena itu kebersihan kandang termasuk suhu lingkungan sekitar kandang sangat

Lebih terperinci

disusun oleh: Willyan Djaja

disusun oleh: Willyan Djaja disusun oleh: Willyan Djaja 28 I PENDAHULUAN Salah satu bagian dari lingkungan adalah tatalaksana pemeliharaan. Peternak sebaiknya memperhatikan cara pemeliharaan agar memperoleh hasil yang diinginkan.

Lebih terperinci

Ditulis oleh Didik Yusuf Selasa, 28 September :03 - Update Terakhir Selasa, 28 September :28

Ditulis oleh Didik Yusuf Selasa, 28 September :03 - Update Terakhir Selasa, 28 September :28 Selasa, 28 September 2010 10:03 Update Terakhir Selasa, 28 September 2010 13:28 Ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) telah lama dipelihara oleh masyarakat Indonesia, bahkan pemeliharaannya

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan LAPORAN PENYULUHAN DALAM RANGKA MERESPON SERANGAN WABAH PENYAKIT NGOROK (Septicae epizootica/se) PADA TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SAMOSIR BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Integrasi Tanaman Ternak Pertanian terintegrasi (integrasi tanaman-ternak) adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok

Lebih terperinci

BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG ( Bos sp. )

BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG ( Bos sp. ) BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG ( Bos sp. ) 1. SEJARAH SINGKAT Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isi rumen merupakan limbah rumah potong hewan ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) yang masih belum optimal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya yaitu perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat (Sudono,

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging, misalnya dipilih ternak sapi tipe pedaging atau sapi potong. Ciri-ciri sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging, misalnya dipilih ternak sapi tipe pedaging atau sapi potong. Ciri-ciri sapi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ternak Sapi Potong Pemilihan ternak sapi disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan yang dilaksanakan. Tipe ternak yang akan dipelihara untuk tujuan menghasilkan daging,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan hijauan unggul yang digunakan sebagai pakan ternak. Produksi rumput gajah (Pannisetum purpureum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelompok Ternak Rukun Tani 1. Keadaan Umum Kelompok Ternak Rukun Tani yang diketuai oleh Bp. Sunarjo dengan pekerjaan petani, merupakan salah satu unit usaha masyarakat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI) PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI) R. H. MATONDANG dan A. Y. FADWIWATI Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Gorontalo Jln. Kopi no. 270 Desa Moutong

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kabupaten Rembang terletak di ujung Timur laut Propinsi Jawa Tengah yang dilalui jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura), pada garis koordinat 111,000'- 111,030'

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penampilan Produksi Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sapi PO maupun sapi Brahman, turunan dari Bos indicus. Sapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Pemeliharaannya dilakukan dengan cara mengandangkan secara terus-menerus

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008. Pembuatan biomineral dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, sedangkan pemeliharaan

Lebih terperinci

BOKASHI (BAHAN ORGANIK KAYA AKAN SUMBER HAYATI)

BOKASHI (BAHAN ORGANIK KAYA AKAN SUMBER HAYATI) 1 BOKASHI (BAHAN ORGANIK KAYA AKAN SUMBER HAYATI) Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). Keunggulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan Peternakan, analisis silase dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat 36 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu mulai 8 Maret sampai 21 Agustus 2007 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP Silabus: Membahas tentang metode penilaian ternak potong dan evaluasinya baik secara teori

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan

Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan Oleh : Sri Sutanti 08.11.1978 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang penyakit. Manusia seringkali memandang sebelah mata pada limbah. Tanpa

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Evaluasi Panjang Potongan Hijauan yang Berbeda dalam Ransum Kering Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Kambing Lokal dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Bangsa sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Zebu dan Banteng. Tubuh dan tanduknya relatif kecil, warna bulu pada jantan dan betina sama seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

tersebut adalah EM4 yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga 6 bulan. Ampas dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk kompos.

tersebut adalah EM4 yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga 6 bulan. Ampas dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk kompos. CARA-CARA PEMBUATAN EM4 OLEH SLAMET RIADI BP3K DOKO Sebagai starter mikroorganisme pada proses dekomposer EM4 menjadi begitu penting dalam dunia pertanian organik. Jika kita harus membeli EM4 tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu: Aspek dinilai buruk jika nilai < 3 Aspek dinilai cukup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi Salah satu masalah yang umum dihadapi oleh peternak tradisional adalah rendahnya mutu pekan dengan kandungan serat kasar yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2010 di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian

Lebih terperinci