HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Wilayah Penelitian"

Transkripsi

1 37 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian Kondisi Geografis Letak geografis dan luas wilayah. Kabupaten Kotabaru merupakan salah satu dari 13 kabupaten/kota di Propinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota yang terletak di Pulau Laut Utara. Secara georafis, Kabupaten Kotabaru terletak antara 2º20'-4º56' Lintang Selatan dan 115º29'-116º30' Bujur Timur, sedangkan pembagian Grid Propinsi terletak antara Grid AD-CH dan dengan salib sumbu Grid pada koordinat UTM X = m dan Y= m. Kabupaten Kotabaru terletak di sebelah tenggara dari wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Wilayah ini berbatasan, sebelah utara dengan : Propinsi Kalimantan Timur; sebelah selatan dengan : Laut Jawa; sebelah timur dengan : Selat Makasar; dan sebelah barat dengan : Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Balangan, dan Kabupaten Tanah Bumbu. Kabupaten Kotabaru merupakan wilayah kabupaten yang memiliki lahan terluas dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Propinsi Kalimantan Selatan, yaitu 9.422,46 km 2 atau 25,21 % dari luas Propinsi Kalimantan Selatan. Sebagian wilayahnya terdiri dari beberapa pulau dan sebagian lagi wilayah daratan yang terletak di Pulau Kalimantan. Pulau-pulau besar dan kecil yang dimiliki Kabupaten Kotabaru berjumlah 45 buah, diantaranya, yaitu : Pulau Laut, Pulau Sebuku, Pulau Kunyit, Pulau Sewangi, dan lain-lain. Secara administratif, Kabupaten Kotabaru tersebut dibagi menjadi 18 kecamatan dan 195 kelurahan/desa. Iklim. Kabupaten Kotabaru dipengaruhi oleh dua musim, yakni musim kemarau dengan suhu udara maksimum rara-rata antara 30,5ºC-32,9 ºC dan intensitas penyinaran matahari rata-rata 33-84%, dan musim hujan dengan suhu

2 38 udara minimum rata-rata antara 22,7ºC-24,7 ºC dan kelembaban nisbi rata-rata 78-88%. Intensitas penyinaran matahari yang tinggi menyebabkan tingginya intensitas penguapan sehingga selalu terdapat awan aktif dan udara yang penuh sehingga menyebabkan seringkali turun hujan. Berdasarkan Scmit dan Fergosun, Kabupaten Kotabaru memiliki rata-rata curah hujan berkisar antara 0,9-13,5 mm dengan jumlah hari hujan berkisar antara 5-28 hari/tahun. Hujan terbanyak jatuh pada bulan nopember sampai dengan april. Bulan bulan kering jatuh pada bulan mei sampai dengan oktober. Kondisi Geomorfologi Tofografi. Keadaan topografi wilayah Kabupaten Kotabaru cukup beragam. Dari daerah pantai di sebelah timur yang merupakan daerah datar sampai ke arah barat wilayahnya semakin bergelombang sampai berbukit. Pada wilayah bagian barat dari selatan ke utara merupakan jalur pegunungan, yaitu pegunungan Meratus memanjang sampai ke wilayah Propinsi Kalimantan Timur. Keadaan wilayah yang medannya begelombang sampai terjal terdapat di Pulau Laut bagian tengah. Secara umum, konfigurasi medan wilayah Kabupaten Kotabaru miring ke arah timur. Berdasarkan letak ketinggiannya dari permukaan laut, 48% wilayah Kabupaten Kotabaru terlerak pada ketinggian antara m. Letak ketinggian ini secara umum menentukan pola pengelolaan dan pemanfaatannya, yaitu : ketinggian 0-7 m merupakan daerah rawa dan pantai, seluas ha (8,55% dari luas wilayah Kabupaten Kotabaru) digunakan untuk usaha tambak; ketinggian 7-10 m, seluas (1,83%) digunakan sebagai sawah dengan satu kali tanam; ketinggian 10-25, seluas (15,92%) digunakan sebagai sawah dua kali tanam; ketinggian m. Seluas ha (48,55%) dan ketinggian m seluas (17,53%) digunakan untuk pertanian lahan kering, perkebunan, dan ladang; ketinggian m, seluas ha (6,94%) merupakan daerah yang sulit untuk diolah sebagai lahan pertanian; sedangkan ketinggian lebih dari m, seluas ha (0,68%) diperuntukkan sebagai kawasan lindung. Data luas wilayah setiap ketinggian seperti pada Tabel 6.

3 39 Tabel 6. Kelas ketinggian dan luas Kabupaten Kotabaru No Elevasi Luas Persentase Keterangan (mdpl) (ha) (%) ,55 daerah rawa dan pantai (tambak) ,83 daerah rendah (sawah 1x/tahun) ,92 daerah rendah (sawah 2x/tahun) ,55 Pertanian, perkebunan, hutan ,53 Pertanian, perkebunan, hutan ,94 non pertanian 7 > ,68 kawasan lindung Kotabaru ,00 Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru, Bappeda (2006) Kelerengan. Wilayah Kabupaten Kotabaru mempunyai kelas lereng antara 0-2% hingga lebih dari 40 %. Kelas lereng 0-2% pada umumnya terdapat di daerah pantai, luas mencapai ha atau sekitar 60,6% luas kabupaten. Kelas lereng 2-8% merupakan yang dibudidayakan, luasnya mencapai ha atau 12,97% luas kabupaten. Daerah dengan kemiringan 8-15% seluas ha atau 4,16% luas kabupaten. Daerah dengan kemiringan 15-25% seluas ha atau 6,48% luas kabupaten. Daerah dengan kemiringan 25-40% merupakan daerah yang cukup terjal, luasnya mencapai ha atau 4,82% luas kabupaten. Kemudian daerah dengan kemiringan diatas 40% merupakan daerah sangat terjal yang luasnya mencapai ha atau 11,39% luas kabupaten. Untuk jelasnya kemiringan lahan di Kabupaten Kotabaru dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kemiringan lahan di Kabupaten Kotabaru No Kelas lereng Luas (ha) Persentase (%) 1 0-2% , % , % , % , % >40% Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru, Bappeda (2006) Kelerengan digunakan sebagai batas pengusahaan lahan-lahan dengan kelerengan lebih dari 40% tidak diusahakan secara produktif, tetapi dijadikan sebagai kawasan lindung. Wilayah dengan kelerengan yang lebih besar dari 40% terletak di Pegunungan Meratus dan Pegunungan Sebatung. Wilayah 2-15% dan

4 % kebanyakan terdapat di kaki Pegunungan Meratus, sedangkan yang termasuk dataran 0-2% menyebar luas pada hampir semua wilayah di Kabupaten Kotabaru. Penggunaan Lahan dan Kawasan Hutan Penggunaan lahan di Kabupaten Kotabaru dibedakan menjadi lahan untuk kampung/pemukiman, pertambangan, lahan sawah, tanah kering/tegalan, kebun campuran, perkebunan, hutan serta padang/semak/belukar/alang-alang. Di Kabupaten Kotabaru penggunaan lahan seluruhnya ha pada tahun Lahan yang digunakan sebagai lahan hutan paling luas yaitu sekitar ha (34,95%). Urutan terluas berikutnya digunakan untuk padang/semak/belukar/alang/alang yang mencapai 270,700 ha (28,73%). Penggunaan lahan terkecil adalah sekitar 967 ha untuk perairan darat (Tabel 8). Tabel 8. Penggunaan lahan di Kabupaten Kotabaru No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%) Kampung/pemukiman Industri Pertambangan Persawahan Pertanian lahan kering semusim Kebun campuran/sejenis Perkebunan Padang (semak, alang, rumput) Hutan Perairan darat (rawa,kolam) Lain-lain ,59 0,11 1,18 2,59 1,94 15,06 11,50 28,73 34,95 1,16 1,20 Jumlah ,00 Sumber : - Kabupaten Kotabaru dalam Angka, BPS (2005) - Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru (Bappeda, 2006) Kondisi Sosial dan Budaya Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru pada tahun 2005 adalah jiwa dengan jumlah rumahtangga sebanyak rumahtangga yang tersebar di 195 desa/kelurahan. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Pulau Laut Utara dengan jumlah penduduk jiwa, disusul Kecamatan Pamukan Utara dengan

5 41 jumlah penduduk jiwa sedangkan jumlah terkecil berada di Kecamatan Kelumpang Barat yang hanya jiwa, untuk lebih rinci seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Kotabaru No Kecamatan Luas (km 2 ) % Jumlah Penduduk (orang) % Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1 Pulau Sembilan 21,86 0, ,66 2 Pulau Laut Barat 301,10 3, ,98 3 Pulau Laut Selatan 453,58 4, ,06 4 Pulau Laut Timur 603,25 6, ,34 5 Pulau Sebuku 219,04 2, ,39 6 Pulau Laut Utara 135,05 1, ,09 7 Pulau laut Tengah 601,78 6, ,37 8 Kelumpang Selatan 283,51 3, ,11 9 Kelumpang Hilir 339,67 3, ,82 10 Kelumpang Hulu 1.067,60 11, ,24 11 Kelumpang Barat 398,21 4, ,91 12 Hampang 1.606,32 17, ,15 13 Sungai Durian 1.124,87 11, ,90 14 Kelumpang Tengah 305,54 3, ,53 15 Kelumpang Utara 224,87 2, ,14 16 Pamukan Selatan 334,11 3, ,41 17 Sampanahan 386,04 4, ,69 18 Pamukan Utara 1.062,08 11, ,42 Jumlah 9.422,46 100, ,0 27,47 Sumber : Kabupaten Kotabaru dalam Angka Tahun 2005, BPS (2006) Kepadatan penduduk masing-masing wilayah sangat bervariasi. Wilayah kecamatan dengan kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Pulau Laut Utara, dengan tingkat kepadatan penduduknya mencapai 464 orang per km 2 disusul oleh Kecamatan Pamukan Utara dengan kepadatan mencapai 160,18 orang/km 2. Tingkat kepadatan ini jauh berada di atas wilayah-wilayah kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Kotabaru. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Kotabaru sendiri adalah sebesar 26,87 orang/km 2. Di Kecamatan-kecamatan lain, kepadatan penduduk secara rata-rata kurang dari 50 orang/km 2, kecuali Kecamatan Kelumpang Hilir dengan kepadatan mencapai 52,26 orang/km 2. Kecamatan dengan penduduk yang paling jarang terdapat di Kecamatan Hampang, Kelumpang Barat, dan Sungai Durian masing-masing dengan tingkat kepadatan penduduknya hanya 5,08; 7,02; dan 7,04 orang/km 2.

6 42 Ketenagakerjaan Penduduk usia kerja, yaitu penduduk berusia 15 tahun keatas, di Kabupaten Kotabaru pada tahun 2004 tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Sebagian besar penduduk usia kerja (30,80%) berada di Kecamatan Pulau Laut Utara sebagai ibu kota kabupaten. Berdasarkan data BPS Kabupaten Kotabaru (2004), sebagian besar penduduk usia kerja yaitu 59,26% sudah bekerja, sebagian dari sisanya yaitu 25,04% umumnya perempuan hanya mengurus rumah tangga. Persentase perempuan yang bekerja hanya sebesar 31,11% sedangkan laki-laki yang bekerja sebanyak 84,42%. Lebih rinci persentase antara penduduk laki-laki dan perempuan usia kerja dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Persentase penduduk usia kerja di Kabupaten Kotabaru menurut kegiatan utama dan jenis kelamin Kegiatan utama Laki-laki Persentase (%) Perempuan (Laki-laki dan perempuan) Bekerja 84,42 31,11 59,26 Belum/Tidak bekerja 9,14 11,23 10,12 Sekolah 5, ,09 Mengurus rumah tangga 0,44 52,56 25,04 Lainnya 0,65 0,32 0,49 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Kotabaru (2005) Berdasarkan lapangan usaha, sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian. Sektor ini mampu menyerap 55,57% dari tenaga kerja yang ada, selainnya 17,04% bergerak di sektor jasa yang meliputi sektor jasa kemasyarakatan, jasa sosial, dan jasa perseorangan, dan di luar jasa pemerintahan. Selain kedua sektor tersebut, sektor perdagangan mampu menyerap 6,70% tenaga kerja. Mereka yang bekerja di sektor tersebut, sektor perdagangan ini umumnya perempuan sebanyak 12,75% sedangkan laki-laki di sektor ini hanya 4,71%. Secara rinci sebasaran penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 11.

7 43 Tabel 11. Persentase penduduk Kabupaten Kotabaru yang bekerja menurut lapangan kerja Persentase (%) Kegiatan utama Laki-laki Perempuan (Laki-laki dan perempuan) Pertanian 55,44 55,9 55,57 Industri 4,59 2,62 4,10 Kontruksi 2,09 0,33 1,66 Perdagangan 4,71 12,75 6,70 Transportasi 3,21 0,17 2,45 Jasa pemerintahan 4,36 3,90 4,24 Jasa lainnya 17,83 14,65 17,04 Lainya 7,77 9,65 8,24 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Kotabaru (2005) Pendidikan Pendidikan mempunyai arti yang sangat strategis dalam pembangunan sumberdaya manusia. Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Kotabaru relatif rendah, hal ini tercermin berdasarkan data pendidikan Tahun 2004 (RPJM Kabupaten Kotabaru, 2005) didapatkan bahwa pendidikan penduduk yang tamat SD sebanyak 26,6%; SLTP sederajad 17,0%, SLTA sederajad 13,5%; DI/DIII 0,8%; dan S1+ 1,8%. Tingkat pendidikan ini tentunya sangat menentukan oleh akses atau keterjangkauan penduduk terhadap institusi pendidikan yang tersedia. Fasilitas pelayanan pendidikan di Kabupaten Kotabaru masih rendah khususnya wilayah kecamatan. Sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Kotabaru terdiri dari 208 buah Sekolah Dasar, 34 buah Sekolah Menengah Pertama dan 14 buah Sekolah Menengah Atas, serta 4 buah Sekolah Tinggi (Politeknik, STIA, dan PGSD). Untuk setiap jenjang pendidikan jumlah sarana terbanyak terdapat di Kecamatan Pulau Laut Utara. Kondisi demikian menunjukkan bahwa ketersediaan sarana pendidikan di Kabupaten Kotabaru belum cukup merata. Untuk jelasnya sarana pendidikan di Kabupaten Kotabaru seperti pada Tabel 12.

8 44 Tabel 12. Sarana pendidikan di Kabupaten Kotabaru No Sekolah Jumlah (buah) Negeri Swasta 1 Taman Kanak-kanak SD SD Luar Biasa 1-4 SLTP SLTP Terbuka 3-6 SMU SMK 3-8 D1/D2/PT - 3 Sumber: Kabupaten Kotabaru dalam Angka 2005, BPS (2006) Kesehatan Ketersediaan sarana kesehatan merupakan salah satu upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten Kotabaru antara lain RSUD tipe C (yang akan ditingkatkan menjadi tipe B), Klinik kesehatan dan Balai Pengobatan yang terdapat di ibukota kabupaten. Di Kabupaten Kotabaru di setiap kecamatan telah mempunyai satu puskesmas, sarana kesehatan yang tersedia di Kabupaten Kotabaru antara lain berupa 22 buah puskesmas, 69 buah puskesmas pembantu, 11 buah balai pengobatan swasta dan 1 buah BKIA. Disamping itu ada 3 buah apotik dengan 6 orang tenaga apotiker dan 14 orang tenaga asisten apotiker. Disamping penyediaan sarana kesehatan, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat usaha penyediaan tenaga medis yang berada di Kabupaten Kotabaru antara lain 30 orang dokter umum, 6 orang dokter gigi dan 5 orang dokter spesialis, 78 orang perawat, 70 orang bidan dan 331 orang dukun bayi/kampung. Selain unit kesehatan yang dimiliki dan dikelola pemerintah di Kabupaten Kotabaru juga terdapat beberapa balai pengobatan yang dikelola oleh pihak swasta, namun demikian untuk jenis sarana kesehatan ini hanya kecamatankecamatan tertentu yang memilikinya, dan yang terbanyak berada di Kecamatan Pulau Laut Utara sebanyak 11 unit. Adapun jumlah tenaga kesehatan dan sarana kesehatan yang tersedia (Tabel 13).

9 45 Tabel 13. Sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Kotabaru No Sarana dan Parasara Kesehatan Jumlah 1 Rumah sakit 1 2 Puskesmas 22 3 Puskesmas pembantu 69 4 Poliklinik desa Balai pengobatan swasta 11 6 Dokter spesialis 5 7 Dokter gigi 6 8 Dokter umum 30 9 Perawat Bidan Dukun bayi/kampung 331 Sumber: Kabupaten Kotabaru dalam Angka 2005, BPS (2006) Sarana dan Prasarana Perhubungan Sarana perhubungan diperlukan untuk akses antar wilayah, antar perkotaan dan antar perdesaan. Tersedianya sarana dan prasarana transportasi di wilayah terisolir dan wilayah kepulauan dapat mendorong mobilitas barang dan orang serta mempercepat perkembangan wilayah. Perhubungan Darat Untuk menunjang kelancaran angkutan penumpang dan barang, panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Kotabaru adalah 1.074,247 km dengan rincian 148 km merupakan jalan negara, 134,20 km merupakan jalan propinsi dan 792,047 km merupakan jalan kabupaten. Panjang jalan yang diaspal sepanjang 467,40 km; jalan kerikil sepanjang 244,35 km dan jalan tanah sepanjang 262,50 km. Dilihat kondisinya 282,922 km berkondisi baik; 373,510 km berkondisi sedang, 84,265 km berkondisi rusak dan 235,55 km berkondisi rusak berat. Kondisi jalan di kabupaten kotabaru seperti pada Tabel 14. Adanya sungai dan anak sungai yang melintas dan membelah wilayah Kabupaten Kotabaru menyebabkan jumlah jembatan cukup beragam dan dari jumlah yang ada sebanyak 120 jembatan terbuat dari beton, 23 buah merupakan jembatan besi, 386 buah jembatan kayu, serta 53 buah jembatan jenis lainnya. Tingkat penggunaan kendaraan di Kabupaten Kotabaru masih didominasi oleh

10 46 kendaraan dengan jenis niaga, baik untuk mobil penumpang, mobil beban dan mobil dan mobil bus. Untuk jenis mobil beban didominasi oleh kendaraan truk, pick up dan jenis mobil bus, banyaknya mobil bebas berjenis truk dan pick up di Kabupaten Kotabaru ini erat kaitannya dengan pengangkutan produksi hasil bumi. Tabel 14. Kondisi jalan di Kabupaten Kotabaru Jenis permukaan, Jalan (km) kondisi jalan Negara Propinsi Kabupaten Jumlah I Jenis permukaan - diaspal 148,000 44, , ,400 - kerikil - 90, , ,350 - tanah , ,500 - lainnya Jumlah 148, , , ,247 II Kondisi jalan - baik 56,750 38, , ,922 - sedang 29,500 48, , ,510 - rusak 37,250 20, , ,265 - rusak berat 24,500 26, , ,550 Jumlah 148, , , ,247 Sumber: Kabupaten Kotabaru dalam Angka 2005, BPS (2006) Perhubungan Laut Perhubungan laut/sungai merupakan jenis perhubungan yang sudah lama ada. Perhubungan laut sekarang sudah terjangkau seluruh wilayah Indonesia, terutama pelabuhan-pelabuhan seperti Ujung Pandang, seluruh pelabuhan di Pulau Jawa, Pulau Sumatera serta daerah lainnya. Jenis pelayaran yang ada pada pelabuhan Kotabaru meliputi pelayaran rakyat, pelayaran lokal, pelayanan samudera, pelayanan nusantara, pelayaran khusus industri dan pelayanan khusus tanker. Untuk daerah kepulauan terpencil dilayani dengan menyediakan kapal perintis dengan bobot 200 DWT sebanyak 2 buah, disamping itu dengan beroperasinya penyeberangan ferry Tanjung Serdang-Batulicin sejak tahun 1993 telah memberikan dampak pertumbuhan ekonomi di kota Kotabaru. Dalam upaya membuka akses yang lebih cepat menuju wilayah utara Kabupaten Kotabaru, sejak tahun 2004 telah dilakukan pengoperasian angkutan penyeberangan ferry Stagen-Tarjun yang merupakan kerjasama Pemerintah

11 47 Kabupaten Kotabaru dengan PT Antar Banua Khatulistiwa kerjasama dan koordinasi dengan PT Pelindo III Cabang Kotabaru, seperti pemindahan pemanfaatan Pelabuhan Panjang yang dialih fungsinya ke Pelabuhan Panjang. Perhubungan Udara Meskipun perhubungan darat dan laut/sungai semakin meningkat peranannya, prasarana dan sarana perhubungan udara yang telah ada tetap diperlukan untuk mengurangi keperluan masyarakat yang memerlukan waktu cepat. Saat ini terdapat dua lokasi yang dapat menampung kedatangan pesawat udara, yakni Bandara Stagen di Stagen dan Bandara Mekar Putih di Pulau Laut Barat. Dalam upaya memfungsikan Bandara Udara Stagen sejak tahun 2003 telah dilakukan kerjasama peningkatan transportasi udara rute Banjarmasin-Kotabaru- Balikpapan pulang pergi, dengan PT Dirgantara Air Service yang bertujuan untuk menciptakan hubungan yang sinergis di dalam menyikapi kebijakan otonomi daerah sehingga terwujudnya peningkatan pelayanan transportasi udara dari atau ke kotabaru, upaya ini pada gilirannya akan berperan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, regional, dan nasional. Dengan meningkatkan pembangunan di Kabupaten Kotabaru, jalur transportasi udara semakin meningkat dengan jumlah penumpang dan frekuensi penerbangan di Bandara Stagen selalu penuh setiap hari. Pada saat keadaan jalan darat kurang baik masyarakat memilih jalur penerbangan udara dari Bandara Syamsudin Noor (Banjarbaru). Kondisi Perekonomian Daerah Pembangunan ekonomi di Kabupaten Kotabaru ini meskipun telah menghasilkan berbagai kemajuan namun masih jauh dari yang diharapkan yakni perekonomian yang tangguh dan mensejahterakan seluruh lapisan masyarakat, oleh karena itu tantangan besar kemajuan perekonomian 5 tahun mendatang adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas untuk mewujudkan secara nyata peningkatan kesejahteraan masyarakat di segala lapisan secara merata sekaligus mengejar ketertinggalan dari daerah lain yang lebih maju, urtuk itu perlu dana yang besar. Kondisi ekonomi daerah Kabupaten Kotabaru tidak dapat lepas dari pengaruh perekonomian Propinsi

12 48 Kalimantan Selatan, perekonomian nasional dan perekonomian global. Setiap kebijakan yang dilakukan pada tingkat propinsi dan nasional akan berdampak langsung terhadap perekonomian Kabupaten Kotabaru. Pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) pada periode rata-rata 9,13% per tahun, lebih tinggi dari tingkat peetumbuhan pada Propeda Kabupaten Kotabaru yang diperkirakan tumbuh sebesar 8,66% per tahun (Tabel 15). Tabel 15. Produk domestik regional bruto Kabupaten Kotabaru tahun dengan harga berlaku (Rp ) No Sektor Ekonomi 1. Pertanian Pertambangan & Pergalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas dan air minum 5. Bangunan Perdagangan, restoran & perhotelan 7. Pengangkutan & komunikasi 8. Keuangan Jasa-jasa Jumlah Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotabaru, Bappeda (2005) Tingginya pertumbuhan ekonomi riil berakibat pada makin meningkatnya PDRB (dengan harga berlaku). PDRB dengan harga berlaku pada tahun 1999 baru mencapai Rp juta naik menjadi Rp juta (2003) dan pada tahun 2004 diperkirakan mencapai Rp juta. Terkendalinya inflasi dapat menurunkan suku bunga dan selanjutnya mendorong tumbuhnya iklim investasi di daerah. Keadaan ini dimanfaatkan oleh perbankan untuk menyalurkan kreditnya ke dunia usaha dan masyarakat lainnya. Nilai kredit bank yang disalurkan kepada masyarakat terus mengalami pertumbuhan (walaupun tahun 2000 mencapai Rp juta, naik menjadi Rp juta (2002) dan naik lagi menjadi Rp juta (2003), Rp juta (2004) dan menjadi Rp juta (sampai maret 2005). Sebagian besar (80%) disalurkan pada sektor pertanian (Tabel 16).

13 49 Tabel 16. Nilai kredit Bank yang disalurkan kepada masyarakat di Kabupaten Kotabaru (Rp ) No Sektor Ekonomi *) 1. Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, gas dan air minum 5. Kontruksi Perdagangan, restoran & perhotelan 7. Pengangkutan, pergudangan & komunikasi 8. Jasa-jasa dunia usaha 9. Jasa-jasa sosial masyarakat 10. Jasa-jasa Jumlah Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotabaru, Bappeda (2005) Keterangan : *) sampai dengan bulan maret 2005 Membaiknya ekonomi Kabupaten Kotabaru terlihat dari makin tumbuhnya jasa perdagangan dalam negeri dan luar negeri. Ekspor Kabupaten Kotabaru secara keseluruhan nilainya terus mengalami peningkatan dari US$ ,94 (2002) dan US$ ,86 (2003). Jenis komoditas yang diekspor adalah udang beku, ikan beku, plywood, moulding/dowels batubara, biji besi dan lain-lain. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah ini belum sepenuhnya mampu meningkatkan kesempatan kerja. Keadaan ini bisa dilihat pada tahun 2001 jumlah tenaga kerja yang terdaftar berbagai tingkat pendidikan mencapai orang yang mampu ditempatkan hanya 173 orang (6,96%), kemudian pada tahun 2002 yang terdaftar orang ditempatkan 101 orang (3,45%) dan tahun 2003 yang terdaftar orang ditempatkan 460 orang (19,30%). Dalam upaya mendorong usaha kecil, kredit perbankan yang disalurkan (sampai bulan maret 2005) pada jenis usaha ini mencapai Rp juta pada tahun 2000, kemudiaan turun menjadi Rp (2001), naik lagi menjadi Rp juta (2002), mejadi Rp juta (2003), Rp juta, dan pada tahun 2005 mencapai Rp juta. Untuk lebih meningkatkan kesempatan kerja maka pertumbuhan ekonomi

14 50 perlu terus ditingkatkan. Kredit usaha kecil yang disalurkan kepada masyarakat di Kabupaten Kotabaru tahun , seperti pada Tabel 17. Tabel 17. Nilai kredit usaha kecil yang disalurkan kepada masyarakat di Kabupaten Kotabaru (Rp ) No Sektor Ekonomi *) 1. Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, gas dan air minum 5. Kontruksi Perdagangan, restoran & perhotelan 7. Pengangkutan, pergudangan & komunikasi 8. Jasa-jasa dunia usaha 9. Jasa-jasa sosial masyarakat 10. Jasa-jasa Jumlah Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotabaru, (2005) Keterangan : *) sampai dengan bulan maret 2005 Secara keseluruhan sampai akhir 2005 ini diperkirakan laju inflasi 9,25%, pertumbuhan ekonomi riil 9,92%, sehingga pendapatan per kapita masyarakat diperkirakan mencapai Rp atau sekitar US$ 1.129,30 (jika US$= Rp ). Menurut Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 55 ayat (1) Penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah, ayat (2) penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara, ayat (3) Administrasi pendapatan penyelenggaraan urusan pemerintah sebagimana dimaksud ayat (2) Selanjutnya pada pasal 157 mengamanatkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas (a) pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu 1) hasil pajak daerah; 2) hasil retribusi daerah; 3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4) lain-lain PAD yang sah, (b) dana perimbangan, dan (c) lain-lain pendapatan daerah yang sah.

15 51 Kemudian Undang-Undang 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada Bab IV pasal 5 sumber penerimaan daerah yaitu: ayat (1) penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan, ayat (2) pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari (a) pendapatan asli daerah; (b) dana perimbangan; dan (c) lain-lain pendapatan ayat (3) pembiyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari (a) sisa lebih perhitungan anggaran daerah; (b) penerimaan pinjaman daerah; (c) dana cadangan daerah; (d) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Semua pendapatan ini masuk dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), dalam hal ini APBD Kabupaten Kotabaru. Potensi Sumberdaya Pangan Kabupaten Kotabaru Perkembangan Produksi Pangan Produksi padi dan palawija. Perkembangan produksi padi dan palawija di Kabupaten Kotabaru dari tahun mengalami peningkatan dengan ratarata pertumbuhan untuk komoditas padi (16,15%) tahun 2003 mencapai ton, tahun 2004 mencapai ton, tahun 2005 mencapai ton, dan tahun 2006 mencapai Kenaikan produksi padi sebagai dampak dari keberhasilan kegiatan perluasan areal tanam (PAT) sejak tanam dan peningkatan mutu intensifikasi (PMI). Untuk komoditi jagung, kacang kedelai dan kacang hijau terjadi peningkatan produksi dengan rata-rata pertumbuhan jagung (21,70%), kacang kedelai (13,67%), kacang hijau (24,34%). Untuk komoditas ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah mengalami penurunan produksi dengan rata-rata pertumbuhan untuk ubi kayu (-3,54%) tahun 2003 sebanyak ton, tahun 2004 sebanyak ton, tahun 2005 sebanyak ton, dan tahun 2006 dengan perkiraan produksi sebesar ton. Begitu juga untuk komoditas ubi jalar terjadi penurunan rata-rata pertumbuhan (-0,26%), dan Kacang tanah (-0,52%). Perkembangan produksi padi dan palawija tahun pada Tabel 18.

16 52 Tabel 18. Produksi padi dan palawija Kabupaten Kotabaru tahun Komoditas Produksi (ton) Pertumbuhan Rata-rata (%) Padi ,15 Jagung ,70 Ubi kayu ,54 Ubi jalar ,26 Kacang tanah ,52 Kacang kedelai ,67 Kacang hijau ,34 Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kotabaru (2006) Produksi sayuran. Produksi sayuran pada tahun sesuai dengan data BPS Kabupaten Kotabaru tren pertumbuhan rata-rata meningkat setiap tahun, untuk tahun 2003 tidak ada data produksi. Produksi kacang panjang tahun 2004 mencapai 807 ton, tahun 2005 mencapai 952 ton, dan tahun 2006 diperkirakan mencapai ton (asumsi rata-rata pertumbuhan 17,97% per tahun). Laju pertumbuhan komoditas sayurannya lainnya tahun untuk sawi rata-rata per tahun meningkat sebesar 12,95%, cabe 12,72%, tomat 17,89, terung 11,27, buncis 22,37, ketimun 21,93, labu 28,97, kangkung 33,67, dan bayam 34,23. Untuk bawang merah dan kubis semua di datangkan dari daerah lain (impor), karena pengembangan kedua komoditas ini kurang cocok untuk dikembangkan terutama kesesuaian agroekosistem wilayahnya. Secara rinci pada Tabel 19. Tabel 19. Produksi sayuran Kabupaten Kotabaru tahun Komoditas Produksi (ton) Pertumbuhan *) Rata-rata (%) Sawi Kacang panjang Cabe Tomat Terung Buncis Ketimun Labu Kangkung Bayam Sumber: Kabupaten Kotabaru dalam Angka, BPS ( ) *) angka perkiraan (diolah) berdasarkan pertumbuhan rata-rata

17 53 Produksi buah-buahan. Perkembangan produksi buah-buahan di Kabupaten Kotabaru tahun , ada yang pertumbuhannya positif dan sebagian pertumbuhannya negatif. Komoditas buah-buahan yang rata-rata pertumbuhannya positip, yaitu: jeruk (147,80%) dengan produksi tahun 2003 sebesar ton, tahun 2004 sebesar 211 ha, tahun 2005 sebesar ton, dan perkiraan produksi 2006 sebesar ton. Produksi nenas rata-rata pertumbuhan 93,11% dengan produksi tahun 2003 sebanyak 582 ton, tahun 2004 sebanyak 420 ton, tahun 2004 sebanyak ton, dan perkiraan produksi tahun 2006 sebanyak ton, demikian juga untuk komoditas yang lain mengalami pertumbuhan positif seperti salak 67,50%, sirsak 59,20%, jambu 27,11%, sawo 12,29%, belimbing 11,85%, pepaya 5,53%, dan rambutan 4,16%. Untuk produksi buah-buahan rata-rata pertumbuhannya negatif antara lain: pisang (-9,55) dengan produksi tahun 2003 sebesar ton, tahun 2004 sebesar ton, tahun 2005 sebesar ton, dan perkiraan produksi tahun 2006 sebesar ton. Duku/langsat rata-rata pertumbuhan (-7,71%) dengan produksi tahun 2003 sebesar ton, tahun 2004 sebesar ton, tahun 2005 sebesar ton, dan perkiraan produksi tahun 2006 sebesar ton, untuk komoditas buah-buahan seperti durian, mangga, dan cempedak juga mengalami rata-rata penurunan produksi sebesar ton (-1,81%), ton (-049%), dan (-0,12%). Penurunan rata-rata produksi buah-buahan dari tahun 2003, disebabkan oleh berkurangnya lahan-lahan produktif di Kabupaten Kotabaru setelah dimekarkan menjadi 2 kabupaten dengan terbentuknya Kabupaten Tanah Bumbu. Disamping itu dengan pertambahan penduduk keperluaan buah-buahan menjadi meningkat, oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Kotabaru melalui Dinas Pertanian dan Peternakan melaksanakan program pengembangan penanaman buah-buahan di beberapa kecamatan potensial menggunakan bibit unggul spesifik lokal dengan membangun pembibitan hortikultura melalui APBD tahun 2006 di Kecamatan Pulau Laut Utara. Perkembangan produksi dan persentase rata-rata pertumbuhan buah-buahan tahun di Kabupaten Kotabaru, dapat dilhat pada Tabel 20.

18 54 Tabel 20. Produksi buah-buahan Kabupaten Kotabaru tahun Komoditas Produksi (ton) Pertumbuhan *) Rata-rata (%) Pisang ,55 Mangga ,12 Durian ,81 Cempedak ,49 Rambutan ,16 Jeruk ,80 Jambu ,11 Nenas ,11 Salak ,18 Sawo ,29 Sukun ,50 Sirsak ,20 Pepaya ,53 Duku/langsat ,71 Belimbing ,85 Sumber: Kabupaten Kotabaru dalam Angka, BPS ( ) *) angka perkiraan (diolah) berdasarkan pertumbuhan rata-rata - tidak ada data Produksi pangan hewani. 1) Ternak. Perkembangan produksi pangan hewani berupa produk peternakan di Kabupaten Kotabaru tahun sebagian besar terjadi peningkatan. Rata-rata pertumbuhan daging sapi (25,33%) produksi pada tahun 2003 sebesar 108 ton, tahun 2004 sebesar 122 ton, dan perkiraan produksi tahun 2006 sebesar 211 ton. Daging kerbau rata-rata pertumbuhan (-7,94%) pada tahun 2003 sebesar 154 ton, tahun 2004 tahun 2005 sebesar 125 ton, tahun 2005 sebesar 127 ton, dan perkiraan produksi tahun 2005 sebesar 117 ton, untuk rata-rata pertumbuhan daging kambing mencapai (100%), daging babi (-25,00%). Untuk produksi daging ternak unggas seperti: daging ayam ras pedaging ratarata pertumbuhan (19,69%) pada tahun 2003 sebesar ton, tahun 2004 sebesar ton, tahun 2005 sebesar 1.899, dan perkiraan produksi tahun 2006 sebesar ton, serta rata-rata pertumbuhan daging ayam buras (13,00%), daging itik (-39,56%). Produksi telur ayam buras dan itik juga mengalami peningkatan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 21.

19 55 Tabel 21. Produksi pangan hewani (ternak) Kabupaten Kotabaru tahun Jenis pangan Produksi (ton) Pertumbuhan *) Rata-rata (%) Daging sapi ,33 Daging kerbau ,94 Daging kambing ,00 Daging babi ,00 Daging Ayam ras pedaging ,69 Daging Ayam buras ,00 Daging Itik ,56 Telur ayam buras ,85 Telur itik ,24 Sumber: Kabupaten Kotabaru dalam Angka, BPS ( ) *) angka perkiraan (diolah) berdasarkan pertumbuhan rata-rata Peningkatan produksi pangan hewani (ternak) tersebut sebagai upaya dalam mencukupi kebutuhan protein hewani bagi penduduk. Pemerintah Daerah Kabupaten Kotabaru melalui sektor peternakan melakukan program-program dibidang peternakan. Populasi ternak sapi tahun 2003 sebanyak ekor, tahun 2004 sebanyak ekor, tahun 2005 sebesar ekor atau ada peningkatan rata-rata populasi sebesar 14,61% per tahun. Populasi ayam buras juga terjadi peningkatan rata-rata 24,84% per tahun, populasi tahun 2003 sebanyak ekor, tahun 2004 sebanyak ekor, dan tahun 2005 sebanyak ekor. Demikian juga populasi ayam ras tahun 2003 sebanyak ekor, tahun 2004 sebanyak ekor, dan tahun 2005 sebanyak ekor dengan rata-rata pertumbuhan populasi 102,28%. Sedangkan populasi itik meningkat rata-rata 39,21 % untuk tahun 2003 sebanyak ekor, tahun 2004 sebanyak 112,008, dan tahun 2005 sebanyak ekor. 2) Ikan. Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan dengan peningkatan produksi ditempuh melalui usaha penangkapan di laut maupun perairan umum, serta budidaya air payau (tambak) dan kolam. Potensi sumberdaya perikanan Kabupaten Kotabaru cukup besar dengan potensi lestari perairan laut ton per tahun dengan luas perairan km 2, perairan umu ton per tahun dengan luas areal ha, Budidaya air payau (tambak) ton per tahun dengan luas areal yang memungkinkan untuk dijadikan

20 56 tambak ha, budidaya air tawar (kolam) sebesar 22,5 ton per tahun dengan luas areal 46 ha (Renstra Dinas Perikanan dan Kelautan, 2005). Produksi dari perikanan laut tahun 2004 sebesar , tahun 2005 sebanyak , dan sasaran produksi tahun 2006 sebesar , rata-rata pertumbuhannya negatif (-0,01) hal ini disebabkan penangkapan ikan di laut dibeberapa zona penangkapan terjadi over fishing, disamping itu armada-armada penangkapan yang digunakan nelayan masih terbatas sebagian besar ukuran kapal kurang dari 5 GT (Gross Tons). Produksi budidaya tambak rata-rata pertumbuhannya meningkat (0,06%), sedangkan budidaya kolam rata-rata mengalami penurunan (-0,01%). Data produksi perikanan Kabupaten Kotabaru tahun seperti pada Tabel 22. Tabel 22. Produksi perikanan Kabupaten Kotabaru tahun Jenis perikanan Produksi (ton) *) Pertumbuhan Rata-rata (%) Perikanan laut ,01 Perikanan darat : a). Perairan umum ,17 b). Budidaya - Tambak ,06 - Kolam ,01 - Lainnya ,02 Jumlah ,01 Sumber: Kabupaten Kotabaru dalam Angka, BPS ( ) *) angka sasaran produksi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotabaru, Renstra Produksi perkebunan. Bahan pangan yang bersumber dari produksi komoditas perkebunan di Kabupaten Kotabaru terdiri dari sagu, kelapa sawit, kelapa hibrida, kelapa dalam, kopi, kakao, lada, cengkeh, kemiri, aren, fanili, dan kayu manis. Berdasarkan luas penggunaan tanah di Kabupaten Kotabaru seluas ha, pemanfaatan untuk tanaman perkebunan seluas 165,228 ha (17,54%). Produksi komoditas perkebunan yang terbesar adalah kelapa sawit tahun 2003 produksi CPO sebesar ton, tahun 2004 sebesar ton, dan tahun 2005 sebesar 532,263 ton. Produksi komoditas perkebunan tahun seperti pada Tabel 23.

21 57 Tabel 23. Produksi perkebunan Kabupaten Kotabaru tahun Komoditas Produksi (ton) Sagu Kelapa sawit Kelapa Hibrida Kelapa dalam Kopi Kakao Lada Cengkeh Kemiri Aren Fanili Kayu manis Sumber: Kabupaten Kotabaru dalam Angka, BPS ( ) Perkembangan Impor dan Ekspor Pangan Untuk memenuhi ketersediaan pangan penduduk Kabupaten Kotabaru ada beberapa jenis pangan yang dikonsumsi namun ketersediaan yang berasal dari produksi daerah sendiri tidak ada atau kurang, maka jenis pangan tersebut harus di datangkan dari daerah lain (impor). Selain itu ada beberapa jenis pangan yang diproduksi dari Kabupaten Kotabaru dapat memenuhi ketersediaan pangan penduduk dan bahkan lebih, maka jenis pangan tersebut dapat di ekspor ke daerah lain. Impor pangan. Jenis pangan yang didatangkan dari daerah lain (impor) untuk tahun pasokannya ada yang meningkat dan ada juga berkurang. Untuk jenis pangan yang di impor meningkat disebabkan oleh kebutuhan akibat pertambahan penduduk, sedangkan impor jenis pangan berkurang hal ini disebabkan beberapa jenis pangan dapat dipenuhi dari produksi sendiri. Untuk jenis pangan tertentu yang kurang baik atau kurang cocok dikembangkan di daerah ini, kebutuhannya selalu meningkat setiap tahun. Pada tahun 2003 jenis pangan yang di impor seperti beras sebanyak ton, tepung terigu sebanyak 798 ton, gula pasir 1,009 ton, kacang tanah 161 ton, minyak goreng 1,122 ton; buah-buahan: rambutan sebanyak 79 ton, jeruk 735 ton, mangga 112 ton, sayuran: kubis sebanyak 85 ton, kentang 230 ton, wortel 133 ton,

22 58 106, tomat sebanyak 106 ton, cabe 186 ton, bawang merah sebanyak 226 ton, bawang putih 180 ton, bawang daun sebanyak 48 ton; telur: ayam buras sebanyak 54 ton, ayam ras sebanyak 436, dan telur itik sebanyak 255 ton; daging sapi sebanyak ton; susu sebanyak 496 ton. Untuk tahun 2004 jenis pangan yang paling banyak diimpor berupa beras, daging, gula pasir, dan minyak goreng. Tahun 2005 perkembangan impor beberapa jenis pangan seperti daging, gula pasir, dan minyak goreng mengalami peningkatan dibanding tahun 2004 dan 2004, lebih jelasnya untuk impor pangan tahun 2003, 2004, dan 2005 (Tabel 24). Tabel 24. Jenis pangan yang diimpor Kabupaten Kotabaru tahun Jenis Pangan Didatangkan dari daerah lain /Impor (ton) Beras Tepung terigu Tepung ubi kayu Gula pasir Kacang tanah Kacang kedelai Kacang hijau Minyak goreng Rambutan Jeruk Apel Kelengkeng Anggur Mangga Kubis/kol Kentang Wortel Buncis Tomat Cabe Bawang merah Bawang putih Bawang daun Telur ayam buras Telur ayam ras Telur itik Daging Susu Garam Sumber: Bagian Ekonomi dan Ketahanan Pangan Sekretariat Daerah Kotabaru (2005)

23 59 Ekspor pangan. Jenis pangan yang di ekspor sebagian besar dari hasil produksi perikanan, perkebunan, dan buah-buahan karena jenis pangan ini merupakan andalan ekspor komoditas pertanian Kabupaten Kotabaru. Tahun 2003 ekspor perikanan seperti pisang sebesar ton, ikan sebanyak ton, udang sebanyak ton, dan kepiting sebanyak ton. Tahun 2004 ekspor pisang menurun menjadi 950 ton, ikan dan kepiting meningkat masing-masing menjadi ton dan ton sedangkan tahun 2005 ekspor ikan dan kepitung terjadi penurunan, hanya pisang dan udang meningkat dengan volume ekspor pisang sebanyak ton, dan udang ton (Tabel 25). Tabel 25. Ekspor komoditas pangan Kabupaten Kotabaru tahun Jenis Pangan Ekspor (ton) Buah-buahan *) Pisang Perikanan Ikan Udang kepiting Perkebunan Sawit (CPO) Sumber: Kabupaten Kotabaru dalam Angka, BPS ( ) *) Bagian Ekonomi dan Ketahanan Pangan, laporan tahunan (2005) Stok dan Penyaluran Pangan Stok dan penyaluran pangan di Kabupaten Kotabaru hanya berupa jenis pangan beras yang dikelola oleh Kantor Divisi Dolog Kotabaru. Pada tahun terjadi penurunan, dengan stok awal untuk tahun 2004 sebanyak 3.482,82 ton, dan turun menjadi 920,54 ton tahun 2005, sedangkan tahun 2006 terjadi peningkatan stok awal sebanyak 1.357,26 ton. Sebagian besar disalurkan untuk kebutuhan raskin, kehakiman, bencana alam, dan operasi pasar dengan jumlah penyaluran tahun 2004 sebanyak 3.557,28 ton, tahun 2005 sebanyak 2.749,81 ton, dan tahun 2006 sebesar 2.103,32. Stok akhir tahun 2004 sebanyak 920,54 ton, tahun 2005 sebanyak 1.357,26, dan tahun 2006 sebanyak 895,71 ton (Tabel 25).

24 60 Tabel 26. Stok dan penyaluran beras Kabupaten Kotabaru No Uraian Tahun (ton) Stok awal 3.482,82 920, ,26 2. Pemasukan 995, , , , , ,02 3. Penyaluran Karyawan - 6,85 7,08 Raskin 3.527, , ,00 Kehakiman 30,00 37,00 27,74 Bencana alam ,00 Operasi pasar ,50 Jumlah penyaluran 3.557, , ,32 4. Stok akhir 920, ,26 895,71 Sumber: Kantor Divisi Dolog Kotabaru (2007) Keterangan Pasokan dari Jawa Timur, Ujung Pandang, dan Jakarta. Situasi Ketersediaan Pangan Kabupaten Kotabaru Ketersediaan Pangan Aktual berdasarkan Neraca Bahan Makanan Untuk mengetahui ketersediaan pangan aktual diperoleh dari neraca bahan makanan (NBM) yang memberikan informasi tentang situasi pengadaan/ penyediaan pangan, baik yang berasal dari produksi, impor-ekspor dan stok serta penggunaan bibit, penggunaan untuk industri, serta informasi ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk dalam suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan hasil koreksi NBM Kabupaten Kotabaru tahun , dapat diporeh gambaran ketersediaan energi dan protein, serta ketersediaan pangan per kelompok pangan. Ketersediaan energi dan protein. Berdasarkan rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1998) ketersediaan energi 2500 kkal/kapita/hari dan protein 50 gram/kapita/hari. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004) ketersediaan energi normatif yang direkomendasikan adalah kkal/kapita/hari dan ketersediaan protein sebesar 57 gram/kapita/hari. Dibandingkan dengan rekomendasi tersebut, perkembangan ketersediaan pangan selama periode secara umum telah melebihi kebutuhan akan ketersediaan energi maupun protein yang direkomendasikan, meskipun berfluktuasi tiap tahunnya.

25 61 Pada tahun 2003 bahan pangan yang tersedia mampu menyediakan energi sebesar kkal/kap/hari sekitar 0,92% lebih tinggi dari ketersediaan energi yang direkomendasikan (2500 kka/kap/hari). Demikian halnya ketersediaan energi pada tahun umumnya 28,63%-35,45% diatas AKE pada tingkat ketersediaan yang dianjurkan (2200 kkal/kap/hari). Untuk ketersediaan protein pada tahun 2003 dengan bahan pangan yang tersedia telah melebihi rekomendasi (55,58 gram/kap/hari) yaitu sekitar 111,16%, begitu juga tahun dengan bahan pangan yang tersedia mampu menyediakan protein dengan kisaran 93,57%- 93,80% diatas kebutuhan pada tingkat ketersediaan yang direkomendasikan (57 gram/kapita/hari), seperti pada Tabel 27. Tabel 27. Ketersediaan energi dan protein Kabupaten Kotabaru tahun Ketersediaan Tahun Energi % AKE Protein % AKP (kkal/kap/hari) (g/kap/hari) ,92 105,58 211, ,63 110,34 193, ,45 110,47 193,80 Laju/th(%) 7,94 7,94 2,22 2,22 Sumber : Diolah/koreksi NBM Kabupaten Kotabaru ( ) Sebagian besar protein yang tersedia bersumber dari bahan pangan nabati dan hewani persentase ketersediaannya berimbang untuk tahun , ketersediaan protein hewani sebagian besar berasal dari bahan pangan ikan yang tersedia di wilayah ini. Pada tahun 2003 ketersediaan protein hewani mencapai 52,12%, namun menurun pada tahun 2004 (48,31%), dan tahun 2005 (49,40%). Untuk protein nabati tahun 2003 mencapai 47,88% meningkat menjadi 51,69% pada tahun 2004, kemudian menurun menjadi 50,60% tahun 2005 (Tabel 28). Tabel 28. Komposisi ketersediaan protein Kabupaten Kotabaru tahun Uraian Ketersediaan protein (gram/kapita/hari 105,58 110,34 110,47 Persentase protein nabati 47,88 51,69 50,60 Persentase protein hewani 52,12 48,31 49,40 Sumber : Diolah/koreksi NBM Kabupaten Kotabaru ( ) Ketersediaan untuk konsumsi energi dan protein per kapita per hari Kabupaten Kotabaru berdasarkan NBM 2003, 2004, 2005 per kelompok pangan (Lampiran 3). Keragaan ketersediaan energi yang dikelompokkan menjadi 9 kelompok pangan seperti pada Tabel 29.

26 62 Tabel 29. Ketersediaan energi untuk konsumsi per kelompok pangan tahun Kelompok Pangan Ketersediaan Energi untuk Konsumsi (kkal/kap/hari) Rata-rata 1. Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Total Sumber : Diolah/koreksi NBM Kabupaten Kotabaru ( ) Keragaan ketersediaan protein yang dikelompokkan menjadi 9 kelompok pangan seperti pada Tabel 30. Tabel 30. Ketersediaan pangan untuk konsumsi per kelompok pangan tahun Kelompok Pangan Ketersediaan Protein untuk Konsumsi (gram/kap/hari) Rata-rata 1. Padi-padian 25,80 34,97 37,98 32,92 2. Umbi-umbian 3,47 3,52 3,02 3,34 3. Pangan Hewani 55,02 53,29 51,85 53,39 4. Minyak dan Lemak 0,03 0,01 0,01 0,02 5. Buah/Biji Berminyak 0,09 0,07 0,05 0,07 6. Kacang-kacangan 16, ,68 14,37 7. Gula 0,01 0,01 0,03 0,02 8. Sayur dan Buah 4, ,14 3,80 9. Lain-lain ,00 Total 105,58 110,34 110,47 108,80 Sumber : Diolah/koreksi NBM Kabupaten Kotabaru ( ) Ketersediaan pangan per kelompok bahan pangan. Ketersedian pangan di Kabupaten Kotabaru per kelompok pangan berdasarkan neraca bahan makanan (NBM) tahun 2003, 2004, dan 2005 yang dikelompokkan menjadi 9 kelompok pangan secara rinci diuraikan sebagai berikut: 1. Kelompok padi-padian. Ketersediaan pangan kelompok padi-padian tahun 2003 sebesar Kalori/kapita/hari (41,31% dari total energi), protein 25,8 gr/kapita/hari (24,44% dari total protein) dan lemak 4,86 gram/kapita/hari (10.76% dari total lemak). Jumlah tersebut didominasi oleh beras mencapai 891,42 Kalori/kapita/hari

27 63 (89,63 kg/kapita/tahun) yang berasal dari produksi domestik (Kabupaten Kotabaru) sebesar ton dan impor sebesar ton, jagung sebesar 121,85 Kalori/kapita/tahun (13,92 kg/kapita/tahun) dengan produksi sebesar ton, sedangkan kontribusi gandum sebesar 28,95 Kalori/kapita/hari (3,17 kg/kapita/tahun) yang berasal dari impor. Tahun 2004 suplai energi per kapita/hari dari padi-padian meningkat menjadi Kalori/kapita/hari (50,03% dari total energi), sedangkan protein 34,97 gram/kapita/tahun dan lemak 6,48 gram/kapita/tahun. Zat gizi tersebut berasal dari kontribusi beras sebesar Kalori/kapita/hari (125,76 kg/kapita/tahun) yang berasal dari produksi sebesar ton dan impor sebesar ton, dan jagung sebesar 145,65 Kalori/kapita/hari (16,64 kg/kapita/tahun), sedangkan ketersediaan gandum yang berasal dari impor kontribusinya menurun 19,67 Kalori/kapita/tahun (2,16 kg/kapita/tahun). Tahun 2005 kontribusi kelompok padi-padian dibandingkan tahun 2004 meningkat menjadi Kalori/kapita/hari (51,38% dari total energi), protein dan lemak masing-masing sebesar 37,98 gram/kapita/hari (34,38% dari total protein) dan 7,61 gram/kapita/hari (15,42% dari total lemak). Kontribusi beras masih mendominasi sebesar Kalori/kapita/tahun (125,54 kg/kapita/tahun), jagung sebesar 244,10 Kalori/kapita/tahun (27,89 kg/kapita/tahun), dan gandum meningkat menjadi 38,47 Kalori/kapita/hari (4,22 kg/kapita/tahun) dibanding tahun Kelompok umbi-umbian Dari data NBM 2003 kelompok makanan berpati mensuplai sebanyak 510,84 Kalori/kapita/hari (20,24% dari total energi), protein sebanyak 3,47 gram/kapita/hari, dan lemak sebanyak 1,05 gram/kapita tahun. Kelompok ini penyumbang kalori terbesar berasal dari ubi kayu 456 Kalori/kapita/hari (127,29 kg/kapita/tahun) dengan produksi sebanyak ton, ubi jalar sebesar 54,15 Kalori/kapita/hari (15,80 kg/kapita/tahun) berasal dari produksi ton, dan sagu menyumbang sebesar 0,18 Kalori/kapita/hari (0,03 kg/kapita/tahun) dari produksi sebesar 10 ton. Tahun 2004 kelompok makanan berpati mensuplai 519,14 Kalori/kapita/hari (18,34% dari total energi), protein sebesar 3,52 gram/kapita/hari, dan lemak

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Tamiang

Profil Kabupaten Aceh Tamiang Profil Kabupaten Aceh Tamiang Ibukota : Karang Baru Batas Daerah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, Kota langsa dan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Langkat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Barat

Profil Kabupaten Aceh Barat Ibukota Batas Daerah Profil Kabupaten Aceh Barat : Meulaboh : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

Renstra Dispakan RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN

Renstra Dispakan RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016-2021 Renstra Dispakan DINAS PANGAN DAN PERIKANAN Jl. Raya Soreang Km 17 Soreang 40911 (022) 5891695 dispakan@bandungkab.go.id KATA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4 GAMBARAN UMUM LOKASI 21 4 GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JUNI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan. Indikator

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. OKTOBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. SEPTEMBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1423 Katalog BPS : 1101001.2102.070 Ukuran Buku : 17,6

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografi Kabupaten Bone Bolango secara geografis memiliki batas batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JULI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin Bulanan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Wilayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Wilayah HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Kondisi Geografis Letak geografis dan luas wilayah. Kabupaten Sinjai merupakan salah satu dari 23 Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi selatan yang berjarak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN ANGKONA

PROFIL KECAMATAN ANGKONA PROFIL KECAMATAN ANGKONA Link Website Kecamatan Angkona 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Angkona terletak 32 km di jazirah timur ibukota Kabupaten LuwuTimur. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Nuha

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 6885 INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Karmini 1 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : SUMBER DAYA ALAM : Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Peternakan, Perkebunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Sepaku rata-rata 177,2 mm pada tahun 2010 Kecamatan Sepaku memiliki luas 438,50 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

kaurkab.bps.go.id Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i

kaurkab.bps.go.id Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i STATISTIK KECAMATAN PADANG GUCI HILIR 2016 Halaman ii Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PADANG GUCI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 No. 18/03/35/Th.X, 1 Maret 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Februari 2012 Turun 1,39 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN TAHUN : 2012 : PENAJAM PASER UTARA SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET Dituntaskannya program wajib belajar dua belas tahun pada seluruh siswa Persentase

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Ciamis, secara geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 0 20 sampai dengan 108 0

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci