Prosedur Analitis dalam Pemeriksaan Keuangan
|
|
- Sonny Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prosedur Analitis dalam Pemeriksaan Keuangan DI SUSUN OLEH Kelompok 1 1.Abdillah Hanif (01) 2.Andias Setyo Perdana (04) 3.Arief Rahman Hakim (06) 4.Hani Nur Fadhilah (14) 5.Lily Arini Nasution (19) 6.Muhammad Abdul Agung (23) 7.Nadya Rahma Annisa (26) Kelas: 6F PROSEDUR ANALITIS DALAM PEMERIKSAAN KEUANGAN
2 A. Pengertian Prosedur Analitis Menurut PSA 22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor. Hal ini juga sesuai dengan pengertian prosedur analitis dalam pemeriksaan keuangan. Prosedur analitis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya atau antara data keuangan dengan data non keuangan. Asumsi dasar penerapan prosedur analitis adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji. Secara umum, pelaksanaan prosedur analitis dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Pemeriksa terlebih dahulu melakukan pemahaman hubungan keuangan yang bisa diperoleh dengan dimilikinya pemahaman tentang auditee dan proses bisnis utama dari auditee. 2. Mengembangkan harapan atas data yang tercatat atau perbandingan yang seharusnya terjadi antar data terkait. Pengembangan harapan ini berdasarkan hasil pemahaman hubungan keuangan yang masuk akal. Dalam mengembangkan harapan, pemeriksa harus secara hati-hati mempertimbangkan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi data maupun perbandingan yang akan diukur. 3. Membandingkan data atau perbandingan data yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan, serta menelusuri penyebab penyimpangan signifikan yang terjadi B. Tujuan Prosedur Analitis Tujuan prosedur analitis terkait erat dengan waktu pelaksanaannya. Berdasarkan SPAP, prosedur analitis bisa digunakan pada saat perencanaan pemeriksaan, 1
3 pelaksanaan pemeriksaan lapangan, dan pada saat pelaporan. Berikut tujuan dan proses yang dilaksanakan di masing-masing tahapan tersebut: 1. Pada tahap perencanaan pemeriksaan, prosedur analitis membantu pemeriksa dalam memahami entitas termasuk transaksi dan kejadian pada tahun berjalan. Selain itu, prosedur analitis membantu perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit dalam menentukan rencana, desain, dan pengujian materialitas sehingga saldo-saldo akun atau transaksi yang memberikan sinyal adanya risiko inheren dan risiko pengendalian dapat teridentifikasi. Penyimpangan yang terjadi menunjukkan risiko terjadinya salah saji. Untuk itu, pemeriksa diharuskan melakukan evaluasi atas penyimpangan tersebut untuk melihat apakah dibutuhkan perluasan prosedur pemeriksaan terkait siklus atau akun tertentu. 2. Pada tahap pelaksanaan pemeriksaan lapangan, prosedur analitis ditujukan untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi. Selain itu, hasil prosedur analitis di tahapan ini bisa digunakan untuk menilai kecukupan pengungkapan atas setiap perubahan pada akun laporan keuangan yang diperiksa. Di tahap ini, prosedur analitis biasanya dilakukan dengan melakukan analisis data pendukung laporan keuangan baik data keuangan maupun data non keuangan. 3. Pada tahap pelaporan, prosedur analitis dilakukan sebagai reviu menyeluruh informasi keuangan. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam Laporan Keuangan yang berkaitan baik secara vertikal maupun horizontal sudah sinkron dan tidak diperlukan lagi bukti tambahan untuk memastikan kewajaran laporan keuangan. Prosedur analitis sebetulnya berperan penting sehingga dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian audit. Namun dalam SPKN disebutkan bahwa prosedur analitis hanya dilakukan pada tahap perencanaan pemeriksaan yang disebut dengan Prosedur Analitis Awal dan tahap pelaksanaan pemeriksaan yang disebut dengan Prosedur Analitis Akhir. Meski demikian, tujuan prosedur analitis awal dalam pemeriksaan keuangan pemerintah sama seperti prosedur analitis audit bisnis. Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal Hukum prosedur analitis awal dalam tahap Perencanaan Pemeriksaan adalah wajib. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk membantu Pemeriksa dalam 2
4 merencanakan sifat, saat, dan lingkup untuk prosedur-prosedur lainnya di tahap selanjutnya atau prosedur pemeriksaan yang akan digunakan untuk memperoleh bukti-bukti pemeriksaan untuk saldo akun atau kelas transaksi tertentu. Pemeriksa melakukan analisis keseluruhan atas informasi keuangan dan nonkeuangan disertai dengan informasi yang didapatkan dari pemahaman entitas mengenai kegiatan keuangan dan operasi. Prosedur analitis keseluruhan yang terarah akan membantu pemeriksa dalam mengidentifikasi area-area yang berisiko tinggi yang membutuhkan pemeriksaan yang mendalam dibandingkan area-area yang berisiko rendah. Oleh karena itu, keseluruhan prosedur analitis dirancang untuk memberikan penjelasan atas perubahan-perubahan yang terjadi, baik yang sudah diduga sebelumnya maupun tidak terduga, jumlah yang tertera dalam laporan keuangan, indikator-indikator penyajian, tren laba perusahaan, atau hal-hal yang berhubungan dengan keuangan. Keseluruhan prosedur analitis yang dilakukan akan meningkatkan pemahaman pemeriksa atas dampak dari kejadian penting dan kegiatan operasi/kerja entitas, kondisi keuangan, dan kemampuan keuangan entitas. Pemahaman serta pengetahuan akan bidang usaha atau kegiatan entitas akan membantu pemeriksa dalam mengembangkan pemahaman atas akun, dan segala hal yang berhubungan dengan keuangan pada keseluruhan periode pemeriksaan. Pemahaman ini akan membantu Pemeriksa untuk mengidentifikasi transaksi-transaksi yang tidak biasa, dan untuk menilai kewajaran dari perhitungan saldo akun-akun atau pos- pos keuangan sebelum melakukan prosedur analitis yang lebih rinci atau prosedur subtantif. Teknik prosedur analitis awal biasanya meliputi perbandingan saldo yang tercatat dengan data-data lainnya (seperti saldo keuangan tahun yang lalu, saldo akun-akun yang berhubungan, atau pos-pos sejenis pada tahun lalu), penggunaan rasio-rasio atau hal lainnya yang masih berhubungan, dan analisis terhadap industri/kegiatan entitas. Setiap perbedaan-perbedaan yang diidentifikasi sebagai hasil dari prosedur-prosedur ini akan dievaluasi lagi untuk melihat apakah dibutuhkan perluasan prosedur pemeriksaan dalam area pemeriksaan tertentu. Pemeriksa haruslah mendokumentasikan penemuan-penemuannya sebagai bahan pertimbangan selanjutnya. Prosedur analitis awal didokumentasikan dalam dokumen prosedur analitis. 3
5 Input yang diperlukan dalam tahap ini antara lain: kertas kerja pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan pemeriksaan tahun kedua dan selanjutnya) terutama tentang hal-hal signifikan dan risiko keuangan entitas; laporan keuangan tahun sebelumnya; diskusi dengan karyawan dan manajemen entitas; hasil pemahaman entitas hasil pemantauan tindak lanjut pemeriksaan tahun sebelumnya; dan sumber-sumber informasi lainnya baik data keuangan maupun nonkeuangan entitas, contoh: Laporan Keuangan Interim/Semesteran/Triwulanan tahun berjalan. Pelaksanaan Prosedur Analitis Akhir Prosedur analitis akhir diterapkan untuk membantu pemeriksa dalam menilai kesimpulan akhir yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksa harus menganalisis rasio keuangan dan mengevaluasi lebih lanjut perbedaan material antara nilai yang diharapkan dengan yang tercatat dalam laporan keuangan. Apabila penjelasan tentang perbedaan tidak dapat diperoleh, maka pemeriksa harus mempertimbangkan apakah perbedaan tersebut baik secara individu maupun gabungan merupakan salah saji material yang dapat mempengaruhi opini pemeriksa terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan. C. Perbedaan Prosedur Analitis Audit Bisnis dan Prosedur Analitis Awal Pemeriksaan Keuangan Perbandingan Data Klien atau Entitas Prosedur Analitis Audit Bisnis Prosedur Analitis Awal Pemeriksaan 4
6 1. Data industri 2. Data periode sebelumnya yang serupa. 3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien. 4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor. 5. Hasil yang diharapkan dengan menggunakan data nonkeuangan. Keuangan 1. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. 2. Laporan keuangan dalam beberapa periode yang setara. 3. Realisasi terhadap anggaran. 4. Mempelajari hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan yang diharapkan akan sesuai dengan pola yang dapat diperkirakan atas dasar pengalaman entitas tersebut. Prosedur Analitis Audit Bisnis Memahami industri dan bisnis klien dengan melakukan prosedur audit dimana informasi tahun berjalan yang belum diaudit dibandingkan dengan informasi tahun sebelumnya yang sudah diaudit atau data industri Prosedur Analitis Awal Pemeriksaan Keuangan Meningkatkan pemahaman pemeriksa atas dampak dari kejadian penting dan kegiatan operasi/kerja entitas, kondisi keuangan, dan kemampuan keuangan entitas. Menilai kemampuan entitas untuk terus going concern dimana prosedur analitis tertentu membantu auditor dalam menilai kemungkinan terjadinya kegagalan bisnis Pemeriksa melakukan analisis keseluruhan atas informasi keuangan dan nonkeuangan disertai dengan informasi yang didapatkan dari tanya jawab dengan manajemen mengenai kegiatan keuangan dan operasi. 5
7 Menunjukkan adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan melalui unusual fluctuations dimana aspek prosedur analitik ini sering disebut pengarahan perhatian karena hal itu menghasilkan prosedur yang lebih terinci dalam area audit khusus di mana salah saji dapat ditemukan. Pemahaman serta pengetahuan akan bidang usaha atau kegiatan entitas akan membantu pemeriksa dalam mengembangkan pemahaman atas akun, dan segala hal yang berhubungan dengan keuangan pada keseluruhan periode pemeriksaan. Pemahaman ini akan membantu pemeriksa untuk mengidentifikasi transaksi-transaksi yang tidak biasa, dan untuk menilai kewajaran dari perhitungan saldo akunakun atau pos-pos keuangan sebelum melakukan prosedur analitis yang lebih rinci atau prosedur subtantif. Prosedur analitis memberikan bukti substantif dalam mendukung pernyataan yang wajar atas saldo akun terkait sehingga pengujian audit yang terinci akan berkurang (prosedur audit tertentu dapat dihilangkan, ukuran sampel bisa dikurangi, atau penetapan waktu prosedur bisa digeser lebih jauh dari tanggal neraca). Prosedur analitis keseluruhan yang terarah akan membantu pemeriksa dalam mengidentifikasi area-area yang berisiko tinggi yang membutuhkan pemeriksaan yang mendalam atau area-area yang berisiko rendah. Oleh karena itu, keseluruhan prosedur analitis dirancang untuk memberikan penjelasan atas perubahan-perubahan yang terjadi, baik yang sudah diduga sebelumnya maupun tidak terduga, jumlah yang tertera dalam laporan keuangan, indikator indikator penyajian, tren laba perusahaan, atau hal-hal yang berhubungan dengan keuangan. D. Pelaksanaan Prosedur Analitis 6
8 Ada tiga cara melakukan prosedur analitis dalam pemeriksaan keuangan yaitu: 1. Analisis data Analisis data dilakukan dengan menguji ketepatan penjumlahan antar akun dan kecukupan pengungkapannya. Pengujian ketepatan penjumlahan antar akun dan kecukupan pengungkapannya bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan menilai kebenaran angka-angka dalam laporan keuangan. Melalui analisis, dapat diketahui apakah terdapat kesalahan jurnal ataupun kesalahan klasifikasi akun sehingga dapat dilakukan koreksi atas laporan keuangan dimaksud. Setelah BPK menerima laporan keuangan secara resmi, pemeriksa harus terlebih dahulu melakukan pengujian mengenai ketepatan penjumlahan akun-akun dalam laporan keuangan maupun penjumlahan rinciannya di catatan atas laporan keuangan (CaLK). Penjumlahan rincian di CaLK juga harus dipastikan sesuai dengan jumlah yang dicantumkan di laporan keuangan. Pengujian juga meliputi analisis vertikal dan analisis horizontal untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan atau ketidaksinkronan dalam laporan keuangan sehingga dapat diperoleh pertimbangan untuk dilanjutkan dengan pengujian substantif. Perlu diingat bahwa pada saat melakukan prosedur analitis, harus diperoleh keyakinan bahwa seluruh transaksi yang terjadi pada satu tahun anggaran tercermin dalam laporan keuangan pemerintah tahun anggaran tersebut. Hal tersebut harus tercermin dalam LRA, Neraca, LAK dan/atau Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Misalnya : Penerimaan di bendahara penerimaan yang belum disetorkan ke kas negara pada akhir tahun anggaran harus tercermin dalam kas di bendahara penerimaan dan pendapatan yang ditangguhkan pada Neraca per 31 Desember. Adanya pengakuan Utang Perhitungan Pihak Ketiga/PFK harus tercermin dalam saldo Kas di Neraca per 31 Desember dan dijelaskan dalam CaLK. Analisis data dilakukan dengan menguji hubungan antar akun-akun dalam Neraca dan LRA, baik vertikal (akun-akun dalam Neraca/LRA) maupun horizontal. a) Analisis Vertikal Analisis vertikal adalah pembandingan beberapa pos laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah secara sederhana. Biasanya digunakan antarpos dalam satu jenis laporan (hubungan antar pos dalam 7
9 periode yang sama dan periode berbeda). Analisis ini sering disebut sebagai analisis kecenderungan (trend), yang merupakan suatu teknik analisis yang mencoba untuk mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa mendatang. Contoh : Hubungan antar pos dalam periode yang sama : Anggaran pajak daerah realisasi pajak daerah. Anggaran belanja subsidi realisasi belanja subsidi Hubungan antar pos dalam periode yang berbeda Realisasi pajak daerah 2010 realisasi pajak daerah 2011 Saldo Kas SILPA,Utang PFK Analisis dilakukan dengan melihat hubungan akun dalam satu jenis laporan keuangan saja yaitu analisis antar akun Neraca saja atau antar akun LRA saja. Tujuannya yaitu untuk menentukan keseimbangan dan kebenaran saldo tiap akun dalam LRA dan dalam Neraca. Analisis ini dilakukan dengan menjaga keseimbangan antar jurnal kolorali dalam satu laporan, sehingga dapat dipastikan bahwa tiap akun dalam laporan keuangan telah disajikan dengan angka yang benar dan seimbang. Misalnya: Analisis vertikal dalam LRA Analisis vertikal dalam LRA diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam LRA telah disajikan dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan dibawah ini: Uraian SiLPA tahun berjalan harus sama dengan total pendapatan dikurangi total belanja ditambah total penerimaan pembiayaan kemudian dikurangi dengan total pengeluaran pembiayaan Persamaan SiLPA = Total Pendapatan Total Belanja + Total Penerimaan Pembiayaan Total Pengeluaran Pembiayaan 8
10 Analisis vertikal dalam Neraca Analisis vertikal dalam neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam Neraca telah disajikan dengan angka yang benar dan disajikan secara seimbang untuk akun-akun yang saling berhubungan. Uraian Aset harus sama dengan total kewajiban ditambah dengan total ekuitas. Piutang harus sama dengan EDLcadangan piutang. Kewajiban jangka pendek, kecuali utang PFK, harus sama dengan EDLdana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek. Aset tetap harus sama dengan EDIdiinvestasikan dalam aset tetap Persamaan Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana Piutang = EDL - Cadangan Piutang Kewajiban Jangka Pendek (kecuali Utang PFK) = EDL - Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek Aset Tetap = EDI Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Analisis vertikal dalam LAK Uraian Arus kas bersih dari aktivitas operasi harus sama dengan arus masuk kas dari aktivitas operasi dikurangi arus keluar kas dari aktivitas operasi. Kenaikan/ penurunan kas harus sama dengan arus kas bersih dari aktivitas operasi ditambah arus kas bersih dari aktivitas investasi aset nonkeuangan ditambah arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan ditambah arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran. Saldo akhir kas harus sama dengan saldo akhir di BUN ditambah saldo akhir kas di bendahara pengeluaran ditambah saldo akhir kas di Persamaan Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi = Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi - Arus Keluar Kas dari Aktivitas Operasi Kenaikan/Penurunan Kas = Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi + Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan + Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan + Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran Saldo Akhir Kas = Saldo Akhir di BUN + Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran + Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan 9
11 bendahara penerimaan. b) Analisis Horizontal Analisis horizontal adalah perbandingan beberapa pos laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah secara sederhana. Perbandingan antar pos (perkiraan) antar jenis laporan keuangan (hubungan antar pos dalam periode yg sama). Contoh : Saldo kas di neraca = saldo kas di LAK. Arus kas operasi = pendapatan-belanja Analisis Horizontal dilakukan dengan melihat hubungan antar akun Neraca dengan akun LRA ataupun kesesuaian dengan nilai yang disajikan dalam Laporan Arus Kas (LAK) dan apakah sudah cukup diungkapkan dalam CaLK. Tujuan dilakukan analisis horizontal adalah untuk menentukan keseimbangan dan kebenaran saldo tiap akun dalam Neraca, LRA, dan Laporan Arus Kas serta kecukupan pengungkapan dalam CaLK Misalnya: Analisis horizontal antara LRA dan Neraca Analisis horizontal antara LRA dan Neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di Neraca telah disajikan secara benar dan sesuai. Uraian SiLPA di LRA harus sama dengan kas di kas negara ditambah kas di bendahara pengeluaran ditambah setara kas ditambah investasi jangka pendek kemudian dikurangi dengan utang PFK di neraca. Penerimaan pembiayaan pinjaman jangka panjang harus sama dengan utang jangka panjang ditambah bagian lancar utang jangka panjang tahun berkenaan dikurangi utang jangka panjang tahun sebelumnya. Persamaan SiLPA (LRA) = Kas di Kas Negara + Kas di Bendahara Pengeluaran + Setara Kas + Investasi Jangka Pendek Utang PFK (Neraca) Penerimaan Pembiayaan Pinjaman Jangka Panjang (LRA) = Utang Jangka Panjang + Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Tahun berkenaan Utang Jangka Panjang Tahun sebelumnya (Neraca) Analisis horizontal antara LRA dan LAK 10
12 Analisis horizontal antara LRA dan LAK diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di LAK telah disajikan secara benar dan sesuai. Uraian Arus kas keluar dari aktivitas investasi (LAK) harus sama dengan belanja modal (di LRA). Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan (LAK) harus sama dengan penerimaan pembiayaan di LRA (selain penggunaan SiLPA). Persamaan Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Investasi (LAK) = Belanja Modal (di LRA) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Pembiayaan (LAK) = Penerimaan Pembiayaan Di LRA (Selain Penggunaan SiLPA) Analisis horizontal antara Neraca dan LAK Analisis horizontal antara LRA dan Neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di Neraca telah disajikan secara benar dan sesuai. Uraian Saldo akhir kas tahun lalu (LAK) harus sama dengan saldo awal kas tahun berkenaan (LAK), saldo akhir kas di neraca tahun lalu, dan saldo awal kas di neraca tahun berjalan. Saldo utang PFK di neraca tahun berjalan harus sama dengan saldo utang PFK di neraca tahun sebelumnya ditambah penerimaan PFK tahun berjalan dikurangi pengeluaran PFK tahun berjalan di LAK. Persamaan Saldo Akhir Kas Tahun Lalu (LAK) = Saldo awal Kas Tahun Berkenaan (LAK) = Saldo Akhir Kas Tahun lalu (Neraca) = Saldo Awal Kas Tahun Berjalan (Neraca) Apabila terdapat selisih harus diungkapkan dalam CaLK Saldo Utang PFK tahun berjalan (neraca) = Saldo Utang PFK Tahun sebelumnya (Neraca) + Penerimaan PFK Tahun berjalan Pengeluaran PFK Tahun Berjalan (LAK) Apabila terdapat selisih maka selisih tersebut adalah utang PFK yang ada di bendahara pengeluaran 11
13 2. Teknik prediktif Teknik prediktif bisa dilakukan dengan membandingkan realisasi dan anggaran akun-akun di laporan realisasi anggaran. Perbedaan signifikan yang terjadi bisa menjadi indikasi permasalahan yang seharusnya diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan. Selain itu, teknik prediktif dapat juga dilakukan dengan menghitung jumlah tertentu dan membandingkan dengan catatan-catatan atau rumusan lain untuk mengetahui adanya indikasi permasalahan yang akan diuji lebih lanjut dalam pengujian substantif. Contoh teknik ini adalah membandingkan dana transfer yang diterima oleh daerah dengan data transfer dari Pemerintah Pusat. Contoh lain adalah membandingkan penerimaan Pajak Hotel suatu pemda dengan Penerimaan Pajak Hotel di Pemerintah daerah yang lain bila informasi spesifik terkait dengan hal tersebut kita ketahui. 3. Analisis rasio dan trend Analisa rasio dan trend merupakan kegiatan untuk menganalisa data keuangan dan atau non keuangan dalam periode tertentu untuk mengetahui perubahan signifikan dalam realisasi anggaran dan posisi keuangan. Contoh analisa rasio dan trend adalah membandingkan belanja tertentu dengan belanja lain atau belanja tertentu tahun sebelumnya. Analisis Rasio Analisis rasio dilakukan dengan menguji hubungan antar akun di dalam laporan keuangan. Beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas pada pemerintah daerah yaitu : 1) Rasio Kemandirian Keuangan Rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat, yang diformulasikan sebagai berikut. Pendapatan Asli Daerah RKK = Bantuan Keuangandari Pem Pus dan Pinjaman x100 Berdasarkan formula di atas dapat diketahui sejauh mana ketergantungan pemerintah daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio ini berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat 12
14 dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen dari PAD. 2) Rasio efisiensi Rasio ini menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan asli daerah dengan realisasi pendapatan asli daerah yang diterima, yang diformulasikan sebagai berikut Realisasi Biayadikeluarkanuntuk memperoleh PAD R= x 100 Realisasi Penerimaan PAD Dengan rasio tersebut diketahui kesesuaian nilai realisasi biaya pemungutan PAD dengan ketentuan serta apakah terdapat indikasi pemborosan dalam pengeluaran biaya pemungutan PAD. Selain itu, rasio yang dapat digunakan untuk menilai alokasi dana yang dilakukan pemerintah daerah diketahui dengan rasio antara belanja langsung dengan total belanja serta rasio antara belanja tidak langsung dengan total belanja. Dengan rasio ini diketahui apakah dana pemda sebagian besar digunakan sebagian besar untuk pembangunan yang akan memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat atau untuk belanja habis pakai seperti belanja pegawai. Analisis Trend Analisis trend adalah analisis yang dilakukan dengan membandingkan akun yang sama untuk periode lebih dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran mengenai kecenderungan dari suatu akun dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat prediksi keuangan. Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada tahun yang diperiksa berdasarkan data atau informasi kecenderungan pencapaian pajak daerah beberapa periode yang lalu. Analisis trend tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, perhitungan matematis dalam prosentase ataupun diagram untuk mengetahui kecenderungan dari akun-akun dalam Neraca dan LRA. Analisis tren mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan-perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa sekarang. 13
15 SIMPULAN 1. Prosedur analitis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya atau antara data keuangan dengan data non keuangan. 2. Dalam SPKN disebutkan bahwa prosedur analitis hanya dilakukan pada tahap perencanaan pemeriksaan yang disebut dengan Prosedur Analitis Awal dan tahap pelaksanaan pemeriksaan yang disebut dengan Prosedur Analitis Akhir 3. Tujuan dari prosedur analitis awal adalah untuk membantu Pemeriksa dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup untuk prosedur-prosedur lainnya di tahap selanjutnya. 4. Prosedur analitis akhir diterapkan untuk membantu pemeriksa dalam menilai kesimpulan akhir yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan 5. Ada tiga cara melakukan prosedur analitis dalam pemeriksaan keuangan yaitu analisis data yang terdiri dari analisis vertikal dan analisis horizontal, teknik prediktif dan analisis rasio dan trend. 14
16 REFERENSI Direktorat Litbang Ditama Revbang Badan Pemeriksa Keuangan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan Buku Panduan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Arens, Alvin A Auditing dan Assurance: Pendekatan Terintegrasi. Penerbit Erlangga: Jakarta. 15
AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VI PANDUAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VI Jakarta, Mei 2011 NOTA DINAS BERSAMA
Lebih terperinciNovember 13 th,
1. Analisis Laporan Keuangan Pengertian : Suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa kini dan masa lalu dengan tujuan
Lebih terperinciKEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS
LAMPIRAN BV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Laporan
Lebih terperinciBAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD
BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD A. KERANGKA HUKUM Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang
Lebih terperinciSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS
LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf
Lebih terperinciLAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN
Lebih terperinciUU no 17 tahun 2003 tentang keuangan negara UU no 1 tahun 2004 perbendaharaan negara UU no15 tahun 2004 tentang PPTKN UU no 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Lebih terperinciPERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL
SA Seksi 323 PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL Sumber: PSA No. 56 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi sebagai berikut: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
Lebih terperinciSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.
LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 No. URAIAN Ref 2014 2013 (dalam rupiah) 1 ASET 5.1.1 2 ASET LANCAR 5.1.1.1 3 Kas di Kas Daerah 5.1.1.1.1 102.915.303.038,76
Lebih terperinciPENGANTAR. PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN NERACA PER 31 Desember 2014 dan 2013
PENGANTAR Dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri 13 Tahun 2006 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Lebih terperinciLaporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006
43 Lampiran 1 Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006 No. Uraian Anggaran Setelah Perubahan Realisasi I PENDAPATAN DAERAH 1.142.122.565.100 1.153.474.367.884
Lebih terperinciSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.
LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBUPATI BENGKULU TENGAH
BUPATI BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERENCANAAN PEMERIKSAAN
PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN SA yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai. Auditor harus melakukan perencanaan kerja yang memadai
Lebih terperinciLAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan
LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi laporan arus kas adalah mengatur penyajian
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN
Lebih terperinciLAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN
Lebih terperinciPENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
LAMPIRAN B1. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 01 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal
Lebih terperinciAkuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.
2.1 Akuntansi Pemerintahan Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan lap oran keuangan mengandung
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI
Lebih terperinciANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2014 REALISASI (Rp)
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 NO URAIAN REFF ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2014 REALISASI 2014 LEBIH/ (KURANG)
Lebih terperinciBAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD
BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD A. Kerangka Hukum Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang
Lebih terperinciPelaksanaan teknik penelusuran angka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:
23 B. TEKNIK PENELUSURAN ANGKA Dalam melaksanakan reviu, tim reviu perlu menelusuri angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan ke buku atau catatan-catatan yang digunakan untuk meyakini bahwa angka-angka
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG LAPORAN ARUS KAS DI DALAM LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
INFORMASI TENTANG LAPORAN ARUS KAS DI DALAM LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH Andry Kurniawan Mulyono 1), Puput Waryanto 2), Rudy Antoni Panjaitan 3), Stephanus Manovan Setyanta 4) 1) Program Diploma IV Akuntansi
Lebih terperinciCatatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1
LAPORAN KEUANGAN 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN AGAM N E R A C A PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (AUDITED) NO. U R A I A N 2,014.00 2,013.00 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah 109,091,924,756.41
Lebih terperinciBADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.40, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Laporan Keuangan. Pemerintah Daerah. Standar Reviu. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.09/2014 TENTANG STANDAR REVIU ATAS
Lebih terperinciLAPORAN KEUANGAN 2014
1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN KEUANGAN 2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN ANGGARAN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (dalam rupiah) Uraian
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014
PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014 URAIAN Cat. NERACA 2015 2014 1 2 3 4 ASET 5.5.1 ASET LANCAR 5.5.1.a Kas 5.5.1.a. 124,037,218,752.14 381,022,519,212.75 Kas di Kas
Lebih terperinciPelaksanaan teknik penelusuran angka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:
23 B. TEKNIK PENELUSURAN ANGKA Dalam melaksanakan reviu, tim reviu perlu menelusuri angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan ke buku atau catatan-catatan yang digunakan untuk meyakini bahwa angka-angka
Lebih terperinciC. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA
C. PENJELASAN ATAS POS POS NERACA C.1. PENJELASAN UMUM NERACA . Penjelasan atas pospos neraca
Lebih terperinciPenetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16
Penetapan Materialitas Penetapan Risiko tedi last 09/16 TAHAPAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN (aplikasi pemeriksaan keuangan) 1. Menerima Klien dan Melaksanakan Perencanaan Audit Awal. 2. Memahami Bidang kegiatan/operasional
Lebih terperinciI. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011
I. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan 233/PMK.05/2011
Lebih terperinciKEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS
LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan komponen laporan keuangan yang berkedudukan menggantikan Nota Perhitungan Anggaran, sebagaimana yang dimaksud dan diatur dalam Peraturan
Lebih terperinciSISTEM AKUNTANSI NOMOR 15 LAPORAN KONSOLIDASIAN
LAMPIRAN XV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 19 TAHUN 2014 TANGGAL: : 30 MEI 2014 SISTEM AKUNTANSI NOMOR 15 LAPORAN KONSOLIDASIAN A. UMUM Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah mengenai tata kelola keuangan negara. Pemerintah dituntut untuk menciptakan tata kelola
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv
DAFTAR ISI Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv Bab I Pendahuluan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015... 1 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TENTANG
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS
LAMPIRAN B.IV : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012.
PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 No. Uraian 2013 2012 1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi 2 Arus Masuk Kas 3 Pendapatan Pajak
Lebih terperinciPenyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah
HALIAH IMRAN Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintah Daerah ii Penyusunan Laporan Keuangan Pokok Pemerintahan Daerah Haliah, Makassar Copy right 2009 All rights reserved Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Lebih terperinciPANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
1 BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang
Lebih terperinciBADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Lampiran I BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Lebih terperinciKOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN
KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN Koreksi Kesalahan 332. Kesalahan penyusunan laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterlambatan
Lebih terperinciSTANDAR REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
LAMPI RAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 8 / PMK09 /.2:015 TENTANG STANDAR REVJU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH MENTEHII
Lebih terperinciSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS PSAP No. 0 Laporan Arus Kas 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan
Lebih terperinciAnggaran Realisasi Realisasi Cat
PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH Untuk Tahun yang Berakhir Sampai dengan 31 Desember 2016 dan 2015 Anggaran Realisasi Realisasi Uraian % Rasio
Lebih terperinciLAPORAN REALISASI ANGGARAN
LAMPIRAN B.II : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Basis Akuntansi Di dalam catatan atas laporan keuangan Pemerintah Kota Depok telah disebutkan bahwa laporan keuangan Pemerintah Kota Depok
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Lebih terperinciPANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà
- 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR PADA PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI
PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI Pemerintah Kabupaten Pemalang @2014 BUPATI PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI
Lebih terperinciLAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH I. KEBIJAKAN UMUM 1. Tujuan Tujuan kebijakan akuntansi adalah mengatur penyusunan dan penyajian
Lebih terperinciB U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
1 B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT YANG BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS,
SALINAN BUPATI MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN
Lebih terperinciBAGIAN AUDIT DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR INDEPENDEN LAIN
SA Seksi 543 BAGIAN AUDIT DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR INDEPENDEN LAIN Sumber: PSA No. 38 Lihat SA Seksi 9543 untuk Interpretasi Seksi ini. PENDAHULUAN 01 Seksi ini berisi panduan bagi auditor independen
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
LAMPIRAN V PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi ini mengatur penyajian
Lebih terperinciKERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL.
1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah XXXX 4 Kas di Bendahara Pengeluaran XXXX 5 Kas di Bendahara Penerimaan XXXX 6 Piutang Pajak XXXX 7 Piutang Retribusi XXXX 8 Bagian Lancar TGR XXXX 9 Piutang Lainnya
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014
A. NERACA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014 Uraian Reff 2015 2014 ASET G.5.1.1 ASET LANCAR G.5.1.1.1 Kas di Kas Daerah G.5.1.1.1.1 135.348.133.135,77 93.099.242.994,09 Kas di Bendahara Pengeluaran G.5.1.1.1.2
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN (PSP) NOMOR : 0.0 TANGGAL : NOPEMBER 00 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KOMITE STANDAR PEMERIKSAAN
Lebih terperinciAnda layak terpilih menjadi Anggota Dewan dari Daerah Pemilihan Jember & Lumajang.
Modal Calon Eksekutif & Legislatif Jember & Lumajang Gegapgempita dan hingar-bingar kampanye pemilu 2009 tengah berlangsung saat ini di seluruh penjuru Negara RI. Semua Caleg menunjukkan prestise mempublikasikan
Lebih terperinciBADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Audited Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2012 Jalan Purnawarman Nomor 99, Kebayoran Baru Jakarta DAFTAR ISI Kata
Lebih terperinciBAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN
BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN A. UMUM Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan gabungan dari seluruh laporan keuangan PPKD dan laporan keuangan SKPD menjadi satu laporan keuangan
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan HewanTahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciB. TEKNIK PENELUSURAN ANGKA
-3- B. TEKNIK PENELUSURAN ANGKA Dalam melaksanakan reviu, tim reviu perlu menelusuri angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan ke buku atau catatan-catatan yang digunakan untuk meyakini bahwa angka-angka
Lebih terperinci2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
No.173, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017
Lebih terperinciLaporan Keuangan Pemerintah Daerah. Teori, Praktik, dan Permasalahan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Teori, Praktik, dan Permasalahan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Teori, Praktik, dan Permasalahan Dr. H. Moermahadi S. Djanegara, SE, Ak, MM,,CA, CPA KESATUAN PRESS
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang:
Lebih terperinciKEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
LAMPIRAN BI. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperincialasan kuat dalam pengambilan kesimpulan mengenai laporan keuangan, apakah telah disajikan secara wajar atau tidak.
Tujuan audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai
Lebih terperinciKEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN SALINAN KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN A. KERANGKA DASAR 1. Tujuan Laporan Keuangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJ0 NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciPelaksanaan teknik penelusuran angka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:
23 B. TEKNIK PENELUSURAN ANGKA Dalam melaksanakan reviu, tim reviu perlu menelusuri angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan ke buku atau catatan-catatan yang digunakan untuk meyakini bahwa angka-angka
Lebih terperinciANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO URAIAN REFF ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 REALISASI 2015 LEBIH/ (KURANG)
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ttd BAMBANG AROCHMAN
Pasal 10 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Lebih terperinciLampiran 1. Perbandingan Struktur, Klasifikasi dan Pos-pos Akun. Antara Kepmendagri 29/2002 dengan PP 24/2005
Lampiran 1 Perbandingan Struktur, Klasifikasi dan Pos-pos Akun Antara Kepmendagri 29/2002 dengan PP 24/2005 1.1 PERBANDINGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN: STRUKTUR APBD DAN KLASIFIKASI APBD Struktur APBD
Lebih terperinciWALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
SALINAN WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciKONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN
MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH PENDAHULUAN Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan
Lebih terperinciLampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO.
Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO. LEBIH / URAIAN ANGGARAN REALISASI URUT (KURANG) 2 BELANJA 33,283,583,941 21,428,982,849
Lebih terperinciStandar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit.
SA Seksi 722 INFORMASI KEUANGAN INTERIM Sumber : PSA No. 73 PENDAHULUAN 01. Seksi ini memberikan pedoman mengenai sifat, saat, dan lingkup prosedur yang harus diterapkan oleh akuntan publik dalam melakukan
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak
Lebih terperinciSTANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------
Lebih terperinciLAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN REALISASI REF (%) 2015 2015
Lebih terperinciLaporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Desember 2012
RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014
WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci