Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit tedi last 09/18
TINJAUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN AUDIT Alasan utama auditor harus merencanakan penugasannya dengan tepat: 1. Memudahkan auditor memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup untuk kondisi yang ada. 2. Menghindari kesalahpahaman dengan kliennya. 3. Memudahkan dalam menganggarkan biaya audit agar tetap wajar.
Lanjutan manfaat perencanaan pemeriksaan Secara konseptual, manfaat Perencanaan audit : 1. Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup. 2. Membantu menentukan sumber daya yang diperlukan dan biaya audit. 3. Menentukan prioritas (menetapkan prioritas pada prosedur audit individual, dan tiap-tiap prosedur diselesaikan sesuai dengan urutan prioritas dan tidak melakukan prosedur audit pada pos- pos yang dianggap aman. 4. Meningkatkan disiplin dalam penyelesaian proses audit, dimana perencanaan audit merupakan gambaran target yang harus dicapai oleh auditor. 5. Membangun auditan. kesepahaman antara auditor dengan
Kategori perencanaan audit. Berdasarkan cakupannya, perencanaan audit dapat dikategorikan dalam dua kelompok utama, yaitu : 1. Perencanaan organisasi audit (1) perencanaan jangka panjang/perencanaan strategis, dan ; (2) perencanaan jangka pendek/perencanaan operasional. Perencanaan organisasi merupakan metode yang digunakan auditor untuk membagi waktunya pada masing-masing penugasan dan pada masing- masing auditan. 2. Perencanaan penugasan audit. Perencanaan penugasan audit adalah perencanaan untuk setiap penugasan yang dilakukan oleh tim audit.
lanjutan : kategori perencanaan audit Perencanaan strategis meliputi kegiatan sbb : 1. Penetapan bidang-bidang yang secara potensial merupakan bidang audit yang akan dipilih secara strategis. Pemilihan bidang audit melibatkan berbagai pilihan strategis berkaitan dengan konsekuensi keuangan dan sumber daya bagi lembaga audit. Jumlah bidang-bidang potensial sangat banyak sedangkan sumber daya lembaga audit terbatas. Oleh karena itu, pemilihan ini harus dilakukan dengan hati- hati. 2.Penetapan kriteria yang akan digunakan untuk memilih bidang-bidang yang akan diaudit. Kriteria seleksi utama umumnya adalah kontribusi potensial dari audit terhadap penilaian dan peningkatan berfungsinya lembaga pemerintah. 3.Identifikasi sumber-sumber informasi utama untuk audit terhadap lembaga/bidang yang terpilih. Informasi yang mudah didapat dan paling dipercaya adalah informasi yang didapat dari survei dan studi yang telah dilakukan oleh lembaga audit itu sendiri.
lanjutan : kategori perencanaan audit Perencanaan operasional terdiri dari dua komponen utama, yaitu : 1. Layanan audit yang diberikan aspek-aspek yang akan diaudit dan jenis-jenis audit yang akan dilaksanakan. 2. Sumber daya yang tersedia jumlah staf dan kemampuan para pemeriksa. Perencanaan operasional audit terdiri dari : 1. Rencana Kerja Tahunan berisi kebijakan-kebijakan audit yang dipilih untuk satu tahun anggaran. Rencana ini menjelaskan tujuan, aktivitas, dan sumber daya yang diperlukan sesuai dengan kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan. 2. Rencana Kerja Audit. Rencana kerja audit berisi informasi mengenai entitas-entitas yang akan diaudit, auditorauditor yang ditugaskan, orang hari atau durasi audit dan biaya yang diperlukan sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang tertera dalam rencana kerja tahunan.
lanjutan : kategori perencanaan audit Sebelum awal tahun anggaran, Lembaga Audit perlu membuat suatu kalender untuk setiap staf yang ada, dan staf yang mungkin ada yang menunjukkan waktu diklat, libur nasional (cuti bersama) dan cuti. Kalender ini memiliki dua tujuan utama: 1. Menghasilkan estimasi yang seakurat mungkin jumlah jam dan staf yang dapat digunakan. 2. Mengantisifasi potensi penggunaan waktu yang tidak efektif (staf yang sakit/cuti/sedang diklat, atau libur nasional).
STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SPKN PSP 200 : Perencanaan Penugasan Audit Auditor harus : 1. Menyatakan secara jelas tujuan audit. 2. Memastikan kejelasan setiap penugasan audit. 3. Memperoleh pemahaman mengenai auditan untuk mengidentifikasi permasalahan, menentukan materialitas, risiko, jenis dan sumber bukti, serta auditabilitas. 4. Memperoleh pemahaman yang memadai atas SPIP dengan menggunakan pertimbangan professional. 5. Menilai dan merespons risiko audit dengan menggunakan pertimbangan professional. 6. Mengidentifikasi dan mengukur risiko material akibat dari kecurangan, dan memutakhirkan penilaian dan respons terhadap risiko tersebut sepanjang proses audit
lanjutan PSP 200 7. Merancang prosedur yang memadai untuk memperoleh bukti audit yang memadai dan layak atas risiko kecurangan yang telah teridentifikasi. 8. Menetapkan kriteria yang tepat sebagai dasar untuk menilai hal pokok atau informasi hal pokok yang diaudit. 9. Mempertimbangkan materialitas pada seluruh proses audit, dan memutakhirkan penilaian materialitas sepanjang proses audit berdasarkan penilaian risiko dengan menggunakan pertimbangan professional. 10. Mempertimbangkan kelangsungan usaha (going concern) dan peristiwa yang terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal LHP. 11. Memutakhirkan rencana audit apabila diperlukan selama proses pelaksanaan audit.
...lanjutan Dalam perencanaan penugasan audit, auditor perlu : 1. Melakukan komunikasi dengan manajemen auditan dan pihak yang memberi penugasan. 2. Pertimbangan thd hasil audit sebelumnya 3. Merancang prosedur audit untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan (fraud), serta ketidakpatutan (abuse)
(1) Komunikasi dengan manajemen auditan dan pihak yang memberi penugasan. Auditor harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, saat, lingkup pengujian, pelaporan yang direncanakan, dan tingkat keyakinan kepada manajemen auditan dan atau pihak yang meminta dilakukannya audit (DPR/DPRD, Dewan Komisaris, Komite Audit, Dewan Pengawas, atau pihak lain yang berwenang menurut ketentuan). Tujuan : 1. Memperoleh pemahaman mengenai entitas auditan. 2. Mengidentifikasi kemungkinan adanya pembatasan dalam pelaporan. 3. Mengurangi risiko salah interpretasi atas laporan hasil audit.
(2) PERTIMBANGAN THD HASIL AUDIT SEBELUMNYA Auditor harus mempertimbangkan hasil audit sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan tujuan audit yang sedang dilaksanakan. Tujuan mengidentifikasi langkah koreksi yang berkaitan dengan temuan dan rekomendasi signifikan yang telah dilaporkan yang bermanfaat untuk : 1. Menentukan estimasi waktu yang diperlukan untuk audit. 2. Menentukan ruang lingkup pekerjaan audit. 3. Penilaian risiko dan menentukan prosedur audit dalam perencanaan penugasan audit
(3) Merancang prosedur audit untuk mendeteksi Penyimpangan Tujuan mendeteksi : 1. Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. 2. Indikasi kecurangan (fraud) yang berpengaruh signifikan terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan. 3. Indikasi ketidakpatutan (abuse) yang berpengaruh signifikan terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan
TAHAPAN PERENCANAAN AUDIT (aplikasi audit keuangan) 1. Menerima klien dan melaksanakan perencanaan audit awal. 2. Memahami bidang kegiatan/operasional entitas auditan, 3. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan. 4. Menetapkan materialitas serta menetapkan risiko bawaan dan risiko audit yang dapat diterima. 5. Memahami SPIP dan menetapkan risiko pengendalian. 6. Menggabungkan informasi dan menetapkan risiko fraud. 7. Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh.
Lanjutan : tahap perencanaan audit keuangan keuangan (1) Menerima Klien dan Melaksanakan Perencanaan Audit Awal. Hal yang harus diputuskan auditor dalam bagian ini, yaitu: 1. Menerima klien baru atau melanjutkan klien lama. 2. Identifikasi alasan klien untuk diaudit. 3. Memperoleh kesepakatan/kesepahaman dengan klien. 4. Memilih staf untuk penugasan. 5. Mengidentifikasi kemungkinan kebutuhan akan tenaga spesialis dari luar.
...lanjutan : tahapan perencanaan audit keuangan (2) Memahami bidang kegiatan/operasional entitas auditan. dengan cara: 1. Memahami lingkungan eksternal entitas auditan. 2. Memahami operasi/kegiatan dan proses usaha (pada BUMN), dengan cara meninjau ke kantor/lapangan untuk mengamati secara langsung kegiatan entitas yg akan diaudit, bertemu dengan pegawai kunci, dan mengamati fasilitas fisik yang ada, serta mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 3. Memahami manajemen dan kepemerintahan, dengan cara menelaah peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang relevan. 4. Memahami rencana strategis, dan RKA entitas auditan, untuk memudahkan dalam memahami tujuan klien terkait pelaporan keuangan yang bisa diandalkan, mengukur efektifitas dan efisiensi operasi, dan pemenuhan hukum dan peraturan, dan; 5. Memahami ukuran dan kinerja entitas auditan.
...lanjutan : tahapan... (3) Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan Prosedur Analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor. Tujuan Prosedur Analitis pada tahap perencanaan : (a) Memahami bidang operasi/kegiatan/pelayanan klien, (b) Menilai kelangsungan hidup (tingkat ketergantungan) entitas, (c) Mengindikasikan kemungkinan salah saji, dan (d) Mengurangi pengujian rinci // Ada 5 jenis Prosedur Analitis : (1) Membandingkan data klien dengan data serupa pada tahun sebelumnya ; (2) Membandingkan data klien dengan data rata-rata entitas lain ; (3) Membandingkan data klien dengan ekspektasi klien ; (4) Membandingkan data klien dengan ekspektasi auditor, dan ; (5) Membandingkan data klien dengan hasil perhitungan data-data non keuangan.
...lanjutan : tahapan perencanaan audit keuangan (4) Menetapkan Materialitas, Risiko Bawaan Dan Risiko Audit Yg Dapat Diterima. Materialitas adalah salah saji yang bersifat material dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang rasional. Tujuan penetapan materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Prosedur penetapan tingkat materialitas pada tahap perencanaan, yaitu: 1. Menetapkan nilai materialitas awal. 2. Mengalokasikan nilai materialitas awal pada setiap segmen. 3. Mengestimasikan kesalahan pada setiap segmen. 4. Mengestimasikan kesalahan secara total. 5. Membandingkan estimasi kesalahan total dengan penetapan materialitas awal atau yang sudah direvisi.
lanjutan : tahapan perencanaan audit keuangan Risiko yang harus dipahami oleh seorang auditor : (1) Risiko Audit Yang Dapat Diterima suatu ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan (LK) mungkin saja salah saji material setelah audit selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan. (2) Risiko Inheren suatu ukuran penilaian auditor atas kemungkinan terdapat salah saji material dalam saldo akun, sebelum mempertimbangkan efektifitas pengendalian intern. (3) Risiko Deteksi yang Direncanakan risiko bahwa bukti yang dikumpulkan dalam segmen audit gagal menemukan salah saji yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi (4) Risiko Pengendalian risiko adanya kekeliruan/salah saji dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, yang tidak terdeteksi/dicegah oleh pengendalian intern. Penilaian terhadap risiko tersebut penting dalam perencanaan audit karena akan mempengaruhi jumlah bahan bukti yang harus dikumpulkan dan staf yang harus ditugaskan.
...lanjutan : tahapan perencanaan audit keuangan (5) Memahami Pengendalian Intern dan Menetapkan Risiko Pengendalian pemahaman atas pengendalian intern dan mendapatkan bukti tentang efektivitas pengendalian intern untuk tiga tujuan, yaitu: 1. Menilai risiko pengendalian. 2. Menentukan sifat, saat dan ruang lingkup pengujianpengujian yang dilakukan atas pengendalian, ketaatan dan substantif. 3. Menyatakan pendapat atau membuat laporan atas pengendalian intern berkenaan dengan laporan keuangan dan ketaatan. Penilaian risiko pengendalian adalah proses mengevaluasi kelayakan rancangan dan efektivitas pelaksanaan pengendalian intern dalam mencegah/menemukan kesalahan material dalam laporan, ketaatan terhadap regulasi/peraturan, serta efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan operasional entitas auditan.
lanjutan : tahapan perencanaan audit keuangan (6) Menggabungkan Informasi dan Menetapkan Risiko Fraud Dalam perencanaan audit keuangan, auditor harus merancang prosedur audit tambahan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, serta kemungkinan adanya situasi dan/atau peristiwa yang merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.
lanjutan : tahapan perencanaan audit keuangan. (7) Mengembangkan Rencana Audit dan Program Audit Menyeluruh Dalam praktek, perencanaan audit secara rinci lebih difokuskan pada setiap siklus transaksi, dimana setiap siklus memiliki program audit tersendiri yang dirancang berdasarkan tipe pengujian yang akan dilakukan. Tipe pengujian, yaitu : 1. Prosedur Penilaian Risiko (Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas Pengendalian Internal) Risk Assesment Procedures 2. Pengujian Pengendalian Tests of Control 3. Review Analitis Analytical Procedures 4. Pengujian Substantif atas transaksi Substantive Tests of Transactions 5. Pengujian terinci atas saldo Tests of Details of Balances.
lanjutan : tahapan perencanaan audit keuangan. Program Audit memuat informasi sebagai berikut: 1. Auditan/Judul/Tanggal. 2. Tujuan-tujuan audit dan urutan tujuan-tujuan tersebut *). 3. Format pelaporan (menjelaskan rincian sistem pelaporan yang konsisten dengan setiap tujuan audit). 4. Staf auditor (berisi daftar staf auditor berikut keahliannya) 5. Staf auditan (berisi daftar staf auditan yang akan bekerja sama dalam audit, berikut dengan rincian tanggung jawab mereka). 6. Jadwal audit. 7. Hal-hal penting berkenaan dengan audit (misal : kelemahan pengendalian, program kerja utama auditan, area/bidang yang retan thd fraud, dll) 8. Angka-angka (ringkasan laporan keuangan) yang akan diaudit termasuk rasio keuangan penting 9. Tingkat Materialitas. 10. Prosedur audit rinci (merupakan bagian yang paling komprehensif dari suatu program audit).
* ) penjelasan Tujuan umum audit keuangan negara : untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai standar akuntansi, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas SPIP. Tujuan umum audit keuangan dijabarkan lebih lanjut berdasarkan segmen audit, yaitu Tujuan audit terkait transaksi, dan tujuan audit terkait saldo, dan tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan yang dikembangkan berdasarkan asersi manajemen dalam hal penyajian dan pengungkapan informasi keuangan dalam Laporan Keuangan (sesuai International Auditing Standards dan AICPA Auditing Standards).
. HUBUNGAN ASERSI MANAJEMEN DAN TUJUAN AUDIT BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI As represented : Arens et al (2017)
HUBUNGAN ASERSI MANAJEMEN DAN TUJUAN AUDIT BERKAITAN DENGAN SALDO. As represented : Arens et al (2017)
HUBUNGAN ASERSI MANAJEMEN DAN TUJUAN AUDIT BERKAITAN DENGAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN. As represented : Arens et al (2017)
Overview : TAHAPAN PERENCANAAN AUDIT (Aplikasi Audit Kinerja) 1. Mempertimbangkan signifikansi masalah dan kebutuhan potensial pengguna laporan hasil audit. 2. Memperoleh pemahaman mengenai program yang diaudit (organisasi, program, dan fungsi pelayanan publik). 3. Mempertimbangkan pengendalian internal. 4. Merancang prosedur audit untuk mendeteksi penyimpangan dari peraturan perundang-undangan, tindak kecurangan (fraud), dan ketidakpatutan (abuse). 5. Mengidentifikasi kriteria yang diperlukan untuk mengevaluasi hal-hal yang harus diaudit.
.lanjutan : perencanaan audit kinerja 6. Mengidentifikasi temuan dan rekomendasi signifikan dari hasil audit terdahulu yang dapat mempengaruhi tujuan audit yg sedang direncanakan. 7. Mempertimbangkan apakah pekerjaan auditor/ahli lain dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam pemeriksaan. 8. Menyediakan pegawai/staf yang cukup dan sumber daya lain untuk melaksanakan penugasan audit. 9. Mengkomunikasikan informasi mengenai tujuan, dan informasi umum lainnya yang berkaitan dengan rencana dan pelaksanaan audit kepada manajemen auditan, atau pihak lain yg terkait. 10. Mempersiapkan perencanaan penugasan audit secara tertulis yang meliputi program audit, metodologi pemeriksaan yang memadai, dan dokumentasi mengenai dasar-dasar yang digunakan auditor untuk pengambilan keputusan. Perencanaan tertulis tsb dapat disesuaikan dengan memperhatikan perubahan signifikan dari kondisi auditan.
. tedi.share Disclaimer : Sumber referensi dapat dilihat pada tautan http.//tedirustendi32.wordpress.com/ pada laman yg terkait