VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sumber-sumber Risiko pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver Pada kegiatan usaha pembiakan anjing Labrador di D Sunflower Kennel, terdapat beberapa risiko produksi yang dapat menghambat jalannya usaha pembiakan ini. Langkah awal dalam menganalisis risiko produksi adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi. Sumber-sumber risiko tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1) Kegagalan atau Tidak Tepatnya Pemacakan Sebelum betina hamil dan menghasilkan anakan, terlebih dahulu perlu dilakukan perkawinan atau yang lebih dikenal dengan istilah pemacakan. Biasanya pemacakan dilakukan terhadap pejantan atau betina dengan anatomi dan karakteristik tertentu agar menghasilkan anakan yang diinginkan seperti dengan anatomi dan karakteristik induknya. Pemacakan dapat dilakukan pada saat betina mengalami masa loops pada saat menstruasi, dimana masa loops ini biasanya terjadi setiap 3-6 bulan sekali. Pemacakan dapat dilakukan pada hari ke-9 sampai hari ke-14 masa loops, atau pada saat warna darah menstruasi menjadi pink kecoklatan (straw color). Biasanya pemacakan dilakukan dua kali, yaitu pada hari ke-9 dan ke 11 atau pada hari ke-11 dan ke-13. Pemacakan ini dilakukan sebanyak dua kali agar pembuahan dapat berhasil. Apabila hari pertama masa loops tidak diketahui secara tepat, maka hari pemacakan yang tepat akan sulit ditentukan. Bila hari pemacakan tidak tepat (terlalu awal atau terlambat), maka kegagalan kehamilan akan terjadi. Bahkan bila masa loops tidak diketahui, pemacakan pun akan terlewatkan (tidak dilakukan pemacakan sama sekali). Kegagalan atau ketidaktepatan pemacakan sehingga terjadi kegagalan kehamilan ini akan mengakibatkan kerugian bagi D Sunflower Kennel. Hal ini dikarenakan produksi anakan yang direncanakan menjadi tidak tercapai. Mengingat masa loops terjadi 6-9 bulan sekali, maka harus menunggu 6-9 bulan kemudian untuk melakukan pemacakan terhadap betina yang sama. Padahal terkadang sudah ada 66

2 perjanjian sebelumnya dengan pembiak lain bila ingin mengawinkan betina dengan pejantan milik pembiak tersebut. Selain itu, kondisi pejantan dan betina dapa menjadi penyebab kegagalan pemacakan. Pada saat libido dan sperma pejantan lemah, maka pemacakan akan sulit dilakukan atau kehamilan tidak tejadi. Pemacakan yang dilakukan terhadap betina yang sel telurnya belum matang, betina yang mengalami loops kering (vagina bengkak tapi darah tidak keluar, ataupun betina yang belum pernah dikawinkan akan menyebabkan pemacakan sulit dilakukan atau kehamilan tidak terjadi. 2) Penyakit Penyakit pada anjing Labrador Retreiver dapat menyerang anakan maupun anjing dewasa. Namun, anakan lebih rentan terhadap penyakit. Penyakit menular seperti Distemper, Parvovirus, Hepatitis, dan Leptospirosis terutama menyerang anakan yang berumur 3-8 minggu. Hal ini terjadi karena pada umur tiga minggu kadar kolostrum dari air susu induk menurun dan vaksinasi lengkap baru dilakukan pada umur delapan minggu. Jadi pada rentan umur 3-8 minggu inilah anakan rentan terserang penyakit. Penyakitpenyakit menular ini sangat berbahaya untuk anakan yang kondisi tubuhnya lebih lemah daripada anjing dewasa, bahkan penyakit ini bisa menimbulkan kematian. Penyakit menular yang berbahaya tersebut jarang ditemukan di D Sunflower Kennel. Biasanya penyakit menular ini terjadi apabila terjadi wabah di beberapa daerah. Penyakit menular yang pernah diderita oleh anakan di D Sunflower Kennel adalah Distemper dan Parvovirus. Distemper pernah menyerang satu ekor anakan dan penyakit ini bisa disembuhkan. Namun, parvovirus pernah menjadi wabah di kennel ini pada akhir tahun Terdapat 10 ekor anakan berumur dua bulan yang meninggal akibat penyakit ini. Kejadian ini mengakibatkan D Sunflower Kennel mengalami kerugian yang sangat besar. Saat ini, kasus Parvovirus di D Sunflower Kennel sudah ditangani dengan baik dan semua anjing di D Sunflower Kennel sudah terbebas dari Parvovirus. 67

3 Selain Distemper, Parvovirus, Hepatitis, dan Leptospirosis, terdapat pula penyakit lain yang menyerang anjing-anjing di D Sunflower Kennel. Penyakit-penyakit seperti flu, cacingan, mencret, dan kembung sering terjadi di D Sunflower Kennel. Flu sering menyerang pada saat pergantian musim (pancaroba), dan cacingan terjadi anjing terlalu sering dibawa keluar kandang. Mencret terjadi akibat makanan, sedangkan kembung terjadi akibat masuk angin. Penyakit-penyakit ini mudah diobati, namun bila tidak cepat ditangani akan berbahaya. 3) Mortalitas anakan Dalam memproduksi anakan tidak terlepas dari adanya risiko mortalitas (kematian). Mortalitas anakan dapat disebabkan oleh keadaan dalam kandungan, seperti jumlah anakan, posisi, dan ukuran anakan. Bila jumlah anakan yang dikandung terlalu banyak, posisi anakan melintang, ataupun ukuran anakan terlalu besar, maka akan memungkinkan adanya kematian pada saat induk melahirkan. Setelah anakan dilahirkan, kematian dapat terjadi pada anakan yang yang cacat dan anakan yang tidak berkembang. Salah satu bentuk kecacatan dari anakan yang sangat besar kemungkinannya akan mati adalah tidak memiliki langit-langit mulut. Anakan yang tidak memiliki langit-langit mulut akan mengalami kesulitan meminum susu dan susu yang diminum seringkali masuk ke tenggororokan (saluran pernafasan). Biasanya anakan yang mengalami cacat tubuh dan anakan yang tidak berkembang hanya bertahan hidup kurang dari dua minggu. 4) Keguguran Induk yang hamil rentan terhadap risiko keguguran. Keguguran biasanya terjadi pada saat calon anakan belum menjadi janin. Keguguran ditandai dengan adanya flek darah atau darah yang menetes-netes yang terjadi pada induk yang sedang hamil. Hamil anggur sering diduga sebagai keguguran, karena induk yang perutnya membesar tiba-tiba perutnya kembali mengempis. Hamil anggur adalah sebuah istilah untuk kejadian hormonal 68

4 pada anjing betina yang ditandai dengan membesarnya perut seperti sedang anjing yang sedang hamil. 5) Kesulitan Persalinan Sama halnya seperti mortalitas anakan, kesulitan persalinan dapat terjadi karena jumlah anakan, posisi anakan, dan ukuran anakan. Jumlah anakan yang banyak akan menyebabkan induk mengalami keletihan dalam persalinan, sehingga akan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melahirkan semua anaknya. Sedangkan posisi anakan dan ukuran anakan akan menyebabkan induk mengalami kesulitan dan kesakitan dalam persalinan. Hal ini dapat berbahaya bagi anakan maupun induknya. Biasanya apabila kemungkinan terjadinya kesulitan persalinan sudah diketahui, maka induk dibawa ke dokter hewan agar dapat ditangani dengan operasi caesar. 6) Cuaca Cuaca sangat mempengaruhi kondisi kesehatan dari anjing-anjing di D Sunflower Kennel. Bila cuaca terlalu panas, anjing mudah gelisah dan rentan terkena dehidrasi. Anakan yang merasakan cuaca yang panas biasanya akan mengonggong secara terus menerus. Bila cuaca terlalu dingin, penyakit flu, batuk, dan demam mudah menyerang anjing di D Sunflower Kennel. Sedangkan bila musim pancaroba dimana cuaca panas dan dingin sering berganti, akan menyebabkan daya tahan tubuh anjing berkurang. Hal ini mengakibatkan anjing-anjing D Sunflower Kennel sering terkena flu dan mencret. Perbedaan suhu antara siang dan malam lebih dari 10 0 C akan melemahkan imun anak anjing. Keadaan cuaca ini tidak bisa dihindari karena merupakan faktor alam. 7) Warna Anakan Tidak Sesuai Harapan Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Labrador Retreiver memiliki tiga variasi warna, yaitu kuning, hitam, dan coklat. Ketiga variasi warna yang ada ini memberikan alternatif pilihan bagi calon pembeli untuk menentukan apa warna anakan yang akan dibeli. Pihak D Sunflower Kennel berusaha mewujudkan keinginan pelanggan terhadap pilihan warna anakan dengan cara mengawinkan jantan dan betina yang memiliki gen warna yang sama dengan warna anakan yang diinginkan oleh calon pembeli. 69

5 Namun, seringkali pemacakan dengan harapan anakan yang dihasilkan lahir dengan warna tertentu sulit untuk diwujudkan. Warna anakan yang paling sulit diwujudkan adalah warna coklat. Perkawinan antara jantan berwarna coklat dengan betina berwarna coklat belum tentu menghasilkan anak berwarna coklat. Hal ini dikarenakan warna coklat merupakan warna resesif dari Labrador Retreiver. Bila warna coklat merupakan warna resesif dari anjing Labrador Retreiver, maka warna hitam merupakan warna dominan. Bila calon pembeli menginginkan anakan berwarna hitam, hal tersebut lebih mudah untuk diwujudkan. Warna anakan yang tidak sesuai dengan keinginan calon pembeli bukanlah risiko yang besar yang menyebabkan calon pembeli beralih ke kennel lain. Banyak dari para pembeli yang rela menunggu untuk membeli anakan D Sunflower Kennel dengan warna yang mereka inginkan. Contohnya adalah sekarang ini masih ada calon pembeli yang menunggu untuk membeli dua anakan jantan berwarna coklat dan dua anakan jantan berwarna kuning. 8) Jenis Kelamin Anakan Tidak Sesuai Harapan Selain warna anakan, jenis kelamin anakan juga menjadi alternatif pilihan bagi calon pembeli dalam membeli anakan. Ada calon pembeli yang menginginkan anakan berjenis kelamin jantan karena pejantan memiliki karakter yang lebih agresif dan tidak akan melahirkan anak, sehingga fokus pemeliharaan hanya pada satu anjing saja. Ada pula calon pembeli yang menginginkan anjing betina karena biasanya calon pembeli tersebut menginginkan anjing yang sifatnya lembut dan memungkinkan untuk beranak, sehingga nantinya calon pembeli tersebut bisa memiliki anjing lebih dari satu. Kebanyakan pembeli menginginkan anakan jantan, walaupun tidak sedikit pula pembeli yang menginginkan anakan betina. Hal ini menyebabkan anakan betina memerlukan waktu yang lebih lama untuk dijual karena menunggu calon pembeli yang berminat. Sedangkan terdapat antrian panjang bagi calon pembeli anakan jantan. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, saat ini terdapat beberapa calon pembeli yang menunggu untuk 70

6 dapat membeli dua ekor anakan jantan berwarna coklat dan dua ekor anakan jantan berwarna kuning. 9) Sumber Daya Manusia Sumber risiko lain yang dihadapi oleh D Sunflower Kennel adalah sumber daya manusia. Kennel boy seringkali lalai dan tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugasnya. Kelalaian tersebut seperti tidak teliti dalam memeriksa masa loops betina, tidak membersihkan kandang dengan bersih, lupa atau terlambat memberi makan, terlalu lama melepas anakan di lapangan umbaran, dan lain sebagainya. Kelalaian-kelalaian ini dapat menyebabkan tidak tepatnya pemacakan, serta munculnya penyakit-penyakit seperti kembung, mencret, dan lain sebagainya. Pemilik D Sunflower Kennel sempat merasa heran karena salah satu dari betina yang mereka miliki belum pernah mengalami masa loops selama tiga tahun. Setelah diselidiki, ternyata hal ini terjadi karena kelalaian dari kennel boy mereka. Apabila kennel boy tidak diawasi dengan baik dan tidak diberikan kompensasi atau perhatian-perhatian, maka seringkali kennel boy tidak melakukan tugasnya dengan baik dan benar. Hasil identifikasi sumber-sumber risiko, seperti kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, penyakit, mortalitas anakan, keguguran, kesulitan persalinan, warna anakan tidak sesuai harapan, serta jenis kelamin tidak sesuai harapan produksi dapat dikuantifikasikan dan dipetakan ke dalam peta risiko. Sedangkan untuk risiko cuaca dan sumber daya manusia (SDM) tidak dapat dikuantifikasikan dan dipetakan ke dalam peta risiko. Penentuan besar atau kecilnya probabilitas adalah berdasarkan frekuensi kejadian sumber risiko per total kejadiannya. Sedangkan untuk penetuan besar atau kecilnya dampak adalah berdasarkan tingkat kerugian yang dialami oleh D Sunflower Kennel karena akibat dari terjadinya sumber risiko. Penghitungan ini didapat dari hasil perkalian antara rata-rata harga anakan per ekor (Rp ) dengan jumlah anakan yang menjadi kerugian. Hasil status risiko dari sumber-sumber risiko yang dapat terkuantifikasi adalah sebagai berikut : 71

7 Tabel 10. Hasil Status Risiko Sumber-sumber Risiko Produksi D Sunflower Kennel No. Sumber Risiko Probabilitas (%) Dampak (Rp) Status Risiko (Rp) 1. Kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan Penyakit Mortalitas anakan Keguguran Kesulitan persalinan 6. Warna anakan tidak sesuai harapan 7. Jenis kelamin anakan tidak sesuai harapan Urutan sumber risiko produksi didapatkan dari hasil status risikonya, sehingga dari Tabel 10 dapat diketahui urutan sumber risiko produksi dari yang paling berisiko (risikonya paling besar) sampai paling tidak berisiko (risikonya paling kecil), yaitu mortalitas anakan, kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, keguguran, penyakit, kesulitan persalinan, dan sumber risiko yang paling tidak berisiko adalah warna anakan tidak sesuai harapan serta jenis kelamin tidak sesuai harapan. Nilai status risiko paling tinggi disandang oleh risiko mortalitas anakan. Artinya adalah bahwa mortalitas anakan merupakan sumber risiko yang memiliki nilai risiko yang paling tinggi, sehingga D Sunflower Kennel menempatkan risiko mortalitas anakan sebagai prioritas utama dalam penanganan risiko (perlu ditangani secara serius). Sedangkan risiko warna anakan tidak sesuai harapan dan risiko jenis kelamin tidak sesuai harapan memiliki nilai status risiko paling rendah. Artinya 72

8 adalah bahwa warna anakan tidak sesuai harapan dan jenis kelamin tidak sesuai harapan merupakan sumber risiko yang memiliki nilai risiko yang paling rendah, sehingga D Sunflower Kennel menempatkan risiko warna anakan tidak sesuai harapan dan risiko jenis kelamin tidak sesuai harapan sebagai prioritas paling akhir dalam penanganan risiko. Berdasarkan hasil penghitungan probabilitas risiko, didapatkan angka 15,3 persen sebagai batas tengah dari sumbu probabilitas. Sedangkan berdasarkan hasil penghitungan dampak risiko, didapatkan angka Rp ,00 sebagai batas tengah dari sumbu dampak. Dari nilai status risiko serta nilai batas tengah dari probabilitas dan dampak, terpetakanlah sumber-sumber risiko yang terkuantifikasi ke dalam empat kuadran. Kuadran I ditempati oleh risiko mortalitas anakan, kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, serta keguguran. Sumber-sumber risiko yang berada pada Kuadran I ini merupakan sumber-sumber risiko yang dapat mengancam pencapaian tujuan D Sunflower Kennel, karena sumber-sumber risiko ini kemungkinan terjadinya besar dan mengakibatkan kerugian yang besar pula bagi D Sunflower Kennel. Sumber-sumber risiko dalam kuadran ini memiliki prioritas utama dalam penanganan risikonya. Risiko penyakit berada pada Kuadran II, dimana risiko dalam kuadran ini merupakan risiko berbahaya yang jarang terjadi. Kuadran II ini ditempati oleh risiko-risiko yang jarang terjadi, namun dampaknya besar bila terjadi. Hal ini terbukti dari kasus penyakit parvovirus yang menyerang anakan D Sunflower Kennel, yang mengakibatkan kematian 10 anakan. Kuadran III dihuni oleh risiko kesulitan persalinan dengan skala prioritas III. Risiko ini memiliki probabilitas kejadian besar, namun dampaknya rendah. Risiko ini sering terjadi tetapi tidak terlalu mengganggu tujuan dan target D Sunflower Kennel. Hanya satu anakan yang mati akibat kesulitan persalinan ini. Sedangkan risiko warna anakan tidak sesuai harapan dan risiko jenis kelamin tidak sesuai harapan menempati Kuadran IV yang memiliki skala prioritas terendah. Risiko-risiko dalam kuadran ini memiliki tingkat probabilitas rendah dan tingkat dampak rendah. Sumber-sumber risiko tersebut terpetakan pada Gambar 9. 73

9 Dampak (Rp) Besar 50,6 juta Kuadaran II : - Penyakit Kuadran I : - Mortalitas anakan - Kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan - Keguguran Kecil Kuadran IV : - Warna anakan tidak sesuai harapan - Jenis kelamin anakan tidak sesuai harapan Kuadran III : - Kesulitan persalinan Probabilitas (%) Kecil 15,3 % Besar Gambar 9. Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko Produksi D Sunflower Kennel Berdasarkan nilai status risikonya, sumber risiko yang paling besar adalah mortalitas anakan. Mortalitas anakan merupakan risiko yang sering terjadi (22 persen) di D Sunflower Kennel dan memberikan dampak atau kerugian yang besar (Rp ,00) bagi D Sunflower Kennel. Oleh karena itu, risiko mortalitas anakan ini harus menjadi prioritas utama untuk ditangani. Dengan penanganan mortalitas anakan ini, diharapkan dapat meningkatkan produksi anakan dan kualitas anakan di D Sunflower Analisis Probabilitas dan Dampak Risiko Produksi di D Sunflower Kennel Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko di D Sunflower Kennel dapat dihitung melalui data produktivitas anakan tiap periode dari Januari 2008 sampai Desember Perbedaan jumlah produktivitas mengindikasikan adanya 74

10 risiko dalam usaha pembiakan ini. Data produktivitas anakan per kelahiran menunjukkan penyimpangan dari distribusi normalnya terlihat pada Tabel 11 Tabel 11. Hasil Analisis Probabilitas Risiko Produksi di D Sunflower Kennel Periode Bulan Produktivitas (ekor/kelahiran) Harga Jual (Rp/ekor) Penerimaan (Rp/kelahiran) I Feb , II Mar III Apr IV Jun V Agust VI Jan , VII Apr VIII Okt IX Des Total 41 Rata-rata 4, Standar deviasi 2, x 5 z 0, Nilai pada tabel z 0,425 Probabilitas risiko 42,50% Hasil penghitungan dari data produktivitas per kelahiran menunjukkan persen kemungkinan terjadinya risiko produksi usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver di D Sunflower Kennel. Tabel 8 menunjukkan jumlah total produktivitas pada tahun 2008 sampai 2009 mencapai 41 ekor anakan, dengan rata-rata 4,55 ekor anakan per periodenya. Hasil produktivitas anakan Labrador Retreiver ini menunjukkan tingkat probabilitas risiko produksi sebesar 42,50 persen. Tingkat probabilitas risiko produksi ini dipengaruhi oleh produksi normal anakan yang ditentukan oleh pihak D Sunflower Kennel, yaitu sebesar lima ekor anakan per kelahiran. Hal ini berdasarkan pertimbangan produktivitas anakan yang dihasilkan dapat mencapai delapan ekor, namun rata-rata produksi anakan yang dihasilkan adalah lima ekor per kelahiran. Nilai z sebesar 0,189 dengan 75

11 tanda positif menunjukkan bahwa penurunan produksi anakan berada di sebelah kanan rata-rata distribusi normalnya, sehingga nilai z sebesar 0,189 pada distribusi normal z menunjukkan angka 0,425. Hasil analisis ini menujukkan bahwa probabilitas produktivitas anakan di bawah lima ekor per kelahiran adalah sebesar 0,425 atau 42,5 persen. Dampak risiko yang merugikan D Sunflower Kennel terjadi akibat adanya kekurangan hasil dari terget produksi sebanyak lima ekor per kelahiran. Dengan adanya data kekurangan produktivitas menunjukkan suatu sumber risiko yang merugikan bagi D Sunflower Kennel. Besarnya dampak merugikan oleh karena target produksi tidak tercapai dapat dilihat melalui Value at Risk pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi di D Sunflower Kennel Periode Produktivitas Kekurangan Produktivitas (ekor) Harga (Rp/ekor) Kekurangan Penerimaan (Rp) II III V VIII Total Rata-rata Standar Deviasi ,631 z 1,645 VaR ,57 Anjing-anjing Labrador retreiver betina di D Sunflower Kennel telah berproduksi selama sembilan periode pada Januari 2008 sampai Desember Hasil produktivitas yang tidak mencapai target terjadi pada periode I, III, V, dan VIII. Kekurangan produktivitas pada periode I, II, dan V sebanyak tiga ekor, dan pada periode VIII sebanyak satu ekor. Dampak risiko produksi karena selisih produktivitas menyebabkan D Sunflower Kennel mengalami kerugian penerimaan sebesar Rp ,00 pada tahun Nilai distribusi tabel z yang pada taraf nyata lima persen menunjukkan Value at Risk yang terjadi adalah sebesar Rp ,57. Hasil ini 76

12 menunjukkan tingkat kerugian akibat produksi tidak akan melampaui Rp ,57 tiap siklus produksi. Apabila terjadi kerugian di atas nilai tersebut maka dinyatakan adanya risiko yang besar dari penerimaan. Besarnya dampak ataupun kerugian penerimaan yang disebabkan oleh kekurangan produktivitas yang ditargetkan oleh D Sunflower Kennel dan rata-rata harga pada setiap periode. Analisis mengenai besaran probabilitas dan dampak risiko yang terjadi pada proses produksi anakan Labrador Retreiver, menunjukkan besarnya risiko produksi yang ditanggung oleh D Sunflower Kennel pada Januari 2008 sampai Desember Pemetaan risiko produksi digolongkan atas klasifikasi besarnya dampak dan probabilitas. Penempatan risiko didasarkan pada hasil penghitungan dari dampak dan probabilitas risiko. Dalam risiko produksi, tingkat probabilitas yang terjadi adalah sebesar 42,50 persen dan tingkat dampak yang terjadi adalah sebesar Rp ,57. Probabilitas dan dampak inilah yang menjadi penentu posisi risiko produksi dalam peta risiko. Hasil pemetaan risiko produksi ini dapat dilihat pada Gambar 10. Dampak (Rp) Kuadaran II Kuadran I Besar 50,6 juta Kecil Kuadran IV Kuadran III Risiko Produksi Probabilitas (%) Kecil 15,3 % Besar Gambar 10. Hasil Pemetaan Risiko Produksi D Sunflower Kennel 77

13 Hasil pemetaan menunjukkan bahwa risiko produksi anakan Labrador Retreiver terdapat pada Kuadran III. Risiko yang menempati posisi ini adalah risiko yang memiliki probabilitas atau kemungkinan terjadinya besar dan memiliki dampak kecil. Hasil dari dampak risiko produksi yang kecil terjadi karena proses penanganan risiko yang telah dilakukan oleh D Sunflower Kennel. Risiko yang telah dipetakan akan ditindak lanjuti lagi dengan penanganan risiko untuk mengubah posisi risiko pada kondisi probabilitas risiko lebih kecil Strategi Penanganan Risiko Produksi di D Sunflower Kennel Dalam menghadapi sumber-sumber risiko produksi yang ada dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver, D Sunflower Kennel memiliki berbagai macam cara atau strategi penanganan untuk dapat mengatasi rsumber-sumber isiko-risiko produksi yang ada. Strategi penanganan yang dilakukan adalah dengan mencegah terjadinya risiko produksi (strategi preventif) serta dengan meminimalisir risiko produksi yang terjadi (strategi mitigasi). Strategi-strategi yang digunakan oleh D Sunflower Kennel untuk mengatasi risiko-risiko produksi yang terjadi adalah sebagai berikut : 1) Strategi Preventif Strategi preventif adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya risiko. Berbagai strategi preventif yang dilakukan oleh D Sunflower Kennel untuk mencegah adanya risikorisiko produksi adalah sebagai berikut : a) Pemeriksaan USG Anjing yang hamil perlu perawatan yang intensif agar dapat melahirkan dengan baik dan agar asupan gizinya tarcukupi. Salah satu cara D Sunflower Kennel untuk mewujudkan persalinan yang baik dan lancar adalah dengan memeriksakan anjing yang hamil ke dokter hewan pada usia kehamilan 55 hari untuk di-usg. Dari hasil pemeriksaan USG, dapat diketahui berapa jumlah anak yang akan dilahirkan, seberapa besar ukurannya, serta bagaimana posisinya. Dengan mengetahui semua hal tersebut, persiapan persalinan dan proses persalinan dapat dilakukan dengan baik karena sudah ada prediksi dari hasil pemeriksaan USG. 78

14 b) Perbaikan Sumber Daya Manusia (SDM) Salah satu penyebab terjadinya risiko produksi di D Sunflower Kennel adalah karena sumber daya manusia, dalam hal ini adalah kennel boy di D Sunflower Kennel. Untuk mencegah terjadinya risiko produksi akibat ulah kennel boy yang ada, pemilik D Sunflower Kennel memberikan bonus kepada kennel boy sebagai penghargaan atas hasil kerja mereka yang baik. Contohnya, bonus diberikan apabila anakan dalam satu kelahiran atau keturunan (nest) terjual semua. Selain itu, dilakukan pemberhentian terhadap kennel boy lama karena kinerjanya kurang bagus. Salah satu bentuk kesalahan dari kennel boy yang diberhentikan tersebut adalah tidak teliti dalam memeriksa masa loops betina, sehingga ada satu betina yang belum pernah dipacak selama tiga tahun dengan alasan betina tersebut belum pernah mengalami masa loops. kennel boy dan pengangkatan kennel boy baru. Oleh karena itu, posisi tersebut diganti dengan kennel boy yang baru dengan harapan kennel boy baru tersebut memiliki kinerja yang lebih baik. Hal ini terbukti dari kinerja kennel boy baru tersebut yang selalu teliti dalam memeriksa masa loops betina. c) Operasi Caesar Untuk menangani kesulitan persalinan yang biasanya disebabkan oleh janin yang terlalu besar, posisi janin yang salah, serta jumlah anakan yang terlalu banyak, pihak D Sunflower Kennel menyerahkan proses persalinan kepada dokter hewan melalui operasi Caesar. Umumnya operasi Caesar dilakukan apabila selama 20 menit induk yang akan melahirkan mengejan terus menerus, namun proses kelahiran tak kunjung terjadi. Strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh D Sunflower Kennel berdasarkan hasil pemetaan sumber risiko produksi yang ada dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver dapat disesuaikan dengan letak risiko pada kuadran yang ada dalam peta risiko. Strategi preventif dilaksanakan oleh D Sunflower Kennel untuk menangani risiko yang ada 79

15 pada Kuadran I dan II, yaitu risiko yang memiliki probabilitas atau kemungkinan terjadinya besar. Risiko-risiko yang terdapat pada Kuadran I adalah risiko mortalitas anakan, kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, serta keguguran. Strategi preventif untuk menangani risiko-risiko produksi ini adalah dengan pemeriksaan USG dan perbaikan sumber daya manusia. Sedangkan risiko yang terdapat pada Kuadran III adalah risiko kesulitan persalinan, dan strategi preventif yang dilakukan adalah dengan melakukan operasi caesar pada induk yang mengalami kesulitan persalinan. Dengan melaksanakan strategi preventif ini, risiko-risiko yang berada pada Kuadran I dan II yang memiliki probabilitas kejadian besar akan bergeser ke Kuadran II dan IV, sehingga risiko-risiko tersebut probabilitas kejadiannya menjadi kecil. Strategi preventif risiko produksi pada D Sunflower Kennel dapat terpetakan sebagai berikut : Dampak (Rp) Besar Kuadaran II Kuadran I : - Pemeriksaan USG - Perbaikan SDM 50,6 juta Kecil Kuadran IV Kuadran III : - Operasi Caesar Probabilitas (%) Kecil 15,3 % Besar Gambar 11. Strategi Preventif Risiko Produksi D Sunflower Kennel 80

16 2) Strategi Mitigasi a) Vaksinasi Vaksin merupakan virus yang sudah dilemahkan yang berfungsi sebagai imun bagi tubuh terhadap virus tertentu. Vaksinasi harus diberikan kepada anakan, agar memiliki daya tahan terhadap virus penyakit. Di D Sunflower Kennel, umumnya anakan mulai divaksin pada umur delapan minggu. Vaksin yang diberikan tersebut merupakan vaksin lengkap yang berisi vaksin Distemper, Hepatitis, Parvovirus, dan Parainfluenza. Vaksinisasi merupakan cara pencegahan penyakit yang penting untuk diberikan. Karena bila tidak diberikan, anakan dapat terserang penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Hal ini terbukti dari anakan di D Sunflower Kennel yang terserang Parvovirus karena belum mendapatkan vaksinasi. Karena Parvovirus pernah membahayakan nyawa anakan di D Sunflower Kennel, maka vaksin Parvovirus mulai diberikan kepada anakan pada saat berumur enam minggu. Pemberian vaksinasi sangat efektif dalam produksi di D Sunflower Kennel. Hal ini terbukti dari selama kennel ini berdiri hanya terdapat satu penyakit parah yang menular, yaitu parvovirus. b) Pemberian Vitamin dan Obat Cacing Setiap anjing membutuhkan daya tahan tubuh yang baik agar tidak mudah terserang penyakit, begitu pula dengan anjing-anjing Labrador Retreiver di D Sunflower Kennel. Daya tahan tubuh yang baik didapatkan dari pemberian vitamin. Di D Sunflower Kennel, vitamin diberikan setiap satu minggu sekali untuk menjaga stamina dan daya tahan tubuh anjing-anjing Labrador Retreiver di tempat ini. Anjing mudah terserang penyakit cacingan karena sering dilepas ke luar kandang. Untuk mencegah hal ini, pihak D Sunflower Kennel rutin memberikan obat cacing (Dronthal atau Combantrine cair) kepada anjing-anjing Labrador Retreiver mereka setiap tiga bulan sekali. Sedangkan untuk anakan, obat cacing berupa Combantrine cair diberikan mulai umur tiga minggu, kemudian pemberiannya diulang setiap minggu 81

17 sampai berumur lima minggu. Pada umur delapan minggu obat cacing diberikan kembali, namun obat cacing yang diberikan adalah Dronthal. c) Membersihkan Kandang Salah satu penyebab timbulnya penyakit adalah karena kurang terjaganya kebersihan. Oleh karena itu, kennel boy D Sunflower Kennel selalu membersihkan kandang anjing setiap hari pada saat anjing-anjing dilepaskan di lapangan umbaran. Selain membersihkan kandang, setiap kandang dan juga ruangan selalu disemprot dengan deterjen setiap hari. Kandang yang bersih akan membuat anjing merasa nyaman dan terhindar dar segala kuman penyakit. d) Pengendalian Penyakit Dalam menghadapi adanya wabah penyakit, salah satu upaya dari pihak D Sunflower Kennel untuk menghadapi penyakit tersebut adalah dengan mengkarantina anjing yang terinfeksi penyakit, dengan kata lain memisahkan anjing yang sakit dengan anjing yang sehat. Karantina ini dilakukan dengan tujuan agar penyakit tersebut tidak menular ke anjing yang sehat. Selain itu dengan mengkarantina anjing yang sakit, pengobatan terhadap anjing tersebut dapat dilakukan secara fokus dan intensif. e) Pengobatan Penyakit Upaya yang dilakukan oleh D Sunflower Kennel dalam menangani anjing yang sakit adalah dengan cara melakukan penobatan terhadap anjing yang sakit tersebut. Apabila penyakit yang diderita tidak terlalu serius, maka pengobatan dilakukan oleh pihak D Sunflower sendiri. Namun apabila penyakit yang diderita cukup parah, maka anjing yang sakit dibawa ke dokter hewan untuk diperiksa dan diobati. Obat-obatan yang disediakan oleh D Sunflower Kennel untuk mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita oleh anjing-anjing Labrador Retreiver mereka adalah Polisilen untuk mengatasi kembung, Diapet dan Diatab untuk mengatasi mencret, Amoxilin dan Amoxil sebagai antibiotik, serta Combantrine dan Dronthal untuk mengatasi cacingan. Selain itu disediakan pula obat untuk induk yang baru 82

18 melahirkan, seperti Adona AC untuk menghentikan darah dan Mololioble 12 untuk menambah air susu. f) Menjual Anjing Pelacak Dalam usaha pembiakan ini belum tentu semua anakan dalam satu nest (angkatan kelahiran) terjual semua. Anakan yang belum terjual tersebut tetap dipelihara oleh D Sunflower Kennel. Karena suatu saat pihak kepolisian, hotel, ataupun perusahaan security akan membeli Labrador Retreiver yang berumur 1-2 tahun untuk dijadikan sebagai anjing pelacak atau anjing penjaga. g) Melakukan Usaha Sampingan Usaha utama dari D Sunflower kennel adalah pembiakan. Namun, usaha pembiakan memiliki risiko produksi yang besar. Untuk menutupi kondisi financial kennel bila kerugian akibat risiko produksi terjadi, maka usaha sampingan pun dilakukan. Usaha sampingan tersebut berupa layanan pemacakan, jasa penitipan, grooming, penjualan dogfood, serta jasa pengiriman ke luar kota. Strategi mitigasi dilaksanakan oleh D Sunflower Kennel untuk menangani risiko yang ada pada Kuadran I dan II, yaitu risiko yang memiliki dampak yang besar. Risiko-risiko yang terdapat pada Kuadran I adalah risiko mortalitas anakan, kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, serta keguguran. Strategi mitigasi untuk menangani risiko-risiko produksi ini adalah dengan melakukan usaha sampingan dan menjual anjing pelacak. Sedangkan risiko-risiko yang terdapat pada Kuadran II adalah risiko penyakit, dan strategi mitigasi yang dilakukan adalah dengan melakukan vaksinisasi, pemberian vitamin dan obat cacing, membersihkan kandang, karantina, pengendalian penyakit, serta pengobatan. Strategi mitigasi ini dilakukan dengan cara mengurangi dampak terjadinya risiko dari risiko-risiko yang memiliki dampak besar yang terdapat pada Kuadran I dan III, sehingga risiko-risiko tersebut dapat bergeser ke Kuadran II dan IV Strategi mitigasi risiko produksi pada D Sunflower Kennel dapat terpetakan sebagai berikut : 83

19 Dampak (Rp) Besar 50,6 juta Kecil Kuadaran II : - Vaksinasi - Pemberian vitamin dan obat cacing - Membersihkan kandang - Karantina - Pengendalian penyakit - Pengobatan Kuadran I : - Melakukan usaha sampingan - Menjual anjing pelacak Kuadran IV Kuadran III Probabilitas (%) Kecil 15,3 % Besar Gambar 12. Strategi Mitigasi Risiko Produksi D Sunflower Kennel 6.4. Alternatif Strategi Penanganan Risiko Produksi di D Sunflower Kennel Tindakan preventif dan mitigasi risiko oleh petani dapat dilengkapi dengan alternatif strategi penanganan risiko. Alternatif strategi yang dapat digunakan oleh petani untuk penanganan risiko terdapat pada Gambar 13. Pada Kuadran I terdapat risiko mortalitas anakan, kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, serta keguguran. Alternatif penanganan risiko pada kuadran ini adalah dengan strategi prevent at source. Strategi prevent at source dilakukan dengan cara melakukan bimbingan dan pengarahan, serta pelatihan kepada para kennel boy. Dengan adanya pengarahan yang benar kepada para kennel boy tentang proses produksi dalam usaha pembiakan Labrador Retreiver ini, diharapkan produksi di D Sunflower Kennel menjadi lebih baik dan berkualitas. 84

20 Dampak (Rp) Besar 50,6 juta Kuadaran II : - Penyakit (Detect and Monitor) Kuadran I : - Mortalitas anakan - Kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan - Keguguran (Prevent at Source) Kecil Kuadran IV : - Warna anakan tidak sesuai harapan - Jenis kelamin anakan tidak sesuai harapan (Low Control) Kuadran III : - Kesulitan persalinan (Monitor) Probabilitas (%) Kecil 15,3 % Besar Gambar 13. Alternatif Strategi Penanganan Risiko Produksi di D Sunflower Kennel Strategi detect and monitor merupakan strategi alternatif yang diterapkan untuk risiko yang berada pada Kuadran II, yaitu risiko penyakit. Strategi ini dilaksanakan dengan cara mendeteksi kejadian-kejadian merugikan akibat dari terjangkitnya penyakit, dan juga mengawasi atau memantau kebersihan kennel. Pengendalian penyakit juga harus selalu diawasi, dimana pelaksanaannya harus sesuai ketentuan yang berlaku. Contohnya adalah pentatoan anakan Labrador Retreiver yang harus dilaksanakan pada saat anakan berumur enam minggu. 85

21 Pada Kuadran III yang ditempati oleh risiko persalinan, alternatif strategi dapat dilaksanakan adalah strategi monitor. Strategi monitor ini dilakukan dengan cara mengawasi betina hamil selama masa kehamilannya. Pemeriksaan USG pada usia 55 hari perlu dilakukan. Hasil pemeriksaan USG yang dilakukan oleh dokter hewan akan menjadi alat bantu bagi D Sunflower Kennel dalam menangani persalinan, terutama untuk betina yang memiliki masalah dalam kehamilannya. Pengawasan yang rendah atau low control merupakan strategi yang diterapkan untuk risiko warna anakan tidak sesuai harapan dan jenis kelamin tidak sesuai harapan. Pengawasan rendah ini dilakukan karena sumber risiko ini jarang terjadi dan tidak berdampak besar bagi D Sunflower Kennel. Pengawasan yang bisa dilakukan untuk menghasilkan anakan yang sesuai harapan (khususnya warna yang diharapkan) adalah dengan mengawinkan pejantan dan betina yang memiliki gen yang diinginkan. 86

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dasar Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Terdapat tiga karakteristik risiko, yaitu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis memiliki potensi dalam pengembangan sektor agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari lokasi Indonesia yang terletak pada garis

Lebih terperinci

VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO

VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO VII PENGUKURAN DAN STRATEGI PENANGANAN RISIKO 7.1 Analisis Probabilitas Risiko Operasional Usaha pemasaran benih ikan patin sering kali dihadapkan pada risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) yang terletak di Jalan Raya Cogreg, Desa Cogreg, Kampung Kandang, Kecamatan Parung,

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare. PENYAKIT CAMPAK Apakah setiap bintik-bintik merah yang muncul di seluruh tubuh pada anak balita merupakan campak? Banyak para orangtua salah mengira gejala campak. Salah perkiraan ini tak jarang menimbulkan

Lebih terperinci

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Masalah

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Masalah BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah 3.1.1 Analisis Masalah Berdasarkan kajian jurnal, banyak pemilik anjing yang kurang memperhatikan kesehatan anjingnya karena masalah biaya, keberadaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pasar Bunga Wastukencana, Bandung dengan studi kasus pada Florist X yang beralamat di Jl.Wastukencana 34 b.7, Babakan Ciamis,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Dalam melakukan implementasi pada aplikasi diperangkat desktop komputer, perlu diperhatikan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan. Spesifikasi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin

Lebih terperinci

Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu

Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu Fakta tentang penyakit Anak Sementara vaksin telah membuat beberapa penyakit masa kanak-kanak yang langka, yang lain masih banyak fakta

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 - Ada banyak pertanda yang menyertai kehamilan, berdasarkan pengalaman para wanita yang telah hamil, tanda dan gejala kehamilan biasanya muncul pada minggu-minggu awal kehamilan. Berikut ini 9 tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? BAB XXV Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? Pencegahan TB Berjuang untuk perubahan 502 TB (Tuberkulosis) merupakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS OLEH: DWI LESTARI NINGRUM, S.Pt Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN I. UMUM Pengaturan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan menjadi

Lebih terperinci

[Referensi 3] Pendaftaran Vaksinasi dan Angket Pra Pemeriksaan Vaksin. Angket Pra Pemeriksaan Vaksinasi untuk [ Laki-laki Perempuan

[Referensi 3] Pendaftaran Vaksinasi dan Angket Pra Pemeriksaan Vaksin. Angket Pra Pemeriksaan Vaksinasi untuk [ Laki-laki Perempuan Angket Pra Pemeriksaan Vaksinasi untuk [ ] (balita/anak SD) Formulir II Nama orang tua/wali Apakah Anda telah membaca keterangan (yang dikirim terlebih dahulu oleh pemerintah daerah) mengenai vaksinasi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5543 LINGKUNGAN HIDUP. Penyakit Hewan. Peternakan. Pengendalian. Penanggulangan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 130) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur BAB XXIV Kanker dan Tumor Kanker Masalah pada leher rahim Masalah pada rahim Masalah pada payudara Masalah pada indung telur Jenis kanker lain yang sering ditemukan Ketika kanker tidak dapat disembuhkan

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

Pertanyaan yang Sering Diajukan (PSD) tentang Suplementasi Vitamin A

Pertanyaan yang Sering Diajukan (PSD) tentang Suplementasi Vitamin A Pertanyaan yang Sering Diajukan (PSD) tentang Suplementasi Vitamin A 1. Apa yang harus saya lakukan jika anak menangis ketika diberi vitamin A? Jangan memaksa anak meminum vitamin A dan jangan memberikannya

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN 69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan

Lebih terperinci

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Menimbang PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, : a. bahwa rabies merupakan

Lebih terperinci

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut BAB XXI Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah Nyeri perut hebat yang mendadak Jenis nyeri perut Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut 460 Bab ini membahas berbagai jenis nyeri di perut bawah (di bawah

Lebih terperinci

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat LEMBAR KUESIONER Nama : Tanggal : Alamat : Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat Beri tanda silang (x) pada jawaban yang benar Jenjang pendidikan terakhir yang anda jalani : a. SD b.

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste Apa itu imunisasi dan bagaimana kerja nya? 1. Apa tujuan dari

Lebih terperinci

Bab III Sistem Kesehatan

Bab III Sistem Kesehatan Bab III Sistem Kesehatan Sistem Kesehatan Bagaimana mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik? Apabila Anda membutuhkan pelayanan rumah sakit Berjuang untuk perubahan 45 Ketika petugas kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit

Lebih terperinci

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Perawatan kehamilan & PErsalinan Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Konsep kehamilan Tanda tanda kehamilan Tanda tanda persalinan Kriteria tempat bersalin Jenis tempat bersalin

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? http://rohmadi.info/web MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? 1 / 5 Author : rohmadi Sudah pasti pertanyaan inilah yang terus terlintas di benak anda, saat anda belum juga diberkahi buah hati. Perasaan sedih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa kesehatan yang optimal manusia tidak dapat melakukan semua aktifitas kesehariannnya dengan sempurna.perilaku

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan judul Gambaran Praktik Pencegahan Penularan TB Paru di Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala diabetes sering kali tidak terlihat secara jelas di awalnya. Kadang kita baru sadar atau terindikasi diabetes ketika sudah mengalami komplikasi diabetes.

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Pemeliharaan Komponen utama dalam beternak puyuh baik yang bertujuan produksi hasil maupun pembibitan terdiri atas bibit, pakan serta manajemen. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti 2215 105 046 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

Apa yang terjadi selama menggunakan obat aborsi?

Apa yang terjadi selama menggunakan obat aborsi? Seorang wanita memiliki banyak keputusan untuk membuat ketika mempertimbangkan aborsi. Jika Anda berpikir tentang aborsi, penyedia layanan kesehatan Anda mungkin berbicara dengan Anda tentang beberapa

Lebih terperinci

MENANGANI ANJING BETINA PADA MASA BIRAHI (HEAT)

MENANGANI ANJING BETINA PADA MASA BIRAHI (HEAT) MENANGANI ANJING BETINA PADA MASA BIRAHI (HEAT) (19 May 2017) Menangani Anjing Betina pada Masa Birahi (Heat) Tidak hanya anjing jantan, anjing betina juga mengalamibirahi. Siklus birahi pada anjing merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih Bobot Lahir HASIL DAN PEMBAHASAN Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih Rataan dan standar deviasi bobot lahir kambing PE berdasarkan tipe kelahiran dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan

Lebih terperinci

PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI LOU AYY ALZAMAKHSYARI D

PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI LOU AYY ALZAMAKHSYARI D MK : Produksi Ternak Babi dan Kuda Dosen : Dr. Ir. Salundilk, M Si Asisten : Desmawita K Barus, S Pt, M Si Jadwal : Kamis, 07.00-10.00 WIB PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari dan memahami golongan darah. 2. Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah pada manusia. II. Tinjauan Pustaka Jenis penggolongan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

Lampiran 1 Gambar cara pengukuran, corak dan pola warna bulu itik Alabio

Lampiran 1 Gambar cara pengukuran, corak dan pola warna bulu itik Alabio LAMPIRAN 124 Lampiran 1 Gambar cara pengukuran, corak dan pola warna bulu itik Alabio Gambar 1.1 Penampilan itik Alabio jantan dewasa Gambar 1.2 Penampilan itik Alabio betina dewasa Gambar 1.3 Pengukuran

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

MENJAGA KEHAMILAN DAN KELAHIRAN MEWUJUDKAN KELUARGA BERKUALITAS

MENJAGA KEHAMILAN DAN KELAHIRAN MEWUJUDKAN KELUARGA BERKUALITAS MENJAGA KEHAMILAN DAN KELAHIRAN MEWUJUDKAN KELUARGA BERKUALITAS I. Pendahuluan Tidak dilahirkan seorang anak melainkan dengan fitrah, maka orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi atau Nashrani atau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dan E (jarang) sering muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fecal

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dan E (jarang) sering muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fecal BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Penyakit Hepatitis Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia, yang terdiri dari Hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis

Lebih terperinci

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan (menyerap) gula

Lebih terperinci

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS 1. PENDAHULUAN Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit cacar ular telah terjadi dari waktu ke waktu selama ribuan tahun, penyakit cacar muncul disebabkan oleh virus cacar yang muncul dalam populasi manusia

Lebih terperinci

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN Lampiran. Persetujuan Menjadi Responden PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama :. Umur :. Alamat :. Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bayi yang dilahirkan sebelum masa gestasi 38 minggu dianggap sebagai bayi prematur. Ada banyak alasan yang menyebabkan kelahiran prematur, beberapa faktor seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia. Kesehatan menjadi syarat utama agar individu bisa mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Kesehatan

Lebih terperinci

PANDUAN PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG UNGGUL BALITNAK

PANDUAN PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG UNGGUL BALITNAK Persiapan Penerimaan DO Ayam KUB: 1. Desinfeksi kandang dengan desinfektan. 2. Siapkan tempat pakan dan minum. 3. Beri alas koran pada dasar bawah pemanas/brooder. 4. Nyalakan pemanas 24 jam sebelum ayam

Lebih terperinci

HEPATITIS FUNGSI HATI

HEPATITIS FUNGSI HATI HEPATITIS Hepatitis adalah istilah umum untuk pembengkakan (peradangan) hati (hepa dalam bahasa Yunani berarti hati, dan itis berarti pembengkakan). Banyak hal yang dapat membuat hati Anda bengkak, termasuk:

Lebih terperinci

RESISTENSI AYAM LOKAL JAWA BARAT: AYAM SENTUL

RESISTENSI AYAM LOKAL JAWA BARAT: AYAM SENTUL RESISTENSI AYAM LOKAL JAWA BARAT: AYAM SENTUL H. IDIH PURNAMA ALAM Dinas Peternakan Pemerintah Propinsi Jawa Barat Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi Jl. Raya Loji Km. 35 Jatiwangi 45454,Telp.

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN PENDAHULUAN Bayi muda : - mudah sekali menjadi sakit - cepat jadi berat dan serius / meninggal - utama 1 minggu pertama kehidupan cara memberi pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi

Lebih terperinci

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 1) Laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Daging sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dibutuhkan konsumen, namun sampai

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ratusan anak-anak dan orang dewasa setiap tahun di seluruh dunia meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Epidemiologi Penyakit Campak di Indonesia Tahun 2004-2008 5.1.1 Gambaran Penyakit Campak Berdasarkan Variabel Umur Gambaran penyakit campak berdasarkan variabel umur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

Mengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit

Mengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit Mengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit Mengapa mengukur penyakit? Tujuannya adalah deskripsi dan komparasi Jenis pertanyaannya mencakup: Seperti apa mortalitas dan morbiditas yang khas pada kelompok unggas

Lebih terperinci

Retinopati Bisa Dicegah Dengan Obat Sakit Diabetes Retinopati nonproliferatif

Retinopati Bisa Dicegah Dengan Obat Sakit Diabetes Retinopati nonproliferatif Retinopati Bisa Dicegah Dengan Obat Sakit Diabetes Retinopati nonproliferatif Pada retinopati nonproliferatif, suatu bentuk retinopati yang paling umum ditemui, pembuluh darah kapiler di bagian belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan kelompok dalam masyarakat yang paling rentan terserang penyakit. Hal ini karena mereka belum mempunyai cukup perlindungan (imunitas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan

Lebih terperinci

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan

Lebih terperinci

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah "penyakit periodontal". Namun, apakah Anda sudah memahami apa arti istilah itu sebenarnya? Kata 'periodontal' berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi merupakan

Lebih terperinci

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso BAB II VIRUS TOKSO 2.1. Definisi Virus Tokso Tokso adalah kependekan dari toksoplasmosis, istilah medis untuk penyakit ini. Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci